29
TRANSAKSI MATA UANG ASING Disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Aplikasi Bisnis Dosen : Saifudin, SE, Bec, MSi Kelompok 9 Lita Ekowati Puspita B.231.12.0007 Rifkah Rosalia B.231.12.0023 Noor Lia Mahmudah B.231.12.0044 Nur Latifah B.231.12.0045 Irma Oktaviyana B.231.12.0046 JURUSAN AKUNTANSI

Makalah Transaksi Keuangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akuntansi aplikasi bisnis

Citation preview

TRANSAKSI MATA UANG ASING

Disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Aplikasi BisnisDosen : Saifudin, SE, Bec, MSi Kelompok 9

Lita Ekowati PuspitaB.231.12.0007

Rifkah Rosalia

B.231.12.0023

Noor Lia MahmudahB.231.12.0044

Nur Latifah

B.231.12.0045

Irma Oktaviyana

B.231.12.0046

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

2015BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang cukup aktif dalam perdagangan Internasional, untuk melakukan perdagangan suatu Negara perlu menjalin hubungan dengan Negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi yang saling menguntungkan antar negara. Transaksi secara Internasional dapat berupa impor barang dari luar negeri, ekspor barang ke luar negeri, yang merupakan bagian dari transaksi perdagangan internasional. Transaksi yang terjadi antar dua negara yang berbeda ini merupakan transaksi Luar Negeri yang menyebabkan timbulnya transaksi mata uang asing dalam system pembayarannya. Setiap kerjasama antar Negara tentu harus disepakati antar Negara tersebut guna mencapai komitmen bersama, dalam bentuk perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan antar Negara tersebutTransaksi yang terjadi dalam suatu negara merupakan transaksi lokal yang dinilai dan dicatat dalam mata uang negara tersebut. Dalam standar akuntansi bisnis Luar Negeri serta transaksi pertukaran dalam mata uang asing dimulai pada tahun 1999 dengan dikeluarkannya Accounting Research Bulletin (ARB) No 4. Ketentuan ini kemudian diperbaharui dengan ARB No.43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama akuntansi untuk bisnis Luar negeri tidak berubah sampai dibentuknya FASB pada tahun 1973. Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahun 1994. Dalam PSAK No 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan oleh perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam menjabarkan laporan keuangan mata uang asing. Sejumlah pendekatan untuk penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah ) meliputi:

1. Metode lancar-tak lancar (current-noncurrent), yang menjabarkan akun-akun lancar pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar pada kurs historis.

2. Metode moneter-nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis.3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu, sekarang, dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya: akun kas, hutang dam piutang, serta aktiva dan kewajiban sekarang yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan ke dalam kurs historis yang layak.4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan kewajibanpada kurs sekarang.1.2 Rumusan Masalah1. Pengertian dari Transaksi Mata Uang Asing 2. Penjualan dan Pembelian yang dinyatakan dalam Mata Uang Asing3. Kontrak Forward Mata Uang dan Perjanjian-Perjanjia lainnya4. Ikhtisiar Kontrak BerjangkaBAB II

PEMBAHASAN1. Pengertian Transaksi Mata Uang Asing

Transaksi yang terjadi dalam suatu negara merupakan transaksi lokal yang dinilai dan dicatat dalam mata uangg negara tersebut. Misalnya transaksi yang dilakukan oleh perusahaan anak Indonesia di Inggris dicatat dalam pound Inggris dan laporan keuangannya dinyatakan dalam Pound, namun laporan keuangan tersebut harus dikonvensikan ke dalam Rupiah sebelum dilakukan konsolidasi dengan perusahaan induknya di Indonesia. Transaksi Mata Uang Asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang fungsional suatu entitas. Jadi, sebuah transaksi luar negeri tidak otomatis merupakan transaksi mata uang asing.

Ketentuan yang tercantum dalam PSAK No.10 hanya diterapkan untuk transaksi mata uang asing dan untuk laporan keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata uang asing selain kontrak berjangka, maka:1. Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran, keuntungan, dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dinilai dan dicatat dalam mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.2. Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs sekarang.

3. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, naja dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia.

4. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.

5. Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

Semua aktiva, kewajiban, penerimaan, serta pengeluaran yang timbul dari transaksi diubah kedalam Rupiah. Unit pengukuran berubah dari mata uang asing ke mata uang fungsional Rupiah. Asumsikan sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari.

