14
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tidak pernah terlepas dari sejarah peradaban manusia. Ia selalu terkait satu sama lainnya. Tidak terkecuali sejarah filsafat ilmu. Filsafat itu sendiri telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu di mana akal manusia masih dihadapkan pada ruang dinamika pemikiran yang sederhana dan permasalahan yang tidak begitu komplek seperti saat ini. Latar belakang perkembanga n ilmu dimulai sejak zaman purba. Zaman purba pra sejarah (20.000-10.000 SM) sudah mulai terjadi proses belajar. Hal ini ditandai dengan pemanfaatan batu sebagai alat perkakas yang digunakan pada waktu itu. Melalui proses belajar berangsur-angsur terjadi pemanfaatan dari batu empuk menjadi keras, batu yang dipungut begitu saja menjadi batu yang sengaja untuk dibentuk, menemukan kekuatan alam api dan air, membuat gambar- gambar binatang di gua-gua, dan menguburkan sesamanya yang meninggal. Kemudian pada zaman sejarah (15.000-600 SM) proses belajar ditandai dari pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung meskipun masih sangat sederhana. Sejarah ilmu pengetahuan mencatat bahwa perkembangan awal yang signifikan dalam ilmu pengetahuan dimulai sejak zaman Yunani Kuno (kurang lebih 600 SM   200 M). Di mana periode ini ditandai oleh pergeseran gugusan pemikiran (  paradigma shift ) dari hal-hal yang berbau mistis ke yang logis. Dari kepercayaan mistis yang irrasional terhadap fenomena alam menuju ke arah penjelasan logis yang berdasar pada rasio. Zaman ini dinamakan zaman mulainya penalaran yang selalu menyelidiki, ditandai dengan munculnya ahli filsafat seperti Aristoteles, Socrates, Thales, Archimedes, dan Aristharcus, bahwa menyelidiki dan menjelaskan secara rasional yang digerakkan oleh motivasi estetis dengan tujuan memberikan kepuasan batin kepada orang yang b ersangkutan saja. Abad pertengahan (500 M- 1500 M) berkembangnya ilmu pengetahuan pada Timur Tengah dengan menterjemah karya-karya orang Yunani ke Bahasa Arab. Tokoh-tokohnya seperti Al- Khawarizm Aljabar, Omar Khayan penyair, Ibnu Rusyd kedokteran, dan Al Idrisi Astronomi. Kemudian pada tahun 1300 M dipelajari oleh bangsa-bangsa Eropa. Pada abad ini perkembangan kebudayaan juga terjadi di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran  Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mangatur akal sehat). Di Indonesia perkembangan dapat dilihat dari munculnya kerajaan-kera jaan, pengairan persawahan , kesenian, meramal dan nelayan. Zaman modern ditandai munculnya ahli-ahli filsafat dan ilmuwan. Ahli filsafat tersebut, seperti Copernicus, Galileo, Keppler, Francis Bacon, dan Rene

MAKALAH STUDI FILSAFAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

banyak ilmu yang dapat kita kembangan termasuk ilmu filsafat .

Citation preview

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 1/14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak pernah terlepas dari sejarah peradaban

manusia. Ia selalu terkait satu sama lainnya. Tidak terkecuali sejarah filsafat ilmu.

Filsafat itu sendiri telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu di mana akal

manusia masih dihadapkan pada ruang dinamika pemikiran yang sederhana danpermasalahan yang tidak begitu komplek seperti saat ini. Latar belakang

perkembangan ilmu dimulai sejak zaman purba.

Zaman purba pra sejarah (20.000-10.000 SM) sudah mulai terjadi proses belajar.

Hal ini ditandai dengan pemanfaatan batu sebagai alat perkakas yang digunakan

pada waktu itu. Melalui proses belajar berangsur-angsur terjadi pemanfaatan dari

batu empuk menjadi keras, batu yang dipungut begitu saja menjadi batu yang

sengaja untuk dibentuk, menemukan kekuatan alam api dan air, membuat gambar-

gambar binatang di gua-gua, dan menguburkan sesamanya yang meninggal.

Kemudian pada zaman sejarah (15.000-600 SM) proses belajar ditandai dari

pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung meskipun masih

sangat sederhana.

Sejarah ilmu pengetahuan mencatat bahwa perkembangan awal yangsignifikan dalam ilmu pengetahuan dimulai sejak zaman Yunani Kuno (kurang

lebih 600 SM  – 200 M). Di mana periode ini ditandai oleh pergeseran gugusan

pemikiran ( paradigma shift ) dari hal-hal yang berbau mistis ke yang logis. Dari

kepercayaan mistis yang irrasional terhadap fenomena alam menuju ke arah

penjelasan logis yang berdasar pada rasio. Zaman ini dinamakan zaman mulainya

penalaran yang selalu menyelidiki, ditandai dengan munculnya ahli filsafat seperti

Aristoteles, Socrates, Thales, Archimedes, dan Aristharcus, bahwa menyelidiki

dan menjelaskan secara rasional yang digerakkan oleh motivasi estetis dengan

tujuan memberikan kepuasan batin kepada orang yang bersangkutan saja.

Abad pertengahan (500 M- 1500 M) berkembangnya ilmu pengetahuan pada

Timur Tengah dengan menterjemah karya-karya orang Yunani ke Bahasa Arab.

Tokoh-tokohnya seperti Al-Khawarizm → Aljabar, Omar Khayan → penyair,

Ibnu Rusyd → kedokteran, dan Al Idrisi → Astronomi. Kemudian pada tahun

1300 M dipelajari oleh bangsa-bangsa Eropa. Pada abad ini perkembangan

kebudayaan juga terjadi di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran  Lao Tse 

(menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur

mangatur akal sehat). Di Indonesia perkembangan dapat dilihat dari munculnya

kerajaan-kerajaan, pengairan persawahan, kesenian, meramal dan nelayan.

Zaman modern ditandai munculnya ahli-ahli filsafat dan ilmuwan. Ahli filsafattersebut, seperti Copernicus, Galileo, Keppler, Francis Bacon, dan Rene

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 2/14

2

Descartes, sedangkan ilmuwan diantaranya Newton (tori gravitasi, perhitungan

kalkulus dan Optika) dan Wilhelm Konrad Rontgen (Sinar X). Zaman ini

dipengaruhi oleh terjadinya perang salib, jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki

dan hubungan kerajaan Arab di Jazirah Spanyol dan Prancis.

B.  Rumusan Masalah

Berpikir berarti menyusun silogisme dengan tujuan mendapat kesimpulan yang

tepat dengan menghilangkan setiap kontradiksi. Secara epistemologis kegiatan

berpikir ilmiah melingkupi suatu rantai berpikir logis yang merupakan pengkajian

baik deduktif maupun induktif. Berpikir logis maksudnya dapat menggunakan

kemampuan akal budinya secara dialektif, intuitif, taksonomi atau simbolik. Ilmu

tidaklah netral atau bebas nilai atau objektif. Ilmu hakikatnya selalu terkait dengan

berbagai kepentingan, nilai dan lainnya, baik pada tataran ontologi, epistemologi

maupun aksiologinya.

a.  Ilmuwan terangsang imajinasi untuk menemukan dan mengembangkan

penemuan asal.

b.  melihat segala sesuatu dengan perhatian dan minat, kemudian berarti pula

berpikir tentang segala sesuatu yang menyadarinya.

c.  namun dapat diambil satu benang merah bahwa filsafat yaitu adanya

aktivitas manusia yang tidak dapat diamati. Sehingga muncullah filsafat

ilmu yang dilatarbelangi adanya penemuan ilmiah.

C.  Tujuan dan Fungsi

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta,

maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni

adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi,

maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and

wisdom).

Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,

senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab

terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun

kebenaran.

Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruanglingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-

orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara

intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal

saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang,

yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni,

pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 3/14

3

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Hubungan Ilmu Pengetahuan, Filsafat dan Agama.

a.  Filsafat dan Ilmu Pengetahuan.

Ilmu Sejarah telah dapat membuktikan tentang pengungkapan ilmiah manusia

yang sangat menonjol di dunia adalah di zaman Yunani Kuno (abad IV dan V

S.M). Bangsa Yunani ditakdirkan Allah sebagai manusia yang mempunyai akal

 jernih. Bagi mereka ilmu itu adalah suatu keterangan rasional tentang sebab-

musabab dari segala sesuatu didunia ini. Dunia adalah kosmos yang teraturdengan aturan kausalitas yang bersifat rasional. Demikianlah tiga dasar yang

menguasai ilmu orang Yunani pada waktu itu, yaitu: Kosmos, Kausalitas dan

Rasional.

Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir ilmiah itu merupakan suatu revolusi besar

dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum itu manusia lebih banyak berpikir

menurut gagasan-gagasan magi dan mitologi yang bersifat gaib dan tidak rasional.

Dengan berilmu dan berfilsafat manusia ingin mencari hakikat kebenaran daripada

segala sesuatu Dalam berkelana mencari pengetahuan dan kebenaran itu menusia

 pada akhirnya tiba pada kebenaran yang absolut atau yang mutlak yaitu „Causa

Prima‟ daripada segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta, Maha Besar, dan  

mengetahui.

Oleh karena itu kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk 

pencari kebenaran. Di dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya.

Dalam kenyataannya makin banyak manusia makin banyaklah pertanyaan yang

timbul. Manusia ingin mengetahui perihal sangkanparannya, asal mula dan

tujuannya, perihal kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Dengan

sikap yang demikian itu manusia sudah menghasilkan pengetahuan yang luas

sekali yang secara sistematis dan metodis telah dikelompokan kedalam berbagai

disiplin keilmuwan. Namun demikian karena kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi, maka sejumlah besar pertanyaan tetap relevan dan aktual seperti yang

muncul pada ribuan tahun yang lalu, yang tidak terjawab oleh Ilmu pengetahuan

seperti antara lain: tentang asal mula dan tujuan manusia, tentang hidup dan mati,

tentang hakikat manusia sebagainya.

Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan itu,

maka Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah ilmu yang

tanpa batas, tidak hanya menyelidiki salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi

segala apa yang menarik perhatian manusia.

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 4/14

4

b. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

J. Arthur Thompson dalam bukunya” An Introducation to Science” menuliskan

bahwa ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang

dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhanamungkin.

Untuk menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah

dikemukakan rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N.

Driyarkara S.Y., yang mengatakan “Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal,

artinya yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-

pendapat yang diterima saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang

merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya

bicara tentang masyarakat, hukum, sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu

pandangan tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan

„ke‟mengapa‟ yang terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusiaberdasarkan kekuatannya itu.

“Filsafat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan

banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi

bahkan melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah diambang kemajuan

dalam mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan

revolusi genitika yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang

kelahiran kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.

Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat

berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang

memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan

kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya

bdampak negatifnya sangat menyedihkan.

Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi

manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan pengembangan

ilmu itu sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya dipersembahkan.

Kemajuan ilmu teknologi bukan lagi meningkatkan martabat manusia itu, tetapi

bahkn harus dibayar dengan kebahagiaannya. Berbagai polusi dan dekadensi

dialami peradaban manusia disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

itu. Dalam usahanya pendidikan keilmuwan bukanlah semata-mata ditujukanuntuk menghasilkan ilmuwan yang pandai dan trampil, tetapi juga bermoral

tinggi.

c. Abstraksi

Untuk menerangkan selanjutnya hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan,

baiklah dikemukakan pendapat Aristoteles tentang abstraksi. Menurut beliau

 pemekiran manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata Latin „abstrahere‟ yang 

berarti menjauhkan diri, mengambil dari).

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 5/14

5

Dari setiap jenis abstraksi itu menghasilkan satu jenis pengetahuan yaitu :

1) pengetahuan fisis

2) pengetahuan matematis,

3) pengetahuan teologis.1) Pengetahuan Fisis

Dalam kenyataannya manusia mulai berpikir bila ia mengamati, mengobservasi

sesuatu. Faktor keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan manusia

barulah timbul setelah pengamatan atau observasi lebih dahulu. Peranan ratio atau

akal budi manusia melepaskan (mengabstrahir) dari pengamatan inderawi suatu

segi-segi tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan ratio atau akal budi manusia

bersama dengan materi yang 'abstrak' itu menghasilkan pengetahuan yang disebut

"fisika' (dari kataYunani 'Physos' = alam).

1.  pengetahuan Matematis atau Matesis

Selanjutnya manusia masih mempunyai kemampuan untuk dapat mengabstrahir

atau melepaskan lebih banyak lagi Bahwa kita dapat melepaskan materi yang

kelihatan dari semua perubahan yang terjadi.

Hal ini dapat terjadi bila ratio atau akal budi manusia dapat melepaskan dari

materi hanya segi yang dapat dimengerti saja. Dengan kemampuan abstraksi ini

manusia dapatlah menghitung dan mengukur, karena perbuatan menghitung. dan

mengukur itu mungkin lebih dari semua gejala dan semua perubahan dengan

menutup indera mata Adapun jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh abstraksi ini

disebut 'matesis' (matematika) (kata Yunani'mathesist = pengetahuan ilmu).

2.  Pengetahuan Teologis atau Filsafat Pertama

Pada tahap terakhir manusia juga dapat mengabstrahir dari semua materi, baik 

materi yang dapat diamati, maupun yang dapat diketahui. Apabila manusia

berpikir tentang keseluruhan realitas tentang sangkanparannya (asal mula dan

tujuannya), tentang jiwa manusia, tentang cita dan citranya, tentang realitas yang

paling luhur, tentang Tuhan, maka berarti tidak hanya terbatas pada bidang fisika

saja tetapi juga bidang matematika yang sudah ditinggalkannya. Di sini terbukti

bahwa semua jenis pengamatan tidak berguna. lagi Adapun jenis berpikir inidisebut 'teologi' atau filsafat pertama,

Sesuai dengan tradisi setelah Aristoteles pengetahuan jenis ketiga ini, disebut

'rnetafisika, bidang yang datang setelah (meta') fisika. Menurut Aristoteles baik 

bidang metafisika, bidang matematika maupun bidang fisika, masih merupakankesatuan yang keseluruhannya disebut ‟filsafat' atau metafisika. 

3.  Pikiran atau ratio manusia, melalui penalaran analitik dan non-analitik.

Dalam pikiran manusia ini lahirlah pengetahuan yang pertama beberapa ribu

tahun yang lalu yaitu filsafat. Dalam usaha menjawab tantangan hidup manusia

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 6/14

6

maka fase berikutnya lahirlah Ilmu-ilmu Alam (Natural Philosophy) dan Ilmu-

ilmu Sosial (Moral philosophy).

Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara

empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping sajadari sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman

manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu

pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu)

berpaling kepada sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan jelek 

(termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika.

Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta ”, demi kian kata tokoh

Einstein. Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan

kejurang malapetaka.

Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan

relativitas atau kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.Filsafat ialah ‟ ilmu istimewa‟ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang

tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu

berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil

daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami

secara radikal integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :

a. Hakikat Tuhan

b. Hakikat alam semesta, dan

c. Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai

konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.

Adapun titik perbedaanya adalah sebagai berikut :

a)  Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra‟yu (akal,

budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunft) manusia. Sedangkan agama

bersumber dari Wahyu Allah.

b.  Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan,

pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.

Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau

mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral

(menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatanapapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut ‟logika‟ Manusia

dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama

dengan jalan mempertanyakan pelbagi masalah asasi dari suatu kepada

kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet

bumi ini.

Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat

ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara

empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat

keduanya nisbi (relatif).

Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari

kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 7/14

7

itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus

merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.

B. Jalinan Fungsional Ilmu, Filsafat Dan Agama

I.  Relasi Filsafat Dan Ilmu

Filsafat dan ilmu dalam penggunaanya dalam beberapa hal saling tumpang tindih.

Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusa untuk berbicara mengenai ilmu dan

bukanya didalamnya ilmu. Walaupun begitu apa yang harus dikatakan oleh

seseorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Satu hal yang tidak 

dapat dilakukan oleh seorang filsof ialah mencoba memberitahukan kepada

seorang ilmuan mengenai apa yang harus ditemukanya.

Filsafat dan ilmu bertemu pada obyek material, dan yang melainkan obyek 

formanya. Batasnya jadi terang akan tetapi dalam prakteknya sering juga adakekacauan, ini tidak mengherankan sebab yang diselidiki memang sama,

sedangkan yang menyelidiki itu sama juga ialah manusia.

Beda antara ilmu dan filsafat ternyata juga dari cara berfikir manusia. Seperti

kami katakan lebih dulu ilmu berkisar pada fakta. Fakta itu khusul, namun ilmu

harus berlaku umum dalam hukum-hukumnya. Hukum-hukum itu berlaku untuk 

umum: rumusan-rumusan hukum dalam ilmu alam, ekonomi serta ilmu hukum

dan sebagainya diajukan dalam keumumanya. Ilmu memang dalam konklusinya

yang dituangkan dalam putusanya selalu mengenai yang umum, tentang binatang

pada umumnya, tentang manusia pada umumnya, tentang bilangan dan lain-lain,tidaklah mengenai yang khusus. Adapun realitas yang dihadapi ilmu itu selalu

khusus, satu persatu (induvidual).

Dalam kekhususanya itu realitas bermacam-macam. Dalam bermacamnya hal-hal

yang individual itu disebut konkrit, artinya hal itu terlibat dalam dan dengan sifat-

sifat seluruhnya yang dimilikinya. Yang konkret itu lalu tertentu, yang satu laindari pada yang lain. Tetapi bagaimanapun lainya mungkinlah yang berlainan itu

dapat dimasukkan dalam satu macam.

Aspek yang umum itulah yang tidak konkret, lalu disebut abstrak yang diajukan

oleh ilmu. Keumuman dalam ilmu itu juga tidak mutlak, tergantung dalam ilmuitu sendiri yang sama dalam bidang hal-hal yang hendak diajukan, lalu ada

keumuman dalam ruang, dalam hidup, dalam aturan dan sebagainya.

Namun bagi ilmu apapun juga, jika kebenaran pendapat atau hukumnya hendak 

dibuktikan haruslah melalui fakta pengalaman, seperti kami bentangkan diatas

sehingga harus dikatakan bahwa ilmu membatasi diri pada pengalaman. Adapun

sifat ilmiah yang menuntut keumuman itu ternyata dimiliki ilmu demi

kemampuan manusia untuk hanya menghiraukan yang umum saja dalam

bermacam-macam, jadi aspek obyek sajalah yang diperhatikan.

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 8/14

8

Itu sebabnya pula walaupun ilmu hendak mencapai yang umum, memang ada

sifat-sifat yang tidak diabstrakkan, jadi tidak masuk ilmu tertentu. Oleh karena

obyek yang komplit itu sifatnya hampir-hampir tidak terbatas, kemungkinan

 jumlah ilmu boleh dikatakan tidak terbatas juga.

Kalau ilmu mengadakan abstraksi sampai kepada adanya obyek itu maka boleh

dan haruslah ilmu disebut mencari keterangan yang sedalam-dalamnya untuk yang

ada dan yang mungkin ada. Ilmu yang sampai pengabstrakan demikian itulah

yang kami sebut filsafat. Filsafat itu lalu umum seumumnya, juga tidak 

membatasi diri dalam pengalaman atau apapun juga.

Walau demikian antara ilmu dan filsafat ada hubunganya. Filsafat memang dalam

penyelidikanya mulai dari apa yang dialami manusia, karena tidak ada

pengetahuan kalau tidak bersentuhan lebih dulu dengan indera. Sedangkan ilmu

yang hendak menelaah hasil penginderaan itu, tidak mungkin mengambil

keputusan dengan menjalankan pikiran tanpa mempergunakan dalil dan hukumpikiran yang tidak mungkin dialaminya.

Sebaliknya filsafatpun memerlukan data dari ilmu. Jika misalnya ahli filsafat

manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah

manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini

ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat itu sebaik-baiknya dengan

hasil penyelidikanya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat

pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil

psikologi.

II.  Persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu

Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

i.  Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek 

selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnyaii.  Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang

ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan

sebab-sebabnya.

iii.  Keduanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang

bergandenganiv.  Keduanya mempunyai metode dan sistim

v.  Keduanya handak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhya

timbul dari hasrat manusia (obyektifitas), akan pengetahuan yang lebih

mendasar.

Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

i.  Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu

segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu

(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya

terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 9/14

9

kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin

tertentu.

ii.  Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris,

karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas,

mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,dan intensif. Disamping itu, obyek formal ilmu bersifat tehnik yang berarti

bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.

iii.  Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan

daya spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan

riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak 

pada kugunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari

nilainya.

iv.  Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan

pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,

yaitu menguraikan secara logis yang dimula dari tidak tahu menjadi tahu.

v.  Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir yang mutlak dan mendalamsampai mendasar (primary cause), sedangkan ilmu menunjukkan sebab-

sebab yang tidak begitu mendalam yang lebih dekat yang sekunder

(secondary cause).

III.  Relasi Filsafat Dan Agama

Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya

memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang

dimaksud disini adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan tuhan

kepada nabi dan rasul-Nya. Dibalik persamaan itu terdapat pula perbedaan antara

keduanya. Dalam agama ada beberapa hal yang amat penting, misalnya Tuhan,

kebajikan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lain-lain. Hal-hal tersebuat

diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena hal-hal tersebut ada atau paling tidak 

mungkin ada.

Oleh karena filsafat itu menyelidiki sesuatu yang ada dan mungkin ada, dapat saja

agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau secara filsafat. Pun etika

yang menyelidiki tingkah laku manusia dari sudut baik buruknya tentu sama pula

dengan hal-hal keagamaan.

Agama sebagai suatu hal yang ada dapat diilmukan syarat ilmiah dan carakerjanya sekali dipakai dalam ilmu agama itu maka ada bermacam-macam ilmu

yang obyeknya suatu aspek dari agama adalah ilmu perbandingan agama, ada

psikologi agama, ada fenomenologi agama, ada sosiologi agama. Apa yang

menjadi obyeknya masing-masing yang kami utarakan sekarang ini, cukuplah

sudah diajukan memang ada ilmu-ilmu yang menyelidiki agama (aspeknya) secara

ilmiah.

Alasan filsafat untuk menerima kebenaran melainkan penyelidikan sendiri, hasil

pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak 

mendasarkan penyelidikanya pada wahyu. Ada juga beberapa hal yang masuk 

kewilayah agama yang diselidiki pula oleh filsafat. Kalau demikian, mungkinkah

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 10/14

10

ada pertentangan antar agama dan filsafat? Pada dasarnya tidak, karena kalau

kedua-duanya mempunyai kebenaran, maka kebenaran itu satu dan sudah barang

tentu sama. Tidak mungkin ada sesuatu yang pada prinsipnya benar, juga tidak 

benar. Tegasnya bahwa lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin

sama, akan tetapi dasarnya amat berlainan. Filsafat berdasarkan pada pikiranbelaka, agama berdasarkan wahyu ilahi. Agama sering disebut juga kepercaan,

alasanya karena yand diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai.

Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya

sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir

dan batin. Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu

manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal

yang diwahyukan Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman.

Walaupun antara kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan

kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi tetap agama tidak bisa disamakandengan filsafat. Perbedaan ini disebabkan cara pandang yang berbeda. Disatu

pihak agama beralatkan kepercayaan, dilain pihak filsafat berdasarkan penelitian

yang menggunakan potensi manusiawi, dan meyakininya sebagai satu-satunya alat

ukur kebenaran, yaitu akal manusia.

C. Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Filsafat Ilmu

1. Rasionalisme Plato dan Descartes 

Rasionalisme adalah aliran yang meyakini hanya rasio/akal yang menjadi dasarkepastian. Rasionalisme tidak menyangkal fungsi indra sebagai alat untuk 

memperoleh indra pengetahuan, namun indra hanya diperlukan untuk merangsang

dan memberikan pada rasio bahan-bahan agar rasio dapat bekerja. Rasio mengatur

bahan yang berasal dari indra sehingga terbentuklah pengetahuan yang benar.

Akan tetapi, keberadaan indra tidak mutlak bagi rasio karena rasio dapat

enghasilkan pengetahuan yang tidak berasal dari indra, seperti terlihat dalam

matematika. Terdapat banyak tokoh yang menjadi eksponen aliran rasionalisme,

diantaranya Plato (427-347 SM) dan Descartes (1596-1650).

2. Empirisme : dari Aristoteles sampai David Hume 

Empirisme sebagai suatu aliran dalam filsafat ilrnu merupakan lawan dari

rasionalme. Empirisme menjadikan pengalaman indra (emperia) sebagai sumber

kebenaran. Menurut Aristoteles, ilmu didapat dari hasil kegiatan manusia yang

mengamati kenyataan yang banyak dan berubah. Kemudian secara bertahap

sampai pada kebenaran yang bersifat “universal”. Dalam arti inilah Aristoteles

dapat disebut sebagai salah seorang eksponen empirisme, malah pada tahap

awalnya.

Di kemudian hari muncul pemikir bernama Francois Bacon (1561-1626) yang

memperkenalkan cara kerja induksi untuk memperoleh ilmu. John Locke (1632-

1704) dengan bukunya  Essay Concerning Human Understanding (1689) yang

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 11/14

11

ditulis berdasarkan premis bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman,

dianggap sebagai tokoh utama empiris pada era modern. Tokoh lain dari kalangan

empiris adalah filsuf Inggris David Hume (1711-1776). Ia seorang penganut

empiris yang sangat radikal, bukan saja karena ia menekankan pengalaman

indrawi sebagai dasar dari semua pengetahuan, melainkan juga ia juga menolak adanya kausalitas, hukum sebab akibat yang diterangkan akal.

3. Positivisme Comte dan Neopositivisme serta Perlawanan Popper  

Positivisme merupakan suatu aliran filasafat yang dibangun oleh Auguste Comte

(17981857). Intinya positivisme ingin membersihkan ilmu dari spekulasi-

spekulasi yang tidak dapat dibuktikan secara positif. Comte ingin

mengembangkan ilmu dengan melakukan percobaan (eksperimen) terhadap bahan

faktual yang terdapat dalam kenyataan empirik, bukan dengan jalan menyusun

spekulasi-spekulasi rasional yang tidak dapat dibuktikan secara positif lewat

eksperirnen. Bagi Comte, positivisme merupakan tahap akhir atau puncak dalamperkembangan pemikiran manusia. Comte membagi perkembangan pernikiran

manusia dalam tiga.tahap, yaitu: a) Tahap mistik-teologik; b) Tahap metafisik; 3)

Tahap positif.

D. Ilmu dan Nilai

Kaum positivisme yang tidak membedakan ilmu alam, sosial dan ilmu

kemanusiaan merupakan pembela gigih gagasan ilmu bebas nilai. Arti bebas nilai

bagi mereka antara lain tampak pada penggunaan metodologi yang sama bagi

semua ilmu tanpa mempersoalkan perbedaan objek tiap ilmu yang memiliki ciri

khas.

Dalam sejarah pemikiran Descartes (1596-1650) yang mencoba dengan keraguan

metodisnya mencari titik tolak kebenaran yang tidak dikaitkan baik pada dogma

maupun nilai tertentu. Ia menemukan bahwa dasar yang pasti dari kebenaran

adalah “Akuyang berpikir”. Dari titik tolak itulah kebenaran lain harus

diturunkan. Auguste Comte (1798-1857) bahkan berpendapat lebih tajam,

penjelasan berbagai gejala yang didasarkan pada titik tolak ajaran agama (teologi)

disamakan dengan tahap berpikir manusia sewaktu masih anak-anak. Penjelasan

berbagai gejala dalam rangka mencari kebenaran haruslah dengan cara positif 

lewat percobaan (eksperimen) dalam pengalaman indrawi. Inilah yang disebutilmu.

Perjalanan pemikiran ilmu dan filsafatnya bahkan mencatat munculnya kaum

neopositivisme yang beranggapan pernbicaraan tentang niiai, metafisika, dan

Tuhan tidak bermakna karena tidak bisa diuji secara empiris (diverifikasi).

Peinbicaraan lebih lanjut mengenai masalah ini dapat dibaca pada tulisan “Aliran-

Aliran dan Tokoh-Tokoh Filsafat Ilmu”. Perkembangan lebih lanjut khususnya

dalam ilmu sosial dan kemanusiaan menunjukkan bahwa persoalan metodologi

pun tidak bebas dari perdebatan mengenai nilai. Mazhab Frankfurt yang dimotori

Horkheimer bahkan menuduh ilmu sosial yang bebas nilai lebih merupakan

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 12/14

12

ideologi ketimbang ilmu karena dengan mempertahankan gagasan bebas niiai,

ilmu-ilmu sosial itu sebenarnya bersikap membenarkan keadaan sosial yang

terjadi di tengah masyarakat yang ingin dipertahankannya dalam terminologi

bebas nilai. Ilrnu-ilmu sosial seperti itu tidak lagi memiliki daya kritis untuk 

mempertanyakan niiai-nilai yang ingin dipertahankan.

