Upload
devina-tandias
View
48
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mata Katarak Presentasi kasus
Citation preview
Laporan Kasus
KATARAK
Pembimbing :
dr. Agah Gadjali, Sp. M
dr. Gartati Ismail, Sp. M
dr. Henry A. Wibowo, Sp. M
dr. Hermansyah, Sp. M
dr. Mustafa K. Shahab, Sp. M
Disusun Oleh :
Devina – 07120110064
(Periode 26 Januari – 28 Februari)
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
2015
Bab I
Identitas Pasien
• Nama : Bpk. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 77 tahun
• Alamat : KP Harmendal RT 08/05 Pinang Rati
• Warga Negara : Indonesia
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Status : Sudah menikah
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Tgl masuk : 29 Januari 2015
• Tgl pemeriksaan : 29 Januari 2015
• No. RM : 743057
• Riwayat Perawatan : Poli Mata, Rumah Sakit POLRI
Anamnesa dilakukan dengan autoanamnesa dan alloanamnesa, pada tanggal 29
Januari 2015 dengan keluhan utama penglihatan mata kiri buram hampir tidak bisa
melihat sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RS Polri dengan keluhan utama penglihatan
mata kiri yang buram. Pasien sudah lama mengalami buram penglihatan dikedua mata.
Sejak 1 bulan lalu dirasakan penglihatan mata kirinya semakin menurun dan sekarang
hampir tidak bisa melihat. Mata kanan juga dirasakan kabur namun yang menjadi
keluhan pasien adalah mata kirinya. Tidak ada mata merah, berair, nyeri, sekret, silau,
sakit kepala, namun pasien mengaku terlihat adanya halo (lingkaran warna di sekitar
cahaya putih). Pasien mempunyai riwayat memakai kacamata biasa. Namun sejak
beberapa bulan lalu penggunaan kacamata tersebut dirasakan pasien tidak banyak
membantu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat darah tinggi namun tidak terkontrol karena tidak pernah
meminum obat penurun tekanan darah apapun. Pasien memiliki riwayat memakai
kacamata yang tidak diketahui kekuatan dioptri lensanya. Pasien menyangkal adanya
riwayat kencing manis, trauma, operasi, dan alergi obat maupun makanan. Pasien tidak
pernah memakai obat mata apapun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Istri pasien meninggal karena penyakit tifoid. Tidak ada anggota keluarga yang
memiliki gejala penyakit yang serupa dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik Umum
STATUS GENERALIS
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan Darah : 190/110mmHg
• Nadi : 71x /menit (teratur, kuat, penuh)
• Suhu : Afebris
• Frekuensi Nafas : 18x /menit (simetris kanan dan kiri)
• Bentuk Badan : Normal
Pemeriksaan Status Oftalmologikus
Pemeriksaan OD OS
Visus 5/30
S-2.00;C-1.00X180 =>
5/12.5 PH(-)
1/300
Koreksi S+3.00 S+3.00
TIO 10/7.5 (10.9 mmHg) 10/7.5 (10.9 mmHg)
Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Gerakan Bola Mata
Palpebra Superior Edema (-), benjolan (-),
Hiperemis (-),nyeri tekan (-)
Edema (-), benjolan (-),
Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Palpebra Inferior Edema (-), benjolan (-),
Hiperemis (-),nyeri tekan (-)
Edema (-), benjolan (-),
Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Konjungtiva Tarsal
Superior
Hiperemis (-), papil (-),
edema (-)
Hiperemis (-), papil (-),
edema (-)
Konjungtiva Tarsal
Inferior
Hiperemis (-), papil (-),
edema (-)
Hiperemis (-), papil (-),
edema (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Kornea Jernih, ulkus (-), infiltrat (-),
sikatriks (-)
Jernih, ulkus (-), infiltrat (-),
sikatriks (-)
Bilik Mata Depan Dalam, jernih Dalam, jernih
Iris Bulat, batas tegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Bulat, batas tegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Pupil Bulat, berada di sentral Bulat, berada di sentral
Lensa Shadow Test (+) Shadow Test (-)
Proyeksi Sinar + +
Persepsi Cahaya + +
Dokumentasi
OS
OD
Resume
Pasien laki-laki berusia 77 tahun datang dengan keluhan mata kiri yang buram.
Sejak 1 bulan lalu dirasakan penglihatannya menurun secara progresif dan dirasakan
sekarang hampir tidak dapat melihat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
yang tinggi, yakni 190/110.
Pada pemeriksaan refraksi :
Visus OD : 5/30 S-2.00;C-1.00X180 => 5/12.5 PH (-)
Visus OS : 1/300
Koreksi ODS : Add (S+3.00)
Pada pemeriksaan status oftalmologikus :
TIO ODS : 10/7.5 (10.9 mmHg)
Lensa OD : Shadow test (+)
Lensa OS : Shadow test (-)
Diagnosis Kerja
OD : Katarak Senil Imatur
OS : Katarak Senil Matur
Penatalaksanaan
Operasi Fekoemulsifikasi + IOL OS
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : ad bonam
Bab II
ANATOMI MATA
Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu
yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
Sklera
Sklera adalah lapisan terluar dari bola mata. Sklera adalah bagian putih (dan buram) dari
bola mata. Otot bertanggung jawab untuk memindahkan bola mata yang melekat pada
bola mata pada sklera.
Kornea
Pada bagian depan bola mata, sklera berlanjut ke kornea. Kornea adalah bagian
transparan berbentuk kubah pada bola mata. Sinar cahaya dari dunia luar pertama
melewati kornea sebelum mencapai lensa. Bersama dengan lensa, kornea bertanggung
jawab menfokuskan cahaya pada retina.
Koroid
Koroid adalah lapisan tengah bola mata yang terletak antara sklera dan retina. Ini
memberikan nutrisi dan oksigen ke permukaan luar retina.
Ruang anterior
Ruang antara kornea dan lensa dikenal sebagai ruang anterior. Itu diisi dengan cairan
yang disebut akueous humor. Ruang anterior juga dikenal sebagai rongga anterior.
Akueous humor
Akueous humor adalah suatu cairan transparan yang beredar di ruang anterior. Ini
menyediakan oksigen dan nutrisi ke bagian dalam mata dan memberi tekanan cairan yang
membantu mempertahankan bentuk mata. Pada aqueous humor diproduksi oleh badan
siliaris.
Ruang posterior
Ruang posterior adalah area yang lebih besar daripada ruang anterior. Hal ini terletak
berlawanan dengan ruang anterior di belakang lensa. Ruang posterior diisi dengan cairan
yang disebut vitreous humor. Ruang posterior juga disebut sebagai badan Vitreous seperti
yang ditunjukkan dalam diagram di atas – anatomi mata.
Vitreous humor
Vitreous Humor adalah cairan seperti jeli transparan yang mengisi ruang posterior.
Tekanan cairannya yang membuat lapisan retina ditekan bersama-sama untuk
mempertahankan bentuk mata dan untuk menjaga fokus yang tajam pada gambar retina.
Iris
Koroid berlanjut di depan bola mata untuk membentuk Iris. Iris adalah struktur datar,
tipis, berbentuk cincin menempel ke ruang anterior. Ini adalah bagian yang
mengidentifikasi warna mata seseorang. Iris berisi otot melingkar yang mengelilingi
pupil dan otot radial yang memancar ke arah pupil. Ketika kontraksi otot melingkar
mereka membuat pupil lebih kecil, ketika kontraksi otot radial, mereka yang membuat
pupil lebih luas.
Otot siliaris
Otot-otot siliaris terletak di dalam korpus siliaris. Ini adalah otot-otot yang terus-menerus
mengubah bentuk lensa untuk penglihatan dekat dan jauh. Lihat diagram anatomi mata
atas.
Korpus siliaris
Koroid berlanjut di depan bola mata untuk membentuk badan siliaris. Ini menghasilkan
aqueous humor. Korpus siliaris juga berisi otot-otot siliaris berkontraksi atau rileks untuk
mengubah bentuk lensa.
Zonules
Ini zonule juga dikenal sebagai ligamen suspensorium adalah sebuah cincin dari serat
yang kecil yang memegang lensa tersuspensi di tempat. Ini menghubungkan lensa ke
badan siliaris dan memungkinkan lensa untuk berubah bentuk.
Lensa
Lensa adalah piringan transparan cembung ganda yang terbuat dari protein yang disebut
crystalline. Hal ini terletak tepat di belakang iris dan memfokuskan cahaya ke retina.
Pada manusia, lensa berubah bentuk untuk penglihatan dekat dan jauh.
Pupil
Pupil adalah lubang di tengah iris yang terletak di depan lensa. Setiap kali perlu
memasukkan lebih banyak cahaya ke bola mata, otot-otot akan kontraksi iris seperti
diafragma kamera untuk menambah atau mengurangi ukuran pupil.
Retina
Retina adalah lapisan terdalam lapisan bagian belakang bola mata. Ini adalah bagian peka
cahaya mata. Retina berisi fotoreseptor agar mendeteksi cahaya. Fotoreseptor ini dikenal
sebagai cone (sel berbentuk kerucut) dan rod (sel berbentuk batang). Cone
memungkinkan kita untuk mendeteksi warna sementara rod memungkinkan kita untuk
melihat dalam cahaya yang kurang. Retina terdiri dari sel-sel saraf agar mengirimkan
sinyal dari retina ke otak.
Fovea
Fovea adalah depresi kecil pada retina dekat disk optik. Fovea memiliki konsentrasi
tinggi cone. Ini adalah bagian dari retina di mana ketajaman visual yang terbesar.
Saraf optik
Ini saraf optik terletak di bagian belakang sampai bola mata. Ini berisi akson dari retina
sel ganglion (sel-sel saraf retina) dan mengirimkan impuls dari retina ke otak.
Disk optik
Impuls ditransmisikan ke otak dari bagian belakang ke bola mata pada disk optik juga
disebut bintik buta. Hal ini disebut titik buta karena tidak mengandung fotoreseptor, maka
setiap cahaya yang jatuh di atasnya tidak akan terdeteksi.
Otot mata
Otot-otot mata yang sangat kuat dan efisien, mereka bekerja sama untuk memindahkan
bola mata dalam berbagai arah. Otot-otot utama mata adalah rektus lateral, rektus medial,
rektus superior dan rektus inferior.
ANATOMI LENSA
Lensa Kristalina Normal
Lensa Kristalina adalah sebuah struktur yang transparan dan bikonveks yang
memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan memberikan
akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan janin
dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya
serta membuang sisa metabolismenya. Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari
korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat
yang kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar. Lensa terdiri dari
kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.
Kutub anterior dan posterior dihubungkan dengan sebuah garis imajiner yang
disebut aksis yang melewati mereka. Garis pada permukaan yang dari satu kutub ke
kutub lainnya disebut meridian. Ekuator lensa adalah garis lingkar terbesar. Lensa dapat
merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian
tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang
mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20
dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya,
sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya
sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90
mg. Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki
berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat
yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa
memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin
menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein
yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik
tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang transparan
terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula terdiri
dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif. Lapis terluar
dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan dalam melekatnya serat-serat
zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial, sedangkan
tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 m.
Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya
selama kehidupan.
Serat zonular
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini
memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat
zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak
sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula.
Epitel Lensa
Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa, lapisan ini merupakan lapisan
tunggal dari sel-sel epitelial. Sel-sel ini secara metabolik aktif dan melakukan semua
aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel ini juga
menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel-sel epitelial aktif
melakukan mitosis dengan aktifitas terbesar pada sintesis DNA pramitosis yang terjadi
pada cincin di sekitar anterior lensa yang disebut zona germinativum. Sel-sel yang baru
terbentuk ini bermigrasi menuju ekuator di mana sel-sel ini melakukan diferensiasi
menjadi serat-serat. Dengan sel-sel epitelial bermigrasi menuju bow region dari lensa,
maka proses differensiasi menjadi serat lensa dimulai.
Mungkin, bagian dari perubahan morfologis yang paling dramatis terjadi ketika
sel-sel epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. Perubahan ini terkait dengan
peningkatan massa protein selular pada membran untuk setiap individu sel-sel serat. Pada
waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria,
dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat
melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Bagaimana pun,
karena serat-serat sel lensa yang baru ini kehilangan fungsi metaboliknya yang
sebelumnya dilakukan oleh organel-organel ini, kini serat lensa tergantung dari energi
yang dihasilkan oleh proses glikolisis.
Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, sel-
sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan lapisan
tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah nukleus fetal dan
embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah
lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk
korteks dari lensa.
FISIOLOGI DAN FUNGSI LENSA
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung.
- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.
- Terletak di tempatnya.
Sebaliknya, keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan prebiopia.
- Keruh atau yang disebut katarak.
- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Keseimbangan Air dan Kation Lensa
Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur
keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga kejernihan
lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada komponen struktural dan
makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Telah
ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit bukanlah gambaran dari
katarak nuklear. Pada katarak kortikal, kadar air meningkat secara bermakna.
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks lensa
menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa. Sekitar 5% volume lensa adalah air yang
ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam
lensa dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium
dan kalium disekeliling aqueous humor dan vitrous humor cukup berbeda; natrium lebih
tinggi sekitar 150 mM di mana kalium sekitar 5 mM.
Epitelium Lensa; Tempat Transport Aktif
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino
yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari
lingkungan sekitarnya. Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah
hasil dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat
lensa. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan
menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan diatur
oleh enzim Na+, K+-ATPase.
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase
ouabain. Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan
kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa. Walaupun Na+, K+-ATPase terhambat
pada perkembangan katarak kortikal masih belum jelas, beberapa studi telah
menunjukkan penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang lainnya tidak
menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah memperkirakan bahwa
permeabilitas membran meningkat seiring dengan perkembangan katarak.
Teori Kebocoran Pompa
Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran seringkali
dihubungkan dengan sistem kebocoran pompa pada lensa. Menurut teori ini, kalium dan
molekul-molekul lainnya seperti asam-asam amino secara aktif ditransport ke anterior
lensa melalui epitelium. Kemudian berdifusi keluar dengan gradien konsentrasi melalui
belakang lensa dimana tidak ada sistem transport aktif. Kebalikannya, natrium mengalir
melalui belakang lensa dengan sebuah gradien konsentrasi yang kemudian secara aktif
diganti dengan kalium melalui epitelium. Sebagai pendukung teori ini, gradien
anteroposterior ditemukan untuk kedua ion: kalium terkonsentrasi pada anterior lensa,
dan natrium pada bagian posterior lensa. Kondisi seperti pendinginan yang
menginaktifasi pompa enzim tergantung energi juga mengganggu gradien ini.
Kebanyakan aktifitas dari Na+, K+-ATPase ditemukan dalam epitelium lensa.
Mekanisme transport aktif akan hilang jika kapsul dan epitel yang menempel dilepaskan
dari lensa, tetapi tidak terjadi jika hanya kapsul saja yang dilepaskan melalui degradasi
enzimatik dengan kolagenase. Temuan-temuan ini mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa epitel adalah tempat primer untuk transport aktif pada lensa. Natrium
dipompakan keluar menuju aqueous humor dari dalam lensa, dan kalium masuk dari
aqueous humor ke dalam lensa. Pada permukaan posterior lensa (lensa-vitreus),
perpindahan solut terjadi secara difusi pasif. Rancangan asimetris ini bermanifestasi
dalam gradien natrium dan kalium sepanjang lensa dengan konsentrasi kalium lebih
tinggi pada depan lensa dan lebih rendah di belakang lensa. Dan kebalikannya
konsentrasi natrium lebih tinggi di belakang lensa daripada di depan. Banyak dari difusi-
difusi ini terjadi pada lensa melalui sel ke sel dengan taut antar sel resistensi rendah.
Keseimbangan kalsium juga penting untuk lensa. Kadar normal intrasel dari
kalsium dalam lensa adalah sekitar 30 mM di mana kadar kalsium di luar mendekati 2 M
Besarnya gradien transmembran kalsium dipertahankan secara primer oleh pompa
kalsium (Ca2+-ATPase). Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap
kalsium. Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa.
Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi
tertekannya metabolisme glukosa, pembentukan agregat protein dengan berat molekul
tinggi dan aktivasi protease yang destruktif.
Transport membran dan permeabilitas juga termasuk perhitungan yang penting
pada nutrisi lensa. Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa
dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium.
Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara
langsung terhubung oleh sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme
meninggalkan lensa melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam
askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada lensa.
AKOMODASI
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Gangguan pada lensa adalah kekeruhan (katarak perkembangan/pertumbuhan
misalnya congenital atau juvenile, degenerative misalnya katarak senile, komplikata,
trauma), distorsi, dislokasi, dan anomaly geometric. Pasien yang mengalami gangguan-
gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa nyeri. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui
slitlamp, oftalmologi, senter tangan atau kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.
KATARAK
Definisi
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus
penglihatan perlahan dan terdapat kekeruhan pada lensa mata yang dapat dilihat di pupil.
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat
keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya.
Penuaan/aging merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor
lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor
keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.
Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi katarak adalah 1,5% dari jumlah penduduk keseluruhan
dan setiap 3,5 menit ada satu orang menjadi buta. WHO juga mengungkapkan bahwa kini
penderita buta katarak bertambah 0,1 persen dari jumlah penduduk.
Manifestasi Klinis
Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan gangguan
fungsional pengelihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain
kekeruhan pada lensa.
- Penurunan tajam pengelihatan
Penurunan tajam pengelihatan merupakan keluhan paling umum pada pasien dengan
katarak. Keluhan berupa pengelihatan berasap dan tajam pengelihatan yang menurun
secara progresif. Visus mundur yang derajatnya tergantung pada lokalisasi dan tebal
tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran visus sedikit atau
sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak akan mengalami
keluhan pengelihatan.
- Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitivitas kontras pada cahaya terang atau silau
pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan seperti ini
muncul utamanya pada pasien dengan katarak subkapsular posterior dan pada pasien
dengan katarak kortikal.
- Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dioptik lensa menyebabkan
terjadinya miopia derajat ringan hingga sedang. Akibatnya, ada pasien presbiopik
melaporkan peningkatan pengelihatan jarak dekat dan tidak membutuhkan kaca mata
baca saat mereka mengalami hal yang disebut second sight. Namun, munculnya
sementara dan saat kualitas optis lensa mengalami gangguan maka second sight
tersebut akan hilang. Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal
dan subkapsular posterior.
- Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga benda-
benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.
Klasifikasi
Berdasarkan cara didapat, katarak dibagi menjadi :
Kongenital, acquired
Berdasarkan umur, katarak dibagi menjadi :
Kongenital, developmental (juvenil, presenil, senilis)
Berdasarkan morfologi, katarak diklasifikasikan menjadi :
Subkapsular, nuklear, kortikal, polar
Berdasarkan kematangan, katarak dibagi menjadi :
Insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur, morgagni
Berdasarkan bentuk, katarak dibagi menjadi :
Lamelar atau zonular, sutura dan aksial
Berdasarkan grading, katarak dibagi menjadi :
1,2,3,4,5
Katarak berdasarkan cara didapat :
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak Acquired
Berbeda dengan katarak kongenital dimana kekeruhan lensa terjadi karena terganggunya
pembentukan lensa, kekeruhan lensa pada acquired cataract terjadi akibat degenerasi
lensa yang sudah terbentuk sebelumnya. Mekanisme pasti mengapa terjadi degenerasi
tersebut masih belum jelas. Namun, faktor-faktor seperti fisikia, kimia, dan biologis yang
mengganggu keseimbangan air dan elektrolit diduga berujung kepada kekeruhan lensa.
1. Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering dijumpai. Katarak ini
biasanya bilateral, namun onset nya berbeda antara mata satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan letaknya, katarak senilis dapat terjadi di kortikal,nukleus, dan subkapsular.
Faktor-faktor yang berperan dalam katarak senilis antara lain faktor keturunan, radiasi
UV, diet, riwayat dehidrasi, dan merokok. Sedangkan faktor-faktor yang dapat membuat
onset menjadi lebih cepat adalah faktor keturunan, DM, dan dermatitis atopik.
Mekanisme kekeruhan :
1. Katarak senilis kortikal. Peningkatan usia/aging dapat menyebabkan penurunan
protein, asam amino, kalium yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi
lensa, menyebabkan koagulasi protein yang ada di korteks.
2. Katarak senilis nuklear. Proses degeneratif yang terjadi adalah sklerosis nuklear yang
berkaitan dengan dehidrasi dan penebalan nukleus. Dapat terjadi peningkatan protein
tidak terlarut air.
2. Katarak Metabolik
Katarak bilateral dapat terjadi karena berbagai gangguan sistemik diabetes mellitus,
hipokalsemia, dan ada juga katarak lain yang berhubungan dengan kelainan metabolik.
3. Katarak Komplikata
Katarak komplikata terbentuk akibat penyakit mata lainnya. Penyebab paling sering
adalah uveitis anterior kronik. Penyakit ini akan menyebabkan inflamasi di intraokuler,
sehingga terjadi katabolisme pada batas darah-aqueous atau darah-vitreous. Penyakit lain
yang dapat memicu katarak adalah miopia tinggi. Pada kekeruhan miopia patologis, dapat
terjadi kekeruhan lensa subkapsular anterior dan sklerosis nukleus.
4. Katarak Trauma
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau
trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab
yang sering. Penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio pajanan
panas berlebih dan radiasi pengion.
5. Katarak Terinduksi-Obat
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu yang lama, baik secara sitemik ataupun
dalam bentuk obat tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang
diduga menyebabkan katarak, antara lain : phenothiazine, amiodarone, dan obat tetes
miotik kuat, seperti phospoline iodide.
Katarak berdasarkan umur :
Kongenital = < 2 tahun
Developmental :
- juvenile = 2 – 40 tahun
- presenile = 40 – 50 tahun
- senile = > 50 tahun
Katarak menurut morfologi :
Nuclear
a. Katarak pulverulenta sentralis (katarak nuklear embriogenik). Katarak jenis ini
bersifat genetik dan terjadi akibat hambatan perkembangan lensa pada stadium awal, oleh
karena itu melibatkan nukleus embriogenik. Kondisi ini terjadi bilateral dan ditandai
dengan kekeruhan berebentuk lingkaran kecil di tengah lensa. Gambaran kekeruhan
tersebut seperti bedak, sehingga disebut pulverulenta dan biasanya tidak berefek pada
penglihatan.
b. Katarak nuklear total; kekeruhan biasanya terjadi di nukleus embriogenik dan fetal,
kadang-kadang di nukleus infantil. Katarak jenis ini mempunyai ciri kekeruhan dengan
densitas seperti kapur (chalky) di bagian sentral yang sangat mengganggu penglihatan.
Kekeruhan biasanya bilateral dan non-progresif.
Cortical
Katarak ini dimulai dengan terbentuknya noda pada lapisan luar mata. Proses ini berjalan
dengan lambat. Kemudian noda ini dapat menjalar ke bagian tengah lensa dan
mengganggu aliran cahaya ke pusat lensa. Orang dengan katarak jenis ini akan
mengalami silau ketika melihat cahaya.
Subkapsular
Katarak jenis ini dimulai dengan terbentuknya area buram dibawah lensa. Katarak ini
biasanya terbentuk di belakang lensa yang merupakan jalan cahaya ke retina mata.
Katarak ini sering mempengaruhi kemampuan baca, mengurangi kemampuan melihat
dalam cahaya terang dan menyebabkan silau atau lingkaran cahaya ketika melihat sinar di
malam hari.
Polara. Katarak polar anterior; melibatkan bagian sentral dari kapsul anterior dan diantara
korteks superfisial. Hal ini dapat terjadi melalui:
- Terlambatnya perkembangan bilik mata depan. Pada kasus ini, kekeruhan biasanya
bilateral, statis, dan secara visual tidak signifikan.
- Perforasi kornea. Katarak juga dapat didapat pada usia infantil dengan adanya kontak
antara kapsul lensa dengan bagian belakang kornea, biasanya setelah perforasi kornea
yang disebabkan oleh oftalmia neonatorum atau sebab lain.
b. Katarak polar posterior; dikaitkan dengan: sisa arteri hialoidea persisten (Mittendorf
dot), lentikonus posterior, Persisten Hyperplastic Primary Vitreus (PHPV).
Katarak berdasarkan stadium maturasi :
1. Katarak insipien
Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jaruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa karena lensa degeneratif menyerap
air. Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik
mata menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.
3. Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
4. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa
kembali normal dan terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal,
tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi
negatif.
5. Katarak hipermatur
Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga
ukuran lensa mengecil.
6. Katarak Morgagni
Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan , akan terjadi pengerutan dan korteks
telah mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul
lensa.
Katarak berdasarkan bentuknya :
Lamelar atau Zonular
Katarak lamelar atau zonular merupakan katarak kongenital paling banyak yang
menyebabkan gangguan visus, dan sekitar 49% dari semua kasus.
Katarak lamelar dapat disebabkan oleh kelainan genetik ataupun lingkungan. Kondisi
lingkungan yang dihubungkan dengan katarak lamelar adalah defisiensi vitamin D.
Kadang-kadang infeksi maternal rubella yang diidap antara minggu ke-7 dan ke-8
kehamilan juga dapat menyebabkan katarak lamelar.
Kekeruhan pada katarak lamelar terjadi pada nukleus fetal di sekeliling nukleus
embriogenik. Kadang-kadang terlihat dua gambaran kekeruhan seperti cincin. Massa
lensa yang tidak mengalami kekeruhan jelas di internal dan eksteranal zona katarak,
kecuali kekeruhan kecil yang berbentuk liniar seperti jari-jari roda, yang dapat terlihat
hampir di ekuator. Katarak lamelar biasanya bilateral dan sering menyebabkan defek
penglihatan yang berat.
Sutural dan Aksial
Kekeruhan berupa punctate opacities yang tersebar di sekitar anterior dan posterior
sutura-Y. katarak ini biasanya statis, bilateral, dan tidak banyak berefek pada penglihatan.
Kekeruhan tiap individu bervariasi dalam ukuran dan bentuk serta mempunyai pola yang
berbeda, oleh karena itu dibagi menjadi:
a. Katarak floriform; kekeruhan lensa tersusun seperti daun bunga.
b. Katarak kolariform; kekeruhan lensa berbentuk seperti batu karang.
c. Katarak bentuk tombak (spear-shaped); kekeruhan lentikular dalam bentuk tumpukan
jarum kristalin yang tersebar.
d. Katarak embriogenik aksial anterior; kekeruhan berupa titik didekat sutura-Y anterior.
Katarak berdasarkan grading :
- Grade 1:
Nukleus lunak, biasanya visus masih baik > 6/12, dengan lensa yang tampak sedikit
keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan mudah
diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.
- Grade 2:
Nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 – 6/30, dengan nukleus yang
kekuningan. Refleks fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini paling
sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior
- Grade 3:
Nukleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 – 6/30, korteks telah mengalami
kekeruhan.
- Grade 4:
Nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 – 3/60, nukleus berwarna kuning
kecoklatan. Refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai.
- Grade 5:
Nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih jelek dengan nukleus berwarna
coklat atau hitam. Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent cataract atau
black cataract.
Pemeriksaan Katarak
1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity).
Visus pasien bergantung dari 6/9 sampai PL (perception of light) +. Visus ini merupakan
salah satu penanda fase perkembangan katarak.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination.
Menunjukkan warna lensa pada area pupil.
3. Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow.
Pemeriksaan ini mengindikasikan adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil
secara oblik, terbentuk bayangan bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa
sepenuhnya buram atau transparan, maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi.
Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada lensa katarak parsial akan terlihat
bayangan hitam pada area merah pada daerah katarak. Pada lensa katarak yang komplit
tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai status ada tidaknya
kelainan di makula, papil nervus optikus dan retina, yang bertujuan untuk menilai
prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan
refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata selain
lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung, refleks
cahaya tidak langsung).
5. Slit-lamp examination.
Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi. Pemeriksaan ini menunjukkan
morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran, ketebalan, dan kekerasan nukleus).
6. Lens Opacity Classification System II
Penatalaksanaan
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kacamata untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa pengelihatannya
lebih baik hanya dengan mengganti kacamatanya, menggunakan kacamata bifokus yang
lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya
tidak perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa
dan menggantinya dengan lensa buatan.
Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa
Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstraksi Intrakapsular
Jenis pebedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa
bersama kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140 sampai 160 derajat. Pembedahan
ini dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak sekunder.
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Ekstrakapsular
Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak
beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering
dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraocular dapat dimasukkan
ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika
posteriornya utuh.
Phacoemulsification atau Fekoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus
dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah
penyembuhan luka pasca operasi.
Penanaman lensa baru
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasa akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan
lempengan plastic yang disebut lensa intraocular (IOL), biasanya lensa intraocular
dimasukan kedalam kapsul lensa di dalam mata.
Indikasi Pembedahan Pada Mata Katarak
1. Indikasi optik
Pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari ,
dapat dilakukan operasi katarak. Biasanya visus sudah kurang dari 3/60 (buta).
2. Indikasi medis
Kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak hipermatur, lensa yang
menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi
lensa, benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi
segmen posterior lainnya, atau yang mengancam terjadinya komplikasi
3. Indikasi sosial
Kondisi katarak yang sudah mengganggu aktifitas sosial atau pekerjaan
tergantung kebutuhan, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak.
4. Indikasi kosmetik
Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena kelainan retina atau saraf
optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak tidak dapat diterima pasien,
operasi dapat dilakukan meskipun tidak dapat mengembalikan penglihatan.
Pembahasan
Pasien laki-laki berusia 77 tahun datang dengan keluhan kedua mata buram. Sejak
1 bulan lalu dirasakan penglihatan pada mata kirinya menurun secara progresif dan
dirasakan sekarang hampir tidak dapat melihat.
Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus OS 1/300. Sedangkan pada OD
5/12.5 ph (-). Pada pemeriksaan shadow test OS (-), sedangkan pada OD (+). Pada
penampakan visual secara langsung terlihat warna pupil yang sudah sangat putih pada
OS, sehingga dapat didiagnosa OS sebagai katarak matur. Sedangkan pada OD
terdiagnosa sebagai katarak imatur.
Katarak hipermatur dapat disingkirkan dan menjadi diagnosa banding karena
masih terlihat bayang lensa pada pupil dan tidak terlihat tanda-tanda katarak morgagni
yang dapat terjadi akibat katarak hipermatur.
Tatalaksana yang direncanakan pada pasien H adalah ECCE-fakoemulsifikasi
pada OS kiri yang sudah sangat matur dengan indikasi optik untuk menyelamatkan visus
dan cito agar tidak terlanjur menjadi katarak hipermatur.
Daftar Pustaka
1. Riordan- Eva P, Cunningham Jr. ET. Vaughan & asbury’s general opthalmology.
Ed ke-18. New York: McGraw-Hill.2011.
2. Sidarta I. Ilmu penyakit mata. Ed ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007.
3. Sidarta I. Dasar- teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Ed ke-4. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.2012.
4. Wirawan IS, Hastuti NF, Anindita I. IPD’s compendium of Indonesian Medicine.
Ed ke-1. Jakarta: Medinfocomm Indonesia. 2009.
5. Lusby FW. Eye and Orbit Ultrasound. 2014. [terhubung berkala].
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003797.htm. [1 Februari 2015].
6. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. 2011. [terhubung
berkala].http://www.m.webmd.com/eye-health/extracapsular-surgery-for
cataracts. [1 Februari 2015].