25
MAKALAH STUDI KASUS : TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI NEGARA INDONESIA DI SUSUN OLEH : 1. NI LUH NADIASTRI WIDYACWARI / 125020407111008 2. ANDI TRI SETIAWAN / 125020407111032 3. ALEXANDER NAPITUPULU / 125020400111057 PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Makalah_moneter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengantar ekonomi

Citation preview

MAKALAH STUDI KASUS : TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI NEGARA INDONESIA

DI SUSUN OLEH :1. NI LUH NADIASTRI WIDYACWARI /1250204071110082. ANDI TRI SETIAWAN /1250204071110323. ALEXANDER NAPITUPULU / 125020400111057

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKANJURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG 2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGTransmisi Kebijakan Moneter adalahsalah satu kebijakan yang secara langsung dapat dikendalikan oleh pemerintah, serta memiliki dampak langsung pada perekonomian di Indonesia dimana adanya proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.1.2TUJUAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan dari Kebijakan Moneter itu sendiri adalah :1. Menjaga stabilitas ekonomi2. Menjaga stabilitas harga3. Meningkatkan kesempatan kerja4. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan pembayaran

1.3MACAM MACAM KEBIJAKAN MONETER1. Kebijakan Pasar TerbukaKebijakan Bank Sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga :Menjual surat berharga mengurangi jumlah Politik Pasar Terbuka uang beredar mengatasi inflasi

Membeli surat berharga menambah jumlah Uang Beredar mengatasi deflasi / resesi

2. Kebijakan DiskontoKebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank.

3. Kebijakan Cadangan KasKebijakan Cadangan Kas adalah Kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau mengurangi cadangan kas minimum yang dimiliki bank bank umum.

4. Kebijakan Kredit Selektif dan Kredit LonggarKebijakan Kredit selektif adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Bank sentral memberlakukan kredit selektif jika perekonomian menunjukkan tanda-tanda inflasi.Kebijakan kredit longgar adalah kebijakan bank sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan cara-cara memperlonggar syarat-syarat pemberian kredit. Bank sentral memperlakukan kebijakan kredit longgar jika perekonomian menunjukkan tanda-tanda deflasi.

5. Kebijakan Devaluasi dan Revaluasi Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca pembayaran.Revaluasi adalah kebijakan bank sentral menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.

6. Sanering Sanering adalah kebijakan bank sentral untuk memotong nilai mata uang dalam negeri. Kebijakan ini dilakukan apabila terjadi hiperinflasi.7. Mencetak uang baru 8. Memusnahkan uang lama9. Dorongan moral

1.4TENGGANG WAKTU (LAG) EFEK KEBIJAKAN MONETERTerdapat dua macam lag dalam kebijakan moneter yaitu ;1. Inside LagJarak waktu dari timbulnya permasalahan di dalam perekonomian sampai dengan di mulainyatindakan kebijakan untuk mengatasinya.2. Outside Lag Jarak waktu antara saat mulai dilaksanakannya langkah kebijakan dan saat timbulnya akibat pada perekonomian.

1.5KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN MONETERTerdapat beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter:1. Penargetan Nilai Tukar (Excahange Rate Targeting)Strategi kebijakan moneter dalam penargetan nilai tukar mendasarkan pada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya terhadap pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter.

Dalam pelaksanaanya terdapat 3 hal yang dapat di tempuh :1. Dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga komoditas tertentu yang diakui secara internasional2. Dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-negara besar yang mempunyai laju inflasi yang paling rendah 3. Dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara tertentu ketika perubahan nilai mata uang di perkenankan sejalan dengan perbadaan laju inflasi diantara kedua negara.2. Penargetan Besaran Moneter (Monetary Targeting)Penetapan besaran moneter di lakukan dengan menetapkan pertumbuhan jumlah uang yang beredar sebagai sasaran antara, serta kredit.Kelebihan utama dari penargetan besaranh moneter adalah dimungkinkannya kebijakan moneter yang independen sehingga bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang di tetapkan.

3. Penargetan InflasiPenargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada publik mengenai target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitas harga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter.4. Strategi Kebijakan Moneter Tanpa Jangkar yang TegasDalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang memuaskan, beberapa negara memilih strategi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas.

