Makalah Prakimdas Modul 1

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR2010

Kata PengantarPertama-tama, Penyusun mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah praktikum kimia dasar modul 1 yang berjudul Pengertian Sifat Fisika dan Sifat KimiaTugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi nilai tugas akhir praktikum kimia dasar semester ganjil. Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat membedakan sifat-sifat kimia dan fisika suatu zat.

Dalam makalah ini mungkin saja ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan mutu makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, tim penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penyusunan makalah ini. Terima kasih atas kerjasama tim penyusun selama ini.

Universitas Indonesia,

Depok, 5 Januari 2011Tim Penyusun

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.2 Prinsip Kerja1.3 Metode

BAB 2 TEORI

2.1 Sifat Fisika dan Kimia

2.2 Ikatan Kimia

2.3 Kepolaran

2.4 Ksp (Hasil Kali Kelarutan

2.5 Reaksi Sel

BAB 3 METODOLOGI KERJA 3.1 Alat dan Bahan

3.2 Prosedur Percobaan

BAB 4 HASIL PENGAMATAN

4.1 Sifat Fisika

4.2 Sifat Kimia

BAB 5 ANALISA

5.1 Analisis Sifat Kimia

5.2 Analisis Sifat Fisika

5.3 Analisis Alat dan Bahan

5.4 Analisis Kesalahan

BAB 6 JAWABAN TUGAS

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk membedakan sifat fisika dan kimia suatu zat

1.2 Prinsip KerjaPrinsip kerja dalam melakukan praktikum ini adalah mengamati sifat fisika dari berbagai macam zat secara kualitatif, meliputi wujud, warna, dan bau. Juga mengamati sifat kimia dari berbagai macam zat , dapat berupa perubahan karena pengaruh asam, pengaruh basa, dan pengaruh suhu1.3 Metode

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan dua metode. Metode yang pertama adalah dengan melakukan eksperimen di laboratorium dasar proses kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Eksperimen ini dilakukan secara berkelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari dua orang.

Metode yang kedua adalah tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini diperlukan utuk memperoleh teori-teori dasar yang perlu diketahui sebelum melakukan eksperimen dan membuat laporan awal maupun akhir dari eksprimen yang dilakukan.BAB 2

TEORI2.1 Sifat Fisika dan Kimia2.1.1 Sifat Fisika

Sifat fisika adalah suatu keadaan yang dapat dilihat tanpa mengubah sifat sifat kimia dari zat tersebut atau karateristik suatu zat tanpa membedakan dari zat zat lain dan tidak melibatkan perubahan apapun ke zat lain. Contoh - contoh sifat fisika antara lain titik leleh, kalor jenis, titik didih, kekerasan, kerapatan, daya hantar, viskositas, dan kelarutan.Setiap zat memiliki sifat fisika yang berbeda beda, sehingga mudah untuk dibedakan dari zat lain. Sifat fisika suatu zat dapat diukur dengan mudah dan dapat dinyatakan dalam bilangan. Contohnya adalah zat yang dinamakan etil alkohol. Etil alkohol membeku pada -117,3oC (155,8 K), mendidih pada 78,5oC (351,6 K), mempunyai rapatan sebesar 0,7893 g/cm3 dan mempunyai kalor jenis sebesar 2,43 J/g. K. Tak ada zat lain yang memiliki perangkat sifat seperti ini selain etil alkohol.

Ada banyak sekali sifat fisika yang dapat dipakai untuk mengidentifikasikan suatu zat, diantaranya adalah: warna, warna merupakan tampilan zat yang paling luar, dapat dilihat dan mudah dikenal. Namun warna juga dapat membingungkan, contohnya logam perak akan berwarna hitam bila partikel perak nya kecil seperti negatif foto hitam putih. Yang kedua adalah bau, bau dapat dengan mudah dikenali, namun tidak semua zat dikenali melalui baunya. Yang ketiga kerapatan atau massa jenis, yang merupakan ukuran atau jumlah zat per satuan volume. Yang keempat adalah kelarutan, kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk melarut dalam suatu pelarut. Kelima adalah konduktivitas, yang merupakan kemampuan untuk menghantarkan listrik. Semakin tinggi konduktivitas, maka semakin mudah suatu zat menghantarkan listrik. Keenam compresbility (kemampuan dimampatkan), yaitu suatu istilah yang berhubungan dengan derajat volume suatu zat yang akan diperkecil dengan bantuan takanan. Bila terjadi perubahan volume yang sangat besar saat tekanan diperbesar, maka dikatakan zat tersebut mudah dimampatkan. Ketujuh adalah kalor jenis, kalor jenis adalah jumlah kalor atau energi yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk menaikkan suhunya tiap satuan massa. Makin besar kalor jenis suatu zat, maka makin sulit suatu zat untuk naik suhunya. Kedelapan adalah tekanan uap, jumlah tekanan uap yang diberikan oleh uap suatu zat cair, baik murni maupun campuran adalah seimbang. Lalu titik beku dan titik didih, titik beku dan titik didih merupakan suatu keadaan pada suhu tertentu dan tekanan tertentu dimana cairan dan zat padatnya dapat berada dalam keadaan seimbang. Pada titik ini, kecepatan partikel meninggalkan keadaan padat dan memasuki keadaan cair sama dengan kecepatan partikel meinggalkan keadaan cair dan memasuki keadaan padat. Selanjutnya kalor lebur atau panas pelelehan, kalor lebur adalah energi yang dibutuhkan untuk melelehkan zat padat. Kemudian selanjutnya kalor uap, kalor uap merupakan jumlah energi yang diperlukan oleh sejumlah zat cair untuk menguap pada tekanan tetap. Dan yang terakhir adalah tekanan osmosis yang merupakan tekanan yang diberikan untuk menghentikan laju osmosis.2.1.2 Sifat Kimia

Sifat kimia adalah kecenderungan dari suatu zat untuk mengalami perubahan kimia tertentu, atau kualitas dari suatu zat tertentu yang menyebabkan zat itu berubah, baik sendiri maupun berinteraksi dengan zat lain. Dengan perubahan tersebut maka akan membentuk zat baru yang berbeda dengan zat awal.Perubahan kimia yang terjadi pada suatu reaksi, baik struktur maupun energi dalamnya, biasanya disebabkan oleh tiga hal, yaitu :a. Perubahan kimia karena pengaruh basa

Perubahan ini terjadi apabila suatu zat direaksikan dengan suatu zat lain yang bersifat basa.

b. Perubahan kimia karena pengaruh asam

Perubahan ini terjadi apabila suatu zat direaksikan dengan suatu zat lain yang bersifat asam.

c. Perubahan kimia karena pengaruh panas

Perubahan ini terjadi sesuai teori molekul kinetik, yaitu dengan ditambahkan energi kalor ke suatu zat, energi itu digunakan untuk mengalahkan gaya tarik menarik yang mengikat partikel-partikel.Sifat kimia merupakan sifat intrinsik. Misalnya, sifat kimia dari air adalah akan bereaksi secara hebat dengan natrium dan akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida. Bila kita perhatikan sifat kimia ini, maka terlihat bahwa air dan natrium mengalami perubahan kimia dan menghasilkan zat lain.

Beberapa contoh sifat kimia diantaranya: kereaktifan, yang merupakan kemampuan untuk bereaksi dengan zat lain untuk membentuk zat lain; flammability, yang merupakan kemampuan untuk terbakar; sifat asam, yang merupakan kemampuan melepas ion H+ dalam air; sifat basa, yang merupakan kemampuan suatu zat untuk melepas ion-ion OH- dalam air; sifat oksidator, yang merupakan kemampuan mengoksidasi dari suatu zat terhadap zat lain jika terjadi reaksi redoks (zat oksidator menyerap atau menangkap elektron); sifat reduktor, yang merupakan kemampuan mereduksi zat lain (zat reduktor melepas atau membebaskan elektron pada reaksi redoks.2.1.3 Sifat Fisika dan Kimia Beberapa Zat

Berikut ini adalah sifat fisika dan sifat kimia dari beberapa zat:Tembaga (Cu)

Tembaga dapat diperoleh dari alam dalam bentuk bijihnya, CuFeS2. Namun, diperlukan elektrolisis untuk memurnikannya. Hal ini bergantung dari potensi elektroda pengotor dengan tembaga itu sendiri. Emas, platina, besi dan zink merupakan pengotor yang dapat mengurangi konduktivitas tembaga, menyebabkan banyak panas sehingga tidak efisien lagi. Au dan Pt elektrode lebih positif dapat dipisahkan dari lumput anoda dalam elektrolisis, dan sebaliknya untuk besi dan zink.

