Upload
muhidin-ae
View
333
Download
57
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perawatan Tracheostomie
Citation preview
MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Oleh:
1. M. GERALDY (470112069)2. NAWANG DWI S. (470112070)3. NOVYAN ARDID S. (470112071)4. PRANSISCA AJENG D. (470112075)5. PUPUT RETNOWATI (470112077)6. RISA HENDI K. (470112086)7. TRI ARANI P. (470112094)8. UNTARI YUNITANINGTYAS (470112097)9. VIA FRANSINIA D. (470112098)10. YULIANA W. (470112104)
DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN
Jl. Imam Bonjol No. 01 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702
Tahun Akademik 2012/2013
HALAMAN JUDUL
MAKALAH
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Oleh:
1. M. GERALDY (470112069)2. NAWANG DWI S. (470112070)3. NOVYAN ARDID S. (470112071)4. PRANSISCA AJENG D. (470112075)5. PUPUT RETNOWATI (470112077)6. RISA HENDI K. (470112086)7. TRI ARANI P. (470112094)8. UNTARI YUNITANINGTYAS (470112097)9. VIA FRANSINIA D. (470112098)10. YULIANA W. (470112104)
DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN
Jl. Imam Bonjol No. 01 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Perawatan
Trakeostomi” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan harapan
dapat menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Dalam penulisan makalah ini telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak H.Muhidin,M.Kep selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Sehingga makalah ini
dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Madiun ,November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung
ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara
pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan
napas bagian atas, melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi
dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit
(keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca
trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir
trakeostomi.
Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge,
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi,
pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang
high volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih
lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang
terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh
alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas
pasca trakeostomi.
Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan
dan mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga
kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih
terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai educator dan role
mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal mengenai trakheostomi.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Trakea?
2. Apa definisi tentang trakeostomi?
3. Apa fungsi dari trakeostomi?
4. Apa Indikasi dan Kontraindikasi dilakukannya prosedur trakeostomi?
5. Apa saja Klasifikasi trakeostomi?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pemasangan
7. Bagaimana prosedur perawatan trakeostomi?
8. Apa Komplikasi yang timbul dari penggunaan trakeostomi?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi trakea
2. Mengetahui definisi trakeostomi
3. Mengetahui fungsi dari trakeostomi
4. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
5. Mengetahui klasifikasi trakheostomi
6. Mengetahui penatalaksanaan pemasangan
7. Mengetahui prosedur perawatan trakheostomi
8. Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin
kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari
kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun
ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina.
Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral
dan terbungkus dalam selubung karotis.
Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral.
Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua
hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di
bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot
supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara
dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams,
1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan
membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada
cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk
membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang
dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas
dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam
ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukan
hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu.
Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang
akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang
dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi
demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya
stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential).
Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis
prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
2.3 Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi
kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga
mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih
efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer
oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang
normal.
2.4 Indikasi dan kontraindikasi
2.4.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain:
1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,
misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
4. Apabila terdapat benda asing di subglotis
5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina
ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang
timbul melalui mekanisme serupa
6. Obstruksi laring
7. karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika,
laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses
laring
8. karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan
ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise
Nerus Rekurens
9. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,
traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.
10. Cedera parah pada wajah dan leher
11. Setelah pembedahan wajah dan leher
12. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan
sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
13. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma
kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta
selama dan sesudah operasi laring
2.4.2 Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah
yang tidak terkontrol, seperti hemofili.
2.5 Klasifikasi
2.5.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi :
1. Trakeostomi letak atas
2. Trakeostomi letak bawah
2.5.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan
menjadi:
1. trakeostomi darurat (emergency) dan segera dengan persiapan sarana
sangat kurang
2. trakeostomi berencana (elektif)(persiapan sarana cukup) dan dapat
dilakukan secara baik
2.4.3 Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi :
1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy
permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan
pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka
sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).
2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy
temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi
terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari
metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat
radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning)
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga
sepanjang 4-5 cm.
2. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan
dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka
penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
2.6.2 Jenis Pipa Trakeostomi
1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang
tidak mempunyai risiko aspirasi.
3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan
dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti
untuk mencegah terjadi obstruksi
4. Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka
panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat
merawat sendiri.
5. Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah
posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas
melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan
penderita untuk dapat berbicara.
2.6.3 Alat-Alat Trakeostomi
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit
yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul,
sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul
trakea dengan ukuran sesuai.
2.6.4 Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian
atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea
akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher
dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid
dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di
garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau
jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari
bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-
kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul
sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang
rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya
dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah
yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas
supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid
diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini
dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara
menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa
ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga
dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran
yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi
ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi
kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah
terjadinya emfisema kulit.
BAB III
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Sebelum dilakukan perawatan trakeostomi harusnya dilakukan:
Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya
komplikasi
Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
Memintak izin pada pihak keluarga sebelum melakukan parawatan trakeostomi
Menjelaskan dan mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat
pipa trakeostomi
3.1 Perawatan kulit sekitar tracheostomi
Membersihkan kulit disekitar lubang tracheostomy. Perawatan harus
dilakukan setiap pagi dan sore hari. Bisa dilakukan lebih sering bila kulit
lembab, adanya infeksi dan kemerahan
3.2 Perubahan tali tracheostomy
Tali tracheostomy harus diganti setiap hari atau setiap waktu bila tali
dalam kondisi basah atau kotor. Usahakan dalam melakukan penggantian
dilakukan oleh dua orang , satu orang untuk memegang tubing tracheo dan satu
orang untuk mengganti tali dan membersihkan.
1.
DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN Dr. SOEDONO MADIUN
Jalan Imam Bonjol No. 1 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702
Nama : Tanggal :
NIM : Observer :
Inst. : TT :
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN TRAKEOSTOMI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 2
2 Mendekatkan alat 2
3 Memasang perlak 2
4 Membuka peralatan dan Mendekatkan bengkok 2
5 Memakai sarung tangan 2
6 Membasahi plester dengan PZ 2
7 Membuka balutan 2
8 Melepas pengikat trakeostomi 2
9 Melepas kanul trakeostomi dan direndam di savlon 5
10 Memasukkan kanul suction 5-7cm 5
11 Menghisap lendir (teknik pilin-tarik) + 10-15 detik
(1-2kali)
5
12 Membilas kanul suction dengan NaCl, beri
kesempatan klien untuk bernafas
5
13 Membersihkan sekitar luka dg betadine 5
14 Membersihkan sekitar luka dg NaCl 5
15 Membersihkan kanul trakeostomi dg lidi botton 2
16 Membilas kanul trakeostomi dg NaCl 2
17 Mengeringkan kanul trakeostomi dg kasa 2
18 Memasang kanul trakeostomi dan menguncinya 5
19 Memasang obat (sufratul) 2
20 Memasang kasa yg telah digunting tengah di atas
obat
2
21 Mengikat trakeostomi dg kasa, disilangkan ke leher 2
22 Menutup kanul trakeostomi dg kasa basah (kasa
dicelupkan ke PZ)
3
23 Fiksasi pada balutan dg plester 2
24 Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher
dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago
trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan
kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru
dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak
adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas
bagian atas.
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,
trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini
adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka
trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat
kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara
baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).
2. Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara
keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trakeostomi
dengan cermat. Apabila ada kesalahan mohon disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA