81
HUBUNGAN TINGKAT WAWASAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN SUMBER DAYA PANTAI DAN LAUT SENDANG BIRU, MALANG SELATAN MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Pengetahuan Lingkungan Yang Dibina Oleh Dr. Sueb, M. Kes. Disusun oleh Kelompok 13 Off G Amelia Tridiptasari (120342422499) Aulia Fitri Wardani (120342422492) Istamaya Ariani (120342400167) Luana Indah Sari (120342400168)

MAKALAH PENGLING 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biologi

Citation preview

HUBUNGAN TINGKAT WAWASAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN SUMBER DAYA PANTAI DAN LAUT SENDANG BIRU, MALANG SELATAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Pengetahuan Lingkungan Yang Dibina Oleh Dr. Sueb, M. Kes.

Disusun oleh Kelompok 13 Off G

Amelia Tridiptasari(120342422499)

Aulia Fitri Wardani(120342422492)

Istamaya Ariani(120342400167)

Luana Indah Sari(120342400168)

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGI

Februari 20151

ANALISIS TINGKAT WAWASAN LINGKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN SUMBER DAYPANTAI DAN LAUT SENDANG BIRU MALANG SELATANOleh : Amelia Tridiptasari 1)Aulia Fitri Wardani2)Istamaya Ariani3)Luana Indah Sari4)Pembina : Dr. Sueb, M. Kes.Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malangemail : [email protected]

Abstrak: Pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya pantai merupakan salah satu pembangunan yang berkelanjutan dengan berdasar pada wawasan lingkungan. Salah satu objek yang dikaji adalah Pantai Sendang Biru, Malang Selatan. Berdasarkan latar belakang kawasan cagar alam yang dijadikan sebagai destinasi pariwisata maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi alam Pantai dan Laut Sendang Biru, mengetahui pentingnya wawasan lingkungan bagi masyarakat kawasan Pantai dan Laut Sendang Biru, mengetahui pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya Pantai dan Laut Sendang Biru, mengetahui peran masyarakat sekitar laut dan pantai dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan Pantai dan Laut Sendang Biru, dan mengetahui tinjauan umum karakteristik wilayah Pantai dan Laut Sendang Biru. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi, angket, dan wawancara. Hasilnya sebagian besar membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat wawasan lingkungan masyarakat dengan pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya Pantai dan Laut Sendang Biru, Malang Selatan.Kata Kunci : Pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya pantai, pembangunan yang berkelanjutan, wawasan lingkungan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah yang berjudul Hubungan Tingkat Wawasan Lingkungan Masyarakat Dengan Pengelolaan Dan Pemeliharaan Sumber Daya Pantai Dan Laut Sendang Biru Malang Selatan ini kami susun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengetahuan Lingkungan yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M. Kes.Lingkungan merupakan ruang makhluk hidup untuk berinteraksi dengan lingkungan guna melangsungkan kehidupannya. Wawasan lingkungan mengkaji mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan seperti dampak dari keberadaan spesies, zat atau benda di udara, air, dan tanah serta dampaknya terhadap aktivitas manusia Kegiatan manusia seringkali memunculkan berbagai permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, wawasan lingkungan penting keberadaannya sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan dan dampak buruk yang terjadi terutama dalam hal pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya pantai dan laut di Sendang Biru. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai wawasan lingkungan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan hasil karya tulis ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam hal wawasan lingkungan dan masalah lingkungan.

Malang, Januari 2015

Penyusun2

DAFTAR ISIAbstrak................................................................................................................iKata Pengantar....................................................................................................iiDaftar Isi.............................................................................................................iiiBab I Pendahuluan1.1. Latar Belakang...............................................................................................1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................1.3. Tujuan.............................................................................................................1.4. Manfaat...........................................................................................................Bab II Kajian Teori2.1 Potensi Sumberdaya Alam Pantai Dan Laut..................................................2.2 Pentingnya Wawasan Lingkungan.................................................................2.3 Pengelolaan dan Pemeliharaan Sumberdaya Pantai dan Laut.......................2.4 Peran Masyarakat Sekitar Pantai dan Laut Dalam Pengelolaan dan Pemeliharaan Lingkungan Pantai dan Laut Sendang Biru...........................2.5 Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pantai dan Laut Sendang Biru.......Bab III Metode Penelitian3.1 Rancangan Penelitian....................................................................................3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................3.3 Populasi dan Sampel...................................................................................3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................3.5 Teknik Analisis Data...................................................................................

Daftar RujukanLampiran

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dunia yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brasil dengan keunikan, keaslian dan keindahan alamnya (Indrawan 2007, dalam Purnomo, dkk 2013). Keanekaragaman flora, fauna dan ekosistemnya serta keragaman budaya merupakan potensi dan dapat dijadikan salah satu dasar pembangunan berkelanjutan dengan cara memanfaatkan jasa lingkungan melalui ekowisata (Supyan, 2011 dalam Purnomo, dkk 2013). Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah Jawa Timur yang berpotensi dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Kabupaten Malang bagian Malang selatan memiliki pantai sepanjang 77 km yang terletak di 6 kecamatan, yaitu Ampel Gading, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, Bantur, dan Gedangan. Sumberdaya perikanan laut yang dimanfaatkan pada tahun 2007 antara lain, jumlah total produksi ikan yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pondokdadap sebesar 5.984,27 ton dengan nilai lelang sebesar Rp. 53,19 Milyar, dengan rataan produksi 528.988 ton/bulan dengan rataan harga Rp. 8.085/kg (PPI, Pondokdadap, 2008, dalam Hulaifi, 2011).Salah satu tempat di Kota Malang yang memiliki potensi cukup baik untuk dijadikan tempat ekowisata adalah pantai Sendang Biru. Lokasi pantai Sendang Biru terletak di sebelah selatan Kota Malang dan secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Pantai ini memiliki keindahan alam dan potensi sumber daya laut yang melimpah. Biasanya masyarakat sekitar hanya memanfaatkan pantai Sendang Biru untuk kegiatan wisata alam dan melaut saja. Padahal masih banyak sumberdaya yang belum dikembangkan secara maksimal.Sebagaimana diketahui kondisi kelautan dan perikanan global di Indonesia, secara umum telah terjadi fenomena overfishing yaitu penangkapan ikan secara berlebih pada pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan laut. Hal tersebut mengarah pada penurunan stock ikan di daerah tertentu yang dapat diamati dari semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan nelayan. Menurut Martin dan Meliono (tanpa tahun) sumber daya ikan yang berlimpah di perairan Sendang Biru membuat satuatau beberapa keluarga nelayan Madura menerapkan model

