106
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG PADA MUSIM HAJI TAHUN 2010 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) Oleh Isnaini S. NIM: 107053002269 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI ......i ABSTRAK Isnaini S. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Dibawah

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATANKOTA TANGERANG PADA MUSIM HAJI TAHUN 2010

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)

    Oleh

    Isnaini S.

    NIM: 107053002269

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H / 2011 M

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, Maret 2011

    Isnaini S.

  • i

    ABSTRAK

    Isnaini S. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas KesehatanKota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Dibawah bimbingan Drs.Hasanuddin Ibnu Hibban, MA

    Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarahpelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyakkomponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai daripendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan.Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hinggadewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.

    Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia,meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlahpendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinyadari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponenpenyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering,transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayananmengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapankeberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahanpemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak DepartemenAgama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan.Jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ketentuanisthithoah (mampu) secara jasmani dan rohani.

    Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitianpendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini,penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptifyang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari ataumenjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.

    Hasil penelitian ini penulis dapat disimpulkan bahwa sistemmanajemen pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang meliputifungsi manajemen yaitu perencanaan dalam bimbingan, penyuluhan danpelayanan kesehatan, pengorganisasian pada pihak Dinas Kesehatan KotaTangerang dan pihak puskesmas, penggerakkan dengan menjalankanperencanaan yang telah ditetapkan, pengawasan dengan menetapkan ukuranstandar pengawasan, dan evaluasi dilakukan dengan membahas seluruhrangkaian kegiatan dengan melihat input, proses dan output. Sedangkan untukaspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan meliputi pemeriksaan fisikdari kepala hingga perut, pemeriksaan penunjang yaitu penmeriksaanlaboratorium yang mencakup test darah, urin, kehamilan dan vaksinasi hajimencakup imunisasi meningitis meningokokus dan imunisasi influeza.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kupanjatkan kehadirat Allah

    swt yang telah memberikan nikmat serta karuniaNya sehingga tangan ini masih

    mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna.

    Shalawat serta salam penulis haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad SAW

    kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir

    zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar menjadi insan

    yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

    Dalam penulisan skripsi ini,penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak

    terhingga kepada semua pihak yang tak terhingga kepada semua pihak yang

    membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun

    materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi

    penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

    ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Ayahanda Akhmad Sofuan dan Ibunda Mustakimah yang terus menjadikan

    penulis mengerti arti perjalanan hidup yang di ridhoi Allah. Dan memberikan

    banyak perhatian, pengorbanan, motivasi, cinta, kasih sayang yang tulus

    ikhlas terus beliau berikan sehingga penulis dapat tegar dan semangat dalam

    menyelesaikan skripsi ini, mama…. hanya ucapan terima kasih yang tak

  • iii

    terhingga yang dapat penulis ucapkan. Penuh doa semoga Allah akan

    membalas kebaikan yang telah diberikan. I love you so much mama bapak.

    2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi.

    3. Drs. Cecep Castrawijaya , MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,

    selaku Ketua Munaqasah dan Penguji II, yang telah banyak membantu penulis

    dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manejemen Dakwah serta memberikan

    masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.

    4. H. Mulkanasir, BA., Spd, MM Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang

    telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan

    Manajemen Dakwah.

    5. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen pembimbing yang telah

    banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada

    penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah

    selalu memberikan rahmat dan perlindungannya.

    6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

    telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan

    bermanfaat bagi penulis.

  • iv

    7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

    banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    8. Ibu Lia (Bagian Umum) dan Bapak Suhardiman, SKM, MKM, yang telah

    memberikan kesempatan, sehingga penulis dapat melakukan penelitian di

    Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Serta Bapak Ikhwan, SKM, yang telah

    meluangkan banyak waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta

    bimbingan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    9. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA selaku penguji I yang telah banyak memberikan

    masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.

    10. Adik-adik ku tersayang (mamas yunus, de ana, de ani), dan saudara-saudaraku

    yang telah memberikan semangat, do’a, dan keceriaan selama penulis

    menyelesaikan skripsi ini.

    11. Teman-teman Buchori, Ade, Ayu, Ali, Mutmainnah, Jihan, dan Omar yang

    telah memberi semangat dan membantu penulis selama menyelesaikan skripsi

    ini, dan seluruh temen-temen seperjuangan mahasiswa manajemen dakwah

    angkatan 2007 yang penulis banggakan.

    12. Teman-teman Lia, Hari, dan Anto yang telah memberikan semangat kepada

    penulis.

  • v

    Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, do’a

    dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

    Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya

    dan bagi segenap keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada Khususnya.

    Jakarta, Maret 2011

    Isnaini S.

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. v

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian................................................. 5

    D. Metodologi Penelitian............................................................... 7

    E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10

    F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11

    BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN

    KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI

    A. Manajemen Pelayanan Kesehatan ............................................. 13

    1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan...................... 13

    2. Fungsi Manajemen.............................................................. . 17

    3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan .............. 18

    4. Ciri-ciri Pelayanan Yang Baik ............................................ 20

    B. Jamaah Haji.............................................................................. 23

    1. Pengertian Jamaah Haji....................................................... 23

    2. Klasifikasi Jamaah Haji ...................................................... 24

    3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan............................. 25

    4. Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ...................................... 34

  • vii

    BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN KOTA

    TANGERANG

    A. Visi-Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang ............................. 36

    B. Tujuan dan Sasaran................................................................... . 40

    C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang ......... 42

    D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang .............. 44

    BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    JAMAAH HAJI

    A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ........................ 48

    1. Menentukan Perencanaan (Planning) .................................. 48

    2. Melakukan pengorganisasian (Organizing) ......................... 56

    3. Mengadakan Penggerakkan (Actuating) .............................. 60

    4. Menjalankan Pengawasan (Controlling).............................. 62

    5. Melaksanakan Evalusi (Evaluating) .................................... 65

    B. Aspek Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang ................................................................................ 65

    C. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah

    Haji dan Aspek Kesehatan yang Dilayani ................................. 68

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 80

    B. Saran ........................................................................................ 81

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 82

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Haji pada hakekatnya merupakan aktifitas suci yang pelaksanaannya

    diwajibkan oleh Allah kepada seluruh umat Islam yang telah mencapai

    (istitho’ah) mampu, disebut aktifitas suci karena seluruh rangkaian kegiatan

    adalah ibadah. Haji juga disebut sebagai ibadah puncak yang melambangkan

    ketaatan serta penyerahan diri secara total kepada Allah baik secara fisik-

    material maupun spiritual.1

    Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

    Artinya : “ Allah telah menjadikan ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat

    (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia”.(QS. Al-Maidah :97).

    Bagi setiap muslim, termasuk muslim di Indonesia, ibadah haji memiliki

    makna sangat penting. Dalam konteks Indonesia, ibadah haji tidak hanya

    dilihat sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan kaum

    Muslimin bagi mereka yang mampu tetapi juga memiliki makna sosiologis

    dan historis sangat berarti. Secara sosiologis dan historis, dapat dikatakan

    bahwa perkembangan Islam Indonesia tidak bisa terlepas dari ibadah haji.2

    1 Ali Syari’ati, Haji (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000 ), hal. 12 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), hal.

    17

  • 2

    Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarah

    pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyak

    komponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai dari

    pendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan.

    Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hingga

    dewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.

    Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia,

    meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlah

    pendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinya

    dari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponen

    penyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering,

    transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayanan

    mengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapan

    keberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahan

    pemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen

    Agama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan.

    Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan

    kesehatan jamaah haji untuk menjaga agar jamaah haji tetap dalam keadaan

    sehat antara lain tidak menularkan atau ketularan penyakit selama

    menjalankan ibadah haji.3

    Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan, Departemen Agama

    selalu melakukan koordinasi dengan Departemen Kesehatan. Kesehatan,

    3 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 78

  • 3

    Misalnya: peningkatan pelatihan petugas kesehatan dengan kurikulum yang

    mengarah kepada : (1) peningkatan kemampuan teknis dan medis yang

    berkaitan dengan pelayanan kesehatan jamaah haji (2) penguasaan materi

    khusus misalnya penanganan kasus meningitis dan formularium obat haji (3)

    peningkatan kinerja petugas sehingga tercipta petugas yang berdedikasi dan

    bertanggung jawab. Kemudian pemerintah juga melakukan penyuluhan

    kesehatan kepada jamaah haji dengan tujuan : (1) menumbuhkan pengertian

    calon jamaah tentang kondisi sehat yang sangat diperlukan dalam

    melaksanakan ibadah haji (2) meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan

    kesehatan calon jamaah haji sesuai ketentuan dan direkam dalam buku

    kesehatan haji (3) melakukan rujukan calon jamaah haji resiko tinggi sesegera

    mungkin bagi yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

    Pemeriksaan kesehatan bagi calon haji selama di tanah air dilakukan

    dalam tiga tahap, yaitu pertama, pemeriksaan di puskesmas sebagai tindakan

    selektif terhadap calon haji yang memenuhi salah satu persyaratan istitho’ah

    yakni sehat lahir dan batin, yang dilakukan setelah pendaftaran haji dimulai

    dan sebagai syarat untuk dapat mendaftarkan diri; kedua pemeriksaan di Dinas

    Kesehatan daerah dilakukan secara lebih teliti dengan tenaga pemeriksa dan

    fasilitas yang lebih baik serta merupakan penentuan akhir layak atau tidaknya

    calon haji berangkat ke Arab Saudi. Dalam tahap ini juga dilakukan

    pemeriksaan tes kehamilan, vaksinasi meningitis meningokokus, pembinaan

    dan penyuluhan kesehatan, pelayanan rujukan dan pengamatan penyakit;

  • 4

    ketiga, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif, termasuk

    kelengkapan dokumen kesehatan haji.4

    Untuk mencapai upaya pencegahan dan persiapan yang tepat.

    Persiapan sebelum ke berangakatan mencakup kekuatan fisik dan mental

    dalam keadaan prima, karena keadaan di Arab Saudi berbeda dengan keadaan

    di Indonesia, yaitu cuaca dan iklim yang lebih tinggi, keadaan lingkungan

    yang lebih beraneka ragam, serta jenis makanan yang berbeda. Oleh karena

    itu, diperlukannya sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji. Kini

    Dinas Kesehatan telah berperan aktif untuk mempersiapkan dan upaya

    pencegahan dalam menjaga kesehatan jamaah haji dari sebelum

    pemberangkatan ibadah haji. Persiapan kesehatan yang optimal akan

    membantu kelancaran kegiatan ritual ibadah yang akan dikerjakan nantinya.

    Sehingga jamaah akan lebih khusyuk dalam melaksanakan ibadah haji.

    Ciri pelayanan yang baik yang dapat memberikan kepuasan kepada

    jamaah adalah memiliki karyawan yang professional, tersedia sarana dan

    prasarana yang baik, tersedia semua produk yang diinginkan, bertanggung

    jawab kepada setiap jamaah dari awal hingga selesai, mampu melayani secara

    cepat dan tepat, mampu berkomunikasi secara jelas, memiliki pengetahuan

    umum lainnya, mampu memberikan kepercayaan kepada jamaah.5

    Dan pembinaan kesehatan haji dilakukan secara intensif dan terus-

    menerus sejak terdaftar sampai saat ke berangkatan, yang meliputi aspek-

    aspek kesehatan umum.

    4 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), h.159

    5 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.9

  • 5

    Dilihat dari gambaran di atas saya tertarik untuk mengadakan

    penelitian terhadap masalah ini dengan judul “ Manajemen Pelayanan

    Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji

    Tahun 2010”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Dalam pembatasan masalah penulis hanya membatasi pada

    manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan oleh

    Departemen Kesehatan pada musim haji tahun 2010.

    2. Perumusan Masalah

    Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam

    penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan

    sebagai berikut :

    a. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang

    dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun

    2010?

    b. Aspek kesehatan apa saja yang dapat dilayani Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

    ini secara umum adalah:

  • 6

    1. Untuk mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji

    pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun 2010.

    2. Untuk mengetahui aspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010.

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    antara lain:

    1. Ilmu Pengetahuan

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan

    ilmiah di bidang manajemen haji dan umrah, khususnya dalam pelayanan

    kesehatan jamaah haji.

    2. Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan

    dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi para pembaca

    khususnya mahasiswa manajemen dakwah, serta dapat berguna bagi

    banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi

    studi-studi yang akan datang.

    3. Praktisi

    Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru dan

    memberikan motivasi bagi para praktis yang konkret terhadap

    perkembangan ilmu manajemen haji dan umrah serta dapat memberikan

    motivasi pada dinas kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan

    terutama dalam hal pelayanan kesehatan jamaah haji.

  • 7

    D. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

    deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan

    data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati.

    Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan

    dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat

    penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana

    metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau

    menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.6

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang

    yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari kepala

    seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian haji/staf haji

    serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang melalui pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan.

    Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah manajemen yang

    digunakan dalam pelayanan kesehatan pada jamaah haji.

    3. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang Jl. Daan Mogot No. 69 Tangerang. Waktu Penelitian dimulai

    6 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilebfkapi Contoh Analisis Statistik.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, h. 24

  • 8

    pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2011. Pada musim haji

    tahun 2010.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Maka penulis

    menggunakan jenis penelitian di antaranya yaitu field research (penelitian

    lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke

    lapangan (objek) penelitian di Dinas Kesehatan Kota Tangerang,

    sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer

    (utama) penelitian.

    Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik

    untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di

    antaranya sebagai berikut:

    a. Observasi

    Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

    terhadap gejala-gejala yang diteliti.7 Penulis melakukan penelitian

    dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait

    dengan masalah pelayanan kesehatan jamaah haji yang dilakukan oleh

    Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

    b. Wawancara

    Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara penulis

    dengan Kasi Haji dan Staff Jajarannya yang di dalamnya terdiri dari

    ketua bidang P2PL, ketua seksi P21, staff P2I, dan pihak puskesmas.

    7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PTBumi Aksara, 2003)CET. Ke-4, h. 53

  • 9

    Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis

    menggunakan beberapa pernyataan kepada responden yang telah

    penulis siapkan, lalu dijawab oleh responden dengan bebas dan

    terbuka.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui

    dokumen-dokumen.8 Penulis menggunakan data-data dan sumber-

    sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.

    Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile

    company, arsip-arsip maupun diktat-diktat pelayanan kesehatan Dinas

    Kesehatan Kota Tangerang dan lain sebagainya yang dapat

    mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.

    Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis

    berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang

    ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi

    sesuai kecenderungan dan frame of thinking.

    d. Teknik analisis data

    Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode

    deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis

    terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari

    pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada

    sumber-sumber yang tertulis.

    8 Ibid, h. 73

  • 10

    e. Teknik Penulisan

    Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman

    penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh

    tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN

    Jakarta pada tahun 2007.

    E. Tinjauan Pustaka

    Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus

    diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis

    mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa

    skripsi yang membahas tentang ibadah haji, judul-judul skripsi tersebut

    adalah:

    Dzul Kifli “Manajemen Pelayanan Jamaah Haji dan Umroh PT.

    PATUNA TOUR DAN TRAVEL” skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen

    Dakwah Tahun 2010 ini membahas tentang bagaimana upaya PT. PATUNA

    TOUR DAN TRAVEL dalam memberikan pelayanan ibadah haji dan umroh

    pada jamaah sesuai dengan teori manajemen customer service serta faktor

    pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelayanaan ibadah haji dan

    umroh.

    Nur Siti Aliyah “ Strategi Pelayanan Prima Kantor Departemen

    Agama Jakarta Barat Terhadap Calon Jamaah Haji” Skripsi mahasiswi Jurusan

    Manajemen Dakwah Tahun 2008 yang berisi tentang perlunya pelayanan

    prima KANDEPAG Jakarta Barat terhadap calon jamaah haji, serta bagaimana

  • 11

    strategi pelayanan prima KANDEPAG Jakarta Barat dalam membantu

    perjalanan ibadah haji calon jamaah haji.

    Ahmad Muis “Strategi Pelayanan Prima Kementerian Agama Jakarta

    Selatan Pada Calon Jamaah Haji.” Skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen

    Dakwah Tahun 2010, berisi tentang petugas pelaksana Kementerian Agama

    Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan prima pada calon jamaah haji

    dan strategi pelayanan prima Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam

    penyelenggaraan ibadah calon jamaah haji.

    Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas, berbeda dengan penelitian-

    penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini penulis menggambarkan bagaimana

    manajemen pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

    Banyak perbedaan dari penelitian ini yakni ditinjau dari sisi objek yaitu

    manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dan dari sisi subjek yaitu Dinas

    Kesehatan Kota Tangerang. Dalam hal ini dari segi judul berbeda, baik itu dari

    segi pembahasan yang diteliti pun berbeda yaitu materi mengenai manajemen

    pelayanan kesehatan jamaah haji dan aspek kesehatan apa saja yang dilayani

    Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yang penulis bahas tentang “Manajemen

    Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada

    Musim Haji Tahun 2010”.

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya

    secara rinci adalah sebagai berikut :

  • 12

    BAB I : PENDAHULUAN

    Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

    pustaka dan sistematika penulisan.

    BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN

    PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI

    Pengertian manajemen pelayanan kesehatan, Fungsi

    manajemen, Ruang lingkup manajemen pelayanan kesehatan,

    Ciri-ciri pelayanan yang baik, Pengertian jamaah haji,

    Klasifikasi jamaah haji, Makna Istitho’ah pada aspek

    kesehatan, Pelayanan Kesehatan jamaah Haji.

    BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN

    KOTA TANGERANG

    Visi dan Misi Dinas Kesehatan, Strategi dan Kebijakan Dinas

    Kesehatan, Tujuan dan Sasaran, Struktur Organisasi Dinas

    Kesehatan.

    BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    JAMA’AH HAJI TAHUN 2010

    Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji, Aspek

    Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang,

    Analisis.

    BAB V : PENUTUP

    Kesimpulan dan saran.

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN

    KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATAN

    KOTA TANGERANG

    A. Manajemen Pelayanan Kesehatan

    1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan

    Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai

    tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga

    kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan

    pengatuaran yang baik. Agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai

    dengan baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen,

    sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan

    kesehatan masyarakat disebut “Manajemen Pelayanan Kesehatan

    Masyarakat”.1

    Ada beberapa definisi manajemen sebagai berikut : dalam kamus

    manajemen, arti dari istilah manajemen, arti dari istilah manajemen

    adalah: manajemen, pengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan

    kepengurusan, pengelolaan dan sebagainya.2

    Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris

    yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand

    1 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:RinekaCipta, 2007), h. 82

    2 Moekijat, Kamus Manajemen, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1990), Cet. 4, h. 290-291

  • 14

    berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti

    memimpin atau membimbing. Jadi apabila dilihat dari asal katanya,

    manajemen berarti mengurus, mengendalikan, memimpin atau

    membimbing.3

    Dengan sangat bervariasi para ahli manajemen mendefinisikan

    manajemen dari sudut pandang mereka. Dapat dikemukakan mengenai

    batasan-batasan pengertian manajemen oleh George R Terry, manajemen

    merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan

    perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang

    dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan

    melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya.4

    Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di dalam

    beerbagai jenis organisasi untuk membantu manajer memecahakn masalah

    organisasi, atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat

    diterapkan dibidang kesehatan untuk membantu para manajer organisasi

    kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum

    sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat, atau mencapai suatu keadaan sehat bagi individu atau

    kelompok-kelompok masyarakat.5

    3 E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.(Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1996) cet ke-2, h. 6

    4 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Konsepsi danAplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Rosada, 1998), Cet. 1, h.1

    5 A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004),cet I, h. 45

  • 15

    Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

    umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain

    guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang manajer

    dalam mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain

    atau bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan

    masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut. “Manajemen Kesehatan

    adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas

    kesehatan dan non-petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan

    masyarakat melalui program kesehatan.6

    Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan

    yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses

    pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap

    jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah

    haji yang sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan sendiri merupakan

    upaya menjaga kemandirian kesehatan jemaah dengan persiapan obat dan

    cara-cara konsultasi kesehatan di perjalanan, asupan makan dan gizi,

    konsultasi dan bimbingan kesehatan.7

    Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan

    kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra

    haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di

    embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan,

    pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di

    6 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:RinekaCipta, 2007), h. 83

    7 Kmk. No. 442, ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.Pdf, h. 13

  • 16

    kelompok terbang. Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lain

    merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan

    komprehansif.8

    Kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan

    manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga

    yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan

    kesehatan masyarakat.9

    Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan

    baik, ada prinsip-prinsip manajemen pelayanan yang dapat di pakai

    sebagai acuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

    a. Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya

    b. Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop)

    c. Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen

    d. Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab

    terhadap kualitas pelayanan

    e. Layanilah keluhan konsumen secara baik

    f. Terus berinovasi

    g. Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen

    h. Bersikap tegas tetapi ramah terhadap konsumen

    i. Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan

    j. Selalu mengontrol kualitas.10

    8 Ibid, h. 139 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2007), h. 83-8410 Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, h. 87

  • 17

    2. Fungsi Manajemen

    Fungsi pertama pada manajemen adalah perencanaan atau planning

    yaitu pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang

    harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, juga proses dasar di

    mana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.11Adapun

    perencanaan atau planning adalah tindakan menentukan sasaran yang

    ingin dicapai dan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.12

    Fungsi kedua pada manajemen adalah pengorganisasian atau

    organizing. Setiap usaha mencapai tujuan apabila harus melibatkan banyak

    orang maka mutlak diperlukan adanya organisasi. Organisasi adalah

    bentuk setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan

    bersama.13 Untuk mencapai tujuan, maka diperlukan berbagai langkah dan

    kegiatan, langkah-langkah dirumuskan dan disusun sebagai kegiatan yang

    akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian

    pengorganisasian mencakup usaha membagi-bagi pekerjaan untuk

    mencapai tujuan.

    Fungsi ketiga dalam manajemen adalah penggerakkan atau

    actuating. Adapun istilah pergerakkan yaitu actuating (memberikan

    bimbingan), motivating (memberikan motivasi), directing (memberikan

    arah), influencing (mempengaruhi), commending (memberikan komando

    atau perintah) Beberapa istilah dikemas untuk aktuasi karena beberapa

    11 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1997), Edisi ke-2, h. 77-7812 AM. Kardaman. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

    1996). Cet. Ke-1, h. 4613 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006 ),

    h. 23

  • 18

    istilah tersebut dianggap mempunyai pengertian yang sama yaitu

    menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaaan program.14

    Fungsi yang keempat adalah pengawasan atau controlling.

    Pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui

    hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk kemudian dilakukan

    perbaikan dan mencegah terulang kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu

    pula agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.15

    Dan fungsi kelima dalam manajemen adalah evaluasi atau

    evaluating. Baik pengawasan maupun evaluasi selalu mengumpulkan data.

    Untuk dimanfaatkan memperbaiki fungsi perencanaan. Keduanya juga

    mempunyai orientasi masa depan.16

    3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan

    Seperti halnya manajemen perusahaan, dibidang kesehatan juga

    dikenal berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan

    dan sumber daya yang dikelolanya. Ada bidang yang mengurus personalia

    (manajemen personalia), keuangan (manajemen keuangan), logistik-obat

    dan peralatan (manajemen logistik), pelayanan kesehatan (manajemen

    pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen) dan sebagainya.17

    14 A. A. Gde Munginjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cetI, h. 85

    15 Diati Julitirsa dan John Suprihanto, Manajemen Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE.1992). Cet. ke-2, h. 101

    16 A. A. Gde Munginjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cetI, h.96

    17 A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004),cet I, h. 49

  • 19

    Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara

    menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan

    rehabilitatif, dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak

    terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta perlu adanya pedoman yang

    dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, di

    embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman

    dimaksud telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri

    Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang Penyelenggaraan

    Kesehatan Haji, yang dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun

    2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu dilakukan

    penyempurnaan dan penyesuaian.18

    Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jamaah haji

    merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan

    status kesehatan dan kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan,

    penyuluhan dan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap atau

    berkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di kabupaten/kota, bimbingan,

    penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji selama perjalanan dari

    daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama perjalanan Indonesia – Arab

    Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji debarkasi dan sampai dengan

    14 hari pertama sekembalinya ke tanah air.

    18 Kmk. No. 442, ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.Pdf, h. 4

  • 20

    Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara

    perorangan, maupun berkelompok melalui berbagai kegiatan pertemuan,

    penyuluhan media massa, dan cara-cara promosi lainnya. 19

    4. Ciri-Ciri Pelayanan Yang Baik

    Pengertian pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan

    dalam memberikan kepuasan kepada jamaah dengan standar yang sudah

    ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia

    dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak perusahaan yang ingin

    dianggap selalu yang terbaik dimata jamaah. Karena jamaah akan menjadi

    setia terhadap produk yang ditawarkan. Disamping itu, perusahaan juga

    berharap pelayanan yang diberikan kepada jamaah dapat ditularkan kepada

    calon jamaah lainnya. Hal ini merupakan promosi tersendiri bagi

    perusahaan yang berjalan terus secara berantai dari mulut kemulut.

    Dengan kata lain, pelayanan yang baik akan meningkatkan image

    perusahaan dimata jamaahnya. Image ini harus selalu dibangun agar citra

    perusahaan dapat selalu meningkat.

    Dalam prakteknya pelayanan yang baik memiliki cirri-ciri

    tersendiri dan hamper perusahaan menggunakan criteria yang sama untuk

    membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor

    pendukung yang berpengaruh langsung terhadap mutu pelayanan yang

    diberikan.

    19 Ibid, h. 13

  • 21

    Yang mempengaruhi pelayanan yang baik pertama adalah faktor

    manusia yang memberikan pelayanan tersebut. Manusia (karyawan) yang

    melayani jamaah harus memiliki kemampuan melayani jamaah secara

    tepat dan cepat. Disamping itu, karyawan harus memiliki kemampuan

    dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan bertanggung jawab penuh

    terhadap jamaahnya.

    Kedua pelayanan yang baik juga harus diikuti oleh tersedianya

    sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan

    keakuratan pekerjaan. Sarana dan prasarana harus dilengkapi oleh

    kemajuan teknologi terkini. Pada akhirnya, sarana dan prasarana yang

    dimiliki juga harus dioperasikan oleh manusia yang berkualitas pula. Jadi

    dapat dikatakan kedua faktor tersebut saling menunjang satu sama

    lainnya.20

    Parasuraman, Zeithaml, dan Berry sebagaimana dikutip oleh Philip

    Kottler menyusun faktor utama yang menjadi penentu dalam

    meningkatkan mutu pelayanan, antara lain:21

    a. Akses

    Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai

    pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.

    b. Komunikasi

    Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah

    dimengerti oleh jamaah.

    20 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 1421 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan

    Pengendalian, (Jakarta: Erlangga, 1995) Edisi Ke-6 Jilid 2, h. 107

  • 22

    c. Kompetensi

    Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan

    yang dibutuhkan.

    d. Kesopanan

    Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan

    penuh perhatian.

    e. Kredibilitas

    Instansi dan pegawai harus bisa di percaya dan memahami keinginan

    utama yang diharapkan jamaah.

    f. Reabilitas

    Pelayanan harus dilaksanakan dengan konsisten dan cermat.

    g. Cepat Tanggap

    Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas

    permintaan dan masalah jamaah.

    h. Kepastian

    Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang

    meragukan.

    i. Hal-hal yang berwujud

    Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan tepat

    memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.

    j. Memahami atau Mengenali Masyarakat

    Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau jamaah dengan

    memberikan perhatian secara individu.

  • 23

    B. Jamaah Haji

    1. Pengertian Jamaah Haji

    Jamaah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kompak” atau

    “bersama-sama”, ungkapan shalat berjamaah berarti shalat yang

    dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam.

    Jama’ah juga berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,

    pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam

    menganjurkan umat Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,

    yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang

    berpegang pada norma-norma Islam, menegakkan prinsip “ta’awun”

    (tolong-menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya kekuatan bersama

    demi tercapainya tujuan yang sama.22

    Secara substansial haji merupakan bagian dari ritual keagamaan

    kaum Muslim yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang

    sejarahnya pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian negara.23

    Dalam buku Fiqih Empat Mazhab bagian ibadat (puasa, zakat, haji,

    kurban), Abdurrahman al-Zaziri menyatakan bahwa yang dimaksud

    dengan “Haji” secara bahasa menuju kemuliaan, sedangkan pengertian haji

    secara istilah adalah amalan-amalan tertentu dan cara tertentu pula.24

    22 Prof. Dr. H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan, 1992),h. 486-487

    23 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), hal.45

    24 Abdurrahman al-Zaziri, Fiqih 4 Mazhab Bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban),(Jakarta : Darul Ulum Press, 1996), cet. Ke-1, h. 177

  • 24

    Sebagai salah satu rukun Islam, ibadah haji diwajibkan satu kali

    sepanjang hidup setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat

    utamanya yaitu memiliki kemampuan ekonomi maupun fisik. Faktor-

    faktor lain yang berhubungan dengan syarat tersebut adalah keamanan,

    transportasi, dan akomodasi selama pelaksanaan haji. Seorang muslim

    yang melakukan ibadah haji akan melaksanakan rangkaian ritual mulai

    dari memakai ihram, thawaf, wukuf dan sebagainya, berikut larangan-

    larangan yang berkaitan dengan ibadah.25

    Sedangkan pengertian jamaah haji yaitu Warga Negara Indonesia

    beraganma Islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah

    haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.26

    2. Klasifikasi Jamaah Haji

    Adapun ruang lingkup jamaah haji adalah sebagai berikut :

    a. Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan

    mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan

    alat/obat dan orang lain.

    b. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan

    mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.

    25 Abdul Halim, Ensiklopedi Haji dan Umroh, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002), h. 84

    26 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, (Pusat Kesehatan HajiKementrian Kesehatan RI : 2010), h.9

  • 25

    c. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang memiliki

    kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan

    atau obat dan orang lain.

    d. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi kesehatannya tidak

    memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.

    e. Jamaah haji resiko tinggi adalah jamaah haji dengan kondisi kesehatan

    yang secara epidemiologi beresiko sakit dan atau mati selama

    perjalanan ibadah haji, meliputi:

    1) Jamaah haji lanjut usia

    2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh

    terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peratutan kesehatan

    yang berlaku.

    3) Jamaah haji wanita hamil

    4) Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit

    kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.27

    3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan

    Istitha’ah secara etimologi berarti kemampuan dan kesanggupan

    melakukan sesuatu. Istitha’ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari

    akar kata tâ’a, yaitu tau’an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ’ah

    berarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan

    syara’ sesuai dengan kondisinya. Semakin besar kemmapuan seseorang

    semakin besar tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan. Kajian tentang

    27 Ibid, h.9-10

  • 26

    istithâ’ah dibahas hampir ke semua furu’ (cabang) ibadah, pada masalah

    shalat, puasa, kifarat, nikah dan lain-lain. Akan tetapi yang lebih rinci

    dibicarakan adalah istithâ’ah dalam ibadah haji. Hal itu disebabkan karena

    dalam persoalan haji menghimpun dua kemampuan, kemampuan fisik dan

    materi sekaligus.28

    Kata istitha’ah sangat popular digunakan dalam kitab-kitab sumber

    hukum Islam seperti Al-Qur’an, hadis, dan fikih. Para ulama berbeda

    pendapat dalam menentukan batasan-batasan istithâ’ah. Misalnya pada

    ayat yang artinya : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap

    Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke

    Baitullah” (QS. Ali Imran: 97). Para ulama fikih berpendapat ketika

    berbicara tentang batas-batas dan asapek-aspek kemampuan itu.

    Berdasarkan pemahaman di atas, mazhab Hanafi menyatakan

    bahwa makna istitha’ah terbagi atas tiga macam yaitu (1) istitha’ah

    amaliyah (kemampuan biaya), (2) istitha’ah badaniyyah (kemampuan

    kesehatan) dan, (3) istitha’ah amniyyah (kemampuan keamanan dalam

    perjalanan). Seseorang yang memenuhi ketiga kemampuan ini wajib

    melaksanakan haji. Kemampuan pertama mencakup kemampuan

    menyiapkan biaya pergi-pulang untuk dirinya, biaya untuk keluarga yang

    ditinggalkan dan biaya selama berada ditanah suci. Kemampuan kedua

    mencakup kemampuan kesehatan badan. Oleh karena itu orang sakit,

    tertimpa musibah, lumpuh, buta dan berusia lanjut yang tidak mungkin

    28 Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru VanHoeve, 2001), Cet. Ke. 7,h.259

  • 27

    berjalan sendiri tidak wajib melaksanakan ibadah haji. Kemampuan ketiga

    mencakup keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan dan

    menunaikan ibadah haji termasuk dalam kemampuan ketiga ini ialah

    adanya seorang mahram yang balig, berakal, dan tidak fasik untuk

    menemani wanita selama melaksanakan haji.

    Menurut Mazhab Maliki istitha’ah ialah kemampuan untuk pergi

    dan sampai di Mekah baik dengan berjalan kaki atau memiliki kendaraan.

    Kemampuan untuk kembali lagi ke negerinya tidak dipandang sebagai

    istitha’ah kecuali apabila ia mungkin tinggal di Mekah atau daerah

    sekitarnya. Golongan ini membagi istitha’ah kepada tiga macam pula,

    yaitu (1) kemampuan kesehatan jasmani, (2) kemampuan biaya dan (3)

    kemampuan tersedianya jalan untuk sampai di Mekah.

    Menurut Mazhab Syafi’I, ada tujuh syarat istitha’ah yang harus

    dipenuhi oleh orang yang akan menunaikan ibadah haji atau umrah. (1)

    kemampuan dalam kesehatan jasmani yang dapat diukur dengan

    kemampuan untuk duduk diatas kendaraan tanpa menimbulkan kesulitan

    yang berarti, (2) kemampuan biaya untuk pergi pulang, (3) ada kendaraan

    angkutan, (4) tersediannya bekal ditempat pelaksanaan haji, (5) aman, baik

    dalam perjalanan maupun selama berada ditanah suci, (6) wanita harus di

    temani oleh suami atau mahramnya, (7) kemampuan untuk sampai

    ditempat tujuan pada batas waktu yang ditentukan, yaitu sejak bulan

    syawal sampai dengan tanggal 10 Dzulhijjah.

  • 28

    Mazhab Hambali mensyaratkan 2 kemampuan yaitu kemampuan

    menyiapkan bekal dan (ongkos) kendaraan. Hal ini berdasarkan hadis

    riwayat Daru Gufni dari Jabir, Ibnu Umar, Ibnu Amir, Anas bin Malik dan

    Aisyah yang menyatakan bahwa pernah seorang laki-laki datang kepada

    Rasullah Saw untuk bertanya tentang sesuatu yang mewajibkan haji itu

    ialah bekal dan kendaraan.29

    Istithâ’ah dalam ibadah haji mempunyai pengertian lebih luas

    dibanding istithâ’ah di dalam ibadah-ibadah lain seperti shalat, puasa, dan

    lain-lain.

    Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam

    beberapa hal, antara lain:30

    a. Istithâ’ah harta yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik

    Haji (ONH) pergi dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal,

    makanan dan minuman yang cukup. Orang yang berangkat haji dengan

    cara meminta-minta dan mengajukan proposal untuk mendapatkan

    ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah atau dari instansi

    tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka. Namun

    demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain,

    hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang

    kelima.

    29 Ibid, h. 259-26030 http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414

    :memahami-istithaah-dalam-perspektif-ibadah-haji&catid=61:mimbar-jumat&Itemid=230

    http://waspadamedan.com/index.php

  • 29

    b. Istithâ’ah dalam kesehatan. Kemampuan fisik salah satu syarat wajib

    mengerjakan haji karena pekerjaan ibadah haji berkaitan dengan

    kemampuan badaniah, hampir semua rukun dan wajib haji berkaitan

    erat dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun qalbi).

    Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih) atau

    idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib haji

    baginya ada pemandu atau penuntun yang membimbing pelaksanaan

    hajinya. Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai

    kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di perjalanan,

    boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain. Diriwayatkan dalam

    hadis shahih dari Jamaah dari Ibnu Abbas ra. bahwa ada seorang

    perempuan dari Khatsam berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya

    ayahku punya kemampuan harta untuk mengerjakan haji, namun dia

    sudah tua renta, tidak mampu duduk lama di dalam kendaraan (di atas

    unta), maka Rasulullah Saw bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa

    itu ditanyakan kepada Rasulullah pada Haji Wada’. Berdasarkan hadis

    ini, kemampuan fisik sangat menentukan dan tidak melihat kepada

    umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan Arab Saudi untuk

    memberlakukan batas umur 65 tahun tidak boleh haji, belum layak

    untuk diberlakukan, karena ada sebagian orang meskipun umur sudah

    lebih 65 tahun, akan tetapi masih mempunyai kemampuan fisik untuk

    berhaji.

  • 30

    c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat

    transportasi sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya

    merupakan syarat wajib haji. Jika seseorang sudah mendapatkan visa

    haji akan tetapi tidak ada tiket pesawat reguler atau carter yang

    membawanya ke haji, maka kewajibannya telah gugur, dan demikian

    pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa muhrim/mahram, maka

    belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw bersabda : Wanita

    tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani suami atau

    mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini,

    Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut

    dan berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa

    haji dan umrah.

    Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat

    terlaksananya semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan,

    semakin tinggi pula tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang

    kemampuan, berkurang pula tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt

    tidak membebankan seseorang melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari

    semua itu agar ibadah terlaksana dengan ikhlas.

    Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban yang harus

    dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu (istitho’ah) mengerjakannya

    sekali seumur hidup. Kemampuan yang harus dipenuhi untuk

  • 31

    melaksanakan ibadah haji dapat digolongkan dalam dua pengertian,

    yaitu:31

    Pertama, kemampuan personal yang harus dipenuhi oleh masing-

    masing kemampuan ekonomi yang cukup baik bagi dirinya maupun

    keluarga yang ditinggalkan, dan didukung dengan pengetahuan agama

    khususnya tentang manasik haji.

    Kedua, kemampuan umum yang bersifat eksternal yang harus

    dipenuhi oleh lingkungan-negara dan Pemerintah- mencakup antara lain

    peraturan perundangan-undangan yang berlaku, keamanan dalam

    perjalanan, fasilitas, transportasi, dan hubungan antarnegara baik

    multilateral maupun bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan kerajaan

    Arab Saudi. Dengan terpenuhinya dua kemampuan tersebut, maka

    perjalanan untuk menunaikan ibadah haji baru dapat terlaksana dengan

    baik dan lancar.

    Sebagai sebuah kewajiban, ibadah haji merupakan jalan menuju

    pada pemenuhan nilai keagamaan untuk menjadi seorang muslim yang

    kaffah. Ali Shariati (1978), memandang semangat (motivasi) haji sebagai

    berikut: “ Jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual,

    maka rukun-rukun Islam yang terpenting yang memberikan motivasi

    kepada nation Muslim dan yang membuat warga-warganya sadar, merdeka

    31 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 2

  • 32

    terhormat, serta memiliki tanggung jawab sosial adalah tauhid, jihad dan

    haji”.32

    Kesehatan ditinjau dari sisi agama yaitu kemampuan dalam ibadah

    haji (istitha’ah) adalah kemampuan material, kemampuan kesehatan,

    kemampuan keamanan. Haji adalah ibadah fisik hampir 90% kegiatan

    ibadah haji menggunakan fisik yaitu: sholat, towaf, sa’I, lempar jumroh,

    mabit dan perjalanan dari kemah ketempat ibadah, juga dari pondokan ke

    tempat ibadah. Semua itu memerlukan kondisi fisik yang prima dan

    sehat.33

    Salah satu faktor penting bagi jamaah dalam pelaksanaan

    rangkaian ibadah haji adalah kondisi kesehatan yang prima bagi jamaah

    haji yang sehat, dan kondisi kesehatan yang optimal bagi jamaah haji yang

    memang telah mengidap sesuatu penyakit kronis tertentu, agar kegiatan

    fisik yang merupakan inti dari ibadah haji itu dapat terlaksana dengan baik

    dan benar.34

    Upaya menjaga kondisi fisik yang optimal ataupun prima sangat

    dianjurkan mulai dari Tanah air, selama perjalanan, dan selama berada di

    Tanah Suci. Pada prinsipnya, upaya menjaga kondisi kesehatan untuk

    persiapan bernagakt haji, tidaklah begitu berbeda dengan upaya kesehatan

    umum yang selalu dianjurkan menurut ilmu kesehatan. Hanya saja,

    sebagai tambahan dalam pelaksanaan haji adalah persiapan jamaah dalam

    32 Ali Syari’ati, Haji (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), h. 533 Drs. H. Ade Marfudin, MM, Peduli Kesehatan Haji 2010, (Jakarta: Lembaga Dakwah

    Kesehatan UIN SYAHID, 2010), h. 234 Dr. H. Umar Zein, SpPD, MHA, DTM & H, KPTI, Kesehatan Perjalanan Haji,

    (Bogor: PRENADA MEDIA, 2003), cet. 1, h. 6

  • 33

    menghadapi perubahan alam/cuaca dan lingkungan di negara Arab Saudi

    yang jauh berbeda dengan keadaan di negara kita Indonesia. Salah satu

    aspek yang menentukan tingkat kesehatan untuk melaksanakan perjalanan

    ibadah haji adalah gizi atau makanan selama persiapan didaerah asal

    sebelum berangkat.

    Konsultasi medik sebelum berangkat sebaiknya dilakukan

    beberapa bulan sebelumnya, terutama bagi calon jamaah yang mempunyai

    “simpanan” penyakit ataupun merasa ada keluhan pada tubuh yang selama

    ini sehat. Konsultasi medic minimal 4-6 minggu sebelum berangkat.

    Konsultasi medic disini adalah melakukan pemeriksaan yang lengkap serta

    menceritakan semua keluhan yang ada kepada dokter yang memeriksa atau

    yang merawat. Tidak perlu ada penyakit yang disembunyikan atau

    dirahasiakan kepada dokter pemeriksa.

    Dokter pemeriksa calon jamaahn haji (dokter puskesmas) dan

    kedua (Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten), cenderung untuk memberikan

    penilaian klinis yang lebih baik dari yang ditemukannya dan para calon

    jamaah, cenderung untuk mengaku “ sehat “ kepada dokter pemeriksa agar

    proses pemeriksaannya berjalan lancar. Kedua hal ini sebenarnya tidak

    perlu terjadi dan terulang lagi demi kebaikan dan kenyamanan perjalanan

    haji.35

    35 Ibid, h. 7

  • 34

    4. Pelayanan Kesehatan Jama’ah Haji

    Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan

    pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan

    penyuluhan kesehatan haji. Pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans,

    dan respon KLB, penanggulangan KLB, dan musibah massal, kesehatan

    lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.36

    Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan

    pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah

    haji pada bidang kesehatan, sehingga jemaah haji dapat menunaikan

    ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Tujuan tersebut

    dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi kesehatan sebelum

    keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai

    tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit menular

    yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji. 37

    Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi

    kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak

    maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar

    memliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk itu,

    upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaaan kesehatan.

    Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status

    kesehatan sebagai landasan karakteristik, prediksi dan pennetuan cara

    36 Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen Kesehatan RI: 2009), h.537 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji

    Kementrian Kesehatan RI : 2010), h.7

  • 35

    eliminasi faktor resiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan jenis-

    jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistic.38

    Pemeriksaan kesehatan jamaah haji adalah penilaian status

    kesehatan bagi jamaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya

    penyiapan kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada sarana

    pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara kontinum

    (berkesinambungan)dan komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud

    kontinum dan komprehensif yaitu : bahwa proses dan hasil pemeriksaan

    selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam rangka perawatan

    dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jamaah

    haji.39

    Untuk memberikan pelayanan bagi jemaah haji yang mempunyai

    kategori resiko tinggi yaitu kondisi/penyakit tertentu yang terdapat pada

    jemaah haji yang dapat memperburuk kesehatannya selama menjalankan

    ibadah haji maka mulai tahun 1999 dibentuk kloter khusus bagi jemaah

    haji resiko tinggi. Kloter risti ini adalah kloter jemaah haji biasa yang

    dipersiapkan bagi jemaah haji resiko tinggi dengan pelayanan khusus di

    bidang pelayanan umum, ibadah dan kesehatan serta fasilitas lainnya

    untuk menghindarkan lebih beresiko tinggi dengan mengarah kepada

    terwujudnya ibadah yang sah, lancar dan selamat.40

    38 Ibid. h.739 Ibid. h. 840 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 2

  • 36

    BAB III

    TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN

    KOTA TANGERANG

    Dalam sebuah pemerintahan daerah didalamnya pasti terdapat departemen-

    departemen yang membantu berjalanya sebuah pemerintahan. Departemen-

    departemen terdiri dari beberapa sub bidang, yaitu Dinas Sosial, Dinas Agama,

    Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,

    Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata, Dinas Tata

    Kota, Dinas Kebersihan, dan Dinas Kependudukan. Pada Dinas kesehatan Kota

    Tangerang periode pertama tahun 1993-2007 dipimpin oleh dr. H. R. Nuriman

    Machsudin, M.Kes. dan pada periode kedua tahun 2007 hingga sekarang dr. Hj,

    Lilly Indrawati, M. Kes.

    A. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    1. Visi

    Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah salah satu urusan yang

    diemban oleh Pemerintah Kota Tangerang adalah urusan kesehatan, yang

    dalam pelaksanaanya melibatkan Dinas Kesehatann Kota Tangerang.

    Selain itu pembangunan kesehatan juga harus selaras dengan apa yang

    menjadi target-target pembangunan kesehatan nasional yang dalam

    pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Keselarasan

    tersebut sangat penting karena mekanisme penyelenggaraan pemerintahan

  • 37

    adalah otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Oleh karena itu sebagai institusi pemerintahan, perumusan visi Dinas

    Kesehatan Kota Tangerang mengacu pada pembangunan kesehatan Kota

    Tangerang dan Pemerintahan Pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia.1

    Seiring dengan upaya untuk mendukung pencapaian visi Kota

    Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-

    2013 dan berpijak pada kedudukan, tugas pokok dan fungsinya serta isu

    strategis yang dihadapi dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan

    masyarakat maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang Menetapkan Visi

    Tahun 2009-2013 sebagai berikut : “Masyarakat Kota Tangerang Yang

    Sehat Secara Mandiri”. Latar belakang dan makna visi tersebut adalah

    bahwa dalam mewujudkan suksesnya pembangunan setidaknya terdapat

    du komponen yaitu pemerintahan dan masyarakat. Selama ini terdapat

    kesan bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan kewajiban

    pemerintahan dan masyarakat adalah objek pembangunan. Hal ini

    membawa konsekuensi tujuan pembangunan tidak tercapai dengan

    optimal, karena pemerintahan memiliki berbagai keterbatasan antara lain

    sumber dana, dan sumber daya manusia, disamping itu berakibat rasa

    memiliki masyarakat atas hasil-hasil pembangunan juga kurang. Oleh

    karena itu pelaksanaan pembangunan saat ini menempatkan pemerintahan

    1 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11

  • 38

    sebagai fasilitator pembangunan bukan lagi penguasa dan mendorong

    partisipasi aktif konstruktif masyarakat. Pemberdayaan masyarakat

    menjadi fokus karena potensi yang ada pada masyarakat sangat besar.

    Demikian pula pembangunan kesehatan meletakkan masyarakat pada

    subjek pembangunan sehingga kemandirian masyarakat untuk hidup

    sehat merupakan cita-cita yang akan diwujudkan. Masyarakat yang

    mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat

    menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi

    permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari

    gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk

    gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perllaku

    yang tidak mendukung untuk hidup sehat.2

    2. Misi

    Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

    instansi pemerintahan, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan.

    Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diatas maka perlu ditetapkan

    misi yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

    dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dalam rangka perumusan Misi

    Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka perlu

    diperhatikan relevansi dan dukungannya terhadap pencapaian misi Kota

    Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana

    2 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11-12

  • 39

    Pembanguan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-

    2013.

    Berpijak pada visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-

    2013 yang telah ditetapkan dan upaya untuk mendukung pencapaian misi

    Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    menetapkan misi Tahun 2009-2013 sebagai berikut:3

    a. Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan sumber

    daya aparatur yang profesional.

    b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.

    c. Mewujudkan kesehatan lingkungan yang berkualitas.

    Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 tersebut

    diharapkan memberikan kontribusi aktif dalam rangka mendukung

    pencapaian Misi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 khususnya pada ”Misi

    Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial”

    Dengan kewenangan yang dimilki maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    mengemban misi untuk mencapai visi melalui berbagai upaya peningkatan

    kualitas pelayanan kesehatan baik secara promotif, preventif, kuratif dan

    rehabilitatif yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Untuk itu

    pembinaan yang berorientasi internal berupa pembinaan operasional dan

    fasilitas kesehatan menjadi sangat penting. Disamping itu upaya yang

    3 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11-12

  • 40

    berorientasi eksternal berupa pembinaan dan pemberdayaan partisipasi

    masyarakat juga sangat penting. 4

    B. Tujuan dan Sasaran

    Sebagai bentuk upaya penjabaran visi dan misi yang telah

    ditetapkan tujuan dan sasaran pada setiap misi. Tujuan merupakan

    penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yaitu sesuatu (apa)

    yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan.

    Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu hasil yang

    akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci,

    dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih

    pendek dari tujuan. Adapun tujuan Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun

    2009 – 2013 adalah sebagai berikut :5

    a. Meningkatkan kinerja kelembagaan.

    b. Meningkatkan ketersediaan, mutu dan pengawasan obat, perbekalan

    kesehatan dan makanan.

    c. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan sarana dan prasarana

    kesehatan.

    d. Meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan

    masyarakat.

    e. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.

    f. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan.

    4 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 12-135 Buku Panduan P2PL, h. 16

  • 41

    g. Meningkatkan kesehatan lingkungan.

    h. Meningkatkan pengendalian penyakit.

    Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009 –

    2013 adalah :6

    a. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan administrasi

    perkantoran.

    b. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kerja.

    c. Meningkatnya kualitas SDM aparatur.

    d. Meningkatnya kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi

    program, kegiatan dan keuangan SKPD.

    e. Meningkatnya kecukupan dan kualitas obat dan perbekalan kesehatan.

    f. Terkendalinya kualitas obat dan bahan makanan.

    g. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana

    kesehatan.

    h. Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat.

    i. Meningkatnya perilaku hidup sehat masyarakat.

    j. Meningkatnya gizi keluarga dan masyarakat.

    k. Meningkatnya pelayanan kesehatan individu dan keluarga.

    l. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu.

    m. Menigkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat

    miskin.

    n. Meningkatnya mutumanajemen pelayanan kesehatan.

    6 Buku Panduan P2PL, h. 17

  • 42

    o. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.

    p. Menurunya penyakit menular.

    C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif

    untuk mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan visi-misi yang telah ditetapkan

    maka perlu strategi sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk mencapai

    tujuan dan sasaran serta merespon isu strategis. Kebijakan adalah arah atau

    tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan.

    Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi yang telah ditetapkan

    maka dirumuskan kebijakan. Strategi Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun

    2009 – 2013 adalah sebagai berikut :7

    1. Pemantapan tata kerja dan pelayanan kelembagaan.

    2. Pemantapan kapasitas sarana dan prasarana kerja.

    3. Pemantapan disiplin dan kualitas SDM aparatur.

    4. Pemantapan kualitas pengelolaan program, kegiatan dan keuangan SKPD.

    5. Peningkatan ketersediaandan mutu obat dan perbekalan kesehatan.

    6. Peningkatan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya.

    7. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.

    8. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

    9. Peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dan institusi.

    10. Peningkatan status gizi pada keluarga dan masyarakat.

    7 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 15-16

  • 43

    11. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga.

    12. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga.

    13. Peningkatan kesehatan ibu.

    14. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin.

    15. Pemantapan dan pemeliharaan manajemen pelayanan kesehatan.

    16. Pemeliharaan dan pengawasan kesehatan lingkungan.

    17. Pemantapan pencegahan dan penanggulangan penyakit.

    Adapun kebijakan yang diterapkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    adalah sebagai berikut :8

    1. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan administrasi perkantoran.

    2. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana kerja.

    3. Meningkatkan disiplin dan kemampuan teknis SDM aparatur.

    4. Meningkatkan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program, kegiatan

    dan keuangan SKPD.

    5. Meningkatkan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.

    6. Meningkatkan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya.

    7. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

    8. Meningkatkan pemerataan kualitas pelayanankesehatan kepada individu,

    keluarga dan masyarakat.

    9. Meningkatnya kerjasama lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dala

    promosi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

    8 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 16-17

  • 44

    10. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga, khususnya pada ibu hamil, bayi,

    balita dan usia produktif.

    11. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak balita dan lansia.

    12. Meningkatkan pelayanan keselamatan ibu dan anak.

    13. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin.

    14. Mengelola dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan.

    15. Meningkatkan pengawasan kualitas air dan lingkungan.

    16. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit.

    D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dan tugas

    perbantuan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan

    bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah yang dibentuk

    berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2008 tentang

    pembentukan dan susunan organisasi dinas daerah. Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan

    pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otomi dan tugas

    perbantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan

    menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :9

    1. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan

    2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum kesehatan

    9 Buku Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 18

  • 45

    3. Melaksanakan teknis administratif meliputi administrasi umum,

    kepegawaian, keuangan, sarana prasarana dan administrasi perlengkapan.

    4. Perencanaan dan pelaksanaan informasi kesehatan serta penangananan

    kesehatan masyarakat.

    5. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan

    rujukan.

    6. Pembinaan teknis unit kerja dinas dan unit pelaksanan teknis dinas serta

    tenaga fungsional.

    7. Pembinaan kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan serta pencegahan

    dan pemberantasan penyakit.

    8. Pengawasan obat dan makanan.

    9. Pemberian ijin pelayanan bidang kesehatan.

    10. Pembinaan,pengendalian dan pengawasan bidang kesehatan

    11. Eavaluasi dan pelaporan serta penyelenggaraan ketata-usahaan.

    12. Pengoroordinasian lintas sektoral

    13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

    dan fungsinya.

    Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, susunan

    organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

    1. Kepala Dinas

    2. Sekretariat, yang membawahkan :

    a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    b) Sub Bagian Keuangan

  • 46

    c) Sub Bagian Perencanaan

    3. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, yang membawahkan :

    a) Seksi Kesehatan Reproduksi Ibu dan Keluarga Berencana

    b) Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat

    c) Seksi Kesehatan Anak, Remaja dan Lanjut Usia

    4. Bidang Pelayanan Kesehatan, yang membawahkan :

    a) Seksi Pengawasan Obat dan Makanan

    b) Seksi Sertifikasi dan Sarana Kesehatan

    c) Seksi Kesehatan Khusus

    5. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang

    membawahkan:

    a) Seksi Pengendalian Penyakit Menular

    b) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi

    c) Seksi Penyehatan Lingkungan

    6. Bidang Pengembangan Sumber Daya, yang membawahkan :

    a) Seksi Perbekalan Kesehatan

    b) Seksi Peran Serta Masyarakat

    c) Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

    7. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat.

    8. UPTD Gudang Farmasi

    9. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah

    10. UPTD Kesehatan Daerah

    11. Kelompok Jabatan Fungsional

  • 47

    Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    Seksi PenyehatanLingkungan

    Seksi KesehatanKhusus

    Seksi PeningkatanGizi Masyarakat

    Seksi PeranSerta

    Masyarakat

    Kepala Dinas

    Kelompok JabatanFungsional

    SeksiPembiayaandan JaminanKesehatan

    Seksi Kes. AnakRemaja & Lansia

    Seksi Sertifikasi &Sarana Kesehatan

    Seksi PengamatanPenyakt dan

    Imunisasi

    Seksi Kes.Reproduksi Ibu &

    KB

    Seksi PengawasanObat danMakanan

    Seksi PerbekalanKesehatan

    SeksiPengendalian

    Penyakit Menular

    Bidang Bina Kes.Masyarakat

    Bidang PelayananKesehatan

    BidangPengembanganSumber Daya

    BidangPengendalian Peny.

    & PeyehatanLingkungan

    Sub. BagPerencanaan

    Sub. BagKeuangan

    Sub. Bag Umum &Kepeg.

    Sekretariat

    UPTD PuskesmasUPTD Gudang Farmasi

    UPTD LabkesdaUPTD Kesda

  • 48

    BAB IV

    ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    JAMAAH HAJI

    A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Kota Tangerang

    Dalam pemanfaatan tenaga dan sumber daya untuk mencapai tujuan

    organisasi dengan melalui serangkaian kegiatan yang merupakan proses

    manajemen.1 Kegiatan tersebut terbagi kedalam empat fungsi, yaitu

    Perencanaan, Pengorganisasian, Pergerakkan, dan Pengawasan. Yakni

    keempat fungsi tersebut berfungsi pada pelayanan kesehatan jamaah haji di

    Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang akan penulis bahas pada bab ini.

    1. Menentukan Perencanaan (Planning)

    Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan

    pelayanan kesehatan haji meliputi bimbingan, penyuluhan dan pelayanan

    kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan

    proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, pemeliharaan kesehatan

    terhadap jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji dapat melaksanakan

    ibadah haji dengan sebaik-baiknya serta dalam upaya meningkatkan status

    kesehatan dan kemandirian jamaah haji. Adapun untuk mencapai itu

    semua penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana diamanahkan dalam

    undang-undang Nomor 13 tahun 2008, bertujuan memberikan pembinaan,

    1H. Zaini Muctarom, MA. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah ,(Yogyakarta: Al-AminPress. 1996), h. 46

  • 49

    pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji

    sehingga jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan

    ketentuan ajaran agama islam, dan untuk maksud tersebut. Pemerintah

    berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan

    menyediakan layanan administrasi, bimbingan manasik haji, akomodasi,

    transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang

    diperlukan oleh jamaah haji.2

    Berkaitan dengan pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan

    mengeluarkan pedoman atau acuan dalam melakukan pembinaan dan

    pelayanan kesehatan ibadah haji, baik pada saat persiapan maupun

    pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan kewaspadaan terhadap

    penularan penyakit yang terbawa oleh jamaah haji. Yang dalam

    pelaksanaannya berkoordinasi dengan sektor terkait pemerintah daerah

    yaitu pada dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota,

    dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas

    dan fungsi masing-masing seperti puskesmas dan rumah sakit rujukan.

    Kegiatan pelayanan kesehatan jamaah haji pada Dinas Kesehatan

    ditangani oleh bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

    (P2PL) khusus haji yang kegiatannya meliputi bimbingan, penyuluhan dan

    pelayanan kesehatan. Untuk melakukan itu semua, maka bidang

    Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) khusus haji

    mengambil langkah-langkah kegiatan. Adapun fungsi perencanaan yang

    2 Wawancara dengan Bpk. Ikhwan, SKM, Selaku Pelaksana Surveilans, tanggal 14-01-2011

  • 50

    diterapkan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:3

    a. Perkiraan dan perhitungan masa depan

    Kemampuan untuk memperkirakan dan memperhitungkan

    situasi suatu kegiatan beserta sasaran-sasaran yang diperlukan untuk

    waktu mendatang adalah mutlak diperlukan bagi penyusunan

    perencanaan suatu kegiatan yang efektif, karena waktu yang akan

    datang bersifat dinamis dan berubah-ubah dengan memperkirakan dan

    memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada masa

    depan dapat memberikan alternatif dan solusi agar rencana kegiatan

    tetap terlaksana. Akan tetapi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    memperkirakan dan memperhitungkan masa depan dalam pelayanan

    kesehatan jamaah haji yang meliputi bimbingan, penyuluhan dan

    pelayanan kesehatan disesuaikan oleh ketentuan keputusan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia.

    b. Penetapan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan

    Dalam perencanaan, sesuai dengan pusat kesehatan haji

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam pelayanan

    kesehatan jamaah haji, telah dirumuskan tujuan utama dari kegiatan

    tersebut yakni untuk meningkatkan kondisi kesehatan jamaah haji

    sebelum keberangkatan, tercapainya identifikasi status kesehatan

    jamaah haji berkualitas, tersedianya data kesehatan sebagai dasar

    3 Wawancara dengan Bpk. Ikhwan, SKM, Selaku Pelaksana Surveilans, tanggal 14-01-2011

  • 51

    upaya perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan

    perlindungan jamaah haji, terwujudnya pencatatan data status

    kesehatan dan faktor risiko jamaah haji secara benar dan lengkap

    dalam Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH) Indonesia, terwujudnya

    fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik jamaah haji untuk

    kepentingan pelayanan kesehatan haji, tersedianya bahan keterangan

    bagi penetapan baik kesehatan (istitho’ah) jamaah haji, dan tercapainya

    peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular

    berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat

    Internasional/Indonesia. Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang adalah seluruh jamaah haji yang berdomisili di Kota

    Tangerang.

    c. Penetapan Kebijakan

    Dalam hal kebijakan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang

    menetapkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kementrian

    Kesehatan Republik Indonesia , yaitu melaksanakan perekrutan tenaga

    kesehatan professional secara transparan, meningkatkan kemampuan

    teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jamaah haji di tingkat

    puskesmas dan rumah sakit , meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    di puskesmas dan rumah sakit dengan menerapkan standar pelayanan

    bagi jamaah haji , memberikan vaksinasi meningitis meningokokus

    bagi jamaah haji dan petugas, dan mengembangkan sistem informasi

    manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan.

  • 52

    d. Penetapan Metode

    Adapun metode yang digunakan dalam pelayanan kesehatan

    jamaah haji pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yaitu mengadakan

    pertemuan dengan kata lain bimbingan pelayanan kesehatan jamaah

    haji antara pihak Dinas Kesehatan dengan pihak puskesmas, Ketua

    Kelompok Bimbingan Jamaah Haji (KBIH), dan jamaah haji.

    Mengadakan pembinaan dan pemeriksaan jamaah haji. Seluruh

    rangkaian kegiatan tersebut dilakukan pada waktu yang berbeda-beda

    dan sudah terjadwal.

    e. Penetapan dan Penjadwalan Waktu

    Dalam penentuan waktu pelaksanaan kegiatan pelayanan

    kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang sesuai dengan jadwal

    yang telah ditentukan yaitu :

    1) Pertemuan persiapan pemeriksaan puskesmas, kegiatan bimbingan

    dan penyuluhan ini dengan pelaksana Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang dan sasarannya adalah puskesmas. Pertemuan ini

    dilakukan pada bulan Mei minggu pertama tahun 2010. Kegiatan

    ini dilakukan delapan bulan menjelang keberankatan jamaah haji.

    2) Pertemuan koordinasi dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji

    (KBIH), kegiatan bimbingan dan penyuluhan ini dilaksanakan oleh

    Dinas kesehatan Kota Tangerang dan sasarannya adalah ketua

    KBIH yang berdomisili di Kota Tangerang. Pertemuan ini

  • 53

    dilakukan minggu berikutnya setelah pertemuan persiapan

    pemeriksaan puskesmas.

    3) Pemeriksaan kesehatan jamaah haji I dan pemeriksaan rujukan bagi

    jamaah risiko tinggi (risti), pelayanan kesehatan ini dilaksanakan

    oleh pihak puskesmas dan sasarannya jamaah haji . pemeriksaan

    untuk jamaah haji ini dibuka oleh pihak puskesmas selama delapan

    minggu.

    4) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji, pelayanan

    kesehatan ini dilaksanakan oleh puskesmas dengan sasaran jamaah

    haji dalam jangka waktu selama lima bulan lebih dan jangka waktu

    selama satu bulan bersamaan dengan pemeriksaan sebelumnya.

    5) Pemeriksaan kesehatan jamaah haji II, pelayanan kesehatan yang

    dilakukan oleh pihak puskemas dengan sasarannya jamaah haji,

    pemeriksaan ini merupakan jangka waktu terakhir yang diberikan

    oleh pihak puskesmas selama dua minggu diantara masa

    pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji.

    6) Pengiriman Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH) yang telah diisi

    ke Dinas Kesehatan, dilaksanakan oleh pihak puskesmas dan

    sasarannya jamaah haji, dalam jangka waktu dua minggu diantara

    masa pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji.

    7) Pertemuan evaluasi pemeriksaan puskesmas, pelaksana Dinas

    Kesehatan Kota Tangerang dengan sasarannya puskesmas,

    dilaksanakan hanya satu hari dalam masa pembinaan dan

  • 54

    pemeliharaan kesehatan jamaah haji pada minggu ke sembilan

    belas.

    8) Pelaksanaan vaksinasi haji, pelaksana pihak Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang dengan sasarannya jamaah haji dilakukan pada masa

    pembinaan dan pemeliharaan jamaah haji pada minggu ke dua

    puluh. Dan dua minggu berikutnya pelaksanaan dan

    pemberangkatan ibadah haji.

    9) Pe