35
BAB I PENDAHULUAN Trauma mata merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Meskipuntermasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata tetapi menjadi salah satu penyebab mortilitas, morbiditas dan Disability. Dalam kenyataannya, trauma mata menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma mata. Tetapi, lebih banyak usaha dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah suatu traumamata dibandingkan dengan usaha pencegahannya sehinggakan penyebab traumamata dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar kawalan pasien dan bukan suatumasalah masyarakat. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik sepertirongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleksmemejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari sunia luar.Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf matadan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. BLOK TRAUMATOLOGI Page 1

makalah trauma mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

donlod aja, jgn dikomersialkan

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Trauma mata merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Meskipuntermasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata tetapi menjadi salah satupenyebab mortilitas, morbiditas danDisability. Dalam kenyataannya, trauma mata menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutamapada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma mata. Tetapi, lebih banyakusaha dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah suatu traumamata dibandingkan dengan usaha pencegahannya sehinggakan penyebab traumamata dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar kawalan pasien dan bukan suatumasalah masyarakat.

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik sepertirongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleksmemejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari sunia luar.Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf matadan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberipenyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

BAB IIDATA PELAKSANAAN TUTORIAL

I. JUDUL BLOKTRAUMATOLOGI

II. NAMA TUTORdr. WINALDI

III. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL1. TUTORIAL 1a) Tanggal: 27 April 2015b) Waktu: Pukul 10.00 12.00 WIBc) Tempat: Ruang Tutorial 9

2. TUTORIAL 2a) Tanggal: 30 April 2015b) Waktu: Pukul 10.00 12.00 WIBc) Tempat: Ruang Tutorial 9

3. PLENOa) Tanggal: 04 Mei 2015b) Waktu: Pukul 07.30 09.00 WIBc) Tempat: Ruang kuliah Semester 5

BAB IIIPEMBAHASAN SKENARIO

Seorang laki laki berumur 30 tahun memiliki keluhan utama bola mata kanan berdarah. Riwayat 2 jam lalu kena ledakan aki mobil. Pemeriksaan : Visus 1/300, Palpabrae inferior rupture 1 cm sebelah kanan lateral kantus medius, konjungtiva bulbi chemosis, cornea edema dan pucat di 2/3 luas limbus, hiferma 1/3 bawah COA, lensa subluksasi ke COA, fundus gelap, TIO N, pasien tidak dapat melihat keatas ?I. Klasifikasih Isilah :1. Lateral kantus medius: Pertemuan antara kelopak mata atas dan bawah.2. Chemosis: Edema pada konjungtiva mata3. Limbus: Pertemuan antara sclera dan kornea4. Hiferma: Perdarahan dibilik mata depan antara kornea dan iri karena trauma tumpul.5. Lensa Subluksasi: Lensa yang berpindah tempat akibat putusnya zonulla zinn

II. Menetapkan Masalah :1. Seorang laki laki 30 tahun memiliki keluhan utama bola mata kanan berdarah, riwayat 2 jam lalu terkena ledakan aki mobil.2. Pemeriksaan : Visus 1/300, Palpabrae inferior rupture 1 cm sebelah kanan lateral kantus medius, konjungtiva bulbi chemosis, cornea edema dan pucat di 2/3 luas limbus, hiferma 1/3 bawah COA, lensa subluksasi ke COA, fundus gelap, TIO N

III. Analisis Masalah :1. Terjadi trauma pada mata kanan2. Terjadi gangguan pada media refraksi bisa terjadi pada lensa dan kornea.Terjadi peradangan sehingga tidak dapat melirik keatas.

IV. Kesimpulan Sementara :Trauma Mata Kanan

BAB IVTINJAUAN TEORI

I. Definis, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi Trauma Mata

1.1 Definis Trauma MataTrauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun lambat.

1.2 Klasifikasi Trauma Mata

Trauma pada mata dapat digolongkan menjadi :

1.2.1 Trauma Mekanik American Ocular Trauma Society mengklasifikasikan trauma mekanik ini berdasarkan diagram dibawah ini:

Bagan 1.2.1. Pembagian Trauma Mekanik pada Mata

1. Trauma tertutup pada bola mata adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler. a) Kontusio adalah truma tertutup pada bola mata yang disebabkan oleh benda yang tumpul. Trauma ini dapat mempengaruhi dan menyebabkan kerusakan kerusakan di tempat yang lain dari mata.

b) Lamellar laserasiTrauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh luka yamg mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul.2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata ( sklera dan kornea ).a) Ruptur adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli.

b) Laserasiluka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang di sebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbukan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.1. Trauma penetrasi : laserasi tunggal pada dinding bola mata yang disebabkan oleh benda tajam.2. Trauma perforasi : laserasi pada seluruh ketebalan dinding bola mata, yang mempunyai jalan masuk ataupun jalan keluar yang biasanya di sebabkan oleh benda tajam atau peluru.3. Intraocular foreign body ( IOFB ) : adanya benda asing pada intraocular yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi

1.2.2 Trauma TumpulTrauma tumpul adalah trauma pada mata yang akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak kerasTrauma Kontusio pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti, pukulan, bola tennis atau bola kriket.Secara epidemiologi, prevalensi terjadinya trauma tumpul ini lebih banyak ditemukan pada laki laki di bandingkan pada wanita dan berusia muda.Trauma tumpul ini dapat ditemukan pada keadaan keadaan berikut: a. Pukulan langsung pada bola mata dengan menggunakan kepalan tangan, bola atau benda benda tumpul lainnya seperti : tongkat dan batu.b. Trauma tumpul pada bola mata yang dapat ditemukan di jalanan, di perkebunan, dan di kawasan industri.1.2.3 Trauma Tembus ( Penetrasi / Perforasi )Secara epidemiologi Prevalensi trauma tembus dapat ditemukan tiga kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada wanita pada usia muda. Prevalensi terjadinya trauma tembus ini lebih sering di jumpai pada korban perkelahian, kecelakaan di dalam rumah tangga, dan pada olahragawanEtiologi Trauma tembusa. benda tajam atau runcing seperti : pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain lainnya. b. Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi seperti peluru dan serpihan besi.

1.2.4 Trauma TumbuhanHal yang penting yang harus diperhatikan dalam terjadinya trauma mata, khu susnya pada kornea adalah terjadinya suatu komplikasi yang disebabkan oleh material material vegetatif. Keadaan ini sering ditemukan di negara negara yang berdaerah agraris/ daerah pertanian seperti negara negara Asia Tenggara dan negara Afrika yang dikenal sebagai " rice harvesting keratitis ". Sikatrik Kornea merupakan salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan yang pada awalnya kornea mengalami inflamasi setelah terjadinya trauma tumbuhan pada mata umumnya dan kornea khususnya.Pada penelitian yang dilakukan di Aravind Eye Hospital ( India ) terdapat sekitar 56% trauma mata yang disebabkan oleh padi dan tebu. Selanjutnya pada penelitian yang berbeda ditemukannya kultur yang positip pada ulkus kornea yang spesimennya ditemukan berupa golongan bakteri dan jamur pada 297 orang penderita yang mengalami trauma pada mata

2.1 Trauma KimiaPada garis besarnya bahan kimia ini dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu : bahan kimia yang bersifat basa dan bahan kimia yang bersifat asam.Dua pertiga luka bakar pada mata dapat ditemukan di lingkungan kerja dan sebahagian di lingkungan rumah tangga. Trauma kimia pada mata ini dua kali lebih sering pada bahan kimia yang bersifat basa dibandingkan bahan kimia yang bersifat asam.

3. Etiologi

ProdukChemical pH

Acids

Toilet cleanerSulfuric acid (80%)1,0

BatteryfluidSulfuric acid (30%)1,0

Pool cleanerSodium or calsium hypochlorite1,0

bleachesSodium hypochlorite1,0

Alkalies

Drain cleanerSodium or potassium hydroxide14

Ammonia Ammonium hydroxide12,5

Dishwasher detergentSodium tripolyphosphate12,0

Over cleanerSodium hydroxide14

Tabel 1. Etiologi dari Trauma kimia pada Mata

Keparahan keadaan dari trauma kimia ini sangat berhubungan dengan jenis bahan kimia yang terkena pada mata, lesi pada okular dan rentang waktu bahan kimia mengenai mata. Produk zat kimia dapat berupa padat, cair, tepung, asap atau uap. Trauma kimia sering terjadi di rumah, yang disebabkan oleh deterjen, desinfektan, kosmetik, dan lain lain. Trauma kimia yang terjadi di industri biasanya disebabkan oleh zat zat kimia keras dan bahan pelarut.

4. TRAUMA TERMIS1) EtiologiBiasanya disebabkan oleh api atau air panas. 2) epidemiologiMeskipun trauma thermis pada wajah dan periorbital sering terjadi, trauma thermis langsung pada mata sendiri relatif jarang. Karena cepatnya reflek kelopak mata menutup. Sebagian besar trauma thermal merusak kelopak mata, bulu mata. Alis dan kulit sekitarnya. Pada kasus kasus yang berat dapat m empengaruhi konjungtiva ataupun kornea

5. TRAUMA ELEKTRIKTrauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Arus listrik yang kuat dapat menyebabkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis dan katarak dapat terjadi 2 4 bulan setelah trauma

6. TRAUMA RADIASIJenis radiasi yang sering menyebabkan trauma pada pada mata adalah radiasi ultraviolet (UV) infrared, dan ion. Epithel kornea mudah terkena radiasi UV.

1) Etiologia. Sinar Inframerah Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius, sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan.b. Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan menatap sinar matahari. Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan iniakan segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.c. Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:- 1. Sinar alfa yang dapat diabaikan2. Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan3. Sinar gamma4. Sinar X

4. EpidemiologiBenda asing intraokular merupakan penyebab pada 20-40 % cedera tembus mata. Komposisi benda asing yang biasanya didapatkan adalah logam, dan menurut laporan yang ada kecenderungannya berkisar antara 86 % sampai 96 %. Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada 297 pasien yang terkena benda asing intraokular, 98 % pasiennya adalah laki-laki, dan 80 % dari kecelakaan yang terjadi adalah saat menggunakan palu. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun. 5. Patofisiologi Trauma MataBaik trauma tajam yang penetratif atau trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola mata.Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata bagian luar sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Palpebra juga mengeluarkan sekresi yang mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air di depan mata. Gangguan pada kelopak mata akan mengakibatkan kekeringan permukaan mata sehingga terjadi keratitis. Jika trauma menembus ke bagian konjungtiva, maka kemungkinannya akan terjadi hamatoma subkonjungtiva akibat pecahnya pembuluh darah sebagai akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras. Jika trauma mengenai konjungtiva dapat menimbulkan edema. Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertantu yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi. Maka secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata. Gelombang tekanan yang menyelusuri cairan cairan intraokuli akan mencapai COA sehingga cairan cairan intraokuli akan terdorang ke depan bersama lensa, iris, dan korpus vitreus ke polus posterior. Gelombang tekanan ini juga dapat mencapai retina dan khoroid sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri dari serabut-serabut saraf optik. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Secara patologik jika retina terkena trauma akan mengakibatkan lapang pandan terganggu dan penurunan tekanan bola mata. Kebutaan dapat terjadi jika nervus optikus terlepas atau putus. Kekuatan dapat terjadi secara tidak langsung. Kerusakan okuli dapat juga disebabkan oleh tulang tulang dinding bola mata serta isi bola mata yang terjadi secara tiba tiba.

Bagan 5. Patofisiologi Trauma Tumpul MataKerusakan yang diakibatkan trauma tajam akan lebih parah lagi karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen. Gangguan mata akibat trauma tajam juga beragam, tergantung pada organ apa yang terkena dan seberapa besar kerusakannya. Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-biruan, karena jaringan ikat palpebr halus. Jika trauma mengenai saluran lakrimalis dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata. Conjungtiva dapat rusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan subkonjungtivaBenda asing akan dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita. Jika mengenai sklera dapat menyebabkan penurunan TIO dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata. Jika kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bila mengenai lensa daya fokus retina maka menurunkan daya refraksi. Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya. Bila ada trauma pada pupil akan menyebabkan melemahnya otot otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis. Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila mengenai jaringan uvea, berupa hifema atau henophthalmia.

Bagan 5. Patofisiologi Trauma Tajam

Pada trauma khemis, bahan basa atau alkali akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada PH yang tinggi alkali mengakibatkan safonikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibatnya akan mempermudah penetrasi lebih lanjut. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi pengumpalan sel kornea. Serat kolagen pada kornea akan menjadi bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel di atasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentung akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepasnya PA dilepaskan juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea, sehingga terjadi tukak pada kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.Jika trauma disebabkan oleh bahan asam, maka terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas, dan dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti stroma kornea. Bila terjadi penetrasi jaringan lebih dalam akan terjadi edem kornea. Trauma oleh asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu. Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan intramolekul protein,dan protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap penetrasi lanjut daripada asam ke dalam jaringan. Diketahui asam sulfur mengakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan menurun. Pada trauma asam berat yang merusak badan siliar akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan mata dan kornea.

Bagan 5. Patofisiologi Trauma Mata KhemisPada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan karena bahan yang merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus dan juga adanya mekanisme proteksi pada mata. Namun walaupun hanya mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan walaupun tidak bersifat permanen.6. Tanda dan Gejala Trauma Mata 1. Trauma tumpula. Palpebra / Kelopak matai. Hematoma palpebraii. Nyeri pada palpebrab. Konjungtivai. Edema pada konjungtivaii. Hematoma subkonjungtivac. Korneai. Edema pada korneaii. Penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampuiii. Nyeriiv. Erosi korneav. Mata berairvi. Blefarospasmevii. Lakrimasiviii. Fotofobiaix. Penglihatan terganggud. Uvea i. Gangguan akomodasi, penurunan penglihatanii. Silau karena gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupiliii. Pupil anisokoriaiv. Diplopia v. Hifema ( perdarahan pada camera oculi anterior )vi. Adanya rasa nyerivii. epiforae. Lensai. Sublukasi lensaii. luksasi lensa anterior atau posterioriii. Penglihatan berkurangiv. Blefarospasmev. Mata merahvi. Nyeri vii. Adanya skotoma pada lapangan pandangviii. Afakiaix. katarakf. Retina dan Koroidi. Edema retina dan koroidii. Penurunan penglihataniii. Ablasi retinaiv. Adanya selaput yang mengganggu lapangan pandangv. Ruptur koroidvi. Perdarahan subretinag. Saraf Optik i. Avulsi papil saraf optikii. Menurunnya tajam penglihataniii. Kebutaaniv. Gangguan penglihatan warna2. Trauma Tajama. Tajam penglihatan yang menurunb. Tekanan bola mata rendahc. Bilik mata dangkald. Bentuk dan letak pupil berubahe. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau skleraf. Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retinag. Konjungtiva kemotis3. Trauma Kimia a. Asam i. Penurunan tajam penglihatanii. katarakb. Basa i. Hiperemi konjungtivaii. Kebutaan

7. Anamnesa 7.1.1 Pada anamnesis kasus trauma mata yang perlu ditanyakan adalah; Bagaimana proses terjadinya trauma mata ? Benda apa yang mengenai mata tersebut ? Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata ? Besar benda yang mengenai mata ? Bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain ? Apakah terjadi penurunan penglihatan? Penurunan penglihatan itu terjadi atau sesudah kecelakaan ? Apakah ada nyeri serta pandangan yang kabur? Kapan terjadinya trauma ? Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit ? Apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya ?

7.1.2 Dapatkan riwayat penyakit mata yang sedang diderita. Pertanyaan kunci, yaitu : Apakah pasien memakai lensa koreksi? Adakah terdapat riwayat glaucoma atau pembedahan mata sebelah? Obat-obatan apa yang digunakan pasien? (contohnya: Pilocarpine) 7.1.3 Riwayat terjadinya kecelakaanDapatkan gambaran detil mengenai lingkungan di sekitar kecelakaan. Informasi ini sering dapat membantu memperkirakan keparahan cedera yang mungkin terjadi dan sekuelenya, seperti benda-benda asing tertentu dengan resiko infeksi yang lebih tinggi (contohnya kayu vs benda logam). Pertanyaan kunci diantaranya : Apakah terdapat trauma tumpul? Apakah terdapat trauma tembus? (Dalam kecelakaan kendaraan bermotor terdapat potensi cedera akibat benda asing kaca atau logam). Apakah terdapat luka tembak? Apakah terdapat kemungkinan luka bakar termal, kimia atau petir?

7.1.4 Gejala awalPertanyaan-pertanyaan kunci berkaitan dengan gejala awal pasien, diantaranya : Apa gejala-gejala awal yang dirasakan pasien? Apakah pasien mengeluh nyeri atau fotofobia? Apakah terdapat penurunan visus mendadak yang menetap atau progresif?

8. Pemeriksaan Fisik8.1 Inspeksi: Perdarahan Subkonjungtiva Bentuk pupil serta ukuran dan reaksi terhadap cahaya. Enoftalmia (pemindahan mata yang abnormal ke belakang atau kebawah akibat hilangnya isi atau tulang orbita) Defek iris Hifema (darah dalam COA) Terbatasnya pergerakan bola mata. Kemosis dan edema kelopak mata.

8.2 Palpasi: Emfisema (udara pada kulit yang menimbulkan krepitasi saat ditekan)

8.3 Pemeriksaan lainnya: Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata. (Tes ini dapat dilakukan jika benda ada benda asing yang masuk cukup dalam)

9. Pemeriksaan Penunjang X-Ray Orbita. Foto Polos antero-posterior dan lateral sangat diperlukan untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler disebabkan sebagian besar benda yang menembus bola mata akan memberikan gambaran radiopak. USG. Penggunaan USG merupakan prosedur non-invasif yang mampu mendeteksi benda berdensitas radiopak dan non-radiopak. CT-Scan. CT-Scan Potongan Axial dan koronal saat ini merupakan metode terbaik untuk mendeteksi benda asing intraokuler dengan menyediakan gambaran potong lintang yang lebih unggul dalam sensitivitas dan spesifitas dibanding foto polos dan USG.

10 Diagnosa Banding: a. Trauma fisik (tumpul dan tajam)b. Trauma kimia (asam dan basa)c. Trauma radiasi (ultraviolet dan infrared)

12. Penatalaksanaan Trauma MataTrauma mata dapat menimbulkan rasa takut dan kegelisahan yang besar, oleh karena itu kita harus bertindak cepat, tepat, dan seramah mungkin. Buatlah anamnesis yang singkat yang menyangkut:

a) Lebih Berapa lama telah terjadi kecelakaanb) Jenis kecelakaanc) Tindakan yang telah diambilSebelum memeriksa lebih lanjut, beri tetes mata anastesik. Membuka mata harus hati-hati jangan sampai menekan bola mata keatas dengan jari tetap menempel pada tepi tulang orbita.

I. Trauma Mekanik1. TRAUMA TUMPULa) Hematoma KelopakPenatalaksanaanPenanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak.b) Edema konjungtiva PenatalaksanaanPada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada edema konjungtiva yang berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.c) Hematoma subkonjungtivaPenatalaksanaanPengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalah dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 2 minggu tanpa diobati.d) Edema korneaPenatalaksanaanPengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 2 8%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.e) Erosi korneaPenatalaksanaanAnestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida. Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.f) Erosi kornea rekurenPenatalaksanaanPengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul.

Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi sekunder.Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya.g) IridoplegiaPenatalaksanaanPenanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.h) HifemaPenatalaksanaanPenanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida. Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema berkurang.i) IridosiklitisPenatalaksanaanPada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Penanganan dengan cara bedah mata.j) Subluksasi LensaPenatalaksanaanPenanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.k) Luksasi Lensa AnteriorPenatalaksanaanPenanganan pada Luksasi lensa anterior sebaiknya pasien segera dilakukan pembedahan untuk mengambil lensa. Pemberian asetazolamida dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata.l) Luksasi Lensa PosteriorPenatalaksanaanPenanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa. Bila terjadi penyulit maka diatasi penyulitnya.m) Edem RetinaPenatalaksanaanPenanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.n) Ablasi RetinaPenatalaksanaanAblasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.2. TRAUMA TEMBUSPenatalaksanaanBila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus:a. Tajam penglihatan menurunb. Tekanan bola mata rendahc. Bilik mata dangkald. Bentuk dan letak pupil yang berubahe. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau skleraf. Terdapat jaringan yang diprolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retinag. Konjungtiva kemotis

Bila terlihat salah satu atau beberapa tanda diatas maka dicurigai adanya trauma tembus bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup tetapi jangan terlalu kencang dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan dan penanganan lebih lanjut. Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi.

II. Trauma Fisika1. TRAUMA SINAR INFRAMERAHPenatalaksanaanTidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang telah terjadi, kecuali mencegah sering terpapar oleh sinar infra merah ini. Pemberian steroid sistemik dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula dan untuk mengurangi gejala radang yang timbul.2. TRAUMA SINAR ULTRA VIOLETPengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetika dan mata ditutup selama 2 3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.3. TRAUMA SINAR IONISASI DAN SINAR XPenatalaksanaanPengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, steroid sistemik dan sikloplegik. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

III. Trauma KimiawiTrauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat. Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama 15 30 menit.1. TRAUMA ASAMPenatalaksanaanPengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secara perlahan-lahan dan selama mungkin dengan air bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit. Antibiotika topikal untuk mencegah infeksi.Sikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam. EDTA bisa diberikan satu minggu post trauma.2. TRAUMA BASAPenatalaksanaanTindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma. Diberikan antiiatik lokal untuk mencegah infeksi. Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

13. Pencegahan Trauma Mata Trauma mata dapat dicegah dengan menghindarkan terjadinya trauma seperti:1) Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam akibat alat pekerjaannya2) Setiap pekerja yang bekerja di tempat bahan kimia sebaiknya mengerti bahan kimia apa yang dipakainya, asam atau basa.3) Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las.4) Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya.5) Pada olah ragawan seperti tinju ataupun bela diri lainya, harus melindungi bagian matanya dan daerah sekitarnya dengan alat pelindung.

14. Komplikasi14.1 Jangka pendek1. GlaucomaTekanan bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf penglihatan, tetapi seringkali tidak disadari oleh pasien, karena kerusakannya sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk menurunkan tekanan bola mata menjadi normal2. Corneal blood strain3. SynechiaSynechia adalah kondisi mata di mana iris melekat di kornea (yaitu anterior synechia) atau lensa (yaitu posterior synechia). Sinekia dapat disebabkan oleh trauma okular, iritis atau iridosiklitis4. Sympathetic ophtalmiaSimpatik oftalmia (SO) adalah kondisi inflamatori yang mempengaruhi keduamata. SOterjadisetelah cederapenetrasipadasatumata.Cedera melibatkan lukapenetrasi akibattraumaatau operasi.14.2 Jangka panjang1. Atropi iris2. Optic atropi3. Heterocronitis uveitis4. Hemophthalmitis

15. PrognosisPrognosisnya mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor. Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata.Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga terganggu jika koroid dalam macula rusak. Dalam jangka panjang, dapat timbul glaucoma sekunder pada mata beberapa tahun cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita juga dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor.

BAB VPENUTUPKESIMPULAN AKHIRNama : -Jenis kelamin : PriaUmur : 30 thnPekerjaan: -Status : UnknownMendiagnosa : trauma mata kananKeluhan : - Perdarahan di mata kanan- 2 jam yang lalu masuk ke sebuah explotion dari baterai penyimpanan- Visus 1/300- Pecahnya palpebra rendah 1 cm pada lateral nyanyian medius- Konjungtiva bulbi chemosis- Edema kornea dan pucat 2/3 limbus- Hiphema 1/3 bawah COA- Subluctation lensa di COA- Fundus gelap, TIO N-- Pasien tidak dapat melihat ke atas

Pemeriksaan : CT- memindai AP Lateral

Penanganan Irigasi mata kanan Berikan analgetik ( drip mata) untuk rasa sakit Memberikan spektrum yang luas antibiotik untuk profilacting infeksi Dirujuk ke dokter spesialis mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Jack, J. Clinical Oftalmlogi.third edition. CJW. Teks Book2. Ilyas SH, Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 2006 3. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury: Oftalmologi umum Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009. 4. Ilyas, Sidarta. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai Penerbit FK UI ; Jakarta.5. Jack, J. Clinical Oftalmlogi.third edition. CJW. Teks Book.6. Mansyur, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. MediaAesculapius ; Jakarta

BLOK TRAUMATOLOGIPage 22