nelayan pandhiga. Ketika mereka berhasil sebagai nelayan, mereka akan mengundang sanak saudara untuk bekerja sebagai nelayan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kehidupan mereka akan dilakukan migrasi. Jika kecenderungan ini tidak segera dicarikan solusi maka kemungkinan suatu saat tidak ada lagi ikan yang akan dimakan manusia karena punah. Padahal secara historis bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari yang memiliki berbagai etknik dengan pengetahuan bahari bervariasi sesuai dengan tempat asalnya. Salah satu potensi wisata etnik di Sendang Biru adalah petik laut. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Sendang Biru untuk mengucap rasa syukur mereka akan hasil laut yang berlimpah. Kekayaan etnik tersebut seharusnya dapat dijadikan faktor pengendali ekspolitasi sumberdaya alam yang berlebihan, disamping dapat dijadikan sektor wisata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Martin dan Meliono (tanpa tahun) sebagai sebuah ritual, petik laut erat dengan pandangan hidup masyarakat nelayan Sendang Biru mengenai pentingnya laut atau perairan bagi mereka. Laut adalah sebagian dari alam, yang harus dihormati, dirawat dengan baik, karena para nelayan mendapatkan sumber kehidupan. Manusia dan alam (laut) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Namun, tentang kondisi pengelolaan pantai Sendang Biru secara pasti masih belum dapat dipastikan sudah terorganisir secara tepat atau belum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2006) kawasan pesisir Sendang Biru merupakan salah satu pantai yang prospektif untuk dikembangkan menjadi kawasan Industri Maritim yang berbasis pada Industri Perikanan Terpadu. Keuggulan dari pantai Sendang Biru adalah memiliki selat dengan barier P. Sempu, sehingga memberikan keamanan kepada armada tangkap yang berlabuh di Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Produksi Ikan yang di daratkan oleh nelayan Sendang Biru adalah sebesar 6.569,411/tahun, sedangkan potensi stok ikan pelagis besar yang ada di Selatan Jawa 22.000 ton/tahun, sehingga baru dimanfaatkan sebesar 19%. Kemudian di pantai Sendang Biru juga terdapat pulau Sendang Biru yang merupakan Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu (CAPS) yang juga dijadikan sebagai tempat wisata. Namun adanya cagar alam yang dijadikan tempat wisata bertentangan dengan UURI No. 5 tahun 1990 pasal 17 ayat 1 yaitu di dalam Cagar Alam hanya dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang menunjang budidaya. Adanya permasalahan dan tekanan permintaan wisata ke daerah-daerah yang alami akan berdampak pada penurunan kawasan baik secara kualitas maupun kuantitas yang dapat mengancam kelestarian kawasan (Wearing dan Neil, 2009 dalam Purnomo, dkk 2013), sehingga tujuan penetapan kawasan konservasi tidak dapat tercapai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sotyadarpita (2011) dengan menggunakan metode sampling snowball sampling berdasarkan populasi wisatawan selama tahun 2010-2011, dengan metode skoring dan kuantitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 1) secara umum potensi wisata Pulau Sempu terletak pada banyaknya lokasi menarik yang didukung oleh keberagaman topografi, ekosistem, flora, dan fauna di dalamnya. Kebanyakan lokasi menarik terletak di kawasan pantai. 2) sebagian besar wisatawan adalah kalangan usia muda antara 2024 tahun, dan mayoritas tujuan kunjungan adalah rekreasi. 3) berdasarkan persepsi wisatawan, potensi wisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki keunggulan pada aspek keindahan, sedangkan kelemahannya terletak pada aspek keamanan, fasilitas, dan aksesibilitas. Maka, diperlukan upaya strategis dalam pengelolaan kawasan CAPS, supaya tercapai optimalisasi fungsi dan manfaat kawasan serta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, sekaligus dapat memecahkan masalah yang dihadapi kawasan sekarang dan mengantisipasi kondisi yang akan datang.Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis tentang tentang cara pengelolaan sumberdaya pantai dan laut pada masyarakat sekitar Pantai Sendang Biru, dan bila perlu diberikan wawasan lingkungan agar masyarakat sekitar dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut maka ditulis makalah yang berjudul Hubungan Tingkat Wawasan Lingkungan Masyarakat Dengan Pengelolaan Dan Pemeliharaan Sumber Daya Pantai Dan Laut Sendang Biru Malang Selatan.

1.2 TujuanTujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.1.2.1 Mengetahui potensi alam Pantai dan Laut Sendang Biru1.2.2 Mengetahui pentingnya wawasan lingkungan bagi masyarakat kawasan Pantai dan Laut Sendang Biru1.2.3 Mengetahui pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya Pantai dan Laut Sendang Biru1.2.4 Mengetahui peran masyarakat sekitar laut dan pantai dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan Pantai dan Laut Sendang Biru1.2.5 Mengetahui tinjauan umum karakteristik wilayah Pantai dan Laut Sendang Biru1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.1.3.1 Mendapatkan pengetahuan mengenai potensi alam Pantai dan Laut Sendang Biru1.3.2 Mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya wawasan lingkungan bagi masyarakat kawasan Pantai dan Laut Sendang Biru 1.3.3Mendapatkan pengetahuan mengenai pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya Pantai dan Laut Sendang Biru 1.3.4 Mendapatkan pengetahuan mengenai peran masyarakat laut dan pantai dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan Pantai dan Laut Sendang Biru1.3.5 Mendapatkan pengetahuan mengenai tinjauan umum karakteristik wilayah Pantai dan Laut Sendang Biru

1.4 Definisi Operasional Variabel 1.4.1Wawasan lingkungan adalah pengetahuan yang berbasis lingkungan guna menjaga kelestarian alam1.4.2 Sumberdaya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatumateri atau unsur tertentu dalamkehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible).1.4.3 Potensi alam dan pantai kemampuan atau keunggulan yang dihasilkan di alam dan pantai1.4.4 Pentingnya wawasan lingkungan adalah suatu nila atau pengetahuan yang harus dimiliki dalam usaha pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan1.4.5 Pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya pantai dan laut adalah usaha manusia dalam mengubah ekosistem untuk memperoleh manfaat maksimal, dengan mengupayakan kesinambungan produksi dan menjamin kelestarian sumberdaya tersebut1.4.6Peran masyarakat sekitar laut dan pantai dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan adalah keikutsertaan masyarakat atau kesadaran dalam mengelola dan memelihara pantai dan laut1.4.7 Tinjauan umum dan karakteristik wilayah pantai dan laut adalah masyarakat nelayan yang memiliki pola-pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan berserta sumberdaya yang ada di dalamnya

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Potensi Sumberdaya Alam Pantai Dan Laut 2.1.1 Potensi Ekosistem Terumbu KarangEkosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif dan memiliki keanekaragaman spesies sangat tinggi. Kehadiran ekosistem terumbu karang merupakan ciri utama perairan dangkal di daerah katulistiwa. Terumbu dibangun sepenuhnya oleh kegiatan biologis dari hewan karang. Karang prmbentuk terumbu karang membentuk simbiosis dengan zooantela yaitu alga bersel satu yang terdapat dalam endoderma. Kemampuan karang muda untuk terus hidup sangat tergantung pada kondisi substrat (Timotius, 2008) 2.1.1.1 Menjadi Habitat Yang Baik Berbagai Biota Laut Karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan sehingga ekosistem ini berpotensi menjadi habitat yang baik bagi beberapa biota laut baik vertebrata maupun avertebrata. Avertebrata yang terdapat dalam ekosistem terumbu karang adalah Filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, Echinodermata, Crustacea dan cacing. Beberapa spesies terumbu karang yang ada di Indonesia diantaranya Favia veroni, Acropora digitifera, Acropora humilis, Euphyllia glabrescens, Favia maritime, Favites pentagona, Goniastre aspera, Goniastrea retiformes, Montipora capricornis, Montipora tuberculosa, Oulophyllia bennettae, Porites lichen, Porites lobata, Symphilla radians, Turbinaria mesenterina (Timotius, 2008) . 2.1.1.2 Tempat Mencari Makan dan PengasuhanSeperi halnya ekosistem mangrove dan ekosistem padang lamun, ekositem terumbu karang juga merupakan tempat tempat mencari makan (feeding ground), berpijah (spawning ground), berlindung (shelter), dan pembesaran (nursery ground) berbagai ikan. Di habitat aslinya jika dalam keadaan lestari perpaduan terumbu karang beserta fauna lain menghasilkan suatu pemandanagn yang sangat indah yang berpotensi menjadi dibawah laut sehingga berpotensi untuk dijadikan tempat wisata khususnya untuk diving. Selain itu kelestarian terumbu karang juga berperan dalam jumlah tangkapan nelayan sehingga sudah wajar jika terumbu karang mendapat perhatian serius dari pemerintah berupa konservasi dan monitoring (Timotius, 2008)2.1.1.3 Sebagai objek wisata air Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di kawasan terumbu karang menyebabkan kawasan terumbu karang memiliki nilai keindahan yang tinggi. Berbagai biota laut menjadi komponen penyusun keindahan laut yang mampu menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Kawasan terumbu karang merupakan titik selam favorit bagi para penyelam. Selain menyelam berbagai bentuk water sport dapat dilakukan di pantai dan laut. Misalnya snorkeling, surfing, spearfishing, squbadiving, dan kanoo. 2.1.2. Potensi Ekosistem MangroveHutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Mangrove merupakan ekosistem yang sangat spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil, estuaria, laguna, dan di sepanjang delta (Hogarth, 1999).2.1.2.1 Mangrove berpotensi sebagai tempat pembesaran, dan mencari makan berbagi fauna Mangrove dikenal sebagai suatu wilayah dengan sumberdaya yang amat penting, yakni sebagai daerah pembesaran dan mencari makan bagi banyak jenis organisme perairan (Monkolprasit, dalam Fahmi dan Adrim, 2009). Mangrove berperan penting untuk menjadi tempat bereproduksi, mencari makan dan pertumbuhan bagi berbagai jenis biota. ekosistem mangrove terdiri dari dua komponen utama yaitu flora dan fauna. Beberapa fauna yang hidup di kawasan mangrove antara lain berbagai jenis burung, kelelawar, monyet, lutung, garangan, kepiting, ikan, ketam, dan ular (Arief, 2003). Fauna tersebut memanfaatkan mangrove sebagai tempat mencari makan, tempat bereproduksi, dan tempat tinggal yang aman dari serangan predator.2.1.2.2 Mangrove menghasilkan detritus yang menyokong keberadaan bahan organik di perairan sekitar. Mangrove berperan penting dalam kegiatan perikanan. Pertama, Mangrove berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik yang masuk kedalam rantai makanan. Kedua, mangrove merupakan pemasok bahan organik, sehingga dapat menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya. Mangrove menghasilkan detritus yang dapat menjadi penyokong keberadaan bahan organik di perairan sekitar. Produksi detritus mangrove berperan penting dalam kesuburan perairan pesisir dan hutan mangrove dianggap yang paling produktif diantara ekosistem pesisir (Odum, dkk, 1974). Di Indonesia, produksi serasah mangrove berkisar antara 7 8 ton/ha/ tahun Banyak jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi menghabiskan sebagian siklus hidupnya pada habitat mangrove. Kakap (Lates calcacifer), kepiting mangrove (Scylla serrata) serta ikan salmon (Polynemus sheridani) merupakan jenis ikan yang secara langsung bergantung kepada habitat mangrove. Beberapa jenis udang penaeid di Indonesia sangat tergantung pada ekosistem mangrove (Dhahuri, 2003) mengemukakan adanya hubungan linier positif antara luas hutan mangrove dengan produksi udang, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin luas hutan mangrove makin tinggi produksi udangnya dan sebaliknya.2.1.2.3 Mangrove melindungi pantai dan daratan dari gelombang, angin dan badai.Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai, penahan erosi yang disebabkan oleh ombak, penahan hempasan angin topan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut. Vegetasi mangrove mempunyai peranan yang besar dalam mempertahankan lahan yang telah dikolonisasinya, terutama dari ombak dan arus laut. Pada pulau-pulau di daerah delta yang berlumpur halus ditumbuhi mangrove peranan mangrove sangat besar untuk mempertahankan pulau tersebut. Sebaliknya, pada pulau yang hilang mangrovenya, pulau tersebut mudah disapu ombak dan arus musiman 2.1.2.4 Mangrove Berpotensi melindungi ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari pelumpuranPerakaran jenis tumbuhan mangrove mampu berperan sebagai perangkap sedimen dan sekaligus mengendapkan sedimen, yang berarti pula dapat melindungi ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari bahaya pelumpuran (Pramudji,2001). Tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove (pneumatophore) mampu mengendapkan lumpur, sehingga memungkinkan bertindak sebagai benteng dari pengaruh banjir daratan dan memungkinkan terjadinya perluasan areal hutan mangrove.

2.1.2.5 Ekosistem mangrove mempunyai potensi ekonomi Mangrove memiliki berbagai potensi ekonomi penting seperti, penyedia kayu, daun sebagai bahan baku obat-obatan, dan sebagainya (Dahuri et al., 1996.). Beberapa contoh produk mangrove dan tumbuhan asalnya adalah sebagi berikut: kayu tiang Bruguiera dihasilkan Rhizophora spp., kayu konstruksi berat (jembatan) dihasilkan Bruguiera, Rhizophora spp, bantalan rel KA dihasilkan Rhizophora, Ceriops spp., pertambangan dihasilkan Bruguiera, Rhizophora spp. pembuatan perahu dari Livistona saribus, Lumnitzera, alas dok kapal dari Lumnitzera spp., tiang bangunan dari Rhizophora, Bruguiera spp., papan untuk lantai dari Oncosperma tigillaria, atap dari dun Nypa fruticans, Acrostichum speciosum, alas lantai dari Cyperus malaccensis, Eleocharis dulcis, pagar dan pipa dari Scolopia macrophylla, kayu papan terutama dari Rhizophoraceae

2.1.3 Potensi Laut Berupa Padang LamunMenurut Azkab (2000) potensi dari komunitas lamun pada ekosistem perairan dangkal sebagai berikut :2.1.3.1 Stabilisator Dasar Perairan Sebagai akibat dari pertumbuhan daun yang lebat dan sistem perakaran yang padat, maka vegetasi lamun dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak serta menyebabkan perairan di sekitarnya tenang. Rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan menggabungkan sedimen sehingga meningkatkan stabilitas permukaan di bawahnya dan pada saat yang sama menjadikan air lebih jernih.2.1.3.2 Pendaur Unsur Hara Lamun memegang fungsi yang utama dalam daur berbagai zat hara dan elemen- elemen langka di lingkungan laut.Sebagai contoh akar Zoostera dapat mengambil fosfat yang keluar dari daun yang membusuk yang terdapat pada celah-celah sedimen. Zat hara tersebut secara potensial dapat digunakan oleh epifit apabila mereka berada dalam medium yang miskin fosfat. 2.1.3.3 Sumber Makanan Lamun dapat dimakan oleh beberapa organisme.Contoh avertebrata yang memakan lamun yaitu bulu babi sedangkan dari vertebrata ada beberapa ikan (Scaridae, Acanthuridae), penyu dan duyung, sedangkan bebek dan angsa memakan lamun jika lamun tersebut muncul saat surut terendah.2.1.3.4 Tempat Asuhan dan Tempat Tinggal Padang lamun mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi invertebrata dan ikan kecil.Padang lamun merupakan daerah asuhan, pembesaran dan tempat mencari makan untuk beberapa organisme. Lamun memiliki produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang.Sejumlah jenis fauna tergantung pada padang lamun, walaupun mereka tidakq mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Beberapa organisme hanya menghabiskan sebagian waktu hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah ikan dan udang bernilai ekonomis penting. Sebagai contoh pengerukan terhadap padang lamun di Florida mengakibatkan hilangnya udang komersil, Penaus duorarum. Beberapa jenis ikan-ikan karang dan ikan-ikan estuaria ditemukan dalam ukuran ikan muda di ketiga lokasi yang memiliki tipe padang lamun yang berbeda-beda. Dengan ditemukannya ikan-ikan yang berukuran kecil dan berusia muda, terbukti bahwa ekosistem padang lamun di wilayah perairan pesisir digunakan sebagai tempat pembesaran dan mencari makan bagi ikan-ikan laut yang berada di wilayahnya. Menurut Fahmi dan Adrim (2009), terdapat beberapa suku ikan yang umum dijumpai di padang lamun, antara lain yaitu Apogonidae, Belonidae, Gerridae, Gobiidae, Hemiramphidae, Labridae, Leiognathidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Monacanthidae, Mugilidae, Nemipteridae, Syngnathoidae, Siganidae, Scaridae dan Tetraodontidae. Selain ikan beberapa organisme lain terbukti telah menjadilkan padang lamun daerah pembesaran sekaligus tempat mencari makan bagi banyak jenis hewan laut terutama juvenil ikan hiu yang juga menjadikan padang lamun sebagai tempat mencari makanannya yang berupa ikan kecil dan udang. 2.1.3.5 Pengembangan Lingkungan Mikro Di Dasar PerairanMassa daun lamun juga akan menurunkan pencahayaan matahari di siang hari, melindungi dasar perairan dan memungkinkan pengembangan lingkungan mikro pada dasar vegetasi. Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tersebut. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa spesies ikan kecil (Azkab,2006). 2.1.3.6 Meningkatkan Usaha PerikananPadang lamun berperan dalam meningkatkan usaha perikanan masyarakat pesisir, karena secara ekologis memiliki peranan yang sangat penting yaitu tempat mencari makan (feeding ground), berpijah (spawning ground), berlindung (shelter), dan pembesaran (nursery ground) (Aswandy dalam Triandiza, 2013). Padang lamun memiliki pola kehidupan hewan sangat khas. Pola kehidupan hewan di padang lamun tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting Adanya aktifitas manusia yang cukup tinggi di daerah pantai dapat berdampak negatif terhadap lingkungan perairan yang menyebabkan rusaknya padang lamun akibat adanya pencemaran maupun perusakan habitat secara fisik2.2 Pentingnya Wawasan LingkunganDewasa ini banyak sekali muncul permasalahan lingkungan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pertambahan penduduk yang semakin cepat. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai kualitas dan kuantitas lingkungan yang ada sekarang ini merupakan tanggung jawab semua makhluk untuk menjaga kelestariannya untuk generasi selanjutnya dan bukan untuk dieksploitasi secara maksimal untuk saat ini saja. Pembangunan marak dilaksanakan karena hanya diprioritaskan kepada pertumbuhan ekonomi (economic growth) saja yang sifatnya mengambil keuntungan secara maksimal dalam jangka pendek dan berbasis pada pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara maksimal. Jika ekonomi dan tingkat pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang baik maka berbagai masalah akan timbul. Kemampuan lingkungan dalam menumpu berbagai kehidupan manusia semakin berkurang seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin banyak. Krisis lingkungan hidup akan menjadi suatu ancaman jika sudah terakumulasi. Masalah lingkungan sering dikaitkan dengan permasalahan moral dan permasalahan perilaku manusia, karena lingkungan hidup bukan semata-mata bersifat teknis. Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini baik dalam tingkat lokal maupun global sebagian besar bersumber pada perilaku manusia. Untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dimasa yang akan datang maka diperlukan wawasan lingkungan. Wawasan lingkungan adalah multidisiplin ilmu yang mempelajari tentang bagaimana bumi berkerja, bagaimana interaksi makhluk hidup dengan bumi, dan bagaimana kita dapat mengatasi masalah lingkungan yang kita hadapi (Miller & Spoolman, 2010,1). Dengan diketahuinya permasalahan lingkungan hidup yang bersumber pada perilaku maka solusi yang ditawarkan oleh beberapa pakar adalah melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia secara fundamental dan radikal walaupun akan memakan waktu lama karena siafatnya sangat kompleks. Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan harus ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu cara mengurangi tingkat degradrasi system pendukung kehidupan manusia adalah dengan mengubah cara pandang dan cara merawat bumi sehingga keberlanjutan hidup manusia, perekonomian, dan hidup makhluk hidup yang lain dapat terjadi (Miller & Spoolman, 2010, 1). Wawasan lingkungan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang lestari sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam proses pembangunan, menigkatkan kapasitas masyarakat dalam mengambil tanggung jawab pengelolaan proyek pembangunan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pembangunana khususnya didaerah pesisir, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mampu secara mandiri atau berkelompok dalam pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan ekosistem pantai (Sardiyatmo, 2005). Berdasarkan wawasan lingkungan yang dipahami oleh masyarakat diharapkan masyarakat bertindak pro-aktif dalam pengelolaan lingkungan sehingga tercipata kehidupan yang berkelanjuatan, selaras dengan alam dan sejahtera.Dapat menjaga keberlanjutan lingkungan dan memiliki etika lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan wawasan lingkungan. Dengan wawasan lingkungan maka masyarakat dapat lebih peduli terhadap berbagi isu lingkungan dan dapat turut serta dalam memberikan solusi mengenai masalah tersebut. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kegiatan manusialah yang mempercepat deggradasi kemampuan system lingkungan hidup untuk menopang seluruh kehidupan manusia (Miller & Spoolman, 2010,5). Selain melalui pendidikan formal wawasan lingkungan juga dapat diperoleh melalui cara informal. Beberapa cara informal yang dapat menambah wawasan lingkungan adalah pengalaman terdahulu mengenai alam, pengalaman melakukan rekreasi di alam, mendaki gunung, penyelaman, pelatiahan dan berbagai aktifitas lain. Menurut Smith & Burr (2011) peningkatan pengalaman seseorang mengenai alam berhubungan dengan tingkat kepedulian dan sensitifitas seseorang terhadap degradasi sumber daya alam. Kebiasaan memperhatikan dan menikmati keindahan alam merupakan hal yang dapat meningkatkan wawasan lingkungan seseorang yang pada akhirnya dapat meningkatkan environmental attitude seseorang.Untuk mengukur etika lingkungan dapat digunakan new ecological paradigm scale atau jika diartikan dalam bahasa indonesia artinya skala paradigma ekologi baru. New ecological paradigm merupakan pola pemikiran yang memikirkan berkelanjutan lingkungan dimasa yang akan dating. Paradigma baru (non-equilibrium paradigm) muncul didasarkan pada anggapan-anggapan dari paradigma lama yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di alam sekarang ini. Hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah Periode yang tidak dapat diprediksi atau periode yang akan datang akan kemungkinan besar berpengaruh terhadap struktur dan fungsi ekosistem yang ada. Aktivitas manusia sangat berpengaruh pada keseimbangan alam yang ada, segala bentuk aktivitas manusia dapat menimbulkan perbaikkan dalam alam atau justru kerusakan pada alam, jadi keseimbangan alam tergantung dari apa yang dilakukan manusia pada alam tersebut contohnya kebakaran hutan diakibatkan oleh aktivitas manusia yang negatif sehingga akan mempengaruhi struktur dan fungsi ekosistem yang ada.Paradigma Non equilibrium lebih menekankan pada proses dibanding hasil. Sehingga salah satu hal yang paling membedakan antara paradigma lama dan paradigma baru adalah bahwa dalam paradigma baru aspect manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan (Soemarwoto, 2008). New environmental paradigm scale telah dikembangkan pada akhir 1970-an sebagai alat untuk menaksir berubahan sikap dan opini mengenai isu lingkungn dan peran manusia terhadap lingkungan. Skala tersebut dibuat berdasarkan beberapa teori ilmiah, keadaan pertumbuhan populasi penduduk yang tidak terkontrrol, peran teknologi dalam menyelesaikan masalah lingkungan, hak asasi makhluk hidup lain, dan kemungkinan aktifitas manusia yang berdampak pada keseimbangan ekosistem. Skala ini tidak hanya bertindak sebagi alat untuk memperkirakan berubahan paradigma nasional mengenai lingkungan tetapi juga sebagi alat untuk mengetahui etika lingkungan dari kelompok masyarakat yang berbeda (Smith & Burr, 2011). New environmental paradigm scale digunakan untuk mengukur wawsan seseorang terhadap lingkungan selain itu juga untuk mengukur kepedulian seseorang terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi baik dalam skala regional maupun nasional.2.3 Pengelolaan dan Pemeliharaan Sumberdaya Pantai dan LautLingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak bagi semua warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, serta seluruh pemangku kepentingan berkewajiban melakukan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan sumberdaya alam adalah usaha manusia dalam mengubah ekosistem untuk memperoleh manfaat maksimal, dengan mengupayakan kesinambungan produksi dan menjamin kelestarian sumberdaya tersebut (Afiati dalam Stenis 2005).Pencemaran air laut perlu dikendalikan karena akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai modal dasar dan faktor utama pembangunan. Jumlah limbah semakin lama semakin besar selain dampaknya pada lingkungan jangka panjang, dampak pencemaran terhadap estetika yang sudah jelas merugikan (Santosa, 2013). Pencemaran air laut diatur secara hukum karena air laut merupakan milik umum yang penguasaannya dimandatkan kepada Pemerintah.Menurut Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (14) menyebutkan : Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup,zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan sungai tetapi juga perairan pesisir dan lautan.Dampak yang terjadi kerusakan ekosistem bakau, terumbu karang, kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong), dan terjadi abrasi.Salah satu kegiatan industri yang berperan besar dalam pencemaran kawasan pantai dan laut adalah industri tambang baik tambang pasir maupun logam yang menyebabkan rusaknya struktur tanah di pesisir dan akumulasi berbagi limbah yang berbahaya.Limbah yang tidak ditangani secara baik akan menimbulkan berbagi masalah. Salah satunya adalah masalah kesehatan yang dapat menurunkan kualitas hidup masyarakat dan kulaitas lingkungan hidup (Stenis, 2005).Berdasarkan hal tersebut maka limbah industri harus di tangani dengan serius. Perlu ketentuan hukum tegas yang mengatur tentang tata cara Pengendalian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), berbagai ketentuan umum mengenai AMDAL, dan Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terbarukan. Pemerintah harus mengawasi dengan sungguh-sungguh dan menegakkan segala peraturan dengan tegas. Sementara bagi pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang (Santoso,2013). Peran serta masyarakat juga sangat penting dalam menjaga kelestarian lingkungan pantai dan laut. Oleh karena itu dalam UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagai pengganti UU No. 09 Tahun 1985 yang ditelah disahkan oleh DPR RI tanggal 14 September 2004 dalam pasal 6 ayat (2) berbunyi : Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan harus mempertimbangkan hukumadat dan/atau kearifan lokal serta memperhatikan peran-serta masyarakat. Solusi terhadap pencemaran ligkungan pantai dan laut dapat dilakukan dengan pengurangan pemakaian air, pengurangan pemakaian zat-zat kimia, penggantian jenis zat-zat kimia, pemanfaatan kembali zat-zat sisa, dan kebersihan pabrik.2.2 Peran Masyarakat Sekitar Pantai dan Laut Dalam Pengelolaan dan Pemeliharaan Lingkungan Pantai dan Laut Sendang Biru2.4.1 Karakteristik Masyarakat Sekitar Pantai dan LautMasyarakat yang tinggal di sekitar pantai dan laut pada umumnya disebut sebagai masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah pesisir yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumberdaya di wilayah pesisir (Prianto, 2005). Pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan (Kay and Alder, 1999) dalam (Nurmalasari, tanpa tahun). Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Stanis (2005), bahwa sumberdaya alam pesisir dan laut, dewasa ini sudah semakin disadari banyak orang bahwa sumberdaya ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Konsekuensi logis dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai sumberdaya milik bersama (common property) dan terbuka untuk umum (open acces) maka pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut dewasa ini semakin meningkat di hampir semua wilayah. Hal ini menjadi salah satu pendukung adanya masyarakat yang tinggal di sekitar pantai dan laut atau biasa disebut masyarakat pesisir. 2.4.2 Pengelolaan dan Pemeliharaan Sumberdaya Alam Pantai dan LautIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan garis pantai terpanjang di dunia, sekitar 81.000 km, serta mempunyai sumberdaya pantai dan pesisir yang sangat luas, sekitar 24,6 juta hektar (Bunasor, 1992) dalam Winarno, dkk (2003). Soerjani (1987) dalam (Winarno, dkk, 2003) mengungkapkan bahwa sumberdaya alam dan jumlah penduduk yang besar merupakan faktor yang penting sebagai modal dasar pembangunan nasional. Pemanfaatan sumberdaya pesisir diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, maupun nursery ground ikan. Selain itu juga tidak merusak fungsi ekosistem hutan bakau (mangrove), terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea grass) yang memiliki keterkaitan ekologis dengan keberlanjutan sumberdaya di wilayah pesisir (Bahtiar, 2012). Penggunaan sumberdaya alam pantai dan laut kemudian diatur pengelolaan serta pemeliharaannya, baik oleh masyarakat pesisir sendiri (melalui hukum adat yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat setempat) maupun oleh Undang-Undang Republik Indonesia. 2.4.2.1 Kearifan Lokal Masyarakat Sekitar Pantai dan LautPengertian keraifan lokal (tradisional) menurut Keraf (2002) dalam Stanis (2005) adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula bahwa kearifan lokal/tradisional bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun.Sejarah pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir telah ada sejak jaman nenek moyang mulai memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk menunjang kehidupan mereka. Sebelum era dunia modern pengelolaan sumberdaya alam masih bersifat lokal dengan struktur masyarakat dan aktivitasnya yang masih sederhana. Beberapa ciri pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional menurut Wahyudin (2003) antara lain adalah sebagai berikut.a. Pengelolaan sumberdaya alam cenderung berkelanjutanb. Struktur pihak yang terlibat masih sederhanac. Bentuk pemanfaatannya terbatas dan termasuk skala kecild. Tipe masyarakat dan kegiatannya relatif homogenye. Komponen pengelolaannya (manajemen) berasal dan berakar pada masyarakatf. Rasa kepemilikan dan ketergantungan terhadap sumberdaya alam tinggig. Rasa untuk melindungi dan menjaga tinggiAturan yang digunakan umumnya timbul dan berakar dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Aturan dan kebijakan ini kemudian ditetapkan, dikukuhkan, dan disepakati bersama oleh masyarakat sebagai suatu undang-undang atau hukum yang lebih dikenal sebagai hukum adat. Pelaksanaan hukum adat ini dalam penerapannya dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat juga yang akan melakukan pengawasan dan evaluasinya (Wahyudin, 2003). Bahtiar (2012) memaparkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam usaha pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya alam laut dan pantai telah diatur oleh Undang-udang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah mempertimbangkan keberadaan masyarakat adat untuk terlibat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Lebih lanjut dalam pasal 61 menyatakan bahwa Pemerintah mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak Masyarakat Adat, Masyarakat Tradisional, dan Kearifan Lokal atas Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah dimanfaatkan secara turun temurun. Kearifan lokal atau tradisional sesungguhnya merupakan bagian dari etika dan morolitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam. Bahasan ini sangat membantu kita dalam hal mengembangkan perilaku, baik secara individu maupun secara kelompok dalam kaitan dengan lingkungan dan upaya pengelolaan sumberdaya alam. Selain itu membantu kita untuk mengembangkan sistem sosial politik yang ramah terhadap lingkungan serta mengambil keputusan dan kebijakan yang berdampak terhadap lingkungan atau sumberdaya alam termasuk sumberdaya alam pesisir dan laut (Stanis, 2005).Pada umumnya setiap komunitas atau masyarakat memiliki adat istiadat, nilai-nilai sosial maupun kebiasaan yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan dalam hal-hal tersebut menyebabkan terdapatnya perbedaan pula dalam praktek-praktek pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, dalam proses pengelolaan lingkungan perlu memperhatikan masyarakat dan kebudayaannya, baik sebagai bagian dari subjek maupun objek pengelolaan tersebut. Dengan memperhatikan hal ini dan tentunya juga kondisi fisik dan alamiah dari lingkungan pesisir dan laut, proses pengelolaannya diharapkan dapat menjadi lebih padu, lancar dan efektif serta diterima oleh masyarakat setempat (Bahtiar, 2012). Kearifan lokal yang umumnya sudah ada pada masyarakat, menurut Bahtiar (2012) dalam penelitiannya pada masyarakat Orang Bajo dalam pengelolaan sumberdaya laut salah satunya adalah pamali (Pantang-Larang). Dalam menjalankan aktivitas melaut terdapat pula beberapa pantang-larang atau pamali yang harus diperhatikan, dan tidak boleh dilanggar. Pamali-pamali tersebut ada yang berkaitan dengan kelangsungan ekosistem dan biota laut, dan ada juga berkaitan dengan keselamatan individu dan masyarakat Bajo secara umum. Pantang larang yang berkaitan dengan kelangsungan ekosistem dan biota laut, seperti adanya larangan agar tidak menangkap ikan atau mengambil hasil laut lainnya di karang, di pasi (tanah berpasir di dalam laut yang berbentuk delta) karena tempat-tempat tersebut diyakini sebagai tempat tinggal Mbo, Dewa penguasa laut. Memahami dan memaknai fungsi pamali dalam masyarakat Bajo, dapat dikatakan bahwa masyarakat etnis Bajo sesungguhnya jauh sebelum ditemukannya ide-ide konservasi konvensional (modern), masyarakat Bajo telah memiliki ide-ide konservasi yang berbasis pada budaya lokal mereka. Budaya pamali yang sangat dipatuhi oleh orang Bajo merupakan wujud kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan laut, terutama lingkungan sekitar terumbu karang sebagai penyangga ekosistem bawah laut.Stanis (2005) memaparkan bentuk-bentuk kearifan lokal di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Hukum Adat Laot di Aceh. Hukum Adat Laot merupakan hukum-hukum adat yang diperlukan masyarakat nelayan dalam menjaga ketertiban yang meliputi penangkapan ikan, pemeliharaan sumberdaya ikan dan biota laut lainnya, dan menjaga kehidupan masyarakat nelayan yang hidup di wilayah pantai. Secara hukum, Hukum Adat Laot bersifat tertutup, artinya tidak dapat dihilangkan dalam struktur pemerintahan di Aceh sehingga memiliki kekuatan dan kewenangan tertentu dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Hukum Adat Laot di Aceh dapat bersifat terbuka, artinya, dalam menerapkan Hukum Adat Laot tersebut senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hukum Adat Laot dari segi Adat Pemeliharaan Lingkungan meliputi:a. Dilarang melakukan pemboman, peracunan dan pembiusan, penyetroman dengan alat listrik, pengambilan terumbu karang, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak lingkungan hidup dan biota lainnya.b. Dilarang menebang/merusak pohon-pohon kayu di pesisir dan pantai seperti pohon arun (cemara), pandan, ketapang, bakau dan pohon lainnya.c. Dilarang menangkap ikan/biota lainnya yang dilindungi seperti lumba-lumba dan penyu.2.4.2.2 Undang-Undang Mengenai Pengelolaan dan Pemeliharaan Sumberdaya Alam Pantai dan LautPeran masyarakat pesisir dalam pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya alam wilayah laut dan pantai diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia menurut Sunyowati (tanpa tahun) adalah sebagai berikut.2.4.2.2.1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982

Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) 1982, disahkan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS 1982. UNCLOS 1982 tidak mengatur secara khusus dalam pasalpasal nya tentang pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Tetapi tersirat bahwa sumber kekayaan yang ada di laut memerlukan pengelolaan yang baik sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan laut, sehingga dapat digunakan untuk kemakmuran umat manusia. 2.4.2.2.2 Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau KecilPemanfaatan yang optimal terhadap wilayah pesisir berdasarkan Prinsip 12 dan 14dalam integrated coastal management, diimplementasikan dengan diberikannya Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) oleh Pemerintah seperti diatur dalam Pasal 16 Ayat (1) Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang PWP PK. Dijelaskan dalam Pasal 16 ayat (2) bahwa HP-3 meliputi pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut. Menurut Pasal 18 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK, HP- 3 diberikan oleh Pemerintah kepada orang perorangan Warga Negara Indonesia, dan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; atau masyarakat adat. Tetapi ada beberapa daerah yang tidak dapat diberikan HP-3 yaitu kawasan konservasi, suaka perikanan, alur pelayaran, kawasan pelabuhan, dan pantai umum seperti yang diatur dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK. Selanjutnya, dalam Pasal 1 butir 18, HP-3 yang diberikan oleh Pemerintah adalah bagian-bagian tertentu dari perairan pesisir untuk usaha kelautan dan perikanan, serta usaha lain yang terkait dengan pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang mencakup atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu. Pemerintah telah memberikan hak kepada masyrakat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam di pantai maupun laut, sehingga sudah semstinya peran masyarakat dalam mengelola dan memelihara sumberdaya alam di pantai dan dilaut dilaksanakan dengan baik dan bijaksana.

2.4.2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan LautPeraturan Pemerintah ini mewajibkan setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan upaya pencegahan dan bertanggung jawab terhadap perusakan/pencemaran laut. Ketentuan dalam Bab V tentang Penanggulangan Pencemaran dan/atau Perusakan Laut, dalam Pasal 15 menetapkan bahwa:Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan laut wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan laut yang diakibatkan oleh kegiatannya. Pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumberdaya di wilayah pesisir tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan pesisir, akan mengakibatkan rusaknya ekosistem di wilayah pesisir. Dengan demikian, peran masyarakat pesisir sangat dibutuhkan untuk memelihara sumberdaya alam pantai maupun laut.

2.5 Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pantai dan Laut Sendang Biru 2.5.1 Profil Wilayah dan Kependudukan2.5.1.1 Profil Wilayah Sendang BiruPantai Sendang Biru terletak di Desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing Wetan sekitar 60 km di sebelah selatan Kota Malang dan secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Desa Tambakrejo dibagi menjadi 2 posisi, yaitu Dusun Tamban dan Dusun Sendang Biru yang terdiri dari 7 Rukun Warga (RW) dan 43 Rukun Tetangga (RT). Jarak Desa Tambakrejo ke ibukota Kecamatan adalah 30 km atau dapat 4 ditempuh sekitar 0,5 jam, sedangkan jarak tempuh ke ibukota Kabupaten adalah 74 km yang mana dapat ditempuh sekitar 2 jam. Penduduk Desa Tambakrejo terdiri dari dari 8.284 jiwa dengan rincian 3.578 laki-laki dan 4.706 perempuan (Hania,dkk, 2013).

2.5.1.2 Kependudukan di Wilayah Sendang BiruPenduduk di sekitar Sendang Biru terbagi menjadi dua wilayah yaitu daerah perbukitan dan daerah pantai. Penduduk daerah perbukitan umumnya berasal dari etnik Jawa, dari Malang, sedangkan daerah pantai penduduk kebanyakan berasal dari Bugis, Banyuwangi, Papua yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan di Sendang Biru dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok nelayan atas yang beragama Kristen dan tinggal di perbukitan, nelayan bawah yang beragama Islam dan tinggal di sekitar pantai, dan nelayan andon yang merupakan nelayan dari luar Sendang Biru yang menetap sementara di sekitar Sendang Biru selama musim melaut. Penduduk di Desa Tambakrejo sebagian besar adalah nelayan dan berladang. Namun, profesi tersebut sampai saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar, dan tingkat kemiskinan di Desa Tambakrejo termasuk tinggi. Dari jumlah KK sebanyak 2.241, sejumlah 680 KK tercatat sebagai pra sejahtera II; 63 KK 5 tercatat sebagai keluarga sejahtera III; 9 KK tercatat sebagai keluarga sejahtera (Hania, dkk, 2013)

2.5.2 Potensi Sumber Daya Alam Pantai Sendang BiruPantai Sendang Biru menjadi Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan merupakan pusat kegiatan perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Malang. Kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang tersebut menjadikan kawasan pesisir Sendang Biru diarahkan untuk pengembangan kawasan perikanan terpadu yang populer dengan program Fishery towni (Rubianto, I., 2001) dalam (Hermawan,2006). Apabila kebijakan tersebut bisa direaliasikan dan sinergis dengan kebijakan provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat, maka Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru, niscaya akan menjadi pelabuhan ikan terbesar setelah Cilacap di Selatan Jawa, karena berdasarkan pertimbangan geografis, topografis dan oceanografis pantai Sendang Biru merupakan pantai terbaik di Selatan Jawa setelah Cilacap, karena: (1) berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia yang merupakan Wilayah Pengelolan Perikanan IX; yang menjadi alur migrasi ikan pelagis besar, terutama ikan tuna; (2) memiliki barier P.Sempu: panjang selat 4 km, lebar 400-1500 m, kedalaman rataan 20 m, sehingga perairan di wilayah tersebut relatif tenang; (3) mudah terjangkau oleh transportasi; dan (4) secara topografis kedalaman sesuai untuk berlabuhnya armada penangkapan domestik maupun luar daerah (Hermawan, D., Wahono, Handajani, 2001) dalam (Hermawan,2006).

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Rancangan PenelitianPeneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan angket hasil wawancara dan observasi yang dikonversikan ke dalam bentuk persen. Angka yang muncul dalam bentuk persen diambil dari variabel terikat yaitu jawaban angket meliputi iya, tidak, pernah, tidak pernah belum, dan sudah yang didapatkan dari variabel bebas yaitu tingkat wawasan masyarakat dari berbagai profesi meliputi masyarakat, instansi, dan pengelola disekitar pantai Sendang Biru. Peneliti akan memberikan angket yang diberi pilihan jawaban namun masih bisa memberikan jawaban lain kepada masyarakat, instansi, dan pengelola untuk memperkaya data. Variabel yang diamati peneliti memiliki rincian sebagai berikut:noVariabelSub variabel IndikatorCara pengumpulan data

1potensi alam pantai dan laut Sendang Biru yang dapat dijadikan sebagai ekowisata maupun sumber mata pencaharian Menurut Azkab (2000) potensi sumber daya laut antara lain: Potensi Ekosistem Terumbu Karang Potensi Ekosistem Mangrove Potensi Laut Berupa Padang Lamun

adanya tempat wisata yang memiliki pemandangan yang indah (pemandangan terumbu karang untuk wisata air) adanya mangrove yang digunakan untuk kayu perikanan yang berlimpah yang bisa dilihat dari terawatnya terumbu karang dan padang lamun sebagai naungan ikan lahan bisnis (untuk resort maupun hotel) yang bernuansa alam adanya ragam budaya yang menarik wisatawanTeknik observasi (pedoman observasi lihat tabel 3.2)

2wawasan lingkungan bagi masyarakat kawasan pantai dan laut Sendang Biru dari berbagai latar pendidikanMenurut Sardiyatmo, (2005) wawasan masyarakat dapat dilihat dari masyarakat yang sadar mampu berinisiatif dalam proses dan hasil pembangunan, mengambil tanggung jawab pengelolaan proyek pembangunan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan khususnya didaerah pesisir, serta masyarakat sadar untuk mampu secara mandiri atau berkelompok dalam pemeliharaan ekosistem pantai masyarakat yang mempunyai ide membangun resort dengan konsep unik mampu bergotong royong dalam membangun prasarana di sekitar pantai dan laut nelayan yang melaut tanpa pukat harimau, dan menabur benih ikan ke laut sebagai salah satu prinsip tebang pilih sering melakukan rembuk desa dalam mengatur pemeliharaan ekosintem pantaiTeknik wawancara (lampiran sub bab 3.4.2)

3pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya pantai dan laut Sendang Biru yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pengunjung Menurut (Bahtiar, 2012) Pemanfaatan sumberdaya pesisir diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, maupun nursery ground ikan tidak merusak fungsi ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun adanya kearifan lokal

Pantai yang bersih dan terawat. Hal tersebut dapat dilihat dari: Penangkapan ikan dan biota laut yang dilakukan secara terkendali Tidak menggunakan pukat dalam menangkap ikan agar tidak merusak mangrove, padang lamun, dan terumbu karang ada tidaknya kondisi pasir laut dan air laut yang bersih dari sampah, kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya tidak merusak fasilitas yang ada (mencabut tanaman, atau mencoret pohon) adanya prinsip pamali dalam pengelolaan pantai dan lautTeknik angket

4peran masyarakat pesisir dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan pantai dan lautMenurut Waryono (2000) indikator kerusakan pantai dan laut dapat dilihat dari: kondisi fisik, kimia dan mikrobia tanah Penurunan produktifitas primer erairan Bleaching karang Cemaran tumpahan minyak Sedimentasi Penyebab kerusakan pantai dan laut: pembukaan hutan manggrove untuk dijadikan tambak udang dan kayunya dijadikan bahan bangunan. penggunaan plastik, kaleng, peptisida, bahan bakar untuk kebutuhan aktivitas manusia Ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Masyarakat rajin melakukan kerja bakti pembersihan laut dari sampah plastik, kaleng, pestisida (berpengaruh terhadap kon disi tanah) Hasil tangkapan ikan yang sedikit Karang yang terawat sehingga tidak ada Bleaching karang Laut yang bebas dari minyak menjaga kelestarian pulau Sempu sebagai salah satu cagar alam dengan tidak merusak mangrove adanya tambak udang penjualan ikan di pasar lelang ikan sesuai hasil tangkapan (tidak menjual hiu, dan terumbu karang)

Teknik angket (lampiran sub bab 3.4.3)

5karakteristik wilayah Pantai dan Laut Sendangbiru meliputi panorama, budayaMenurut (Hania, dkk, 2013) di Sendang Biru ada dua daerah yaitu Penduduk daerah perbukitan umumnya berasal Jawa, dari Malang, (islam) sedangkan daerah pantai penduduk kebanyakan berasal dari Bugis, Banyuwangi, (kristen) Papua yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

panorama yang unik dan asri adanya ragam etnis di dua daerah berbeda kerukunan beragama antar penduduk adanya wisata petik laut sebagai salah satu daya tarik budaya adanya beberapa flora dan fauna yang dilindungi dalam Pulau Sempu

Teknik observasi(pedoman observasi lihat tabel 3.3)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Sendang Biru Desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing Wetan sekitar 60 km di sebelah selatan Kota Malang. Pemilihan lokasi penelitian di Pantai Sendang Biru didasarkan pada pertimbangan bahwa Pantai Sendang Biru merupakan pantai yang memiliki banyak potensi sumber daya pantai dan laut. Pantai Sendang Biru merupakan pantai yang indah dan menjadi salah satu objek pariwisata andalan di Kabupaten Malang. Meskipun demikian pengelolaan sumberdaya alam pantai dan laut di pantai tersebut belum terlalu maksimal. 3.2.2. Jadwal PenelitianWaktu yang dipergunakan dalam penelitian mulai dari penyusunan kerangka penelitian, konsultasi, pengambilan data, penyusunan laporan dan seminar adalah selama 2 bulan mulai dari bulan Januari hingga Maret 2015. Alokasi waktu pada setiap tahapan kegiatan sebagai berikut: TanggalKegiatan

Rabu 21 dan 28 Januari 2015Penyusunan kerangka penelitian dan konsultasi

Rabu 4 Februari 2015Konsultasi Bab I,II,III fix

Sabtu 14 Februari 2015Survei dan pengambilan data

Rabu 18 dan 25 Februari 2015Penyusunan hasil dan konsultasi

Rabu 4 dan 11 Maret 2015Konsultasi hasil fix

Rabu 18 Maret 2015Pengumpulan laporan

3.3. Populasi dan SampelPopulasi penelitian ini adalah pihak yang terkait dengan pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya pantai dan laut di Pantai Sendang Biru. Populasi dalam penelitian terdiri dari seluruh masyarakat lokal, institusi pemerintah tingkat desa, pengelola pantai, pengunjung, nelayan dan pelaku usaha lainya di sekitar pantai. Sedangkan untuk sampel hanya diambil sebagian orang dari masyarakat lokal, institusi pemerintah tingkat desa, pengelola pantai, pengunjung, dan nelayan. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan sampel aksidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yangkebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui (Sugiyono, 2011). Diperkirakan sampel yang diambil kurang lebih sejumlah 30 orang masing dari berbagai profesi (nelayan, masyarakat sekitar, pihak pengelola).Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Teknik sampling dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample atau sampel bertujuan. Dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan pada strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu yang diambil secara sengaja. Prinsipnya yaitu dengan menujuk seorang key person yang dianggap dapat memberikan paparan terhadap masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pantai dan laut. peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Inilah yang disebut teknik purposive sampling.3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden pada variabel potensi Sendang Biru, karakteristik pantai Sendang Biru, wawasan lingkungan, pengelolaan dan pemeliharaan, serta peran masyarakat dalam pengelolaan Sendang Biru melalui hasil observasi, wawancara, dan angket. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung/ melalui pihak kedua berupa variabel pengelolaan dan pemeliharaan pantai Sendang Biru melalui angket yang diberikan kepada instansi terkait dengan melakukan studi dokumentasi atau literature. Data primer dan sekunder akan digunakan sebagai variabel terikat, yang diperoleh dari hasil wawancara variabel bebas yaitu berbagai profesi masyarakat di Sendang Biru meliputi instansi dan masyarakat umum.3.4. Teknik Pengumpulan Data Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: 3.4.1 Teknik observasi (struktur ada di lampiran tabel 3.2 dan 3.3) Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengamati potensi sumberdaya alam pesisir yang terdapat di Pantai Sendang Biru. Potensi yang akan diamati adalah kondisi umum perairan menyangkut kualitas perairan, keadaan vegetasi mangrove, lamun dan terumbu karang.Menurut Efendi, Sofian dan Chris Manning (1989) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung, orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.Menurut Efendi, Sofian dan Chris Manning (1989) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena: 1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi,1. observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif,1. observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari,1. observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.1. observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.Pedoman observasi perlu digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.Lampiran pedoman observasi yang digunakan untuk memperoleh data pada variabel potensi alam pantai dan laut Sendang Biru sebagai berikut.

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Potensi Sendang BiruPotensi yang ada di pantai Sendang BiruAdaTidak adaProses pembangunan

Pantai dan laut yang indah

Sumber daya perikanan

Panorama yang indah

Resort atau penginapan

Wisata budaya petik laut

Wisata terumbu karang, dan padang lamun di pulau Sempu sebagai naungan ikan

Penggunaan kayu mangrove

Potensi lain yang ada....

Keterangan: beri tanda check untuk jawaban yang sesuaiSedangkan pedoman observasi untuk variabel karakteristik wilayah Pantai dan Laut Sendangbiru sebagai berikut.Tabel 3.3 Pedoman Observasi Karakteristik Sendangbiru Karakteristik yang menonjol dari Pantai Sendang BiruMenonjolTidak menonjolKurang menonjol

Panorama unik dan asri

Wisata petik laut sebagai budaya khas

Flora dan fauna khusus di Pulau Sempu

Pantai berombak tenang dan cocok untuk berenang

Adanya ikan hasil tangkapan yang khusus di Sendang Biru

Karakteristik lain...

Keterangan: beri tanda check untuk jawaban yang sesuai

3.4.2 Teknik wawancaraWawancara yang dilakukan adalah wawancara semi-terstruktur (semi structured interview) yakni wawancara yang menggunakan pertanyaan terbuka yang diharapkan diikuti dengan pertanyaan lanjutan untuk lebih menggali informasi dan secara lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan narasumber yang telah dipilih yaitu tokoh masyarakat, perwakilan nelayan, masyarakat sekitar dan perwakilan pengelola wisata pantai Sendang Biru. Berikut lampiran pedoman wawancara yang digunakan pada variabel wawasan masyarakat Sendang Biru.1. seberapa jauh anda tahu cara mengelola pantai yang baik dan benar? Menurut anda bagaimana cara pengelolaanya?2. Sebutkan ide yang anda miliki dalam pembangunan di wilayah sekitar pantai!3. Bagaimana kondisi masyarakat sekitar dalam melakukan pembangunan? Apakah dilakukan dengan bergotong royong?4. Apakah nelayan sering menangkap ikan dengan pukat?5. Apakah pernah dilakukan penaburan bibit ikan ke laut sebagai salah satu upaya konservasi?Namun beberapa pertanyaan tersebut dapat dikembangkan secara spontan untuk mendapat informasi mendalam, hanya saja kelima pertanyaan tersebut dijadikan acuan.3.4.3 Teknik Angket Menurut Walgito (1999:35-37) Kuisioner atau angket adalah metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Bentuknya angket dibedakan menjadi tiga yaitu angket tertutup, angket terbuka dan angket tertutup-terbuka. Angket tertutup, merupakan angket yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan di luar alternatif jawaban yang disediakan dalam angket tersebut. Angket terbuka, merupakan angket yang tidak menyediakan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan, sehingga responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya. Angket tertutup-terbuka, merupakan kombinasi dari angket tertutup dan angket terbuka. Sementara itu, angket masih dibedakan atas angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung, adalah angket yang langsung diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan tanpa melalui perantara. Angket tidak langsung, adalah angket yang tidak langsung diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan tetapi melalui perantara. Penelitian ini menggunakan angket terbuka tertutup yang memberikan batasan pertanyaan, namun memberikan kebebasan jawaban tambahan diluar jawaban yang ada. Selain itu pemberian angket ini juga dilakukan secara langsung pada responden. Berikut angket penelitian yang diberikan akan menggambarkan cara pengelolaan sumber daya Pantai Sendang Biru berdasarkan variabel bebasnya yaitu berbagai profesi (masyarakat, nelayan, dan pihak pengelola).Angket yang ditujukan untuk masyarakat pesisir pantai dan laut Sendang Biru:1. Tahukah anda tentang potensi sumber daya alam di Pantai Sendang Biru? Jika tahu apa sebutkan apa saja sumberdaya tersebut!1. Ya b. Tidak ........................................................................................................................1. Menurut anda apakah sumberdaya yang ada sudah terkelola secara baik? Berikan pendapat anda1. Sudah b. Belum.......................................................................................................................1. Apakah anda pernah melakukan upaya konservasi seperti (menanam terumbu karang, rumput laut, membersihkan pantai dari laut dsb) ? jika pernah kegiatan apa yang anda lakukan? Apakah setiap waktu atau hanya setaun sekali?1. Pernah b. Tidak pernah.......................................................................................................................1. Meunurut anda dengan adanya wisatawan yang datang berkunjung ke Pantai Sendang Biru lebih menguntungkan atau merugikan jika dilihat dari sumberdaya nya ? semakin rusak atau kah bagus?1. Untung, makin bagusb. Rugi, makin rusak........................................................................................................................1. Apakah selalu dilakukan kegiatan pembersihan pantai dari sampah dan kotoran? Jika iya berapa kali dalam sebulan? Siapa saja yang melakukan?4. Selalub. Tidak pernah........................................................................................................... Angket yang ditujukan untuk nelayan pesisir pantai dan laut Sendang Biru:1. Sudah berapa lama anda menjadi nelayan ? 1. 10 tahun1. Bagaimana kondisi hasil tangkapan dari tahun ke tahun? Apakah sama seperti dahulu1. Meningkat b. Menurun...........................................................................................................1. Berapa ikan yang dapat anda tangkap per harinya? Apakah pendapatan anda sesuai dengan kerja keras anda? Jika tidak menurut anda karena faktor apa ? 1. Sesuai b. tidak ................................................................................................................1. Pernahkan anda melakukan upaya konservasi untuk laut pantai sendang biru? Seperti menabur benih ikan di laut1. Tidak b. pernah................................................................................................................1. Apakah hanya ikan yang anda dapatkan dari laut? Jika ada yang lain sebutkan!1. Ikan sajab. Tidak hanya ikan...............................................................................................................1. Apakah anda pernah menangkap ikan dengan pukat harimau?5. Pernah b. Tidak pernah................................................................................................................1. Apakah dalam menangkap ikan dan sumber daya pantai lainnya ada prinsip pamali? Jika ada prinsip yang seperti apa?6. Adab. Tidak ada.........................................................................................................Angket yang ditujukan untuk instansi pengelola pesisir pantai dan laut Sendang Biru:1. Sejak kapan mulai mengelola sendang biru? Program apa yang telah anda berikan ?1. >30 tahunb.