Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Manajemen Kurikulum Pendidikan Gereja
(Studi Pendidikan Katekisasi Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon)
Oleh:
MAGIELTA MANUPUTTY
(712014060)
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Manajemen Kurikulum Pendidikan Gereja
(Studi Pendidikan Katekisasi Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon)
Oleh:
MAGIELTA MANUPUTTY
(712014060)
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si-Teol)
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Izak Lattu, Ph.D Pdt. Nimali Fidelis Buke, M.A
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Ketua Program Studi Dekan
Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakuannu M.Si Dr. David Samiyono,MTS,MSLS
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2018
iii
Perpustakaan Universitas
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Magielta Manuputty
NIM : 712014060 Email : [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi
Judul Tugas Akhir : Manajemen Kurikulum Pendidikan Gereja (Studi Pendidikan Katekisasi Gereja
Nehemia Klasis Pulau Ambon)
Pembimbing : 1. Pdt. Izak Lattu, Ph.D
2. Pdt. Nimali. Fidelis Buke, M.A
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil
pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan
pembimbing akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui
oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang
lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga, 12 September 2018
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711
Jawa Tengah, Indonesia Telp. 0298 – 321212, Fax. 0298 321433
Email: [email protected] ; http://library.uksw.edu
iv
Magielta Manuputty
Perpustakaan Universitas
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Magielta Manuputty
NIM : 712014060 Email : [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi
Judul tugas akhir : Manajemen Kurikulum Pendidikan Gereja (Studi Pendidikan Katekisasi Gereja
Nehemia Klasis Pulau Ambon)
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas Kristen
Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini
dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang
sesuai):
a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas,
dan/atau portal GARUDA
b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas,
dan/atau portal GARUDA**
* Hak yang tidak terbatas hanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.
** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Salatiga, 12 September 2018
Magielta Manuputty
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing I
Pdt. Izak Lattu, Ph.D
Pembimbing II
Pdt. Nimali Fidelis Buke, M.A
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711 Jawa Tengah, Indonesia
Telp. 0298 – 321212, Fax. 0298 321433 Email: [email protected] ; http://library.uksw.edu
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Magielta Manuputty
NIM : 712014060
Program Studi : Teologi
Fakultas : Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul : Manajemen Kurikulum Pendidikan Gereja (Studi Pendidikan Katekisasi Gereja Nehemia
Klasis Pulau Ambon)
beserta perangkat yang ada (jika perlu). Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW
berhak menyimpan, mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 12 September 2018
Magielta Manuputty
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Izak Lattu, Ph.D Pdt. Nimali Fidelis Buke, M.A
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas kasih dan
kemurahan-Nya penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis bersyukur atas
hikmat dan pengetahuan yang dilimpahkan Tuhan selama penulis menjalani empat tahun masa
pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Tugas akhir ini merupakan bukti dari Anugrah Tuhan dalam kehidupan penulis dan
merupakan sebagian perjuangan penulis dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban di Fakultas
Teologi. Sehingga penulis tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa. Tugas akhir ini dibuat selain sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana sains dalam bidang
Teologi (S.Si-Teol). Namun demikian, tugas akhir ini dapat membantu Gereja dan para pengajar
katekisasi di Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon untuk dapat memahami tentang manajemen
kurikulum pada jenjang pendidikan katekisasi. Besar pula harapan penulis, semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat dan menjadi berkat untuk menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus Sang pemberi hikmat yang senantiasa memampukan saya dalam
menjalani pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana, sejak Sepetember 2014-
September 2018. Sehingga saya dapat menyelesaikan studi S1 di fakultas Teologi
dengan memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol).
2. Untuk ketiga orang tua saya, Papa Marthinus Manuputty, Mama Augie Loupatty dan
Alm. Mama Tirza J. Kakisina/Manuputty tercinta, ke-empat kakak saya (Arie, Janny,
Ocka dan Della), adik saya (Uneth), kedua keponakan saya (Qheylista dan Gavriel),
dan seluruh keluarga besar Manuputty-Loupatty atas segala dukungan dan doa yang
tak lelah mereka panjatkan untuk kehidupan dan pendidikan saya.
3. Untuk kedua dosen wali saya, Ira Mangililo dan Pdt. Simon Yulianto yang telah
menjadi orang tua saya di Kampus dan selalu mendukung saya untuk dapat
melaksanakan perkuliahan dengan baik.
4. Kakak Izak Lattu dan Bapak Nimali Fidelis Buke yang dengan penuh kesabaran telah
membimbing dan mengarahkan saya untuk dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
akhir ini.
5. Semua dosen Fakultas Teologi yang telah menjadi orang tua di Fakultas Teologi,
serta yang telah bersedia memberikan ilmu yang dimiliki.
6. Ibu Budi selaku TU Fakultas Teologi dan seluruh staff terima kasih atas segala
pelayanan, dukungan dan kerja sama bagi kami mahasiswa/i.
7. Pdt Stefanus Yossy Nugraha, S.Si Teol selaku supervisor lapangan dalam menjalani
PPL I-IV, Bapak Condrat L. Piga selaku supervisor lapangan untuk PPL IX, dan Pdt.
Ny. D. Teslatu/M, S.Si selaku supervisor lapangan untuk PPL X atas segala
dukungan, pelajaran di lapangan, serta pengalaman yang telah dibagikan kepada saya
melalui praktek pendidikan lapangan ini.
8. Kepada seluruh Majelis Jemaat dan warga jemaat Serwaru, Klasis PP Letti Moa
Lakor sinode GPM yang merupakan lokasi saya dalam melakukan PPL X. Terima
Kasih untuk segala kerja sama, dukungan dan doa yang diberikan kepada saya.
viii
9. Keluarga Mananue dan para Pendeta pulau Letti yang telah menerima saya saat
menjalankan PPL X dan menjadi keluarga yang menerima segala kekurangan dalam
diri saya saat menjalani PPL X.
10. Sinode GPM yang menjadi wadah untuk mendukung saya dalam melakukan PPL X
di wilayah GPM.
11. Kepada ketua Majelis Jemaat, seluruh perangkat Majelis Jemaat GPM Nehemia, dan
seluruh pengajar katekisasi terkhususnya anak-anak katekisasi Gereja Nehemia yang
telah berpartisipasi dan mendukung saya dalam melakukan penelitian tugas akhir ini
sampai selesai.
12. Kepada anak-anak kontrakan BlueHouse (Vanny, Venny, Angel, Exel, dan Cindy),
terima kasih untuk waktu dan motivasi yang diberikan serta dukungan dalam bentuk
moril kepada saya.
13. Kepada orang terdekat saya, “Marcel Loupatty” terima kasih atas kasih sayang,
pengertian, motivasi, dukungan dan doa kepada saya sehingga dapat melewati dan
menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.
14. Kontrakan GreenHouse (Mami, Mama Lo, Mama Nia, Kakak Icka, dan Eky) dan
Kontrakan KemiriCandi (Godwin, Juan, Ian, Itos, dan Anya) Terima kasih untuk doa
dan dukungan selama masa pendidikan.
15. Saudara-saudara dan sahabat di tanah rantau yang telah mendukung saya:
“UTIMENA” Eman, Denis, Ona, Moi, Ayu, Putri, Lyly, Nata, Omi, Jane, dan Upan.
Terima kasih untuk setiap canda, tawa, sedih yang selalu saya dapatkan, kalian selalu
menjadi keluarga kecil di kota kecil ini.
16. Kepada KBM Mandala yang sudah boleh menjadi wadah bagi saya selama berkuliah
dan yang sudah memberikan banyak pelajaran serta pengalaman bagi saya dalam
pelayanan bersama.
17. Teman-teman Teologi 2014 untuk kebersamaan, canda tawa, pengalaman hidup
bersama dalam menyelesaikan pendidikan di fakultas Teologi ini.
18. Terima kasih untuk orang-orang terdekat yang sudah hadir memberikan dukungan,
motivasi dan doa dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .............................................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ......................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ix
MOTTO ...................................................................................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................................................. xi
1. Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Metode Penulisan ........................................................................................................... 3
2. Landasan Teori .................................................................................................................... 4
2.1 Manajemen..................................................................................................................... 4
2.2 Kurikulum ...................................................................................................................... 8
2.3 Pendidikan Katekisasi .................................................................................................. 11
3. Hasil Penelitian .................................................................................................................. 13
3.1 Gambaran Tempat Penelitian....................................................................................... 13
3.2 Kurikulum Pendidikan Katekisasi di Gereja Nehemia ................................................ 14
4. Analisa ............................................................................................................................... 17
4.1 Pandangan Pengajar Terhadap Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi .......... 17
5. Kesimpulan ........................................................................................................................ 21
6. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 23
x
MOTTO
Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan
tidak ada rencana-Mu yang gagal.
(Ayub 42:2)
xi
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam tulisan ini adalah
mendiskripsikan dan menganalisa pandangan majelis jemaat dan pengajar
mengenai manajemen kurikulum pendidikan ketekisasi yang berada pada Gereja
Nehemia Klasis Pulau Ambon. Manajemen kurikulum pada pendidikan katekisasi
agar anak-anak katekisasi mampu mengerti dan memehami iman Kristen sehingga
mendapatkan hasil yang baik dalam mencapai tingkat pertumbuhan dan
kedewasaan dalam iman bagi anak-anak di GPM (Gereja Protestan Maluku).
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskripsi kualitatif yang
bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa fenomena yang terjadi tentang
manajemen kurikulum pendidikan Gereja khususnya pada pendidikan katekisasi.
Teknik pengumpulan data yang dipakai penulis berbentuk wawancara untuk
mendapatkan gambaran mengenai obyek yang akan diteliti. Dijelaskan bahwa
wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
seseorang yang disebut resopoden melalui suatu percakapan yang sistematis dan
terorganisasi. Ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui bagaimana pandangan
Majelis Jemaat, pengajar dan anak-anak ketekisasi mengenai manajemen kurikulum
pendidikan ketekisasi pada Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon. Kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan adanya manajemen
kurikulum yang baik dalam pendidikan ketekisasi mampu membuat anak-anak
ketekisasi mengerti dan memahami mengenai iman Kristen sehingga tingkat
pertumbuhan dan kedewasaan dalam iman anak-anak ketekisasi dapat
dipertanggungjawabkan.
Kata Kunci : Manajemen, Kurikulum, dan Pendidikan Katekisasi.
1
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Gereja Protestan Maluku sebagai sebuah gereja memandang secara umum bahwa
Katekisasi sebagai bagian yang penting dalam pembinaan warga gereja. Tata gereja-nya
menyebutkan bahwa katekisasi merupakan salah satu wadah pembinaan warga gereja untuk
dapat melaksanakan panggilan dan pengutusan gereja di tengah-tengah dunia melalui
persekutuan, pelayanan dan kesaksian. Akan tetapi pandangan secara khusus terhadap pelayanan
katekisasi merupakan sebuah proses pembimbingan dan pengajaran kepada peserta katekisasi
untuk mempersiapkan mereka menjadi anggota gereja yang memahami dan melaksanakan tugas
panggilannya dalam kehidupan secara utuh, dan yang lebih penting untuk memaknai katekisasi
tersebut adalah dimana pendidikan iman dan pengajaran gerejawi tentang pokok-pokok iman
Kristen untuk mempersiapkan katekisan menjadi anggota sidi yang memahami dan
melaksanakan tugas panggilannya dalam kehidupan secara utuh.1
Gereja Protestan Maluku merupakan salah satu sinode yang di dalamnya mengalami
perkembangan dalam bidang pendidikan. Manajemen dalam suatu kurikulum sangat penting.
Sehingga perkembangan pendidikan dalam gereja merupakan hal yang penting dan harus
diperhatikan. Untuk melakukan pendidikan dalam gereja memerlukan manajemen yang baik
untuk menjalankan proses pendidikan di dalam sebuah gereja. Kurikulum yang dibuat oleh
sinode merupakan kurikulum yang akan diterapkan pada pendidikan agama Kristen di dalamnya
pendidikan katekisasi. Namun, terlepas dari pembuatan kurikulum oleh sinode terdapat masalah
dalam bidang manajemen kurikulum yaitu pada fungsi kontrol dan fungsi pelaksanaan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sehingga pendidikan katekisasi pada gereja tidak dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan fungsi dari manajemen tersebut.
Menjadi anggota sidi merupakan salah satu syarat untuk mengambil bagian dalam
perjamuan kudus, juga menjadi syarat lain dalam gereja untuk menjadi anggota gereja secara
utuh. Pada akhir dari proses katekisasi, peserta katekisasi akan diterima menjadi anggota gereja
dengan melakukan peneguhan sidi dan mengakui iman di hadapan jemaat. Dengan demikian
melalui katekisasi, Peneguhan Sidi (yang di dalamnya berisikan pengakuan iman) mempunyai
relasi yang kuat dengan katekisasi. Dengan pengakuan iman dalam peneguhan sidi, mempunyai
makna bahwa proses pembinaan atau pengajaran iman yang dilakukan selama katekisasi telah
1 GPM. Himpunan Peraturan Gereja Protestan Maluku, (Ambon: MPH Sinode, 2013), 25.
2
selesai dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pengertian ini dapat dikatakan bahwa
Katekisasi adalah sebuah proses pengajaran yang diselenggarakan oleh gereja untuk
mempersiapkan anggota jemaatnya memasuki kedewasaan sehingga mereka dapat melaksanakan
tugas panggilan dan pengutusannya di dunia. Gereja melaksanakan katekisasi karena ia
menyadari bahwa dirinya tidak hanya terpanggil untuk memberitakan Firman, melayani
Sakramen, menggembalakan anggota jemaat, dan melakukan pelayanan sosial-kemasyarakatan,
tetapi juga perlu untuk mendidik dan membina warganya.2
Pelaksanaan Katekisasi GPM bermaksud untuk memperlengkapi setiap peserta katekisasi
agar mencapai tingkat pertumbuhan dan kedewasaan. Dalam pelaksanan katekisasi siapakah
yang menjadi pengajar? Siapa yang berhak menjadi guru katekisasi? Katekisasi yang
diselenggarakan, baik oleh gereja maupun oleh sekolah Kristen, adalah tanggung jawab gereja
melalui pendeta, majelis jemaat dan guru PAK. Interaksi antara pengajar dan katekisan .
Katekisan juga menyatakan bahwa hubungan dengan pengajar katekisasi harus terbuka dan
nyaman. Pengajar katekisasi yang adalah pendeta, majelis jemaat (penatua) atau guru PAK
dirasakan hangat, terbuka dan berbeda. Dalam gerejanya terdapat beberapa pendeta ditemukan
pula model pengelolaan kelas. Dari beberapa pendeta ada yang melakukan katekisasi dengan
model tim pengajar.
Dalam peroses pelaksanaan katekisasi, pengajar menyampaikan katekisasi dengan cara
bergantian dan peserta katekisasi adalah umumnya terdiri dari anak- anak muda yang bukan saja
secarah lahiriah, tetapi yang juga secara rohaniah banyak memperlihatkan perbedaan, seperti:
Perbedaan motivasi, ada yang datang mengikuti katekisasi karena disuruh orang tua, ada juga
karena kemauannya sendiri, perbedaan umur, perbedaan pendidikan, perbedaan maksud dan
tujuan, ada yang datang untuk mendalami pengetahuan tentang soal- soal rohani.3 Dari
perbedaan-perbedaan tersebut pendidik diharuskan untuk mampu memahami setiap peserta didik
katekisasi sehingga dia bisa mempersiapkan materi dengan baik untuk bisa diterima oleh
sebagian besar peserta katekisasi. Jika gereja tidak memberikan fondasi yang kuat kepada jemaat
tentang kebenaran Alkitabiah yang disertai dengan eksegese dan eksposisi yang akurat terhadap
teks Alkitab, maka dapat dipastikan bahwa jemaat yang dihasilkan adalah jemaat yang ”rapuh”
dan ”keropos” imannya. Oleh sebab itu setiap orang Kristen diharuskan untuk mengikuti
2 Abineno J.L. CH. Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 19.
3 GPM. Tata Gereja dan Peraturan Pokok , Peraturan Organik,(Ambon: LPJ GPM, 2001), 25.
3
katekiasi, karena dasar Katekisasi yang dilakukan merupakan salah satu wadah, gereja
mempersiapkan jemaat untuk memiliki pemahaman yang benar tentang kebenaran Alkitab.4
Katekisasi tidak hanya semata-mata mempersiapkan orang muda untuk pembaptisan, tapi kepada
semua orang percaya, untuk mengajar mereka dasar-dasar iman kristen. Di dalam ketekisasi ini,
jemaat diperlengkapi dengan doktrin-doktrin dasar di dalam kekristenan yang dipercayai dan
diimani oleh gereja tersebut. Selain itu katekisasi merupakan wadah untuk mencari generasi-
generasi baru yang dapat diarahkan dan dipersiapkan untuk melayani Tuhan di dalam pelayanan
gerejawi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah penelitiannya
yaitu bagaimana pandangan majelis jemaat dan pengajar mengenai manajemen kurikulum
pendidikan ketekisasi yang berada pada Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon. Dengan adanya
rumusan masalah tersebut maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam tulisan ini
adalah mendiskripsikan dan menganalisa pandangan majelis jemaat dan pengajar ketekisasi
mengenai manajemen kurikulum pendidikan ketekisasi yang berada pada Gereja Nehemia Klasis
Pulau Ambon.
1.2 Metode Penulisan
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskripsi kualitatif yang
bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa fenomena yang terjadi tentang manajemen
kurikulum pendidikan Gereja khususnya pada pendidikan katekisasi. Teknik pengumpulan data
yang dipakai penulis berbentuk wawancara untuk mendapatkan gambaran mengenai obyek yang
akan diteliti. Dijelaskan bahwa wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari seseorang yang disebut resopoden melalui suatu percakapan yang
sistematis dan terorganisasi. Oleh sebab itu wawancara merupakan percakapan yang berlangsung
secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara
(interviewer) dengan sejumlah orang sebagai respoden atau yang diwawancara (interviewee)
untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil
percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.5
4 G. Riemer, Pedoman Ilmu katekese: Ajarlah Mereka, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1998),43.
5 Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,2009), 312.
4
Penelitian ini akan dilakukan di Maluku, tepatnya di Gereja Nehemia Klasis Pulau
Ambon, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Pengambilan data melalui wawancara yang
dilakukan dengan Ketua Majelis Jemaat Nehemia, Majelis Jemaat dan pengajar katekisasi yang
melakukan ketekisasi pada Gereja Nehemia Klasis Pulau Ambon.
2. Landasan Teori
2.1 Manajemen
Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus, yang
tergabung dalam wadah institusi atau organisasi gereja. Sebagai persekutuan orang-orang yang
percaya kepada Kristus, gereja hadir di dunia mengemban tugas dan panggilan misi yang
diamanatkan oleh Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja. Gereja dipanggil menjadi rekansekerja
Tuhan Allah untuk turut serta melaksanakan karya-Nya di dunia, serta bertanggung jawab atas
pemberlakuan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera bagi masyarakat, bangsa dan
Negara. Gereja menjawab tugas dan panggilannya tersebut dengan melaksanakan kegiatan-
kegiatan pelayanan di bidang Teologi, Persekutuan, Kesaksian, Cinta kasih, dan Penatalayanan.
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan juga merupakan
sarana dalam sebuah pelayanan bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan
untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk
memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat
banyak bagi kepentingan mereka. Pendidikan tidak berada dalam ruang hampa. Artinya,
pendidikan selalu berada dalam konteks. Pendidikan merupakan wahana, sarana, dan proses serta
alat untuk mentransfer warisan umat dari nenek moyang kepada anak cucu dan dari orang tua
kepada anak. akhir-akhir ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen menjadi hal yang
sangat penting, bahkan hampir menjadi kebutuhan setiap orang. Berbagai kajian dilakukan
dengan pokok bahasan utama yaitu manajemen. Namun dalam perkembangannya, manajemen
dipakai dalam berbagai bidang, baik pendidikan, maupun profesi lainnya. Bagi sebuah
organisasi, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat menentukan kelancaran kinerja
organisasi yang ditentukan. Tanpa manajemen, sebuah organisasi apapun bentuknya akan sulit
mengalami kemajuan.
“Istilah manajemen, secara etimologi berasal dari bahasa Inggris“management”dari kata
kerja “to manage” yang berarti “to control”, didalam bahasa Indonesia diartikan dengan
5
mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Secara epistemologi manajemen berarti suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia
dan benda dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, dan
memiliki fungsi sebagai perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling)”.6
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) merupakan suatu proses yang kompleks yang menuntut berbagai
jenis dan tingkat pembuatan keputusan. Artinya, perencanaan kurikulum berfungsi sebagai suatu
pedoman atau pentunjuk tentang jenis dan sumber yang diperlukan, media pembelajaran yang
harus digunakan, tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan sumber biaya, tenaga, sarana
prasarana, sistem monitori, dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenaga untuk mencapai tujuan
pendidikan. Di samping itu, pendorong untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga
mencapai hasil yang optimis.7 Dalam proses perencanaan tersebut ada langkah-langkah yang
dibahas untuk dilakukan dalam kegiatan Katekisasi, sehingga akan dibahas hal-hal apa saja yang
digunakan di dalam melaksanakan proses kegiatan tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum adalah
suatu perencanaan proses belajar mengajar untuk membina siswa katekisasi kearah perubahan
tingkah laku yang diinginkan dan dapat dilihat nilai-nilai perubahan yang terjadi pada siswa
katekisasi.
2. Pengorganisasi (organizing)
Pengorganisasi (organizing) merupakan bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan kepada siswa dan merupakan suatu dasar yang penting dalam pembinaan kurikulum
yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, karena bentuk kurikulum
menentukan bahan pelajaran.8 Dalam proses ini, pengajar tidak mengambil secara menyeluruh
setiap materi yang diberikan, tetapi bagaimana pengajar dapat mengolah kembali materi
katekisasi sesuai konteks gereja.
3. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan suatu kegiatan yang merealisasikan rencana menjadi
tindakan yang nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisian. Melalui
6 SugiyantoWiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta:BPKGunungMulia,2004), 2-5.
7 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 21.
8 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 26.
6
kegiatan manajemen yang efektif dan efisien, diharapkan dapat memberikan peranan terhadap
peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.9 Pada fungsi ini dapat memotivasi pengajar
untuk bekerj dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai
dengan efektif. Kemudian dalam proses perencanaan dan perorganisasian, proses pelaksanaan
yang sangat penting, karena dalam fungsi ini adalah pengajar harus memperhatikan setiap proses
kegiatan yang berlangsung, kapan proses kegiatan berlangsung dan siapa saja target dari proses
kegiatan yang mengacu pada proses perencanaan.
4. Evaluasi
Evaluasi, pada proses ini menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar.
Hasil tersebut biasanya diukur dengan tes, karena tujuannya untuk meningkatkan tingkat
perubahan yang terjadi, baik secara statistik maupun edukatif. Sehingga berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu akan membuat suatu keputusan.10
Kemudian dapat dikatakan
bahwa fungsi ini merupakan proses pengujian pada katekein dengan menggunakan ukuran-
ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk dapat mencapai sasaran yang ditentukan dan sesuai.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa tanpa evaluasi pengajar tidak dapat mengetahui bagaimana
kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasil dari evaluasi.
Manajemen yang di lakukan di gereja tidak jauh beda dari manajemen sekuler, gereja
adalah sebuah organisasi sesuatu yang induk bertumbuh mengelola sesuatu yang berkembang,
dinamis, organisasi ilahi adalah orang sebagai pengelolanya, organisasi gereja merupakan
kehidupan bersama orang sekitarnya dan dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Tanpa manajemen
yang baik dan transparan, sebuah gereja akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan
fungsi-fungsinya sebagai gereja. Di dalam kehidupan manusia sangat memerlukan manajemen,
dapat kita lihat bahwa manajemen sangat di butuhkan di dalam masyrakat terlebih khusus dalam
kegiatan-kegiatan manusia di masyarakat sehingga kita dapat melihat beberapa pengertian
manajemen dari para ahli yang mencoba menjelaskan mengenai apa itu manajemen. Menurut
Dale Carnegie & Associates mengatakan bahwa: “Manajemen dapat di defenisikan sebagai
kemampuan untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan melalui penggunaan yang efektif
dari sumber daya yang ada pada organisasi”.
9 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 21.
10 Arifin, Konsep dan Model Pengenbangan Kurikulum, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2012), 266.
7
Menurut Nurhadi dalam Arikunto, manajemen merupakan suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan-kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang
tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telh ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien. Sama halnya dengan Hamalik mengatakan bahwa
manajemen merupakan suatu proses sosial yang berkenan dengan keseluruhan usaha manusia
dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakn metode yang efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.11
Adapula penjelasan dari George Terry yang mengatakan bahwa Manajemen adalah
pencapaian tujuan yang sudah ditentukan, dengan mempergunakan bantuan orang lain.
Kemudian menurut Sukanto yang mengatakan bahwa Manajemen adalah suatu usaha
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam
suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Dari beberapa pengertian manajeman di atas adapula Oey Liang Lee mengatakan bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasi, pengarahan, pengkoordinasian
dan pengkotrolan dari pada benda dan tenaga manusia, khususnya tenaga manusia yang mecapai
tujuan yang di tentukan terlebih dulu. Dari setiap paparan para ahli dan pengertian-pengertian
dari manajemen dapat disimpulkan bahwa mamajemen adalah suatu ilmu dan seni yang
menggunakan sumber daya manusia dan benda dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkordinasi dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan harus
efektif dan efisien.12
Tanpa manajemen yang baik, sebuah gereja hanya bergantung pada
kemampuan dan karisma sang pemimpin. Ketika jumlah jemaat berkembang pesat, akan muncul
berbagai permasalahan baru di dalamnya yang tidak akan sanggup ditangani oleh hanya sang
pemimpin. Di sinilah fungsi manajemen dapat membantu dengan membuat sebuah sistem yang
mampu menangani kompleksitas pelayanan. Tidak dapat disangkal terdapat banyak Firman yang
tertulis dalam Alkitab yang melandasi aspek-aspek dalam manajemen, seperti perencanaan,
kepemimpinan, pengorganisasian, penanganan konflik dan lain sebagainya. Dengan demikian
sebuah gereja juga memiliki menajemen kurikulum khususnya bagi pendidikan katekisasi.
11
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Medi, 2012), 3. 12
Wiryoputro Sugiyanto, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 2.
8
2.2 Kurikulum
Secara etimologi, kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin dan memiliki makna yang
sama dengan kata “race source” yang artinya gelanggang perlombaan. Kata kurikulum dalam
bentuk kata kerja dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah “curere” yang berarti menjalankan
perlombaan.13
Kurikulum juga dapat diartikan secara umum adalah suatu pedoman proses
belajar-mengajar di dalam dunia pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu proses pengajaran
dapat di lihat pada perencanaan kurikulum yang di pakai sebagai pedoman dari pengajaran
tersebut. Kurikulum juga merupakan upaya yang dilakukan sekolah untuk mempengarungi siswa
agar daoat belajar dengan baik didalam ruangan kelas maupun di luar sekolah.14
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu rangkaian proses yang mengupayakan pembelajaran
mengenai isi, tujuan dalam pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pada pendidikan.
Selain itu, manajemen kurikulum merupakan suatu sistem pengelolaan yang bersifat
kooperatif, komprehensif, sistematik, sistemik, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
kurikulum.15
Sehingga dalam tugas gereja untuk memelihara kehidupan Kristen secara efektif
melalui berbagai pendidikan agama Kristen, maka gereja mengadopsi proses belajar mengajar
yang di buat dalam suatu kurikulum. Bentuk kurikulum yang dipakai dan gunakan oleh gereja
adalah dalam pengajaran katekisasi.16
Bagi gereja, kurikulum berfungsi untuk membantu warga
jemaat mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan agama Kristen yaitu untuk
memelihara kehidupan Kristen dalam iman akan Kristus. 17
Di dalam kurikulum ada 3 landasan yang dipakai, yaitu Landasan Filosofis, Landasan
Psikologi dan Landasan Sosial Budaya.18
1. Landasan Filosofis
Di dalam poin ini, pendidikan diartikan sebagai perkembangan sejak lahir hingga
menjelang kematian. Yang berarti bahwa proses saat pendidikan bersifat kontinu. Hal
ini merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup. Selain
itu, pendidikan juga adalah organisasi pengakaman hidup dan perubahan padat saat
13
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Cipayung: GP Press, 2010), 2. 14
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 3. 15
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2010), 16. 16
D. Campbell Wyckof, Theory and Design of Christian Education Curriculum (Philadelphia: The
Westminster press), 17. 17
Wyckoff, Theory and Design, 155. 18
Suka dimanata, Nana Syaodih, PengembanganKurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 38-58.
9
ada tujuan. Perbuatan pendidikan selalu ditunjukan untuk mencapai tujuan, setiap fase
perkembangan kehidupan masa kanak-kanak, masa pemuda dan dewasa semuanya
merupakan suatu fase pendididkan, semua fase yang terjadi mempunyai arti sebagai
pengalaman.
2. Landasan Psikologis
Proses pendidikan yang terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan
pendididk dan juga peserta didik dengan orang lain. Hal ini terjadi karena setiap
manusia memilki perbedaan psikologi. Yang di maksud dengan landasan ini adalah
karakteristik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam bentuk perilaku
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku tersebut merupkan ciri
kehidupannya. Baik yang tampak maupun yang tidak tanpak, yaitu perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor.
3. Landasan Sosial Budaya
Pada landasan ini sosial budaya dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai perancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Sebuah pendidikan bukan hanya untuk pendidikan tetapi memberikan
bekal pengetahuan ketrampilan serta nilai-nilai kehidupan. Oleh sebab itu tujuan, isi
maupun proses dalam pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
D. Campbell Wyckoff menjelaskan bahwa kurikulum adalah alat komunikasi yang di
rencanakan dengan sangat hati-hati, yang digunakan gereja dalam bidang pengajaran agar iman
dan kehidupan Kristen dapat dikenal, diterima dan hidup.19
Sehingga kurikulum bukanlah tujuan
tetapi sarana komunikasi di dalam proses yang telah direncanakan oleh gereja, dan gereja harus
dapat mengajarkan tentang iman Kristen sehingga iman Kristen dapat dikenal dan memberikan
dampak untuk lingkungan dimana gereja itu berada. Jadi dapat dikatakan bahwa, kurikulum
sangatlah penting untuk pertumbuhan iman seseorang. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan
Kristen adalah suatu rencana dimana proses belajar mengajar dapat di lakukan dan dijalankan
secara sistematis oleh gereja dan mengarah pada tujuan dari keberadaan gereja, sehingga prinsip-
19
D. Campbell Wyckoff, Theory and Design of Christian Education Curriculum, (Philadelphia: The
Westminster press), 17.
10
prinsip dasar dalam membuat kurikulum yang berorientasi kearah konteks, ruang lingkup, tujuan
dan proses.20
Bahkan dia mengatakan bahwa pendidikan Kristen bukan hanya di gereja tetapi juga
menyangkut seluruh aktivitas orang Kristen. Oleh karena itu, ketika membuat sebuah kurikulum
harus menyentuh dan memberikan dampak kepada orang-orang di sekeliling. Wyckoff juga
memaparkan beberapa prinsip-prinsip yang harus dimiliki ketika membangun atau
merancangkan sebuah kurikulum di dalam lingkup pendidikan Kristen atau gereja.21
Jadi,
konteks dalam membuat suatu kurikulum sangatlah penting karena hal tersebut akan membuat
sebuah kurikulum berfokus dan dapat direalisasikan dan menjadi konteks dari kurikulum itu
sendiri adalah aspek kehidupan. Selain konteks dari kurikulum ada juga yang harus diperhatikan
pada pembuatan kurikulum, yaitu cangkupan dari kurikulum itu sendiri. Cakupan yang ada pada
kurikulum harus memberikan dampak secara besar dan juga harus tepat pada sasaran. Hal yang
ketiga dari prinsip dasar kurikulum yaitu tujuan. Tujuan dari kurikulum itu sendiri akan
menentukan arah dari sebuah kurikulum.
Kurikulum merupakan bagian dari sistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dengan
komponen sistem lainnya. Tanpa kurikulum suatu sistem pendidikan tidak dapat dikatakan
sebagai sistem pendidikan yang sempurna yang menjadi gerak dinamik suatu sistem
pendidikan22
, yang berarti seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal ini juga merupakan sebuah ide vital yang
menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang baik. Pada dasarnya kurikulum
berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi pendidik, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanankan proses pembelajaran. Bagian pemimpin organisasi dan
pengawasan, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan pengawasan. Bagi
orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah.
Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan sekolah. Sedangkan bagi peserta didik, kurikulum berfungsi
sebagai suatu pedoman belajar.
20
Wyckoff, Theory and Design, 144. 21
Wyckoff, Theory and Design, 155. 22
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), 19.