Secara fisik, tembaga merupakan logam merah muda, lunak, mudah ditempah dan liat. Titik didih tembaga 2567oC dan titik lelehnya 1083oC. Massa jenisnya 8,9 gr/cm3 dan kekerasannya 3,0 dalam skala Mohs. Senyawa senyawa tembaga umumnya tidak berwarna, kebanyakan garam tembaga tidak larut dalam air.Tembaga memiliki tiga tingkat oksidasi yaitu +1, +2 dan +3, tetapi yang paling umum dikenal yaitu : +1 dan +2. Hal ini berkaitan dengan keberadaannya menempati subkulit 3d dan 4s. Tembaga adalah logam yang kurang reaktif, potensi reduksinya positif, +0,34 volt. Pada deret volta, Cu berada di sebelah kanan H sehingga lebih mudah mengalami reduksi. Namun terdapat pengecualian walaupun tembaga adalah golongan yang bereaksi dengan HCl atau H2SO4. Tembaga harus direaksikan dengan oksidator yang benar benar kuat seperti HNO3 atau bahkan aqua regia (air raja).Seng ( Zn )

Zn/ Seng merupakan golongan transisi II B pada sistem periodik. Namun, Zn tidak memiliki sifat khas seperti unsur transisi pada umumnya. Titik didih dan titik leleh pada Zn relatif rendah. Titik didihnya 907oC dan titik lelehnya 420oC. Senyawanya tidak berwarna, tidak paramagnetik (tidak tertarik pada bidang magnet), dan hanya memiliki satu bilangan oksidasi, +2. Sifat ini bertolak belakang dengan unsur transisi, penyebabnya adalah konfigurasi elektron Zn, yaitu [Ar] 4s2 3d10. Subkulit d-nya terisi penuh dan arah rotasi elektron ( bilangan kuantum spin = ) yang menyebabkan adanya muatan listrik menjadi hilang. Karena hilang sepasang (arah searah dan arah berlawanan jarum jam), lebih mudah melepas 4s2 (kulit terakhir) dibandingkan dengan melepas 1 elektron ( setengah penuh lebih tidak stabil dibanding penuh ).

Zn/ Seng logam yang berwarna putih kebiru biruan mudah ditempa dan liat pada suhu 100-150oC. Potensi reduksi nya negatif sehingga Zn lebih mudah teroksidasi. (EoZn = -0,76 V). Massa jenis seng adalah 7,13 gr/cm3, kekerasannya 2,5 pada skala Mohs. Pada suhu kamar, seng berwujud padat dan ber warna putih mengkilap. Zink dapat larut dan bereaksi dengan H2SO4, HCl atau asam. Namun diperlukan larutan garam untuk mempercepat reaksi. Pada HCl atau H2SO4, senga kan bereaksi cepat dan membebaskan hidrogen.

Zn + 2H+ ( Zn2+ + H2Zn + 2OH- + 2H2O ( [Zn(OH)4]2- + H2Karena dapat bereaksi dengan asam maupun basa, maka zink diberi sebutan amfoter. Amfoter dapat terjadi karena memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zat nya sendiri memiliki kemampuan seperti itu.Magnesium ( Mg )

Magnesium merupakan golongan alkali tanah (II A) . logam ini dapat terbakar dengan menghasilkan warna nyala yang khas yaitu warna putih seperti kembang api. Titik didih dan titik leleh magnesium adalah 1090oC dan 649oC. Magnesium juga terletak di sebelah kiri H dalam deret volta. Ini disebabkan karena potensi reduksinya yang bernilai -2,38 V, maka Mg juga dapat disebut reduktor. Sebagai golongan IIA, Mg memiliki titik leleh, kerapatan (2,0 dalam skala Mhos), dan kekerasan logam yang lebih besar dari golongan IA karena elektron valensi ada, sehingga ikatan logamnya menjadi lebih kuat.

Magnesium mudah terbakar dalam udara membentuk Mg3N2 atau MgO. Magnesium yang termasuk dalam golongan IIA memiliki jari jari atom yang relatif lebih besar namun energi ionisasi dan keelektronegatifannya berkurang. Akibatnya memiliki kecendrungan yang besar untuk membentuk senyawa ion..

Mg dapat bereaski dengan air mendidih serta membentuk basa, oksida, dan gas H2. Mg(OH)2 juga tergolong basa lemah. Magnesium setelah terbakar dengan oksigen atau teroksidasi dan akan membentuk lapisan oksida yang melekat kuat pada logam sehingga menghambat korosi berlanjut.Besi ( Fe )

Besi merupakan unsur tebanyak keempat yang ada di dalam kulit bumi. Besi murni bersifat dapat dimagnetkan, lunak, dan liat. Oleh karena itu, untuk memperkuat struktur kekuatan baja besi, besi sering dipadukan dengan unsur seperti karbida, fosfida, sulfida serta sedikit grafit. Zat zat pencemar ini justru memiliki peran penting dalam struktur besi.Besi memiliki titik leleh 1535oC, titik didih 2750oC, dan kerapatan 7,9 gr/cm3. Besi memiliki tingkat kekerasan 4,5 untuk skala Mohs. Besi juga merupakan unsur transisi dan merupakan reduktor yang kuat. Dalam sistem deret volta, besi berada disebalah kiri H yang memiliki potensi reduksi yang bernilai negatif ( EoFe = -0,44 untuk Fe2+ dan EoFe = -0,04 untuk Fe3+). Dalam suhu kamar, besi berwujud logam padat berwarna putih mengkilap. Jika dipanaskan, besi akan membentuk bara berwarna merah. Secara kimia, besi merupakan golongan transisi yang dalam konfigurasi elektronnya besi merupakan unsur feromagnetik karena terdapat elektron tidak berpasangan.

Besi larut dalam asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer. Dalam reaksinya akan dihasilkan garam garam besi (II) dan gas hidrogen. Garamgaram besi (II) berasal dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, Fe2+ berwarna hijau. Ion besi (II ) dapat mudah teroksidasi menjadi besi (III). Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya. Dalam suasana netral atau basa, O2 di atmosfer akan mengoksidasi ion besi (III). Ion besi (III) lebih stabil daripada ion besi (II).Besi bila diubah dalam bentuk larutan, akan berwarna kuning muda. Jika direaksikan dengan basa NaOH akan membentuk endapaan Fe(OH)2 berwarna putih. Kondisi ini juga terjadi pada kondisi tidak ada udara. Jika ada udara, Fe(OH)2 langsung teroksidasi menjadi Fe(OH)3, yang berwarna coklat kemerahan.Aluminium (Al)Aluminium merupakan golongan IIIA yang bersifat amfoter. Dalam keadaan suhu kamar, aluminium memiliki wujud padat. Berwarna putih (dalam logam) dan padat serbuk dengan warna abu abu. Aluminium meleleh pada suhu 659oC, membeku pada suhu 91,8oC. Al merupakan penghantar panas dan penghantar listrik yang baik.Sifat kimia yang khas dari Al adalah Al merupakan reduktor yang kuat walaupun tidak sekuat Na. Aluminium tidak mengalami korosi seperti besi karena jika teroksidasi membentuk lapisan Al2O3 yang bertindak sebagai lapisan pelindung pada peristiwa korosi lanjut. Kekerasan aluminium terkait dengan kekuatan ikatan logam tersebut. ikatan logam bergantung pada jumlah elektron yang terlibat dan jari jari atom. Makin banyak elektron dalam ikatan logam dan semakin kecil jari-jari atom, semakin kuat pula ikatan logam itu.

Terkait dengan sifat aluminium yang amfoter, Al dapat bereaksi dengan asam maupun basa, sekalipun Al itu reduktor. Al bereaksi dengan HCl encer karena [H+] bukan asam yang sekuat H2SO4 atau HNO3. Al lebih mudah bereaksi dengan larutan asam encer dibandingkan dengan larutan asam pekat. Hal ini terkait dengan sifat lapisan oksidanya. Reaksi dengan asam juga berlangsung dengan cepat.

Untuk menentukan ada atau tidaknya Al, dapat dilakukan pereaksian dengan basa. Sebagai contoh NaOH. Reaksi akan membentuk endapan putih aluminium hidroksida.Asam asetat ( CH3COOH)

Asam asetat disebut sebagai asam lemah. Hal ini disebabkan Ka yang dimilikinya adalah sebesar 10-5. Semakin kecil Ka maka semakin kecil pula tingkat keasamannya. Dalam keadaan normal, asam asetat merupakan cairan yang bening dengan bau yang menusuk. Titik didih asam asetat 117oC dan titik bekunya 17oC. Asam asetat dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan.Metanol

Pada suhu kamar, metanol berupa zat cair bening, mudah menguap, berbau alkohol. Metanol tergolong zat yang sangat beracun. Metanol merupakan alkohol yang memiliki satu atom C, 1 atom OH dan 3 atom H. Metanol mudah larut dalam air. Hal ini disebabkan kuatnya momen dipol dari OH pada gugus hidroksil suku rendah, menyebabkan kepolarannya agak tinggi dibandingkan dengan alkohol yang lain, sehingga bila alkohol suku rendah dicampur dengan air akan terbentuk ikatan hidrogen antara molekul molekul alkohol. Akibatnya alkohol suku rendah dapat bercampur dengan air. Titik didih metanol 65oC, titik bekunya -99oC. Alkohol metanol dapat bercampur dengan air secara sempurna karena alkohol dan air sama sama bersifat polar.Eter

Eter merupakan zat cair yang berbau harum, sukar larut dalam air. Hal ini disebabkan karena eter tidak memiliki ikatan hidrogen dalam molekulnya. Titik didihnya lebih rendah dari alkohol yang sukunya sama (jumlah atom C nya sama). Eter merupakan isomer fungsi dengan rumus umum CnH2n+2O dengan alkohol. Eter tidak hanya memiliki ikatan hidrogen dan hanya memiliki ikatan kovalen. Karena itu sifatnya tergantung pada ikatan van der waals lemah antar tiap molekulnya, sehingga eter bersifat nonpolar. Tetapan dielektrik eter sangat kecil (4,3 pada 20oC). Selain itu, rantai alkil merupakan gugus yang nonpolar sehingga interaksinya dengan air lemah. Semakin panjang rantai alkil, maka semakin polar dan tinggi titik didihnya.