1.6EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER Efektivitas Kebijakan Moneter dipengaruhi oleh :1. Ada tidaknya tujuan yang saling bertentangan 2. Tingkat monetarisasi masyarakat3. Pengaruh lembaga keuangan 4. Faktor kelambanan (Time Lag)5. Harapan (Expectation) Masyarakat6. Faktor Faktor yang mempengaruhi variabel target

BAB IIKEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

2.1Sejarah Kebijakan Moneter di IndonesiaKebijakan moneter yang diterapkanpadatanggal 13 Desember 1965 adalah politik saneering. Mulai tahun 1960, kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyek-proyek politik semakin meningkat akibat isu konfrontasi yang terus dilakukan dengan Belanda dan Malaysia. Hal ini juga disebabkan oleh besarnya pengeluran pemerintah untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New Emerging Forces (Ganefo) dan Conference of the Emerging Forces (Conefo).

Dalam rangka mempersiapkan kesatuan moneter di seluruh wilayah Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1965, pemerintah menerbitkan sebuah alat pembayaran yang sah yang berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia melalui PenetapanPresiden (Penpres) No. 27/1965. Ketentuan tersebut mencakup nilai perbandingan antarauang rupiah baru dengan uang rupiah lama dan uang rupiah khusus untuk Irian Barat -Rp 1 (baru) = Rp 1.000 (lama) danRp 1 (baru) = IB Rp 1-, serta pencabutan uang kertas Bank Negara Indonesia, uang kertas, dan uang logam pemerintah yang telah beredar sebelum diberlakukannya Penpres tersebut.

Sejak saat itu sampai bulan Agustus 1966, uang rupiah baru dan uang rupiah lama beredar bersama-sama. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, semua instansi swasta diwajibkan untuk menggunakan nilai uang rupiah baru dalam perhitungan harga barang dan jasa serta keperluan administrasi keuangan. Meskipun uang rupiah baru bernilai 1.000 kali uang rupiah lama, tidak berarti bahwa harga-harga menjadi seperseribu harga lamanya. Kebijakan ini justru meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan inflasi.

2.2Bekerjanya Kebijakan Moneter di indonesiaBank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 merupakan shock bagi stabilitas moneter dan perekonomian Indonesia yang menuntut adanya kebijakan moneter yang tepat untuk mengatasi dampak gangguan terhadap stabilitas moneter tersebut. Adapun kebijakan moneter yang diambil Bank Indonesia untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar terhadap penurunan perekonomian nasional akibat terjadinya krisis global pada tahun 2008 adalah berupa penurunan BI Rate sampai mencapai angka 6.50 % pada bulan Oktober 2009. Penurunan BI Rate diharapkan dapat memberikan dampak pada penurunan suku bunga kredit sehingga hal tersebut akan kembali menggerakan roda perekonomian nasional. Selain hal tersebut penurunan BI Rate diharapkan dapat menekan tingkat inflasi yang dapat semakin meningkatkan beban hidup masyarakat dengan terjadinya penurunan pendapatan real masyarakat. Perubahan BI Rate merupakan indikator penting yang mencerminkan arah kebijakan moneter Indonesia dan akan memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia melalui beberapa jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter yang pada akhirnya ditujukan untuk dapat mempengaruhi pergerakan roda perekonomian. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bergerak melalui sektor perbankan yang merupakan lembaga perantara yang akan mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Bank Indonesia juga memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Kredit perbankan merupakan sumber dana tertinggi dalam proses pembangunan perekonomian di Indonesia yang akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian. Oleh sebab itu, peranan perbankan sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana sangat penting peranannya bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal tersebut menggambarkan pentingnya stabilitas sektor perbankan karena kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.Untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah perbankan, Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran likuiditas melalui penurunan giro wajib minimum (GWM) untuk memberikan fleksibilitas kepada perbankan dalam mengelola likuiditasnya sehingga tidak terjadi keketatan likuidtas seperti yang dialami banyak negara lain dan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan. Perubahan giro wajib minimum tersebut berupa penurunan GWM dari 9.01% menjadi 7.5% untuk GWM rupiah dan penurunan GWM dari 3 % menjadi 1% untuk valas. Kebijakan ini akan berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam bentuk rupiah sekitar Rp. 50,0 triliun dan dalam valas sebesar US$ 721 juta. Pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun guna memberikan ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang. Struktur perbankan Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok bank yang memiliki jumlah aset besar dan kecil akan memungkinkan terjadinya reaksi yang berbeda dari masing-masing kelompok bank atas kebijakan moneter terjadi. Dimana hal tersebut berkaitan dengan kemampuan masing-masing bank dalam merespon kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa bank yang memiliki modal besar melakukan kebijakan yang bersifat countercyclical berupa pemberian kredit yang lebih tinggi pada saat terjadi kenaikan bunga sedangkan bank yang memiliki modal kecil melakukan kebijakan yang bersifat procyclical berupa pemberian kredit yang lebih rendah pada saar terjadi kenaikan bunga. Bank dengan permodalan yang kecil adalah kelompok bank yang paling terpengaruh oleh perubahan kebijakan moneter ketat dari bank sentral, sehingga bank kecil cenderung akan menurunkan kreditnya pada saat terjadi kebijakan moneter ketat. Hal tersebut selain karena keterbatasan likuiditas dan sumber pendanaan pada bank kecil juga karena rendahnya efisiensi pada bank kecil sehingga menimbulkan biaya yang tinggi pada operasional bank kecil (Kishan & Opiela, 2000).Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis atas perbedaan respon dari kelompok bank tersebut agar kebijakan moneter dapat bertransmisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh bank sentral. Dengan demikian paper ini bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan pembagian kelompok bank menurut modal yang dimiliki. Hal ini juga ditujukan untuk melihat efektivitas penerapan teori mekanisme transmisi melalui bank lending channel di Indonesia. Efektivitas mekanisme transmisi melalui lending channel menjadi penting bagi negara berkembang seperti Indonesia karena peranan perbankan khususnya kredit sangat penting bagi perekonomian negara berkembang. Hal tersebut karena bank bukan hanya merupakan sumber utama pendanaan bagi perusahaan kecil, menengah maupun besar tetapi perkembangan perbankan juga mencerminkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Sebagai contoh, perkembangan kredit dari sektor perbankan di Indonesia pada selama periode 2001 2004 mencapai pangsa 77% dari total pembiayaan yang disalurkan oleh seluruh lembaga keuangan termasuk bank, pasar uang dan pasar modal, sehingga pertumbuhan dan penurunan perbankan memiliki korelasi yang sangat kuat dengan perkembangan perekonomian Indonesia.

2.3 PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN INDONESIAPerubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.Hal-hal penting yang perlu ditanganiuntuk meningkatkan efisiensi sektor keuangan Indonesia adalah: 1. Diversifikasi dan penguatan lembaga keuangan non-bank; 2. Restrukturisasi perusahaan asuransi dan dana pensiun yang pailit; 3. Restrukturisasi rencana dana pension dan skema jaminan social pegawai negeri agar dapat berkelanjutan secara fiskal; 4. Meningkatkan luas dan dalamnya pasar modal saham dan obligasi melalui peningkatan penegakkan peraturan pengelolaan perusahaan;5. Memperkuat koordinasi antar lembaga-lembaga sektor keuangan.Selain stabilitas sektor keuangan, untuk kedepan Pemerintah juga memprioritaskan peningkatan akses terhadap layanan keuangan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan usaha mikro, kecil dan menengah. Saat ini sekitar setengah dari rumah tangga Indonesia tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan resmi.Peningkatan akses keuangan dapat dicapai dengan: (i) Memperluas focus kebijakan dari pemberian kredit menjadi pemberian layanan keuangan; (ii) Memberdayakan lembaga kredit mikro resmi melalui peningkatan akses terhadap pendanaan dan pembangunan kapasitas yang ditujukan; (iii) Menetapkan kerangka hokum bagi lembaga keuangan mikro non-bank/non-koperasi; (iv) mendorong modal ventura, leasing dan produk-produk keuangan berbasis syariah; dan(v) memberikan kerangka hokum dan peraturan yang jelas bagi produk/layanan keuangan yang inovatif/berteknologi yang merupakan kunci bagi pemberian layanan keuangan rendah biaya.

2.4 SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA

Sebuah sistem pembayaran yang berfungsi dengan baik sangat penting untuk operasi yang efisien dari pasar keuangan serta mendukung ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, promosi dari sistem pembayaran yang aman, aman dan efisien merupakan tujuan penting dari Bank Indonesia.

2.5 Peran dan Dampak kebijakan Moneter yang dilakukan IndonesiaKebijakan moneter yang dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia. Dalam system nilai tukar bebas dan perfect capital mobility, kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan kebijakan fiscal dalam upaya mencapai keseimbangan dan stabilitas makroekonomi. Kebijakan moneter lebih berperan dalam menstimulasi pemulihan ekonomi. Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan tercapainya inflasi yang rendah, stabilitas nilai tukar, dan suku bunga.Salah satu dampak dari kapitalisme yakni uang berfluktuasi tak terkontrol tanpa ada standar acuan yang baku. Konsep uang yang semula digunakan sebagai:1. Alat pertukaran atau media pembayaran2. Alat untuk menyimpan nilai3. Alat satuan hitung4. Juga dipakai sebagai alat spekulasi.Ketika uang diperdagangkan di pasar valuta asing nilainya akan terus berfluktuasi mengikuti harga pasar (supply and demand). Berdasarkan realita, kurs pertukaran uang sesungguhnya dengan fiat money, dimana uang dijadikan komoditas perdagangan amat sangat merugikan individu maupun tatanan masyarakat. Sebagai contoh jumlah hutang luar negeri Indonesia yang semula US$ 102 Milyar hanya dalam waktu satu tahun naik lima kali lipat menjadi US$ 510 Milyar, akibatnya dana yang seharusnya bias dimanfaatkan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945, sebagian besar disedot untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Untuk menutup defisit APBN kembali pemerintah harus mengandalkan hutang sebagai sumber pendanaan.Para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah apabila Negara tersebut: Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar Mengalami inflasi yang tidak terkontrol Defisit neraca pembayaran yang besar Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang Tingkat suku bunga yang diatas kewajaranJika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara, maka dapat dipastikan Negara tersebut hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.

BAB IIIPENUTUP

2.6 KESIMPULANKebijakan Moneter dari bank Indonesia, sangat sedikit sekali yang bisa di petik untuk di pelajari, pembangunan sektor keuangan di Indonesia mempromosikan stabilitas keuangan dan moneter yang kondusif bagi pertumbuhan berkelanjutan ekonomiIndonesia. Menjelang akhir ini, Bank memainkan peran penting dalam pengembangan sektor keuangan yang progresif dan inklusif yang memerlukan melestarikan fondasi inti stabilitas keuangan setiap saat , memastikan intermediasi keuangan yang efektif dan efisien , dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

2.7 SARAN Kebijakan moneter seharusnya berfokus untuk mengatasi defisi tahun semasa ("current account"/transaksiberjalan) dan menahan laju inflasi. Untuk itu, lanjutnya, kebijakan fiscal seharusnya bias mendorong upaya yang dilakukan dari sisi moneter. "Dengan campuran kebijakan yang tepat, Indonesia akan dapat mempersiapkan diri untuk melawan guncangan eksternal tambahan yang berpotensi tiba-tiba di masa mendatang.

Didalam structural perekonomian di Indonesia terdapat empat area yang layak untuk disorot yaitu terkait dengan reformasi fiskal, fleksibilitas pasar tenaga kerja, sektor finansial, dan perbaikan terhadap iklim bisnis. David memaparkan, agenda reformasi structural reformasi yang diterapkan Indonesia antara lain terkait dengan hambatan dalam perdagangan.

Dan yang terpenting, Negara kita harus Memberantas korupsi dan mengurangi inefisiensi dalam anggaran, membangun visi dan misi yang lebih jelas dan terarah untuk masa depan.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Malang, 12 Desember 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................XDAFTAR ISI .............................................................................XI

BAB I1.1 Latar Belakang....................................................1.2 Tujuan Kebijakan Moneter....................................................1.3 Macam-Macam Kebijakan Moneter....................................................1.4 Tenggang Waktu Kebijakan Moneter....................................................1.5 Kerangka Strategi kebijakan Moneter....................................................1.6 Efektivitas Kebijakan Moneter....................................................

BAB II2.1 Sejarah Kebijakan Moneter di Indonesia.....................................................2.2Bekerjanya Kebijakan Moneter Bank Indonesia ..........................................2.3Pembangunan Sektor Keuangan di Indonesia.........................................2.4Sistem Pembayaran di Indonesia.....................................................2.5Peran dan Dampak Kebijakan Moneter di Indonesia ..................................BAB III3.1Kesimpulan.....................................................................................................3.2Saran.....................................................................................................