7
D. Manifetasi Klinis 1. Dipsneu Dipsneu sering menjadi alasan utama pasien PPOK mencari bantuan tenaga kesehatan. Dipsneu digambarkan sebagai usaha bernafas yang meningkat, berat, kelaparan udara atau gasping. Sesak nafas pada PPOK bersifat persisten dan progresif. Awalnya sesak nafas hanya dirasakan ketika beraktifitas seperti berjalan, berlari dan naik tangga yang dapat didhindari, tetapi ketika fungsi paru memburuk, sesak nafas menjadi lebih progresif dan mereka tidak dapat melakukan aktifitas sebagaimana orang lain dengan usia yang sama dapat melakukannya. 2. Batuk Batuk kronis menjadi gejala pertama dari pasien PPOK, setelah merokok atau terpapar oleh polutan lingkungan . Pada awalnya batuk hanya sebentar kemudian lama kelamaan hadir sepanjang hari. 3. Pink Puffers Pink puffers adalah timbulnya dipsneu tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasanya dipsneu timbul antara usia 30-40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien akan kehabisan nafas sehingga tidak lagi dapat makan dan tubuhnya bertambah kurus. Selanjutnya akan terjadi gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi minimal, sehingga dengan hiperventilasi, pasien pink puffers dapat mempertahankan gas dalam darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. 4. Blue Blaters Pada tahap lanjut PPOK pasien akan mengalami blue blaters yaitu kondisi batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum tampak gangguan fungsi paru. Awitan penyakit biasanya dimulai dari usia 20-30

Manifestasi Klinis, Patofisiologi & Woc Ppok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Manifestasi Klinis, Patofisiologi & Woc Ppok

D. Manifetasi Klinis1. Dipsneu

Dipsneu sering menjadi alasan utama pasien PPOK mencari bantuan tenaga kesehatan. Dipsneu digambarkan sebagai usaha bernafas yang meningkat, berat, kelaparan udara atau gasping. Sesak nafas pada PPOK bersifat persisten dan progresif. Awalnya sesak nafas hanya dirasakan ketika beraktifitas seperti berjalan, berlari dan naik tangga yang dapat didhindari, tetapi ketika fungsi paru memburuk, sesak nafas menjadi lebih progresif dan mereka tidak dapat melakukan aktifitas sebagaimana orang lain dengan usia yang sama dapat melakukannya.

2. BatukBatuk kronis menjadi gejala pertama dari pasien PPOK, setelah merokok atau terpapar oleh polutan lingkungan . Pada awalnya batuk hanya sebentar kemudian lama kelamaan hadir sepanjang hari.

3. Pink PuffersPink puffers adalah timbulnya dipsneu tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasanya dipsneu timbul antara usia 30-40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien akan kehabisan nafas sehingga tidak lagi dapat makan dan tubuhnya bertambah kurus. Selanjutnya akan terjadi gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi minimal, sehingga dengan hiperventilasi, pasien pink puffers dapat mempertahankan gas dalam darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut.

4. Blue BlatersPada tahap lanjut PPOK pasien akan mengalami blue blaters yaitu kondisi batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum tampak gangguan fungsi paru. Awitan penyakit biasanya dimulai dari usia 20-30 tahun yang akan diikuti munculnya dipsneu pada saat melakukan aktifitas fisik. Tampak gejala berkurangnya nafas sehingga mengalami hioventilasi menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Hipoksia kronis ini akan merangsang ginjal untuk eritropoietin meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi polisitemia sekunder. Kadar Hb dapat mencapai 20 g/ 100 ml atau lebih dan sianosis mudah tampak karena homoglobin yang terduksi mudah mencapai kadar 5 g/ 100 ml, walaupun hanya sebagian kecil dari hemoglobin yang tereduksi. Blue blaters adalah gambaran khas pada bronkitis kronis, dimana pasien gemuk sianosis, terdapat oedema tungkai dan ronki basah di basal paru, sisanosis ssentral dan perifer.

5. Produksi SputumPasien PPOK umumnya disertai batuk produktif. Batuk kronis dan pembentukan sputum mukoid atau muko purulen selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut merupakan gejala klinis dari bronkitis kronis.

Page 2: Manifestasi Klinis, Patofisiologi & Woc Ppok

6. Wheezing dan sesak dadaWheezing dan sesak dada adalah gejala yan spesifik dan bervariasi dari satu pasien dengan asien yang lain. Gejala ini dijumpai pada PPOK ringan yang lebih spesifik keada asma atau pada PPOK berat atau sangat berat. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit (mengalami oedema dan berisi mukus), yang dalam kondisi normal akan berkontraksi sampai pada tingkat tertentu pada saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma. Sedangkan sesak dada adalah kondisi yang buruk sebagai kontraksi isometrik otot-otot interkostal.

7. Perubahan Bentuk DadaPada pasien PPOK dengan stadium lanjut akan ditemukan tanda-tanda hiperinflasi paru seperti barrel chest dimana diafragma terletak lebih rendah dan bergerak tidak lancar, kifosis, diameter antero-posterior bertambah, jarak tulang rawan krikotiroid dengan lekukan suprasternal kurang dari 3 jari, iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.

E. PatofisiologiPatofisiologi PPOK melibatkan beberapa sel inflamasi, mediator inflamasi dan stres oksidatif seperti halnya perubahan pada sistem kardiovaskular sebagai hasil pajanan asap rokok dan berkembang menjadi keterbatasan aliran udara yang progresif. Sel inflamasi dan mediator menginduksi metaplasia sel goblet, hipersekresi mukus, hipertrofi otot polos jalan napas dan hilangnya fungsi mukosiliar. Hipersekresi mukus dan kehilangan fungsi siliar adalah keadaan yang mempermudah terjadinya infeksi oleh virus maupun bakteri yang dapat mengubah kondisi jalan napas. Infiltrasi sel yang melepaskan enzim proteolitik dan mengakibatkan kerusakan menetap. Pada saat yang sama, reactive oxygen species (ROS) dihasilkan dalam kompartemen paru sebagai hasil dari inhalasi asap rokok atau peningkatan produksi oleh aktivasi sel inflamasi dan aktivasi siklus xantin oksidase. Oksidan-oksidan ini akan menghambat α1-antitripsin yang merupakan salah satu penghambat enzim elastase yang berperan dalam kerusakan parenkim dan kehilangan elastisitas rekoil. Pada pasien yang mengalami emfisema adalah bahwa kerusakan parenkim juga disebabkan oleh proses apoptosis endotel vaskular dan sel alveoli yang mendukung bahwa kejadian emfi sema disebabkan oleh gangguan vaskular. Inflamasi dan stres oksidatif merupakan peran utama pada patofisiologi perubahan kompartemen paru pada pasien PPOK.

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu: inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas. Peradangan, fibrosis, dan

Page 3: Manifestasi Klinis, Patofisiologi & Woc Ppok

luminal eksudat di saluran pernapasan kecil berkolerasi dengan pengurangan di FEV1 dan rasio FEV1/FVC, dan kemungkinan dipercepat oleh penurunan FEV1 yang merupakan karakteristik PPOK. Udara semakin terperangkap pada saluran pernapasan perifer yang menyebabkan obstruksi selama ekspirasi. Meskipun emfisema berhubungan dengan pertukaran gas yang abnormal diabndingkan dengan FEV1 yang berkurang, hal ini berkontribusi pada udara yang terperangkap pada saat ekspirasi. Selanjutnya akan menyebabkan alveolar menjadi rusak ketika penyakit menjadi semakin parah. Hiperinlasi menurunkan kapasitas inspirasi yang meningkatkan kapasitas residu fungsional, khususnya selama latihan (hiperinflasi dinamis) yang menyebabkan dipsneu dan keterbatasan kapasitas latihan. Hiperinflasi berkembang lebih awal pada penyakit diketahui sebagai mekanisme utama untuk penyebab dipsneu.

Pertukaran gas yang tidak normal menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia. Secara umum pertukaran gas menjadi memburuk ketika penyakit berlangsung. Emfisema yang berat berhubungan dengan ketidakseimbangan PaO2 arteri dan tanda perfusi ventilasi lainnya (Va/Q). Obstruksi pada jalan nafas perifer juga menyebabkan ketidak seimbangan Va/Q, diperberat dengan gangguan fungsi pada otot-otot pernapasan akan menurunkan ventilasi, dan menyebabkan retensi karbon dioksida. Kelainan pada ventilasi alveolar dan penurunan sirkulasi pada pembuluh darah paru akan semakin memperburuk Va/Q.

Hipersekresi lendir ditemukan pada batuk kronis prduktif, yang merupakan karakteristik dari bronkitis kronis dan tidak terkait dengan keterbatasan aliran udara. Sebaliknya, tidak semua pasien dengan PPOK memiliki gejala hipersekresi mukus, hal ini karena metapasia mukosa dengan meningkatkan jumlah sel goblet dan pembesaran kelenjar submukosa sebagai respon dari iritasi saluran napas oleh asap rokok dan zat berbahaya lainnya. Beberapa mediator dan protease merangsang hipersekresi mukus dan mengaktifasi Epidermal Growth Factor ReceptorI (EGFR).

Page 4: Manifestasi Klinis, Patofisiologi & Woc Ppok

F. WOC

Pencetus (Asthma, Bronkhitis kronis, Emfisema) Rokok dan polusi

PPOK Inflamasi

Perubahan anatomis parenkim Paru sputum meningkat

Pembesaran alveoli Batuk

Hiperatropi kelanjar mukosa MK: Bersihan jalan nafas tdk efektif

Penyempitan saluran udara secara periodik MK: Gg.pertukaran gas

Ekspansi paru menurun infeksi

Suplay oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh Kompensasi tubuh untuk memenuhi Leukosit meningkat Kebutuhan oksigen dengan meningkatkan

frekuensi pernapasan imun menurun Hipoksia

Kontraksi otot pernapasan Kuman patogen & endogen Sesak Penggunaaan energi untuk difagosit makrofag

Pernapasan meningkat Anoreksia MK: Tidak efektif MK:Intoleranasi aktiitas pola napas MK: Gg.Nutrisi