Pertanyaan di sekitar tujuan-tujuan dan cara pengembangan ilmu yang tidak dapat

dijawab sendiri oleh ilmu kiranya akan memaksa ilmu untuk mencari referensi

kepada patokanpatokan lain, seperti moral dan agama. Tentu saja, keadaan ini

tidak akan memaksa kita kembali ke abad pertengahan ketika Galileo diadili,

melainkan untuk memberi makna barn baik kepada ilmu maupun nilai. Inilah

tantangan bare yang harus dihadapi dewasa ini.

E. Kajian Filsafat

Filsafat tidak berkutat dengan menghasilkan sebanyak mungkin jawaban ataspertanyaan yang dikemukakan, melainkan lebih dulu memusatkan perhatiannya

pada pemeriksaan atas pertanyaan-pertanyaan, merumuskannya secara tepat dan

benar, baru kemudian mencoba menjawabnya. Jawaban yang muncul terbuka

untuk dikritik, dipertanyakan kembali. Mengapa pemeriksaan terhadap

pertanyaan? Karena pertanyaan yang salah akan menimbulkan kekacauan berpikir

dan kerancuan jawaban.

Pertanyaan-pertanyaan jenis apakah yang ditelaah dan dicoba untuk dijawab oleh

filsafat? Tentulah pertanyaan-pertanyaan yang bersifat fundamental bagi manusia.

Filsafat tidak berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan remeh. Imanuel Kant filsuf 

besar Jerman menyebutkan empat pertanyaan pokok, yaitu: 1) Apa yang dapat

saya ketahui? 2) Apa yang harus saya lakukan? 3) Apa yang dapat saya harapkan?

4) Apakah manusia itu?

Bidang kajian itu adalah: 1) Kenyataan manusia yang hidup (filsafat manusia); 2)

Yang hidup di dunianya (filsafat alam, kosmologi); 3) Mengembara menuju

akhirat/Allah (filsafat ketuhanan); 4) Susunan dasar terdalam dari segala yang ada

(rnetafisika atau ontology); 5) Disadari atau diketahui (filsafat pengetahuan); 6)

Keterarahan atau penujuan (etika).

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 13/14

13

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan dan Saran.

Antara filsafat dan ilmu ada persamaan dan perbedaannya antara lain:

Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

1.  Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek 

selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya

2.  Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yangada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan

sebab-sebabnya.

3.  Keduanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang

bergandengan

4.  Keduanya mempunyai metode dan sistim

5.  Keduanya handak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhya

timbul dari hasrat manusia (obyektifitas), akan pengetahuan yang lebih

mendasar.

Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

1.  Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu

segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu

(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.

2.  Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris,

karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas,

mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,

dan intensif.

3.  Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan

pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,

yaitu menguraikan secara logis yang dimula dari tidak tahu menjadi tahu.4.  Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir yang mutlak dan mendalam

sampai mendasar (primary cause), sedangkan ilmu menunjukkan sebab-

sebab yang tidak begitu mendalam yang lebih dekat yang sekunder

(secondary cause).

Sedangkan agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan,

keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati.

Agama yang dimaksud disini adalah agama samawi yaitu agama yang

diwahyukan tuhan kepada nabi dan rasul-Nya. Dibalik persamaan itu terdapat pula

perbedaan antara keduanya.

5/10/2018 MAKALAH STUDI FILSAFAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-studi-filsafat 14/14

14

DAFTAR PUSTAKA

1.  http://gumuntur.wordpress.com/filsafat-ilmu/ 

2.  http://yudhim.blogspot.com/2008/01/hubungan-ilmu-pengetahuan-filsafat-

dan.html

3.  Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004.

4.  LR. Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: PT Rineka

Cipta,1991.

5.  Praja, Juhaya. S,  Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Fajar

Interpratama Offset,2003.

6.  Soemargono, Soejono, pengantar filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya,1996.

7.  http://fadlibae.wordpress.com/2010/10/04/ilmu-dan-nilai-aliran-dan-tokoh-tokoh-filsafat-ilmu-apakah-filsafat/ 

8.  http://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/04/studi-filsafat-

islameditcetak-ringkasan.html