Eter tidak bereaksi dengan Na atau PCl3. Sifat eter : eter bereaksi dengan HI membentuk alkohol dan alkil halida, eter mudah terbakar membentuk CO2 + 6H2O, bereaksi dengan PCl5 tanpa membebaskan HCl ( Perbedaan dengan alkohol ).Benzena

Benzena merupakan zat cair jernih, berbau, lebih ringan daripada air dan sukar bercampur dengan air (karena benzena merupakan senyawa nonpolar). Benzena lebih tergantung pada ikatan vanderwaals. Semakin besar Mr nya maka semakin tinggi titik didihnya. Tetapi struktur benzena yang kompak membuatnya sulit untuk mengalami gaya dipol.

Benzena tidak larut dalam air, tetapi dalam pelarut polar atau nonpolar, seperti eter dan tetrakloroetana. Benzena banyak digunakan sebagai pelarut. Secara kimia, benzena tidak begitu reaktif, tetapi lebih mudah terbakar dan menghasilkan jelaga. Hal ini disebabkan karena keberadaan elektron elektron yang terdelokalisasi di seputar lingkaran/ cincin benzena. Benzena juga sukar mengalami adisi dibandingkan dengan subsitusi. Ini menyebabkan kurang kereaktifan benzena.Toluena

Toluena adalah senyawa turunan benzena. Oleh karena itu, sifat dasar dari toluena itu sendiri sama seperti benzena yaitu nonpolar sehingga toluena larut dalam senyawa yang kurang polar atau nonpolar, tetapi tidak larut dalam pelarut yang polar. Hal ini disebabkan kurang kereaktifannya benzena. Toluena yang memiliki gugus CH3 (rantai alkil yang polar), keberadaan elektron elektron terdelokalisasi seputar cincin benzena.Gula (C12H22O11)

Gula merupakan kristal yang bening, mudah larut dalam air panas, berwarna coklat jika terbakar. Gula adalah senyawa turunan karbohidrat. Gula yang kita kenal berasal dari gula tebu atau fruktosa. Gula pasir yang kita kenal adalah sukrosa. Sukrosa bila dihidrolisis akan terbentuk fruktosa dan glukosa. Fruktosa maupun glukosa mudah larut dalam air. Sifat ini berkaitan dengan gugus OH yang polar sehingga antar molekulnya maupun molekul air akan terbentuk ikatan hidrogen yang kuat. Sukrosa sendiri dapat larut dalam air karena pengaruh asam atau enzim intervase.

Sukrosa adalah pemutar kanan ( = + 66,53o). Jika sukrosa dihidrolisis, terjadi pengembalian arah putaran inversi, menjadi pemutar kiri. Maka dari itu, gula sukrosa disebut gula invers karena dapat memutar bidang polarisator.Kalsium karbonat (CaCO3)

Kalsium karbonat merupakan garam karbonat dari kalsium. CaCO3 dapat ditemukan dalam bentuk batu kapur. Ikatan CaCO3 merupaka ikatan ionik antara Ca2+ dan CO32-. Kalsium karbonat terbentuk dari dari kalsium dan air hujan yang mengandung CO2 (tercampur H2O dan CO2 menjadi H2CO3 sehingga bersifat asam). Jika dilarutkan dalam air, CaCO3 akan terion karena Ca2+ merupakan ion logam , dan CO32- merupakan ion yang berasal dari senyawa kovalen. CaCO3 dalam air sukar larut. CaCO3 dalam wujud padat tersusun dalam pola teratur ion positif dan negatif berselang secara simetris. Kristal itu terikat oleh gaya elektrostatik yang ditimbulkan muatan ion tersebut. ikatan ion bersifat rapuh karena jika ada pergeseran lapisan, akan menghasilkan gaya tolak menolak listrik ion sejenis.

Jika ion CaCO3 tergabung dalam air, ion H+ dari air akan bergabung dengan anion CO32- dan membentuk senyawa yang kurang stabil. H2CO3 yang memiliki ksp/ konsentrasi larutan. Ksp = 2,8 x 10-9. Sedangkan Ca2+ akan bergabung dengan ion OH- yang akan larut karena merupakan basa kuat yang mudah larut dalam air, walaupun ada sebagian kecil yang tidak melarut.2.2 Ikatan KimiaBerikut ini adalah jenis jenis ikatan kimia yang dimiliki berbagai macam zat:A. Gaya tarik menarik dipol sesaat dipol terimbas ( gaya London )

Ikatan kimia ini terjadi antara molekul nonpolar yang tarik menarik lemah akibat dibentuknya dipol sesaat. Elektron senantiasa bergerak pada orbital, perpindahan elektron dari suatu tempat ke tempat lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat nonpolar sehingga terbentuk dipol sesaat.

Kemudian molekul membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas. Polarisabilitas bergantung pada Mr dan bentuk molekul. Semakin kecil, kompak dan simetris, maka semakin nonpolar dan sebaliknya.B. Gaya tarik dipol dipol

Gaya ini terdapat pada zat polar maupun nonpolar. Gaya dipol- dipol yang terdapat pada zat polar menambah gaya dispersi zat itu.C. Ikatan Hidrogen

Sifat polar dan gaya dipol dipol yang dimiliki HF, H2O dan NH3 tidak cukup kuat untuk menerangkan titik didih yang tinggi dibandingkan dengan senyawa polar lainnya karena adanya ikatan hidrogen : F O N sangat elektronegatif. Akibatnya atom H dari satu molekul terikat kuat pada atom unsur ( F, O, N ) yang sangat elektronegatif dari molekul tetangganya melalui pasangan elektron bebas pada atom unsur berelektronegatifan sebesar itu.D. Ikatan IonIkatan ini terjadi antar unsur logam dan nonlogam. Senyawa logam cenderung bersifat ionik, memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi, dan berbentuk padatan pada suhu kamar.2.3 Kepolaran

Keelektronegatifan adalah penentu dari kepolaran suatu zat. Elektronegativitas adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan daya tarik menarik atom pada elektron dalam suatu ikatan. Dalam molekul, muatan positif dan negatif yang sama dipisahkan oleh jarak yang menunjukan suatu dipol, hasil dari muatan setiap ujung dipol dikali dengan jarak kedua muatan. Secara keseluruhan momen dipol suatu molekul merupakan jumlah masing masing ikatan dipol yang ada dalam molekul yang dijumlahkan seperti satu vektor. Suatu zat dapat disebut polar ataupun non polar.

Suatu zat dikatakan polar jika perbedaan keelektronegatifannya antara senyawa pembentuknya besar. Sifat keelektronegaifan ditentukan oleh banyaknya inti positif atau negatif yang dimiliki oleh zat tersebut, contohnya ikatan antara H dengan Cl. Atom H lebih cenderung positif karena itu ia akan memberikan tepat satu elektron yang dimilikinya kepada Cl- untuk membentuk ion H+. Sedangkan Cl memiliki 7 elektron bebas. Kekurangan 1 elektron untuk menjadi oktet. Oleh karena itu, H dan Cl membentuk ikatan kovalen dengan 7 elektron Cl lebih negatif dan H lebih positif. Sedangkan suatu zat dikatakan non polar jika perbedaan keelektronegatifan kecil atau bahkan tidak ada.2.4 Ksp ( Hasil kali kelarutan )Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion ion dalam larutan jenuh elektrolit yang sukar larut dalam air, masing masing konsentrasinya dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Untuk AxBy yang sukar larut dalam air (AxBy xA+ + yB-), maka Ksp AxBy = [Ay+]x[Bx-]yAdanya ion sejenis dalam larutan memperkecil kelarutan zat. Kelarutan zat dipengaruhi oleh : jenis pelarut (ion tidak sejenis, mempercepat kelarutan ion sejenis, memperlambat kelarutan), luas permukaan (semakin banyak yang terkena reaksi, semakin cepat melarut), temperature (semakin tinggi temperaturnya, semakin cepat melarut dan sebaliknya)2.5 Reaksi Sel

Reaksi sel digunakan untuk mengetahui logam bereaksi atau tidak dengan larutan dengan cara pengecekan dalam deret volta dan menghitung Eosel reaksi tersebut :

Eosel = Eored - EooksEoreduksi dapat dilihat dari deret volta, yaitu:Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Cr, Fe, Co, NI, Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au

dimana unsur yang terletak disebelah kiri H bersifat reduktor dan sebelah kanan H bersifat oksidator.BAB 3

METODOLOGI KERJA3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat:

Bunsen / lampu alkohol

-Pipet ukur

Penjepit tabung reaksi

-Gelas beker 100 ml Tabung reaksi

-Pengaduk Gelas ukur 10 ml

-Spatula Pipet tetes

-Kawat Ni-Cr- Karet hisap

-Corong

3.1.2 Bahan:

Tembaga (Cu)

Seng (Zn)

Magnesium (Mg)

Besi (Fe)

Aluminium (Al)

Kalsium karbonat (CaCO3)

Kupri nitrat (Cu(NO3)2)

Kalsium hidroksida (KOH)

Asam sulfat pekat (H2SO4 pekat)

Natrium Hidroksida encer (NaOH encer)

Asam asetat (CH3COOH)

Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

Asam klorida encer (HCl)

Garam/gula

Metanol/benzena/toluena/eter

Kayu

Kapur tulis (CaCO3)

Aquadest (air suling)3.2 Prosedur Percobaan3.2.1 Sifat Fisika

1. Mengamati dan mencatat wujud, warna, dan bau dari zat-zat berikut:

Metanol

CaCO3 Gula

Toluena

Benzena

HCl

NaOH

2. Melarutkan zat tersebut ke dalam air. Mengocok larutan tersebut, mengamati, dan mencatat perubahan yang terjadi

3. Melakukan proses 2 untuk eter

4. Menjelaskan cara identifikasi zat-zat di atas yang mempunyai bentuk atau warna yang sama, berdasarkan sifat fisik zat-zat tersebut.

3.2.2 Sifat Kimia

Perubahan karena pengaruh basa:

1. Memasukkan sepotong Al, Zn, Fe, dan CaCO3 ke dalam tabung reaksi yang berlainan

2. Menambahkan 5 ml NaOH encer pada tiap-tiap tabung. Mencatat perubahan yang terjadi.Perubahan karena pengaruh asam:

1. Memasukkan sepotong Cu, Zn, CaCO3, dan KOH ke dalam tabung reaksi yang berlainan. Menambahkan 3 ml HCl encer pada tiap-tiap tabung. Mencatat perubahan yang terjadi dan menulis persamaan reaksinya.

2. Menuangkan H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi, memasukkan sepotong kayu ke dalamnya. Mencatat perubahan yang terjadi.

Perubahan karena pengaruh panas:

1. Memanaskan sepotong Mg dalam nyala bunsen dengan menggunakan penjepit

2. Mengulangi percobaan ini dengan lilitan Cu. Mencatat peristiwa yang terjadi.

BAB 4

HASIL PENGAMATAN4.1 Sifat Fisika

4.1.1 Tabel pengamatan wujud , warna, dan bau zat-zat sebelum reaksi

No.Nama ZatWujudWarnaBau

1.MetanolCairBeningBerbau alkohol

2.CaCO3SerbukPutihTidak berbau

3.GaramKristalPutihTidak berbau

4.ToluenaCairBeningBerbau tajam, seperti lem aibon

5.BenzenaCairBeningBerbau tajam, seperti lem aibon

6.HClCairBeningBerbau masam dan menyengat

7.NaOHCairBeningTidak berbau

4.1.2 Tabel pengamatan zat setelah ditambah airNo.Nama ZatHasil PengamatanKeterangan

1.Metanol Warna larutan tetap bening

Metanol larut dalam air Setelah dikocok tidak terbentuk endapan

Bau menjadi berkurang

2.CaCO3 CaCO3 melarut sebagian kecil; pada awalnya terlihat seperti melarut, namun akhirnya terbentuk endapan pada dasar tabung reaksi

Warna berubah menjadi putih keruh

3.Garam Garam melarut seluruhnya Tidak terbentuk endapan

Warna larutan tetap bening Larutan garam tidak berbau

4.Toluena Toluena tidak larut dalam air Tidak terbentuk endapan

Membentuk dua lapisan, air di bawah (meniskus cembung) dan toluena di atas

Warna larutan tetap bening

Bau menjadi sedikit berkurang

5.Benzena Benzena tidak larut dalam air Tidak terbentuk endapan

Membentuk dua lapisan, air di bawah (meniskus cekung) dan benzena di atas

Warna larutan tetap bening

Bau menjadi berkurang

6.HCl HCl larut seluruhnya dalam air Tidak terbentuk endapan

Warna larutan tetap bening

Larutan tidak berbau

7. NaOH NaOH larut dalam air Tidak terbentuk endapan

Warna larutan tetap bening

Larutan tidak berbau

4.1.3 Pengamatan zat setelah ditambah air dan eter Penambahan eter dengan air dilakukan di ruang asam

Eter tidak larut dalam air, sehingga membentuk dua lapisan, yaitu eter di lapisan atas dan air di lapisan bawah

4.2 Sifat Kimia4.2.1 Perubahan karena pengaruh basa (NaOH encer)

Keadaan awal

mnnNo.Nama ZatWujudWarna

1.Aluminium (Al)Padatan (serbuk)Abu-abu mengkilat

2.Seng (Zn)Padatan (serbuk)Abu-abu

3.Besi (Fe)Padatan (serbuk)Abu-abu gelap

4.Batu kapur (CaCO3)Padatan (serbuk)Putih

Keadaan setelah reaksi ( + NaOH 5 ml)

No.Nama ZatWarnaEndapanGelembungLarutPersamaan reaksi

1.Aluminium (Al)PerakAdaBanyakYaAl(s) + 2NaOH(aq) ( 2NaAl(OH)4(aq) + 3H2(g)

2.Seng (Zn)Bening keabu-abuanAdaTidak adaYaZn(s) + 2NaOH(aq) + 2H2O (aq) ( Na( Zn(OH)4)(l) + H2(g)

3.Besi (Fe)BeningAdaTidak adaTidakFe + NaOH (

4.Batu kapur (CaCO3)Putih keruhAdaTidak adaYaCaCO3(s) + 2NaOH(aq) ( Na2CO3 + Ca(OH)2

Keterangan gambar

Alumunium + NaOH Besi + NaOH Zn + NaOH CaCO3 + NaOH

4.2.2 Perubahan karena pengaruh asam (HCl encer)

Keadaan awal

mnnNo.Nama ZatWujudWarna

1.Tembaga (Cu)Padatan (serbuk)Merah bata

2.Seng (Zn)Padatan (serbuk)Abu-abu

3.Batu kapur (CaCO3)Padatan (serbuk)Putih

4.KOHPadatan (kristal)Putih

Keadaan setelah reaksi (+ HCl 3 ml)No.Nama ZatWarnaEndapanSuhuPersamaan reaksi

1.Tembaga (Cu)Putih (Tidak bereaksiAdaTetapCu + HCl (

2.Seng (Zn)Abu-abu keruhAdaTetapZn(s) + 2HCl(aq) ( ZnCl2 + H2(g)

3.Batu kapur (CaCO3)Bening, sedikit keruhAdaTetapCaCO3(s) + HCl(aq) ( CaCl2 + H2O + CO2

4.KOHBeningTidakMeningkat (tabung reaksi menjadi hangat)KOH + HCl(aq) ( KCl + H2O

Keterangan GambarCu + HCl CaCO3 + HCl Zn + HCl KOH + HCl

4.2.2 Perubahan karena pengaruh panasKeadaan Awal

mnnNo.Nama ZatWujudWarna

1.Magnesium (Mg)Padatan (serbuk)Abu-abu mengkilap

2.Tembaga (Cu)Padatan (serbuk)Merah bata

Perubahan yang terjadi

mnnNo.Nama ZatPerubahanWarna NyalaPersamaan Reaksi

1.Magnesium (Mg)Timbul percikan api yang cukup banyakPutih terangMg + O2 ( MgO

2Mg + O2 ( 2MgO

2.Tembaga (Cu)Timbul sedikit percikan apiHijau2Cu + O2 ( 2CuO

Keterangan Gambar

4.2.3 Perubahan pada batang kayu karena pengaruh asam (H2SO4 pekat)Keadaan AwalmnnNo.Nama ZatWujudWarna

1.Kayu (batang korek api)PadatKuning gading

Perubahan yang terjadimnnNo.Nama ZatSuhuWarna

1.Kayu (batang korek api)Meningkat (Tabung reaksi terasa hangat)Perlahan-lahan berubah menjadi hitam (seperti hangus)

Keterangan Gambar

BAB 5ANALISA5.1 Analisis Sifat Kimia

5.1.1 Perubahan Karena Pengaruh Basa

A. Aluminium (Al)Aluminium bereaksi dengan NaOH encer dengan reaksi pengikatan setimbang:Al(s) + 2NaOH(aq) ( 2NaAl(OH)4(aq) + 3H2(g)

Adapun penyebab dari reaksi ini ialah perbedaan potensial elektron yang besar antara Aluminium dengan Natrium, yakni potensial reduksi (Eo) Aluminium mencapai - 1,66 Volt, sementara potensial reduksi Na adalah -2,7 Volt. Perbedaan ini menyebabkan Aluminium teroksidasi (terionisasi dengan bilangan oksidasi meningkat) dan selanjutnya diikat oleh gugus natrium hidroksida yang juga terionisasi. Reaksi ini menghasilkan hasil samping gelembung hidrogen yang mana merupakan hasil ionisasi NaOH sebelum mengikat Aluminium. Selain itu, ada kenaikan suhu yang terjadi pada sistem. Hal ini diakibatkan oleh perubahan entalpi dari reaksi minus, atau dengan kata lain reaksi bersifat eksotermis. Reaksi eksotermis berarti adanya pelepasan energi dalam bentuk panas dari sistem kepada lingkungan ditandai dengan meningkatnya suhu lingkungan. Energi panas ini berasal dari ekses energi dalam pelepasan ikatan yang berlebih. Tidak hanya karena perbedaan potensial, tetapi sifat intrinsik dari aluminium sendiri membuat reaksi dapat terjadi. Tidak seperti kebanyakan logam, aluminium termasuk salah satu logam yang bersifat amfoterik. Sifat amfoter ini menunjukan kecenderungan untuk membentuk basa dan asam pada reaksi yang berbeda. Pada umumnya, satu zat tertentu hanya dapat membentuk kecenderungan asam atau basa. Namun begitu, beberapa zat termasuk aluminium adalah zat amfoter yang dapat membentuk kecenderungan akan keduanya. Hal inilah juga ikut berkontribusi pada alasan mengapa aluminium bereaksi dengan NaOH.

B. Seng (Zn)Seng bereaksi dengan NaOH dalam reaksi pengikatan setimbang.

Zn(s) + 2 NaOH(aq) + 2H2O (aq) ( Na( Zn(OH)4)(l) + H2(g)Tidak jauh berbeda dengan Aluminium, seng memiliki perbedaan potensial elektron yang signifikan dengan Natrium. Ditambah lagi, seng bersifat amfoterik sehingga dapat berperan sebagai asam konjugat dalam reaksi dengan basa. Hal inilah yang menyebabkan seng dapat bereaksi dengan NaOH. Adapun pengamatan kualitatif yang dapat terlihat jelas sebagai penanda eksistensi reaksi, yakni warna larutan yang berubah dari bening menjadi keruh. Hal ini menandakan adanya penataan ulang (restrukturisasi) zat sehingga terbentuk zat baru dengan warna yang keruh (tidak bening). Perlu diingat bahwa warna keruh juga dapat mengindikasikan adanya kejenuhan.C. Besi (Fe)Besi (Fe) tidak bereaksi dengan NaOH.

Fe + NaOH (Hal ini disebabkan oleh potensial reduksi besi yang lebih positif (Eo = -0.44 Volt) dibandingkan potensial reduksi Na. Dalam suatu reaksi kimia, pada umumnya, logam dengan potensial reduksi yang lebih positif berarti akan lebih mudah direduksi (dengan kata lain menjadi oksidator) sementara di sisi lain, logam dengan potensial reduksi yang lebih negatif akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Ketika kita melihat pada reaksi, Fe (besi) memiliki bilangan oksidasi 0 dan potensial reduksi yang lebih tinggi dibandingkan logam reaktan lainnya, yakni Natrium. Dengan begitu, bila ingin terjadi reaksi, maka bilangan oksidasi Fe harus turun menjadi negatif. Sementara itu, di alam, kita tidak pernah menemukan logam dengan muatan (bilangan oksidasi) negatif karena memang sifat logam secara intrinsik seperti itu. Ditambah lagi, sifat dari besi tidak amfoterik, sehingga berbeda dengan aluminium dan seng (walau ketiganya berada di kanan Na), besi tidak memiliki kecenderungan untuk terikat dengan basa karena pada dasarnya ia membentuk basa. Bila suatu basa mau terikat, maka ion atau logam atau reaktan yang mengikatnya harus memiliki kecenderungan untuk dapat bertindak sebagai asam konjugat (dengan ionisasinya dengan H2O), dan hal ini tidak dimiliki oleh besi. Inilah alasan mengapa besi tidak dapat bereaksi dengan NaOH namun dapat larut dengan baik di dalam asam.D. Kalsium Karbonat (CaCO3)CaCO3 bereaksi dengan NaOH dalam reaksi substitusi sebagai berikut:

CaCO3(s) + 2NaOH(aq) ( Na2CO3 + Ca(OH)2Hal ini terjadi karena potensial reduksi Kalsium (dari reaktan CaCO3) hanya mencapai 2.87 Volt, yang mana lebih negatif (kecil) dibandingkan dengan potensial reduksi Natrium. Hal ini menyebabkan Kalsium dapat teroksidasi sementara Natrium tereduksi atau dalam bahasa yang lebih singkat adalah terjadinya pergantian posisi Na oleh Ca dan Ca berikatan dengan gugus hidroksil (-OH). Namun begitu, perlu diperhatikan mengenai kuantitas reaktan. Pada saat reaktan batu kapur (CaCO3) berlebih, maka tidak akan semua CaCO3 larut di dalam NaOH sehingga terjadi kejenuhan pada larutan NaOH dan warna keruh akibat CaCO3 yang tidak larut. Ketidaklarutan CaCO3 juga dapat terjadi bila adanya zat pengotor atau kontaminasi, terutama pada padatan CaCO3 sebelum dimasukkan.5.1.2 Perubahan Karena Pengaruh Asam

A. Tembaga (Cu)Penambahan Cu (tembaga) pada larutan HCl (salah satu asam oksidator) tidak akan memberikan reaksi apapun.

Cu(s) + HCl(aq) (Hal ini dikarenakan oleh potensial reduksi Cu (+0.94) lebih besar dari pada potensial reduksi H (0) yang terkandung dalam HCl. Dengan demikian, asam oksidator (HCl) yang seharusnya mengoksidasi, dan oleh karenanya ia direduksi, malahan memiliki potensi direduksi yang lebih kecil dibandingkan reaktan saingannya. Sementara itu, tembaga dengan bilangan oksidasi 0 tidak mungkin direduksi. Oleh karena itu, maka Cu tidak dapat mendesak H dan menggantikan posisinya untuk berikatan dengan Cl.B. Seng (Zn)Berbeda dengan tembaga, penambahan seng pada larutan HCl memberikan reaksi substitusi sebagai berikut:

Zn(s) + 2HCl(aq) ( ZnCl2 + H2(g)Hal ini terjadi karena potensial reduksi Zn yang lebih kecil dibandingkan potensial reduksi H (Zn berada di sebelah kiri H pada Deret Volta) dan oleh karenanya Zn dapat mendesak H dengan mereduksinya. Setelah H terdesak, maka Zn membentuk ikatan dengan gugus klorida. Perlu diingat bahwa reaksi ini berlangsung cepat dikarenakan perbedaan potensial reduksi yang cukup besar dan menghasilkan gas Hidrogen sebagai hasil samping dari ionisasi HCl.C. Kalsium Karbonat (CaCO3)CaCO3 bereaksi dengan HCl seturut reaksi sebagai berikut:

CaCO3(s) + HCl(aq) ( CaCl2 + H2O + CO2Alasan terjadinya reaksi ini tidak berbeda dengan alasan mengapa seng dapat bereaksi. Potensial reduksi Ca lebih negatif dibandingkan dengan potensial reduksi HCl sehingga Ca dapat mendesak H. Perlu dilihat bahwa pada dasarnya reaksi ini menghasilkan H2CO3. Namun begitu, zat ini tidak stabil dan langsung terurai menjadi air dan karbon dioksida. Keruhnya produk reaksi ini pada dasarnya disebabkan oleh CaCO3 yang berlebih sehingga ia mengendap.D. KOH

Pada dasarnya ini adalah reaksi antara asam kuat dengan basa kuat seturut reaksi penggaraman sebagai berikut:

KOH + HCl(aq) ( KCl + H2O

Hasil dari reaksi ini ialah garam netral dengan pH = pOH = 7 (selama tidak ada reaktan berlebih) dan air. Air tersebut adalah hasil penetralan. Pada reaksi ini juga terjadi peningkatan suhu yang dapat dirasakan pada tabung reaksi.5.1.3 Perubahan Karena Pengaruh Asam Kuat

A. Korek Api dengan H2SO4Korek api merupakan gabungan karbon raksasa yang merupakan senyawa organik (selulosa). Ketika dimasukan ke dalam H2SO4, ada dua hal yang terjadi. Yang pertama adalah sifat H2SO4 pekat sebagai asam oksidator kuat yang mengoksidasi rantai karbon yang ada pada korek api seturut reaksi:CnH2nOn + H2SO4 (nC + nH2O + H2SO4Sehingga yang tersisa dari reaksi itu ialah karbon dengan warna hitam. Inilah sebabnya mengapa ketika korek api yang awalnya berwarna cokelat muda berubah menjadi hitam saat dicelupkan ke H2SO4 pekat. Yang kedua adalah suatu kemungkinan terjadinya penyerapan air karena sifat higrokopis dari H2SO4, pekat.5.1.4 Perubahan Karena Pengaruh Panas

A. Magnesium

Ketika Magnesium dibakar di atas nyala api bunsen, maka timbul percikan api putih terang. Hal ini terjadi karena Magnesium merupakan salah satu golongan alkali tanah yang memiliki sifat dasar untuk memancarkan warna nyala saat dibakar. Warna nyala itu pada dasarnya ialah bentuk perubahan energi dari energi yang dilepaskan saat terjadi eksitasi elektron (lompatan elektron) di dalam kulit dan sub kulit atom menjadi energi cahaya (radiasi elektromagnetik) dan panas dengan panas mencapai 1200 derajat celsius. Pemanasan ini mengoksidasi Magnesium seturut reaksi oksidasi:

Mg + O2 ( MgO

2Mg + O2 ( 2MgO

B. Tembaga

Pembakaran tembaga menyebabkan warna nyala api menjadi hijau.

2Cu + O2 ( 2CuO

Hal ini disebabkan oleh sifat transisi dari logam tembaga. Hal ini menyimpulkan adanya konfigurasi elektron yang menempati subkulit atom 3d. Saat terjadi pembakaran (pemberian energi spontan), maka elektron akan tereksitasi. Saat ia tereksitasi, ia memancarkan cahaya dengan spektrum tertentu. Spektrum inilah yang kemudian dipersepsikan sebagai warna, dan spektrum khas dari tembaga dipersepsikan sebagai warna hijau.5.2 Analisis Sifat Fisika

A. Metanol (CH3OH)

Metanol merupakan salah satu turunan alkohol, yaitu metil etanol. Dan merupakan senyawa kimia dalam bentuk alkohol yang paling sederhana. Metanol sendiri berwijud cair, hal ini dikarenakan metanol memiliki gaya antar molekul yang kuat. Karena apabila gaya antar molekul kuat menyebabkan metanol memiliki volume yang tetap dan struktur molekul yang renggang dan memungkinkan adanya gerak antar partikel yang mengakibatkan metanol memiliki bentuk yang tidak tetap, namun struktur molekul yang dimiliki metanol tidak serenggang gas.

Metanol memiliki warna yang bening (tak berwarna) hal ini disebabkan karena pada metanol memiliki kandungan unsur hidrogen yang mendominasi. Hidrogen yang dalam frasa cairnya dapat melarutkan unsur-unsur lain seperti C, O, Na dan Cl. Dan di dalam metanol itu sendiri yang unsur utamanya adalan C, H, dan O, karena itu unsur C dan O larut dalam hidrogen dan menyebabkan metanol menjadi tidak berwarna.

Selain itu, metanol juga mudah menguap, dan satu hal yang perlu diwaspadai adalah metanol memiliki sifat beracun dan mudah terbakar. Senyawa dengan rumus CH3 OH ini memiliki bau yang khas, yaitu bau yang cukup menyangat namun lebih ringan daripada etanol. Bau yang ditimbulkan oleh metanol ini terjadi karena metanol memiliki struktur tantai karbon dengan volatitas yang tinggi.

Salah satu sifat istimewa dari metanol adalah mudah larut dalam air. Hal ini terjadi karena metanol memiliki sifat yang miscible. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, metanol bisa terlarut ke dalam air. hal ini disebabkan karena metanol memiliki rantai karbon yang pendek. Sifat kelarutan alkohol itu sendiri dalam air akan berkurang seiring bertambah panjangnya rantai karbon. Ujung OH dari molekul alkohol dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen baru dengan molekul air, namun ekor hidrogen tidak membentuk ikatan tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa banyak ikatan hidrogen awal yang putus tidak digantikan oleh ikatan hidrogen yang baru. Gaya van der Waals sebenarnya dapat mengganti ikatan hidrogen awal yang antara air dan ekor hidrokarbon namun gaya tarik ini jauh lebih lemah sehingga tidak cukup untuk mengimbangi banyaknya ikatan hidrogen yang terputus. Karena itu meskipun terjadi peningkatan enteropi, proses pelarutan tetap kecil kemungkinannya untuk berlangsung. Karena itu, metanol yang rantai karbonnya pendek lebih mudah larut kedalam air.

Kelarutan metanol juga berkaitan dengan gugus OH- yang bersifat polar sementara gugus alkilnya non polar. Semakin besar gugus alkilnya (R) maka semakin bersifat non polar dan kelarutannya semakin berkurang. Karena metanol memiliki gugus alkil pendek (CH3) maka metanol semakin bersifat polar dan mudah larut dalam pelarut polar (air)B. Kalsium Karbonat (CaCO3 )

Warna dari kalsium karbonat atau batu kapur adalah putih dan agak kotor/ keruh hal ini akibat keberadaan ion Ca2+ yang berwarna putih saat di alam. Batu kapur sendiri adalah zat yang berwujud padat, hal ini terjadi karena memiliki gaya antar molekul yang sangat kuat. Selain itu struktur dari batu kapur itu sendiri sangat rapat, gaya antar molekul yang sangat kuat dan struktur molekul yang rapat tidak adanya gerak antar molekul sehingga wujud batu kapur menjadi padat. Batu kapur memiliki struktur kasar dan biasa didapati dalam bentuk kepingan katika dilarutkan dalam air akan mengendap dalam tabung.

Batu kapur merupakan senyawa anorganik sehingga tidak menghasilkan bau, karena yang dapat menghasilkan bau adalah zat yang mengandung rantai karbon. Sedangkan unsur C pada senyawa CaCO3 bukan merupakan kategori rantai karbon. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen koordinasi antara unsur logam Ca dengan unsur non logam dan non logam C dan O. Akibatnya CaCO3 merupakan senyawa yang tergolong anorganik.CaCO3 merupakan salah satu senyawa yang sukar larut dalam air. Hal ini disebabkan karena karakteristik senyawa karbonat (CO3) yang sukar larut dalam air kecuali logam-logam alkali dan amonium. Mengendapnya CaCO3 di dasar tabung reaksi menandakan bahwa tidak ada reaksi yang terjadi antara CaCO3 dengan air karena larutan sudah jenuh, sehingga air yang tersedia tidak cukup untuk melarutkan sisa CaCO3. Selain itu,, hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 = 2,8 x 10 meskipun ada sebagian kecil CaCO3 yang larut dan membuat air menjadi berwarna keruh . hal ini terjadi karena tetapan dielektrik air yang sangat tinggi. Air bersifat polar sehingga memungkinkan bagi CaCO3 untuk larut, meskipun hanya sebagian kecil saja.

CaCO3 ( Ca2+ + CO2-Akan tetapi, kalsium karbonat tidak dapat larut dalam air akibat ion CO3 yang tidak dapat larut dalam air. sesuai aturan kelarutan, selain itu, Ksp CaCO3 lebih kecil daripada Ksp Air yaitu 2,8 x 10-9 karena tidak larut dan massa jenis CaCO3 yang lebih besar dari air. akibatnya zat CaCO3 yang mengendap di dasar tabung reaksi.

C. Garam (NaCl)

Garam adalah zat yang berwujud padat, tidak berbau (karena tidak memiliki rantai karbon), dan memiliki strktur yang halus dan biasa didapati dalam bentuk serbuk. Seperti batu kapur, garam berbentuk padat karena memiliki gaya antar molekul yang kuat serta struktur molekul yang sangat rapat sehingga tidak ada ruang gerak bagi molekul. Hal inilah yang menyebabkan garam berwujud padat.

Garam itu sendiri memiliki warna putih bersih. Warna putih garam dapur disebabakan oleh danya ion-ion yang terekstraksi dalam pembentukan NaCl. Peristiwa elektron memancarkan gelombang cahaya yang berwarna putih saat tertangkap oleh mata walaupun unsur-unsur pembentuknya Na dan Cl memiliki warna yang berbeda dan bukan putih.

Garam adalah senyawa ionik yan terdiri dari ion positif dan ion negatif sehingga membentuk senyawa netral (tanpa muatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Pada percobaan ini digunakan garam dalam bentuk padatan. Berdasarkan percobaan ketika garam dilarutkan dengan air, garam akan melarut semuanya dalam air ketika diaduk. Hal ini terjadi karena garam adalah hasil sampingan dari netralisir H2O dari larutan asam dan basa karena kelarutan garam lebih kecil, daripada air karena itu, garam tersebut melarut seluruhnya dalam air sehingga pada percobaan tidak menghasilkan endapan garam.

Garam dapur merupakan mineral yang berbentuk kristal ionik akibatnya garam dapur besifat polar yang larut dalam air. Ion negatif Cl- yang tertarik oleh ion positif Na akan tertarik oleh ion positif H+ dari air, karena gaya tarik menarik molekul air yang polar lebih kuat dibandingkan kristal NaCl, maka garam dapur yang mengandung NaCl ini dapat larut dalam air.

D. Toluena (C6H5CH3)Toluena berwujud cair, karena memiliki gaya antar molekul yang cukup kuat. Seperti benzene toluena juga memiliki warna yang bening, yang dikarenakan memiliki unsur hidrogen yang melarutkan unsur C sehingga toluena menjadi tak berwarna.

Sebagai zat yang tergolong zat organik, toluena seperti zat organik yang lain, toluena menghasilkan bau yang khas yang disebabkan oleh adanya rantai karbon yang menyusun toluena itu sendiri. Bau yang dimiliki adalah seperti lem . rantai karbon yang dimilki toluena adalah siklik, sehingga membuatnya brsifat aromatik.

Pada saat dicampur dengan air, toluena tidak larut dalam air melainkan terjadi pemisahan antara toluena dengan air. keduanya dibatasi oleh pembatas yang berbentuk sembung yang tampak sangat jelas dan dinamakan miniskus cekung. Air menempati dasar tabung sedangkan toluena berada diatasnya. Hal ini disebabkan oleh massa jenis toluena (= 0,8 kg/l) lebih kecil dari massa jenis air ( = 1 kg/l). Selain itu, toluena juga bersifat nonpolar sehingga sulit larut ke dalam air yang merupakan pelarut polar. Hal ini disebbakan karena pelarut non polar hanya melarutkan zat-zat yang berifat non polar saja dan sebaliknya. Pelarut polar hanya mampu melarutkan senyawa polar dan senyawa ion. Oleh sebab itu, zat yang non polar tidak dapat dilarutkan dalam pelarut polar atau sebaliknya, dan tidak mungkin bisa bercampur homogen.

E. Benzena (C6H6)Karena memiliki gaya antar molekul yang cukup kuat, membuat benzena berwujud cair. Benzena sama seperti toluena dan metanol tidak berwarna (bening) karena adanya unsur H yang dominan dan melarutkan unsur C dan O yang lain dalam zat ini.

Sama halnya dengan toluena, benzena tidak larut dalam air. hal ini dikarenakan massa jenis benena lebih kecil dibanding kan massa jenis air. sehingga benzena terpisah dari air dan berada di atas air. berbeda dengan toluena, antara air dan benzena dibatasi oleh miniskus cembung, yang merupakan tanda adanya peristiwa kohesi yaitu gaya tarik menarik antar partikel benzena lebih besar dibanding dengan gaya tarik menarik antara partikel benzena dengan wadahnya.

Struktur benzena yang trdiri dari susunan rantai karbon tertutup menyebabkan sifat non polar dari benzena. Selain itu, benzena juga memiliki struktur yang mengandung elektron-elektron yang kemudian terdelokasi yang memberi kestabilan yang tinggi yang mengakibatkan pemutusan ikatan rantai karbon sehingga mudah larut didalam air.

F. Asam Klorida (HCl)

Asam klorida merupakan senyawa anorganik polar yang berwujud cair dan memiliki sifat korosif karena pH rendah yang dimilikinya. Asam klorida tak berwarna atau bening, hal ini juga karena kandungan unsur hidrogen yang dimilikinya. Unsur Cl dari HCl akan larut dalam unsur H yang berada dalam fasa cair. Asam klorida tidak berbau karena merupakan senyawa anorganik yang tidak memiliki rantai karbon sehingga HCl tidak memiliki bau yang khas.

HCl tergolong asam kuat sekaligus zat elektrolit kuat, sehingga dalam air mudah terionisasi. Ikatan HCl adalah jenis ikatan polar dengan selisih keelektronegatifan 0,9. Atom Cl cukup kuat menarik pasangan elektron jika dibandingkan dengan elektron H. Jka HCl dicampur dengan air, dapat larut karena pada dasarnya HCl dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl- yang bergerak ke arah molekul air sehingga dapat bercampur dengan air. peristiwa ini disebut soluasi.Selain itu, larutnya HCl dalam air disebabkan juga oleh titik didih HCl yang rendah (-84OC). Jika suhu rendah, maka akan ada suatu gaya tarik antar moleku. Gaya tarik menarik inilah yang memungkinkan untuk mengikat moleku-molekul dalam zat cair dan padat. Penambahan air pun menyebabkan konsentrasi HCl berkurang (pengenceran).

Asam klorida merupakan asan kuat yang memiliki ikatan polar yang tinggi. Hal ini menyebabkan asam klorida sangat mudah larut dalam air. HCl terurai dalam air menjadi ion-ion penyusunnya, yaitu ion positif H+ dengan ion negatif Cl-. Dengan begitu akan terbentuk gaya tarik menarik baru antara ion H+ dan ion Cl- dengan molekul air yang polar. Sehingga ternetuk larutan.

G. Natrium Hidroksida (NaOH)Natrium Hidroksida berwujud cair, dan karena sifat kebasaannya NaOH bersifat iritan. NaOH tidak berwarna (bening) yang juga disebabkan karena adanya unsur hidrogen yang melarutkan unsur Na dan O. Dominasi Hidrogen dalam fasa cair inilah yang menyebabkan NaOH menjadi tidak berwarna. Selain itu, NaOH juga tidak berbau karena pada dasarnya natrium hidroksida merupakan senyawa anorganik yang tidak memiliki rantai karbon, sehingga tidak menghasilkan bau atau aroma karena yang menimbulkan aroma atau bau itu adalah gugus karbon dari suatu senyawa.

NaOH tergolong dalam basa kuat sekaligus elektrolit kuat. Sehingga dapat terionisasi sempurna dalam air. selain itu, NaOH memiliki gugus OH yang polar sehingga dapat larut dalam air yang juga bersifat polar. Semakin kuat kepolaran senyawa, semakin mudah senyawa tersebut larut dalam pelarut polar.

NaOH memiliki ikatan polar yang tinggi. Kepolaran ini menyebabkan natrium hidroksida dapat larut dengan mudah dalam air. NaOH trionisasi dengansempurna dalam air membentuk ion Na+ dan OH- yang mudah terikat dengan molekul air yang bersifat polar.

H. EterEter merupakan zat pelarut yang bersifat non polar. Sedangkan air merupakan zat pelarut yang bersifat polar. Untuk dapat larut, pelarut dan zat terlarut harus sejenis. Jika kedua jenis molekul yang dicampur sama-sama nonpolar, maka mreka sama-sama netral, tidak memiliki dipol. Sehingga keduanya dapat bercampur secara homogen. Demikian pula jika molekul pelarut dan terlarut sama-sama polar, keduanya saling memiliki dipol permanen, maka kutub positif akan tarik menarik dengan kutub negatif. Dan sebaliknya, sehingga keduanya dapat bercampur homogen.

Pada kasus eter dan air, kedua zat yang sejenis sehingga air tidak larut dalam eter. Keduanya akan terpisah dimana air berada di dasar tabung reaksi sedangkan eter berada diatasnya. Hal ini disebabkan massa jenis eter yang lebih kecil dibandingkan massa jenis air.

Meskipun air memiliki tetapan dielektrik yang sangat tinggi, namun eter memiliki tetapan dielektrik kecil sehingga gaya tarik menarik antar mlekul air terjadi secara lemah dan mengakibatkan terganggunya proses kelarutan.

Percobaan terhadap eter dilakukan di ruang terpisah di ruang asam karena titik didih eter yang sangat rendah. Sehingga eter snagat mudah untuk teroksidasi dengan kandungan proksida yang mudah meledak. Akibat sifat eksplosif inilah eter harus disimpan di ruang yang terisolasi dan tidak berhubungan langsung dengan udara.Secara umum, eter berwujud cair, kecuali metil eter yang berwujud gas. Hal ini dikarenakan titik didih yang rendah, yang mempengaruhi ruang gerak molekul di dalam eter. Gaya antarmolekul yang kuat dengan ruang gerak yang cukup membuat eter bersifat cair.

Eter memiliki volatitas yang tinggi sehingga eter dapat menguap dengan mudah. Eter berwarna bening sebagai akibat adanya unsur C, H, dan O. Eter juga memiliki bau yang khas.Eter tidak larut dalam air karena eter memiliki gugus alkil yang dapat mengurangi kepolaran suatu zat sehingga eter dikategorikan sebagai senyawa non polar. Energi yang ada tidak sukup untuk memutuskan ikatan rantai karbon (gugus alkil) eter yang nonpolar, akibatnya eter tidak dapat larut dalam air dan terbentuk dua frasa, dimana eter yang massa jenisnya lebih rendah dari air berada di atas air

5.3 Analisis Alat Dan Bahan

5.3.1 Analisis Bahan

Metanol:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Metanol merupakan senyawa organik yang memiliki rantai karbon terpendek dengan bau yang khas. Tidak hanya itu, senyawa organik juga dapat memiliki perbedaan saat dilarutkan dalam pelarut polar dan non polar dengan gaya Van der Walls.Toluena:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Toluena juga merupakan senyawa organik dengan rantai karbon siklis.

Benzena:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Benzena juga merupakan senyawa karbon.Gula:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Gula merupakan senyawa karbon raksasa yang merupakan ikatan kompleks glukosa dan maltosa.

HCl:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, HCl juga digunakan sebagai peubah saat penambahan asam. HCl dipakai karena pada dasarnya HCl merupakan asam kuat dengan sifat reaktif.

NaOH:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, NaOH juga digunakan sebagai peubah saat penambahan basa karena merupakan basa kuat reaktif.

CaCO3:untuk mengamati sifat fisika yang terjadi. Selain itu, CaCO3 juga dipakai sebagai bahan uji coba sifat kimia baik akibat pengaruh asam maupun basa.

