14
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAM SEMERTER VI, TA 2013/2014 MODUL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KULIAH MASALAH KURANG GIZI MAKRO DOSEN : dr. INDRADJID, MS. WAKTU : MARET 2014

Masalah Kurang Gizi Makro

Embed Size (px)

Citation preview

  • FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAMSEMERTER VI, TA 2013/2014MODUL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANKULIAH MASALAH KURANG GIZI MAKRODOSEN : dr. INDRADJID, MS.WAKTU : MARET 2014

  • PENDAHULUANSecara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama:Kurang gizi makroKurang gizi mikroAnemia giziGAKIKurang Vit-ADll.Kurang gizi makro kekurangan asupan energi dan protein (KEP) dan bentuk terparah Gizi buruk.Busung lapar (pengertian masyarakat) keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu (lama) pada suatu wilayah sehingga asupan zat gizi amat berkurang status gizi kurang sampai buruk.Tanda-tanda klinis pada gizi buruk (busung lapar) yang sering dijumpai :MarasmusKwashiorkorCampuran marasmus-kwashiorkorPenentuan status gizi melalui pengukuran antropometri terutama Berat Badan (BB). Tinggi Badan(TB) dibandingkan dengan standar.

  • WHO tahun 1999 mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang dalam empat kelompok :Rendah (
  • Tiap jenis makanan akan menghasilkan energi tertentu (Kkal) jika dimetabolisme dalam tubuh per gram sampel makanan :Protein: 5,56 Kkal/gramKarbohidrat: 4,10 Kkal/gramLemak: 9,45 Kkal/gramAKG di Indonesia pertama kali ditetapkan pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 1968, pada tahun 1978 ditinjau kembali dan seterusnya secara berkala setiap lima tahun sesuai hasil penelitian terbaru.AKG/RDA adalah banyaknya masing-masing zat gizi essensial yang harus dipenuhi dari makanan bagi semua orang sehat untuk mencegah defisiensi gizi.AKG/RDA dinyatakan dalam daftar yang dikelompokkan menurut umur, jenis kelamin, BB, TB dan daftar kebutuhan energi, dll.Contoh : Laki-laki pada kelompok umur 19-25 th, BB=56 Kg, TB=165cm :Kecukupan energi : 2550 Kkal/hariKecukupan Protein : 60 gram/hariKecukupan vit A : 600 RE/hariKecukupan zat besi : 13 mg/hariDst.

  • Kegunaan AKG / RDAUntuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional atau nasional. AKG merupakan kecukupan tingkat faali, sehingga dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan bahan pangan mulai dari produksi sampai tingkat konsumsi.Untuk menilai data konsumsi makanan per orangan atau kelompok masyarakat. Bila hasil survei menunjukkan penyimpangan BB dari BB standar, maka perlu dilakukan penyesuaian AKG.Untuk perencanaan pemberian makanan pada institusi tertentu, misalnya sekolah, Rumah Sakit dimana RS perlu diperhitungkan juga kecukupan gizi untuk penyembuhan.Untuk menetapkan pedoman penetapan label gizi makanan yang dikemas, biasanya dicantumkan persentase dari AKG yang dianjurkan untuk setiap sajian makanan tersebut,Contoh : susu bubuk merek X, mencantumkan informasi nilai gizi setiap sajian 40g susu bubuk dalam 200 ml air, untuk protein 20%, maka untuk memenuhi 100% AKG protein diperlukan 5 (lima) sajian dalam sehari.Untuk bahan penyuluhan dan pendidikan gizi yang berkaitan dengan kebutuhan zat gizi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan jenis kegiatan (tabel AKG DEPKES)

  • Perhitungan kecukupan energi (AKE)Kebutuhan energi ditentukan oleh beberapa faktor :BMR, BB, umur, jenis kelamin disusun nilai BMR (WHO); contoh:Pria 18-36 tahun, nilai BMR-nya 15,3BB + 679 Kkal/hari dan AKE = 1,78 x BMR

    MASALAH KURANG GIZI MAKRO DI INDONESIAKesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs) mempunyai 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 2015.Dua dari lima indikator tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi dibanding kondisi tahun 1990Data Depkes RI tahun 2003 :Balita gizi kurang : 5 juta (27,5%)Anak gizi kurang : 3,5 juta (19,2%)Anak gizi buruk : 1,5 juta (8,3%)Defisit energi < 70% kebutuhan energiKecukupan protein 60 gram dari 62,7 gramTarget tahun 2005 penurunan prevalensi kurang energi protein (KEP) menjadi 20%.

  • Data Kecendrungan KEP Prop. NTB

    KETERANGAN : KEP = Z-score BB/U

  • Dengan demikian Prop.NTB belum mencapai target penurunan prevalensi kurang Gizi (KEP) < 20% dan masih termasuk daerah risiko tinggi kurang-gizi.Status Gizi menurut ideks BB/TBPenentuan status gizi dengan indeks BB/U atau TB/U mempunyai beberapa kelemahan antara lain balita yang tinggi-kurus akan terdeteksi normal dengan indeks TB/U, sebaliknya yang gemuk-pendek akan terdeteksi pendek, meskipun dengan indeks BB/U termasuk gizi baik.Indeks BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) dapat memberikan gambaran tubuh anak yang proporsional antara tinggi dan beratnya, dinilai paling efektif menggambarkan perubahan gizi yang akut, misalnya akibat infeksi dapat dilihat penurunan BB yang akhirnya mempengaruhi indeks BBB/TB.Indeks BB/TB akhir-akhir ini digunakan menentukan batasan gizi-buruk yang lebih sensitif dibandingkan indeks BB/U. Batasan gizi buruk dengan indeks BB/TB yaitu ambang batas < -3 SD atau klasifikasi kurus sekali.Data prevalensi status gizi kurus sekali prop NTB tahun 2006-2008 pada balita.

    Kecendrungan menunjukkan perbaikan tetapi belum mencapai < 1 %.

    RATA-RATA PROP NTB200620072008KETERANGAN1,28%1,18%1,11%

  • PENYEBAB MASALAH GIZI KURANGMenurut Unicef tahun 1998DAMPAK GIZI KURANG

    PENYEBAB MAKANAN TIDAKPENYAKIT LANGSUNG SEIMBANG INFEKSI

    PENYEBAB TDK TIDAK CUKUPPOLA ASUH YANKES DASARLANGSUNG PERSEDIAAN ANAK TIDAK DAN SANIASI PANGANMEMADAI TIDAK MEMADAI

    KURANG PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, SKILL

    POKOK MASALAH KURANG PEMBERDAYAANWANITA DAN KELUARGA DI MASYARAKAT SERTA MASYARAKAT KURANG PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, SKILL

    AKAR MASALAH KRISIS EKONOMI, POLITIK SOSIALNASIONAL

  • Anak yang mendapat makanan cukup baik, tetapi terserang infeksi (diare, demam, dll) pada akhirnya dapat menderita Gizi kurang.Anak makan tetapitidak cukup, maka daya tahan melemah terserang infeksi Gizi kurang.Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola asuh anak serta kurangnya yankes dan pelayanan kesling.Ketahanan pangan dikeluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup kualitas dan kuantitasnya.Pola asuh anak yang baik adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi adalah tersedia air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.Ketiga faktor penyebab tidak langsung berkaitan dengan tingkat pendidikan pengetahuan dan keterampilan (skill) keluarga.Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan, harga dan daya beli keluarga serta ppengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

  • PROGRAM PEMERINTAH Revintalisasi Posyandu, bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu, terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita dengan pokok kegiatan, antara lain :Pelatihan / orientasi petugas Puskesmas, petugas sektor lain dan kader yang berasal dari masyarakat.Penyediaan sarana posyandu, terutama dacin, KMS / Buku KIA, dllBiaya operasionalRevitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan fungsi dan kinerja terutama dalam pengelolaan program/kegiatan gizi di Puskesmas dengan poko kegiatan, antara lain :Pelatihan manajemen program giziPemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi Puskesmas dan jaringannyaPelatihan tata laksana gizi burukBiaya operasional untuk pembinaan posyandu, pelacakan kasus, kerja sama lintas sektor tingkat kecamatan, dll.

  • Intervensi Gizi dan Kesehatan melalui pelayanan perorangan kepada balita dalam rangka penyembuhan dan pemulihan darikondisi gizi buruk, serta pelayanan kepada masyarakat untuk mencegah timbulnya gizi buruk di masyarakat pokok kegiatan antara lain :Perawatan / pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas bagi balita gizi buruk dari keluarga miskin.Pemberian makanan tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan bagi anak umur 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin.Suplementasi gizi (kapsul Vit A, sirup Fe)Promosi Keluarga Sadar Gizi (kadarzi)Bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk dengan memperhatikan aspek sosial budaya lokal.Menyususn strategi / pedoman promosi KadarziMengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi kepada masyarakat, tempat kerja, institusi pendidikan dan tempat-tempat umum.Melakukan kampanye secara bertahap dengan menggunakan media efektif terpilihMenyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan petugas

  • Pemberdayaan KeluargaBertujuan meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengetahui potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya guna memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga terutama keluarga miskin yang anaknya menderita gizi kurang.Bidang ekonomi pemberian modal usaha industri kecil, upaya peningkatan pendapatan keluarga (UPPK) dan penigkatan pendapatan petani kecil.Bidang ketahanan pangan pembinaan pemanfaatan pekarangan dan lahan tidur, padat karya untuk pangan dan beras untuk keluarga miskin (Raskin)Bidang kesehatan penyelenggaraan pos gizi berbasis masyarakat, pemberdayaan kader keluarga serta penyediaan percontohan sarana air bersih dan jamban keluarga.Bidang pendidikan bea siswa, kelompok belajar dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

  • REFERENSI :Arisman, MB (2004): Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit EGC, Jakarta.Adisasmito, W (2007) : Sistem Kesehatan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.Dinkes Prop.NTB (2008), Hasil PSG-2008.Ditjen Bini Gizi dan KIA, Direktorat Bina Gizi (2011) : KEPMENKES No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Depkes RI, Jakarta.Sodiaoetama, AD (2000) : Ilmu Gizi jilid 1 cetakan keempat. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

    **************