23
KATA PENGANTAR Dengan nama Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua sehingga pembuatan serta penyusunan materi persentasi agama Islam tentang ‘’Aqidah’’ ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga dapat selesai tepat waktu. Di dalam makalah ini kami ingin menyampaikan sedikit tentang bagaimana menyelaraskan perkembangan ipteks jaman sekarang dengan iman dan akal dalam pandangan Islam. Sehingga hidup kita yang serba modern ini tidak melampaui batas dalam Islam dalam penggunaannya. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada : Allah SWT yang telah meridhoi pembuatan makalah ini, Dosen Pendidikan Agama Islam Orang tua yang membantu kami secara materiil maupun non materiil, Semua pihak yang telah mambantu terselesaikannya makalah ini. Kami selaku penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran kami terima dengan lapang dada guna meningkatkan mutu dan isi dari makalah ini. Terima kasih.

Makalah Presentasi PAI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berisi tentang konsep ketuhanan, dan kehidupan beragama dalam kehidupan sehari-hari

Citation preview

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua sehingga pembuatan serta penyusunan materi persentasi agama Islam tentang Aqidah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga dapat selesai tepat waktu.Di dalam makalah ini kami ingin menyampaikan sedikit tentang bagaimana menyelaraskan perkembangan ipteks jaman sekarang dengan iman dan akal dalam pandangan Islam. Sehingga hidup kita yang serba modern ini tidak melampaui batas dalam Islam dalam penggunaannya.Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada : Allah SWT yang telah meridhoi pembuatan makalah ini, Dosen Pendidikan Agama Islam Orang tua yang membantu kami secara materiil maupun non materiil, Semua pihak yang telah mambantu terselesaikannya makalah ini.Kami selaku penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran kami terima dengan lapang dada guna meningkatkan mutu dan isi dari makalah ini. Terima kasih.

BAB IPENDAHULUANJika hanya mempunyai iman dan takwa tetapi tertinggal dari Ilmu pengetahuan dan teknologi maka umat islam akan tergantung kepada bangsa lain. Islam akan terpinggirkan dari percaturan global.Sebaliknya bila hanya unggul secara Ipteks tapi kering Iman dan takwa maka umat Islam hanya akan menjadi bangsa yang arogan. Suatu peradaban yang hanya mengejar kesenangan dunia dan hidup secara hedonistik.Selainkarena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan ipteks dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan taqwa yang kuat, sehingga dikhawatirkan pengembangan dan kemajuan ipteks tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.Kekhwatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sebagaimana yang diharapkan. Berbagai masalah sosial dan tindak kejahatan sering terjadi dan banyak dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar, bahkan mumpuni seperti narkoba, banyaknya tawuran antar pelajar, pornografi, pornoaksi dan lain-lain, yang kesemuanya itu berpotensi untuk menimbulkan kerawanan sosial berupa degradasi moral dan hanyutnya etika-etika ketimuran atau lebih khusus lagi merosotnya akhlakul karimah. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian AqidahPengertian Aqidah dapat dibagi menjadi 2 yaitu menurut bahasa dan istilah sebagai berikut:a. Definisi aqidah menurut bahasa adalah diambil dari kata al-aqdu, yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempel-menempel dan penguatan. Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut aqdu. Jual-beli pun disebut aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga sebuatn aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat dengan mantap.b. Definisi aqidah menurut istilah umum yaitu dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat islam tentang keesaan Allah. Dan jika salah, maka itulah yang disebut aqidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum Tuhan (trinitas).2.2 Pengertian Aqidah IslamAqidah islam yaitu kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, qadar yang baik dan buruk, serta seluruh muatan Al-Quran Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh Ulama generasi Salafush Shalih (ijma). Dan kepasrahan total kepada Allah Taala dalam hal keputusan hokum, perintah, takdir, maupun syara, serta ketundukan kepada Rasullullah SAW dengan cara mematuhinya, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya.2.3 Pengertian, Wujud dan Proses Terbentuknya ImanIman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.Aqidah Islam dalam al-Quran disebut Iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.Aqidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.Aqidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.Proses terbentuknya Iman dapat dijelaskan sebagai berikut :Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll. Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut). Terdapat 5 prinsip dalam proses penanaman iman, yaitu :1. Prinsip pembinaan berkesinambunganProses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.2. Prinsip internalisasi dan individuasiSuatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan amaliah, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk utuh, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui Pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasiPada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.4. Prinsip konsistensi dan koherensiNilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.5. Prinsip integrasiHakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.2.4 Karakteristik Seorang MukminApa sajakah ciri seorang mukmin? Di antaranya adalah ketika disebut nama Allah bergetar hati mereka, ketika dibacakan ayat Allah bertambah iman mereka dan mereka pun tawakkal pada Allah.Allah taala berfirman , Artinya :Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka. (QS. Al-Anfal: 2)az-Zajaj mengatakan, Maksudnya, apabila disebutkan tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya dan ancaman hukuman yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya maka hati mereka pun merasa takut.(lihat Zaadul Masir, hal. 540)Umair bin Habib radhiyallahuanhu berkata, Iman mengalami penambahan dan pengurangan. Ada yang bertanya, Dengan apa penambahannya? Beliau menjawab, Apabila kita mengingat Allah azza wa jalla dan memuji-Nya maka itulah penambahannya. Apabila kita lupa dan lalai maka itulah pengurangannya. (lihat Tafsir al-Baghawi, hal. 511)Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma berkata, Orang-orang munafik itu tidak pernah sedikit pun meresap dzikir kepada Allah ke dalam hatinya pada saat mereka melakukan amal-amal yang diwajibkan-Nya. Mereka sama sekali tidak mengimani ayat-ayat Allah. Mereka juga tidak bertawakal [kepada Allah]. Mereka tidak mengerjakan sholat apabila dalam keadaan tidak bersama orang. Mereka pun tidak menunaikan zakat dari harta-harta mereka. Oleh sebab itulah Allah mengabarkan bahwasanya mereka itu memang bukan termasuk golongan orang-orang yang beriman. (lihat Tafsir al-Quran al-Azhim [4/11])Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud dari ungkapan bergetarlah hati mereka, kata beliau, Yaitu mereka merasa takut kepada-Nya sehingga mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya. (lihat Tafsir al-Quran al-Azhim [4/11])Ketika menjelaskan makna dari apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah imannya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, Di dalamnya terkandung dalil bahwasanya seringkali seorang lebih banyak mendapatkan faidah karena bacaan [al-Qur'an] oleh orang lain daripada bacaan oleh dirinya sendiri (lihat al-Qaul al-Mufid ala Kitab at-Tauhid [2/30])Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menerangkan, bahwa dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa ciri-ciri orang beriman itu antara lain:1. Merasa takut kepada-Nya ketika mengingat-Nya, yang dengan sebab itulah maka dia akan melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya2. Bertambahnya keimanan mereka tatkala mendengar dibacakannya al-Quran3. Menyerahkan segala urusan dan bersandar kepada Allah semata (lihat al-Mulakhkhash fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 269)Ayat di atas juga menunjukkan bahwa salah satu ciri utama orang beriman adalah bertawakal kepada Allah saja. Hatinya tidak bergantung kepada selain-Nya. Karena hanya Allah saja yang menguasai segala manfaat dan madharat. Dan tawakal inilah yang menentukan kuat lemahnya iman seorang hamba. Semakin kuat tawakalnya, semakin kuat pula imannya (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 101)2.5 Korelasi Iman, Taqwa Terhadap Ilmu Pengetahuan dan TeknologiIlmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimatisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah.Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbrntuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya berulang 854 kali dalam Al-Quran. Dari sudut pandang fisafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.Adapun seni termasuk bagian dari budaya, berbagai hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (matre) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Ipteks Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang matre dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil Alamin).Seperti dalam ayat berikut ini: {190} {191}Artinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imron [3] : 190-191)Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.Islam sangat memotivasi umatnya untuk memfungsikan akal dan rasa secara seimbang. Sesungguhnya tidak ada dikotomi iman dan ilmu pengetahuan dalam Islam karena keduanya merupakan dua materi yang saling mendukung satu sama lain. Menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dan muslim yang beriman akan menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah antara iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam Islam.Bahkan perintah Allah SWT yang pertama kepada umat Islam melalui rasul-Nya adalah perintah untuk menuntut ilmu. Firman-Nya dalam Al-Quran