11
Manajemen dalam sistem pendidikan formal maupun pendidikan nonformal dilihat amat
penting karena proses penataan sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan,
kurikulum dan pembelejaran, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta keterlibatan
secara terpadu dan simultan antara pemerintah, sekolah dan masyarakat) dilakukan secara
professional untuk mencapai tujuan tertentu yang efektif dan efisien.
2.3 Pendidikan Katekisasi
Salah satu kurikulum gereja adalah katekisasi. Katekisasi merupakan salah satu program
gereja yang dibuat dalam bentuk pelayanan pendidikan kristiani. Kata katekisasi atau katakese
berasal dari bahasa Yunani yaitu katekheo yang berarti menyampaikan informasi, petunjuk atau
pengajar. Kata ini sangat berhubungan dengan kata katekheis yang digunakan di dalam kalangan
gereja atau jemaat yang lebih khusus pengertiannya baik dalam hubungan dengan pekebaran injil
maupun kehidupan jemaat yaitu pengajaran dalam kehidupan orang beriman dan percaya. Kata
katekhein juga mempunyai arti memberitakan, memberitahukan, dan mengajar.23
Oleh karena
itu, katekisasi sering dipahami sebagai komunikasi iman. Dengan demikian etimologi kata ini
mengandung arti pengajaran lisan. Istilah ini di gunakan secara turun-temurun sepanjang sejarah
Gereja Kristen, oleh Augustinus, Alcuin, Aquinas dan yang lainnya, dan selalu menunjukan
kepada pengajaran lisan.24
Dalam Tata Gereja GPM menyebutkan bahwa katekisasi merupakan salah satu wadah
pembinaan warga gereja untuk dapat melaksanakan panggilan dan pengutusan gereja di tengah-
tengah dunia melalui persekutuan, pelayanan dan kesaksian. Namun pandangan secara khusus
terhadap katekisasi merupakan suatu proses bimbingan dan pengajaran kepada nara didik
katekisasi untuk dapat mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota gereja yang dapat
memahami dan melaksanakan tugas dan panggilan dalam kehidupan secara utuh dan dapat
memaknai katekisasi sebagai pendidikan iman dan pengajaran gerejawi tentang pokok-pokok
iman Kristen sehingga mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota sidi yang memahami dan
melaksanakan tugas dan panggilannya di dalam kehidupan secara utuh.
Berdasarkan penjelasan di atas maka gereja menjalankan pendidikan formal yang dikenal
dengan pendidikan Katekisasi. Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan
23
Ch L J Abineno. Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 5. 24
Thomas, Christian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010), 39.
12
Kristiani, hal ini sejalan dengan PP NOMOR 55 TAHUN 2007TENTANG PENDIDIKAN
AGAMA DAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN.25
Menurut Abineno katekhein berarti
memberitakan, memberitahukan, mengajar. Dalam perkembangannya Katekisasi adalah sebuah
istilah yang dipinjam dan ditransliterasikan ke dalam bahasa gerejawi Indonesia. Istilah yang
dipinjam adalah katekhisatie, kata ini berasal dari cathechese (bahasa Belanda) atau catechesis
(bahasa Inggris). Dari istilah ini diperoleh pengertian bahwa Katekisasi adalah sebuah proses
belajar mengajar sekaligus membimbing orang agar dapat melakukan apa yang telah diajarkan
kepadanya.26
Oleh karena itu, katekese sering kali di pahami sebagai komunikasi iman dan
bukan pertama-tama mengajar agama27
, yang dapat berfungsi sebagai sarana kepada anggota
jemaat dan calon anggota jemaat untuk dapat menumbuhkembangkan man dalam mengikuti
Kristus sebagai Juruselamat. Sehingga dalam pendidikan katekisasi yang berada pada Gereja
harus diterapkan manajemen kurikulum agar terlihat proses penataan sumber daya pendidikan
yang profesinal yang efektif dan efisien.
Pada abad reformasi pengajaran katekisasi mulai mengalami perubahan. Dalam
pendidikan Ketekisasi Pendidikan Agama Kristen mempunyai berbagai pengaturan dalam
melakukan pelaksanaannya yaitu di keluarga, sekolah, dan gereja.28
Pengajaran katekisasi
kembali menempatkan Alkitab sebagai pusat dalam teologi dan praktik gereja. Pengajaran
katekisasi di abad ini mulai melihat aspek baru, bahwa pendidikan katekisasi hendaknya diawali
dari keluarga kemudian dilanjutkan pada pengajaran di sekolah-sekolah. Berkaca dari abad
pertengahan, para reformator berharap bahwa pelajaran dalam katekisasi tidak sekedar menjadi
pengetahuan otak, tetapi juga menjadi pengetahuan hati yang senantiasa berjalan bersama.
Pelajaran ini bertujuan memberi pendidikan (pembinaan) kapada anggota-anggota jemaat agar
jemaat menyadari tugas pelayanan dalam gereja. Melalui pendidikan agama Kristen dapat di
tentukan masa depan sebuah gereja untuk itu pendidikan agama Kristen merupakan tugas yang
sangat penting termasuk di dalamnya pelayanan katekisasi.29
Selain itu pemahaman katekisasi
pada abad ini mulai melihat bahwa katekisasi berfungsi sebagai penghubung antara baptisan
kusus dan perjamuan kudus. Hal ini memperlihatkan bahwa sakramen baptisan kudus dan
sakramen perjamuan kudus merupakan dua sakramen utuh yang saling terhubung.
25
GPM. Himpunan Peraturan Gereja Protestan Maluku, (Ambon: MPH Sinode, 2013), 15. 26
Ch J L Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 5 27
Ch J L Abineno. Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001), 16-17. 28
Dien Sumiyantiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: Andi Offset), 2. 29
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Info Media, 2009), 1.
13
Pada pengajaran katekisasi sebagai salah satu pelayanan pendidikan di gereja yang tidak
hanya mengajarkan mengenai perbuatan-perbuatan Allah yang besar dan ajaib kepda anggota-
anggotanya. Namun, lebih dari itu dalam pengajaran katekisasi mengandung nilai-nilai dan
pengajaran tentang pergumulan jati diri atau keberadaan seseorang yang akan menerima Yesus
dan telah menerima keselamatan dari Allah. Unsur dari keselamatan sendiri berupa seluruh
dimensi hidup para peserta didik katekisasi di tengah-tengah lingkungan jemaat secara
pelayanan, katekisasi di dalam gereja di lihat sebagai pendidikan pendidikan dan merupakan
pelayanan gereja yang hakiki, sama halnya dengan diakonia, pemberitaan Firman,
pendampingan, bimbingan, pelatihan, dan ibadah-ibadah lainnya. Tujuan dari pengajaran
katekisasi yang diajarkan dari pengajar katekeit (pendeta, guru PAK, atau Majelis) ialah supaya
kurikulum yang dilaksanakan seharusnya mampu mengangkat kemauan untuk hidup mencirikan
sosok seorang Kristus dan bertanggung jawab atas kehidupan sebagai gereja dan dapat terlibat
dalam berbagai pelyanan di dalam gereja. Pendidikan katekisasi yang dilakukan pada usia 16-17
tahun ke atas, pembelajaran yang dilakukan selama 1 tahun dan akhir dari pendidikan ini di
tandai dengan adanya peneguhan sidi. Seluruh rangkaian penyelenggaraan pelayanan katekisasi
diorganisir oleh Komisi Anak-Remaja dan Katekisasi pada tingkat Jemaat Klasis dan Sinode.30
3. Hasil Penelitian
3.1 Gambaran tempat penelitian
Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam Wilayah Pulau Ambon, yang secara
geografis berada pada posisi: 3º - 4º Lintang Selatan dan 128º - 129º Bujur Timur, di mana
secara umum Kota Ambon meliputi wilayah di sepanjang pesisir dalam Teluk Ambon dan pesisir
luar Jazirah Leitimur dengan total panjang garis pantai 102,7 Km. Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 1979 luas wilayah Kota Ambon seluruhnya seluas 377 km2 dan berdasarkan
hasil Survei tata guna tanah tahun 1980 luas wilayah daratan Kota Ambon tercatat seluas 359,45
Km2.
31
Gereja Nehemia klasis pulau Ambon berlokasi di Kelurahan Benteng, Kecamatan
Nusaniwe, pinggiran Kota Ambon, tepatnya bersampingan dengan Pos Polisi Benteng. Gereja
Nehemia dibangun karena adanya kerinduang dari para orang tua-tua di benteng sejak tahun 70-
30
Hasil Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat 14 Desember 2017 31
http://peta-ambon.blogspot.com/2013/01/gambaran-umum-wilayah-kota-ambon.html. Diunduh pada
tanggal 22 juni 2018.
14
an yang merindukan rumah ibadah respresentatif. Awalnya Jemaat Nehemia adalah Jemaat
Rehoboth tetapi dalam rangka meningkatkan dan memperpendek rentang kendali pelayanan
gerejawi yang lebih baik sebagai akibat luasya wilayah pelayanan Jemaat GPM Rehoboth
sehingga Majelis Jemaat GPM Rehoboth menerbitkan surat keputusan untuk membangun
Gedung Gereja Nehemia yang bertempat di benteng. Pelaksanaan peletakan batu pertama
pembangunan pada tanggal 6 September 1979 oleh Pendeta J. D. Pattipeilohy yang menjabat
sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Rehoboth. Proses pembangunan berlangsung dengan
membutuhkan waktu kurang lebih 5 tahun dan diresmikan oleh ketua Sinode GPM Pendeta Dr.
A. N. Radjawane, pada tanggal 20 Oktober 1984.32
Setelah diresmikan gedung Gereja Nehemia, secara georafis, Jemaat GPM Nehemia terdiri
dari 14 Unit pelayanan terbentang dari Gunung Nona (TVRI) sampai ke pantai, dan dari OSM
jembatan batu samapi ke Tapal Kuda. Setelah Jemaat Nehemia dimekarkan dari Jemaat
Rehoboth ternyata perkembangannya cukup pesat mengakibatkan wilayah pelayanan yang
sangat luas dan jumlah anggota jemaat yang terus meningkat dan bertambah, sehingga dalam
usia muda yakni 13 tahun terjadi pemekaran. Tepatnya pada hari Minggu tanggal 18 Oktober
1998 Jemaat GPM Nehemia melepaskan sebagian anggota Jemaatnya yang berlokasi di gunung
nona menjadi Jemaat baru dengan nama Jemaat GPM Pancaran Kasih. Sekarang Jemaat GPM
Nehemia mempunyai 14 Sektor Pelayanan yang terbagi dalam 31 Unit Pelayanan bersama-sama
dengan 4 orang Pendeta, 31 orang Penatua dan 31 orang Diaken.33
3.2 Kurikulum Pendidikan Katekisasi di Gereja Nehemia
Pada umumnya jenis pendidikan katekisasi terdapat 3 jenis, yaitu katekisasi keluarga,
katekisasi sekolah, dan katekisasi gereja. 34
1. Katekisasi keluarga
Katekisasi yang berada di dalam keluarga merupaka tempat mula-mula di mana anak
mendapatkan pendidikan dan bimbingan agama. Sehingga orang tua menjadi pengajar
yang pertama kepada anak dan isi dari pendidikan agama di dalam sebuah keluarga
adalah tentang hal-hal yang penting dari isi Alkitab, perjanjian lama dan perjanjian baru.
2. Katekisasi sekolah
32
Hasil wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat Nehemia 14 Desember 2017. 33
Hasil wawancra dengan Ketua Majelis Jemaat Nehemia 14 Desember 2017 34
Ch J L Abineno. Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 82-
85.
15
Katekisasi yang kedua yaitu katekisasi sekolah, yang dimaksudkan sekolah disini
bukanlah sekolah forman tetapi non formal yaitu sekolah agama yang mempunyai
pengajaran mengenai Alkitab.
3. Katekisasi gereja
Katekisasi yang ketiga adalah katekisasi gereja. Katekisasi gereja ditempatkan dalam satu
kerangka gereja sebagai persekutuan mengajar. Gereja bukan hanya terpanggil untuk
dapat memberitakan Firman, melayani sakramen, menggembalakan anggota jemaat,
tetapi juga untuk membina dan mengajar anggota jemaatnya.
Ketiga jenis katekisasi ini mempunyai makna yang sama, karena menyampaikan tentang isi
Alkitab, tentang gereja dan tentang pelayannya kepada jemaat.35
Persyaratan menjadi anggota sidi gereja pada gereja yaitu harus mengikuti katekisasi yang
bertujuan untuk mengambil bagian dalam perjamuan kudus dan menjadi syarat untuk menjadi
anggota gereja secara utuh. Nantinya pada akhir katekisasi, peserta katekisasi akan diterima
menjadi anggota gereja dengan melakukan peneguhan sidi dan mengakui iman rasuli di hadapan
jemaat dengan pengkuan iman di dalam peneguhan sidi mempunyai makna bahwa proses
pembinaan dan pembelajaran iman yang di lakukan pada katekisasi dapat di
pertanggungjawabkan.36
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas maka katekisasi adalah
proses pengajarang yang dilakukan dan diselenggarakan oleh gereja untuk dapat mempersiapkan
calon anggota sidi gereja atau jemaatnya untuk dapat memasuki kedewasaan dalam beriman
sehingga mereka dapat melakasanakan tugas panggilan dan pengutusan di tengah-tengah dunia.
Dalam hal ini gereja menyadari bahwa gereja bukan hanya terpanggil untuk memberitakan
Firman Tuhan, melayani sakramen, menggembalakan anggota jemaat, dan melakukan pelayanan
sosial, tetapi juga membina dan mendidik anggota jemaatnya.
Pada jemaat GPM Nehemia kurikulum yang digunakan sudah satu paket, yakni kurikulum
inti dan buku ajar untuk satu dasawarna. Oleh sebab itu, buku ajar yang digunakan merupakan
bahan dasar untuk para pengajar dan pendeta. Pendeta dan para pengajar hanya menyiapkan diri
untuk mengembangkan setiap muatan pelajaran yang sesuai dengan konteks. Pembelajaran
katekisasi bertujuan pembinaan umat secara umum dan pendidikan ketekisasi secara khusus.
Kurikulum yang telah diberikan kepada setiap pengajar dan dijalankan selama 1 tahun masa
35
Wawancara dengan pengajar katekisasi V. M 16 Desember 2017 36
Hasil Wawancara dengan Majelis Jemaat M. P 14 Desember 2017
16
katekisasi dan di kembangkan sesuai dengan konteks yang ada pada jemaat. Pada saat kurikulum
atau materi yang di terapkan pada katekisan merupakan materi yang berkelanjutan dari
pendidikan pada saat di Sekolah Minggu sehingga para katekisan yang mengikuti pendidikan
Sekolah Minggu mengetahui dan mengerti setiap materi yang dipaparkan.
Jemaat GPM Nehemia menyadari bahwa yang menjadi setiap permasalahan dari katekisan
katekisasi adalah kurangnya pemaknaan dan tujuan dari katekisasi sehingga para katekisan tidak
dapat melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai anggota jemaat yang sudah di
teguhkan menjadi anggota sidi gereja.37
Karikulum yang dibuat oleh sinode kepada setiap jemaat
berdasarkan pada Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk Pengembangan Pelayanan yang
dibuat setiap 10 tahun sekali dan selalu mengalami perubahan dalam tema dan konteks.
Perubahan-perubahan tersebut disesuaikan pada teologi konteks kekinian (mengikuti
perkembangan zaman) dan termasuk dengan pergumulan-pergumalan yang terlihat pada setiap
daerah-daerah pelayanan jemaat.
Namun ajaran gereja dan etika tidak mengalami perubahan. Sehingga pengajar ketekisasi
atau katekeit memahami fungsi manajemen kurikulum secara baik dan fungsi dari manajemen
telah di jalankan pada pendidikan formal di Gereja Nehemia. Tetapi pada fungsi perencanaan
tidak di jalankan karena materi yang di berikan oleh gereja telah di susun dalam satu semester (1
tahun) yang dibuat oleh sinode GPM. Setelah mendapatkan bahan ajar atau materi dari sinode,
kami para ketekeit membaca dan memahami dari setiap materi yang kami dapatkan. Saat kami
melakukan pengajaran kepada ketekisan, tentunya kami menyusun setiap materi dengan baik
agar saat kami mengajar, para katekisan memahami apa yang kami ajarkan dan tujuannya tepat
pada sasaran yang ingin kami capai.38
Selain itu para kateikeit di gereja Nehemia dituntut untuk
mempunyai kreativitas dalam mengajar agar dapat melakukan pengajaran dengan baik sehingga
para katekisan memahami setiap pengajaran yang disampaikan.
Pada pengajaran ketekisasi menggunakan media-media yang telah disediakan oleh gereja
nehemia namun, yang menjadi kendala pada saat ini adalah media infocus yang berada pada
gereja nehemia sedang mengalami gangguan sehingga katekeit menguras tenaga yang ekstra
untuk mengajar karena pada dasarnya ketekisan yang mengikuti katekisasi mempunyai jumlah
yang sangat banyak. Namun terlepas dari tujuan katekisasi tersebut jika dilihat pada Gereja
37
Hasil wawancara Ketua Majelis Jemaat 14 Desember 2017 38
Hasil wawancara R. W 15 Desember 2017
17
Nehemia, katekisan tidak menjalankan tujuan dari katekisasi itu sendiri. Mereka masih belum
memahami mengenai tujuan yang sebenarnya dari katekisasi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
keseriusan yang ada pada diri katekisan sehingga setiap materi yang di dapatkan dari katekeit
kepada katekisan tidak menjadi sesuatu yang berharga dan tidak mereka pahami dan mengerti.
Hal ini di sebabkan karena rata-rata katekisan yang mengikuti katekisasi tidak mengikuti
pendidikan formal gereja dari jenjang paling awal (jenjang batita) yang mengakibatkan
kurangnya pemahaman mengenai setiap materi yang berikan.39
Selain itu, ada beberapa pengajar katekisasi (katekeit) sendiri tidak melakukan fungsi dari
manajeman kurikulum dan mengakibatkan setiap pelajaran yang diberikan tidak sampai pada
tujuan atau sasarannya. Manajemen kurikulum yang di lakukan sudah sesuai dengan fungsinya
tetapi belum menggunakan cara-cara yang kreatif dan media pendukung dalam mengajar
sehingga proses yang dilakukan menjadi monoton sehingga para katekisan menjadi bosan.
Ketika seorang katekeit tidak melakukan fungsi menejemen secara baik pada saat memberikan
materi maka pendengar atau katekisan tidak memahami dan mengerti dan akhirnya tidak tepat
pada sasaran.40
Dalam proses belajar mengajar adanya tahapan-tahapan dari fungsi manajemen yang
diterapkan dalam mendidik dan membina katekisan namun pada kenyataannya, para katekisan
tidak dapat menerima materi-materi yang disampaikan. Hal ini di sebabkan kurangnya perhatian
dari para katekein sehingga mengakibatkan sasaran yang harus dicapai oleh pengajar tidak
efektif.41
4. Analisa
4.1 Pandangan Pengajar Terhadap Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi
Berdasarkan teori yang digunakan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
maka dapat dilihat bahwa, Gereja Nehemia menyadari pentingnya Manajemen kurikulum
pendidikan bagi calon anggota katekisasi sesuai dengan fungsi dari manajemen kurikulum
tersebut yaitu sebagai perencanaan, pengoranisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum
pendidikan katekisasi di Gereja Nehemia. Menurut narasumber yang didapat oleh penulis para
Majelis dan pengajar (katekeit) pada pendidikan ini tidak memiliki perencanaan khusus dalam
39
Hasil wawancara M. N 15 Desember 2017 40
Hasil wawancara P. S 15 Desember 2017 41
Hasil wawancara L. A 14 Desember 2017
18
memulai kegiatan belajar mengajar seperti rencana pembelajaraan. Mengapa demikian, karena
Biro Pelayanan Sinode GPM sudah menerbitkan buku ajar yakni kurikulum inti dan buku ajar
untuk satu semester. Majelis dan katekeit hanya menyiapkan diri untuk mengembangkan setiap
muatan pelajaran yang ada sesuai dengan konteks masing-masing.42
Tenaga pengajar dalam pendidikan katekisasi di Gereja Nehemia menggunakan tim
pengajar, yang bertugas untuk melihat perkembangan dari katekisan, mengevaluasi setiap materi
pembelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu perencanaan menjadi penting karena pelayanan
mendidik dan membina umat tidak lain adalah pada penyiapan warga gereja yang mengaku iman
sebagai anggota sidi gereja. Tata Gereja GPM Bab IV Pasal 8 tentang Pola Pelayanan Gereja,
menyebutkan: adanya panggilan gereja untuk memberitakan injil kepada setiap orang ditiap
tempat dan masa serta pada segala situasi dan kondisi.43
Dalam rangka memenuhi dan
melaksanakan amanat pelayanan gereja tersebut, sehingga Gereja Nehemia mewujudkannya
melalui jalan pekabaran injil salah satunya pendidikan katekisasi yang merupakan salah satu
wadah pembinaan warga gereja yang sangat strategis, karena melalui wadah ini warga gereja
dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup
menghayati, menaati dan melaksanakn imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat. Selain
fungsi perencanaan adapun fungsi pengorganisasian.
Dalam pembelajaran katekisasi di GPM diorganisasikan oleh Departemen Keesaan di
aras Sinode. Demi kelangsungan pelajaran katekisasi, dibentuk badan pembantu pada aras
pelayanan gereja yaitu sub komisi anak dan katekisasi, ditingkat Klasis dan Jemaat. Begitupun
dengan Gereja Nehemia memiliki sub komisi yang beranggotakan pelayanan khusus (pendeta
dan majelis jemaat) serta warga gereja yang memiliki keahlian, keterampilan dan pengalaman
dalam hal mengajar.44
Dalam pembelajaran katekisasi ada pembagian kelas, kelas katekisasi
dibagi menjadi dua yaitu kelas khusus untuk yang sudah menikah dan kelas umum untuk yang
belum menikah, walaupun berbeda kelas namun kurikulumnya tetap sama.
Konteks pendidikan agama Kristen dan kurukulum pada GPM sangatlah sesuai dengan
kebutuhan yang di butuhkan didalam gereja nehemia. Namun dapat dilihat bahwa pada fungsi
kurikulum pelaksanaan meliputi dua hal yakni persyaratan proses pelaksanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Pada proses pelaksanaan, menurut narasumber yang didapat oleh penulis proses
42
Hasil wawancara Ketua Majelis Jemaat 14 Desember 2017 43
Hasil wawancara Pdt. S. S 15 desember 2017 44
Hasil wawancara Ketua Majelis Jemaat 14 Desember 2017
19
ini menyangkut pengelolaan kelas dalam pelaksanaan pembelajaran katekisasi, yaitu pembagian
kelas. Pembagian kelas dimulai ketika peserta didik mendaftar diri untuk menjadi siswa-siswi
katekisasi akan dilihat apakah siswa itu sudah menikah atau belum menikah sehingga pembagian
kelas sesuai dengan status siswa yang telah mendaftar, dan dilaksanakan dalam dua kelas yaitu
kelas khusus dan kelas umum. Meskipun berbeda kelas namun pelajaran yang didapat dan
diajarkan tetap sama yakni firman, gereja dan konteks.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya
pendidikan katekisasi dibagi dalam tiga kelompok yaitu katekisasi keluarga, katekisasi sekolah
dan katekisasi gereja. Namun pelaksanaan katekisasi di GPM begitupun Gereja Nehemia
difokuskan hanya pada katekisasi gereja. Pembelajaran katekisasi dilaksanakan selama satu
tahun yang dibagi dalam dua semester di mana setiap semester terdiri dari semester satu dan
semester dua yang pembahasannya mengenai firman, gereja dan konteks namun sub pokok
bahasannya yang berbeda. Di mana waktu pertemuan untuk pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan penjabaran program, untuk setiap kali pertemuan atau tatap muka adalah 100 menit.
Sehingga pembelajaran katekisasi di Gereja Nehemia berbasis pada pencapaian pembentukan
Profil Umat Gereja Nehemia dengan memfokuskan pada tiga aspek kecerdasan yaitu
pengetahuan, keterampilan dan perilaku serta seluruh perangkat pendukung yakni pembimbing,
pengajar dan sarana prasarana sesuai dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh Sinode.
Dalam fungsi evaluasi terdapat aspek evaluasi yaitu evaluasi proses pembelajaran secara
keseluruhan yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran
dan penilaian hasil pembelajaran.45
Berdasarkan wawancara dengan pengajar katekisan, narasumber mengatakan bahwa
evaluasi yang dilakukan terhadap katekisan di Gereja Nehemia dilakukan pada setiap akhir
semester. Alat evaluasi yang digunakan yaitu secara tes baik lisan maupun tulisan untuk
mengukur pemahaman katekisan terhadap setiap materi yang diberikan.46
Selain itu evaluasi
bukan hanya diberikan kepada katekisan tetapi juga kepada katekit, hal ini bertujuan untuk
melihat sejauh mana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan dari program
yang ditetapkan. Dan juga evaluasi yang diberikan dalam bentuk pelatihan guna meningkatkan
45
Hasil wawancara V.M 16 Desember 2017 46
Hasil wawancara V. M 16 Desember 2017
20
kualitas dan sumber daya katekeit yang berada dalam wilayah pelayanan di Gereja Nehemia.47
Sehingga evaluasi pembelajaran katekisasi di Gereja Nehemia mulai dari perecanaan hingga
pelaksanaannya sesuai dengan aturan Sinode.
Berdasarkan pemikiran dari Wyckoff bahwa kurikulum bukanlah tujuan tetapi sarana
komunikasi yang direncanakan oleh gereja, dan gereja harus mengajarkan tentang iman Kristen
sehingga iman Kristen dapat dikenal dan memberikan dampak untuk lingkungan dimana gereja
itu berada. Oleh karena itu, kurikulum dalam pendidikan formal gereja bertujuan agar orang atau
jemaat menyadari keberadaan Allah untuk dapat merespon dalam iman dan kasih. Kurikulum
juga bukan sekedar sebuah silabus yang terdapat dilingkungan belajar mengajar akan tetapi
kurikulum adalah seluruh proses yang terjadi dan dimulai dari tujuan hingga evaluasi. Sehingga
proses pendidikan Kristen dalam pendidikan formal gereja dapat mengajarkan iman Kristen agar
kehidupan Kristen dari katekisan mendapatkan perubahan dalam pertumbuhan iman mereka
masing-masing.
Kurikulum yang berada pada gereja nehemia sudah sesuai dengan teori yang di
kemukakan oleh Wyckoff, bahwa kurikulum sebagai sarana komunikasi yang dilakukan oleh
gereja dan mengajarkan mengenai iman Kristen sehingga dapat berdampak untuk lingkungan
sekitar. Tetapi, menurut teori dari George Terry yang mengatakan bahwa manajemen adalah
pencapaian tujuan yang sudah ditentukan, dengan mempergunakan bantuan orang lain dan
menurut Sukanto yang mengatakan bahwa Manajemen adalah suatu usaha merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu
organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Namun pada kenyataannya
fungsi manajemen kurikulum yang dilakukan pada gereja nehemia belum mencapai tujuan secara
efisien dan efektif, karena idealnya menejemen kurikulum jika telah dijalankan dengan baik oleh
suatu gereja maka fungsi control dan fungsi pelaksanaan dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab akan berdampak kepada pendidikan katekisasi karena dengan menjalankan fungsi control
dan fungsi pelaksanaan dengan baik akan membuat katekisan dapat mempertanggung jawabkan
iman Kristen kepada lingkungan sekitar.
Dalam proses belajar dan mengajar terdapat dua subjek yang terlibat, yaitu pengajar dan
nara didik (katekisan). Pengajar bertanggungjawab untuk membimbing para nara didik pada
suatu kedewasaan iman Kristen. Pengajar tidak hanya melakukan tugasnya sebagai pendidik
47
Hasil wawancara Ketua Majelis Jemaat 14 Desembar 2017
21
untuk menerapkan ilmu pada kurikulum yang telah disiapkan tetapi juga sebagai pendidik yang
menerapkan nilai dan sekaligus sebagai pembimbing untuk memberikan pengarahan dan
menuntun nara didik (katekisan) dalam proses belajar. Ini berarti bahwa pengajar harus
menyiapkan materi yang terangkum dalam kurikulum dengan kemampuan yang di miliki agar
setiap nilai yang terdapat dalam setiap ajaran dapat dipahami dan dimengerti oleh nara didik.
Pendidikan katekisasi yang dilakukan pada gereja nehemia merupakan pendidikan formal
gereja, materi yang diberikan oleh setiap pengajar dengan sangat baik, namun kenyataannya para
nara didik (katekisan) tidak dengan serius mendengar apa yang sedang di berikan oleh pengajar.
Hal tersebut mengakibatkan nara didik (katekisen) yang mengikuti katekisasi hanya dengan
tujuan mengikuti ajaran atau doktrin yang ada didalam gereja, mengikuti kemauan orang tua dan
bukan oleh keinginan mereka sendiri. Dan hal ini menjadikan nara didik sebagai anggota sidi
gereja yang tidak memaknai makna katekisasi yang sesungguhnya.48
Sehingga perlu adanya
monitoring yang intens dan evaluasi yang baik menyangkut tujuan, isi, strategi dan sumber
belajar dari setiap pembelajaran yang di lakukan hingga produk yang dihasilkan dari proses
katekisasi ini, benar-benar dapat dicapai yaitu pembentukan profil umat yang tangguh dan
matang.
5. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan, penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi manejemen
kurikulum sangat penting dalam pendidikan katekisasi. Dari hal tersebut penulis dapat
merangkum hasil penelitian dalam beberapa aspek yang mempengaruhi kurikulum katekisasi.
Terdapat 4 (empat) aspek dalam manajemen kurikulum yang harus dijalankan oleh gereja yakni
aspek perencanaan, pengorganisasian, aspek pelaksanaan dan aspek evaluasi. Dalam penelitian
yang dilakukan di GPM terkhususnya di Gereja Nehemia klasis pulau Ambon, Gereja Nehemia
hanya menjalankan fungsi pelaksanaan dan evaluasi dikarenakan pada fungsi perencanaan serta
pengorganisasian telah diatur dan dibentuk oleh Sinode GPM melalui Biro Anak, Remaja dan
katekisasi, sehingga seorang katekeit atau pengajar hanya menjalankan tugas sebagai pelaksana
yakni melaksanakan proses pembelajaran dan sebagai evaluasi terhadap katekisan.
48
Hasil observasi 7 Januari 2018 di Gereja Nehemia
22
Sehingga Dengan demikan jika aspek-aspek yang telah dipaparkan di atas dapat
dilakukan oleh gereja dan fungsi menejemen kurikulum dilakukan dengan baik maka makna
dari katekisasi dapat tercapai atau tersampaikan kepada nara didik (katekisan) dan dapat
membentuk profil umat yang memiliki pembentukan kecerdasan yang intelektual, kecerdasan
spiritual, kecerdasan etis-moral, kecedarsan sosio kultural sesuai dengan profil GPM.
23
Daftar Pustaka
Buku :
Abineno J. L. CH. Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010.
Arifin. Konsep dan Model Pengenbangan Kurikulum. Bandung: remaja Rosdakarya, 2012.
D. Campbell Wyckof. Theory and Design of Christian Education Curriculum. Philadelphia: The
Westminster press.
Dimanata, Suka dan Syaodih, Nana. PengembanganKurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013.
G. Riemer, Pedoman Ilmu katekese: Ajarlah Mereka. Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1998.
Hasibuan, Lias. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Cipayung: GP Press, 2010.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Nuhamara Daniel. Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Jurnal Info Media,
2009
Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sanjaya Wina. Kurikulum dan Pengembangan. Jakarta: Kencana, 2010.
Suharsimi, Arikunto. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Medi, 2012.
Sumiyantiningsih Dien. Mengajar dengan Kreatif dan Menariki. Yogyakarta: Andi, 2006
Thomas. Christian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010.
Uber Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama,2009.
Wiryoputro, Sugiyanto. Dasar-dasar Manajemen Kristiani. Jakarta: BPK GunungMulia, 2004.
Jurnal dan Dokumen.
GPM. Himpunan Peraturan Gereja Protestan Maluku. Ambon: MPH Sinode, 2013.
http://peta-ambon.blogspot.com/2013/01/gambaran-umum-wilayah-kota-ambon.html. Di Unduh
pada tanggal, 22 juni 2018.
Hasil Wawancara dan Observasi
Hasil observasi 7 Januari 2018 di Gereja Nehemias.
24
Hasil Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat 14 Desember 2017
Hasil Wawancara dengan Majelis Jemaat M. P 14 Desember 2017
Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat L. A 14 Desember 2017
Hasil wawancara dengan pengajar katekisasi M. N 15 Desember 2017
Hasil wawancara dengan pengajar katekisasi P. S 15 Desember 2017
Hasil wawancara dengan pengajar katekisasi Pdt. S. S 15 desember 2017
Hasil wawancara dengan pengajar katekisasi R. W 15 Desember 2017
Hasil wawancara dengan pengajar katekisasi V. M 16 Desember 2017
Hasil Wawancara dengan pengajar katekisasi V. M 16 Desember 2017