18
MAKALAH PELAYANAN FARMASI “INTERAKSI OBAT DENGAN PENYAKIT” O L E H : 1. NUR HATIDJAH AWALIYAH (F1F1 10 0 2. DWI RAHAYU KUSUMAWATI (F1F1 10 069) 3. ADI SUWANDI (F1F1 10 0 4. MUH. JUHARISMAN (F1F1 10 0 JURUSAN FARMASI

Makalah Pelayanan IO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

interaksi obat

Citation preview

Page 1: Makalah Pelayanan IO

MAKALAH PELAYANAN FARMASI

“INTERAKSI OBAT DENGAN PENYAKIT”

O L E H :

1. NUR HATIDJAH AWALIYAH (F1F1 10 0

2. DWI RAHAYU KUSUMAWATI (F1F1 10 069)

3. ADI SUWANDI (F1F1 10 0

4. MUH. JUHARISMAN (F1F1 10 0

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

Page 2: Makalah Pelayanan IO

2013

Page 3: Makalah Pelayanan IO

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

digunakan bersama-sama Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan

dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan

menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan

gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek

samping dari obat- obat tertentu. Resiko kesehatan dari interaksi obat ini

sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa

pula fatal. Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya

interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan,

minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga terjadi pada berbagai kondisi

kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan darah tinggi. Dalam

hal ini terminologi interaksi obat dikhususkan pada interaksi obat dengan

obat.

Dalam interaksi obat-obat, obat yang mempengaruhi disebut

presipitan, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut objek. Contoh presipitan

adalah aspirin, fenilbutazon dan sulfa. Object drug biasanya bersifat

mempunyai kurva dose-response yang curam (narrow therapeutic margin),

dosis toksik letaknya dekat dosis terapi (indeks terapi sempit).

Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Interaksi yang menguntungkan, misalnya (1) Penicillin dengan

probenesit: probenesit menghambat sekresi penicillin di tubuli ginjal sehingga

meningkatkan kadar penicillin dalam plasma dan dengan demikian

meningkatkan efektifitas dalam terapi gonore; (2) Kombinasi obat anti

hipertensi: meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping: (3)

Kombinasi obat anti kanker: juga meningkatkan efektifitas dan mengurangi

efek samping (4) kombinasi obat anti tuberculosis: memperlambat timbulnya

resistansi kuman terhadap obat; (5) antagonisme efek toksik obat oleh

antidotnya masing-masing.

Page 4: Makalah Pelayanan IO

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat

meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat yang

berinteraksi, jadi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan

yang sempit, misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat

sitotastik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang biasa

digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada

obat yang dipakai sekali-kali.

Jenis-Jenis interaksi obat adalah sebagai beriku; interaksi obat

dengan obat, interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan minuman,

interaksi obat dengan penyakit dan interaksi obat dengan nutrisi. Namun pada

makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai interaksi obat dengan

penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu interaksi obat?

2. Apa saja interaksi obat dengan penyakit?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian interaksi obat

2. Untuk mengetahui contoh-contoh interaksi obat dengan penyakit

Page 5: Makalah Pelayanan IO

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Interaksi obat merupakan masalah penting yang mengakibatkan ribuan

orang harus di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun. Penelitian selama satu

tahun baru-baru ini disejumlah apotek menunjukkan bahwa hampir satu dari 4

pasien yang mendapatkan resep pernah mengalami interaksi obat yang berarti

pada suatu saat tertentu dalam tahun tersebut. Interaksi demikian telah

menimbulkan gangguan yang serius sehingga kadang-kadang menyebabkan

kematian. Yang lebih sering terjadi adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas

atau turunya efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali

atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya (Harknoss, 1989).

Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmak

okinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan

perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro

dsb. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat

absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya

dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa

mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik meliputi aditif

(efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya = 2), potensiasi (efek

A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek B = 1,

efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek

kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik

adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor (Agoes, 1989).

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat

(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi

obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat

terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah

oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).

Page 6: Makalah Pelayanan IO

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat

lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat

bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir

bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008). Interaksi obat dianggap

penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi

efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas

keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,

antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).

Page 7: Makalah Pelayanan IO

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain,

makanan dan senyawa kimia lain ataupun interaksi dengan kelainan fungsional

tubuh. Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang

pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat

obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah

kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu.

Resiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit

menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.

