27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik merupakan komponen dasar penting dalam sistem pendidikan. Pendidik akan berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidik sangat berperan besar sekaligus menentukan ke mana arah potensi peserta didik yang akan dikembangkan. Konsep pendidik dalam perspektif pendidikan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan itu sendiri. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Tentu semua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang menginginkan perkembangan pendidik tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan pemahaman maksimal manusia. Jika karakteristik yang diinginkan oleh pendidikan dapat dipenuhi, maka pendidikan yang berkualitas niscaya akan dapat diraih. Untuk itu, kajian dan analisis filosofis sangat dibutuhkan dalam merumuskan konsep pendidik dalam perspektif pendidikan sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang pendidik. Makalah yang sederhana ini akan menguraikan tentang analisis filosofis tentang pendidik dalam perspektif filsafat pendidikan. Diharapkan makalah ini menjadi bahan diskusi lebih

Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidik merupakan komponen dasar penting dalam sistem pendidikan. Pendidik

akan berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang

diinginkan. Oleh karena itu, pendidik sangat berperan besar sekaligus menentukan ke mana

arah potensi peserta didik yang akan dikembangkan.

Konsep pendidik dalam perspektif pendidikan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai

dengan karakteristik pendidikan itu sendiri. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan

persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Tentu semua itu tidak terlepas

dari landasan ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang menginginkan perkembangan

pendidik tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan

pemahaman maksimal manusia.

Jika karakteristik yang diinginkan oleh pendidikan dapat dipenuhi, maka pendidikan yang

berkualitas niscaya akan dapat diraih. Untuk itu, kajian dan analisis filosofis sangat

dibutuhkan dalam merumuskan konsep pendidik dalam perspektif pendidikan sehingga

diperoleh pemahaman yang utuh tentang pendidik.

Makalah yang sederhana ini akan menguraikan tentang analisis filosofis tentang pendidik

dalam perspektif filsafat pendidikan. Diharapkan makalah ini menjadi bahan diskusi lebih

lanjut agar dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang pendidik itu sehingga

berguna dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan secara efektif dan

efisien.

B.  Rumusan Masalah

1. bagaimanakah peran pendidik itu dan apa pula fungsi pendidik itu?

2. apa saja yang menjadi tugas pendidik ?

3. apa tanggung jawab pendidik ?

4. seperti apakah kode etik pendidik supaya tujuan pendidik tercipta?

Page 2: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Analisis dan Pola Pikir Filosofis Tentang Pendidik

Pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pendidikan formal tingkat dasar dan menengah

disebut guru, sedangkan pada perguruan tinggi disebut dengan dosen. Dalam bahasa Arab,

juga ditemukan beberapa istilah yang memiliki makna pendidik, yaitu ustadz, mudarris,

mu’allim, dan mu’addib. Abuddin Nata mengemukakan bahwa kata ustadz jamaknya asātidz

yang berarti teacher (guru), professor (gelar akademik), jenjang di bidang intelektual, pelatih,

penulis, dan penyiar. Adapun kata mudarris berarti teacher (guru), instructor (pelatih), lecture

(dosen). Sedangkan kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), dan

trainer (pemandu). Sementara kata mu’addib berarti educator (pendidik) atau teacher in

koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur’an).

Adanya perbedaan dalam penggunaan istilah pendidik, juga berangkat dari penggunaan

istilah pendidikan yang digunakan. Bagi orang yang berpendapat bahwa istilah yang tepat

untuk menggunakan pendidikan adalah tarbiyah, maka seorang pendidik disebut murabbi,

jika ta’līm yang dianggap lebih tepat, maka pendidiknya disebut mu’allim, dan jika ta’dīb

yang dianggap lebih cocok untuk makna pendidikan, maka pendidik disebut dengan

mu’addib.

Kata ”murabbi”, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada

pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam

proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan

secara penuh agar anaknnya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta akhlak

terpuji. Term mu’addib mengacu kepada guru yang memiliki sifat-sifat rabbany yaitu nama

yang diberikan bagi orang-orang yang bijaksana dan terpelajar yang memiliki sikap tanggung

jawab yang tinggi serta mempunyai jiwa kasih sayng terhadap peserta didik. Sedangkan kata

”mu’allim” memberikan konsekuensi bahwa guru adalah seorang yang alim (ilmuan),

menguasai ilmu pengetahuan, keratif dan memiliki komitmen dalam pengembangan ilmu.

Dalam pengertian ini maka seorang guru harus kaya dengan ilmu dan aktivitas dan ia

berusaha untuk memberikan pengetahuannya tersebut kepada peserta didiknya.

Meskipun terdapat berbagai perbedaan istilah, yang jelasnya makna dasar dari masing-

masing istilah tersebut terkandung di dalam konsep ”pendidik” dalam pendidikan Islam.

Dengan demikian, ”pendidik” tidak hanya sebagai orang yang menyampaikan materi an sich

kepada peserta didik (transfer of knowladge), tetapi lebih dari itu ia juga bertugas untuk

Page 3: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal (tranformation of knowladge)

serta menanamkan nilai (internalitation of values) yang berlandaskan kepada ajaran Islam.

Tegasnya, seorang pendidik berperan besar dalam menumbuh-kembangkan berbagai potensi

positif peserta didik secara optimal sehingga tujuan pendidikan Islam yang ideal dapat diraih.

Menurut Ramayulis, pendidik dalam pendidikan Islam setidaknya ada empat macam.

Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi hamba-hamba dan sekalian makhluk-Nya. Kedua,

Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya telah menerima wahyu dari Allah kemudian

bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya kepada seluruh

manusia. Ketiga, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga bagi anak-

anaknya. Keempat, Guru sebagai pendidik di lingkungan pendidikan formal, seperti di

sekolah atau madrasah. Namun pendidik yang lebih banyak dibicarakan dalam pembahasan

ini adalah pendidik dalam bentuk yang keempat.

B. Keberadaan Pendidik

a. Pendidik dalam al-Qur’an

Secara eksplisit, memang tidak ditemukan ayat-ayat al-Qur’ann yang berbicara tentang

pendidik. Namun secara implisit, al-Qur’an membicarakan tentang pendidik. Hal itu dapat

dilihat dari konsep al-Qur’an tentang ilmu dan kedudukan orang-orang yang berilmu. Orang

yang berilmu ini tentunya memiliki hubungan erat dengan pendidik, dimana pendidik adalah

orang yang memiliki dan mengajarkan ilmu.

Dalam al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah memposisikan

pendidik pada tempat terhormat. Seperti firman-Nya:

�ا �ه�ا ي ي� ذ�ين� أ �وا ال �ذ�ا آم�ن �م� ق�يل� إ �ك ح�وا ل �ف�س ال�س� ف�ي ت �م�ج� ح�وا ال ح� ف�اف�س� �ف�س� ه� ي �م� الل �ك �ذ�ا ل وا ق�يل� و�إ ز� ف� انش�

وا ز� ف�ع� انش� �ر� ه� ي ذ�ين� الل �وا ال �م� آم�ن �وا م�نك �وت �أ ذ�ين �م� و�ال �ع�ل ج�ات. ال ه� د�ر� �م�ا و�الل �ون� ب �ع�م�ل �ير5 ت ب خ�

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan

apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.

al-Mujadilah/58: 11)

Page 4: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

Selain dari ayat di atas, juga terdapat firman Allah dalam surat az-Zumar tentang posisi

seorang pendidik dengan ilmu yang dimilikinya. Firman-Nya:

�و�ي ه�ل� ق�ل� ت �س� ذ�ين� ي �م�ون� ال �ع�ل ذ�ين� ي �م�ون� ال� و�ال �ع�ل م�ا ي �ن ر� إ �ذ�ك �ت �وا ي و�ل� �اب� أ �ب ل

� األ�

Artinya: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang

tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

(Q.S. az-Zumar/39: 9).

Selain dari posisi di atas, seorang pendidik yang berilmu tersebut memiliki karakter takut,

tunduk dan taat kepada Allah (khasyyatullah). Hal ini berarti bahwa secara implisit seorang

pendidik memiliki kelebihan dari manusia lain ketika menjalankan perintah Allah. Firman-

Nya:

اس� و�م�ن� � و�الدو�اب@ الن �ع�ام ن� �ل�ف5 و�األ� ت �ه� م�خ� �و�ان ل

� �ك� أ �ذ�ل م�ا ك �ن ى إ �خ�ش� ه� ي �اد�ه� م�ن� الل ب �م�اء ع� �ع�ل �ن ال ه� إ ع�ز�ي الل

غ�ف�ور5 ز5

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-

binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang

takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama . Sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Fathir/35: 28).

Menurut Ramayulis, dari ayat-ayat yang berkenaan dengan ilmu (pendidik) di atas, dapat

disimpulkan bahwa Allah menempatkan seorang pendidik pada posisi yang terhormat. Jika

digunakan logika berfikir yang linear maka tentunya posisi ulama akan terus meningkat

derajatnya apabila ia mengaplikasikan ilmunya dalam sikap hidup dan perilaku sehari-hari.

Selanjutnya posisi terhormat seorang pendidik tersebut akan terus meningkat ke derajat yang

lebih tinggi bila ilmu tersebut diwariskan kepada orang lain melalui usaha pendidikan.

b. Pendidik dalam Hadis

Dari beberapa hadis dapat dilihat bahwa Nabi Muhammad SAW juga memposisikan pendidik

di tempat yang mulia dan terhormat. Dia menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi,

sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif pendidikan Islam,

pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para nabi. Hadis itu berbunyi:

..... �م�اء� �لع�ل �ت� ا اث �اء� و�ر� �ي �ب �ن �ال ا .....

Artinya: …...Para ulama (guru) adalah pewaris para nabi…(Dari Abu Darda’ r.a. dan

diriwayatkan oleh Ibn Majah)

Hadis di atas juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memberikan perhatian yang besar

Page 5: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

terhadap ”pendidik” sekaligus memberikan posisi terhormat kepadanya. Hal ini beralasan

mengingat peran pendidik sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten

dan komitmen dalam menjalankan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

c. Pendidik dalam Sistem Pendidikan Nasional

Dalam sejarah bangsa Indonesia, status pendidik juga mendapat penghormatan yang mulia.

Bahkan sering dikenal pepatah yang menyebutkan bahwa guru adaha ”digugu dan ditiru”. Di

beberapa wilayah Indonesia, ada beberapa ungkapan populer untuk menyebut guru. Di

Minangkabau, misalnya, guru biasanya disebut Buya berasal dari kata abuyya yang berarti

Bapakku tercinta; sementara di daerah lain, seperti Sunda, dikenal sebutan Yang guru, Nyai

guru, Kang guru, Uwa guru dan Aki guru. Walaupun sebutan itu ditujukan kepada guru yang

memiliki keunggulan, namun hal ini bisa dijadikan alasan kuat untuk menyatakan bahwa

guru berada pada posisi terhormat di mata masyarakat.

Dalam sistem pendidikan nasinal, pendidik dikenal dengan beberapa sebutan, seperti yang

ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) pasal 1 ayat (6): ” Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,

fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan”.

Sementara dalam pendidikan formal, pendidik dikenal dengan sebutan guru untuk tingkat

sekolah dasar dan menengah dan dosen untuk tingkat perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat

dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Pada Bab II pasal 2 disebutkan bahwa:

1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8 disebutkan juga bahwa

”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

Page 6: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Kompetensi yang dimaksud dijelaskan sebelumnya pada pasal 1 ayat (10): ”Kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Sedangkan

kompetensi itu meliputi empat aspek, sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 10 ayat (1)

”Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi”.

Adanya konstitusi di atas menunjukkan bahwa pendidik memang memiliki peran penting

serta berkedudukan yang mulia dan terhormat, tidak saja dalam perspektif Islam, tetapi juga

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Hal ini tentunya berangkat dari

kesadaran bahwa pendidik memiliki peran strategis sekaligus memberikan kontribusi yang

besar terhadap pembangunan dan peningkatan peradaban suatu bangsa.

Berkaitan dengan ini, maka dalam pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidik dipandang

sebagai abu al-ruh (orang tua spiritual atau rohani) bagi para muridnya. Guru hadir di

hadapan muridnya dalam kelas memberikan bimbingan jiwa dengan berbagai hikmah, dan

mauizhah dalam melaksanakan pendidikan, terutama dalam membimbing akhlak dan moral.

Atas dasar ini maka menghormati pendidik juga berarti menghormati Bapaknya (orang tua)

sendiri, dan penghargaan terhadap pendidik berarti juga menghargai orang tuanya juga.

3. Tugas Pendidik

Mengenai tugas pendidik dalam perspektif pendidikan Islam, Ramayulis membaginya ke

dalam dua tugas, yaitu tugas umum dan tugas khusus. Secara umum, tugas pendidik adalah

mengemban misi rahmatan li al-‘ālamīn, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk

tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan

akhirat. Kemudian misi dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa

tauhid, kreatif, beramal shaleh, dan bermoral tinggi.

Secara khusus, tugas pendidik ada tiga macam. Pertama, sebagai pengajar (instruksional)

yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah

disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan. Kedua, sebagai pendidik (educator)

yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil,

Page 7: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Ketiga, sebagai pemimpin (managerial),

yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait.

Tugas ketiga ini menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,

pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.

Sementara Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, seperti yang dikutip Samsul Nizar, bahwa tugas

pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa

hati manusia untuk taqarrub ila Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan peserta didik

untuk mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh ciptaannya. Para pendidik dituntut untuk

dapat mensucikan jiwa peserta didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa yang suci manusia

akan dapat dekat dengan Khaliq-Nya. Begitu pula an-Nahlawi berpendapat bahwa selain

bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas

utama yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-nafs yaitu mengembangkan,

membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkan dari

kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-Nya yang hanif. Pendapat ini

menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik yang tidak kalah penting adalah sebagai

muzakky.

Dalam al-Qur’an juga disinggung bahwa tugas pendidik—dalam konteks pendidik sebagai

waratsatul an-biya’—memang bertugas sebagai sekaligus mu’allim sebagai muzakky. Hal ini

sesuai dengan tugas Rasul dalam firman-Nya:

�م� ل ما �م @م�ك �ع�ل و�ي �م�ة� �ح�ك و�ال �اب� �ك�ت ال �م� @م�ك �ع�ل و�ي �م� @يك ك �ز� و�ي �ا �ن �ات آي �م� �ك �ي ع�ل �و �ل �ت ي �م� م@نك N وال س� ر� �م� ف�يك �ا �ن ل س� ر�� أ �م�ا ك

�م�ون� �ع�ل ت � �وا �ون �ك ت

Artinya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami telah

mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu

dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta

mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. al-Baqarah/2: 151).

4. Karakteristik Pendidik

Perlu juga dipahami bahwa pendidik dalam pendidikan Islam memiliki karakteristik

tersendiri. Karakteristik ini tentunya membedakan pendidik dalam perspektif pendidikan

Islam dengan pandangan pendidikan non-Islam lainnya. Al-Abrasy mengemukakan beberapa

karakteristik pendidik.

a. Seorang pendidik bersifat zuhud, artinya melaksanakan tugasnya bukan semata-mata

Page 8: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

karena materi, melainkan mendidik untuk mencari keridhaan Allah.

b. Seorang pendidik harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwanya,

terhindar dari dosa, sifat ria dengki, permusuhan, dan sifat –sifat tercela lainnya.

c. Seorang pendidik harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan memiliki sifat-sifat terpuji

lainnya, seperti rendah hati, jujur, lemah lembut, dan sebagainya.

d. Seorang pendidik mesti suka memaafkan orang lain, terutama kesalahan peserta didiknya,

lalu ia juga sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan

mempunyai harga diri.

e. Seorang pendidik harus mencintai peserta didiknya seperti cintanya terhadap anak-anaknya

sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan keadaan anak-anaknya.

f. Seorang pendidik harus mengetahui karakter/tabiat peserta didiknya.

g. Seorang pendidik mesti menguasai pelajaran yang ia berikan.

Sementara an-Nahlawi menyebutkan beberapa karakteristik seorang pendidik, yaitu:

a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan

pola pikirnya.

b. Bersifat ikhlas; melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari ridha

Allah dan menegakkan kebenaran.

c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan

mengkajinya lebih lanjut.

f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan prinsip-prinsip

penggunaan metode pendidikan.

g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional.

h. Mengetahui kondisi psikis peserta didik.

i. Tanggap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa,

keyakinan atau pola berpikir peserta didik.

j. Berlaku adil terhadap peserta didiknya.

Dari karakteristik di atas dapat dipahami bahwa pendidik dalam pandangan Islam memiliki

posisi yang tinggi dan terhormat. Namun tugas yang mesti mereka emban tidaklah mudah,

sebab Islam menuntut pendidik tersebut melakukan terlebih dahulu apa-apa yang akan ia

Page 9: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

ajarkan. Dengan begitu, pendidik akan mampu menjadi teladan (uswah) bagi peserta

didiknya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendidik yang mulia, yaitu Nabi

Muhammad SAW.

Ibn Khaldun, dalam kitabnya Muqaddimah, juga berpendapat bahwa seorang guru harus

memiliki karakter yang baik. Dalam hal ini ia mengutip wasiat al-Rasyd kepada Khalaf bin

Ahmar, guru puteranya MUhammad al-Amin. Wasiat ini merupakan hal-hal yang perlu

diperhatikan oleh seorang guru. Wasiat itu berbunyi,

"O Ahmar, Amirul Mu'minin telah mempercayakan anaknya kepada Anda, kehidupan

jiwanya, dan buah hatinya. Maka, ulurkan tangan Anda padanya, dan jadikan dia taat pada

Anda. Ambillah tempat di sisinya yang telah Amirul Mukminin berikan pada Anda. Ajari dia

membaca Al Qur'an. Perkenalkan dia sejarah. Ajak dia meriwayatkan syiir-syiir dan ajari dia

Sunnah-sunnah Nabi. Beri dia wawasan bagaimana berbicara dan memulai suatu

pembicaraan secara baik dan tepat. Larang dia tertawa, kecuali pada waktunya. Biasakan dia

menghormati orang-orang tua Bani Hasyim yang bertemu dengannya, dan agar ia menghargai

para pemuka militer yang datang ke majlisnya. Jangan biarkan waktu berlalu kecuali jika

Anda gunakan untuk mengajarnya sesuatu yang berguna, tapi bukan dengan cara yang

menjengkelkannya, cara yang dapat mematikan pikirannya. Jangan pula terlalu lemah-

lembut, bila umpamanya ia mencoba membiasakan hidup santai. Sebisa mungkin, perbaiki

dia dengan kasih-sayang dan lemah-lembut. Jika dia tidak mau dengan han itu, Anda harus

mempergunakan kekerasan dan kekasaran."

Wasiat di atas menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh setiap pendidik. Dari wasiat itu

pula dapat disimpulkan bahwa setiap pendidik mesti bijaksana dalam mendidik anaknya,

penuh kesabaran dan kasih sayang serta tanggung jawab yang tinggi sehingga si anak

memiliki kompetensi di bidang yang ia ajarkan.

5. Persyaratan Pendidik

Dari penjelasan tugas dan karakteristik pendidik di atas, dapat dipahami bahwa menjadi

seorang pendidik yang sesungguhnya tidaklah mudah; butuh upaya yang sungguh-sungguh.

Agar tugas tersebut dapat dijalankan dan karakteristik pendidik itu bisa dimiliki, maka

seorang guru harus memiliki beberapa persyaratan. Al-Kanani (w. 733 H), seperti yang

Page 10: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

dikutip oleh Ramayulis, bahwa ada beberapa persyaratan seorang pendidik dalam pandangan

pendidikan Islam. Persyaratan tersebut sebagai berikut:

Pertama, syarat-syarat pendidik berhubungan dengan dirinya sendiri, yaitu:

1. Pendidik hendaknya senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala

perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah

kepadanya. Karenanya ia tidak mengkhianati amanat itu, malah ia tunduk dan merendahkan

diri kepada Allah SWT.

2. Pendidik hendaknya memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk pemeliharaannya ialah

tidak mengajarkannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya, yaitu orang-orang yang

menuntut ilmu untuk kepentingan dunia semata.

3. Pendidik hendaknya bersifat zuhud.

4. Pendidik hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat

untuk mencapai kedudukan, harta, prestise atau kebanggaan atas orang lain.

5. Pendidik hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara’ dan

menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat

menjatuhkan hara dirinya di mata orang banyak.

6. Pendidik hendaknya memelihara syi’ar-syi’ar Islam, seperti melaksanakan shalat

berjamaah di masjid, mengucapkan salam, dsb.

7. Pendidik hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama, baik dengan

lisan maupun perbuatan, seperti membaca al-Qur’an, berzikir dan shalat tengah malam.

8. Pendidik hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang

banyak dan menghindarkan diri dari akhlak buruk.

9. Pendidik hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hala-hal yang

bermanfaat, seperti beribadah, membaca, mengarang, dsb.

10. Pendidik hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari

orang yang lebih rendah dari padanya, baik dari segi kedudukan maupun usianya.

11. Pendidik hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan memperhatikan

keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.

Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran (syarat-syarat paedagogis-didaktis),

yaitu:

1. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya pendidik bersuci dari hadas dan

kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan

syari’at.

Page 11: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

2. Ketika keluar dari rumah, hendaknya pendidik selalu berdoa agar tidak sesat menyesatkan

dan terus berzikir kepada Allah SWT. Artinya, sebelum mengajarkan ilmu, seorang pendidik

harus membersihkan hati dan niatnya.

3. Hendaknya pendidik mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh

semua peserta didik.

4. Sebelum mulai mengajar, pendidik hendaknya membaca sebagian dari ayat al-Qur’an agar

memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah.

5. Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan dan

kepentingan yaitu tafsir al-Qur’an, hadis, ilmu-ilmu ushuluddin, ushul fiqh, dan seterusnya.

6. Hendaknya pendidik selau mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras.

7. Hendaknya pendidik menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan pembahasan pada

objek tertentu.

8. Pendidik hendaknya menegur peserta didik-peserta didik yang tidak menjaga sopan santun

dalam kelas.

9. Pendidik hendaknya bersikap bijak dalam melalkukan pembahasan, menyampaikan

pelajaran dan jawaban pertanyaan.

10. Terhadap peserta didik, pendidik hendaknya berperilaku wajar dan menciptakan suasana

yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temannya.

11. Pendidik hendaknya menutup setiap akhir kegiatan pembelajaran dengan kata-kata

wallahu a’lam yang menunjukkan keikhlasan kepada Allah SWT.

12. Pendidik hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak disukainya.

Ketiga, syarat-syarat pendidik di tengah-tengah peserta didiknya, antara lain:

1. Pendidik hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah, menyebarkan ilmu,

menghidupkan syara’, menegakkan kebenaran, melenyapkan kebatilan, dan memelihara

kemaslahatan umat.

2. Pendidik hendaknya menolak untuk mengajar peserta didik yang tidak mempunyai niat

tulus dalam belajar.

3. Pendidik hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya sendiri.

4. Pendidik hendaknya memotivasi peserta didik untuk menuntut ilmu seluas mungkin.

5. Pendidik hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha

agar peserta didiknya dapat memahami pelajaran.

6. Pendidik hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang

dilakukannya.

Page 12: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

7. Pendidik hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta didiknya.

8. Pendidik hendaknya berusaha membantu memenuhi kemaslahatan peserta didik, baik

dengan kedudukan ataupun hartanya.

9. Pendidik hendaknya terus memantau perkembangan peserta didik, baik intelektual maupun

akhlaknya. Peserta didik yang shaleh akan menjadi “tabungan” bagi pendidik, baik di dunia

maupun di akhirat.

Hal ini tentu bisa mereka miliki, meskipun background pendidikan dari masiang-masing guru

tersebut tidak berasal dari lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan Pergutuan Tinggi

Agama, akan tetapi di lembaga pendidikan umum pun mereka sudah mendapat pendidikan

agama melalaui bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Diperkuat lagi pendidikan

keluarga dan masyarakat yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam itu sendiri. Oleh

karena itu, meskipun kepribadian Islami menjadi tanggung jawab semua guru, akan tetapi

guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tetap mendapat prioritas dan bekerja keras

agar mampu mewarnai bidang studi lain di lembaga pendidikan umum. Hanya saja,

kebersamaan visi dan misi dari lembaga tersebut sangat dibutuhkan untuk mewujudkan

pendidik yang memiliki karakteristik sebagaimana yang diinginkan dalam konsep pendidikan

Islam. Pentingnya memperkuat dan mempertegas peran guru dalam membentuk kepribadian

peserta didik yang Islami juga tersirat dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pada pasal 6 disebutkan bahwa "kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional

bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional…".

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Page 13: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

Syarat-syarat di atas harus diupayakan oleh seorang guru secara optimal sehingga ia akan

menjadi guru yang profesional, baik dalam kemampuan paedagogik, profesional, individual

hingga kepada sosialnya. Semua kemampuan/kompetensi tersebut tentunya berlandaskan

kepada ajaran Islam.

Rekomendasi

Demikian pentingnya pendidik, maka pendidik ini harus menjalankan tugas dan memahami

perannya sebagaimana yang dijelaskan di atas. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan di

Indonesia, pendidik, baik guru maupun dosen memang telah mendapat perhatian dari

pemerintah, terbukti dengan adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen. Namun, pendidik harus menyadari bahwa pendidik tidak hanya sekedar profesi

formal yang bertanggung jawab dalam menyampaikan materi sebaik-baiknya, dengan

perencanaan pembelajaran yang matang dan menerapan metode yang baik. Hal yang lebih

penting adalah pendidik seharusnya sebagai figur-central (uswatun hasanah) bagi peserta

didiknya.

Apalagi adanya pergerseran nilai yang semakin tajam di era globalisasi ini, prinsip

pragmatisme dan materialisme selalu menjadi pertimbangan—terkadang menjadi

pertimbangan utama—dalam setiap profesi, termasuk profesi guru. Berkualitas tidaknya

suatu pembelajaran hanya diukur dengan seberapa besar materi yang ia dapatkan.

Oleh karena itu, prinsip keikhlasan dan keteladan seharunya lebih mendapat perhatian bagi

guru dalam konteks kekinian. Sikap yang ikhlas bukan berarti tidak membutuhkan materi,

tetapi materi bukanlah tujuan utama dan penentu akhir berhasil tidaknya suatu pendidikan.

Begitu pula keteladanan, bukan hanya tugas guru yang berkenaan dengan bidang studi akhlak

an sich, seperti bidang studi agama dan bidang studi kewarganegaraan;

B. SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

Depdikbud, (1981), Materi Dasar Pendidikan Akta V, buku III c,Penilaian dalam

Pendidikan: Jakarta.

Edward Norman, (1981), Measurment and Evaluation in Teaching, Edisi IV, New

York, Macmillan Publishing Co,. Inc.

Chalib Thoha, M., (1990), Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press.

John W. Best, (1982), Methode Penilaian Pendidikan, terj. Sanfiah Faisal dan Muladi

G.W., Surabaya: Usaha Nasional.

Muchtar Bukhari, (1980), Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Bandung:

Jemmars.

Ngalim Purwanto, M, (1990), Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Raka Joni, T., (1984), Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Malang: Yayasan

Penerbit LPM.

KATA PENGANTAR

Page 15: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Shalawat

beriringan salam kita panjatkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya

sekalian, yang mana pada tahun 2014 ini penulis dapat menyusun makalah “Pengembangan

Sistem Evaluasi PAI”. Disini penulis mengangkat judul tentang “Pengertian, Fungsi, Tujuan

Dan Sasaran Evaluasi Pendidikan”.

Dalam hal ini, penulis menyadari berbagai kelemahan kekurangan dan keterbatasan

yang ada. Sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan disana

sini, baik penulisan terutama dalam bidang isi dan sistematika uraiannya. Oleh karena itu,

dengan tangan terbuka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dalam

rangka tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kepada Allah jualah penulis berserah diri serta memohon taufik hidayah-

Nya. Kepada teman - teman dari segenap pembaca makalah ini, kiranya makalah yang

sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan suri teladan bagi kehidupan kita semua.

Amiin.

                                                                                      Raha, Januari 2013

PENULIS

DAFTAR ISI

Page 16: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I   Pendahuluan

A.  Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

B.  Rumusan Masalah .....................................................................................................  1

BAB II  Pembahasan

A. analisa dan pola pikir filosofi tentang pendidikan........................................................... 2

B. Keberadaan Pendidik.......................................................................................................  3

BAB II Penutup

A. Kesimpulan...................................................................................................................   13

B. Saran..............................................................................................................................   13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 14

Page 17: Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2

TUGAS INDIVIDU

PENGEMBANGAN

SISTEM EVALUASI PAI

OLEH

NAMA : HANAPIA

SEMESTER : V (LIMA)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SYARIF MUHAMMAD RAHA

2013 / 2014