Upload
mhd
View
256
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
1/25
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Risalah kenabiaan nabi Muhammad SAW sudah pernah di sebutkan pada ayat
sebelumnya pada kisah nabi Musa AS, yang di sebutkan karena untuk memperbagus tatanan
dalam sebuah kisah, akan tetapi itulah maksud sebenarnya dari pada seluruh kisah-kisah rasul
SAW, adapun penyebutan kisah tersebut untuk menyeru ahlu kitab yaitu yahudi dan nasrani
supaya masuk Islam, dan membagun bukti-baukti yang valid kepada mereka yaitu dengan
penyebutan kisah nabi Muhammad pada kitab-kitab mereka dan pemberitahuan akan
kerisalahanNya yang di sampaikan oleh nabi-nabi mereka, serta menjelaskan apa yang
menjadikan mereka sebagai pemenang dengan beriman kepada rasul SAW, dan
mengikutinya, serta menjelaskan bahwa nabi Muahammad SAW, di utus kepada seluruh
umat manusia secara menyeluruh tanpa terkecuali. Allah SWT berfirman :
{ } ayat ini bersifat umum ialah kepada seluruh
manusia baik itu orang-orang arab maupun orang-orang di luar arab. Yang mana Muhammad
bin 'abdullah adalah Rasulullah SAW, bukan hanya khusus kepada kaum arab saja seperti
yang di utarakan oleh kaum 'Isawiyyah dari Yahudi. Seperti firman Allah
{ : } dan firman Nya { : }
yaitu peringatkanlah wahai Muhammad sesuatu yang sampai kepadamu dari Jin dan
Manusia, maka barang siapa yang mengatakan bahwasanya dia beriman bahwa nabi
Muhammad di utus hanya untuk kaum Arab, maka tidak di anggap imannya tersebut karena
dia telah mendustakan dalil-dalil qath'i yang datang daripada Allah SWT, seperti firman
Allah, { : } dan firman Allah {
: } dan ini meluputi seluruh yang berakal dan jin. Dan di dalamnya banyak
terdapat hadist-hadits shahih yang membicarakan tentang kekarakteristik nabi Muhammad
SAW akan risalahNya yang umum, seperti hadist Jabir di dalam bukhari dan Muslim dan
selain dari keduanya, yang artinya: ((Bersabda Rasulullah SAW : Telah di berikan kepadaku
lima perkara yang tidak di berikan kepada satu orangpun dari nabi-nabi sebelumku: di
menangkanku dalam peperangan tanpa harus berperang, di jadikan kepadaku bumi sebagai
tempat bersujud dan suci bagi siapa saja yang hendak mengerjakan shalat maka shalatlah, di
halalkan bagiku ghanimah (harta rampasan perang) yang belum tidak dibolehkan kepada
1
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
2/25
orang-orang sebelumku, di berikanku syafa'at, dan sungguh nabi sebelumnya dibangkitkan
kepada umat tertentu akan tetapi aku di utus kepada manusia secara keseluruhan)). dan ada
riwayat ((kepada sekalian alam)), serta masih banyak lagi terdapat riwayat dengan lafazh
yang berbeda. Dan pada hakikatnya syafa'at tidak khusus di berikan kepada nabi Muhammad
SAW, Jumhur 'Ulama mengatakan ahwa syafa'at yang khusus diberikan kepada
nabi Muhammad SAW adalah Syafa'at "Udhma yaitu kepada setiap makhluk untuk
memutuskan suata perkara apakah masuk naraka ataupun surga, di dalm hadist-hadist
Bukhari dan Muslim serat selain dari keduanya di katakan bahwa orang-orang yang dalam
posisi kritis antara surga dan neraka di kirim kepada nabi Adam, nabi Ibrahim, nabi Musa,
nabi Isa untuk meminta syafa'at dari mereka supaya bisa memutuskan perkara mereka, maka
mereka mengatakan bahwasanya ini adalah bukan kapasitas meraka, dengan perkataan (
) dan mereka meminta kemenangan terhadap mereka sendiri dan mereka menyuruh
untuk meminta syafa'at kepada nabi-nabi setelahnya sampai kepada nabi Isa menyuruh untuk
meminta syafa'at kepada nabi Muhammad SAW, maka nabi Muhammad mengabulkan
perrmintaan mereka dengan berkata (
) yang dimaksud ini adalah tugasku, dan ada riwayat yang mengatakn bahwa
( ) maka nabi Muhammad memberikan syafa'at kepada merka untuk memutuskan
perkara mereka dan syafa'at tersebut di terima oleh Allah SWT. Di katakan: yang dimaksud
disini bukanlah syafa'at dan ada yang dikatakan: betapa umumnya syafa'at tersebut dan
terdapat riwayat-riwayat tentang syafa'at yang saling bertentangan, dan kita buakanlah orang
yang bisa membatasi dan mentahkik makna dari syafa'at itu sendiri.
Kemudian Allah SWT, menyifatkan diriNya pada ayat ini dengan tauhid rububiyyah,
tauhid uluhiyyah, yang bisa menghidupkan, dan yang bisa mematikan Allah berfirman :
( ) dan yang di maksud dengan penguasa langit dan
bumi adalah yang memberi kewenangan kepada manusia untuk mempergunakan dan
mengatur alam semesta seluruhnya, dan memeng sudah ma'ruf di dalam manusia bahwasanya
langit adalah temat yang tertinggi dari bumi yang merupakan tempat yang di diami oleh
manusia di dalamnya, dan penguasa dan yang mengatur di dalam keduanya adalah Allah
SWT yang merupakan tuhan sekalian alam dan Dialah yang satu. dan sekiaranya terdapat
selainnya yang juga ikut untuk mengatur alam ini maka rusaklah segala bentuk aturan secara
keseluruhan, akan tetapi apabila aturan itu satu yang terdapat untuk mengatur makhluk di
alam ini dan tidak saling bertentangan maka ini merupakan sebuah bukti akan ke Esaan
sumbernya dan yang mengaturnya. dan apabila Tuhan bagi segala makhluk itu satu maka
2
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
3/25
wajiblah untuk Dia kita jadikan sebagai yang berhak di sembah semata dan tiada tuhan
selainNya.
Rumusan Makalah
Dakwah Islam dan risalah nabi Muhammad SAW
Makna dari pada mengikuti rasul
Terjemahan Al-Qur'an
Pokok Pembahasan Masalah
Tafsir Al-Mannar Surat Al-Araf Ayat 158
Pemahaman tentang Tafsir Al-Mannar
Pemahaman tentang Surat Al-Araf Ayat 158
Komentar dan perbandingan tentang Tafsir Al-Mannar Surat Al-Araf Ayat 158
3
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
4/25
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pembahasan
Sebagai mana bunyi ayat 158 dari surat Al-a'raf :
{
}
Artinya :
Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia ! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi
kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak di
sembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk."
Di dalam ayat ini terdapat beberapa permasalahan di antaranya :
1. Makna dari pada mengikuti rasul, pokok pembahasannya dan komitmen
terhadapnya.
Firman Allah SWT di sini { } lebih umum dari pada firman Allah SWT
sebelumnya { } yang hanya menjelaskan untuk mengikuti al-Qur'ansemata, adapun ayat ini meliputi kita dalam mengikuti tindak tanduk yang di lakukan oleh
nabi Muhammad SAW, baik di dalam apa yang di syari'atkan olehNya di dalam hukum-
hukum yang di sampaikan melalui perkataan karena Allah SWT telah memberikan kapasitas
kepadanya untuk melakukan hal tersebut, dan mengikutinya di dalam ijtihadnya dalam
memahami al-qur'an apabila hal tersebut adalah syari'at, seperti pengharaman berjima' antara
anak perempuan dengan pamannya baik dari pihak ayah atau pihak ibu, seperti pengharaman
untuk mengumpulkan dua orang anak perempuan sekandung yang di nikahi oleh seorangsuami kecuali istri yang yang pertamanya sudah meninggal maka dia boleh untuk menikahi
saudara kandung dari istrinya tersebut.
Dan tidak masuk di dalamnya untuk mengikuti perkara-perkara yang berbentuk adat
istiadat, seperti ada sebuah hadist yang berbunyi ; ) yang
artinya: makanlah minyak (zaitun) dan minyakilah dengannya karena sesungguhnya itu
merupakan obat yang mulia, yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu majah, dari Abi Hurairah
dan Hakim dan di menshahihkannya dan di riwayatkan oleh selain keduanya dengan lafazh
4
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
5/25
yang berbeda-beda dan dengan sanad yang lemah. Begitu pula hadist: ( artinya
buah kurma yang kering dengan kurma yang basah,yang diriwayatkan oleh nasa'i, ibnu
Majah, hakim dari 'aisyah dan menshahihkannya.
Maka sungguh hal yang tercantum di dalam hadist di atas merupakan adat istiadat
yang tidak ada hubungan dengan syari'at, berbeda dengan hadist: (
))yang artinya makanlah daging kurban pada hari raya idul adha dan simpanlah, di
riwayatkan oleh Ahmad, Hakim, dari Abi Sa'id dan qatadah bin nu'man dengan sanadnya
yang shahih. Maka pada hari idul adha ada yang namanya penyembelihan atau kurban,
memakan dari pada hal tersebut adalah sunnah, perintah kepada orang yang melakukan
penyembelihan adalah sunnah dan menyimpannya adalah boleh-boleh saja, kalu bukan
karena perintah maka akan terlintas di pikirin akan pengharamannya atau kemakruhannyakarena hubungannya hari idul adha dengan hari kemenangan bagi umat islam maka itu ibarat
jamuan yang di berikan oleh Allah SWT kepada umat muslim pada hari kemenangannya.
Adapun syari'at baik itu berupa iibadah yang di perintahkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, atau berupa kerusakan di dalam agama yang dilarang kita untuk
membuatnya seperti meminta pertolongan kepada selain Allah SWTyang tidak satu sebabpun
hal tersebut di bolehkan kepada manusia, dan sepeti memakan sembelihan yang di sembelih
dengan nama selain Allah SWT, padahal Allah SWT telah mensyari'atkan untuk
menyembelih dengan namaNya, atau yang terdapat hak-hak seseorang yang harus kita
tunaikan seperti mawaris., nafakah, ataupun menepati janji yang telah kita sepakati.Dan
dengan masuknya hukum yang sangat dianjurkan ( ( dan hukum di makruhkan (
) di dalam syari'at yang meluas hukum-hukum tersebut kedalam perkara-perkara adat
istiadat seperti yang di jelaskan sebagai berikut.
Bukan dari pada syari'at apa yang di wajibkan untuk mengerjakannya dan laramgan
untuk meninggalkannya apa yang tidak berhubungan dengan hak-hak Allah SWT dan
berhububgab dengan makhlukNya. Tidak akan mendatangkan kemaslahatan maupun
kemudharatan seperti adat istiadat pertanian, keilmuan,kesenian, yang di bangun atas dasar
percobaan dan pencarian. Karena rasulullah SAW bersabda di dalam hadist yang ma'ruf di
dalam shahih Muslim (( )) artinya kalian lebih mengetahui perkara dunia
kalian. Untuk itu hal seperti pertanian dan lain sebagainya itu tidak berhubungan dengan
syari'at khususnya karena itu merupakan suatu tuntutan di dalam penegtahuan manusia dan
percobaan mereka.
5
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
6/25
Sebagian dari pada sahabat banyak yang mengkaji ulang terhadap apa yang datang
dari nabi Muhammad SAW, apakah hal itu dari pendapatNya semata dan IjtihadNya ataupun
perintah dari Allah SWT, dan apabila sesuatu yang bukan syari'at sepeti soal tentang tempat
yang dipilih oleh rasulullah SAW untuk melakukan perang badar, Habbab bin Munzir ra.
menanyakan kepada nabi pakah ini perintah dari Allah SWT yang mewajibkan kami untuk
tidak mengawalinya ataupun mengakhirkannya ? ataupun ini hanyalah sebuah pendapat di
dalam strategi perang dan tipu muslihat didalam perang? maka nabi Muhammad SAW
menjawab bahwa ini hanyalah sebuah pendapatku di dalam strategi perang dan tipu muslihat
dalam perang maka para sahabat mengusulkan tempat yang lain yaitu badar maka nabi
menyetujui.
dan apabila terdapat kesamaan kepada setiap sahabt dalam beberpa permasalahn makamereka mengubahnya untuk menghindari persamaan yang lebih banyak dari itu, dan nabi
sendiri menjelaskan kepada mereka yang Haqq yang terdapat terdapat kesamaan pada
mereka, mak siapa yang akn menjelaskan hal tersebut sesudahNya ? kalau tidak manusia
mengambil ijtihad para ulama dari pada sesudahNya dalam hal agama maka mereka akan di
perintahkan kepada hal-hal yang hina. akan tetapi pengambilan apa yang terkandung dalam
agama yang merupakan banyak dari pada pembebanan yang mengakibatkan umat islam jatuh
dalam dosa yang besar karena lemahnya dalam mengikuti Rasulullah dan meninggalkannash-nash syar'i . Adapun sebagian yang taqlid kepada fikih dan sangat komitmen di dalam
menerapkan ijtihad yang di utarakan oleh para fukaha mereka tidak menyadari akibat buruk
dari hal tersebut karena mereka merasa merekalah yang paing benar.
Contoh yang paling syadid di antara mereka adalah mengecat uban dengan warna
hitam, ini adalah hal yang biasa terjadi dan berhubungan dengan kehiasan yang di bolehkan
krn di dalamnya tidak terdapat hak-hak Allah SWT dan tidak pula terdapat hak-hak manusia,
kecuali pada beberapa hal seperti berpakaian baik mengerjakannya atau meninggalkannyamenjadikannya seperti orang-orang kafir ,dan apabila di kerjakan oleh sebagian kaum
muslimin maka itu akan membuat muslimin tasyabbuh terhadap orang-orang kafir dan ini
akan mengakibatkan kemudharatan dalam agama dan hal ini tidak akan terjadi kecuali
dengan lemahnya persatuan umat islam. Untuk itu di dalam mengecat uban dengan warna
hitam terdapat banyak perbedaan pendapat baik diantara para sahabat maupun para ulama
mutaqaddimin dan mutaakhirin yang di sebabkan oleh banyaknya atsr-atsar yang saling
bertentangan di dalam memahaminya di antaranya apa yang terdapat di dalam hadist shahih
6
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
7/25
((
: ))
artinya:
Bahwa Abu qahafah anak abu bakar as-shiddiq ra. datang kepada rasulullah pada hari
penaklukkan mekkah rambutnya dan jenggotnya berwarna putih maka nabi Muhammad
SAW bersabda Robahlah warna tersebut dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam.
Imam syafi'i mengatakan bahwa hadist ini mengaharamkan untuk mengecatnya
dengan warna hitam, besama dengan itu bahwa pada hakikatnya sekarang ini merupakan hal
yang biasa maka ini tidak tergolong kedalam perkara antara haram dan halal, dengan terdapat
juga hadist yang menyatakan muthlak untuk mengecat uban sebagaimana rasulullah SAW
besabda: (( )) bahwa yahudi dan nasrani tidak mengecatnyamaka bedakanlah dengan mereka, riwayat Bukhari, Muslim, dan keempat sunan. dan sabda
rasulullah SAW ( )
bahwa sebaik-baik warna kamu merobah ubanmu adalah dengan inai dan kuning. Untuk itu
diriwayatkan dari abu bakar ra bahwasanya abu bakar menecat ubannya dengan mencampur
antara inai dengan warna kuning. Sebagian ulama menyebutkan hal itu di karenakan nabi
menyuruh untuk menjauhi warna hitam di karenakan memposisikan sesuatu bukan pada
tempatnya. Al-qadhi mengatakan bahwa berbeda pendapat antara para salaf dari padasahabat dan tabi'in di dalam hal tersebut ada yang mengatakan tidak mengecat lebih utama
karena juga terdapat hadits dari rasulullah atas larangan untuk merubah warna uban karena
rasul sendiri tidak merubahnya, yang diriwayatkan oleh Umar, Ali, Ubai dan selain dari
mereka.
Akan tetapi yang lainnya mengatakn mengecat lebih utama sebagaimana hadist yang
yang terdapat dalam shahih Muslim. Kemudian At-tabari mengatakan bahwa bahwa
keduanya benar karena terdapat riwayat dari nabi SAW ,akan tetapi perintah untukmerubahnya bagi siapa yang menyerupai seperti uban Quhafah dan larangan bagi siapa saja
yang hanya ingin mencampur kedua warna tersebut yaitu antara inai dengan warna kuning.
Rasyid ridha mengatakan adapun apa yang dikatakan oleh Al-Qadhi bahwa rasulullah
tidak merubah warna ubannya adalah salah, karena telah terdapat di dalam kitab-kitab shahih
bahwa hal tersebut nabi pernah melakukannya. Pada asalnya segala perbuatan nabi
Muhammad SAW tidak semata menunjukkan wajib dan tidak pulah sunah menurut syar'i,
akan tetapi hanya menunjukkan kepada pembolehan untuk melakukannya karena nai tidak
7
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
8/25
pernah melakukan sesuatu yang haram dilakukan,dan tidak melakukannya karena adat dari
pada manusia itu sendiri lebih utama dengan tidak menunjukkan kepada pengaharaman dan
tidak pula makruh dalam agama.dan sungguh sebagian dari pada ibadah nabi tidak
dimasukkan kedalam syari'at seperti tempat nabi ketika berwukuf di arafah dan tempat nabi
bermabit di muzdalifah, hal itu supaya manusia tidak mengira bahwa hal tersebut adalah
bagian dari agama, seolah-olah sudah di syari'atkan ke pada umat padahal hal demikian
tersebut tidak di izinkan oleh Allah SWT.
Pada waktu mengikuti rasulullah SAW, di dalam adat kebiasaanNya itulah hanyalah
bentuk kecintaan kepadaNya dan kenang-kenangan terhadap kehidupannya yang mulia, tanpa
beri'tiqad bahwa hal tersebut merupakan bagian dari agama ataupun berprasangka demikian
karena akan membawa kepada kemudharatan tidak boleh mengekpos hal tersebut sebagaisyari'at. Adapun mengikuti hal yang demikian ini merupakan kesempurnaan dari iman
seseorang yaitu dengan melakukan hal tersebut sebagai bentuk kecintaan terhadap rasulullah
SAW. Dan ada di antara sahabat yaitu Ibnu Umar ra, yang selalu mengikuti tindak-tanduk
apa yang dilakukan oleh nabi Muahmmad SAW, karena keseringan beliau dalam menemani
rasulullah dalam melakukan perjalanan tidak terkecuali pada saat haji wada'. Akan tetapi
banyak di antara para sahabat yang tidak melakukan hal tersebut. Karena melebih-lebihkan
sesuatu seperti menganggab sesuatu tersebut tidak sempurna padahal Allah SWT berfirman {: }
2. Wajib menyampaikan dakwah Islam dan risalah nabi Muhammad SAW kepada
seluruh manusia.
Adapun apa-apa yang masuk di dalam hukum risalah rasul Muahmmad SAW
terhadap manusia secara menyeluruh ialah bahwasanya Allah ta'ala tidak menerima iman
seseorang yang sampai kepadanya dakwah yang haqq kecuali dengan beriman kepada
rasulNya dan mengikutiNya, dan sungguh hal tersebut merupakan kewajiban bagi umat
muahammad SAW.karena mereka telah di beri petunjuk dengan datangnya iman dan islam.
Mak sepantasnyalahuntuk menyampaikan dakwah tersebut kepada seluruh umat manusia.
Dan wajib bagi setiap insan untuk secara berjamaah untuk menyampaikan riasalah tersebut
baik menyeru kepada asal daripada iman secara universal atau garis besar hal ini merupakan
permulaan dari pada dakwah.ataupun kedalam syari'at-syari'at secara terperinci yaitu di
dalam melaksanakan setiap perintah Allah dan meninggalkan setiap laranganNya.dan hal ini
tercakup di dalam firman Allah SWT:
8
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
9/25
{ : }
artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung. telah kita pahami bersama bahwa ayat ini
mengandung perintah kepada manusia yang sudah sampai hidayah RabbNya kepadanya
untuk menyampaikan kepada selainnya dari manusia sekalian alam.
Akan tetapi penyampaian dakwah nabi tersebut berubah-ubah sesuai dengan
berubahnya waktu, tempat, penduduk, dan kaum. Adapun musyrik arab pada awal mulanya
pengutusan nabi sebagai rasul mereka beriman kepada Allah SWT, akan tetapi mereka juga
ikut menyembah kepada selainNya baik itu dari Jin, Malaikat, dan patung-patung, yang
mereka anggap bahwa hal tersebut akan membawa syafa'at kepada mereka, dan akan
mendatangkan kebaikan dan menghilangkan keburukan kepada mereka.
Dan mereka mengingkari yang namanya kebangkitan dan kehidupan setelah
kehidupan ini di dunia dan mengingkari kenabiaan dan wahyu yang di berikan kepada
sebagian daripada manusia. Untuk itu nabi Muhammad SAW menyeru pertama mereka
pertama sekali ialah kepada tauhid yang merupakan pintu kedalamnya karena dia merupkan
rukun yang paling agung kemudian memberitahukan kepada mereka tentang TauhidUluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan sendiriNya di dalam beribadah, dan atas hakikat
kenabiaan, kebangkitan, balasan atas setiap perbuatan yang mereka kerjakan, dan
menghilangkan syubhat-syubhat seperti yang di utarakan di dalam surat Al-an'am di dalam
al-qur'an. Kemudian menyeru mereka kepada asas-asas syari'at dan kaidah-kaidahnya secara
keseluruhan baik didalam adab, keutamaan-keutamaan, halal, haram. Kemudian kepada
pensucian, shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.
Adapun ahli kitab yaitu yahudi dan nasrani mereka berimankepada Allah, wahyu,rasul, kebangkitan, dan balasan. akan tetapi kebanyakan dari mereka menyembah berhala-
berhala yang dulu tidak terkecuali orang-orang nasrani yang berakidah dengan trinitas yang
ma'ruf dikalangan orang-orang mesir terdahulu. Orang-orang yahudi beranggapan bahwa
kenabiaan hanya terkhusus pada bani israil saja tidak mungkin Allah mengutus rasul dari
selainnya. Adapun taurat telah telah hilang ketika perang oarang-orang babilonia terhadap
mereka, kemudian mereka menulis kembali yang banyak diambil dari kisah para nabi
diantaranya nabi musa dan harun untuk itu banyak terdapat penyimpanagn di dalamnya.Kemudian Injil yang datang dari pada nabi Isa as,telah di perbanyak dengan cara merobahnya
9
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
10/25
di beberapa sehingga muncul injil sekitar 70 injil yang di pilih oleh raja di konstatinopel
menjadi empat yang kemudian juga banyak terdapat pertantangan antara satu dengan yang
lainnya juga di dalam injil-injil tersebut.
Adapun pada masa sekarang sudah banyak terdapat orang-oarang atheis yang tidak
beragama maka orang -orang kafir telah di perbaharui dengan adanya pemahaman ini
sehingga melahirkan syubhat-syubhat baru yang belum ada pada masa oarang-orang
terdahulu. Hingga kita harus pandai menyikapi hal-hal ersebut karena sangat besar besar
pengarunya baik di dalam moral akhlak manusia yang sudah di putar balikkan antara yang
haq menjadi batil dan yang batil menjadi yang haq. Untuk itu kita harus memiliki pondasi
dasar dalam berdakwah diantara perangkat harus dimiliki adalah sebelas ilmu yang harus di
kuasai diantaranya :
a) Politik
Bagi setiap orang harus memiliki banyak jalan atau startegi untuk bisa mencapai
sesuatu yang di tujukan kepadanya untuk itulah di perlukan suatu sikap di mana seorang
muslim tidak hilang akal apabila dia di dalam berbagai hal, karena itu politik ini harus ada
pada setiap muslim, di mana politik disini tidak diartikan dari segi kejahatan melainkan suatu
cara untuk bisa melumpuhkan ataupun menaklukkan lawan.
b) Bahasa arab yang merupakan bahasa pemersatu bagi umat islam.
Adapun yang masuk didalam mengikuti nabi Muhammad SAW adalah mempelajari
bahasaNya, yang juga merupakan bahsa kitab Ilahi rabbi yang diwahyukan Allah kepada nabi
Muhammad SAW, dan ini perintah kepada semua yang mengikuti rasul untuk beribadah
kepadNya dengan mempelajari bahasa arab, begitulah yang dilakukan oleh pemimpin-
pemimpin Al-Fatih terdahulu pada masa-masa keemasan islam, sampai orang-orang asing
membantai orang-orang islam dengan menyalibkan mereka semua sehingga pengetahuantentang bahasa arab melemah pada saat itu hingga bangsa turki mengaharamkannya pada
masa sekarang ini, bukan lain tujuan mereka hanyalah untuk memutuskan hubungan bngsa
turki dengan agama Al-Qur'an yaiutu agama islam.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Imam syafi'i yang mengatakan bahwa wajib bagi
setiap muslim untuk belajar bahasa arab tercantum di dalam risalah ushul fikihnya, hal itu di
sebabkan karena al-Qur'an diturunkan dengan bahasa arab, tidak terdapat di dalamnya kecuali
bahsa tersebut. Kemudianapbila ada pertanyaan apa hujjah yang bahwa Al-Qur'an diturunkan
10
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
11/25
semata-mata dengan menggunakan bahasa arab? Maka hujjahnya terdapat di dalam Firman
Allah SWT :
{ { ...:
yang artinya Tidaklah kami mengutus setiap rasul kecuali dengan mbahasa kaumnya
untuk menjelaskan kepada mereka .
Apabila ada orang yang menanyakan bukankah nabi sebelum Muhammad diturunkan
kepada kaum-kaum tertentu, dan Muhammad SAW diturunkan kepada manusia secara
keseluruhan? ada yang mengatakan : maka sungguh ini sangat aneh karena nabi di utus
dengan bahasa kaumnya yang khusus yaitu bahasa arab, maka seluruh manusia harus
mempelajari bahasa arab, ataupun bagi siapa saja yang mampu terhadap itu ? ada yangmengatakan : adakah dalil yang menyatakan bahwa nabi di utus dengan bahsa kaumnya tanpa
dengan bahasa asing lainnya?
Imam Syafi'i menjawab hal tersebut yaitu adapun bukti dari itu adalah penjelasan dari
pada kitab Allah SWT, pada selain tempatnya, apabila terdapat bahasa yang berbagai macam
ragamnya maka sungguh sebagian mereka tidak akan memahaminya dari yang lainnya maka
maka yang sebagian harus mengikuti sebagian yang lain, akan terdapat kelebihan bagi orang
yang di ikuti dari pada yang mengikuti, dan mengutamakan bahsa yang lain daripada bahasa
nabi Muhammad SAW tidak di bolehkan.
Untuk itu kesimpulannya dari ini semua bahwa pembangunan agama islam ini
berhubungan erat dengan bahsa kitabNya yang telah di turunkan dan sunnah rasul SAW
sebagai utusan baik itu di dalam memberikan petunjuk kerohanian, ikatan sosial, dan
pemerintahan sipil yang adil. Adapun umat muslim dari masa kemasa tidak begitu
memerlukan kepada persatuan yang di wajibkan atas mereka yaitu hubungan mereka dengan
bahsa arab tersebut yang merupakan bahasa al-qur'an pada masa sekarang, yang telah terjadi
perpecahan di dalamnya dengan adanya penjajah yang serakah terhadap kaum muslimin.
Maka betul sabda rasulullah SAW yang berbunyi :
{ }
yang artinya sangat dikhawatirkan suatu saat kalian akan di hancurkan oleh umat-umat
seperti sebuah hidangan yang di kerumuni oleh mereka
3. Pembahasan tentang terjemahan al-qur'an
11
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
12/25
Sebagian orang-orang bodoh terhadap hakikat dari pada Islam baik dari segi agama,
sosial-politik mengatakan bahwa tidak mungkin pembangunan islam bisa di capai kecuali
salah satu faktor diantaranya adalah dengan bahasa arab, untuk itu kenapa tidak
diperbolehkan kepada umat islam sesuatu yang di perbolehkan kepada umat nasrani, seperti
penerjemahan kitab mereka kedalam bahasa yang beraneka ragam ?
Jawaban dari pertnayaan tersebut adalah terdapat beberapa hujjah yaitu :
1) Permasalahn ini adalah permasalahn ittiba' bukanlah sekedar permasalahan pendapat
saja, dan kita telah mengetahui bahwa ulama-ulama terdahulu telah bersepakat
terhadap apa yang telah kita sebutkan di atas.
2) Kita sebagai umat Muslim tidak mengakui bahwa kaum nasrani adalah dari golonganAl-Masih AS, dan tidak benar kita menyamakan fikrah kita dengan keumuman agama
yang lain.
3) Adapun penerjemahan al-qur'an kepada manusia yaitu terjemahan yang sesuai dengan
makna yang terkandung didalamnya maka itu di bolehkan.
4) Apabila penerjemahan tersebut tidak terlepas dari pemahaman asas-asas agama,
bagian-bagiannya, dan penyari'atannya. Maka apabila tidak terlepas dari pembahasandari pada pembicaraan baik itu dari segi haram dan batasan-batasannya, dan berdiam
diri diatas tuntutan bahasa yang satu dalam keadaan darurat yang mengetahui hal
tersebut hanyalah sebagian kecil orang dari golongan para da'i saja, untuk itu kita
bersepakat dengan mereka.
a) Pertumbuhan pemikiran dalam penerjemahan al-qur'an dan sebab-sebabnya
Semua itu akaibat melemaahnya kekhalifahan Qirsyiah karena kebodohan para
pemimpin yang menjabat pada saat itu dan di sebabkan krena kefasikan mereka sehinggaumat islam saling berpecah belah, sehingga mereka berinisiatif untuk menerjemahkan buku-
buku agama, dan pembelajaran bahas arab. Sehingga mereka merasakan bahwa akan
perlunya penerjemahan al-qur'an kedalam bahsa mereka untuk bisa memahaminya secra
menyeluruh , kemudian mereka berkeinginan untuk menerjemahkan kedalam berbagai bahsa
lainnya dengan alasan untuk mendakwahkan islam dengan penerjemahan tersebut. Kemudian
bangsa yang pertama sekali yang melakukan hal ini adalah bangsa Turki di mana setelah
runtuhnya kerajaan Turki Usmani mereka merencanakan supaya Islam bisa terkikis habis ditempat tersebut maka mereka membuat penerjemahan mula-mulanya bertujuan untuk
12
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
13/25
melebihkan bahasa mereka dari pada bahsa arab, hingga pada akhirnya mereka merubah
segala bentuk yang berbau arab kedalam bahasa mereka hingga al-qur'an sekalipun yang
sudah di patenkan oleh Allah dengan bahsa arab mereka mengingikan supaya mereka bisa
merubahnya kedalam bahsa mereka, sehingga mereka bisa menyainggi bangsa arab.
b) Fatwa al-manar di dalam menanggapi permasalahan terjemahan al-qur'an
(Fatwa Rasyid ridha) : di dalam penerjemahan al-Qur'an, beliau mengatakan bahwa
hal ini merupakan hal yang sangat penting di kalangan para muslimin. Banyak diantara
penerjemahan tersebut yang tidak bisa menyampaikan maksud yang terkandung di dalamnya
secara sempurna, karena di sebabkan oleh beberapa fakto diantaranya ;
1. Penerjemahan tidak bisa menyampaikan sesuatu yang di sampaikan Al-Qur'an didalam bentuk balaghah.
2. Banyak terdapat kata-kata di dalam bahasa arab yang tidak ada persamaan makna
didalam bahasa terjemahan.
3. Bahwa di dalam kitab al-qur'an terdapat di dalamnya isyarat-isyarat dan hukum-
hukum yang di bangun dengan jalan perhitungan , apabila di lakukan penerjemahan
maka hal tersebut tidak bisa di capai seratus persen.
Adapun bangsa Turki mereka mewajibkan yang namanya penerjemahan al-qur'an
kedalam bahasa-bahasa yang lain. Karena hal tersebut bisa menghindarkan mereka dari
ketidak pahaman akan al-qur'an secara menyeluruh. Apa pendapat Rasyid ridha dalam hal
tersebut?
(Jawaban Al-manar) bahwa sebagian kecil dari muslimin di dalam menyampaikan
dakwah kepada islam agar tidak menerjemakan ayat-ayat al-qur'an tersebut, walaupun
sebagian dari padanya karena hal itu akan membuat umat muslim berpecah belah, karena Al-
qur'an adalah mukjizat rasulullah SAW yang terkenal dengan uslubnya, balaghahnya. maka
cukuplah bagi setiap kaum dalam menerjamahkannya adalah sesuai dengan pemahaman
penerjemah saja. Secara garis besar perkataan Rasyid ridha terbagi kedalam beberapa poin
diantaranya :
1. Bahwa terjemahan Al-Qur'an yang sesuai dengan penerjemahannya secara harfiah
maka itu di bolehkan sebagaimana yang kita ketahui daripada penerjemahan maknawiyaitu pemahaman penerjemah terhadap Al-Qur'an.
13
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
14/25
2. Bahwa Al-qur'an adalah asas dari agama sedangakan hadist adalah penjelasan dari
pada Al-qur'an, maka bagi orang-orang yang menerjemahkan Al-Qur'an kemudian
memposisikannya sebagai asas agama terjemahan tersebut maka tidak di perbolehkan.
3. Bahwa Al-qur'an sangat melarang yang namanya taqlid buta dan juga sangat
membenci para pentaqlid, untuk itu apabila di dalam penerjemahan Al-qur'an terdapat
pentaqlidan terhadap penerjemah tertentu dan keluar dari petunjuk Al-Qur'an itu
sendiri maka itu tidak dibolehkan untuk mengikutinya.
4. Dalam menerjemahkan ayat pada surah pada juz ke 12 ayat ke 108 penerjemah harus
bisa menerjemahkan ayat tersebut dengan pemehaman dan nalar semata tanpa atsar
pendudkung dari Rasulullah SAW.
5. Seperti pelarangan terhadap sifat-sifat seperti berijtihad, beristinbat bagi penerjemah,
karena hal tersebut terdapat perkataa yang tidak di ucapkan oleh orang-orang muslim.
6. Bahwa pemahaman terhadap makna dar Al-qur'an maka di anggap berpahala dengan
perbuatannya tersebut walaupun salah dalam menentukan makna tersebut terlepas
dari ketidak sengajaan maka itu pula mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT.
7. Bahwa Al-Qur'an merupakan Hidayah bagi manusia untuk itu dengan adanyaterjemahan Al-qaur'an bukan berarti kita bisa memposisikan terjemahan tersebut
sama dengan yang aslinya maka sungguh hal itu sesekali tidak bisa dilakukan
8. Imam ghazali mengatakan bahwa tidak di bolehkan menerjemahkan ayat-ayat yang
bersifat ilahiyyah, karena apabila salah di dalam hal tersebut akan terjerumus kedalam
kekafiran seperti penerjemahan ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya Allah sendiri
yang tau kan makna sebenarnya.
9. Imam ghazali menyebutkan bahwa penerjemah tidak boleh mengikuti sistem
penerjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Turki, baik dari segi memaknai
sebuah lafazh tidak boleh menyamai dengan penerjemahan Turki karena
penerjemahan mereka di bangun bukan atas dasar Al-Qur'an.
10. Adapun lafazh-lafazh yang berhubungan dengan Persia-Turki maka ikutilah akan
tetapi apabila berhubungan dengan adat mereka maka tinggalkanlah.
14
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
15/25
11. Adapun di dalam al-qur'an terdapat makna musytarak yaitu satu kata banyak
mengandung makna, dan hal ini tidak terdapat pada bahasa yang lain, maka para
penerjemah harus memilih selain yang berhubungan dengan Allah dari makna
musytarak tersebut, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu apapun.
12. Didalam Al-Qur'an terdapat dalil-dalil Qath'i yang harus di ta'wilkan sampai sepakat
akan maksud yang terkandung di dalam makna, tidak bisa di pungkira bahwa antara
ta'wil lafazh al-qur'an dengan ta'wil lafazh taerjemahan tidaklah sama.
13. Bahwa Uslub Al-Qur'an mempunyai pengaruh tertententu bagi pendengarnya dan itu
tidak bisa di capai dengan cara penerjemahan
14. Bahwa penerjemahan kita haruslah berbeda dari ada penerjemahan yang dilakukanoleh orang-orang Turki, Persia, India, dan Cina agar kita bisa membedakan
terjemahan yang memang benar dan terhindar dari kesalahan.
15. Bahwa Al-Qur'an merupakan Ayat-ayat Allah yang akan di lindungi oleh perubahan
maupun pergantian terhadap apa yang di utarakan oleh oleh penerjemah yang tidak
sesuai dngan Al-Qur'an itu snediri maka al-Qur'an itu tetap terjaga sampai akhir
zaman.
c) Pendapat para ahli fikih di dalam masalah penerjemahan al-qur'an ke dalam bahasa
selain bahasa arab
Kebanyakan dari para ulama tidak membolehkan baik itu penulisan Al-Qur'an,
Pembacaanya, dan Penerjemahannya selain dengan bahasa Arab secara Muthlaq, kecuali apa
yang di utarakan oleh Abu hanifah, Beliau mengtakan boleh membaca Al-Qur'an dengan
bahasa Persia, di dalam Shalat. Di antara hujjah beliau adalah : apa yang diriwayatkan oleh
Abu Hanifah di dalam Al-Hidayah : Pembolehan pembacaan Al-Qur'an dengan bahasa Persiadi dalam shalat secara Muthlaq, dan dari dua orang sahabat beliau mengatakan : apabila tidak
bagus dalam berbahasa arab, adapun apabila bagus maka tidak di perbolehkan, dan apabila
membacanya selian dari bahasa arab maka rusaklah Shalatnya.
Di riwayatkan dari Abu Bakar Ar-razi : kembali sebagaimana yang di katakan oleh
imam az-zahidi di dalam Al-Jami' As-Shaghir : bahwa apa yang di terangkan oleh imam abu
hanifah dan kedua sahabatnya bahwa membaca Al-Qur'an dengan bahsa persia akan merusak
shalat bagi siapa yang mempunyai kemampuan di dalam bahasa arab, adapun bagi orang-
15
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
16/25
orang yang lemah tidak batal, apabila dia membacanya dengan bahasa persia setiap lafazh
terdapat maknanya tanpa menambah sedikitpun, adapun apabila dia membaca atas dasar
penafsiran maka ijma' para ulama rusaklah shalatnya.
Adapun Imam Syafi'i tidak membolehkan pembacaan Al-Qur'an dengan bahasa Persia
di dalam Shalat secara Muthlaq, baik bahasa arabnya bagus maupun tidak, sebagaimana yang
diutarakan oleh Ibnu hajar Al-haitami yang merupakan ulama dari mazhab syafi'i yaitu
mengaharamkan pembacaan Al-qaur'an dengan bahasa persia sebagaimana para sahabat
mengaharamkannya.
Mazhab hambali berpendapat bahwa Shalat akan apabila di lakasanakan dengan
bahasa Persia baik itu bagi orang yang lemah ataupun yang lainnya, dan melarang pembacaan
Al-Qur'an dan menulisnya dengan selain bahasa arab secara Muthlaq.
Sedangkan mazhab Maliki mengatakan bahwa tidak boleh membaca Al-Qur'an dan
menulisnya dengan selain bahasa Arab, untuk itu wajib mempelajari al-fatihah bagi yang
tidak bagus bacaannya di dalam shalatnya sebisa mungkin kalau tidak mengikuti orang yang
membaguskannya.
d) Syubhat-syubhat yang timbul dari pembolehan terjamahan al-qur'an pada masa
sekarang ini.
Para pengamat ilmu dan agama merka itu mengkhawatirkan sebahagian orang yang
membolehkan terjemah al-quran ,mereka itu mendatangkan syubhat-shubhat yang logis
menurut mereka. Di antara syubhat mereka adalah:
(Syubhat pertama): pendapat sebahagian mazhab hanafiyah mereka membolehkan
membaca al-quran dalam shalat dengan bahasa persia bagi orang yang tidak mampu
berbahasa arab(sama sekali).mereka berdalil dalam surat as-syuara:196 ( )-dan sungguh (al-quran) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu.begitu juga
pendapat zamakhsyari dalam tafsirnya Al-khasyaf.
Komentar kami: pada penolakan shubhat ini antara lain :
1. Azzamakhsyari tidak memahami ayat ini sepenuhnya,dan ayat ini kami nukilkan
dengan shigaht dan .
2. sebab lemah pendapat ini bahwa menafsirkan makna-makna al-quran itu batil secaradhahir,tidak munkin imam abu hanifah menginginkan demikian,karena taurat di
16
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
17/25
turunkan dalam bahasa ibrani ,jikalau benar demikian maka orang yahudi akaan
mengatakan nabi muhammad tidak mendapatkan kitab baru melain kan terjemahan
sebagian dari taurat.
3. bahwa ada kesamaan sebagian al-Quran dengan taurat pada kisah Nabi Musa dalam
surat as-syuara ,jikalau demikian mereka yang membaaca kisah nabi musa dalam
surat As-syuara akan mengatakan :saya membaca taurat yang diterjemahkan dalam
bahasa arab,maka ini sungguh tidak benar ,oleh karena itu tidak boleh
menterjemahkan al-Quran semuanya .
4. telah sepakat ulama salaf dan khalaf(ulama tafsir) bahwa al-Quran adalah pelengkap
dari kitab-kitab sebelumnyam,karena nabi SAW sebagaimana firman Allah (
.) yang(namanya) itu di tulis dalam taurat dan injil.
5. bahwa memang ada makna-makna al-Quran dalam kitab-kitab sebelum nya ,itu
bermakna, pertama: ada secara umum yakni pada ushuluddin,ibadah kepada-Nya,dan
iman dengan hari kiamat,kedua: bermakna khusus seperti kisah musa yang telah di
sebutkan sebelum nya.
Dengan demikian penjelasan-penjelasan apakah benar ayat ini menunjukkan
kebolehan terjemah al-Quran dengan bahasa persia ataupun lainnya,karena terjemahan ini
juga dinamakan al-Quran dan kalamullah,ini berbeda dengan al-Quran yang qati dan ijma
umat semenjak islam ada hingga sekarang?!.
(Syubhat kedua): pendapat beberapa ulama Azhar yang mengatakan bahwa imam
syafie berpendapat dalam kitab nya Al-um bahwa bole bagi orang ajami(selain orang arab)
membaca al-Quran terjemahan dalan shalat dan membolehkan mendirikan jamaah yang
dimami dengan bacaan ajami baik fatihah maupun surat lain selma tidak mampu berbahasa
arab.
Komentar ksami:bahwa mereka menukilkan sebahagian ibarah nya .sesungguhnya
ibarat yang ada dalam dalm kitab al-um adalah:bagi ajami untuk membetulkan fatihah nya
dengan dialek yang benar atau dialek nya tidak mengubah makna sesuatu jika dialeknya
mengubah makna nya maka tidak di bolehkan shalat di belakang nya,dan ini disebutkan
dalam kitab nya Um ,pasal( ) maka tidak masuk padabab ini perihal terjemahan
al-quran maupun istisnai bagi ajami dalam menterjemahkan al-Quran.imam syafii jugamenyebutkan dalam kitab nya Ar-risalah dengan mewajibkan bacaan al-quran dalam shalat
17
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
18/25
dengan bahasa arab sebagaimana diturunkan oleh Allah,demikian juga zikir lainnya dalam
bahsa arab,oleh karena demikian maka wajiblah belajar bahasa arab,sampai mereka mampu
mengucapkan , membaca alquran ,dan berzikir ,seperti
takbir,tasbih,tasyahud,dll.
Kesimpulannya bahwa imam syafii dalam ibarahnnya mengatakan bagi yang tidak
bisa membaca al-quran tidak bisa menjadi alasan pada masa ini karena ada orang-orang yang
mempelajari bahasa asing(termasuk bahasa arab) ,sekali lagi bahwa terjmahan al-quran dan
membacanya tidak termasuk dalam bahasan imam syafii.
(Syubhat ketiga): bahwa dalil-dalil yang mewajibkan memahami al-quran dan
mentadabburinya dalam shalat disebutkan secara sarih ,maka tidak sempurna kecuali dengan
menterjemahkan kedalam nya karena ushuli: ( )
Komentar terhadap shubhat ini:
1. bahwa pemahaman dan pentadabburan ayat-ayat alquran itu berarti khusyuk dan
hasillah demikian dengan belajar bahasa kitab itu sendiri ,dan tidak boleh
memindahkan kitab ilahi kedalam bahasa lain,sekali lagi bahwa terjemahan al-quran
dengan terjemahan yang benar membutuhkan kepada makna-makna yang di inginkan
oleh Allah,itu tidak bisa selain kalamullah.oleh karena demikian seyogyanya bagi
orang muslim mengikuti apa-apa yang di turunkan Allah bukan mengikutkan dalam
bahasanya.
2. bahwa tidak boleh membaca tafsir surat al-fatihah dan surat pendak lainnya ganti dari
bacaan al-fatihah dengan makna-makna dan pemahaman,jikalau demikian maka tidak
boleh menterjemahkan dan menamainya dengan kalamullah,itu adalah kebohongan
,mukhalif nas-nas al-Quran dan ijma muslimin,terlebih lagi menterjemahkan seluruh
Al-quraan.
(Syubhat keempat):bulugu ad dakwah adalah sampai dakwah islam kepadanya,ini
telah terjawab dengan pendapat-pendapat kami sebelum nya ,maka sebagai tambahan :
beberapa orang ajami berangapan bahwa terjemah al-quran sember islam nya mereka ,illah
nya bahwa dengan itu dia mengetahui ushul islam dan maqashid-maqashid nya ,maka bahwa
sampainya itu semua dengan uslib-uslub yang lain yang di sebutkan secara khusus yang
terdapat dalam al-quran dan sunnah nya dengan tafsir.
18
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
19/25
Islamisasi di arab pada awal-awal itu idayah dari al-quran dan petunjuk nabi
SAW,sebagaimana firma Allah taala: ,mka tersebar nya islam
kenegri ajam dengan kecakapan(orator) sahabat yang mengarahkan mereka ,karena
khrismatik sahabat dan akhlak mulia mereka nampakkan dengan menukilkan alquran yang di
terjemahkan ,ini bukan berarti tersebar nya islam dengan terjemahan al-quran.
e) Pembolehan terjemahan Al-Qur'an
Sudah kita sebutka sebelumnya bahwasanya setiap Muslim yang benar-benar Muslim
tidak memerlukan dalil atas perkara ini karena Al-qur'an Mukjizat bagi nabi Muhammad
SAW, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Karena Al-Qur'an itu sendiri tidak dapat di robah
ssedikitpun sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-qur'an ini, mereka tidakakan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka salaing membantu satu sama
lain." Surat Al-Isra' : 88. Adapun terjemahan tidak benar apabila tidak seperti asalnya , dan
ayat ini menjelaskan akan lemahnya manusia dan jin untuk mendatangkan semisalnya
walaupun mereka saling membantu satu sama lain.
Adapun terjemahan yang di buat oleh bangsa Turki hanyalah untuk memalingkan
kaumnya dari Al-Qur'an, berbeda dengan orang-orang mu'min yaitu yang mana bertujuan
dari pada penerjemahan tersebut ialah untuk megajari kepada orang-orang awam dalam
agama yaitu yang kurang pengetahuannya asas-asas keislaman, dan adapun penerjemahan
tersebut dimulai dengan mencari makna dari kata-kata dalam al-qur'an kemudian beranjak
kepada hingga kepada ushlub-ushlub ataupun kaidah penulisan arab yang diterjemahkan
berdasarkan Qarinah ataupun keterangan yang menunjukkan apa maksud dari kaidah
tersebut. Dengan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an yang sebenarnya adalah seperti yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW, adapun terjemahan tersebut
adalah buah tangan yang tidak akan persis sama seperti aslinya , akan tetapi ini hanyalahbentuk pengajaran bagi orang yang kurang memahami akan agama Allah SWT, yaitu agama
Islam.
f) Metode dalam penerjemahan bangsa Turki.
Adapun penerjemahan yang dilakukan oleh bangsa turki adalah buah tangan dari
jamil bin Sa'id, yang mana dia tidak mengetahui dasar apapun tentang Islam apalagi dalamhal bahasa arab, untuk itu mereka menerjemahkan Al-qur'an dengan banyak terdapat
19
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
20/25
kesalahan di dalamnya karena pada hakikatnya orang-orang barat yang tidak senang terhadap
Islam yang berkembang di Turki, mereka ingin sekali untuk mengacaukannya yaitu dengan
cara membuat siasat baik kejangglan dengan penerjemahan dalam di dalam kitab suci umat
Islam sehingga umat Islam berpecah belah.
g) Penerjemahan al-qur'an oleh bangsa Turki serta Sifat-sifat yang terkandung di
dalamnya.
Pada saat itu yang pertama sekali menerjmahkan Al-qur'an ke dalam bahasa Turki
adalah Zaki Afandi magamiz seorang kristen berkebangsaan Suriah, akan tetapi banyak di
dapatkan di dalam penerjemahannya yang melenceng dari pada hakikat Al-Qur'an itu sendiri,
hingga terjemahannya di larang untuk di terbitkan karena di takutkan akan terjadi kesalah
pahaman di dalam masyarakat. Di susul setelah itu penerjemahan yang di buat oleh Jamil
Sa'id Bak cucu dari Kamal Basha, bahwa pada mulanya kami berharap supaya terjemahan ini
lebih baik dari yang sebelumnya akan tetapi malah jauh melenceng dari yang sebelumnya
bahka beliau banyak memasukkan paham-paham zionisme dan fanatismenya di dalam
penerjemahannya tersebut hingga pada akhirnya penerjemahan tersebut harus di musnahkan.
4. Komentar dan Perbandingan
Di dalam tafsir Al-Manar kita banyak bisa mengakaji sesuatu hal yang pada tafsir-
tafsir lain luput dalam peninjauannya karena Syeikh Rashid Ridha bersama dengan gurunya
Syeikh Muhammad Abduh dalam membuat tafsir Al-Manar ini bukan hanya di tinjau dari
segi penafsiran Ma'sur saja akan tetapi juga penafsiran menggunakan metode Ra'yi. Seperti
hal dalam ayat yang kita bahas yaitu ayat 158 pada surah Al-'araf kita banyak mendapatkan
pengetahuan baru, walupun dalam segi penyampaiannya kurang sistematis yang menuntut
kita untuk benar-benar fokus dalam mengkaji ulang hal-hal tersebut tanpa harus Taqlid
dengan pa yang sudah ada, karena di dalam tujuan utama pembuatan tafsir Al-manar iniadalah untuk membersihklan manusia dari segala bentuk bid'ah-bid'ah yang beredar di
kalangan masyarakat muslim, dan mengkonter pemahaman Barat untuk masuk dalam Islam.
Adapun juga terdapat beberapa perbandingan seperti yang tercantum dalam tafsir
Fakhr Ar-Razi beliau mengatakan bahwa makna ittiba' rasul bukan berarti kita harus
memilih-milih mana yang merupakan perilaku dari nabi sendiri dan mana yang merupakan
perintah dari Allah, karena hal tersebut sungguh sangat sulit untuk kita perbuat, dan beliau
membagi ittiba' kepada ke dalam segala bentuk perbuatan dan perkataan nabi itu wajib diikuti berdasarkan dalil Al-Qur'an yang berbunyi :
20
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
21/25
{ o o }
yang artinya bahwasanya rasulullah tidak pernah mengatakan segala bentuk perkara
sesuai hawa nafsu beliau saja akan tetapi hal itu semua adalah wahyu dari Allah SWT.
Kemudian di dalam tafsit At-tabari yang merupakan tafsir maudhu'i tertua yang
pernah ada di katakan bahwasanya makna dari pada terdapat beberapa perbedaan
makna diantaranya ada yang mengatakan maksundnya adalah Isa bin Maryam dan adapula
yang mengatakan Ayat-ayat Allah, setelah itu di tarjuhkan oleh Abu Ja'far bahwasanya
maknanya adalah bahwa Allah ta'ala menyuruh hambaNya untuk membenarkan akan
kenabian yang Ummi dan membenarkan ayat-ayatNya.
21
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
22/25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam tafsir Al-Manar kita banyak bisa mengakaji sesuatu hal yang pada tafsir-
tafsir lain luput dalam peninjauannya karena Syeikh Rashid Ridha bersama dengan gurunya
Syeikh Muhammad Abduh dalam membuat tafsir Al-Manar ini bukan hanya di tinjau dari
segi penafsiran Ma'sur saja akan tetapi juga penafsiran menggunakan metode Ra'yi.
Seperti hal dalam ayat yang kita bahas yaitu ayat 158 pada surah Al-'araf kita banyak
mendapatkan pengetahuan baru, walupun dalam segi penyampaiannya kurang sistematis yang
menuntut kita untuk benar-benar fokus dalam mengkaji ulang hal-hal tersebut tanpa harusTaqlid dengan pa yang sudah ada, karena di dalam tujuan utama pembuatan tafsir Al-manar
ini adalah untuk membersihklan manusia dari segala bentuk bid'ah-bid'ah yang beredar di
kalangan masyarakat muslim, dan mengkonter pemahaman Barat untuk masuk dalam Islam.
Komentar dan Perbandingan
Adapun juga terdapat beberapa perbandingan seperti yang tercantum dalam
tafsir Fakhr Ar-Razi beliau mengatakan bahwa makna ittiba' rasul bukan berarti kita harus
memilih-milih mana yang merupakan perilaku dari nabi sendiri dan mana yang merupakan
perintah dari Allah, karena hal tersebut sungguh sangat sulit untuk kita perbuat, dan beliau
membagi ittiba' kepada ke dalam segala bentuk perbuatan dan perkataan nabi itu wajib di
ikuti berdasarkan dalil Al-Qur'an yang berbunyi :
{ o o } yang artinya bahwasanya
rasulullah tidak pernah mengatakan segala bentuk perkara sesuai hawa nafsu beliau saja akan
tetapi hal itu semua adalah wahyu dari Allah SWT.
Kemudian di dalam tafsit At-tabari yang merupakan tafsir maudhu'i tertua yang
pernah ada di katakan bahwasanya makna dari pada terdapat beberapa perbedaan makna
diantaranya ada yang mengatakan maksundnya adalah Isa bin Maryam dan adapula yang
mengatakan Ayat-ayat Allah, setelah itu di tarjuhkan oleh Abu Ja'far bahwasanya maknanya
adalah bahwa Allah ta'ala menyuruh hambaNya untuk membenarkan akan kenabian yang
Ummi dan membenarkan ayat-ayatNya.
22
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
23/25
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Rumusan Makalah ........................................................................................... 2
Pokok Pembahasan Masalah ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
Pembahasan ........................................................................................................ 4
1. Makna dari pada mengikuti rasul, pokok pembahasannya
dan komitmen terhadapnya.......................................................................... 4
2. Wajib menyampaikan dakwah Islam dan risalah Nabi Muhammad
SAW kepada seluruh manusia..................................................................... 2
3. Pembahasan tentang terjemahan al-qur'an .................................................. 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................... 22
Komentar dan Perbandingan .............................................................................. 22
23ii
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
24/25
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul Komentar tentang mengikuti Rasul dalam Surat Al-Araf Ayat 158 dalamTafsir Al-Manar
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga
kepada keluarga serta sahabat sekalian . berkat kehadiran dan perjuangan beliaulah, saat ini
umat islam masih dapat mempelajari dan mengamalkan ajaran islam.
Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
"Ulumul Hadist", Bapak Dr. Tarmizi M.Jakfar, MA yang telah mengarahkan penulis dalamhal penulisan makalah ini.
Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta
pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan penyusunan karya tulis lain di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.
Banda Aceh, 2013
Penulis
24i
7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar
25/25
Makalah Ulumul Hadis
KOMENTAR TENTANG MENGIKUTI RASUL DALAM
SURAT AL-ARAF AYAT 158 DALAM TAFSIR AL-MANAR
Diajukan
O
L
E
H
Aniati
Nim : 24121402-2
PembimbingDr. Tarmizi M. Jakfar, MA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH1434 H / 2013 M