29
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Jumaat, 21 September 2012 SMF ILMU PENYAKIT MATA Rumah Sakit Mata “Dr. Yap” Nama : Murni Hayati Binti Mohd Hashim NIM : 11-2011-132 Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes Fak. Kedokteran : UKRIDA I. IDENTITAS Nama : An. R Umur : 3 tahun 6 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Pringsurat, Temanggung Pemeriksa : Murni Hayati Mohd Hashim II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 17 September 2012 Keluhan Utama : Mata kiri keluar darah sejak 3 jam SMRS Keluhan Tambahan : Mata kiri merah, sakit, nrocos dan tidak bisa melihat.

MATA Trauma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MATA Trauma

Citation preview

Page 1: MATA Trauma

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Jumaat, 21 September 2012

SMF ILMU PENYAKIT MATA

Rumah Sakit Mata “Dr. Yap”

Nama : Murni Hayati Binti Mohd Hashim

NIM : 11-2011-132

Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes

Fak. Kedokteran : UKRIDA

I. IDENTITAS

Nama : An. R

Umur : 3 tahun 6 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Pringsurat, Temanggung

Pemeriksa : Murni Hayati Mohd Hashim

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 17 September

2012

Keluhan Utama :

Mata kiri keluar darah sejak 3 jam SMRS

Keluhan Tambahan :

Mata kiri merah, sakit, nrocos dan tidak bisa melihat.

Page 2: MATA Trauma

Riwayat Penyakit Sekarang :

3 jam SMRS, pasien bersama teman-temannya bermain petasan tidak jauh dari

rumahnya. Menurut pasien, dia berdiri agak dekat dengan daerah petasan dinyalakan. Sesaat

setelah petasan dinyalakan, dengan tiba-tiba mata kiri pasien dirasakan sakit dan mengeluarkan

air mata. Pasien terus pulang ke rumahnya. Di rumah, ibu pasien memeriksa mata kiri pasien dan

mendapatkan mata kiri pasien terdapat darah yang keluar dari daerah mata hitam pasien. Darah

yang keluar hanya sedikir dan bercak-cak, tidak sampai mengalir keluar dari mata.. Ibu pasien

juga mengatakan terdapat seperti robekan kecil pada mata hitam pasien. Mata kiri pasien masih

nrocos. Pasien mengeluh tidak bisa melihat menggunakan mata kirinya.

Kurang lebih 1 jam SMRS, mata kiri pasien di daerah mata putinnya mulai

merah.Perdarahan yang keluar dari mata hitam pasien masih ada dan mata kirinya masih nrocos.

Pasien juga mengeluh nyeri pada mata kirinya dan masih tidak bisa melihat. Ibu pasien telah

membawa pasien ke RSUD Temanggung dan di sarankan untuk merawat perawatan yang lebih

lanjut di RS Mata dr Yap.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Umum :

Asma : Tidak Ada

Gastritis : Tidak Ada

Alergi Obat : Tidak Ada

Mata :

Riwayat penggunaan kacamata : Tidak Ada

Riwayat operasi mata : Tidak Ada

Riwayat trauma mata : Tidak Ada

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak Ada

Page 3: MATA Trauma

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Nadi : 94 x/menit, Respirasi: 22 x/menit, Suhu : 36,50C

Kepala : Normocephali, wajah simetris

THT : Membran timpani intak, serumen (-/-), sekret (-/-)

Thorak : Paru-paru : suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), massa (-)

Ekstremitas : Atas : hangat +/+, Bawah : hangat +/+

KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

IV. STATUS OFTALMOLOGIS

Keterangan OD OS

1. Visus

Aksis Visus

Pasien menolak

pemeriksaan

Pasien menolak

pemeriksaan, kesan : 1/~

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada

2. Kedudukan Bola Mata

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. Supersilia

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

Page 4: MATA Trauma

4. Palpebra Superior Dan Inferior

Edema Tidak ada Ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra Normal Normal

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. Konjungtiva Tarsalis Superior Dan Inferior

Hiperemis Tidak ada Ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. Konjungtiva Bulbi

Sekret Tidak ada Ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Ada

Injeksi Siliar Tidak ada Ada

Injeksi Subkonjtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

Page 5: MATA Trauma

7. Sistem Lakrimalis

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. Sklera

Warna Putih Merah

Ikterik Tidak Ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. Kornea

Kejernihan Jernih Keruh

Permukaan Licin Tidak rata

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas (+) (+)

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak adaVulnus laceratum full

thickness, jam 5, ± 3 mm

Perforasi Tidak ada Ada

Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. Bilik Mata Depan

Kedalaman Normal Dangkal

Kejernihan Jernih Sulit dinilai

Hifema Tidak ada Ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 6: MATA Trauma

11. Iris

Warna Coklat Coklat

Kripte Jelas Sulit dinilai

Sinekia Tidak ada Sulit dinilai

Koloboma Tidak ada Tidak ada

Prolaps Tidak ada Ada dan iridodialisis

12. Pupil

Letak Ditengah Ditengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 3 mm < 0.5 mm

Refleks Cahaya Langsung Positif Sulit dinilai

Refleks Cahaya Tak Langsung Positif Sulit dinilai

13. Lensa

Kejernihan Jernih Sulit dinilai

Letak Di tengah Sulit dinilai

Shadow Test Negatif Sulit dinilai

14. Badan Kaca

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. Fundus Okuli

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Arteri :Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 7: MATA Trauma

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. Palpasi

Nyeri Tekan Tidak ada Ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli Normal Normal

Tonometr Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. Kampus Visi

Tes Konfrontasi Sesuai pemeriksa Sulit dinilai

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, tanggal 14 September 2012

Hemoglobin : 10.4 g/dL

Eritrosit : 3.92 106/uL

Hematokrit : 30.8 %

MCV : 27 pg

MCHC : 33.87 g/dL

RDW : 13.4 %

Leukosit : 6.280 /uL

Hitung jenis

Eosinofil : 1 %

Basofil : 0 %

Nautrofil batang : 0 %

Seutrifil segmen : 39 %

Limfosit : 54 %

Monosit : 6 %

Trombosit : 239.000/uL

Laju endap darah : 11/31 mm/jam

Waktu perdarahan : 3.0 menit

Page 8: MATA Trauma

Waktu pembekuan : 8.8 menit

Protrombin time (PT)

Pasien : 11.9 detik

Kontrol : 10.9 detik

APTT

Pasien : 30.1 detik

Kontrol : 28.5 detik

HbsAg : Nonreaktif

VI. RESUME

Seorang anak laki-laki dibawa ke RS Mata Yap dengan keluhan mata kiri keluar darah sejak 3

jam SMRS. Darah yang keluar hanya sedikir dan bercak-cak, tidak mengalir keluar dari mata.

Pasien mengaku sebelumnya melihat temannya bermain petasan dalam jarak yang dekat. Pasien

mengeluh mata kirinya nyeri, berterusan keluar air mata, terdapat robekan di mata hitamnya dan

penglihatan menurun pada mata kiri. Pemeriksaan fisik pada OS didapatkan visus 1/~,

blefarospasme, konjuntiva palpebra hiperemis, kornea terdapat vulnus laceratus full thickness

diam 5 sebesar kurang lebih 3 mm, KOA dangkal dan terdapat hifema, pupil kurang 0.5 mm,

irisodialisis dan terdapat prolaps iris. OD dalam batas normal.

VII. DIAGNOSIS KERJA

OS vulnus penetrans kornea dengan prolaps iris

Dasar:

Dari anamnesis : mata kiri berdarah, sakit, merah, riwayat terkena bermain petasan 3 jam

SMRS, penglihatan menurun dan terus-terusan keluar air mata.

Dari pemeriksaan fisik mata : Pada OS didapatkan blefarospasme, konjungtiva superior

dan inferior hiperemis, injeksi konjungtiva dan siliar, kornea keruh, permukaan tidak rata,

terdapat vulnus laceratum full thickness pada jam 5 dengan ukuran kurang lebih 3 mm

dan terdapat perforasi kornea. Pada KOA terdapat hifema dan dangkal. Pupil berdiameter

kurang dari 0,5 dan terdapat iridodialisis.

Page 9: MATA Trauma

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Pemeriksaan tonografi untuk memeriksa TIO

2. Pemeriksaan radiologi (X-Ray/CT SCAN/MRI) untuk melihat apakah terdapat benda

asing

IX. PENATALAKSANAAN

Rawat inap

Non-medikamentosa :

1. OS ditutup dengan betadine

Medikamentosa

1. Amoxicilin 3x1

2. Anti Tetanus Serum

3. C. Floxa ed/jam

4. Operasi repair kornea dengan injeksi camera

Edukasi

1. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata

2. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan men-

geringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

X. PROGNOSIS

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : bonam bonam

Ad Fungsionam : bonam bonam

Ad Sanationam : bonam bonam

BAB 1

Page 10: MATA Trauma

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan

manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan

kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun

mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan

lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering

mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan

kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau

memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan

perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan

mengakibatkan kebutaan.

Secara umum trauma adalah terjadinya perlukaan atau diskontinuitas dari

jaringan.Trauma tembus mata adalah trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan kornea dan

scleramengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjadi apabila benda asing melukai sebagian

lapisankornea atau sclera dan benda tertinggal di dalam lapisan tersebut. Trauma pada mata

merupakan peristiwa yang sering terjadi. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang

cukup baik seperti rongga orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya

releksmemejam atau mengedip, mata masih sering mengalami trauma dari dunia luar.Struktur

wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mataterdapat di dalam

sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat, kelopak mata bisa segera

menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang

ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun demikian, mata danstruktur di sekitarnya bisa

mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampaiterjadi kebutaan atau mata harus

diangkat, cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi

penglihatan.

Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak-anak dan

orangdewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering terjadi (50%) yaitu umur

kurang dari 18 tahun (diUSA). Terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri,

Page 11: MATA Trauma

kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu

lintas, kecelakaan dijalanraya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian,

yang juga mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat main

panahan, ketepel, senapang angin atau akibat lemparan, tusukan dari gagang mainan. Sebaiknya

bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan karena

kemungkinan fungsi penglihatan masih dapatdipertahankan.

Page 12: MATA Trauma

BAB 2

TRAUMA MATA

2.1 Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma

mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi. Perlukaan yang

ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.

2.2 Pembahagian Trauma Mata

Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

a. Fisik atau mekanik :

- Trauma tumpul, misalnya terpukul, terkena bola tenis atau shutlecock, membuka tutup

botol tidak dengan alat, ketapel.

- Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.

- Trauma peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,

terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin,

dan peluru karet.

b. Khemis :

- Trauma basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat).

- Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

c. Fisis

- Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

- Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

2.3 Epidemologi

Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada

golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular

dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Berdasarkan National for The

Page 13: MATA Trauma

Prevention of Blindness (WHO) memperkirakan bahwa 55 juta trauma mata terjadi di dunia tiap

tahunnya, 750.000 dirawat di rmah sakit dan kurang lebih 200.000 adalah merupakan trauma

terbuka bola mata. Prevalensi buta yang disebabkan oleh trauma mata adalah 1,6 juta dengan

gangguan penglihatan. Berdasarkan National Programme for Control of Blindness (NPCB) 1992,

kebutaanakibat trauma menempati urutan ke 6 setelah katarak, kelainan retina, kelainan kornea,

glaucoma dan optic atrofi. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan

unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral dan 1,6 juta

mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata.

Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16

% dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93

%) dengan umur rata-rata 31 tahun.Tempat terjadinya trauma paling banyak adalah di rumah

(42%), kemudian tempat kerja (19%), dijalan raya (16%), tempat olahraga/rekreasi (13%),

sekolah, tempat umum (3%), diperkebunan (2%).Sumber trauma sebagian besar karena objek

yang tumpul (33%) diikuti benda tajam (27%), kecelakaan kendaraan bemotor (10%), bola (6%),

jatuh (5%), petasan (4%), dan lain-lain.

2.4 Gejala klinis

Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :

a. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing

didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda

beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu.

Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi

jika tercemar oleh kuman.

b. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara

sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya retina atau sampai terputusnya

saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

c. Trauma khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis

basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat

kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan

Page 14: MATA Trauma

mata/ kornea secara perlahan-lahan.

d. Trauma Mekanik

- Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan

kromatolisis sel.

- Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran

darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi

edema.

- Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sklera dan

sebagainya.

2.5 Berbagai Kerusakan Jaringan Mata Akibat Trauma

Orbita

Trauma orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong dan menimbulkan fraktur

orbita. Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur dari maksila yang diklasifikasikan

menurut Le Fort dan fraktur tripod padazygoma yang akan mengenai dasar orbita. Apabila pintu

masuk orbita menerima suatu pukulan, maka gaya-gaya penekan dapat menyebabkan fraktur

dinding inferior dan medial yang tipis, disertai dengan prolaps bola mata beserta jaringan lunak

ke dalam sinus maksilaris (fraktur blow-out). Mungkin terdapat cedera intraokular terkait, yaitu

hifema, penyempitan sudut dan ablasi retina. Enoftalmos dapat segera terjadi setelah trauma atau

terjadi belakangan setelah edema menghilang dan terbentuk sikatrik dan atrofi jaringan lemak.

Pada soft-tissue dapat menyebabkan perdarahan disertai enoftalmus dan paralisis otot-otot

ekstraokular yang secara klinis tampak sebagai strabismus. Diplopia dapat disebabkan kerusakan

neuromuskular langsung atau edema isi orbita. Dapat pula terjadi penjepitan otot rektus inferior

orbita dan jaringan di sekitarnya. Apabila terjadi penjepitan, maka gerakan pasif mata oleh

forseps menjadi terbatas.

Palpebra

Meskipun bergantung kekuatan trauma, trauma tumpul yang mengenai mata dapatberdampak

pada palpebra, berupa edema palpebra, perdarahan subkutis dan erosipalpebra.

Konjungtiva

Page 15: MATA Trauma

Dampak trauma pada konjungtiva adalah perdarahan sub-konjungtiva ataukhemosis dan edema.

Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukanterapi karena akan hilang dalam

beberapa hari. Pola perdarahan dapat bervariasi dari ptekie hingga makular. Bila terdapat

perdarahan atau edema konjungtiva yanghebat, maka harus diwaspadai adanya fraktur orbita atau

ruptur sklera.

Sklera

Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik depan yang dalam,

tekanan bola mata yang sangat rendah dan pergerakan bolamata terhambat terutama ke arah

tempat ruptur. Ruptur sklera dapat terjadi karena trauma langsung mengenai sklera sampai

perforasi, namun dapat pula terjadi pada trauma tak langsung.

Koroid Dan Korpus Vitreus

Kontusio dan konkusio bola mata menyebabkan vitreus menekan koroid kebelakang dan

dikembalikan lagi ke depan dengan cepat (contra-coup) sehingga dapat menyebabkan edema,

perdarahan dan robekan stroma koroid. Bila perdarahan hanya sedikit, maka tidak akan

menimbulkan perdarahan vitreus. Perdarahan dapat terjadi di subretina dan suprakoroid. Akibat

perdarahan dan eksudasi di ruang suprakoriud, dapat terjadi pelepasan koroid dari sklera. Ruptur

koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas, biasanya terletak anterior

dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran Bruch. Kontusio juga dapat

menyebabkan reaksi inflamasi, nekrosis, dan degenerasi koroid.

Kornea

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial adalah

edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti cincin dengan batas

tegas berdiameter 2 ± 3 mm. Lipatan membrana Bowman membentuk membran seperti lattice.

Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai

kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan terjadi inhibisi humor aquous

ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil,

maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi. Deposit pigmen sering terjadi

di permukaan posterior kornea, disebabkan oleha danya segmen iris yang terlepas ke depan.

Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi

Page 16: MATA Trauma

jarang menyebabkan perforasi.

Iris dan Korpus Siliaris

Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila trauma ringan. Bila

trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan iridoplegi dan spasme akomodasi

sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan paralisis otot akomodasi, yang dapat menetap

bila kerusakannya cukup hebat. Penderita umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat dan harus

dibantu dengan kacamata.Konkusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa

vasokonstriksi yang segera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi dan hiperemia. Eksudasi

kadang-kadang hebat sehingga timbul iritis. Perdarahan pada jaringan iris dapat pula terjadi dan

dapat dilihat melalui deposit-deposit pigmen hemosiderin. Kerusakan vaskular iris, akar iris dan

korpus siliaris dapat menyebabkan terkumpulnya darah di kamera okuli anterior, yang disebut

hifema. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gayakontusif

akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okulianterior. Tetapi dapat juga

terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat ergerak dalam kamera

anterior, mengotori permukaandalam kornea. Tanda dan gejala hifema, antara lain:

- Pandangan mata kabur

- Penglihatan sangat menurun

- Kadang-kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis

- Pasien mengeluh sakit atau nyeri

- Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme

- Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra

- Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen

- Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan

- Pupil tetap dilatasi (midriasis)

- Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.

- Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea

- Kenaikan TIO (glukoma sekunder)

- Sukar melihat dekat

- Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil

Page 17: MATA Trauma

- Anisokor pupil

- Penglihatan ganda (iridodialisis)

Hifema primer dapat cepat diresorbsi dan dalam 5 hari bilik mata depan sudahbersih. Komplikasi

yang ditakutkan adalah hifema sekunder yang sering terjadipada hari ke-3 dan ke-5, karena

viskositas darahnya lebih kental dan volumenyalebih banyak. Hifema sekunder disebabkan lisis

dan retraksi bekuan darah yangmenempel pada bagian yang robek dan biasanya akan

menimbulkan perdarahanyang lebih banyak.

Lensa

Kerusakan yang terjadi pada lensa paska-trauma adalah kekeruhan, subluksasi dandislokasi

lensa. Kekeruhan lensa dapat berupa cincin pigmen yang terdapat padakapsul anterior karena

pelepasan pigmen iris posterior yang disebut cincinVosslus. Kekeruhan lain adalah kekeruhan

punctata, diskreta, lamelar atau difusseluruh massa lensa.Akibat lainnya adalah robekan kapsula

lensa anterior atau posterior.Bila robekankecil, lesi akan segera tertutup dengan meninggikan

kekeruhan yang tidak akanmengganggu penglihatan. Kekeruhan ini pada orang muda akan

menetap,sedangkan pada orang tua dapat progresif menjadi katarak presenil. Dengan katalain,

trauma dapat mengaktivasi proses degeneratif lensa. Subluksasi lensa dapat aksial dan lateral.