{1} {2} {3} {4} {5}

Artinya:(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (2) Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah. (3)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S.Al-Alaq:1-5)Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:1. berseberangan atau bertentangan, 2. bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai, 3. tidak bertentangan satu sama lain, 4. saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.Pola hubungan pertama adalah bertolakbelakang antara iptek dan agama. Pada pola ini, apa yang dianggap benar oleh agama bertentangan dengan iptek, begitupun sebaliknya. Pola hubungan ini seperti yang terjadi pada masa Galileo Galilei. Ketika ia berpendapat bahwa bumi mengitari matahari, gereja meyakini bahwa mataharilah yang mengitari bumi, dan hal ini menyebabkan Galileo mendapat hukuman berat karena dianggap menyesatkan. Akan tetapi Islam tidak demikian halnya. Tertulis dalam Al-Quran teori yang telah dikemukakan oleh Galileo, dan tidak bertentangan sama sekali.Pola hubungan kedua adalah bertentangan tetapi tidak saling menghakimi dan dapat berdampingan. Pola ini merupakan pengembangan dari pola pertama. Biasa terjadi pada masyarakat sekuler yang memisahkan antara agama dan iptek. Menurut mereka, doktrin agama tidak ada sangkut pautnya dengan iptek. Sementara dalam Islam, dasar dari iptek adalah iman yang berkaitan langsung dengan doktrin agama. Agama sangat mendukung pengembangan iptek.Pada pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Agama tidak menentang iptek juga tidak mendukung pengembangannya. Agama berada di wilayah dan jalurnya tersendiri, begitu pula dengan iptek.2.6 Jawaban Iman dan Taqwa Terhadap Problematika, Tantangan dan Resiko dalam Kehidupan ModernPeran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan ModernDalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan ModernPengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan bendaOrang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi mautTakut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah: Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupanRezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah: Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud) (Hud, 11:6)d. Iman memberikan kententraman jiwaAcapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan firman Allah: ..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Ar-Rad,13:28)e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah : Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)

f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuenIman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah: Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Anaam, 6:162)g. Iman memberikan keberuntunganOrang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah: Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)h. Iman mencegah penyakitAkhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera