24
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I PERAWATAN TRAKEOSTOMI Oleh: 1. M. GERALDY (470112069) 2. NAWANG DWI S. (470112070) 3. NOVYAN ARDID S. (470112071) 4. PRANSISCA AJENG D. (470112075) 5. PUPUT RETNOWATI (470112077) 6. RISA HENDI K. (470112086) 7. TRI ARANI P. (470112094) 8. UNTARI YUNITANINGTYAS (470112097) 9. VIA FRANSINIA D. (470112098) 10. YULIANA W. (470112104)

Makalah Trakeostomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perawatan Tracheostomie

Citation preview

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Oleh:

1. M. GERALDY (470112069)2. NAWANG DWI S. (470112070)3. NOVYAN ARDID S. (470112071)4. PRANSISCA AJENG D. (470112075)5. PUPUT RETNOWATI (470112077)6. RISA HENDI K. (470112086)7. TRI ARANI P. (470112094)8. UNTARI YUNITANINGTYAS (470112097)9. VIA FRANSINIA D. (470112098)10. YULIANA W. (470112104)

DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN

Jl. Imam Bonjol No. 01 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702

Tahun Akademik 2012/2013

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Oleh:

1. M. GERALDY (470112069)2. NAWANG DWI S. (470112070)3. NOVYAN ARDID S. (470112071)4. PRANSISCA AJENG D. (470112075)5. PUPUT RETNOWATI (470112077)6. RISA HENDI K. (470112086)7. TRI ARANI P. (470112094)8. UNTARI YUNITANINGTYAS (470112097)9. VIA FRANSINIA D. (470112098)10. YULIANA W. (470112104)

DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN

Jl. Imam Bonjol No. 01 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702

Tahun Akademik 2012/2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Perawatan

Trakeostomi” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan harapan

dapat menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dan untuk

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.

Dalam penulisan makalah ini telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih

kepada Bapak H.Muhidin,M.Kep selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Sehingga makalah ini

dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,

maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Madiun ,November 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung

ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara

pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan

napas bagian atas, melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi

dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit

(keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca

trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir

trakeostomi.

Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge,

Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi,

pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang

high volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih

lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang

terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh

alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas

pasca trakeostomi.

Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan

dan mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga

kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih

terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai educator dan role

mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada

makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal mengenai trakheostomi.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Trakea?

2. Apa definisi tentang  trakeostomi?

3. Apa fungsi dari  trakeostomi?

4. Apa Indikasi dan Kontraindikasi dilakukannya prosedur trakeostomi?

5. Apa saja Klasifikasi trakeostomi?

6. Bagaimana Penatalaksanaan pemasangan

7. Bagaimana prosedur perawatan trakeostomi?

8. Apa Komplikasi yang timbul dari penggunaan trakeostomi?

1.2 Tujuan

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi trakea

2. Mengetahui definisi trakeostomi

3. Mengetahui fungsi dari trakeostomi

4. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi

5. Mengetahui klasifikasi trakheostomi

6. Mengetahui penatalaksanaan pemasangan

7. Mengetahui prosedur perawatan trakheostomi

8. Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Trakea

Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin

kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari

kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun

ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina.

Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral

dan terbungkus dalam selubung karotis.

Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral.

Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua

hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di

bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot

supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.

2.2 Definisi

Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara

dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams,

1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan

membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada

cincin trakea ke 2,3,4.

Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk

membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang

dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas

dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam

ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukan

hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu.

Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang

akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang

dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi

demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya

stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential).

Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis

prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari

trakeotomi.

2.3 Fungsi Trakeostomi

Fungsi dari trakheostomi antara lain:

1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi

kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga

mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih

efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)

2. Proteksi terhadap aspirasi

3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada

pasien dengan gangguan pernafasan

4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan

5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus

respiratorius

6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer

oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang

normal.

2.4 Indikasi dan kontraindikasi

2.4.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain:

1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas

2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,

misalnya pada pasien dalam keadaan koma.

3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).

4. Apabila terdapat benda asing di subglotis

5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina

ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang

timbul melalui mekanisme serupa

6. Obstruksi laring

7. karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika,

laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses

laring

8. karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan

ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise

Nerus Rekurens

9. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,

traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.

10. Cedera parah pada wajah dan leher

11. Setelah pembedahan wajah dan leher

12. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan

sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

13. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma

kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta

selama dan sesudah operasi laring

2.4.2 Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :

Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah

yang tidak terkontrol, seperti hemofili.

2.5 Klasifikasi

2.5.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi :

1. Trakeostomi letak atas

2. Trakeostomi letak bawah

2.5.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan

menjadi:

1. trakeostomi darurat (emergency) dan segera dengan persiapan sarana

sangat kurang

2. trakeostomi berencana (elektif)(persiapan sarana cukup) dan dapat

dilakukan secara baik

2.4.3 Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi :

1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy

permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan

pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka

sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).

2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy

temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi

terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari

metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat

radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning)

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Jenis Tindakan Trakeostomi

1. Surgical trakeostomy

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam

ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga

sepanjang 4-5 cm.

2. Percutaneous Tracheostomy

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat

darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan

dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka

penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.

Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.

3. Mini tracheostomy

Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan

trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

2.6.2 Jenis Pipa Trakeostomi

1. Cuffed Tubes

Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga

memperkecil risiko timbulnya aspirasi.

2. Uncuffed Tubes

Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang

tidak mempunyai risiko aspirasi.

3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)

Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan

dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti

untuk mencegah terjadi obstruksi

4. Silver Negus Tubes

Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka

panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat

merawat sendiri.

5. Fenestrated Tubes

Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah

posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas

melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan

penderita untuk dapat berbicara.

2.6.3 Alat-Alat Trakeostomi

Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit

yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul,

sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul

trakea dengan ukuran sesuai.

2.6.4 Teknik Trakeostomi

Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga

memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian

atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea

akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher

dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup

dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid

dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di

garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau

jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara

kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari

bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-

kira lima sentimeter.

Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya

dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul

sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang

rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya

dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah

yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas

supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid

diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini

dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.

Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara

menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa

ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga

dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran

yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi

ditutup dengan kasa.

Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi

kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah

terjadinya emfisema kulit.

BAB III

PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Sebelum dilakukan perawatan trakeostomi harusnya dilakukan:

Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya

komplikasi

Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi

Memintak izin pada pihak keluarga sebelum melakukan parawatan trakeostomi

Menjelaskan dan mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat

pipa trakeostomi

3.1 Perawatan kulit sekitar tracheostomi

Membersihkan kulit disekitar lubang tracheostomy. Perawatan harus

dilakukan setiap pagi dan sore hari. Bisa dilakukan lebih sering bila kulit

lembab, adanya infeksi dan kemerahan

3.2 Perubahan tali tracheostomy

Tali tracheostomy harus diganti setiap hari atau setiap waktu bila tali

dalam kondisi basah atau kotor. Usahakan dalam melakukan penggantian

dilakukan oleh dua orang , satu orang untuk memegang tubing tracheo dan satu

orang untuk mengganti tali dan membersihkan.

1.

DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN Dr. SOEDONO MADIUN

Jalan Imam Bonjol No. 1 Madiun Telp. (0351) 463310 Fax (0351) 491702

Nama : Tanggal :

NIM : Observer :

Inst. : TT :

FORMAT PENILAIAN PERAWATAN TRAKEOSTOMI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI

YA TIDAK

A FASE ORIENTASI

1 Memberi salam/menyapa klien 2

2 Memperkenalkan diri 2

3 Menjelaskan tujuan tindakan 2

4 Menjelaskan langkah prosedur 2

5 Menanyakan kesiapan pasien 2

B FASE KERJA

1 Mencuci tangan 2

2 Mendekatkan alat 2

3 Memasang perlak 2

4 Membuka peralatan dan Mendekatkan bengkok 2

5 Memakai sarung tangan 2

6 Membasahi plester dengan PZ 2

7 Membuka balutan 2

8 Melepas pengikat trakeostomi 2

9 Melepas kanul trakeostomi dan direndam di savlon 5

10 Memasukkan kanul suction 5-7cm 5

11 Menghisap lendir (teknik pilin-tarik) + 10-15 detik

(1-2kali)

5

12 Membilas kanul suction dengan NaCl, beri

kesempatan klien untuk bernafas

5

13 Membersihkan sekitar luka dg betadine 5

14 Membersihkan sekitar luka dg NaCl 5

15 Membersihkan kanul trakeostomi dg lidi botton 2

16 Membilas kanul trakeostomi dg NaCl 2

17 Mengeringkan kanul trakeostomi dg kasa 2

18 Memasang kanul trakeostomi dan menguncinya 5

19 Memasang obat (sufratul) 2

20 Memasang kasa yg telah digunting tengah di atas

obat

2

21 Mengikat trakeostomi dg kasa, disilangkan ke leher 2

22 Menutup kanul trakeostomi dg kasa basah (kasa

dicelupkan ke PZ)

3

23 Fiksasi pada balutan dg plester 2

24 Mencuci tangan 2

C FASE TERMINASI

1 Melakukan evaluasi tindakan 4

2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4

3 Berpamitan 2

D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN

1 Ketenangan 2

2 Melakukan komunikasi terapeutik 3

3 Menjaga keamanan pasien 3

4 Menjaga keamanan perawat 2

TOTAL 100

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher

dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago

trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan

kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru

dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak

adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas

bagian atas.

Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan

permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,

trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini

adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka

trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat

kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara

baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

2. Saran

Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara

keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trakeostomi

dengan cermat. Apabila ada kesalahan mohon disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.

Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC

Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007