3.2 Interaksi obat dengan penyakit

Obat sejatinya memiliki fungsi untuk menyembuhkan penyakit. Namun

pada orang yang memiliki beberapa penyakit, pemilihan obat harus lebih

diperhatikan agar tidak terjadi interaksi.

Berikut contoh interaksi obat-obatan dengan penyakit:

NSAIDs dengan gangguan ginjal akut

Prostaglandin berperan dalam fungsi ginjal dan sistem darah. Pemberian NSAID

pada penderita gangguan ginjal akut akan menyebabkan dehidrasi.

AINS (Salisilat) dengan Penyakit hati

Salisilat bisa menyebabkan keracunan akut jika konsentrasi obat dalam

darah tinggi, terutama jika pasien telah memiliki gangguan fungsi hati (seperti

pada hepatitis) atau demam rematik.

AINS dengan Gangguan penggumpalan darah

Pasien dengan gangguan penggumpalan darah seperti hemofilia,

trombositopenia, uremia dan sirosis harus menghindari pemakaian obat AINS.

Karena dapat menyebabkan pendarahan yang lebih lama, karena itu harus berhati-

hati dalam menggunakan obat AINS.

NSAIDs dengan sirosis hati

Pemberian NSAIDs meskipun dosis kecil, mungkin menyebabkan

penurunan fungsi ginjal pada pasien sirosis. NSAIDs menghambat

Page 8: Makalah Pelayanan IO

siklooksigenase yang bekerja mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin

sehingga kadarnya meningkat.

AINS dengan Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Penggunaan obat AINS dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan

kontrol tekanan darah pada pasien berpenyakit kardiovaskuler.

Aspirin dan NSAIDs yang non-selektif dengan ulkus peptikum

Aspirin dan NSAIDs yang non-selektif seperti indomethasin dapat

merusak pertahanan mukosa lambung, menurunkan produksi bikarbonat, merusak

epitel mukosa lambung secara langsung, dan menurunkan produksi prostaglandin,

dengan demikian dapat mengganggu pertahanan mukosa lambung. Apabila

mekanisme pertahanan awal ini rusak maka asam lambung dan pepsin akan

menambah kerusakan mukosa dengan cepat sehinggga menyebabkan terjadinya

ulkus peptikum. Oleh karena itu tidak dianjurkan kepada pasien ulkus peptikum.

Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal dengan demam berdarah

Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan

sodium naproxen pada pasien dengan penyakit demam berdarah tidak dianjurkan

karena dapat meningkatkan risiko pendarahan.

Calcium canal blocers (CCBS) dengan penyakit hati

CCBS secara ekstensif dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh CCBS dapat

diperpanjang secara substansial pada pasien dengan kerusakan hati yang parah,

dengan potensi untuk akumulasi obat yang signifikan. Selain itu, penggunaaan

beberapa CCBS telah dikaitkan dengan peningkatan pada transaminase serum,

baik dengan dan tanpa peningkatan seiiring dalam fosfatase alkali dan bilirubin.

Meskipun efek ini bersifat sementaradan reversible, beberapa pasien telah

mengembangkan kolestasis atau cedera hepatoselular. Terapi dengan CCBS harus

diberikan secara hati-hati dan pada dosis rendah untuk pasien dengan fungsi hati

terganggu.

Barbiturat dengan psikoneuritik

Barbiturat tidak boleh diberikan pada pasien psikoneuritik tertentu karena

dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada usia lanjut.

Page 9: Makalah Pelayanan IO

Atenolol dengan bradikardial

Atenolol merupakan obat golongan β-bloker yang dapat menyebabkan

brakikardial blokade AV, hambatan nodus Sadan menurunkan kekuatan kontraksi

miokard.Oleh karena itu obat ini berkontraindikasi pada keadaan brakikardial

blokade AV derajat 2 dan 3,sick sinus syndrome dan gagal jantung yang belum

stabil. Pendapat lama mengatakan dapat bersifat inotropik negatif pada gaga

jantung.

Insulin dengan Obesitas

Kenaikan berat badan, karena terapi insulin memulihkan massa otot dan lemak

(pengaruh anabolic insulin). Penyebab kenaikan berat badan lain adalah makan

berlebihan serta kebiasaan mengudap untuk menghindari hipoglikemia, biasanya

pasien dengan terapi insulin melakukan diet yang lebih longgar dibandingkan

dengan diet ketat saat terapi OHO.