Subluksasi lensa kadang-kadang tidak mengganggu visus, namun dapat juga mengakibatkan

diplopia monokular, bahkandapat mengakibatkan reaksi fakoanafilaktik. Dislokasi lensa dapat

terjadi ke bilik depan, ke vitreus, subskleral, ruang interretina, konjungtiva dan ke

subtenon.Dislokasi ke bilik depan sering menyebabkan glaukoma akut yang hebat,

sehinggaharus segera diekstraksi. Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan seringtidak

menimbulkan keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke bilik depan dan

menyebabkan blok pupil dan peninggian TIO.

Retina

Edema retina terutama makula sering terjadi pada kontusio dan konkusio okuli.Bila hebat dapat

meninggalkan bekas yang permanen. Edem retina bisa terjadipada tempat kontusio, tetapi yang

paling sering terjadi mengenai sekeliling diskusdan makula. Dapat pula terjadi nekrosis dan

perdarahan retina yang pada prosespenyembuhan akan meninggalkan atrofi dan sikatrik. Pada

edem makula, tampak retina di sekeliling makula berwarna putih ke abu-abuan dengan bintik

Page 18: MATA Trauma

merah di tengahnya, menyerupai gambaran oklusi arteriretina sentralis. Edema dapat

berkembang menjadi kistik atau macular hole. Bilaedema tidak hebat, hanya akan meninggalkan

pigmentasi dan atrofi. Segerasetelah trauma, terjadi vasokonstriksi yang diikuti oleh vasodilatasi,

menyebabkanedema dan perdarahan. Perdarahan dapat terjadi di retina, subhyaloid atau

bahkandapat ke vitreus, sehingga pada penyembuhannya menyebabkan

retinopatiproliferatif.Robekan retina jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina

terjadipada mata yang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehinggatrauma yang

ringan sekalipun dapat memicu robekan. Ruptur retina sering disertaidengan ruptur koroid.

Dialisis ora serata sering terjadi pada kuadraninferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga

atau tapal kuda, disertai denganablasio retina. Ablasio retina pada kontusio dan konkusio dapat

terjadi akibat:

- Kolaps bola mata yang tiba-tiba akibat ruptur

- Perdarahan koroid dan eksudasi

- Robekan retina dan koroid

- Traksi fibrosis vitreus akibat perdarahan retina atau vitreus.

- Adanya degenerasi retina sebelumnya, trauma hanya sebagai pencetus.

NervusOptikus

Kontusio dan konkusio dapat menyebabkan edem dan inflamasi di sekitar diskusoptik berupa

papilitis, dengan sekuele berupa papil atrofi. Keadaan ini seringdisertai pula dengan kerusakan

koroid dan retina yang luas. Kontusio dankonkusio yang hebat juga mengakibatkan ruptur atau

avulsi nervus optikus yangbiasanya disertai kerusakan mata berat.

Page 19: MATA Trauma

BAB 3

TRAUMA TEMBUS MATA

Trauma tembus mata adalah suatu trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan kornea

dan sklera mengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjadi apabila benda asing melukai

sebagianlapisan kornea atau scleradan benda tersebut tertinggal di dalam lapisan tersebut. Pada

keadaanini tidak terjadi luka terbuka sehingga organ di dalam bola mata tidak mengalami

kontaminasi.Benda asing dengan kecepatan tingga akan menembus seluruh lapisan sclera atau

kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang di dalam bola mata ataupun

dapat sampaimenimbulkan perforasi ganda sehingga akhirnya benda asing tersebut bersarang di

dalam ronggaorbita atau bahkan dapat mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan ditemukan

suatu lukaterbuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa ataupun badan kaca.

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan konjungtiva

initidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih

dari 1cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap

robekankonjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan

robekankonjungtiva tersebut. Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke

dalam bolamata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus seperti :

- Tajam penglihatan yang menurun

- TIO rendah

- Bilik mata dangkal

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Terlihat rupture pada kornea atau sclera

- Terdapat jaringan prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina

- Konjungtiva kemotik

Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicuragai adanya perforasi bola mata maka

secepatnyadilakukan pemeberian antibiotika topical dan mata ditutup segera dikirim pada dokter

mata untuk dilakukan pembedahan.