Importir Indonesia mencatat sebagai berikut:

Persediaan

Rp 7.300.000

Hutang Dagang (ma)

Rp 7.300.000

(translasi 10.000 ringgit x kurs spot Rp 730)

Notasi digunakan untuk menunjukan bahwa hutang dinyatakan dalam mata uang asing. Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720, pembayaran transaksi tersebut dicatat sebagai:

Hutang dagang (ma)

Rp 7.300.000

Keuntungan Pertukaran Mata Uang

Rp 100.000

Kas

Rp 7.200.000

(kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 ringgit x kurs spot Rp720)

Keuntungan mencerminkan perubahan kurs yang terjadi diantara waktu transaksi dan waktu pembayaran. Jika kurs berubah menjadi Rp 750, maka yang terjadi adalah kerugian sebesar Rp 200.000.

2. Pembelian dan Penjualan yang dinyatakan dalam Mata Uang Asing

2.1 Pembelian yang dinyatakan dalam Mata Uang asingSebuah Peusahaan di Indonesia, PT Abuba membeli barang dagang dari perusahaan Kebangsaan Malaysia pada tanggal 1 Desember 19X8 sebesar 10,000 Ringgit, pada saat itu kurs spot untuk Ringgit Malaysia adalah Rp 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada tanggal 31 Desember 19X8 pada saat kurs spot untuk Ringgit mencapai Rp 765, dan melunasi hutang tersebut pada tangga; 30 Januari 19X9 pada saat kurs spot adalah Rp 775. Kejadian dan transaksi ini dicatat oleh PT Abuba sebagai:

1 Desember 19X8

Persediaan

Rp 7.700.000

Hutang Dagang (ma)

Rp 7.700.000

Untuk mencatat pembelian barang dagang dari Kebangsaan Malaysia

( 10.000 Ringgit x kurs Rp 770 )

31 Desember 19X8Hutang Dagang (ma)

Rp 50.000

Keuntungan Pertukaran Mata Uang

Rp 50.000

Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun

(10.000 Ringgit x (Rp 770 Rp 765))

30 Januari 19X9

Hutang Dagang (ma)

Rp 7.650.000Kerugian Pertukaran Mata Uang

Rp 100.000

Kas

Rp 7.750.000

Untuk mencatat pembayaran total kepada Kebangsaan Malaysia

(10.000 Ringgit x Kurs Rp 775)Dari contoh diatas Keuntungan penyesuaian nilai tukar merupakan hasil kali dari 10.000 Ringgit dengan perubahan dari kurs spot Ringgit terhadap Rupiah dalam kurun waktu 1 Desember 31 Desembel 19X8. Pada tanggal 30 Januari 19X9, ketika hutang tersebut dilunasi, kurs spot telah meninggkat menjadi Rp 775 dan PT Abuba harus mencatat Kerugian sebesar Rp 100.000, meski sebenarnya kerugian yang terjadi hanya Rp 50.000. Namun PSAK No.10 mewajibkan bahwa Rp 50.000 dinyatakan sebagai keuntungan dan Rp 100.000 sebagai kerugian di tahun 19X9.2.2 Penjualan yang Dinyatakan dalam Mata Uang AsingPada tanggal 16 Desember 19X8 PT Abuba menjual barang dagang ke Kebangsaan Malaysia seharga 20.000 Ringgit, saat kurs spot untuk Ringgit adalah Rp 760. PT Abuba melakukan tutup buku pada tanggal 31 Desember 19X8 ketika kurs spot Rp 770, dan PT Abuba mengkonvensi Ringgit tersebut ke Rupiah pada tanggal 20 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 772,5. Pencatatan yang dilakukan PT Abuba adalah sebagai berikut:

16 Desember 19X8

Piutang Dagang(ma)

Rp 15.200.000

Penjualan

Rp 15.200.000

Untuk mencatat penjualan Kebangsaan Malaysia ( 20.000 ringgit x kurs Rp 760)

31 Desember 19X8

Piutang Dagang ( ma )

Rp 100.000

Keuntunga pertukaran Mata Uang

Rp 100.000

Untuk menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun (20.000 Ringgit x(Rp 765-Rp760)

15 Januari 19X9Kas ( ma )

Rp 15.400.000

Piutang Dagang

Rp 15.300.000

Keuntungan Pertukaran Mata Uang

Rp 100.000

Untuk mencatat pelunasaan hutang oleh Kebangsaan Malaysia (20.000 Ringgit x Rp 770) dan mengakui keuntungan dari pertukaran mata uang untuk tahun 19X9 (20.000 Ringgit x (Rp 770 Rp 765).

20 Januari 19X9

Kas

Rp 15.450.000

Keuntungan Pertukaran Mata Uang

Rp 50.000

Kas ( ma )

Rp 15.400.000

Untuk mengkonvensikan 20.000 Ringgit menjadi Rupiah ( 20.000 x Rp 772,5)

Dari contoh diatas dapat disimpukan bahwa PT Abuba mencatat piutang Rp 15.200.000 yang dinyatakan dalam Ringgit yaitu 20.000 Ringgit, pada tanggal 16 Desember 19X8. Mereka mengakui terjadinya keuntungan sebesar Rp 100.000 karena memegang piutang pada saat terjadinya perubahan kurs menjadi Rp 765 pada akhir tahun. Keuntungan yang sama diperoleh lagi pada saat dilunasi tanggal 15 Januari 19X9, karena kurs telah naik lagi menjadi Rp 770. Pada tanggal 20 Januari, ketika melakukan konversi, mereka kembali mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50.000. Perusahaan menahan unit mata uang asingnya adalah speculator dalam mata uang tersebut.3. Kontrak Forward Mata Uang Dan Perjanjian Perjanjian Lainnya

Perusahaan Perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan maupun kerugian dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta pelunasan langsung ( transaksi tunai ) atau dengan melakukan operasi hedging. Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk menghindari risiko memegang hutang atau piutang dalam mata uang asing. Strategi yang biasa digunakan untuk menghindari risiko fluktuasi nilai tukar ini adalah kontrak berjangka. Dalam FABS.52 disebutkan bahwa kontrak berjangka adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu tertentu dimasa yang akan datang, dan pada kurs tertentu yang disepakati (disebut forward rate). Pertukaran mata uang serta bentuk-bentuk perjanjian lain yang oada dasarnya sama dengan kontrak berjangka dianggap sebagai kontrak berjangka untuk tujuan akuntansi, terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka digunakan, yaitu :1. Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar

2. Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih mata uang asing yang diekspos.

3. Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing

4. Untuk melakuakn hedging investasi bersih di entitas luar negeri.

Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi terhadap pergerakan harga mata uang asing dimasukan ke dalam pendapatan pada periode dimana kurs forward mengalami perubahan. Kurs forward 30, 90, dan 180 hari untuk beberapa mata uang terkuat selalu ditetapkan secara harian diterbitan tertentu. Akuntansi dasar bagi kontrak berangka untuk tujuan spekulasi di contohkan sebagai berikut:Pada tanggal 2 November 19X7, Astra Internasional menyetujui kontrak berjangka 90 hari untuk membeli 10.000 Ringgit Malaysia pada saat kurs forward 90 hari untuk Ringgit adalah Rp 615. Kurs spot untuk Ringgit pada tanggal 2 November 19X7 tersebut adalah Rp 619. Kurs pada tanggal 31 Desember 19X7 dan 30 Januari 19X8 adalah sebagai berikut:

31 Desember 19X730 Januari 19X8Forward 30 hari

Rp 620

Rp 623

Kurs Spot

Rp 625

Rp 628Jurnal Pembukuan Astra Internasional untuk mencatat spekulasi tersebut adalah:

2 November 19X7

Piutang Kontrak ( ma )

Rp 6.150.000

Hutang Kontrak

Rp 6.150.000

Untuk mencatat kontrak 10.000 Ringgit x kurs forward 90 hari(615)

31 Desember 19X7Piutang Kontrak ( ma )

Rp 50.000

Keuntungan Pertukaran Mata Uang

Rp 50.000

Untuk menyesuaikan piutang dari pialang valuta asing dan untuk mengakui keuntungan dari perubahan kurs ( 10.000 Ringgit x kurs forward 30 hari Rp 620 Rp 615 per buku )

30 Januari 19X8

Kas ( ma )

Rp 6.280.000

Keuntungan pertukaran mata uang

Rp 80.000

Piutang Kontrak ( ma )

Rp 6.200.000

Untuk mencatat penerimaan 10.000 Ringgit. Kurs spot yang berlaku untuk Ringgit adalah Rp 628

Hutang Kontrak

Rp 6.150.000

Kas

Rp 6.150.000

Untuk mencatat pembayaran kewajiban kepada pialang valuta asing dinyatakan dalam Rupiah.

A) Hedging atas Posisi Aktiva Bersih dan Kewajiban Bersih

Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing (exposed net asset position) merupakan kelebihan aktiva yang dinyatakan dalam mata uang asing atas kewajiban yang juga dinyatakan dalam mata uang asing tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku. Posisi Kewajiban bersih yang diekspos dalam mata uang asing (exposed net liability position) adalah kelebihan kewajiban yang dinyatakan dalam mata uang asing atas aktiva yang juga dinyatakan dalam mata uang tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku.

Kontrak Berjangka untuk Menjual Mata Uang Asing - Untuk melakukan hedging suatu posisi aktiva bersih yang diekspos, sebuah perusahaan melakukan kontrak berjangka untuk menjual mata uang asing secara forward (future delivery). Misalnya, sebuah perusahaan eksportir Indonesia menjual barang dagang kepada sebuah perusahaan Kanada dan mencatatnya sebagai piutang dagang dalam satuan Dollar Kananda. Untuk menghindari pelaporan atas perubahan kurs antara tanggal pembelian dan tanggal pembayaran, perusahaan Indonesia melakukan kontrak dengan pialang valuta asing untuk menjual sejumlah Dollar Kanada yang telah diperkirakan pada kurs forward tertentu untuk pembayaran di kemudian hari. Setiap keuntungan maupun kerugian yang timbul akibat pertukaran mata uang pada akun piutang dagang, diimbangi dengan keruugian atau keuntungan pada kontrak berjangka yang dinyatakan dalam mata uang yang sema.

Kontrak Berjangka untuk Membeki Mata Uang Asing Untuk melakukan hedging posisi kewajiban bersih sebuah perusahaan melakuakan kontrak berjangka untuk membeli mata uang asing yang akan diterima dimasa yang akan datang. Misalnya, perusahaan Indonesia membeli barang dagang dari perusahaan Inggris. Transaksi dinyatakan dalam Pound Inggris dan berjangka waktu 30 hari, untuk menghindari pelaporan atas perubahan kurs antara tanggal pembelian dan tanggal pembayaran dalam Pound Inggris, perusahaan Indonesia membeli Pound Inggris pada kurs forward tertentu untuk diterima dalam 30 hari. Dengan cara ini setiap keuntungan atau kerugian dalam akun hutang dagang dapat diimbangi dnegan kerugian atau keuntungan akun piutang forward dalam mata uang yang sama.

Keuntungan dan kerugian dalam pertukaran Jika kontrak berjangka jumlahnya sama dengan jumlah unit mata uang asing dan dalam periode yang sama dengan periode posisi aktiva atau kewajiban bersih, maka keuntungan maupun kerugian dari pertukaran pada kontrak berjangka akan meniadakan keuntungan atau kerugian dari posisi aktiva bersih maupun kewajiban bersih yang dilaporkan dalam setiap periode laporan keuangan.

Premium atau Diskon dalam Kontrak Berjangka Pada umumnya ada biaya yang timbul dari usaha menghindari risiko perubahan kurs, yaitu efek pendapatan dari operasi hedging. Perbedaan antara kedua kurs ini menimbulkan premium atau diskon atas kontrak berjangka ( biaya atas penghindaran risiko fluktuasi nilai tukar ). Premium serta diskon diamortisasikan sepanjang umur kontrak berjangka, dimana jumlah amortisasi direflesikan kedalam pendapatan.

Ilustrasi : Hedging atas Posisi Aktiva Bersih yang Diekspos

Pertamina menjual minyak ke Monato Company Selandia Baru seharga 150.000 Nf pada tanggal 1 Desember 19X7. Tanggal transaksi adalah 1 Desember 19X7 dan pembayaran jatuh tempo dalam 60 hari yaitu 30 Januari 19X8. Bersamaan dengan penjualan itu, Pertamina melakukan kontrak berjangka atas nilai 150.000 Nf tersebut dengan pialang valuta asing dalam waktu 60 hari juga. Kurs untuk Nf adalah sbb:

1 Desember 19X7 31 Desember 19X7 30 Januari 19X8

Kurs spot

Rp 1.015

Rp 1.014,8

Rp 1.014,7

Kurs forward 30 hari

Rp 1.014

Rp 1.013,9

Rp 1.013,8

Kurs forward 60 hari

Rp 1.014

Rp 1.013,8

Rp 1.013,6

Kurs kurs yang digaris bawahi adalah kurs yang relevan untuk tujuan akuntansi. Diskon atas kontrak berjangka adalah selisih dari piutang Rp 152.100.000 dari pialang valuta asing, yang mencerminkan kurs forward Rp 1.014, serta kewajiban sebesar Rp 152.250.000 kepada pialang tersebut, yang mereflesikan kurs spot Rp 1.015 pada tanggal dilakukannya kontrak berjangka.

Pada tanggal 31 Desember 19X7, piutang dagang dari penjualan disesuaikan agar dapat mereflesikan kurs sekarang, dan kerugian sebesar Rp 30.000 dicatat. Tetapi kewajiban terhadap pialang valuta asing juga harus disesuaikan dengan kurs sekarang, terdapat keuntungan sebesar Rp 30.000. Karena keuntungan pertukaran nilai tukar uang sama dengan kerugian yang terjadi maka efek bersihnya adalah nol. Pendapatan Pertamina tahun 19X7 menurun karena amortisasi Rp 75.000 dari diskon atas kontrak berjangka.

1 Desember 19X7

Piutang Dagang ( ma )

Rp 152.250.000

Penjualan

Rp 152.250.000

Untuk mencatat penjualan ke Monato Company ( 150.000 Nf x Rp 1.015 )

Piutang Kontrak

Rp 152.100.000

Diskon atas Kontrak Berjangka

Rp 150.000

Hutang Kontrak ( ma )

Rp 152.250.000

Untuk mencatat kontrak berjangka untuk 150.000 Nf dalam 60 hari.

Piutang: 150.000 Nf x Rp 1.014 ; Hutang 150.000 Nf x Rp 1.015.

Keuntungan maupun kerugian pertukaran mata uang yang sama-sama sebesar Rp 15.000 berasal dari pengakuan transaksi yang dinyatakan dalam mata uang asing pada tanggal 30 Januari 19X8, sehingga tidak timbul keuntungan maupun kerugian bersih, tapi amortisasi dari diskon kontrak berjangka yang belum disusutkan pada tahun 19X8 mengurangi pendapatan Pertamina pada tahun 19X8 sebesar Rp 75.000.

31 Desember 19X7

Kerugian Pertukaran Mata Uang

Rp 30.000

Piutang Dagang ml

Rp 30.000

Untuk menyesuaikan piutang dagangn dengan kurs sekarang

( 150.000 Nf x (Rp 1.015 Rp 1.014,8) = Rp 30.000 )

Hutang Kontrak ( ma )

Rp 30.000

Keuntungan pertukaran mata uang

Rp 30.000

Untuk menyesuaikan hutang kontrak kepada pialang valuta asing dengan kurs sekarang. Hutang: 150.000Nf x Rp 1.014,8 = Rp 152.220.000

Amostisasi Diskon Kontrak Berjangka

Rp 75.000

Diskon atas Kontrak berjangka

Rp 75.000

Untuk mencatat amortisasi diskon Rp 150.000 x (30/60 hari)

Dalam analisis terakhir, Pertamina melakukan penjualan sebesar Rp 152.250.000, diskon dari transaksi untuk menghindari risiko fluktuasi harga luar negeri sebesar Rp 150.000, serta penerimaan Rp 152.100.000 dari penyelesaian transaksi penjualan. Diskon sebesar Rp 150.000 dikenakan pada pendapatan selama masa kontrak berjangka.

30 Januari 19X8

Kas ( ma )

Rp 152.205.000

Kerugian Pertukaran Mata Uang

Rp 15.000

Piutang Dagang ( ma)

Rp 152.220.000Untuk mencatat penerimaan pembayaran piutang dari Monato Company

Kas: 150.000 Nf x Rp 1.014,7

Hutang Kontrak ( ma )

Rp 152.220.000

Keuntungann Pertukaran Mata uang

Rp 15.000

Kas ( ma )

Rp 152.205.000

Untuk mencatat delivery 150.000 dari Monate kepada pialang valuta asing, mata uang asing dalam pengakuan atas kewajiban.

Kas

Rp 152.100.000

Piutang Kontrak

Rp 152.100.000

Untuk mencatat penerimaan kas dari pialang valuta asing

Amortisasi dari Diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000

Diskon atas kontrak berjangka

Rp 75.000

Untuk mencatat amortisasi dari diskon atas kontrak berjangka Rp 150.000 x (30/60 hari).

Ilustrasi : Hedging atas posisi Kewajiban Bersih Diekspos.

Biasanya, premium akan timbul dari kegiatan hedging atas posisi kewajiban sebab kurs forward untuk membeli mata uang asing untuk penerimaan dimasa yang akan datang pada umumnya lebih besar daripada kurs spot. Premium berada disis debit, sehingga amortisasi akan mengurangi pendapatan sepanjang masa kontrak berjangka. Misalnya: sebuah kontrak berjangka menerima 10.000 Dollar Australia pada 60 hari setelahnya memiliki kurs forward Rp 1.575 pada saat kurs spot adalah Rp 1.560. Maka kontrak berjangka sebagai berikut:

Piutang Kontrak ( ma )

Rp 15.600.000

Premium atas Kontrak Berjangka

Rp 150.000

Hutang Kontrak

Rp 15.750.000

Hasil dari hedging. Inti uraian diatas adalah bahwa kurs forward biasanya telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat biaya yang harus ditanggung perusahaan yang melakukan operasi hedging. Biaya ini adalah berupa diskon jika terjadi penjualan mata uang asing dan premium jika yang dilakukan adalah pembelian. Jika kurs spot lebih tinggi daripada kurs forward, maka selisihnya adalah diskon. Jika kurs forward yang lebih tinggi, maka selisihnya adalah premium.

B) Hedging atas Komitmen Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi

Komitmen mata uang asing adalah sebuah kontrak atau perjanjian yang dinyatakan dalam mata uang asing yang menimbulkan transaksi mata uang asing pada waktu kemudian. Hedging atas sebuah komitmen mata uang asing dapat menciptakan keuntungan ataupun kerugian pertukaran mata uang sebelum pengakuan transaksinya, maka dikeluarkanlah sejumlah peraturan untuk kontrak berjangka semcam itu. Suatu keuntungan atau kerugian dari kontrak berjangka ditangguhkan dan diperlakukan sebagai sebuah penyesuaian atas transaksi mata uang asing yang bersangkutan jika ia dimaksudkan untuk melakukan hedging sebuah komitmen mata uang asing yang dapat diidentifikasi dan jika kondisi dibawah ini dipenuhi:1. Transaksi mata uang asing tersebut memang ditetapkan sebagai, dan dianggap efektif sebagai hedging atas komitmen mata uang asing.

2. Komitmen mata uang asing tersebut tidak berubah atau bersifat tetap.

Ilustrasi: Hedging atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi

Pada tanggal 2 Oktober 19X7, PT Elang Perkasa melakukan kontrak dengan Emerald Corporation, Qatar untuk pembayaran 1000 peti minuman bourbon pada harga 60.000 Riyal pada saat kurs spot untuk Riyal adalah Rp 750, Bourbon tersebut akan dibayar tanggal 31 Maret 19X8. Untuk melakukan hedging terhadap komitmen ini, PT Elang Perkasa membeli 60.000 Riyal Qatar yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan kurs forward sebesar Rp 775. Kurs spot yang berlaku pada tanggal 31 Desember 19X7 dan 31 Maret 19X8 adalah berturut-turut Rp 740 dan Rp 730.

Asumsikan bahwa persyaratan dalam Statement No. 52 untuk hedging atas komitmen mata uang asing dipenuhi. Dalam kasus ini, pembelian kontrak berjangka pada tanggal 2 Oktober 19X7 dicatat dengan cara yang sama dengan perlakuan untuk hedging atas posisi kewajiban bersih yang diekspos.

2 Oktober 19X7

Piutang kontrak ( ma )

Rp 45.000.000

Premium atas Kontrak Berjangka

Rp 1.500.000

Hutang Kontrak

Rp 46.500.000

Untuk mencatat pembelian 60.000 Riyal untuk diterima dalam 180 hari pada kurs forward Rp 775.

Pada tanggal 31 Desember 19X7 kurs untuk Riyal turun menjadi Rp 740, dan PT Elang Perkasa menyesuaikan nilai piutangnya untuk mencerminkan jumlah 60.000 Riyal tersebut dalam kurs yang berlaku. Penyesuaian ini menimbulkan kerugian pertukaran sebesar Rp 600.000, namun kerugian ini ditangguhkan dengan cara sebagai berikut:

31 Desember 19X7

Kerugian Pertukaran ditangguhkan

Rp 600.000

Piutang Kontrak ( ma )

Rp 600.000

Untuk mencatat penangguhan kerugian pertukaran mata uang: 60.000 Riyal x ( Rp 750 Rp 740).

Premium atas kontrak berjangka dapat diamortisasi sepanjang masa kontrak. Dalam ilustrasi ini, premium diperlakukan sebagai penyesuaian atas transaksi yang terjadi.

Ayat jurnal pada tanggal 31 Maret 19X8 untuk mencatat transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka yang berkaitan adalah sebagai berikut:

31 Maret 19X81

Pembelian

Rp 43.800.000

Hutang Dagang ( ma )

Rp 43.800.000

Untuk mencatat penerimaan 1000 peti minuman bourbon pada hrg 60.000 Riyal x kurs Rp 730.

2

Hutang Kontrak

Rp 46.500.000

Kas

Rp 46.500.000

Untuk mencatat kontrak berjangka dengan pialang valuta asing (dinyatakan dalam Rupiah).

3

Kurs ( ma )

Rp 43.800.000

Kerugian Pertukaran ditahan

Rp 600.000

Piutang Kontrak ( ma )

Rp 44.400.000

Untuk mencatat penerimaan 60.000 Riyal dari pialang valuta asing pd kurs Rp 730

4

Hutang Dagang ( ma )

Rp 43.800.000

Kas ( ma )

Rp 43.800.000

Untuk mencatat pembayaran 60.000 Riyal kepada Emerald Corp.

5

Pembelian

Rp 2.700.000

Premium atas Kontrak Berjangka

Rp 1.500.000

Kerugian Pertukaran Ditangguhkan

Rp 1.200.000

Untuk mengoreksi premium dan kerugian pertukaran ditangguhkan sebagai penyesuaian terhadap biaya pembelian barang dagang.C) Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri.Ilustrasi: Untuk mengilustrasikan hedging atas investasi bersih dari sebuah entitas luar negeri, asumsikan bahwa PT Mitra Saudara, sebuah perusahaan Indonesia memiliki 40% investasi ekuitas pada perubahan Swiss, Bennett Ldt, yang dibelinya ketika nilai buku sama dengan nilai pasar. Mata uang fungsional Bennett adalah Franc Swis. Oleh karena itu aktiva maupun kewajiban dari investi saling dilindungi ( bedge ) satu sama lain, hanya aktiva bersih yang dilaporkan terpengaruh oleh risiko fluktuasi kurs. Untuk melakukan hedging pelaporan mata uang asing ini, penyesuaian penjabaran dari transaksi bedging ini harus berlawanan arah dengan penyesuaian penjabaran dari aktiva bersih investi.

Saldo dari investasi PT Mitra Saudara dalam pembukuan Bennett pada tanggal 3 Desember 19X2 adalah Rp 1.280.000.000 atau setara dengan 40% aktiva bersih Bennett yang berjumlah 2.000.000 Franc dikalikan kurs akhir tahun Rp 1.600. Pada tanggal ini PT Mitra Saudara tidak memiliki saldo penyesuaian penjabaran relative terhadap investasinya di Bennett. Untuk melindungi investasi barunya di Bennett, PT Mitra Saudara meminjam 800.000 Franc untuk satu tahun dengan bunga 12% pada tanggal 1 Januari 19X3 pada kurs spot Rp 1.600. Pinjaman ini dinyatakan dalam Franc dengan bunga dan cicilan akan dibayarkan pada tanggal 1 Januari 19X4. PT Mitra Saudara mencatat pinjaman sbb:

1 Januari 19X3

Kas

Rp 1.280.000.000

Hutang Pinjaman ( ma )

Rp 1.280.000.000

Untuk mencatat pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swis ( 800.000 Franc x kurs spot Rp 1600).

Pada tanggal 1 November 19X3 Bennett mengumumkan dan membayarkan devide sejumlah 100.000 Franc, PT Mitra Saudara mencatat penerimaan devidennya pada kurs spot Rp 1.750 berlaku hari itu.

1 November 19X3

Kas

Rp 70.000.000

Investasi pd Bannett

Rp 70.000.000

Untuk mencatat penerimaan deviden dari Bannett ( 10.000 x 40%x Rp1750)

Tahun 19X3 Bennett melaporkan keuntungan bersih 400.000 Franc. Kurs rata rata tertimbang untuk translasi penerimaan dan pengeluaran Bennett pada tahun ini adalah Rp 1.700, sementara kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah Rp 1.800. Perubahan-perubahan dalam aktiva bersih Bennett ini dimasukan dalam ikhtisar sbb:

France Swis

Rupiah Aktiva bersih, 1 Januari 19X3 2.000.000 x Rp 1.600 Rp 3.200.000.000

Tambah: Pendapatan bersih 19X3 400.000 x Rp 1.700 Rp 680.000.000

Kurang: Deviden

(100.000) x Rp 1.750 Rp (175.000.000)

Penyesuaian ekuitas-perubahan

--

Rp 435.000.000

Aktiva besih, 31 Desember 19X3 2.300.000 x Rp 1.800 Rp 4.140.000.000PT Mitra Saudara membuat jurnal dibawah ini pada tanggal 31 Desember 19X3 untuk mencatat bagiannya dalam pendapatan Bennett.

31 Desember 19X3Investasi pada Bennett

Rp 446.000.000

Pendapatan dr Bannett

Rp 272.000.000

Penyesuaian ekuitas dari Penjabaran

Rp 174.000.000

Untuk mencatat kepemilikan 40% dari pendapatan Bennett ( 400.000 Franc x kurs rata-rata tertimbang Rp 1.700) dan untuk mencatat kepemilikan 40% dari penyesuaian translasi (Rp 435.000.000 x 40%).

PT Mitra Saudara juga menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi ekuitas dengan kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 dan mengakui bunga atas pinjaman tersebut sbb:

Penyesuaian ekuitas dari penjabaran

Rp 160.000.000

Hutang Pinjaman

Rp 160.000.000

Untuk penyesuaian hutang pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swis terhadap kurs berlaku pd akhir tahun (800.000 Franc x (Rp1.800 Rp1.600)).Beban Bunga

Rp 163.200.000

Kerugian Pertukaran Mata Uang

Rp 9.600.000

Hutang Bunga

Rp 172.800.000

Untuk mencatat biaya bunga(pd kurs rata-rata tertimbang) dan mengakui hutang bunga yang dinyatakan dalam Franc pada kurs akhir tahun sbb:

Hutang bunga(800.000 Franc x bunga 12% x 1th x kurs Rp1.800)

Rp172.800.000

Dikurangi:

Biaya Bunga (800.000 x 12% x 1 th x kurs rata-rata tertimbang Rp1.700) Rp162.200.000Kerugian pertukaran mata uang

Rp 9.600.000

Pada tanggal 1 Januari 19X4 PT Mitra Saudara membayar pinjaman beserta bunga pada kurs spot Rp1.800 sbb:

1 Januari 19X4

Hutang Bunga ( ma )

Rp 172.800.000

Hutang Pinjaman ( ma )

Rp 1.440.000.000

Kas

Rp 1.612.800.000

Untuk mencatat pembayaran pinjaman beserta bunga yang dinyatakan dalam Franc Swis pada saat kurs spot Rp1.800.

Sebagai hasil dari operasi bedging ini, perubahan dalam investasi PT Mitra Saudara pada Bennett yang disebabkan oleh perubahan kurs sebagian diimbangi oleh pinjamannya dalam Franc Swis. Penyesuaian ekuitas dari saldo translasi yang muncul dalam bagian ekuitas pemegang saham milik PT Mitra Saudara dalam neraca pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah kredit sebesar Rp 14.000.000 ( kredit Rp174.000.000 dari investasi ekuitas dari translasi dikurangi debit Rp160.000.000 dari penyesuaian pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swis).BAB I

PENUTUP

Kesimpulan

Akuntansi Internasional berhubungan dengan akuntansi untuk operasi dan transaksi mata uang asing. Standar akuntansi yang berlaku di Amerika untuk transaksi mata uang asing dan laporan keuangan adalah FABS Statement No. 52, Foreign Currency Translation. Standar tersebut menyajikan konsep mata uang fungsional : mata uang fungsional dari sebuah entitas adalah mata uang yang berlaku di lingkungan primer dimana entitas tersebut beroperasi. Untuk Indonesia, kita memakai PSAK No. 10 dan No. 11 untuk pelaporan transaksi akuntansi yang menggunakan mata uang asing dan untuk penjabaran laporan keuangan mata uang asing, sedangkan mengenai mata uang fungsional diatur dalam PSAK yang masih dalam status Exposure draft.

Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang bersangkutan. Transaksi mata uang asing ( selain kontrak berjangka) dinilai dan dicatat dalam mata uang domestic dengan menggunakan kurs spot pada saat tanggal transaksi. Perubahan dalam kurs antara waktu transaksi dan realisasinya mengakibatkan terjadinya keuntungan ataupun kerugian dari pertukaran yang pada gilirannya dicerminkan dalam perhitungan laba rugi periode tersebut. Pada tanggal neraca, setiap saldo yang tersisa dalam perhitungan laba rugi dari mata uang fungsional harus disesuaikan agar bisa mereflesikan kurs yang berlaku, dan keuntungan maupun kerugian dimasukan dalam perhitungan laba rugi.

Perusahaan-perusahaan menggunakan kontrak kurs forward untuk menghindari risiko dari perubahan kurs dan untuk melakukan spekulasi atas pergerakan harga mata uang asing.17