42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Secara umum sarcoma dibagi ke dalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan lunak. Ada empat tipe utama dari sarkoma tulang ini, antara lain randro sarkoma, sarkoma ewing, fibrosarkoma dan osteosarkoma. Pada makalah ini akan dibahas tentang osteosarkoma, karena osteosarkoma merupakan jenis malignansi terbanyak yang berjumlah kira- kira 20 % dari semua kasus. Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari

makalah revisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Secara

umum sarcoma dibagi ke dalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan

lunak. Ada empat tipe utama dari sarkoma tulang ini, antara lain randro

sarkoma, sarkoma ewing, fibrosarkoma dan osteosarkoma. Pada makalah ini

akan dibahas tentang osteosarkoma, karena osteosarkoma merupakan jenis

malignansi terbanyak yang berjumlah kira- kira 20 % dari semua kasus.

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer

yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang

paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama

lutut. 

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu

Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-

2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang

ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor

tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22%

dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari

jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium

lanjut. Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia

15 – 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ) ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata

penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-

laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini

lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti

belum diketahui.

Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya hubungan

kekeluargaan menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya hereditery

retinoblastoma dan sindrom Fraumeni. Dikatakan beberapa virus dapat

menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan

Page 2: makalah revisi

menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma, begitu pula alkyleting agent

yang digunakan pada kemoterapi, serta adanya trauma juga dapat

menyebabkan terjadinya osteosarkoma ini (Sitarani, 2010).

Tindakan penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan tipe dan fase dari

tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum

meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan

pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas

yang sakit. Penatalaksanaan meliputi farmakologi, pembedahan, kemoterapi,

radioterapi, atau terapi kombinasi. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan

dalam kasus ini adalah melakukan perawatan luka, menejemen nyeri,

mengajarkan mekanisme koping yang efektif, memberikan nutrisi yang

adekuat, pendidikan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep sarkoma osteogenik (osteosarkoma)?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan sarkoma osteogenik

(osteosarkoma)

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan

osteosarkoma.

Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi dari osteosarkoma.

b. Mengetahui klasifikasi dari osteosarkoma.

c. Mengetahui penyebab terjadinya osteosarkoma.

d. Menjelaskan patofisiologi osteosarkoma.

e. Menjelaskan manifestasi klinis dari klien dengan osteosarkoma.

f. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada pasien osteosarkoma.

g. Mengetahui penatalaksanaan osteosarkoma.

h. Menjelaskan prognosis dari pasien osteosarkoma.

i. Mengetahui komplikasi pada pasien dengan osteosarkoma.

Page 3: makalah revisi

j. Mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan ksaus

osteo sarkoma.

1.4 Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep osteosarkoma dan

asuhan keperawatan terhadap pasien dengan osteosarkoma.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-

alat di dalam tubuh.Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan

hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk

menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.

Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen

matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-

kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu

proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan

osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang

memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam

matriks tulang.

Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan

demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator

yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang

atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang

dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi

melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang

memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti

osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan

enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang

Page 4: makalah revisi

melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam

aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997).

2.2 Definisi Sarkoma Osteogenik (Osteosarkoma)

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung

(Danielle 1999). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel

anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke

sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong 2003). Osteosarkoma (sarkoma

osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang.

( Wong. 2003).

Menurut Chairuddin rasjad (2003), nama sarcoma osteogenik bukan

karena tumor membentuk tulang tetapi tumor ini pembentukanya berasal dari

seri osteoblastik dari sel-sel mesenkim primitive serta tumor ini sering

ditemukan di daerah metafisis tulang panjang terutama pada femur distal dan

tibia proksimal dan dapat pula ditemukan pada radius distal dan humerus

proksimal. Tetapi kadang-kadang sarcoma osteogenik juga ditemukan di

tulang tengkorak, rahang, atau pelvis (Cancer Center, Stanford Medicine

2011).

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat

yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,

terutama lutut (Price. 1998). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan

tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. ditandai dengan

metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi

karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali

berobat (Smeltzer. 2001).

Pada tumor muskuloskeletal stagingnya memakai Enneking System,

yang telah dipakai oleh Musculoskeletal Tumor Society, begitu juga pada

osteosarkoma. Staging ini berdasarkan gradasi histologis dari tumor (ada low-

grade dan high-grade), ekstensi anatomis dari tumor (intrakompartmental

atau ekstrakomparmental), dan ada tidaknya metastase. Sesuai dengan

EnnekingSystem maka staging dari Osteosarkoma adalah sebagai berikut:

Page 5: makalah revisi

1) Stage I Low-grade Tumor

Low grade central osteosarcoma adalah stadium yang jarang terjadi, jenis osteosarkoma yang termasuk ke dalam stadium ini adalah parosteal osteosarcoma dan periosteal osteosarcoma di mana tipe ini kurang progesif dan angka metastase rendah. Low grade central osteosarcoma mempunyai prognosa yang lebih baik dari pada high grade osteosarcoma (>90%).

2) Stage II High-grade

Ukuran sosttium adeosarkoma ini besar salah satunya dipengaruhi oleh kadar p-glikoprotein. Stadium ini seringkali sudah bermetastase ke paru-paru. Yang termasuk ke dalam tipe high-grade osteosarcoma di antaranya ialah telangiectatic osteosarcoma, small-cell osteosarcoma, high-grade surface osteosarcoma, dan secondary osteosarcoma.

3) Stage III Any Grade with metastase

Pada stadium ini osteosarkoma sudah bermetastase ke organ tubuh lain,

yang paling sering ialah paru-paru. Stadium ini mempunyai prognosis

yang buruk tergantung dari keparahan dari tumor primer dan nodul-nodul

yang ada di organ metastase, jumlah tumor utama yang nekrosis, dan

jumlah metastase. Bisa disimpulkan prognosis dari tipe osteosarkoma ini

kurang lebih 30%.

Staging system ini sangat berguna dalam perencanaan strategi,

perencanaan pengobatan dan memperkirakan prognosis dari osteosarkoma

tersebut.

2.3 Klasifikasi Osteosarkoma

1) Parosteal Osteosarkoma

Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada

permukaan tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari

fibroblas dan membentuk woven bone atau lamellar bone. Parosteal

osteosarkoma biasanya terjadi pada umur 20 sampai 40 tahun. Bagian

posterior dari distal femur merupakan daerah predileksi yang paling

sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang panjang lainnya.

Tumor dimulai dari daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar,

Page 6: makalah revisi

yang makin lama lesi ini bisa invasi kedalam korteks dan masuk ke

endosteal. Pengobatannya adalah dengan cara operasi, melakukan eksisi

dari tumor dan survival ratenya bisa mencapai 80- 90%.

2) Periosteal Osteosarkoma

Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang

(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat

kondroblastik, dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia. Sering juga

terdapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur 8 dan bahkan bisa

pada tulang pipih seperti mandibula.15 Terjadi pada umur yang sama

dengan pada klasik osteosarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari

osteosarkoma klasik yaitu 20% - 35% terutama ke paru-paru.5,8

Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (wide-

margin surgical resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan

dilanjutkan sampai post-operasi.

3) Telangiectasis Osteosarkoma

Telangiectasis osteosarkoma pada plain radiografi kelihatan gambaran

lesi yang radiolusen dengan sedikit kalsifikasi atau pembentukan tulang.

Dengan gambaran seperti ini sering dikelirukan dengan lesi benigna pada

tulang seperti aneurysmal bone cyst. Tumor ini mempunyai derajat

keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif. Diagnosis dengan biopsi

sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan yang padat, dan sangat

vaskuler.

4) Osteosarkoma Sekunder

Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang

mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua,

misalnya bisa berasal dari paget’s disease, osteoblastoma, fibous

dysplasia, benign giant cell tumor. Contoh klasik dari osteosarkoma

sekuder adalah yang berasal dari paget’s disease yang disebut pagetic

osteosarcomas. Di Eropa merupakan 3% dari seluruh osteosarkoma dan

Page 7: makalah revisi

terjadi pada umur tua. Lokasi yang tersering adalah di humerus, kemudian

di daerah pelvis dan femur. Perjalanan penyakit sampai mengalami

degenerasi ganas memakan waktu cukup lama berkisar 15 — 25 tahun

dengan mengeluh nyeri pada daerah inflamasi dari paget’s disease.

Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul oleh terjadinya destruksi

tulang. Prognosis dari pageticosteosarcoma sangat jelek denganfive years

survival rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua, maka

pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena

toleransinya rendah.

5) Osteosarkoma Intrameduler Derajat Rendah

Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat

rendah yang terletak intrameduler. Secara mikroskopik gambarannya mirip

parosteal osteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafise tulang dan

terbanyak pada daerah lutut. Penderita biasanya mempunyai umur yang

lebih tua yaitu antara 15 — 65 tahun, mengenai laki-laki dan wanita

hampir sama. Pada pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik

pada daerah intrameduler metafise tulang panjang. Seperti pada parosteal

osteosarkoma, osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik

dengan hanya melakukan lokal eksisi saja.

6) Osteosarkoma Akibat Radiasi

Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi

dari 30Gy. Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3 — 35 tahun,

dan derajat keganasannya sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan

angka metastasenya tinggi.

7) Multisentrik Osteosarkoma

Multisentrik Osteosarkoma disebut juga Multifocal Osteosarcoma.

Variasi ini sangat jarang yaitu terdapatnya lesi tumor yang secara

bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini sangat sulit membedakan

apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih dari satu tempat

Page 8: makalah revisi

atau lesi tersebut merupakan suatu metastase. Ada dua tipe yaitu tipe

Synchronous dimana terdapatnya lesi secara bersamaan pada lebih dari

satu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anak-anak dan remaja dengan

tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya adalah tipe

Metachronous yang terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat tumor pada

tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah pengobatan tumor pertama.

Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.

2.4 Etiologi Osteosarkoma

Etiologi dari osteosarkoma masih belum diketahui tetapi radiasi dan

virus onkogenik yang telah terlibat dalam terjadinya keganasan serta faktor

genetik.

Etiologi lain yang disebutkan (Rahayu Arie, 2010) dari osteosarkoma

adalah :

a) Radiasi sinar radioaktif dosis tinggi.

b) Keturunan (genetik).

c) Beberapa kondisi tulang yang sebelumnya disebabkan oleh penyakit

seperti penyakit paget (akibat pejanan radiasi). (Smeltzer 2001).

d) Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.

e) Sering mengkonsumsi zat-zat toksik, seperti makanan dengan zat

pengawet, merokok, dan lain-lain.

2.5 Patofisiologi Osteosarkoma

Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di

mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth plate) yang sangat aktif

yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan

pelvis. Pada orang tua umur di atas 50 tahun, osteosarkoma bisa terjadi akibat

degenerasi ganas dari paget’s disease, dengan prognosis sangat jelek

(Mehlman, 2010).

Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya

hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya

hereditery retinoblastoma dan sindrom Fraumeni. Dikatakan beberapa virus

Page 9: makalah revisi

dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion

dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma, begitu pula

alkyleting agent yang digunakan pada kemoterapi, serta adanya trauma juga

dapat menyebabkan terjadinya osteosarkoma ini (Sitarani, 2010).

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi

oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik

yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau

proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses

osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum

tulang yang baru dekat dengan tempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif (Price, 1998).

Sel kanker yang tumbuh akan menggantikan jaringan metafisis

kemudian akan di jumpai adanya erosi korteks dan jaringan lunak, selanjutnya

kavum medula akan di gantikan oleh tumor hingga ke permukaan tulang.

Kemudian periosteum dan korteks terpisah hingga terjadi kalsifikasi dan

menciptakan segitiga codman.

2.6 Manifestasi klinis Osteosarkoma

Menurut Chairuddin rasjad (2003), nyeri merupakan gejala utama

yang pertama muncul yang bersifat constant dan bertambah hebat pada malam

hari. Gejala-gejala umum lain yang dapat ditemukan adalah anemia,

penurunan berat badan, serta nafsu makan.

Adapun secara umum manifestasi klinis sarkoma osteogenik adalah :

a) Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya

menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan

progresivitas penyakit).

b) Fraktur patologik.

c) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas ( Gale, 1999 ).

d) Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena.

Page 10: makalah revisi

e) Gejala-gejala yang muncul jika terjadi metastasis di paru-paru meliputi

nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise

( Smeltzer, 2001)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Osteosarkoma

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yand dapat dilukan

adalah :

1) Pemeriksaan radiologik

Dari pemeriksaan radiolog didapatkan gambaran segitiga codman yang

merupakan sisa dari festrujsi tulang dan reaksi periosteum. Selain itu,

juga ditemukan adanya bagian korteks yang terputus dan tumor

menembus jaringan di sekitarnya dan membentuk garis-garis

pembentukan tulang yang radier kea rah luar yang berasal adari

korteks dan dikenal sebagai sunburst appearance.

2) CT-scan dan MRI untuk menilai tumor tulang malignant.

3) Pemeriksaan radiodensitas menyatakan adanya pembentukan tulang

baru.

4) Biopsi.

Merupakan hal yang vital dalam menntukan jenis malignansi tumor

tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsy jarum, dan lesi-lesi yang

dicurigai.

5) Pemeriksaan foto thoraks.

Dilakukan sebagai prosedur rutin dan untuk follow up adanya

metastase pada paru (Chairuddin rasjad 2003).

2.8 Penatalaksanaan Osteosarkoma

Belakangan ini Osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik,

disebabkan oleh prosedur penegakkan diagnosis dan staging dari tumor yang

lebih baik, begitu juga dengan adanya pengobatan yang lebih canggih. Dalam

penanganan osteosarkoma modalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua

bagian yaitu dengan kemoterapi dan dengan operasi.

Page 11: makalah revisi

1. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada

osteosarkoma, terbukti dalam 30 tahun belakangan ini dengan kemoterapi

dapat mempermudah melakukan prosedur operasi penyelamatan

ekstremitas (limb salvage procedure) dan meningkatkan survival rate dari

penderita. Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan

sekalipun ada, mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut.

Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan

osteosarkoma adalah kemoterapi preoperatif (preoperative chemotherapy)

yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant

chemotherapy dan kemoterapi postoperatif (postoperative chemotherapy)

yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy. Kemoterapi preoperatif

merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor

akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini

terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu

mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan

sekaligus masih dapat mempertahankan ekstremitasnya. Pemberian

kemoterapi postoperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3

minggu setelah operasi.

Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk

osteosarkoma adalah: doxorubicin (Adriamycin¨), cisplatin (Platinol¨),

ifosfamide (Ifex¨), mesna (Mesnex¨), dan methotrexate dosis tinggi

(Rheumatrex¨). Protokol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan

cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi

induksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat

ditambah dengan ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-

agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan

terhadapsurvival rate sampai 60 Ð 80%.

Kemoterapi menimbulkan efek samping antara lain adalah:

a. Gejala gastrointestinal.

Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare,

konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis.

Page 12: makalah revisi

b. Gejala supresi sumsum tulang

Gejala supresi sumsum tulang yaitu seperti penurunan jumlah sel

darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel

darah merah (anemialama setelah pemberian sitostatika dan

berlangsung tidak melebihi 24 jam. Leukopenia dapat menurunkan

daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang

terus-menerus / berlebihan bila terjadi erosi pada traktus

gastrointestinal.

c. Kerontokan rambut (alopesia)

Alopesia dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada

kebotakan.

d. Efek samping lain

Efek samping yang lain yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting

adalah kerusakan otot jantung, fibrosis paru, kerusakan ginjal,

kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf,

gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat

mengakibatkan terjadinya kanker baru.

2. Operasi

Saat ini prosedur Limb Salvage (penyelamatan ekstremitas)

merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi suatu osteosarkoma.

Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya

kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas

merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan

memberikan kemoterapi preoperatif (induction = neoadjuvant

chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas (limb-

sparing resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman

dan mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95%

dari penderita osteosarkoma. Dalam penelitian terbukti tidak terdapat

perbedaan survival rate antara operasi amputasi dengan limb-sparing

Page 13: makalah revisi

resection. Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage

tidak dapat atau tidakmemungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan

reseksi tumor, terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan

lunaknya, sehingga memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi kembali

dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endo-

prostesis dari methal. Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik

sehingga penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi

secara cepat, memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari

ekstremitas yang baik dan memuaskan. Begitu juga endoprostesis methal

meminimalisasi komplikasi postoperasinya dibanding dengan

menggunakan bone graft.

3. Follow-up Post-operasi

Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent

seperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai

maka dilakukan pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara lokal

maupun adanya metastase, dan komplikasi terhadap proses

rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap

rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik.

Pemeriksaan fisik secara rutin pada tempat operasinya maupun secara

sistemik terhadap terjadinya kekambuhan maupun adanya metastase.

Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun pada

paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan. Pemeriksaan ini

dilakukan setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama post operasinya, dan

setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.

2.9 Prognosis Osteosarkoma

Dahulu prognosa osteosarkoma jelek yaitu dengan kelangsungan

hidup selama 5 tahun sebesar 10-20% dengan metastase. Sedangkan pada

saat ini prognosa dengan metastase adalah 40% kehidupan selama 5 tahun.

2.10 Komplikasi Osteosarkoma

Page 14: makalah revisi

Komplikasi yang dapat timbul antara lain gangguan produksi

antibodi, infeksi yang biasanya disebabkan karena kerusakan sumsum

tulang yang luas—merupakan efek kemoterapi, radioterapi, dan steroid

yang dapat menyokong terjadinya leukopenia—fraktur patologis,

gangguan pada ginjal dan sistem hematologic, serta hilangnya anggota

ekstremitas. Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan

kelemahan (Anonim 2011).

2.11 WOC Osteosarkoma (terlampir)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh kasus

An S sudah 1 minggu menjalani rawat inap di RS Mawar sejak

tanggal 10 Januari 2011. Diagnosa medis menyatakan bahwa An S

terserang keganasan, yaitu Sarkoma Osteogenik. An S berusia 15 tahun.

Berdasarkan pengkajian, penyebab keganasan diduga dari riwayat trauma

kecelakaan 1 tahun yang lalu. An S sering mengeluh nyeri pada bagian

paha kanan (skala nyeri 7) dan terlihat ekspresi wajah klien menyeringai.

Page 15: makalah revisi

Klien juga mengatakan kesulitan untuk mobilisasi karena nyeri pada

bagian paha. Setiap aktifitas klien di bantu oleh orang tuanya. Saat ini An

S sedang menjalani kemoterapi neoadjuvan di RS sebagai penatalaksanaan

awal untuk menjalani operasi. Klien mengatakan perutnya terasa mual dan

tidak nafsu makan. Lingkar lengan 18 cm (nilai ambang bawah 23,5 cm).

Konjungtiva anemis. Kesadaran klien compos mentis, TD: 110/70 mmHg,

HR: 90 prm, RR: 28 prm, T: 36 oC.

3.2 Asuhan Keperawatan

3.2.1 Pengkajian

1) Identitas klien

a) Nama: An S

b) Alamat: Surabaya

c) Umur: 15 tahun

d) Pendidikan: SMP

e) Suku/bangsa: Jawa/ Indonesia

f) Agama: Islam

2) Keluhan utama

Nyeri di bagian paha kanan (femur)

3) Riwayat penyakit sekarang

Satu bulan yang lalu klien merasakan nyeri di bagian paha

kanannya, nyeri bertambah hebat ketika klien bermobilisasi

menggerakkan bagian paha tersebut. Klien dan orang tuanya

mengira nyeri yang timbul hanya merupakan nyeri otot biasa

sehingga hanya dikompres dengan air hangat ketika nyeri.

Namun setelah 3 minggu, klien merasakan nyeri semakin

hebat, sehingga klien dibawa ke rumah sakit dan melakukan

beberapa pemeriksaan. Pada tanggal 10 Januari 2011 klien

mendapatkan diagnosa pasti mengenai penyakitnya yaitu

osteosarkoma, dan harus menjalani rawat inap di RS Mawar.

4) Riwayat penyakit keluarga

Page 16: makalah revisi

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami sakit seperti klien

saat ini, DM disangkal, Hipertensi disangkal, Hepatitis

disangkal.

5) Riwayat psikososial

Klien sering terlihat tegang ketika proses terapi (kemoterapi).

Klien mengatakan takut tidak bisa pulih seperti semula dan

takut pahanya diamputasi.

6) Riwayat Spiritual

Klien mengatakan, sejak sakit klien melaksanakan ibadah

dengan duduk, karena merasa sakit saat berdiri.

7) Terapi yang didapatkan

Kemoterapi (neoadjuvan)

Injeksi ondansentron 3x1/IV

Injeksi antrain 3x1/IV

Review Of System (ROS):

B1: suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

B2: CRT >2 detik, akral dingin, konjungtiva anemis

B3: GCS: 456, kesadaran komposmentis

B4: intake minum 1500 cc/ hari, produksi urin 1000

cc/hari, warna urin kuning jernih.

B5: klien terlihat kurus, nafsu makan menurun, peristaltik usus

6 kali/ menit, porsi makan tidak habis, lingkar lengan 18 cm,

BAB 2 kali dalam seminggu, albumin 2,9mg/dl (nilai normal

3.5-5 mg/dl).

B6: bengkak, keletihan, dalam melakukan aktivitas klien

dibantu orang tuanya.

3.2.2 Analisa data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: klien mengeluh nyeri di

daerah paha yang bengkak

DO:

Osteosarkoma

kompresi saraf-

Gangguan rasa nyaman :

Nyeri

Page 17: makalah revisi

- wajah klien tegang

- RR 25 x/mnt

- Klien memberi nilai 7

(dari rentang 1-10) pada

kualitas nyeri

saraf di sekitar

paha

Nyeri

Gangguan rasa

nyaman

DS : Klien mengeluh

kesulitan untuk bergerak

karena nyeri

DO :

- Kekuatan tonus otot klien:

2

Osteosarkoma

kompresi saraf-

saraf di sekitar

paha dan

mengganggu

kontraksi otot

sekitar paha

Nyeri pada tulang

dan kelemahan

otot untuk

berkontraksi

Mobilisasi

berkurang (sulit

bergerak)

Gangguan

mobilisasi fisik

Gangguan mobilitas fisik

Page 18: makalah revisi

DS : klien mengeluh tidak

nafsu makan dan merasa

mual

DO :

- BB menurun 5 kg dari

berat badan awal

- Turgor kulit klien tidak

bagus (jelek).

Penatalaksanaan

terapi radiasi dan

kemoterapi

Efek toksik dari

kemoterapi dan

penyinaran dari

radiasi

Merangsang pusat

mual

Nafsu makan

turun

Asupan nutrisi

tidak adekuat

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi:

kurang dari kebutuhan

tubuh

DS : klien mengatakan

cemas dengan penyakitnya.

DO :

- Wajah klien tegang

- Nafas cepat (RR= 28

x/mnt)

Klien banyak bertanya

tentang penyakit dan

kesembuhannya

Kurang informasi

mengenai

penyakit

Kecemasan

terhadap kondisi

kesehatan

Ansietas

Ansietas

DS : klien mengatakan

tidak percaya diri karena

Penatalaksanaan

terapi radiasi dan

Perubahan citra diri

Page 19: makalah revisi

rambutnya mulai rontok

DO :

- Kulit kepala klien mulai

terlihat

- Klien terlihat tidak senang

ketika melihat

penampilannya di cermin

kemoterapi

Efek toksik dari

kemoterapi

Alopesia

3.2.3 Diagnosis keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kompresi

saraf-saraf di sekitar paha.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kesulitan

mobilisasi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubungan

dengan asupan nutrisi tidak adekuat akibat efek toksik dari

kemoterapi

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan klien

tentang penyakit dan pengobatannya.

5. Perubahan citra diri berhubungan dengan perubahan rambut

(alopesia) akibat efek kemoterapi.

3.2.4 Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d kompresi saraf-saraf di sekitar paha

Tujuan: dalam perawatan 2x24 jam klien dapat mengontrol rasa nyeri

yang di derita

Kriteria hasil:

- Klien dapat mengatasi factor yang meningkatkan gejala

- Klien dapat melakukan tindakan yang dapat meningkatkan

kenyamanannya

Intervensi Rasional

1. Kaji sumber

ketidaknyamanan, seperti

1. Dengan mengetahui sumber

ketidaknyamanan klien

Page 20: makalah revisi

lokasi nyeri, seberapa berat

nyeri.

2. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian obat untuk

meredakan nyeri, seperti

analgesik

3. Tingkatkan kenyamanan

klien terhadap lingkungan

sekitar, salah satunya

dengan posisi yang

memberikan rasa nyaman

4. Bila klien mengalami

kesulitan mobilisasi, bantu

klien untuk berubah posisi.

dapat mengetahui sejauh

mana rasa nyeri yg di derita

2. Pemberian analgesic dapat

mengurangi stimulus dari

nyeri sehingga

meningkatkan kenyamanan

3. Pemberian posisi yg nyaman

bagi pasien dapat membantu

pasien mengurangi rasa

nyeri yang ada

4. Bantu klien untuk mobilisasi

sehingga memperlancar

aliran darah klien

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada tulang dan

kelemahan otot untuk berkontraksi.

Tujuan: daya tahan ekstremitas dan kekuatan klien bertambah

Kriteria Hasil:

- Klien dapat mendemonstrasikan cara menggunakan alat adaptif untuk

meningkatkan mobilitas.

- Klien dapat melakukan langkah-langkah pengamanan untuk

meminimalkan kemungkinan cidera.

- Klien dapat mendemonstrasikan langkah-langkah untuk meningkatkan

mobilitas.

Intervensi Rasional

1. Kaji factor penyebab

2. Lakukan aktivitas ROM

1. Mengetahui penyebab

imobilisasi sehingga dapat

menentukan langkah lanjut

sebagai upaya pencegahan

terjadinbya komplikasi

2. ROM aktif meningkatkan

Page 21: makalah revisi

pasif atau ROM aktif asisitif

3. Sokong ekstremitas dengan

bantal untuk mencegah atau

mengurangi pembengkakan

4. Posisikan tubuh sejajar

untuk mencegah komplikasi

5. Berikan mobilitas yang

progresif

massa otot, tonus otot, dan

kekuatan otot serta

memperbaiki fungsi jantung

dan pernafasan. ROM pasif

meningkatkan mobilitas

sendi dan sirkulasi.

3. Untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut

4. Imobilisasi yang lama dan

gangguan fungsi

neurosensori dapat

menyebabkan kontraktur

permanen

5. Tirah baring yang lama atau

penurunan volume darah

dapat menyebabkan

turunnya tekanan darah

secara tiba-tiba karena darah

kembali ke dalam sirkulasi

perifer. Peningkatan

aktivitas secara bertahap

dapat mengurangi

kelemahan dan

meningkatkan daya tahan

tubuh.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berubungan dengan asupan

nutrisi tidak adekuat akibat efek toksik dari kemoterapi dan penyinaran

dari radiasi.

Page 22: makalah revisi

Tujuan: klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan

tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik

Kriteria Hasil:

- Klien dapat menjelaskan tentang pentingnya nutrisi yang baik.

- Klien dapat mengidentifikasi kekurangan/defisiensi dalam asupan

sehari-hari.

- Menyebutkan metode untuk meningkatkan nafsu makan.

Intervensi Rasional

1. Jelaskan tentang perlunya

konsumsi karbohidrat,

lemak, protein, vitamin,

mineral, dan cairan yang

adekuat

2. Konsultasikan dengan ahli

gizi untuk menetapkan

kebutuhan kalori harian dan

jenis makanan yang sesuai

bagi klien

3. Diskusikan bersama klien

tentang kemungkinan

penyebab penurunan nafsu

makan

4. Anjurkan klien untuk

istirahat sebelum makan

5. Tawarkan makanan dalam

jumlah sedikit, tetapi sering,

bukan banyak tetapi jarang;

1. Nutrisi menyediakan sumber

energy, membentuk

jaringan, dan mengatur

proses metabolic tubuh.

2. Konsultasi dapat membantu

menetapkan diet yang

memenuhi asupan kalori dan

nutrisi yang optimal.

3. Upaya identifikasi tentang

kemungkinan penyebab

memudahkan kita untuk

melakukan intervensi guna

menghilangkan atau

meminimalkan penurunan

nafsu makan

4. Kondisi yang lemah lambat

laun menurunkan keinginan

dan kemampuan klien untuk

makan

5. Distribusi total asupan

kalori harian yang merata

sepanjang hari membantu

Page 23: makalah revisi

tawarkan makanan yang

disajikan dalam keadaan

dingin

6. Pada kasus penurunan nafsu

makan, batasi asupan cairan

saat makan dan hindari

mengkonsumsi cairan 1 jam

sebelum dan sesudah makan

7. Dorong dan bantu klien

untuk menjaga kebersihan

mulut yang baik

8. Atur agar porsi makanan

tinggi kalori dan tinggi

protein disajikan saat klien

biasanya merasa paling lapar

9. Beri daftar materi nutrisi

diet pada klien

mencegah distensi lambung

sehingga selera makan

mungkin akan meningkat.

6. Pembatasan asupan cairan

saat makan membantu

mencegah distensi lambung

7. Kebersihan mulut yang

kurang menyebabkan bau

dan rasa yang tidak sedap

yang dapat mengurangi

nafsu makan

8. Menyediakan makanan

tinggi-kalori dan tinggi-

protein pada saat klien

merasa paling lapar akan

meningkatkan kemungkinan

klien untuk mengkonsumsi

kalori dan protein yang

adekuat

9. Perencanaan diet berfokus

pada upaya pencegahan

kelebihan nutrisi.

Mengurangi konsumsi

lemak, garam, dan gula

dapat menurunkan resiko

penyakit.

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan klien tentang penyakit

dan pengobatannya.

Page 24: makalah revisi

Tujuan: klien akan menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan

fisiologis

Kriteria Hasil:

- Mendeskripsikan ansietas dan pola koping dirinya.

- Menggunakan mekanisme koping efektif.

Intervensi Rasional

1. Ajak klien untuk

berpartisipasi di dalam

pengambilan keputusan

2. Berikan dukungan emosi

kepada klien dan biarkan

klien mengungkapkan

perasaannya

3. Berikan informasi yang

akurat tentang proses

pemgobatan

4. Berikan pujian pada klien

bila klien melakukan koping

yang efektif

1. Ikut berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan dapat

membantu menumbuhkan

perasaan control-diri pada

klien, yang dapat

meningkatkan kemampuan

kopingnya

2. Dapat membantu klien

mengklarifikasi dan

memverbalisasikan

ketakutannya sehingga

memudahkan perawat

memberikan umpan balik

yang realistis dan

penenangan

3. Berbagai ketakutan yang

terjadiberkaitan erat dengan

ketidakakuratan informasi

dan ini dapat dihilangkan

dengan memberikan

informasi yang akurat

4. Memberikan pujian pada

klien yang melakukan

koping yang efektif dapat

memperkuat respon koping

yang positif pada masa yang

Page 25: makalah revisi

akan dating

5. Perubahan citra diri berhubungan dengan perubahan rambut (alopesia)

akibat efek kemoterapi.

Tujuan: klien akan mengimplementasikan pola koping yang baru dan

menyebutkan serta mendemonstrasikan penerimaan atas penampilan.

Kriteria Hasil:

- Klien dapat memperlihatkan ketersediaan dan kemampuan untuk

menjalankan kembali tanggung jawab perawatan diri/ peran.

- Klien dapat memulai kontak yang baru atau membangun kembali

kontak dengan system pendukung yang ada.

Intervensi Rasional

1. Dorong klien untuk

menyampaikan

kekhawatiran, ketakutan,

dan persepsinya tentang

dampak perubahan tersebut

terhadap kehidupannya.

2. Jelasakan tentang lokasi

kerontokan rambut yang

dapat terjadi

3. Jelaskan bahwa rambut

tersebut akan tumbuh

kembali setelah pengobatan,

tetapi warna dan teksturnya

berubah

4. Pilih rambut palsu sebelum

kerontokan rambut,

kenakan wig tersebut

sebelum kerontokan rambut

terjadi

5. Anjurkan menggunakan

1. Meningkatkan rasa percaya

klien terhadap perawat

sehingga klien dapat lebih

terbuka.

2. Agar klien tidak merasa

kaget setelah kerontokan

terjadi

3. Agar klien mengetahui

kondisinya setelah

kemoterapi selesai

4. Untuk memodisikasi

penampilan sehingga klien

merasa lebih nyaman

berinteraksi dengan orang

lain.

5. Sebagai pengganti wig dan

Page 26: makalah revisi

penutup rambut saat tidak

sedang memakai wig

kenyamanan

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang

primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang

tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang

panjang, terutama lutut. (Price. 1998). Etiologi dari osteosarkoma adalah

radiasi sinar radioaktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang

sebelumnya disebabkan oleh penyakit, pertumbuhan tulang yang terlalu

cepat, sering mengkonsumsi zat-zat toksik.

Manifestasi klinis umum yang bisa ditemukan antara lain nyeri dan/

atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, fraktur patologik,

pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian, pergerakan yang

terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan

malaise. Adapun pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah emeriksaan

radiologick, CT-scan dan MRI, pemeriksaan foto thoraks. Untuk

penatalaksanaan dapat dilakukan kemoterapi, obat-obat kemoterapi, operasi,

follow-up post-operasi.

1.2 Saran

Page 27: makalah revisi

1) Pasien yang mempunyai tanda dan gejala menyerupai tanda dan gejala

osteosarkoma sebaiknya segera memeriksakan pelayanan kesehatan

untuk mendapatkan penanganan dini dan untuk meminimalisir untuk

terjadinya komplikasi yang lebih buruk.

2) Mahasiswa keperawatan sebaiknya mengembangkan penelitian dalam

bidang system musculoskeletal khususnya pada kasus osteosarkoma.

3) Perawat sebaiknya memahami secara mendalam tentang konsep dan

pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.

DAFTAR PUSTAKA

Kawiyana, Siki, 2010, Osteosarkoma Diagnosis dan Penanganannya, diakses

tanggal 24 Maret 2011, <http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/drsiki_9_pdf>

Mehlman, Charles T, 2010, Osteosarcoma, diakses tanggal 24 Maret,

<http://emedicine.medscape.com/overwiev>

Price, Silvia Anderson and Wilson, Lorraine Mc Carty, 2005, Patofisiologi:

Konsep Klinis dan Proses Penyakit, Jakarta, EGC

Sitarani, Rindang, 2010, Gambaran Radiologi Osteosarkoma Pada Femur

Sinistra, diakses tanggal 24 Maret 2011,

<http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?

page=Gambaran+Radiologi+Osteosarkoma+Pada+Femur+Sinistra>

Hide, Geoff, 2008, Imaging in Classic Osteosarkoma, diakses tanggal 24 Maret

2011, <http://emedicine.medscape.com/article/393927-imaging>

Page 28: makalah revisi