Ruptur bola mata selalu merupakan trauma yang sangat gawat, yang dapat

Page 20: MATA Trauma

menyebabkankebutaan cepat atau lambat. Prolaps dari badan kaca melalui rupture ini sering

disertai dengantimbulnya robekan di retina dan ablasi retina. Dengan robeknya bola mata, infeksi

mudah terjadi.

Pada pasien dengan luka tembus bola mata sebaiknya diberikan antibiotik sistemik atauintravena

dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan, pasien juga diberi anti tetanus profilaktik,

analgetik dan jika perlu penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep karena salep dapat

masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid lokal. Pada trauma akibat benda tajam

ada baiknya diberi anestesi lokal, supaya pemeriksaandapat dilakukan dengan lebih teliti dan

pada luka-luka yang hebat tidak terjadi blefarospasmeyang hebat, yang dapat menimbulkan

prolaps dari sisi bola mata. Serum anti tetanus harusdiberikan pada setiap akibat benda tajam.

BERBAGAI KERUSAKAN JARINGAN MATA AKIBAT TRAUMA TEMBUS MATA

Luka Pada Palpebra

Jika pinggir palpebra luka dan tidak diperbaiki, dapat menimbulkan koloboma palpebra

akuisita. Bila besar dapat mengkibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tidak dapat menutup

sempurna. Oleh karena itu tindakan harus dilakukan secepatnya. Jika luka tidak kotor dapat

ditunggu sampai 24 jam. Pada tindakan harus diperbaiki kontinuitas margo palpebra dan

kedudukan bulu mata, jangan sampai menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo

palpebra inferior bagian nasal, dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior sehingga air mata

tidak dapat melalui jalan yang sebenarnya dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi harus

dikerjakan secepatnya, bila ditunggu 1-2 hari sukar untuk mencari ujung kanalikuli tersebut.

Luka Pada Orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, dapat

menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise otot dan diplopia.

Karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga di sekitar

orbita maka luka akan mudah terinfeksi, yang dapat menimbulkan selulitis orbita (orbital

phlegmon). Oleh karena itu jika ada luka di orbita harus segera dibuat foto rontgen dan tindakan

dilakukan secepatnya. Untuk menghindari terjadinya infeksi diberikan antibiotika lokal dan

sistemik. Jika terdapat infeksi dapat menimbulkan peradangan supuratif dan berakhir dengan

abses orbita. Bilamana mengenai dasar tengkorak dapat menimbulkan kerusakan neruvus II.

Page 21: MATA Trauma

Luka Mengenai Bola Mata

Bila terdapat luka yang mengenai bola mata, tentukan terlebih dahulu jika luka tersebut

dengan atau tanpa perforasi, dengan atau tanpa benda asing. Jika ada perforasi di bagian depan

(kornea) bilik mata depan dangkal, kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di

kornea, TIO rendah dan tes fistel positif. Bila perforasi mengenai posterior (sklera) bilik mata

depan dalam, perdarahan dalam badan kaca, koroid, retina, mungkinada ablasi retina, dan TIO

rendah.

Luka Mengenai Konjungtiva

Bila kecil dapat sembuh dengan spontan, bila besar perlu dijahit. Pemberian antibiotik

lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.

Luka Pada Kornea

Tanpa Perforasi : Erosi kornea atau benda asing tersangkut di kornea memberikan hasil tes

fluoresin positif. Untuk mencegah infeksi harus diberikan antibiotika spectrum luas.

Dengan Perforasi : Jika terdapat luka di kornea dengan perforasi tindakan harus dilakukan

secepat mungkin. Bila luka kecil lepaskan konjungtiva di limbus yang erdekatan, kemudian

ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flapkonjungtiva).

Bila luka di kornea disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya

direposisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva. Bilamana luka

berlangsung beberapa jam sebaiknya bilik mata depan dibilas dulu dengan larutan penisilin

10.000 U/cc, sebelum kornea di jahit. Sesudah dijahit diberikan antibiotik dengan spektrum luas

lokal dan sistemik. Pada luka robekan jangan sekali-kali memberikan kortison sebelom hari

kelima. Setelah lima hari biasnya luka sudah sembuh. Tindakan yang dilakukan seasepsis

mungkin untuk mencegah infeksi sekunder dan oftalmikasimpatika. Selama perawatan harus

diperhatikan pula keadaan mata yang sehat terutama apabila :

- Pada mata yang sehat terus-menerus merah, karena injeksi siliar, lakrimasi dan terdapat

eksudat di nilik mata depan. Hal ini dapat berlangsung selama 3 minggu.

- Mata yang sakit menunjukkan tanda-tanda radang yang hilang timbul.

