Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATANKOTA TANGERANG PADA MUSIM HAJI TAHUN 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh
Isnaini S.
NIM: 107053002269
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2011
Isnaini S.
i
ABSTRAK
Isnaini S. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas KesehatanKota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Dibawah bimbingan Drs.Hasanuddin Ibnu Hibban, MA
Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarahpelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyakkomponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai daripendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan.Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hinggadewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.
Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia,meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlahpendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinyadari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponenpenyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering,transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayananmengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapankeberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahanpemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak DepartemenAgama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan.Jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ketentuanisthithoah (mampu) secara jasmani dan rohani.
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitianpendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini,penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptifyang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari ataumenjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.
Hasil penelitian ini penulis dapat disimpulkan bahwa sistemmanajemen pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang meliputifungsi manajemen yaitu perencanaan dalam bimbingan, penyuluhan danpelayanan kesehatan, pengorganisasian pada pihak Dinas Kesehatan KotaTangerang dan pihak puskesmas, penggerakkan dengan menjalankanperencanaan yang telah ditetapkan, pengawasan dengan menetapkan ukuranstandar pengawasan, dan evaluasi dilakukan dengan membahas seluruhrangkaian kegiatan dengan melihat input, proses dan output. Sedangkan untukaspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan meliputi pemeriksaan fisikdari kepala hingga perut, pemeriksaan penunjang yaitu penmeriksaanlaboratorium yang mencakup test darah, urin, kehamilan dan vaksinasi hajimencakup imunisasi meningitis meningokokus dan imunisasi influeza.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kupanjatkan kehadirat Allah
swt yang telah memberikan nikmat serta karuniaNya sehingga tangan ini masih
mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad SAW
kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir
zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar menjadi insan
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Dalam penulisan skripsi ini,penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang tak terhingga kepada semua pihak yang
membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun
materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ayahanda Akhmad Sofuan dan Ibunda Mustakimah yang terus menjadikan
penulis mengerti arti perjalanan hidup yang di ridhoi Allah. Dan memberikan
banyak perhatian, pengorbanan, motivasi, cinta, kasih sayang yang tulus
ikhlas terus beliau berikan sehingga penulis dapat tegar dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini, mama…. hanya ucapan terima kasih yang tak
iii
terhingga yang dapat penulis ucapkan. Penuh doa semoga Allah akan
membalas kebaikan yang telah diberikan. I love you so much mama bapak.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya , MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,
selaku Ketua Munaqasah dan Penguji II, yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manejemen Dakwah serta memberikan
masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.
4. H. Mulkanasir, BA., Spd, MM Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan
Manajemen Dakwah.
5. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah
selalu memberikan rahmat dan perlindungannya.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan
bermanfaat bagi penulis.
iv
7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu Lia (Bagian Umum) dan Bapak Suhardiman, SKM, MKM, yang telah
memberikan kesempatan, sehingga penulis dapat melakukan penelitian di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Serta Bapak Ikhwan, SKM, yang telah
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta
bimbingan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA selaku penguji I yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.
10. Adik-adik ku tersayang (mamas yunus, de ana, de ani), dan saudara-saudaraku
yang telah memberikan semangat, do’a, dan keceriaan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman Buchori, Ade, Ayu, Ali, Mutmainnah, Jihan, dan Omar yang
telah memberi semangat dan membantu penulis selama menyelesaikan skripsi
ini, dan seluruh temen-temen seperjuangan mahasiswa manajemen dakwah
angkatan 2007 yang penulis banggakan.
12. Teman-teman Lia, Hari, dan Anto yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
v
Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, do’a
dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi segenap keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada Khususnya.
Jakarta, Maret 2011
Isnaini S.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian................................................. 5
D. Metodologi Penelitian............................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan ............................................. 13
1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan...................... 13
2. Fungsi Manajemen.............................................................. . 17
3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan .............. 18
4. Ciri-ciri Pelayanan Yang Baik ............................................ 20
B. Jamaah Haji.............................................................................. 23
1. Pengertian Jamaah Haji....................................................... 23
2. Klasifikasi Jamaah Haji ...................................................... 24
3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan............................. 25
4. Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ...................................... 34
vii
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN KOTA
TANGERANG
A. Visi-Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang ............................. 36
B. Tujuan dan Sasaran................................................................... . 40
C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang ......... 42
D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang .............. 44
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
JAMAAH HAJI
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ........................ 48
1. Menentukan Perencanaan (Planning) .................................. 48
2. Melakukan pengorganisasian (Organizing) ......................... 56
3. Mengadakan Penggerakkan (Actuating) .............................. 60
4. Menjalankan Pengawasan (Controlling).............................. 62
5. Melaksanakan Evalusi (Evaluating) .................................... 65
B. Aspek Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota
Tangerang ................................................................................ 65
C. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah
Haji dan Aspek Kesehatan yang Dilayani ................................. 68
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 80
B. Saran ........................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 82
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji pada hakekatnya merupakan aktifitas suci yang pelaksanaannya
diwajibkan oleh Allah kepada seluruh umat Islam yang telah mencapai
(istitho’ah) mampu, disebut aktifitas suci karena seluruh rangkaian kegiatan
adalah ibadah. Haji juga disebut sebagai ibadah puncak yang melambangkan
ketaatan serta penyerahan diri secara total kepada Allah baik secara fisik-
material maupun spiritual.1
Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
Artinya : “ Allah telah menjadikan ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat
(peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia”.(QS. Al-Maidah :97).
Bagi setiap muslim, termasuk muslim di Indonesia, ibadah haji memiliki
makna sangat penting. Dalam konteks Indonesia, ibadah haji tidak hanya
dilihat sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan kaum
Muslimin bagi mereka yang mampu tetapi juga memiliki makna sosiologis
dan historis sangat berarti. Secara sosiologis dan historis, dapat dikatakan
bahwa perkembangan Islam Indonesia tidak bisa terlepas dari ibadah haji.2
1 Ali Syari’ati, Haji (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000 ), hal. 12 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), hal.
17
2
Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarah
pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyak
komponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai dari
pendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan.
Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hingga
dewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.
Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia,
meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlah
pendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinya
dari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponen
penyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering,
transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayanan
mengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapan
keberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahan
pemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen
Agama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan
kesehatan jamaah haji untuk menjaga agar jamaah haji tetap dalam keadaan
sehat antara lain tidak menularkan atau ketularan penyakit selama
menjalankan ibadah haji.3
Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan, Departemen Agama
selalu melakukan koordinasi dengan Departemen Kesehatan. Kesehatan,
3 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 78
3
Misalnya: peningkatan pelatihan petugas kesehatan dengan kurikulum yang
mengarah kepada : (1) peningkatan kemampuan teknis dan medis yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan jamaah haji (2) penguasaan materi
khusus misalnya penanganan kasus meningitis dan formularium obat haji (3)
peningkatan kinerja petugas sehingga tercipta petugas yang berdedikasi dan
bertanggung jawab. Kemudian pemerintah juga melakukan penyuluhan
kesehatan kepada jamaah haji dengan tujuan : (1) menumbuhkan pengertian
calon jamaah tentang kondisi sehat yang sangat diperlukan dalam
melaksanakan ibadah haji (2) meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan
kesehatan calon jamaah haji sesuai ketentuan dan direkam dalam buku
kesehatan haji (3) melakukan rujukan calon jamaah haji resiko tinggi sesegera
mungkin bagi yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan kesehatan bagi calon haji selama di tanah air dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu pertama, pemeriksaan di puskesmas sebagai tindakan
selektif terhadap calon haji yang memenuhi salah satu persyaratan istitho’ah
yakni sehat lahir dan batin, yang dilakukan setelah pendaftaran haji dimulai
dan sebagai syarat untuk dapat mendaftarkan diri; kedua pemeriksaan di Dinas
Kesehatan daerah dilakukan secara lebih teliti dengan tenaga pemeriksa dan
fasilitas yang lebih baik serta merupakan penentuan akhir layak atau tidaknya
calon haji berangkat ke Arab Saudi. Dalam tahap ini juga dilakukan
pemeriksaan tes kehamilan, vaksinasi meningitis meningokokus, pembinaan
dan penyuluhan kesehatan, pelayanan rujukan dan pengamatan penyakit;
4
ketiga, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif, termasuk
kelengkapan dokumen kesehatan haji.4
Untuk mencapai upaya pencegahan dan persiapan yang tepat.
Persiapan sebelum ke berangakatan mencakup kekuatan fisik dan mental
dalam keadaan prima, karena keadaan di Arab Saudi berbeda dengan keadaan
di Indonesia, yaitu cuaca dan iklim yang lebih tinggi, keadaan lingkungan
yang lebih beraneka ragam, serta jenis makanan yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukannya sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji. Kini
Dinas Kesehatan telah berperan aktif untuk mempersiapkan dan upaya
pencegahan dalam menjaga kesehatan jamaah haji dari sebelum
pemberangkatan ibadah haji. Persiapan kesehatan yang optimal akan
membantu kelancaran kegiatan ritual ibadah yang akan dikerjakan nantinya.
Sehingga jamaah akan lebih khusyuk dalam melaksanakan ibadah haji.
Ciri pelayanan yang baik yang dapat memberikan kepuasan kepada
jamaah adalah memiliki karyawan yang professional, tersedia sarana dan
prasarana yang baik, tersedia semua produk yang diinginkan, bertanggung
jawab kepada setiap jamaah dari awal hingga selesai, mampu melayani secara
cepat dan tepat, mampu berkomunikasi secara jelas, memiliki pengetahuan
umum lainnya, mampu memberikan kepercayaan kepada jamaah.5
Dan pembinaan kesehatan haji dilakukan secara intensif dan terus-
menerus sejak terdaftar sampai saat ke berangkatan, yang meliputi aspek-
aspek kesehatan umum.
4 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), h.159
5 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.9
5
Dilihat dari gambaran di atas saya tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap masalah ini dengan judul “ Manajemen Pelayanan
Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji
Tahun 2010”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah penulis hanya membatasi pada
manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan oleh
Departemen Kesehatan pada musim haji tahun 2010.
2. Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam
penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang
dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun
2010?
b. Aspek kesehatan apa saja yang dapat dilayani Dinas Kesehatan Kota
Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
ini secara umum adalah:
6
1. Untuk mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji
pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun 2010.
2. Untuk mengetahui aspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan Kota
Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan
ilmiah di bidang manajemen haji dan umrah, khususnya dalam pelayanan
kesehatan jamaah haji.
2. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan
dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi para pembaca
khususnya mahasiswa manajemen dakwah, serta dapat berguna bagi
banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi
studi-studi yang akan datang.
3. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru dan
memberikan motivasi bagi para praktis yang konkret terhadap
perkembangan ilmu manajemen haji dan umrah serta dapat memberikan
motivasi pada dinas kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan
terutama dalam hal pelayanan kesehatan jamaah haji.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan
dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat
penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana
metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang
yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari kepala
seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian haji/staf haji
serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota
Tangerang melalui pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan.
Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah manajemen yang
digunakan dalam pelayanan kesehatan pada jamaah haji.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Jl. Daan Mogot No. 69 Tangerang. Waktu Penelitian dimulai
6 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilebfkapi Contoh Analisis Statistik.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, h. 24
8
pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2011. Pada musim haji
tahun 2010.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Maka penulis
menggunakan jenis penelitian di antaranya yaitu field research (penelitian
lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke
lapangan (objek) penelitian di Dinas Kesehatan Kota Tangerang,
sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer
(utama) penelitian.
Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di
antaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.7 Penulis melakukan penelitian
dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait
dengan masalah pelayanan kesehatan jamaah haji yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
b. Wawancara
Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara penulis
dengan Kasi Haji dan Staff Jajarannya yang di dalamnya terdiri dari
ketua bidang P2PL, ketua seksi P21, staff P2I, dan pihak puskesmas.
7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PTBumi Aksara, 2003)CET. Ke-4, h. 53
9
Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis
menggunakan beberapa pernyataan kepada responden yang telah
penulis siapkan, lalu dijawab oleh responden dengan bebas dan
terbuka.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.8 Penulis menggunakan data-data dan sumber-
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.
Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile
company, arsip-arsip maupun diktat-diktat pelayanan kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang dan lain sebagainya yang dapat
mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.
Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis
berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang
ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi
sesuai kecenderungan dan frame of thinking.
d. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis
terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari
pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada
sumber-sumber yang tertulis.
8 Ibid, h. 73
10
e. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh
tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN
Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus
diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa
skripsi yang membahas tentang ibadah haji, judul-judul skripsi tersebut
adalah:
Dzul Kifli “Manajemen Pelayanan Jamaah Haji dan Umroh PT.
PATUNA TOUR DAN TRAVEL” skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah Tahun 2010 ini membahas tentang bagaimana upaya PT. PATUNA
TOUR DAN TRAVEL dalam memberikan pelayanan ibadah haji dan umroh
pada jamaah sesuai dengan teori manajemen customer service serta faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelayanaan ibadah haji dan
umroh.
Nur Siti Aliyah “ Strategi Pelayanan Prima Kantor Departemen
Agama Jakarta Barat Terhadap Calon Jamaah Haji” Skripsi mahasiswi Jurusan
Manajemen Dakwah Tahun 2008 yang berisi tentang perlunya pelayanan
prima KANDEPAG Jakarta Barat terhadap calon jamaah haji, serta bagaimana
11
strategi pelayanan prima KANDEPAG Jakarta Barat dalam membantu
perjalanan ibadah haji calon jamaah haji.
Ahmad Muis “Strategi Pelayanan Prima Kementerian Agama Jakarta
Selatan Pada Calon Jamaah Haji.” Skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah Tahun 2010, berisi tentang petugas pelaksana Kementerian Agama
Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan prima pada calon jamaah haji
dan strategi pelayanan prima Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam
penyelenggaraan ibadah calon jamaah haji.
Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas, berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini penulis menggambarkan bagaimana
manajemen pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Banyak perbedaan dari penelitian ini yakni ditinjau dari sisi objek yaitu
manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dan dari sisi subjek yaitu Dinas
Kesehatan Kota Tangerang. Dalam hal ini dari segi judul berbeda, baik itu dari
segi pembahasan yang diteliti pun berbeda yaitu materi mengenai manajemen
pelayanan kesehatan jamaah haji dan aspek kesehatan apa saja yang dilayani
Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yang penulis bahas tentang “Manajemen
Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada
Musim Haji Tahun 2010”.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya
secara rinci adalah sebagai berikut :
12
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI
Pengertian manajemen pelayanan kesehatan, Fungsi
manajemen, Ruang lingkup manajemen pelayanan kesehatan,
Ciri-ciri pelayanan yang baik, Pengertian jamaah haji,
Klasifikasi jamaah haji, Makna Istitho’ah pada aspek
kesehatan, Pelayanan Kesehatan jamaah Haji.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG
Visi dan Misi Dinas Kesehatan, Strategi dan Kebijakan Dinas
Kesehatan, Tujuan dan Sasaran, Struktur Organisasi Dinas
Kesehatan.
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
JAMA’AH HAJI TAHUN 2010
Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji, Aspek
Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang,
Analisis.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan
Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai
tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga
kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengatuaran yang baik. Agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai
dengan baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen,
sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan
kesehatan masyarakat disebut “Manajemen Pelayanan Kesehatan
Masyarakat”.1
Ada beberapa definisi manajemen sebagai berikut : dalam kamus
manajemen, arti dari istilah manajemen, arti dari istilah manajemen
adalah: manajemen, pengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan
kepengurusan, pengelolaan dan sebagainya.2
Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris
yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand
1 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:RinekaCipta, 2007), h. 82
2 Moekijat, Kamus Manajemen, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1990), Cet. 4, h. 290-291
14
berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti
memimpin atau membimbing. Jadi apabila dilihat dari asal katanya,
manajemen berarti mengurus, mengendalikan, memimpin atau
membimbing.3
Dengan sangat bervariasi para ahli manajemen mendefinisikan
manajemen dari sudut pandang mereka. Dapat dikemukakan mengenai
batasan-batasan pengertian manajemen oleh George R Terry, manajemen
merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya.4
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di dalam
beerbagai jenis organisasi untuk membantu manajer memecahakn masalah
organisasi, atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat
diterapkan dibidang kesehatan untuk membantu para manajer organisasi
kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum
sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, atau mencapai suatu keadaan sehat bagi individu atau
kelompok-kelompok masyarakat.5
3 E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.(Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1996) cet ke-2, h. 6
4 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Konsepsi danAplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Rosada, 1998), Cet. 1, h.1
5 A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004),cet I, h. 45
15
Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain
guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang manajer
dalam mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain
atau bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan
masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut. “Manajemen Kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan non-petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan.6
Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan
yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap
jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji yang sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan sendiri merupakan
upaya menjaga kemandirian kesehatan jemaah dengan persiapan obat dan
cara-cara konsultasi kesehatan di perjalanan, asupan makan dan gizi,
konsultasi dan bimbingan kesehatan.7
Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan
kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra
haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di
embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan,
pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di
6 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:RinekaCipta, 2007), h. 83
7 Kmk. No. 442, ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.Pdf, h. 13
16
kelompok terbang. Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lain
merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehansif.8
Kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga
yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan
kesehatan masyarakat.9
Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan
baik, ada prinsip-prinsip manajemen pelayanan yang dapat di pakai
sebagai acuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya
b. Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop)
c. Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen
d. Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab
terhadap kualitas pelayanan
e. Layanilah keluhan konsumen secara baik
f. Terus berinovasi
g. Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen
h. Bersikap tegas tetapi ramah terhadap konsumen
i. Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan
j. Selalu mengontrol kualitas.10
8 Ibid, h. 139 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h. 83-8410 Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, h. 87
17
2. Fungsi Manajemen
Fungsi pertama pada manajemen adalah perencanaan atau planning
yaitu pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang
harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, juga proses dasar di
mana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.11Adapun
perencanaan atau planning adalah tindakan menentukan sasaran yang
ingin dicapai dan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.12
Fungsi kedua pada manajemen adalah pengorganisasian atau
organizing. Setiap usaha mencapai tujuan apabila harus melibatkan banyak
orang maka mutlak diperlukan adanya organisasi. Organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan
bersama.13 Untuk mencapai tujuan, maka diperlukan berbagai langkah dan
kegiatan, langkah-langkah dirumuskan dan disusun sebagai kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
pengorganisasian mencakup usaha membagi-bagi pekerjaan untuk
mencapai tujuan.
Fungsi ketiga dalam manajemen adalah penggerakkan atau
actuating. Adapun istilah pergerakkan yaitu actuating (memberikan
bimbingan), motivating (memberikan motivasi), directing (memberikan
arah), influencing (mempengaruhi), commending (memberikan komando
atau perintah) Beberapa istilah dikemas untuk aktuasi karena beberapa
11 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1997), Edisi ke-2, h. 77-7812 AM. Kardaman. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
1996). Cet. Ke-1, h. 4613 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006 ),
h. 23
18
istilah tersebut dianggap mempunyai pengertian yang sama yaitu
menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaaan program.14
Fungsi yang keempat adalah pengawasan atau controlling.
Pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui
hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk kemudian dilakukan
perbaikan dan mencegah terulang kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu
pula agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.15
Dan fungsi kelima dalam manajemen adalah evaluasi atau
evaluating. Baik pengawasan maupun evaluasi selalu mengumpulkan data.
Untuk dimanfaatkan memperbaiki fungsi perencanaan. Keduanya juga
mempunyai orientasi masa depan.16
3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan
Seperti halnya manajemen perusahaan, dibidang kesehatan juga
dikenal berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan
dan sumber daya yang dikelolanya. Ada bidang yang mengurus personalia
(manajemen personalia), keuangan (manajemen keuangan), logistik-obat
dan peralatan (manajemen logistik), pelayanan kesehatan (manajemen
pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen) dan sebagainya.17
14 A. A. Gde Munginjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cetI, h. 85
15 Diati Julitirsa dan John Suprihanto, Manajemen Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE.1992). Cet. ke-2, h. 101
16 A. A. Gde Munginjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cetI, h.96
17 A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004),cet I, h. 49
19
Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara
menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak
terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta perlu adanya pedoman yang
dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, di
embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman
dimaksud telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Haji, yang dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian.18
Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jamaah haji
merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan
status kesehatan dan kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap atau
berkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan dan
penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di kabupaten/kota, bimbingan,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji selama perjalanan dari
daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama perjalanan Indonesia – Arab
Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji debarkasi dan sampai dengan
14 hari pertama sekembalinya ke tanah air.
18 Kmk. No. 442, ttg Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.Pdf, h. 4
20
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara
perorangan, maupun berkelompok melalui berbagai kegiatan pertemuan,
penyuluhan media massa, dan cara-cara promosi lainnya. 19
4. Ciri-Ciri Pelayanan Yang Baik
Pengertian pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan
dalam memberikan kepuasan kepada jamaah dengan standar yang sudah
ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia
dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak perusahaan yang ingin
dianggap selalu yang terbaik dimata jamaah. Karena jamaah akan menjadi
setia terhadap produk yang ditawarkan. Disamping itu, perusahaan juga
berharap pelayanan yang diberikan kepada jamaah dapat ditularkan kepada
calon jamaah lainnya. Hal ini merupakan promosi tersendiri bagi
perusahaan yang berjalan terus secara berantai dari mulut kemulut.
Dengan kata lain, pelayanan yang baik akan meningkatkan image
perusahaan dimata jamaahnya. Image ini harus selalu dibangun agar citra
perusahaan dapat selalu meningkat.
Dalam prakteknya pelayanan yang baik memiliki cirri-ciri
tersendiri dan hamper perusahaan menggunakan criteria yang sama untuk
membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor
pendukung yang berpengaruh langsung terhadap mutu pelayanan yang
diberikan.
