23
PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH KOTA Tugas Teknologi Pengolahan Limbah JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 Disusun Oleh : 1. Eka Andi S. I051220 2. Furqon Mubarok W.U. I05120 3. T. Bagus Tri Lusmono I0512062

MAKALAH_KOMPOS_BARU

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,mkjbkbjh

Citation preview

Pembuatan kompos dari sampah kota

Pembuatan kompos dari sampah kotaTugas Teknologi Pengolahan Limbah

Jurusan Teknik kimiafakultas teknikuniversitas sebelas maret2015Disusun Oleh:Eka Andi S.I051220Furqon Mubarok W.U.I05120T. Bagus Tri LusmonoI0512062

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan pasar (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat.Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak positifnya.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut menjadi kompos secara konvensional dengan penambahan organik agen (serbuk gergaji) dan bakteri yang berfungsi mendegradasi sampah-sampah organik dan manambah unsur hara dalam kompos sehingga menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman.Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibat dari sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan pasar (sampah domestik)Kompos yang kami buat yaitu dari sampah-sampah pasar baik sampah kering maupun sampah basah dimana semua bahan memiliki kandungan unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K. Kompos yang berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga serta ketersediaan haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya banyak dalam pembuatannya.Dalam melakukan teknik pengomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan nitrogen yang ideal.

1.2 Tujuan Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah melakukan kegiatan komposting atau membuat kompos secara konvensional dari sampah organik domestik sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah.

1.3 ManfaatManfaat dari kegiatan ini, yaitu :1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang dihasilkan terutama dari aktivitas manusia;2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat;3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos;4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi KomposKompos adalah hasil pembusukan dari bahan-bahan organik yang membusuk dan hancur yang menumpuk dan menghasilkan tanah yang baru yang mengandung unsur hara yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dimana unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.Kompos berasal dari daun, kotoran / tinja hewan, dan bahan-bahan alam yang lain seperti pembusukan hewan-hewan kecil.Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.Potensi pengembangan kompos cukup besar mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.Pembuatan kompos dapat dilakukan oleh masyarakat awam, yang tidak punya pengetahuan tentang ilmu pertanian tetapi mereka bisa belajar dari pengalaman sendiri dan orang lain untuk membuat kompos, sehingga kompos adalah pupuk tanaman yang sangat mudah dicari, karena terbuat dari bahan-bahan organik dan sampah organik rumah tangga, dan bahan-bahan pembuat kompos sangat mudah dicari, dan mudah cara membuatnya.2.2 Proses PengomposanMemahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas (50-70) C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.Gambar :

Gambar 1. Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik (dimodifikasi dari Rynk,1992)

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidakdiinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Gambar 2. Perubahan suhu dan jumlah mikroba selama proses pengomposan

Tabel 1. Organisme yang terlibat dalam proses pengomposanKelompok MikroorganismeOrganismeJumlah/g kompos

MikrofloraBakteri108- 109

Aktinomicetes105-108

Kapang104-105

MikrofaunaProtozoa104-105

MakrofloraJamur tingkat tinggi

MakrofaunaCacing tanah, rayap, semut, kutu, dll

Proses pengomposan tergantung pada:1. Karakteristik bahan yang dikomposkan2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan3. Metode pengomposan yang dilakukan

2.3 Faktor yang Mempengaruhi PengomposanSetiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbedabeda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain :1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N)Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40: 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1. Oleh karena itu komposisi bahan yang akan dikomposkan sangatlah penting . jika bahan belum mencapai perbandingan C:N yang ideal, maka perlu dilakukan pencampuran. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencampur atau menambahkan berbagai bahan seperti tinja, kotoran hewan, pupuk, daunan dari kebun. Sampah yuang lunak., dan lain-lain (Wahyono,dkk 2003)2. Derajat Keasaman (pH)Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar pada pH netral (6 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :a. pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.b. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik. 3. TemperaturProses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme. Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara (25 45) C akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara (50 65) C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk :a. Mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vektor penyakit seperti lalat;b. Mematikan bibit gulma. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien.4. AerasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.5. PorositasPorositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Ronggarongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplly oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.6. Ukuran Partikel SampahUkuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.7. Kelembaban UdaraKandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah (40 60) % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat8. Homogenitas Campuran SampahKomponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam.9. Lama PengomposanLama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.10. Kandungan HaraKandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.11. Kandungan Bahan BerbahayaBeberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.Tabel 2. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)KondisiKondisi yang bisa diterimaIdeal

Rasio C/N20:1 s/d 40:125-35:1

Kelembaban40-65 %45-62 %

Konsentrasi O2 tersedia>5%>10%

Ukuran partikel1 inchiBervariasi

Bulk Density1000 lbs/cu yd1000 lbs/cu yd

pH5,5-9,06,5-8,0

Suhu43-66 o C54-60 o C

2.4 Bahan-bahan Pembuatan KomposPada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,limbah-limbah pertaniah, limbah limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.Menurut Djuarnani Nan, dkk. (2005) pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar atau kota, kertas, kotoran atau limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.2.4.1 Berdasarkan komponen yang dikandungnya 1. Bahan organik lunakBahan organik dikatakan lunak jika bahan tersebut sebagian besar terdiri dari air. Bahan yang termasuk dalam kategori ini adalah buah-buahan, sayur-sayuran, limbah kebun termasuk potongan rumput dan dedaunan, serta limbah dapur.2. Bahan organik kerasBahan organik keras memiliki kadar air relative rendah dibandingkan dengan jumlah total berat bahan tersebut. Contoh bahan organik keras adalah dedaunan segar, bunga, dan hasil pemotongan pagar hidup.3. Bahan selulosaBahan selulosa merupakan bahan yang struktur selulornya sebagian besar terdiri dari selulosa dan lignin dengan kadar air yang relative rendah. Bahan ini akan didekomposisikan dengan sangat lambat, bahkan tidak sama sekali. Contohnya adalah sisipan kayu, jerami padi, daun kering, kulit pohon, dan kertas.4. Limbah proteinLimbah protein merupakan limbah yang mengandung banyak protein, seperti kotoran hewan, limbah dari pemotongan hewan, dan limbah makanan. Limbah yang mengandung banyak protein ini merupakan bahan pembuat kompos yang sangat bagus karena kandungan nutrisinya baik untuk pertumbuhan tanaman.5. Limbah manusiaLimbah manusia dan hewan yang dimaksud adalah kotoran (feses). Kotoran ini sangat disenangi mikroorganisme.2.4.2 Berdasarkan asal bahannya1. Limbah Pertanian1) Limbah dan residu tanaman, contohnya jerami padi, sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung..2) Semuabagian vegetative tanaman, contohnya batang pisang, serabut kelapa, dan dedaunan.3) Limbah dan residu ternak, contohnya kotoran, limbah cair, dan limbah pakan.2. Limbah Industri1) Limbah padat, contohnya kayu, kertas, serbuk gergaji, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan, dan limbah dari pemotongan hewan.2) Limbah cair, contohnya alkohol, limbah dari pengolahan kertas, dan limbah dari pengolahan minyak kelapa.3. Limbah Rumah Tangga1) Sampah, contohnya tinja, urin, sampah rumah tangga, sampah kota, dan limbah dapur.2) Garbage diartikan sebagai limbah yang berasal dari tumbuhan hasil pemeliharaan dan budidaya. Dapur rumah tangga, pusat perbelanjaan pasar, dan restoran atau tempat yang menjual masakan olahan.3) Rabbish mengandung berbagai limbah padat yang mudah terbakar yang berasal dari rumah, pusat perbelanjaan dan kantor.Sebaiknya dalam pembuatan pupuk kompos perbandingan penggunaan Sampah Coklat : Sampah Hijau yaitu (2:1). Karena apabila hanya menggunakan sampah coklat saja maka akan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengomposannya.Bahan yang sebaiknyadihindari untuk pembuatan pupuk kompos adalah :1. Daging ,ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, karena dapat mengundang serangga seperti lalat sehingga proses pengomposan akan menimbulkan belatung.2. Feses anjing, feses kucing ini dapat membawa penyakit.3. Tanaman gulma / yang berhama karena hama akan masih terkandung dalam kompos.2.4.3 Penggunaan effective microorganisms 4 (EM4) Dalam pengomposan Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes, Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga merangsang perkembangan mikroorgan isme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman. EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik (Sugihmoro,1994). Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM 4 pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa organic lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk berkembang biak di sana. Hasil proses fermentasi tersebut disebut bokashi.

2.5 Metode Pembuatan KomposTerdapat beberapa metoda pembuatan kompos yang umum dilakukan, yaitu:1. Sistem Wind RowWind Row Systemadalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan paling murah. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang, tinggi tumpukan 0.6 sampai 1 meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya dapat mencapai 40-50 meter. Sistim ini memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi lebar, tinggi dan panjang nya tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, kelembaban, ruang pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai bagian tengah tumpukan bahan baku. Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku ini harus dapat melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran panas yang ditimbulkan sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Windrow sistim ini merupakan sistim proses komposting yang baik yang telah berhasil dilakukan di banyak tempat untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur selokan, sampah kota dll. Untuk mengatur temperatur, kelembaban dan oksigen, pada windrow sistim ini, maka dilakukan proses pembalikan secara periodik Inilah secara prinsip yang membedakannya dari sistim pembuatan kompos yang lain. Kelemahan dari sistim Windrow ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup luas.

2. Sistem Aerated Static PileSistim pembuatan kompos lainnya yang lebih maju adalahAerated Static Pile. Secara prinsip proses komposting ini hampir sama, dengan windrow sistim, tetapi dalam sistim ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara. Udara ditekan memakaiblower. Karena ada sirkulasi udara, maka tumpukan bahan baku yang sedang diproses dapat lebih tinggi dari 1 meter. Proses itu sendiri diatur dengan pengaliran oksigen. Apabila temperatur terlalu tinggi, aliran oksigen dihentikan, sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah. Karena tidak ada proses pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat sedemikian rupa homogen sejak awal. Dalam pencampuran harus terdapat rongga udara yang cukup. Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan panjang harus dipotong-potong mencapai ukuran 4-10 cm.3. Sistem In VesselSistem yang ketiga adalah sistim In Vessel Composting. Dalam sistim ini dapat mempergunakan kontainer berupa apa saja, dapat silo atau parit memanjang. Karena sistim ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistim ini baik digunakan untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah kota. Sistim in vessel juga mempergunakan pengaturan udara sama seperti sistimAerated Static Pile. Sistim ini memiliki pintu pemasukan bahan kompos dan pintu pengeluaran kompos jadi yang berbeda.2.6 Karakteristik Kompos yang MatangUntuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan uji di laboratorium atau pun pengamatan sederhana di lapang. Berikut ini disampaikan beberapa cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :1. Dicium/dibauiKompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.2. Kekerasan BahanKompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-remas akan mudah hancur.3. Warna komposWarna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.4. PenyusutanTerjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.5. SuhuSuhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang. 6. Tes perkecambahanContoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke2 atau ke3 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.7. Bioassay/Uji BiologiKematangan kompos diuji dengan menggunakan tanaman. Pilih tanaman yang responsif dengan kualitas kompos dan mudah diperoleh, seperti: bayam, tomat, atau tanaman kacangkacangan. Tanah yang digunakan untuk pengujian adalah tanah marjinal/tanah miskin. Campurkan kompos dan tanah dengan perbandingan 30% kompos : 70% tanah. Masukkan campuran tanah kompos ke dalam beberapa polybag. Tanam bibit tanaman ke dalam polybag. Sebagai pembanding gunakan tanah saja (blangko) dan tanah subur. Bioassay dilakukan tanpa pemupukan. Kompos yang bagus ditandai dengan pertumbuhan tanaman uji yang lebih baik daripada perlakuan tanah saja (blanko).8. Uji Laboratorium KomposSalah satu kriteria kematangan kompos adalah rasio C/N. Analisa ini hanya bisa dilakukan di laboratorium. Kompos yang telah cukup matang memiliki rasio C/N< 20. Apabila rasio C/N lebih tinggi, maka kompos belum cukup matang dan perlu waktu dekomposisi yang lebih lama lagi.2.7 Kualitas Kimia Kompos

14