- Pada mata yang sehat menunjukkan tanda iritasi simpatika yaitu visus menurun,

Page 22: MATA Trauma

lakrimasi, injeksi siliar, bilik mata depan efek Tyndall positif. Bila terdapat tanda-tanda

iritasi simpatika maka harus dipertimbangkan untuk melakukan enukleasi bulbi pada

mata yang terkena trauma. Mata yang terserang iritasi simpatika diobati sebagai

iridosiklitis biasa. Bilamana terdapat katarak traumatik, harus diawasi sampai seluruh

massa lensa diserap karena massa lensa yang tersisa dapat menyebabkan uveitis dan

galukoma sekunder. Jika terjadi glukoma dapat dilakukan pemberian asetazolamid dan

operasi parasentra untuk menurunkan TIO.

Luka Pada Sklera

Luka yang mengenai sklera dapat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan

dalam badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagina dalam mata dan ablasi retina.

Luka yang kecil tanpa infeksi sekunder dapat sembuh dengan dibersihkan, ditutup dengan

konjungtiva, beri antibiotic lokaldan sistemik dan mata ditutup. Luka yang besar sering disertai

perdarahan badan kaca, prolaps badan kaca, koroid dan badan siliar. Jika masih ada

kemungkinan mata tersebut dapat melihat maka luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong,

luka sklera dan konjungtiva dijahit. Bila luka sangat besar dan diragukan bahwa mata tersebut

masih dapat berfungsi maka sebaiknya dienukleasi untuk menghindari timbulnya oftalmia

simpatika pada mata yang sehat.

Luka Pada Badan Siliar

Luka pada badan siliar memiliki prognosis yang buruk kemungkinan besar dapat

menimbulkan endoftalmiti, panooftalmitis yang dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada mata

yang terkena trauma sedangkan pada mata yang sehat dapat timbul oftalmika simpatika. Karena

itu bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata dan mata tidak mungkin melihat lagi

sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi pada mata yang terkena trauma untuk menghindari oftalmia

simpatikan pada mata yang sehat.

PEMERIKSAAN

Pada setiap kejadian trauma ada beerap[a yang yang harus mendapat perhatian. Muali

dari anamnesis, pertolongan pertama serta tindakan lanjutan. Dengan mengetauhisebanyak

mungkin riwayat trauma yang terjadi maka tindakan pertolongan yang diberikan diharapkan

mampu meningkatkan prognosisnya menjadi lebih baik

Page 23: MATA Trauma

Anamnesis

Dalam anamnesis, kapan terjadinya trauma harus ditanyakan secara tepat waktunya

karena hal ini akan sangat mempengaruhi prognosis. Perlu ditanyakan dimana tempat terjadinya

trauma, karena ini bisa mebantu memperkirakan penyebab trauma. Objek penyebab trauma, baik

maacam atau jenis benda yang menyebabkan trauma perlu ditanyakan secara detil. Demikian

pula pertanyaan mengenai kemungkinan adanya benda asing yang tertinggal baik itu di dalam

rongga orbita ataupun bola mata. Apakah pasien telah mendapatkan pertolongan sebelumnya

setelah terkena trauma dan jenis pertolongan yang didapatkan harus ditanyakan. Penting pula

ditanya keadaann visus sebelum terjadinya trauma, riwayat pemakaian kaca mata, riwayat

penyakit mata sebelumnya dan ada tidaknya trauma pada mata sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita trauma mata harus dilakukan secara hati-hati dan teliti.

Keterangan diperoleh baik dari korban atau saksi mata. Anestesi tropikal akan membuat pasien

merasa nyaman, sehingga dianjurkan memberikan tetrakain atau pentokain tetes mata agar saat

pemeriksaan penderita tidak merasa nyeri. Pemeriksan visus harus dilakukan, bila perlu dalam

kondisi berbaring. Beberapa pemeriksaan objektif bisa dilakukan kemudian setelah pasien dalam

keadaan tenang.

Perhatikan secara seksama, apakah ada ruptur palpebra atau konjungtiva. Adanya

kelainan pada kornea yang berupa erosi, vulnus dan perforasi perlu mendapat perhatian. Keadaan

bilik mata depan, apakah dalam, dangkal, apakah ada hifema, adanya benda asing dalam bilik

mata depan, serta adanya prolapsus iris harus diamati dengan teliti. Kecurigaan adanya ruptur

bulbi ditandai dengan adanya pupil yang tidak bulat, kemosis yang sangat hebat serta TIO yang

sangat menurun. Daerah yang lemah dan sering mengalami ruptur adalah daerah limbus kornea

dan perlekatan muskulus rektus dan oblikus okuli. Kemungkinan adanya benda asing di kornea

atau konjungtiva termasuk benda asing yang berada di konjungtiva superior yang hanya bisa

diketauhi dengan membalik (eversi) harus dicari dengan teliti.

Page 24: MATA Trauma

PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan trauma adalah mengurangi meluasnya kerusakan jaringan,

menghindari infeksi serta bila perlu melakukan rujukan ke pusat pelayanan yang lebih tinggi

dengan fasilitas peralatan yang lebih lengkap. Untuk mengurangi meluasnya kerusakan jaringan

adalah dengan cara memberikan pertolongan pertama segera setelah kejadian, contohnya seperti

pemberian anti tetanus serum (ATS) serta pemberian antibiotika topikal ataupun intravenaa. Bila

perlu, diberikan juga analgetika dan obat penenang. Sebelum dirujuk, mata tidak diberi salep

karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien juga tidak boleh diberikan steroid lokal dan

dielakkan beban pada mata supaya tidak menekan bola mata. Pada setiap terlihat kemungkinan

trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata

dengan membuat foto.

Pengeluaran Benda Asing Tergantung Lokasi

- Palpebra, konjungtiva atau kornea : dilepaskan setelah pemberian anestesi lokal. Untuk

mengeluarkan perlu kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan

adalah dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik maka dapat dikeluarkan dengan

magnet portable atau giant magnet. Kemudian diberi antibiotika lokal, sikloplegik dan

mata dibebat.

- Iris : pecahan besi dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini

ujaung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut, bila tidak berhasil dapat

dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.

- Bilik mata depan : Pecahan besi dapat dikeluarkan dengan magnit pula seperti pada iris.

Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik denga magnit, sesudah dibuat sayatan di limbus

kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa denga cara ekstraksi linier

pada orang muda dan ekstraksi ekstra kapsuler atau intrakapsuler pada orang yang lebih

tua.

- Badan kaca : pengeluaran dengan magnit raksasa, setelah dibuat sayatan dari skera. Bila

tidak berhasil atau benda asing itu tidak magnetik dapat dikeluarkan dengan opersai

viterektomi. Bila benda asing itu tidak dapat diambil harus dilakukan enukleasi bulbi

untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika pada mata sebelahnya.

Page 25: MATA Trauma

KOMPLIKASI

1. Endoftalmitis :

Mata merah dan bengkak, sukar dibuka, konjungtiva merah, kornea keruh, bilik mata

depan keruh, fotofobia.

2. Panoftalmitis

Peradangan seluruh bolamata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata

merupakan rongga abses

3. Edema kornea

4. Ablasi retina : keluarnya vitreous humor keluar menyebabkan penurunan tekanan

intraokuler yang menyebabkan ablasi retina.

5. Perforasi pars plana

6. Ophtalmis simpatika

7. Uveitis granulomatous : pada mata yang semula sehat yang timbul setelah terjadinya

trauma tembus pada mata yang lain (exiting eye). Tanda awal adalah hilangnya daya

akomodasi serta terdapatnya radang di belakang lensa, gejala ini diikuti oleh iridosiklitis

subakut, sebukan sel radang dalam vitreous dan eksudat putih kekuningan pada jaringan

di bawah retina

Page 26: MATA Trauma

PROGNOSIS

Bergantung pada banyak faktor seperti semakin besar gaya atau benda penyebab maka akan

semakin berat trauma yang terjadi. Semakin sederhana jenis kerusakan maka akan semakin baik

prognosisnya, tetapi semakin kompleks kerusakannya maka prognosisnya lebih jelek. Selain itu,

semkain superfisial luka yang terjadi makan akan semakin baik prognosisnya. Semkain cepat

pertolongan yang diberikan, prognosis akan semakin baik.

Page 27: MATA Trauma

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata,

fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada;2007

2. Ilyas S,dkk. Ilmua Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.

Edisi kedua. Jakarta:CV.Sagung Seto.2002.263-278.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2005.259-267.

4. Prihatno AS.Cedera Mata.2007 (Diakses dari websitewww.medicastore.com, pada

tanggal 19 september 2011).

5. American Academy of Ophthalmology in Prevalence and Common Cause of Vision

Impairment in Adults. International Ophthalmology Section 13.2005-2006, page 139-

151.5.

6. Depkes Ditjen Binkesmas. Hasil Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran1996,1998.

12-17.

7. Sofia Yunian, Sri Inkawati. Trauma Mata Akibat Petasan dan Hubungannya dengan

Pencegahan Kebutaan. Ophthalmologica Indonesia Volume 29.2002.hal 6-73.7.

8. Nana Wijana,S.D;Trauma. Dalam :Ilmu Penyakit Mata.April 1983.247-249