19 Ibid, h. 13
21
Yang mempengaruhi pelayanan yang baik pertama adalah faktor
manusia yang memberikan pelayanan tersebut. Manusia (karyawan) yang
melayani jamaah harus memiliki kemampuan melayani jamaah secara
tepat dan cepat. Disamping itu, karyawan harus memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan bertanggung jawab penuh
terhadap jamaahnya.
Kedua pelayanan yang baik juga harus diikuti oleh tersedianya
sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan
keakuratan pekerjaan. Sarana dan prasarana harus dilengkapi oleh
kemajuan teknologi terkini. Pada akhirnya, sarana dan prasarana yang
dimiliki juga harus dioperasikan oleh manusia yang berkualitas pula. Jadi
dapat dikatakan kedua faktor tersebut saling menunjang satu sama
lainnya.20
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry sebagaimana dikutip oleh Philip
Kottler menyusun faktor utama yang menjadi penentu dalam
meningkatkan mutu pelayanan, antara lain:21
a. Akses
Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai
pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.
b. Komunikasi
Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh jamaah.
20 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 1421 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian, (Jakarta: Erlangga, 1995) Edisi Ke-6 Jilid 2, h. 107
22
c. Kompetensi
Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan.
d. Kesopanan
Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan
penuh perhatian.
e. Kredibilitas
Instansi dan pegawai harus bisa di percaya dan memahami keinginan
utama yang diharapkan jamaah.
f. Reabilitas
Pelayanan harus dilaksanakan dengan konsisten dan cermat.
g. Cepat Tanggap
Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas
permintaan dan masalah jamaah.
h. Kepastian
Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang
meragukan.
i. Hal-hal yang berwujud
Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan tepat
memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.
j. Memahami atau Mengenali Masyarakat
Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau jamaah dengan
memberikan perhatian secara individu.
23
B. Jamaah Haji
1. Pengertian Jamaah Haji
Jamaah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kompak” atau
“bersama-sama”, ungkapan shalat berjamaah berarti shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam.
Jama’ah juga berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,
pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam
menganjurkan umat Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,
yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang
berpegang pada norma-norma Islam, menegakkan prinsip “ta’awun”
(tolong-menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya kekuatan bersama
demi tercapainya tujuan yang sama.22
Secara substansial haji merupakan bagian dari ritual keagamaan
kaum Muslim yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang
sejarahnya pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian negara.23
Dalam buku Fiqih Empat Mazhab bagian ibadat (puasa, zakat, haji,
kurban), Abdurrahman al-Zaziri menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan “Haji” secara bahasa menuju kemuliaan, sedangkan pengertian haji
secara istilah adalah amalan-amalan tertentu dan cara tertentu pula.24
22 Prof. Dr. H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan, 1992),h. 486-487
23 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), hal.45
24 Abdurrahman al-Zaziri, Fiqih 4 Mazhab Bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban),(Jakarta : Darul Ulum Press, 1996), cet. Ke-1, h. 177
24
Sebagai salah satu rukun Islam, ibadah haji diwajibkan satu kali
sepanjang hidup setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
utamanya yaitu memiliki kemampuan ekonomi maupun fisik. Faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan syarat tersebut adalah keamanan,
transportasi, dan akomodasi selama pelaksanaan haji. Seorang muslim
yang melakukan ibadah haji akan melaksanakan rangkaian ritual mulai
dari memakai ihram, thawaf, wukuf dan sebagainya, berikut larangan-
larangan yang berkaitan dengan ibadah.25
Sedangkan pengertian jamaah haji yaitu Warga Negara Indonesia
beraganma Islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah
haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.26
2. Klasifikasi Jamaah Haji
Adapun ruang lingkup jamaah haji adalah sebagai berikut :
a. Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan
alat/obat dan orang lain.
b. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.
25 Abdul Halim, Ensiklopedi Haji dan Umroh, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002), h. 84
26 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, (Pusat Kesehatan HajiKementrian Kesehatan RI : 2010), h.9
25
c. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan
atau obat dan orang lain.
d. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi kesehatannya tidak
memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.
e. Jamaah haji resiko tinggi adalah jamaah haji dengan kondisi kesehatan
yang secara epidemiologi beresiko sakit dan atau mati selama
perjalanan ibadah haji, meliputi:
1) Jamaah haji lanjut usia
2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh
terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peratutan kesehatan
yang berlaku.
3) Jamaah haji wanita hamil
4) Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit
kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.27
3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan
Istitha’ah secara etimologi berarti kemampuan dan kesanggupan
melakukan sesuatu. Istitha’ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari
akar kata tâ’a, yaitu tau’an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ’ah
berarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan
syara’ sesuai dengan kondisinya. Semakin besar kemmapuan seseorang
semakin besar tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan. Kajian tentang
27 Ibid, h.9-10
26
istithâ’ah dibahas hampir ke semua furu’ (cabang) ibadah, pada masalah
shalat, puasa, kifarat, nikah dan lain-lain. Akan tetapi yang lebih rinci
dibicarakan adalah istithâ’ah dalam ibadah haji. Hal itu disebabkan karena
dalam persoalan haji menghimpun dua kemampuan, kemampuan fisik dan
materi sekaligus.28
Kata istitha’ah sangat popular digunakan dalam kitab-kitab sumber
hukum Islam seperti Al-Qur’an, hadis, dan fikih. Para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan batasan-batasan istithâ’ah. Misalnya pada
ayat yang artinya : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
Baitullah” (QS. Ali Imran: 97). Para ulama fikih berpendapat ketika
berbicara tentang batas-batas dan asapek-aspek kemampuan itu.
Berdasarkan pemahaman di atas, mazhab Hanafi menyatakan
bahwa makna istitha’ah terbagi atas tiga macam yaitu (1) istitha’ah
amaliyah (kemampuan biaya), (2) istitha’ah badaniyyah (kemampuan
kesehatan) dan, (3) istitha’ah amniyyah (kemampuan keamanan dalam
perjalanan). Seseorang yang memenuhi ketiga kemampuan ini wajib
melaksanakan haji. Kemampuan pertama mencakup kemampuan
menyiapkan biaya pergi-pulang untuk dirinya, biaya untuk keluarga yang
ditinggalkan dan biaya selama berada ditanah suci. Kemampuan kedua
mencakup kemampuan kesehatan badan. Oleh karena itu orang sakit,
tertimpa musibah, lumpuh, buta dan berusia lanjut yang tidak mungkin
28 Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru VanHoeve, 2001), Cet. Ke. 7,h.259
27
berjalan sendiri tidak wajib melaksanakan ibadah haji. Kemampuan ketiga
mencakup keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan dan
menunaikan ibadah haji termasuk dalam kemampuan ketiga ini ialah
adanya seorang mahram yang balig, berakal, dan tidak fasik untuk
menemani wanita selama melaksanakan haji.
Menurut Mazhab Maliki istitha’ah ialah kemampuan untuk pergi
dan sampai di Mekah baik dengan berjalan kaki atau memiliki kendaraan.
Kemampuan untuk kembali lagi ke negerinya tidak dipandang sebagai
istitha’ah kecuali apabila ia mungkin tinggal di Mekah atau daerah
sekitarnya. Golongan ini membagi istitha’ah kepada tiga macam pula,
yaitu (1) kemampuan kesehatan jasmani, (2) kemampuan biaya dan (3)
kemampuan tersedianya jalan untuk sampai di Mekah.
Menurut Mazhab Syafi’I, ada tujuh syarat istitha’ah yang harus
dipenuhi oleh orang yang akan menunaikan ibadah haji atau umrah. (1)
kemampuan dalam kesehatan jasmani yang dapat diukur dengan
kemampuan untuk duduk diatas kendaraan tanpa menimbulkan kesulitan
yang berarti, (2) kemampuan biaya untuk pergi pulang, (3) ada kendaraan
angkutan, (4) tersediannya bekal ditempat pelaksanaan haji, (5) aman, baik
dalam perjalanan maupun selama berada ditanah suci, (6) wanita harus di
temani oleh suami atau mahramnya, (7) kemampuan untuk sampai
ditempat tujuan pada batas waktu yang ditentukan, yaitu sejak bulan
syawal sampai dengan tanggal 10 Dzulhijjah.
28
Mazhab Hambali mensyaratkan 2 kemampuan yaitu kemampuan
menyiapkan bekal dan (ongkos) kendaraan. Hal ini berdasarkan hadis
riwayat Daru Gufni dari Jabir, Ibnu Umar, Ibnu Amir, Anas bin Malik dan
Aisyah yang menyatakan bahwa pernah seorang laki-laki datang kepada
Rasullah Saw untuk bertanya tentang sesuatu yang mewajibkan haji itu
ialah bekal dan kendaraan.29
Istithâ’ah dalam ibadah haji mempunyai pengertian lebih luas
dibanding istithâ’ah di dalam ibadah-ibadah lain seperti shalat, puasa, dan
lain-lain.
Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam
beberapa hal, antara lain:30
a. Istithâ’ah harta yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik
Haji (ONH) pergi dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal,
makanan dan minuman yang cukup. Orang yang berangkat haji dengan
cara meminta-minta dan mengajukan proposal untuk mendapatkan
ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah atau dari instansi
tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka. Namun
demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain,
hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang
kelima.
29 Ibid, h. 259-26030 http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414
:memahami-istithaah-dalam-perspektif-ibadah-haji&catid=61:mimbar-jumat&Itemid=230
http://waspadamedan.com/index.php
29
b. Istithâ’ah dalam kesehatan. Kemampuan fisik salah satu syarat wajib
mengerjakan haji karena pekerjaan ibadah haji berkaitan dengan
kemampuan badaniah, hampir semua rukun dan wajib haji berkaitan
erat dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun qalbi).
Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih) atau
idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib haji
baginya ada pemandu atau penuntun yang membimbing pelaksanaan
hajinya. Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai
kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di perjalanan,
boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain. Diriwayatkan dalam
hadis shahih dari Jamaah dari Ibnu Abbas ra. bahwa ada seorang
perempuan dari Khatsam berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya
ayahku punya kemampuan harta untuk mengerjakan haji, namun dia
sudah tua renta, tidak mampu duduk lama di dalam kendaraan (di atas
unta), maka Rasulullah Saw bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa
itu ditanyakan kepada Rasulullah pada Haji Wada’. Berdasarkan hadis
ini, kemampuan fisik sangat menentukan dan tidak melihat kepada
umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan Arab Saudi untuk
memberlakukan batas umur 65 tahun tidak boleh haji, belum layak
untuk diberlakukan, karena ada sebagian orang meskipun umur sudah
lebih 65 tahun, akan tetapi masih mempunyai kemampuan fisik untuk
berhaji.
30
c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat
transportasi sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya
merupakan syarat wajib haji. Jika seseorang sudah mendapatkan visa
haji akan tetapi tidak ada tiket pesawat reguler atau carter yang
membawanya ke haji, maka kewajibannya telah gugur, dan demikian
pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa muhrim/mahram, maka
belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw bersabda : Wanita
tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani suami atau
mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini,
Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut
dan berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa
haji dan umrah.
Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat
terlaksananya semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan,
semakin tinggi pula tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang
kemampuan, berkurang pula tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt
tidak membebankan seseorang melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari
semua itu agar ibadah terlaksana dengan ikhlas.
Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu (istitho’ah) mengerjakannya
sekali seumur hidup. Kemampuan yang harus dipenuhi untuk
31
melaksanakan ibadah haji dapat digolongkan dalam dua pengertian,
yaitu:31
Pertama, kemampuan personal yang harus dipenuhi oleh masing-
masing kemampuan ekonomi yang cukup baik bagi dirinya maupun
keluarga yang ditinggalkan, dan didukung dengan pengetahuan agama
khususnya tentang manasik haji.
Kedua, kemampuan umum yang bersifat eksternal yang harus
dipenuhi oleh lingkungan-negara dan Pemerintah- mencakup antara lain
peraturan perundangan-undangan yang berlaku, keamanan dalam
perjalanan, fasilitas, transportasi, dan hubungan antarnegara baik
multilateral maupun bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan kerajaan
Arab Saudi. Dengan terpenuhinya dua kemampuan tersebut, maka
perjalanan untuk menunaikan ibadah haji baru dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
Sebagai sebuah kewajiban, ibadah haji merupakan jalan menuju
pada pemenuhan nilai keagamaan untuk menjadi seorang muslim yang
kaffah. Ali Shariati (1978), memandang semangat (motivasi) haji sebagai
berikut: “ Jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual,
maka rukun-rukun Islam yang terpenting yang memberikan motivasi
kepada nation Muslim dan yang membuat warga-warganya sadar, merdeka
31 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 2
32
terhormat, serta memiliki tanggung jawab sosial adalah tauhid, jihad dan
haji”.32
Kesehatan ditinjau dari sisi agama yaitu kemampuan dalam ibadah
haji (istitha’ah) adalah kemampuan material, kemampuan kesehatan,
kemampuan keamanan. Haji adalah ibadah fisik hampir 90% kegiatan
ibadah haji menggunakan fisik yaitu: sholat, towaf, sa’I, lempar jumroh,
mabit dan perjalanan dari kemah ketempat ibadah, juga dari pondokan ke
tempat ibadah. Semua itu memerlukan kondisi fisik yang prima dan
sehat.33
Salah satu faktor penting bagi jamaah dalam pelaksanaan
rangkaian ibadah haji adalah kondisi kesehatan yang prima bagi jamaah
haji yang sehat, dan kondisi kesehatan yang optimal bagi jamaah haji yang
memang telah mengidap sesuatu penyakit kronis tertentu, agar kegiatan
fisik yang merupakan inti dari ibadah haji itu dapat terlaksana dengan baik
dan benar.34
Upaya menjaga kondisi fisik yang optimal ataupun prima sangat
dianjurkan mulai dari Tanah air, selama perjalanan, dan selama berada di
Tanah Suci. Pada prinsipnya, upaya menjaga kondisi kesehatan untuk
persiapan bernagakt haji, tidaklah begitu berbeda dengan upaya kesehatan
umum yang selalu dianjurkan menurut ilmu kesehatan. Hanya saja,
sebagai tambahan dalam pelaksanaan haji adalah persiapan jamaah dalam
32 Ali Syari’ati, Haji (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), h. 533 Drs. H. Ade Marfudin, MM, Peduli Kesehatan Haji 2010, (Jakarta: Lembaga Dakwah
Kesehatan UIN SYAHID, 2010), h. 234 Dr. H. Umar Zein, SpPD, MHA, DTM & H, KPTI, Kesehatan Perjalanan Haji,
(Bogor: PRENADA MEDIA, 2003), cet. 1, h. 6
33
menghadapi perubahan alam/cuaca dan lingkungan di negara Arab Saudi
yang jauh berbeda dengan keadaan di negara kita Indonesia. Salah satu
aspek yang menentukan tingkat kesehatan untuk melaksanakan perjalanan
ibadah haji adalah gizi atau makanan selama persiapan didaerah asal
sebelum berangkat.
Konsultasi medik sebelum berangkat sebaiknya dilakukan
beberapa bulan sebelumnya, terutama bagi calon jamaah yang mempunyai
“simpanan” penyakit ataupun merasa ada keluhan pada tubuh yang selama
ini sehat. Konsultasi medic minimal 4-6 minggu sebelum berangkat.
Konsultasi medic disini adalah melakukan pemeriksaan yang lengkap serta
menceritakan semua keluhan yang ada kepada dokter yang memeriksa atau
yang merawat. Tidak perlu ada penyakit yang disembunyikan atau
dirahasiakan kepada dokter pemeriksa.
Dokter pemeriksa calon jamaahn haji (dokter puskesmas) dan
kedua (Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten), cenderung untuk memberikan
penilaian klinis yang lebih baik dari yang ditemukannya dan para calon
jamaah, cenderung untuk mengaku “ sehat “ kepada dokter pemeriksa agar
proses pemeriksaannya berjalan lancar. Kedua hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi dan terulang lagi demi kebaikan dan kenyamanan perjalanan
haji.35
35 Ibid, h. 7
34
4. Pelayanan Kesehatan Jama’ah Haji
Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan
penyuluhan kesehatan haji. Pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans,
dan respon KLB, penanggulangan KLB, dan musibah massal, kesehatan
lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.36
Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah
haji pada bidang kesehatan, sehingga jemaah haji dapat menunaikan
ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Tujuan tersebut
dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi kesehatan sebelum
keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai
tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit menular
yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji. 37
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak
maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar
memliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk itu,
upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status
kesehatan sebagai landasan karakteristik, prediksi dan pennetuan cara
36 Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen Kesehatan RI: 2009), h.537 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji
Kementrian Kesehatan RI : 2010), h.7
35
eliminasi faktor resiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan jenis-
jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistic.38
Pemeriksaan kesehatan jamaah haji adalah penilaian status
kesehatan bagi jamaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya
penyiapan kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada sarana
pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara kontinum
(berkesinambungan)dan komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud
kontinum dan komprehensif yaitu : bahwa proses dan hasil pemeriksaan
selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam rangka perawatan
dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jamaah
haji.39
Untuk memberikan pelayanan bagi jemaah haji yang mempunyai
kategori resiko tinggi yaitu kondisi/penyakit tertentu yang terdapat pada
jemaah haji yang dapat memperburuk kesehatannya selama menjalankan
ibadah haji maka mulai tahun 1999 dibentuk kloter khusus bagi jemaah
haji resiko tinggi. Kloter risti ini adalah kloter jemaah haji biasa yang
dipersiapkan bagi jemaah haji resiko tinggi dengan pelayanan khusus di
bidang pelayanan umum, ibadah dan kesehatan serta fasilitas lainnya
untuk menghindarkan lebih beresiko tinggi dengan mengarah kepada
terwujudnya ibadah yang sah, lancar dan selamat.40
38 Ibid. h.739 Ibid. h. 840 Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikru Hakim, 2000), h. 2
36
BAB III
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG
Dalam sebuah pemerintahan daerah didalamnya pasti terdapat departemen-
departemen yang membantu berjalanya sebuah pemerintahan. Departemen-
departemen terdiri dari beberapa sub bidang, yaitu Dinas Sosial, Dinas Agama,
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata, Dinas Tata
Kota, Dinas Kebersihan, dan Dinas Kependudukan. Pada Dinas kesehatan Kota
Tangerang periode pertama tahun 1993-2007 dipimpin oleh dr. H. R. Nuriman
Machsudin, M.Kes. dan pada periode kedua tahun 2007 hingga sekarang dr. Hj,
Lilly Indrawati, M. Kes.
A. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
1. Visi
Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah salah satu urusan yang
diemban oleh Pemerintah Kota Tangerang adalah urusan kesehatan, yang
dalam pelaksanaanya melibatkan Dinas Kesehatann Kota Tangerang.
Selain itu pembangunan kesehatan juga harus selaras dengan apa yang
menjadi target-target pembangunan kesehatan nasional yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Keselarasan
tersebut sangat penting karena mekanisme penyelenggaraan pemerintahan
37
adalah otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu sebagai institusi pemerintahan, perumusan visi Dinas
Kesehatan Kota Tangerang mengacu pada pembangunan kesehatan Kota
Tangerang dan Pemerintahan Pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.1
Seiring dengan upaya untuk mendukung pencapaian visi Kota
Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-
2013 dan berpijak pada kedudukan, tugas pokok dan fungsinya serta isu
strategis yang dihadapi dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang Menetapkan Visi
Tahun 2009-2013 sebagai berikut : “Masyarakat Kota Tangerang Yang
Sehat Secara Mandiri”. Latar belakang dan makna visi tersebut adalah
bahwa dalam mewujudkan suksesnya pembangunan setidaknya terdapat
du komponen yaitu pemerintahan dan masyarakat. Selama ini terdapat
kesan bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan kewajiban
pemerintahan dan masyarakat adalah objek pembangunan. Hal ini
membawa konsekuensi tujuan pembangunan tidak tercapai dengan
optimal, karena pemerintahan memiliki berbagai keterbatasan antara lain
sumber dana, dan sumber daya manusia, disamping itu berakibat rasa
memiliki masyarakat atas hasil-hasil pembangunan juga kurang. Oleh
karena itu pelaksanaan pembangunan saat ini menempatkan pemerintahan
1 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11
38
sebagai fasilitator pembangunan bukan lagi penguasa dan mendorong
partisipasi aktif konstruktif masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
menjadi fokus karena potensi yang ada pada masyarakat sangat besar.
Demikian pula pembangunan kesehatan meletakkan masyarakat pada
subjek pembangunan sehingga kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat merupakan cita-cita yang akan diwujudkan. Masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat
menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk
gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perllaku
yang tidak mendukung untuk hidup sehat.2
2. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintahan, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan.
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diatas maka perlu ditetapkan
misi yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dalam rangka perumusan Misi
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka perlu
diperhatikan relevansi dan dukungannya terhadap pencapaian misi Kota
Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana
2 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11-12
39
Pembanguan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-
2013.
Berpijak pada visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-
2013 yang telah ditetapkan dan upaya untuk mendukung pencapaian misi
Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang
menetapkan misi Tahun 2009-2013 sebagai berikut:3
a. Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan sumber
daya aparatur yang profesional.
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
c. Mewujudkan kesehatan lingkungan yang berkualitas.
Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 tersebut
diharapkan memberikan kontribusi aktif dalam rangka mendukung
pencapaian Misi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 khususnya pada ”Misi
Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial”
Dengan kewenangan yang dimilki maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang
mengemban misi untuk mencapai visi melalui berbagai upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan baik secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Untuk itu
pembinaan yang berorientasi internal berupa pembinaan operasional dan
fasilitas kesehatan menjadi sangat penting. Disamping itu upaya yang
3 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 11-12
40
berorientasi eksternal berupa pembinaan dan pemberdayaan partisipasi
masyarakat juga sangat penting. 4
B. Tujuan dan Sasaran
Sebagai bentuk upaya penjabaran visi dan misi yang telah
ditetapkan tujuan dan sasaran pada setiap misi. Tujuan merupakan
penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yaitu sesuatu (apa)
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan.
Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu hasil yang
akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci,
dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih
pendek dari tujuan. Adapun tujuan Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun
2009 – 2013 adalah sebagai berikut :5
a. Meningkatkan kinerja kelembagaan.
b. Meningkatkan ketersediaan, mutu dan pengawasan obat, perbekalan
kesehatan dan makanan.
c. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan sarana dan prasarana
kesehatan.
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
e. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
f. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan.
4 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 12-135 Buku Panduan P2PL, h. 16
41
g. Meningkatkan kesehatan lingkungan.
h. Meningkatkan pengendalian penyakit.
Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009 –
2013 adalah :6
a. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan administrasi
perkantoran.
b. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kerja.
c. Meningkatnya kualitas SDM aparatur.
d. Meningkatnya kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi
program, kegiatan dan keuangan SKPD.
e. Meningkatnya kecukupan dan kualitas obat dan perbekalan kesehatan.
f. Terkendalinya kualitas obat dan bahan makanan.
g. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana
kesehatan.
h. Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat.
i. Meningkatnya perilaku hidup sehat masyarakat.
j. Meningkatnya gizi keluarga dan masyarakat.
k. Meningkatnya pelayanan kesehatan individu dan keluarga.
l. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu.
m. Menigkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin.
n. Meningkatnya mutumanajemen pelayanan kesehatan.
6 Buku Panduan P2PL, h. 17
42
o. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
p. Menurunya penyakit menular.
C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan visi-misi yang telah ditetapkan
maka perlu strategi sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk mencapai
tujuan dan sasaran serta merespon isu strategis. Kebijakan adalah arah atau
tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi yang telah ditetapkan
maka dirumuskan kebijakan. Strategi Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun
2009 – 2013 adalah sebagai berikut :7
1. Pemantapan tata kerja dan pelayanan kelembagaan.
2. Pemantapan kapasitas sarana dan prasarana kerja.
3. Pemantapan disiplin dan kualitas SDM aparatur.
4. Pemantapan kualitas pengelolaan program, kegiatan dan keuangan SKPD.
5. Peningkatan ketersediaandan mutu obat dan perbekalan kesehatan.
6. Peningkatan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya.
7. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
9. Peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dan institusi.
10. Peningkatan status gizi pada keluarga dan masyarakat.
7 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 15-16
43
11. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga.
12. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga.
13. Peningkatan kesehatan ibu.
14. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
15. Pemantapan dan pemeliharaan manajemen pelayanan kesehatan.
16. Pemeliharaan dan pengawasan kesehatan lingkungan.
17. Pemantapan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Adapun kebijakan yang diterapkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
adalah sebagai berikut :8
1. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan administrasi perkantoran.
2. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana kerja.
3. Meningkatkan disiplin dan kemampuan teknis SDM aparatur.
4. Meningkatkan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program, kegiatan
dan keuangan SKPD.
5. Meningkatkan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.
6. Meningkatkan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya.
7. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
8. Meningkatkan pemerataan kualitas pelayanankesehatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.
9. Meningkatnya kerjasama lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dala
promosi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
8 Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 16-17
44
10. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga, khususnya pada ibu hamil, bayi,
balita dan usia produktif.
11. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak balita dan lansia.
12. Meningkatkan pelayanan keselamatan ibu dan anak.
13. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
14. Mengelola dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan.
15. Meningkatkan pengawasan kualitas air dan lingkungan.
16. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dan tugas
perbantuan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2008 tentang
pembentukan dan susunan organisasi dinas daerah. Dinas Kesehatan Kota
Tangerang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otomi dan tugas
perbantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :9
1. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum kesehatan
9 Buku Dinas Kesehatan Kota Tangerang, h. 18
45
3. Melaksanakan teknis administratif meliputi administrasi umum,
kepegawaian, keuangan, sarana prasarana dan administrasi perlengkapan.
4. Perencanaan dan pelaksanaan informasi kesehatan serta penangananan
kesehatan masyarakat.
5. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan
rujukan.
6. Pembinaan teknis unit kerja dinas dan unit pelaksanan teknis dinas serta
tenaga fungsional.
7. Pembinaan kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan serta pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
8. Pengawasan obat dan makanan.
9. Pemberian ijin pelayanan bidang kesehatan.
10. Pembinaan,pengendalian dan pengawasan bidang kesehatan
11. Eavaluasi dan pelaporan serta penyelenggaraan ketata-usahaan.
12. Pengoroordinasian lintas sektoral
13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, susunan
organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, yang membawahkan :
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b) Sub Bagian Keuangan
46
c) Sub Bagian Perencanaan
3. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, yang membawahkan :
a) Seksi Kesehatan Reproduksi Ibu dan Keluarga Berencana
b) Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat
c) Seksi Kesehatan Anak, Remaja dan Lanjut Usia
4. Bidang Pelayanan Kesehatan, yang membawahkan :
a) Seksi Pengawasan Obat dan Makanan
b) Seksi Sertifikasi dan Sarana Kesehatan
c) Seksi Kesehatan Khusus
5. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang
membawahkan:
a) Seksi Pengendalian Penyakit Menular
b) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi
c) Seksi Penyehatan Lingkungan
6. Bidang Pengembangan Sumber Daya, yang membawahkan :
a) Seksi Perbekalan Kesehatan
b) Seksi Peran Serta Masyarakat
c) Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
7. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat.
8. UPTD Gudang Farmasi
9. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah
10. UPTD Kesehatan Daerah
11. Kelompok Jabatan Fungsional
47
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Seksi PenyehatanLingkungan
Seksi KesehatanKhusus
Seksi PeningkatanGizi Masyarakat
Seksi PeranSerta
Masyarakat
Kepala Dinas
Kelompok JabatanFungsional
SeksiPembiayaandan JaminanKesehatan
Seksi Kes. AnakRemaja & Lansia
Seksi Sertifikasi &Sarana Kesehatan
Seksi PengamatanPenyakt dan
Imunisasi
Seksi Kes.Reproduksi Ibu &
KB
Seksi PengawasanObat danMakanan
Seksi PerbekalanKesehatan
SeksiPengendalian
Penyakit Menular
Bidang Bina Kes.Masyarakat
Bidang PelayananKesehatan
BidangPengembanganSumber Daya
BidangPengendalian Peny.
& PeyehatanLingkungan
Sub. BagPerencanaan
Sub. BagKeuangan
Sub. Bag Umum &Kepeg.
Sekretariat
UPTD PuskesmasUPTD Gudang Farmasi
UPTD LabkesdaUPTD Kesda
48
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
JAMAAH HAJI
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Kota Tangerang
Dalam pemanfaatan tenaga dan sumber daya untuk mencapai tujuan
organisasi dengan melalui serangkaian kegiatan yang merupakan proses
manajemen.1 Kegiatan tersebut terbagi kedalam empat fungsi, yaitu
Perencanaan, Pengorganisasian, Pergerakkan, dan Pengawasan. Yakni
keempat fungsi tersebut berfungsi pada pelayanan kesehatan jamaah haji di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang akan penulis bahas pada bab ini.
1. Menentukan Perencanaan (Planning)
Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan haji meliputi bimbingan, penyuluhan dan pelayanan
kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan
proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, pemeliharaan kesehatan
terhadap jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji dapat melaksanakan
ibadah haji dengan sebaik-baiknya serta dalam upaya meningkatkan status
kesehatan dan kemandirian jamaah haji. Adapun untuk mencapai itu
semua penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana diamanahkan dalam
undang-undang Nomor 13 tahun 2008, bertujuan memberikan pembinaan,
1H. Zaini Muctarom, MA. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah ,(Yogyakarta: Al-AminPress. 1996), h. 46
49
pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji
sehingga jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran agama islam, dan untuk maksud tersebut. Pemerintah
berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan
menyediakan layanan administrasi, bimbingan manasik haji, akomodasi,
transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang
diperlukan oleh jamaah haji.2
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan
mengeluarkan pedoman atau acuan dalam melakukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan ibadah haji, baik pada saat persiapan maupun
pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan kewaspadaan terhadap
penularan penyakit yang terbawa oleh jamaah haji. Yang dalam
pelaksanaannya berkoordinasi dengan sektor terkait pemerintah daerah
yaitu pada dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota,
dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas
dan fungsi masing-masing seperti puskesmas dan rumah sakit rujukan.
Kegiatan pelayanan kesehatan jamaah haji pada Dinas Kesehatan
ditangani oleh bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) khusus haji yang kegiatannya meliputi bimbingan, penyuluhan dan
pelayanan kesehatan. Untuk melakukan itu semua, maka bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) khusus haji
mengambil langkah-langkah kegiatan. Adapun fungsi perencanaan yang
2 Wawancara dengan Bpk. Ikhwan, SKM, Selaku Pelaksana Surveilans, tanggal 14-01-2011
50
diterapkan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji Dinas Kesehatan Kota
Tangerang melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:3
a. Perkiraan dan perhitungan masa depan
Kemampuan untuk memperkirakan dan memperhitungkan
situasi suatu kegiatan beserta sasaran-sasaran yang diperlukan untuk
waktu mendatang adalah mutlak diperlukan bagi penyusunan
perencanaan suatu kegiatan yang efektif, karena waktu yang akan
datang bersifat dinamis dan berubah-ubah dengan memperkirakan dan
memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada masa
depan dapat memberikan alternatif dan solusi agar rencana kegiatan
tetap terlaksana. Akan tetapi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang
memperkirakan dan memperhitungkan masa depan dalam pelayanan
kesehatan jamaah haji yang meliputi bimbingan, penyuluhan dan
pelayanan kesehatan disesuaikan oleh ketentuan keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
b. Penetapan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan
Dalam perencanaan, sesuai dengan pusat kesehatan haji
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam pelayanan
kesehatan jamaah haji, telah dirumuskan tujuan utama dari kegiatan
tersebut yakni untuk meningkatkan kondisi kesehatan jamaah haji
sebelum keberangkatan, tercapainya identifikasi status kesehatan
jamaah haji berkualitas, tersedianya data kesehatan sebagai dasar
3 Wawancara dengan Bpk. Ikhwan, SKM, Selaku Pelaksana Surveilans, tanggal 14-01-2011
51
upaya perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan
perlindungan jamaah haji, terwujudnya pencatatan data status
kesehatan dan faktor risiko jamaah haji secara benar dan lengkap
dalam Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH) Indonesia, terwujudnya
fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik jamaah haji untuk
kepentingan pelayanan kesehatan haji, tersedianya bahan keterangan
bagi penetapan baik kesehatan (istitho’ah) jamaah haji, dan tercapainya
peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit menular
berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat
Internasional/Indonesia. Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kota
Tangerang adalah seluruh jamaah haji yang berdomisili di Kota
Tangerang.
c. Penetapan Kebijakan
Dalam hal kebijakan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang
menetapkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia , yaitu melaksanakan perekrutan tenaga
kesehatan professional secara transparan, meningkatkan kemampuan
teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jamaah haji di tingkat
puskesmas dan rumah sakit , meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
di puskesmas dan rumah sakit dengan menerapkan standar pelayanan
bagi jamaah haji , memberikan vaksinasi meningitis meningokokus
bagi jamaah haji dan petugas, dan mengembangkan sistem informasi
manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan.
52
d. Penetapan Metode
Adapun metode yang digunakan dalam pelayanan kesehatan
jamaah haji pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yaitu mengadakan
pertemuan dengan kata lain bimbingan pelayanan kesehatan jamaah
haji antara pihak Dinas Kesehatan dengan pihak puskesmas, Ketua
Kelompok Bimbingan Jamaah Haji (KBIH), dan jamaah haji.
Mengadakan pembinaan dan pemeriksaan jamaah haji. Seluruh
rangkaian kegiatan tersebut dilakukan pada waktu yang berbeda-beda
dan sudah terjadwal.
e. Penetapan dan Penjadwalan Waktu
Dalam penentuan waktu pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan yaitu :
1) Pertemuan persiapan pemeriksaan puskesmas, kegiatan bimbingan
dan penyuluhan ini dengan pelaksana Dinas Kesehatan Kota
Tangerang dan sasarannya adalah puskesmas. Pertemuan ini
dilakukan pada bulan Mei minggu pertama tahun 2010. Kegiatan
ini dilakukan delapan bulan menjelang keberankatan jamaah haji.
2) Pertemuan koordinasi dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH), kegiatan bimbingan dan penyuluhan ini dilaksanakan oleh
Dinas kesehatan Kota Tangerang dan sasarannya adalah ketua
KBIH yang berdomisili di Kota Tangerang. Pertemuan ini
53
dilakukan minggu berikutnya setelah pertemuan persiapan
pemeriksaan puskesmas.
3) Pemeriksaan kesehatan jamaah haji I dan pemeriksaan rujukan bagi
jamaah risiko tinggi (risti), pelayanan kesehatan ini dilaksanakan
oleh pihak puskesmas dan sasarannya jamaah haji . pemeriksaan
untuk jamaah haji ini dibuka oleh pihak puskesmas selama delapan
minggu.
4) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji, pelayanan
kesehatan ini dilaksanakan oleh puskesmas dengan sasaran jamaah
haji dalam jangka waktu selama lima bulan lebih dan jangka waktu
selama satu bulan bersamaan dengan pemeriksaan sebelumnya.
5) Pemeriksaan kesehatan jamaah haji II, pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak puskemas dengan sasarannya jamaah haji,
pemeriksaan ini merupakan jangka waktu terakhir yang diberikan
oleh pihak puskesmas selama dua minggu diantara masa
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji.
6) Pengiriman Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH) yang telah diisi
ke Dinas Kesehatan, dilaksanakan oleh pihak puskesmas dan
sasarannya jamaah haji, dalam jangka waktu dua minggu diantara
masa pembinaan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji.
7) Pertemuan evaluasi pemeriksaan puskesmas, pelaksana Dinas
Kesehatan Kota Tangerang dengan sasarannya puskesmas,
dilaksanakan hanya satu hari dalam masa pembinaan dan
54
pemeliharaan kesehatan jamaah haji pada minggu ke sembilan
belas.
8) Pelaksanaan vaksinasi haji, pelaksana pihak Dinas Kesehatan Kota
Tangerang dengan sasarannya jamaah haji dilakukan pada masa
pembinaan dan pemeliharaan jamaah haji pada minggu ke dua
puluh. Dan dua minggu berikutnya pelaksanaan dan
pemberangkatan ibadah haji.
9) Pe