Everolimus (obat imunosupresan) dengan hiperlipidemia

Penggunaan everolimus berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol

dan trigliserida sehingga kadar lipid pasien harus dimonitor dan jika perlu

diberikan obat penurun kadar lipid.

Micamin for ijection (micafungin natrium)

Obat antifungi ini dapat menyebabkan gangguan fungsi hati sehingga tidak

dianjurkan untuk pasien dengan gangguan hati berat.

Klorpopamid (Golongan Sulfonilurea) dengan insufisiensi ginjal

Sulfonilurea generasi pertama khususnya klorpopamid tidak dianjurkan

pada pasien dengan riwayat insufisiensi ginjal karena dapat menimbulkan resiko

hipoglikemia jangka panjang. Sebaliknya dianjurkan sulfonilurea kerja pendek

seperti tolbutamid dan glikuidon.

Meglitinid dengan penyakit insufisiensi hati dan ginjal

Obat ini dimetabolisme di hati dan ginjal, sehingga penggunaan pada

penderita insufisiensi hati dan ginjal memerlukan perhatian dan penyesuaian

dosis.

Page 10: Makalah Pelayanan IO

Calcium canal blocers (CCBS) dengan gagal jantung kongestif

CCBS memiliki efek ionotropik negatif. Gagal jantung kongestif,

memburuknya CHF, dan edema paru telah terjadi pada beberapa pasien yang

diobati dengan CCBS, terutama verapamil. Beberapa CCBS juga menyebabkan

edema perifer ringan sampai sedang karena vasodilatasi lokal pada arteriol dan

pembuluh darah kecil, yang dapat meningkatkan efek disfungsi ventrikel kiri yang

parah atau sedang sampai gejala berat dari gagal jantung. Demikian juga

disarankan pada pasien dengan infark miokard akut dan kongesti paru untuk

penggunaan CCBS secara hati-hati.

Calcium canal blocers (CCBS) dengan penyakit arteri koroner

Peningkatan frekuensi, durasi, dan atau keparahan angina serta infark

miokard akut dapat terjadi selama proses inisiasi atau peningkatan dosis CCBS

terutama pada pasien dengan penyakit arteri koroner obstruktif parah. Terapi

dengan CCBS diberikan hati-hati kepada pasien dengan penyakit arteri koroner

yang signifikan.

Calcium canal blocers (CCBS) dengan syok kardionergik/hipotensi

Secara umum, CCBS tidak boleh digunakan pada pasien dengan gejala

hipotensi (tekanan sistolik dibawah 90 mmHg) atu syok kardiogenik yang

disebabkan adanya efek ionotropik negatifdan vasodiatasi perifer. Penggunaan

CCBS lebih lanjut dapat menekan kardiak output dan tekanan darah, yang dapat

memberikan efek yang merugikan pada pasien ini. Secara khusus, penggunaan

verapamil dan diltiazem kontradiksi dengan pasien hipotensif.

Page 11: Makalah Pelayanan IO

Tiazolidenion dengan penyakit hepar aktif

Obat yang termasuk golongan tiazolidenion yaitu rosiglitazon, piroglitazon

dan troglitazon mempunyai efek samping hepatotoksik sehingga tidak dianjurkan

pada penderita gangguanhepar aktif atau penderita dengan peningkatan enzim

transaminase hati.

Tiazolidenion dengan penyakit gagal jantung

Golongan obat ini memiliki efek samping menaikkan berat badan, anemia,

edema dan resistensi cairan sehingga dikontraindikasikan dengan penyakit gagal

jantung NYHA III dan IV serta perhatian penuh pada gagal jantung NYHA I dan

II.

Page 12: Makalah Pelayanan IO

BAB IVKESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar suatu obat

dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau

keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga

2. Salah satu interaksi obat yang sering terjadi ialah interaksi obat dengan

penyakit.

4.2. Saran

Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan agar dapat

membantu berkembangnya makalah ini.

Page 13: Makalah Pelayanan IO

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin dan Mathilda B.Widianto. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit

ITB, 1989.

Harkness, Richard. 1989. Interaksi Obat. Penerbit ITB: Bandung.

Piscitelli,S.C. and Rodvold,K.A. 2005. Drug Interaction In Infection Disease 2nd

Edition. Humana Press.New Jersey.

Setiawati,A. 2007. Interaksi Obat, Dalam Farmakologi Dan Terapi. Edisi kelima. Departemen FKUI. Jakarta.

Stockley. 2008. Stockley’s Drug Interaction Disease 8th Edition. The Pharmaceutical Press. London.