Air:sebagai pelarut polar. Air dipakai karena sifatnya yang mudah terionisasi.Eter:sebagai pelarut non polar karena sifatnya yang organik dan tidak terpolarisasi dengan mudah.

H2SO4 pekat: sebagai bahan untuk mengamati perubahan sifat kimia pada kayu. Dipilih karena sifat oksidatornya yang kuat. Selain itu, dapat digunakan untuk mensterilkan kawat Ni-Cr sebelum digunakan atau membersihkan padatan yang menempel pada tabung reaksi.Aluminium:sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh basa.Seng:bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam dan basa.Besi:sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh basa.Tembaga:sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam dan panas.Korek api:sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh asam kuat karena senyawa karbon kompleks yang mudah dioksidasi yang dikandungnya.Magnesium:sebagai bahan uji coba untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh panas.

5.3.2 Analisis Alat

A. Bunsen / lampu alkohol

Digunakan untuk membakar zat untuk mengamati sifat kimia akibat pengaruh panas. Dipilih karena ukurannya yang minimalis dan tepat untuk percobaan.B. Karet Hisap

Digunakan untuk menghisap cairan ke dalam pipet ukur. Karet ini berguna untuk mengambil cairan dengan volume yang diperlukan (dipakai bersamaan dengan pipet ukur) sehingga zat tidak boros dan tepat guna. Dipilih karena kepraktisannya dalam kontrol saat membuang cairan yang berlebih dan mengambil saat kurang, serta ukurannya yang cocok dengan pipet ukur.C. Gelas Ukur 10 ml

Digunakan untuk menampung dan mengukur volume suatu cairan.D. Kawat Ni-Cr

Digunakan untuk membakar zat. Kawat ini dipilih karena ketiadaan reaksi dengan pembakaran sehingga hasil percobaan menjadi valid.E. Tabung Reaksi

Digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan. Dipakai karena ukuran dan bentuk yang sesuai.F. Pipet ukur

Digunakan bersamaan dengan karet hisap untuk mengambil cairan sesuai jumlah yang dibutuhkan.G. Corong

Digunakan untuk memasukan zat atau cairan ke dalam wadah bermulut sempit seperti tabung reaksi, gelas ukur, atau gelas beaker. Dipakai karena pemakaian tabung reaksi, agar saat penuangan, tidak ada cairan yang tercecer. Cairan yang tercecer dapat berbahaya (bila asam pekat) dan membuat jumlah cairan berkurang dengan kuantitas yang tidak diketahui. Digunakan karena viskositasnya yang kecil dengan cairan sehingga cairan tidak banyak yang tertahan gaya adhesi-kohesi saat dituangkan dan mengoptimumkan kuantitas.H. Gelas Beaker 100 ml

Digunakan untuk menampung cairan.I. Pipet Tetes

Digunakan untuk mengambil cairan dan meneteskannya dalam pereaksian.J. Spatula

Berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang dibutuhkan

K. Pengaduk

Batang pengaduk yang terbuat dari kaca tahan panas yang digunakan untuk mengaduk larutan kimia di dalam alat gelas hingga larutan menjadi homogen.L. Penjepit Kayu

Untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk mengambil benda lain dalam kondisi panas.5.4 Analisis KesalahanKami melakukan beberapa kesalahan saat menjalani eksperimen, diantaranya: kurangnya kepekaan laboran dalam mencium bau zat sehingga sulit membedakan antara zat satu dengan yang lain, utamanya senyawa organik seperti toluena, benzena, dan methanol; kurang teliti dalam mengamati perubahan suatu zat; kurang memperharikan kebersihan baik kebersihan pada peralatan yang dipergunakan, maupun kebersihan dalam proses sehingga jika ada kotoran dapat mepengaruhi hasil pengamatan; dan kurang memperhatikan air sisa pencucian karena tidak dicucui terlebih dahulu, ada kemungkinan kontaminasi dengan zat lain.

BAB 6

JAWABAN TUGAS1. Lambang Bahan Kimia:

a. Mudah meledak (E: Eksplosive)

Dapat meledak, terbakar dengan cepat pada saat pemanasan dalam keadaan tertutup sebagian

Dapat bereaksi secara eksotermis tanpa adanya oksigen

Hindari guncangan, ketukan, gesekan, percikan api dan panas

b. Korosif (C: Corrosive)

Kerusakan total terhadap jaringan hidup

Gunakan alat pelindung saan menangani bahan tersebut. Jangan menghirup atau menghisap

c. Berbahaya bagi lingkungan (Dangerous for Environment)

Pembuangan ke dalam lingkungan dapat menyebabkan kerusakan seketika atau tertunda terhadap satu atau lebih komponen hidup yang dapat mengubah keseimbangan alam

Jangan biarkan memasuki sistem lingkungan hidup. Buang di tempat khusus

d. Berbahaya (Xn: harmful)

Terkontaminasi dalam jumlah sedikit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian Bersifat karsinogen, mutagenik dan toksikHindari kontak dengan manusiae. Iritasi (Xi: irritant) Kontak terus menerus dapat menyebabkan peradangan Sensitif terhadap kulit

Hindari kontak dengan mata dan kulit. Jangan dihirup

f. Beracun (T: Toxic)

Terkontaminasi sedikit dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan terkadang kematian.

Efek karsonogenik dan mutagenik

Sangat beracun (T +: Toxic +): lebih parah dari toxic biasaHindari kontak dengan tubuh. Gunakan alat khusus dalam menggunakan alat tersebutg. Mengoksidasi (o: Oxidizing)

Dapat menyala walaupn tidak ada kontak dengan bahan yang dapat menyala.

Dapat meningkatkan bahaya dan intensitas kebakaran

Hindari kontak dengan bahan yang menyala

h. Mudah terbakar (F: Flameable)

Titik nyala dibawah 21C namun tidak menyala secara ekstrim.

Jauhkan dari nyala api terbuka

Sangat mudah terbakar (F +: Flameable +)

Titik nyala dibawah 0C.

Gas yang mudah terbakar di udara pada kondisi normal dan suhu rata-rata

Jauhkan dari nyala api terbuka, percikan api, dan sumber panas.2. Lambang bahan kimia pda percobaan 1:

Metanol

:flameable (F)

CaCO3

:-

Garam

:-

Toluena

:flameable (F)

Benzena

:toxic (T) / karsinogen

HCL

:irritant (Xi)

NaOH

:irritant (Xi)

Aquades

:-

Eter

:flameable (F)

Aluminium

: -

Seng (Zn)

:-

Besi (Fe)

:-

Tembaga (Cu)

:- KOH

: toxic (T)

H2SO4

:corrosive (C)

Magnesium (Mg):-BAB 7PENUTUP7.1 KesimpulanBerdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, kami mendapatkan kesimpulan bahwa setiap zat memiliki sifat kimia dan fisika yang khas sehingga dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

7.1.1 Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan keadaan fisis suatu materi, tidak berhubungan dengan zat baru dan dapat diamati tanpa mengubah zat kimianya, seperti warna, bau, titik leleh, titik didih, wujud, dan sebagainya.A. Berlangsungnya suatu reaksi kimia dapat diketahui melalui perubahan sifat fisis seperti:

Munculnya gelembung gas; seperti pada pencampuran alumunium dengan NaOH

Terbentuknya endapan; seperti pada pencampuran zink dan batu kapur dengan HCl

Perubahan warna; seperti pada batang kayu yang berubah warna ketika dicelupkan pada H2SO4 Perubahan suhu; seperti pada tabung reaksi yang menjadi panas ketika batang kayu dicelupkan ke dalam H2SO4B. Identifikasi suatu zat dapat dilakukan dengan uji nyala, karena warna nyala yang dihasilkan merupakan karakteristik khusus yang dimiiki suatu zat

7.1.2 Sifat kimia adalah kualitas khusus suatu zat yang menyebabkan zat tersebut mampu berubah wujud dan menghasilkan zat baru yang berbeda dengan zat awalnya dan bersifat ireversibel.

A. Dari reaksi-reaksi pencampuran yang dilakukan dapat diketahui bahwa senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar dan begitu juga sebaliknya.B. Berlangsung atau tidaknya suatu reaksi dapat ditentukan melalui:

Harga potensial reduksi (E) yang dapat diketahui melalui deret volta (khusus reaksi logam)

Kepolaran suatu zat Hasil kali kelarutan (Ksp)

Sifat khusus suatu zat (golongan transisi atau lantanida)

C. Amfoter merupakan zat yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa pada (percobaan ini seng (Zn))

7.2 SaranDiharapkan ketelitian saat melakukan eksprimen dapat ditingkatkan untuk meminimalisir kesalahan yang akan mempengaruhi hasil eksperimen. Diperlukan kecermatan dan ketelitian yang lebih dalam pengamatan perubahan zat pada saat reaksi.Daftar Pustaka

Buku Praktikum Kimia DasarBrady, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: ErlanggaChang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga

Keenan, Wood, Kleinfelter.1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustakahttp://rizkybonbon.blogsot.com/2010/06/lambang-bahan-kimia.htmlModul 1: Pengertian Sifat Fisika dan Sifat Kimia39