24
TUGAS LOGISTIK ANALISIS ABC-VEN 20 JENIS OBAT Disusun Oleh : Kelompok I Na PRAKTEK PROFESI APOTEKER INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE OKTOBER-NOVEMBER 2013

Makalah Pareto

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pareto

TUGAS LOGISTIK

ANALISIS ABC-VEN 20 JENIS OBAT

Disusun Oleh :

Kelompok I

Na

PRAKTEK PROFESI APOTEKER

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

PERIODE OKTOBER-NOVEMBER

2013

Page 2: Makalah Pareto

A. Analisis ABC (Always, Better dan Control)

Klasifikasi ABC diperkenalkan oleh seorang ekonom berkebangsaan Italia, Vilfredo

Pareto yang melakukan observasi terhadap sebagian kecil item dalam sebuah kelompok

jabatan yang memiliki proporsi yang signifikan.Penemuan itu diaplikasikan dalam

manajemen persediaan yang disebut dengan metode ABC atau analisis ABC, dan sering

disebut dengan “Prinsip Pareto: The critical few and the trivial many”.

Analisis ABC (Always, Better, Control) adalah suatu metode analisis yang digunakan

dalam proses pengadaan dengan cara menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total

konsumsi semua jenis obat. Dengan melakukan analisis ABC maka proses pengadaan di

suatu Rumah Sakit akan dilakukan lebih efisien dan tidak membuang banyak biaya.

Untuk melakukan analisis ABC, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut ini :

1. Menghitung total pemakaian obat dalam satu periode tertentu.

2. Menghitung total investasi dari setiap jenis obat yang dianalisis.

3. Menyusun kriteria nilai kritis obat (Quick,dkk., 1997).

Metode ini akan mengelompokkan seluruh item obat yang dianalisis ke dalam 3

kelompok sebagai berikut ini :

1. Kelompok A (Always), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai

volume tahunan rupiah yang tinggi. Kelompok ini mewakili sekitar 70-80% dari

total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sedikit, bisa 20% dari seluruh

item. Persediaan yang termasuk dalam kelompok ini memerlukan perhatian yang

tinggi dalam pengadaannya karena berdampak biaya yang tinggi. Pemeriksaan

dilakukan secara intensif (Quick,dkk., 1997).

2. Kelompok B (Better), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai volume

tahunan rupiah yang menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 15-20% dari nilai

persediaan, dan sekitar 30% dari jumlah item. Disini diperlukan teknik

pengendalian yang moderat (Quick,dkk., 1997).

3. Kelompok C (Control), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai

volume tahunan rupiahnya rendah. Kelompok ini mewakili sekitar 5% dari total

nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item persediaan. Disini

diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, pemeriksaan hanya dilakukan

sekali-kali (Quick,dkk., 1997).

Page 3: Makalah Pareto

Pengendalian barang berdasar analisis ABC adalah sebagai berikut :

Tabel I. Pengendalian Barang berdasarkan Analisis ABC

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

Pengendalian Ketat Moderat Longgar

Laporan Ketat Dan Rinci Ketat Dan Rinci Biasa

Penyimpanan Rapat Baik Biasa

Monitoring Terus Menerus Kekurangan

Persediaan

Sedikit Dilakukan

Persediaan Tidak Ada Atau

Sedikit

Moderat (2-3 Bulan) 2-6 Bulan

Pengecekan Ketat Dasar Pada Perubahan

Kebutuhan

Tak Perlu Atau

Sedikit Dilakukan

B. Analisis VEN (Vital, Essensial dan Non essensial)

Analisa VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan dampak tiap jenis obat

terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga

kategori yakni: (Maimun, 2008)

1. Vital (V) merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk

menyelamatkan kehidupan, termasuk dalam kategori potensial life saving drug,

mempunyai efek samping withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara

teratur dan penghentiannya tidak tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan

pelayanan kesehatan. Kriteria nilai kritis obat ini adalah kelompok obat yang sangat

penting untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab kematian

ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan. Kelompok obat ini tidak boleh

mengalami kekosongan (Quick,dkk., 1997).

2. Esensial (E) erupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan,

namun sangat signifikan untuk bermacam-macam penyakit tetapi tidak vital secara

absolut, hanya untuk penyediaan sistem dasar. Kriteria nilai kritis obat ini adalah

obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit

dan yang banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak. Kekosongan obat

kelompok ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam (Quick,dkk., 1997).

3. Non-esensial (N) merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat

sembuh sendiri dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang

Page 4: Makalah Pareto

sejenis. Kriteria nilai krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau

pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan.

Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam (Quick,dkk., 1997).

C. Kombinasi ABC-VEN

Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yang

diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus E

dan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N

seharusnyamasuk dalam kategori C (Maimun, 2008).

Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada

tidak sesuai kebutuhan.

Tabel II. Matriks ABC-VEN

A B C

V VA VB VC

E EA EB EC

N NA NB NC

Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya

adalah sebagai berikut: (Maimun, 2008)

Obat yang masuk kategori NA menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau

dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori

NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NC menjadi

prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana

yangtersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.

Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB,

NAdimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Quick,dkk., 1997).

Page 5: Makalah Pareto

BAB II

PEMBAHASAN

A. Obat-Obatan yang Dipakai

1. Oste forte tab

- Komposisi: Glucosamine HCL 500 mg, chondroitin sulphate 400 mg, vit C 50

mg, manganese 0.5 mg, Mg 5 mg, Zn 2.5 mg, Zn 5 mg.

- Indikasi: OA, membantu meningkatkan pembentukan kolagen, memelihara

kesehatan persendian (MIMS, 2013).

2. Inviclot inj 25000 IU/25 ml

- Komposisi: Heparin Na.

- Indikasi: Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru, terapi emboli

arteri, mencegah pembekuan di arteri dan bedah jantung, thrombosis serebral,

antikoagulan pada transfusi darah, sirkulasi ekstrakorporal, dialysis untuk

kepentingan laboratorium (MIMS, 2013).

3. Imboost force tablet

- Komposisi: Echinacea 250 mg, black elderberry extr 400 mg dan Zn picolinate

10 mg.

- Indikasi: Terapi suportif untuk menstimulasi sistem imun terhadap infeksi akut,

kronis atau rekuren terutama infeksi saluran napas, genitalia seperti kandidiasis

dan vaginitis (MIMS, 2013).

4. Biocurliv tablet

- Komposisi: Echinacea 250 mg, black elderberry extr 400 mg dan Zn picolinate

10 mg.

- Indikasi: Terapi suportif untuk menstimulasi sistem imun terhadap infeksi akut,

kronis atau rekuren terutama infeksi saluran napas, genitalia seperti kandidiasis

dan vaginitis (MIMS, 2013).

5. Rimstar 4FDC

- Komposisi: Rimfamicin 150 mg, INH 75 mg, pyrazinamide 400 mg,

ethambutol 275 mg.

- Indikasi: Penanganan TBC dan infeksi mikobakterial tertentu (MIMS, 2013).

6. Imunos tablet

- Komposisi: Echinacea, zinc picolinate, selenium, ascorbic.

Page 6: Makalah Pareto

- Indikasi: Suplemen nutrisi untuk menstimulir sistem imun tubuh selama terjadi

infeksi saluran nafas akut dan kronik, terapi penunjang untuk infeksi akut dan

kronik (MIMS, 2013).

7. Tebokan tablet

- Komposisi: Ekstr ginko billoba dari daun kering (50:1) 40 mg, standardized at

9.6mg ginkogoflavone glycosides..

- Indikasi: Terapi simptomatik gangguan peredaran darah otakdan perifer

(MIMS, 2013).

8. Yefamox 500 mg tablet

- Komposisi : amoxicilin 500mg

- Indikasi dan mekanisme aksi :Infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas atas,

bronchitis; pneumonia; otitis media; abses gigi dan infeksi rongga mulut lainnya;

osteomielitis; penyakit lyme; profilaksis endokarditis; profilaksis paska

splenektomi; infeksi ginekologis; gonorrhea; eradikasi Helicobacter pylori.

Bekerja dengan cara mencegah pembentukan membran sel bakteri sehingga

semua materi genetik yang ada di dalamnya terurai keluar dan menyebabkan

bakteri mati (MIMS, 2013).

9. Lovenox inj 0,4 ml

- Komposisi: enoxaparin Na.

- Indikasi: Profilaksis gangguan tromboembolik vena terutama pada bedah

ortopedi atau bedah umum pada pasien beresiko tinggi. Mencegah thrombosis

pada sirkulasi ekstrakorporal selama hemodialisa. Terapi angina tidak stabil dan

infark miokard gelombang non-Q jika di berikan bersama dengan asetosal.

Profilaksis penyakit tromboembolik vena pada pasien yang harus berbaring terus

ditempat tidur, dengan factor resiko sedang sampai tinggi (MIMS, 2013).

10. Digoxin 0,25 mg

- Komposisi: Digoxin 0,25 mg.

- Indikasi: Payah jantung kongestif akut dan kronis. Takikardia supraventrikuler

paroksismal (MIMS, 2013).

11. Curcuma tablet

- Komposisi: Digoxin 0,25 mg.

- Indikasi: Payah jantung kongestif akut dan kronis. Takikardia supraventrikuler

paroksismal (MIMS, 2013).

12. Osteoflam tab

Page 7: Makalah Pareto

- Komposisi: Glucosamine HCL 250 mg, chondroitin sulphate 200 mg, vit C 50

mg, manganese 0.25 mg, Mg 5 mg, Zn 2.5 mg, Zn 2.5 mg, MSM 350 mg.

- Indikasi: memelihara kesehatan sendi, OA (MIMS, 2013).

13. Lanaven kapsul

- Komposisi: purified soya bean extr (100 mcg) 40% (containing

polyunsaturated phosphatidyl choline 95% & standardized 3-Sn-phosphatidyl

choline), hippocastini extr 20%, citrus complex extr 26%.

- Indikasi: Terapi penunjang gangguan pembuluh darah vena (MIMS, 2013).

14. Epinephrine injeksi 0,5 mg /2 ml

- Kompisisi : Epinephrine 0,5 mg /2 ml

- Indikasi dan mekanisme aksi : Epinephrine dapat digunakan dalam

penatalaksanaan kasus cardiac arrest, syok anafilaktik. Epinephrine merupakan

agonis reseptor alfa dan beta yang dapat meningkatkan cardiac output dan heart

rate (Tatro, 2003).

15. Rimactazid 5 mg (INH)

- Komposisi: Rimactazid 225/200, Rimfacin 225 mg, INH 200 mg,

- Indikasi: Pengobatan TB yang disebabkan mikobakterium TB yang sensitif

terhadap rimfamicin dan INH (MIMS, 2013).

16. Fargoxin injeksi 0,5 mg / 2 ml

- Kompisisi : Digoxin 0,5 mg /2 ml

- Indikasi dan mekanisme aksi :PengobatanCHF, atrial fibrilasi, atrial flutter,

takikardiaatrium paroksismal, syok kardiogenik. Digoxin bekerja dengan

carameningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi sistolik miokard (tindakan

inotropik positif), memperlambat denyut jantung, dan menurunkan konduksi

melalui simpul atrioventrikular (Tatro, 2003).

17. Metformin HCl 850 mg

- Komposisi: Metformin HCL

- Indikasi: Terapi awal untuk diabetes onset dewasa yang mengalami kelebihan

berat badan atau gagal dilatasi dengan diet. Terapi kombinasi untuk kegagalan

terapi sulfonil urea primer atau sekunder. Terapi tambahan pada IDDM untuk

mengurangi dosis insulin (MIMS, 2013).

18. Curcuma plus sirup 60 ml

- Komposisi: vit B1 3 mg, vit B2 2 mg, vit B6 5 mg, vit B12 5 mcg, β-carotene

10% 4 mg, dexapanthenol 3 mg, curcuminoid 2 mg.

Page 8: Makalah Pareto

- Indikasi: Makanan tambahan untuk menambah nafsu makan dan alternative

terapi hepatitis (MIMS, 2013).

19. Glibenklamid 5 mg (Losartan)

- Komposisi: glibenklamid

- Indikasi: Diabetes Mellitus tipe II (MIMS, 2013).

20. Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril)

- Komposisi: captoril

- Indikasi: Hipertensi, gagal jantung kongestif (MIMS, 2013).

B. Analisis ABC

Dalam melakukan analisis ABC (Pareto) perlu diketahui terlebih dahulu pola

konsumsi di rumah sakit tersebut dan nilai dari masing-masing item obat yang akan

dianalisis. Analisis ABC dilakukan terhadap 20 jenis obat yang digunakan di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Bethesda. Data pengeluaran dan total pembelian 20 obat di RS

Bethesda pada tabel III. Data pengeluaran dan total pembelian diurutkan mulai dari

yang tertinggi hingga yang terkecil yang kemudian ditentukan batasannya sesuai

dengan ketentuan untuk masing-masing kelas.Penggunaan analis ABC dalam

perencanaan bertujuan untuk melakukan identifikasi obat menurut nilai pemakaian dan

nilai investasi sehingga manajemen dapat berorientasi pada obat yang jumlahnya

sedikit, tetapi mempunyai nilai investasi yang besar. Hasil klasifikasi pareto 20 obat di

RS Bethesda periode Juli 2013 juga dapat dilihat pada tabel II.

Apabila IFRS mampu mengendalikan obat kelompok A maka rumah sakit

dapat mengendalikan 80% dari biaya pengadaan obat. Pengendalian obat kelompok B

berarti sudah mengendalikan sekitar 13% dari nilai obat yang digunakan di RS.

Dengan pengelompokkan tersebut maka cara pengelolaan masing-masing akan lebih

mudah sehingga perkiraan jumlah obat serta pengendalian stok dapat menjadi lebih

baik.

Page 9: Makalah Pareto

C. Analisis VEN

Pada analisis VEN yang kami lakukan digunakan 20 macam obat, berikut hasil

yang diperoleh :

Tabel III. Analisis Obat yang termasuk dalam kategori VEN Vital,

Esensial dan Non-esensial)

Obat Vital Obat Esensial Obat Non-esensial

Inviclot inj 25000 IU/25 ml Rimstar 4FDC Oste forte tab

Lovenox inj 0,4 ml Yefamox 500 mg (amoxicillin) Imboost force tablet

Digoxin 0,25 mg Rimactazid 5 mg (INH) Biocurliv tablet

Lanaven kapsul Metformin HCl 850 mg Imunos tablet

Ephedrin HCl inj 50 mg/ml Glibenklamid 5 mg (Losartan) Tebokan tablet

Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml Curcuma tablet

Osteoflam tab

Curcuma plus sirup 60 ml

D. Analisis Kombinasi ABC-VEN

Analisis ABC-VEN digunakan untuk menentukan prioritas dalam pengelolaan obat

mulai dari seleksi, pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Metode gabungan ini

digunakan untuk melakukan pengurangan obat, menghemat biaya dan meningkatkan

efisiensi misalnya dalam pengelolaan stok. Obat yang masuk kategori vital (VA, VB,

VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli atau memerlukan perhatian khusus. NA

menjadi prioritas pertamauntuk dikurangi dari rencana kebutuhan. Bila dana terbatas,

maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya untuk dikurangi dan obat yang

masuk kategori NC menjadi prioritas berikutnya.

Page 10: Makalah Pareto

Tabel IV. Analisis ABC-VEN 20 Item Obat Di Rumah Sakit Bethesda

No Nama ObatJumlah Harga Total % Total %

Komulatif

Kategori ABC-VEN

Pemakaian Satuan Harga Harga ABC VEN

1 Oste forte tab 3050 5,439.02 16,589,011.00 21.57 21.57 A N AN

2 Inviclot inj 25000 IU/25 ml 234 59,644.53 13,956,820.02 18.15 39.72 A V AV

3 Imboost force tablet 3120 4,455.12 13,899,974.40 18.07 57.79 A N AN

4 Biocurliv tablet 1650 4,313.49 7,117,258.50 9.25 67.04 A N AN

5 Rimstar 4FDC 770 5,870.29 4,520,123.30 5.88 72.92 B E BE

6 Imunos tablet 927 4,675.00 4,333,725.00 5.63 78.55 B N BN

7 Tebokan tablet 1000 4,212.40 4,212,400.00 5.48 84.03 B N BN

8 Yefamox 500 mg (amoxicillin) 1200 2,083.24 2,499,888.00 3.25 87.28 B E BE

9 Lovenox inj 0,4 ml 18 113,452.90 2,042,152.20 2.66 89.93 B V BV

10 Digoxin 0,25 mg 1900 1,004.73 1,908,987.00 2.48 92.42 B V BV

11 Curcuma tablet 2634 689.40 1,815,879.60 2.36 94.78 C N CN

12 Osteoflam tab 310 4,028.03 1,248,689.30 1.62 96.40 C N CN

13 Lanaven kapsul 67 12,375.00 829,125.00 1.08 97.48 C V CV

14 Ephedrin HCl inj 50 mg/ml 67 10,285.00 689,095.00 0.90 98.37 C V CV

15 Rimactazid 5 mg (INH) 70 8,784.67 614,926.90 0.80 99.17 C E CE

16 Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml 10 29,602.45 296,024.50 0.38 99.56 C V CV

17 Metformin HCl 850 mg 1267 156.74 198,589.58 0.26 99.82 C E CE

18 Curcuma plus sirup 60 ml 9 10,410.55 93,694.95 0.12 99.94 C N CN

19 Glibenklamid 5 mg (Losartan) 600 59.76 35,856.00 0.05 99.98 C E CE

20 Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril) 67 200.00 13,400.00 0.02 100.00 C E CE

∑TOTAL HARGA Rp76,915,620        

Page 11: Makalah Pareto
Page 12: Makalah Pareto

% Item

Obat Kategori A = 4

20x100=20 %

Obat Kategori B = 6

20x100=10 %

Obat Kategori C = 1020

x100=50 %

% Nilai atau %Kumulatif

Obat Kategori A = 67.04%

Obat Kategori B = 92.42% - 67.06% = 25.37%

Obat Kategori C = 100% - 92.42% = 7.59 %

A B C

% Item 0.2 0.3 0.5

5.00%

15.00%

25.00%

35.00%

45.00%

55.00%

Diagram ABC

A B C

% Komulatif 0.6704 0.2537 0.0759

5.00%

15.00%

25.00%

35.00%

45.00%

55.00%

65.00%

75.00%

Diagram ABC

Page 13: Makalah Pareto

Tabel V. Hasil klasifikasi 20 obat pada matriks ABC-VEN

A B CV Inviclot inj 25000 IU/25

mlLovenox inj 0,4 mlDigoxin 0,25 mg

Lanaven kapsulEphedrin HCl inj 50 mg/mlFargoxin inj 0,5 mg/2 ml

E Rimstar 4FDCYefamox 500 mg (amoxicillin)

Rimactazid 5 mg (INH)Metformin HCl 850 mgGlibenklamid 5 mg (Losartan)Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril)

N Oste forte tabImboost force tabletBiocurliv tablet

Imunos tabletTebokan tablet

Curcuma tabletOsteoflam tabCurcuma plus sirup 60 ml

Pareto A tersusun dari 20% (4 item) dari 20 jenis obat dan mewakili 67,04%

dari total pembelian yang terdiri dari Inviclot inj 25000 IU/25 ml, Oste forte tab,

Imboost force tablet dan Biocurliv tablet. Kategori A memiliki nilai sampai 80% dari

total nilai penjualan, sehingga ketersediaannya harus selalu dijaga di rumah sakit,

khususnya untuk obat-obat vital. Obat yang termasuk kategori vital adalah Inviclot inj

25000 IU/25 ml. Obat ini menjadi prioritas dalam pembelian karena termasuk obat life

saving yang dapat membahayakan pasien jika tidak diadakan.

Pareto B tersusun dari 30% (6 item ) dari 20 jenis obat dan mewakili 25,37%

dari total pembelian yang terdiri dari Rimstar 4FDC, Imunos tablet, Tebokan tablet,

Yefamox 500 mg (amoxicillin), Lovenox inj 0,4 ml, dan Digoxin 0,25 mg.

Pareto C terdiri dari 50% (10 item) dari 20 jenis obat dan mewakili 7,59% dari

total pembelian yang terdiri dari Curcuma tablet, Osteoflam tab, Lanaven kapsul,

Ephedrin HCl inj 50 mg/ml, Rimactazid 5 mg (INH), Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml,

Metformin HCl 850 mg, Curcuma plus sirup 60 ml, Glibenklamid 5 mg (Losartan)

dan Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril). Obat-obat vital dengan kategori C seperti

Lanaven kapsul, Ephedrin HCl inj 50 mg/ml, dan Fargoxin inj 0,5 mg/2 mlharus tetap

tersedia di rumah sakit, walaupun nilai penjualannya kurang dari 10%, karena

merupakan obat-obat lifesaving (penyelamat hidup) yang tanpa obat tersebut tingkat

keselamatan pasien menurun. Sedangkan untuk obat-obat esensial dan non esensial

yang termasuk kategori C seperti Rimactazid 5 mg (INH), Metformin HCl 850 mg,

Glibenklamid 5 mg (Losartan), Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril), Curcuma tablet,

Osteoflam tab, dan Curcuma plus sirup 60 mlketersediaannya tidak harus terlalu

Page 14: Makalah Pareto

dijaga karena kehabisan stok obat tersebut tidak mempengaruhi nilai pendapatan

rumah sakit.

Untuk melakukan pengadaan lebih ekonomis, jumlah obat yang dipesan dan

waktu pemesanan harus sesuai dengan EOQ (Economic Order Quantity). Sebagai

contoh obat esensial kategori A Cataflam D tablet 50 mg harus diorder dengan jumlah

218,14 tablet(± 4 box), sehingga dana yang digunakan lebih ekonomis.

Matriks yang telah dibuat tersebut dapat menjadi sebuah pedoman pengelolaan

obat yang telah dianalisis mulai dari pemilihan, pengadaan, penyimpanan, dan

distribusi. Aplikasi analisis VEN-ABC dapat digunakan sebagai berikut:

1. Pemilihan:

Obat-obat yang termasuk vital dan esensial harus diprioritaskan dalam pemilihan,

terutama bila dana yang tersedia terbatas. Karena obat ini banyak dibutuhkan oleh

pasien.

2. Pengadaan

a. Menetapkan prioritas pengadaan

Seluruh obat vital harus menjadi prioritas. Obat esensial juga harus mendapat

prioritas khusunya jika obat-obat tersebut masuk pada kelompok pareto A dan B.

Prioritas obat nonesensial yang masuk dalam pareto A dapat disisipkan pada

obat esensial pareto A dan B. Obat non esensial yang termasuk pareto B dan C

mendapatkan prioritas yang paling kecil. Urutan prioritasnya dapat disimpulkan

sebagai berikut ini : VA, VB, VC > EA > NA > EB > NB > EC > NC.

b. Menetapkan jumlah obat yang dipesan dan jumlah waktu pemesanan

Metode economic order quantity (EOQ) digunakan sebagai acuan untuk

mengetahui jumlah obat yang harus dipesan. EOQ bermanfaat untuk

meminimalkan biaya simpan dan biaya pemesanan. Obat-obat yang perlu

diperhatikan adalah obat-obat vital dan obat pareto A. Untuk menghitung EOQ

dapat digunakan persamaan:

EOQ=√ 2 xbiaya pesan x jumla h permintaan 1 periodebiaya penyimpanan x h argatiap unit

c. Monitoring penghantaran pesanan

Proses distribusi barang dari distributor hingga sampai ke RS sangat

mempengaruhi kualitas dari obat yang dipesan. Oleh karena itu distribusi obat

vital dan obat-obat pareto A, B harus mendapat perhatian khusus kualitas obat

yang dipesan tetap terjamin dan tidak dipesan pada sembarang PBF.

Page 15: Makalah Pareto

d. Menetapkan pemasok (PBF)

PBF memegang peran penting dalam ketersediaan suatu obat di rumah sakit.

Semua obat vital dan obat yang termasuk pareto A, B harus dipasok dari sumber

yang terpercaya agar dapat menjamin ketersediaan obat. Obat pareto C dapat

dipercayakan kepada pemasok baru yang sekaligus dapat digunakan sebagai alat

uji kelayakan pemasok baru tersebut.

3. Penyimpanan

a. Menetapkan stok minimal/reorder point (ROP)

Obat-obat vital tidak boleh mengalami kekosongan serta obat yang termasuk

dalam pareto A juga perlu mendapat perhatian khusus dalam menetapkan

stoknya. Untuk menetapkan ROP dapat digunakan persamaan: ¿ SS+(P x t)

dimanaSS adalah besarnya safety stock, P adalah jumlah permintaan selama

masa tenggang, t adalah lead time.

b. Monitoring shelf life

Karena obat vital bersifat livesaving, maka shelf lifenya harus selalu dipantau

untuk menjamin kualitas dari obat tersebut. Perlakuan yang sama juga diberikan

pada obat yang masuk dalam pareto A dan B karena obat-obat tersebut

merupakan sumber pemasukan terbesar dari Instalasi Farmasi.

c. Menetapkan persyaratan penyimpanan

Obat vital yang bersifat livesaving harus dijaga kondisi penyimpanannya untuk

selalu menjaga kualitas obat. Prioritas penyimpanan sama dengan prioritas

berdasarkan kalsifikasi VEN yaitu vital > esensial > nonesensial dan

berdasarkan klasifikasi pareto yaitu A > B > C.

4. Penggunaan

Melakukan review penggunaan berdasarkan prioritas

Review penting dilakukan untuk terus memantau penggunaan obat karena pola

penggunaan yang berubah dapat merubah kelas pareto yang telah ada. Oleh

karena itu, klasifikasi obat juga harus terus menerus diperbarui sesuai dengan

pola konsumsi di masa mendatang. Sehingga perlu diadakan analisis persediaan

secara berkala untuk memaksimalkan persediaan yang ada dan tidak membuang

banyak biaya.

Page 16: Makalah Pareto

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis ABC-VEN yang telah dilakukan pada 20 item obat yang

terpilih di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda, maka dapat disimpulkan beberapa

hal berikut ini :

1. Analisis ABC-VEN digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.

2. Matrik ABC-VEN digunakan untuk memudahkan pengaturan proses pembelian,

pada proses pembelian, obat golongan vital (VA, VB dan VC) lebih diutamakan

untuk dibeli daripada golongan yang lain, sedangkan obat golongan non vital (NA,

NB dan NC) dapat dihilangkan dari rencana pembelian apabila anggaran yang ada

tidak mencukupi.

Page 17: Makalah Pareto

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi

dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio

di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Tesis. Universitas

Diponegoro. Semarang.

MIMS Indonesia, 2013, MIMS Indonesia, Edisi 12th, Indonesia, BIP

Quick, J.D., Hume M.L., Rankin, J.R., O’Connor, R.M.L., O’Connor, R.W., 1997, Managing

Drug Supplay, Management Sciences for Health, 7th printing, Boston, Massachussets,

pp.227,630-633