Upload
vira-alattas
View
172
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
NAMA : SYAVIRA A. ALATAS
KELAS : S2C
NPM : 201212579049
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya berjudul “MASALAH-MASALAH BELAJAR DAN CARA
MENGATASINYA”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang berbagai masalah dalam
pembelajaaran baik masalah yang bersifat internal, eksternal, dan upaya dalam mengatasi
masalah dalam belajar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua mengenai masalah-masalah dalam belajar dan bagaimana mengatasinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun terutama dari Ibu Sri Sulastri
M.Pd selaku Dosen Belajar dan Pembelajaran yang penulis hormati selalu diharapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 18 Juni 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Belajar ................................................................. 3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ......................................... 4
2.3 Jenis-Jenis Masalah Belajar Siswa ...................................................... 11
2.4 Cara Menentukan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar ................. 12
2.5 Cara Mengetahui & Mengatasi Masalah Belajar .................................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru
bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Dalam kegiatan-kegiatan
belajar mengajar disekolah ditemukan hal-hal berikut:
1. Guru mengajar dengan baik.
2. Ada siswa belajar dengan giat.
3. Ada siswa belajar dengan pura-pura.
4. Ada siswa belajar dengan setengah hati.
Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam
diri siswa dan juga oleh faktor eksternal yang berasal dari luar siswa.
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi tentunya akan
menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar
tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai
masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai
masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan
mengalami kegagalan atau masalah belajar yang dapat mengakibatkan rendah
prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan
belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi
siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masalah belajar?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
3. Apa saja jenis-jenis masalah belajar siswa?
4. Bagaimana cara menentukan siswa yang mengalami masalah belajar?
5. Bagamana cara mengetahui & mengatasi masalah belajar siswa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi masalah belajar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
3. Untuk mengatahui jenis-jenis masalah belajar pada diri siswa.
4. Untuk mengetahui cara menentukan siswa yang mengalami masalah belajar.
5. Untuk mengetahui cara mengetahui & mengatasi masalah belajar siswa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah
sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan masalah bagi diri sendiri dan atau orang
lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar
dapat didefinisikan "Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".
"Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya"
(Anita E, Wool Folk, 1995 : 196).
Menurut Garry dan Kingsley (1970 : 15) "Belajar adalah proses tingkah laku (dalam
arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan".
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa "belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman". Dari definisi masalah dan
belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
"Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan".
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-
murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang
pandai atau cerdas.
4
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar
selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan
dengan bahan belajar.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat dikaji dari dimensi
guru maupun dimensi siswa, dari dimensi siswa masalah belajar dapat terjadi pada waktu
sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru,
masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi
hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
1. Faktor-Faktor Internal Belajar
Lama waktu mempelajari tergantung pada kemampuan siswa, jika bahan belajarnya
sukar dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu
yang lama. Sebaliknya jika bahan belajar mudah dan siswa berkemampuan tinggi, maka
proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu
proses yaitu proses belajar sesuatu, aktivitas belajar dapat juga dapat diketahui oleh guru dari
perilaku siswa terhadap behan belajar.
1) Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa
diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap
menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses
pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.
Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang
salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya
terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli
dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar
akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap
belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya
mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
5
2) Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam
menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski
memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap memiliki
rasa malas, enggan dan lalai. Maka semangat ini harus dipelihara secara terus
menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan
keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah
ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan
merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu
membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan
ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat
siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses
belajar.
3) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi
belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta waktu istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang guru
tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan
perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Hal tersebut
dikarenakan ketika memasuki kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan
berbagai hal. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan
berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis, kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh
menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat
selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
6
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4) Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar
merupakan nilai dari suatu ilmu pengetahuan, agama, kesusilaan, serta nilai kesenian.
Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa
berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar
memahami materi yang telah disampaikan. Siswa akan mengolah bahan belajar
dengan baik jika mereka merasa materi yang disampaikan menarik, sehingga seorang
guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan
cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar
terdiri dari proses pemasukan, proses pengolahan kembali dan proses penggunaan
kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang
akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka
kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama
diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin
kuat.
6) Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang
telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama
maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembali pesan dan pengalaman
7
lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam
menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada
pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan
kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak
memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa
apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh maka siswa tidak akan memiliki
keterampilan intelektual, sosial, moral, dan jasmani dengan baik.
7) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan.
Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa
ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi
tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan,
pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan
pengalaman.
8) Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin
sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya
akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya.
9) Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk
dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan
secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah
dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang
rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang
8
bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena
itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar di bidang keterampilan.
10) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam
berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk
tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-
nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat
bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk
tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk
sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti
belajar bagi diri sendiri.
11) Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus
ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga
siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita
tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi
maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa.
Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan
baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor
eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang
berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan
informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam
batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru mampu
mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing
dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa
9
akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan,
namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang
dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang
akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi
petunjuk kalau murid menghadapi masalah, akan dapat menimbulkan perasaan sukses
dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid.
Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan
ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri
yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-
usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan
murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan
mengalami masalah belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan
peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya,
bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai
keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga
yang jumlah anaknya sedikit.
2) Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar,
tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai
media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran
merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya
sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik.
Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran
sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
3) Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar
siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut
10
maka proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar
merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif
dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak tingkat
perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat
sekolah dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapay dikatakan proses
belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak
lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.
4) Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung
jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan
sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja
berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
5) Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan
oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan
kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan
kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya
rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah baru antara lain:
a. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah.
b. Isi pendidikan berubah, akibatnya buku-buku pelajaran, buku bacaan dan sumber
yang lain akan berubah.
c. Kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru harus mempelajari strategi,
metode, teknik dan pendekatan mengajar yang baru, bila pendekatan belajar
berubah, maka kebiasaan belajar siswa juga mengalami perubahan.
d. Evaluasi berubah, akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru, bila evaluasi berubah maka siswa akan mempelajari cara-cara
belajar yang sesuai dengan ukuran luasan yang baru.
11
Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan siswa,
tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru perlu mengadakan
perubahan.
2.3 Jenis-Jenis Masalah Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami masalah, namun di sisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai masalah. Masalah
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar mencakup pengertian yang luas, diantaranya:
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami masalah dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley,
maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.
12
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat masalah dalam mencapai hasil
belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan
sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir
mencapainya. Siswa tersebut mendapat masalah dalam menetapkan penguasaan bagian-
bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat
ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula
ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai
dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Jenis dan tingkat masalah yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara
konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan
tingkat masalah ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar
tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian
yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas
akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .
2.4 Cara Menentukan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Belajar di sekolah terkait dengan beberapa hal. Dalam bertindak belajar, siswa
berhubungan dengan guru, bahan ajar , pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata
kerja evaluasi belajar. Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program
pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar. Dengan
demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan
menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa
13
1. Pengamatan Perilaku Belajar
Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak menjelaskan, dan siswa
bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut dilakukanoleh siswa. Sebagai lazimnya tindakan
seseorang, maka tindakan tersebut dapat diamati sebagai perilaku belajar. Dengan kata lain,
perilaku belajar merupakan “gejala belajar” menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar
atau proses belajar merupakan “gejala belajar” yang dialami dan dihayati oleh siswa.
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan dan mengajar serta melakukan
pengamatan terhadap perilaku siswa. Bila ditemukan masalah pada peserta didik, maka
sebagi pendidik, guru berusaha membantu memecahakan masalah.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagi berikut :
1) Menyusun rencana pengamatan seperti tindak belajar berkelompok atau belajar
sendiri, atau yang lain.
2) Memilih siapa yang akan diamati meliputi bebebrapa orang siswa.
3) Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tida atau
empat bulan.
4) Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara
menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu.
5) Mencatat hal-hal yang diamati.
6) Menafsirkan hasil pengamatan.
2. Analisis Hasil Belajar
Dalam setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar
tersebut dapat berupa lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, ataupun berwujud
karya atau benda. Hasil belajar tersebut digunakan oleh guru untuk melakukan perbaikan
tindak belajar dan evaluasi. Bagi siswa berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih
lanjut .
Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah berikut :
1) Merencanakan analisis sejak awal semester, sejlan dengan desain instruksional
2) Merencakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar.
14
3) Merencakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi dan menganalisis kepantasan jenis
ujian dan alat evaluasi.
4) Mengumpulkan hasil belajar siswa baik yang berupa jawaban ujian tulis, ujian
lisan, dan karya tulis maupun benda.
5) Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan
mengkategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan.
6) Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa; perilaku
belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal.
7) Mempertimbangkan tingakat kesukaran bahan ajar bagi kelas yang dibandingkan
dengan program kurikulum yang berlaku.
8) Memperhatikan kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya
dalam belajar.
9) Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang
akhir semester, pada angket tersebut dapat dinyatakan tanggapan siswa tentang
jalannya proses belajar mengajar dan kesukran belajar.
Dengan analisis tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar kelas dan
individu. (Winkel, 1991 : 325-37; Biggs & Telfter, 1987 : 459-506).
3. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa. Meskipun demikian
keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu. Artinya, jenis tes
tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tes hasil
belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar, dan mencari maslah-masalah dalam
belajar. Untuk menilai kemajuan dalam belajar, pada umumnya penyusun tes adalah oleh
guru sendiri. Untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyusun tes adalah
tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya guru profesional
memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana. ( Winkel, 1991; Biggs &
Telfer, 1987).
15
2.5 Cara Mengetahui & Mengatasi Masalah Belajar
Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan
masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni membantu
siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi
administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada
siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih
baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses
pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung
jawab pula atau melekat padanya fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Hanya
memang dalam pendidikan, pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu
dengan fungsi yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai penanggung
jawab masing-masing. Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat membawa setiap siswa
kearah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan
sosial serta tanggung jawab moral. Salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru
dalam melaksanakan tugas dan peranannya ialah kegiatan evaluasi, yitu :
1. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-
faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out
put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin
dapat menimbulkan masalah atau kegagalan belajar siswa, yaitu: (a) faktor internal; faktor
yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan,
kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b)
faktor eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor
guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
2. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga.
Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan
16
konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama
menangani kasus – kasus yang dihadapi.
3. Tes diagnostik
Pada konteks ini, penulis akan mencoba menyoroti tes diagnostik masalah belajar
yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan
seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut.
Tes dignostik masalah belajar sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama
terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahn-
kesalahan yang esensial. Tes dignostik masalah belajar juga tidak hanya menyangkut soal
aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata,
melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber masalah belajar dan merumuskan
rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka
membantu siswa yang mengalami masalah belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila
guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau
meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala masalah
belajar.
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami
masalah dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:
a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
17
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan
kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler,
rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke
arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes,
seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis masalah atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami masalah penyesuaian sosial
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik masalah atau
masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan
siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural –
fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah
siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah
siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat
membantu untuk mendeteksi lokasi masalah yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a)
jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan
keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan
moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu
senggang.
3) Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau
guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru
pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
18
4) Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan
bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi
siswa.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa
itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan
2. Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengaruhi oleh faktor
internal yang berasal dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa pengaruh
lingkungan sekolah, keluarga, maupn lingkngan sosial.
3. Guru hendaknya mampu mengetahui dan membantu siswa dalam mengatasi
masalah dan masalah belajar yang dialami.
3.2 Saran
Masalah dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui
oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap
permasalahan masalah belajar maka penulis menyarankan:
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood siswa, seorang guru harus mengenal karakter dan kebiasaan
belajar siswa. Apakah siswa belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika
belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap.
Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal
itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas
guru untuk menyenangkan hati siswa.
2. Upayakan Ruang Belajar Yang Nyaman
Masalah belajar bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu,
coba mendekor ruang belajar tersebut menjadi lebih nyaman. Selain itu, saat mengajar siswa
tersebut anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya
bercerita kepada siswa tentang bagaimana dahulu sang guru menyelesaikan mata pelajaran
20
yang dianggap sulit. Biasanya siswa cepat larut dengan cerita sehingga ia mencoba
mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.
3. Komunikasi dari orang tua di rumah
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar.
Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru
mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang
bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali
cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan
sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak
dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (Tanpa Tahun), Diktat Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Indraprasta
PGRI
Rois Haqiqi (2011), Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya,
http://www.infodiknas.com/
W. Gulo (2005), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo
Winkel, W.S (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia