18
MATERI PELATIHAN KECERDASAN EMOSIONAL

MATERI PELATIHAN Kecerdasan Emosional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rgrreg

Citation preview

PAGE

MATERI PELATIHAN

KECERDASAN EMOSIONAL

KECERDASAN EMOSIONAL

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Pengertian kecerdasan emosi (emotional intelligence) telah dikemukan oleh beberapa ahli. Goleman (1997) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan yang mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Menurut Patton (1998) kecerdasan emosional berarti mengetahui emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan di temapt kerja. Cooper (1998) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Revven Bor-on (dalam Goleman, 1999) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai serangkaian kemamampuan pribadi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Menurut Solovey & Meyer (dalam Goleman,1999) kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan diri sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Steiner (1997) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan yang meliputi dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain dan mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk peningkatan maksimal etis, sebagai kekuatan pribadi.

Berbagai definisi yang telah ada menunjukkan belum adanya definisi yang pasti mengenai kecerdasan emosi, hal ini disebabkan oleh kehadirannya yang relatif baru dalam dunia psikologi. Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan dalam menggunakan atau mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain, menggunakan emosi secara efektif untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi dan tekanan, serta mengendalikan diri untuk mencapai hubungan yang produktif.Melihat dari beberapa definisi tersebut, agar seseorang dapat dikatakan memiliki Kecerdasan Emosi yang baik, orang itu harus memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut

- mampu memahami emosi-emosi

- mampu memasuki emosi-emosi

- mampu menarik emosi-emosi

- mampu menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya

Berikut adalah contoh seseorang mempunyai kecerdasan emosional yang baik dan kurang baik.

KEMAMPUANKECERDASAN EMOSI YANG BAIKKECERDASAN EMOSI YANG KURANG BAIK

Memahami Emosi

Memasuki Emosi

Menarik Emosi

Memakai Emosi untuk membantu pikiranPerhatikan

Apa yang sedang anda rasakan

Namakanlah

Apa yang anda rasakan

Tanyakan segera

MENGAPA anda merasa demikian

Pikirkan beberapa alternatif

Dan kemudian ambillah keputusan

Lakukanlah apa yang anda putuskan Memperhatikan

Objek/orang yang

mengubah emosi anda

Menyusun rencana

untuk membalas

Bertindak

Dalam bentuk tulisan, latihan mengelola emosi seolah-olah panjang, akan tetapi dalam prakteknya atau kejadian sesungguhnya terjadi kurang dari satu menit.2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosi

Goleman (1999) mengadaptasi lima hal yang tercakup dalam kecerdasan emosi dari model Solovey & Meyer, yaitu :

a.Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.b.Penguasaan Diri

Penguasaan diri adalah menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c.Motivasi Diri

Motivasi diri adalah menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu individu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d.Empati

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e.Keterampilan sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Menurut Steiner (1997) kecerdasan emosional mencakup lima kemampuan, yaitu :

a.Mengetahui perasaan diri sendiri

Mengetahui kekuatan perasaan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.a. Memiliki Empati

Mengenali perasaan orang lain, apa yang menyebabkan, dan seberapa kuat perasaan tersebut, merngidentifikasikannya dalam situasi-situasi dan motif-motif yang lain.

c.Belajar mengatur emosi-emosi sendiri

Mengontrol emosi dan tahu kapan waktu untuk mengekspresikannya dan kapan harus menahannya, dan mengetahui bagaimana efeknya terhadap orang lain. Belajar bagaimana menyatakan emosi-emosi positif, seperti harapan, cinta, dan kegembiraan, dan belajar melepaskan emosi-emosi negatif seperti marah, takut, bersalah dalam cara yang produktif dan tidak berbahaya.

d.Memperbaiki Kerusakan emosional

Belajar memaafkan dan membayar kesalahan serta dapat mengenali kesalahan yang dibuat dan membuat perbaikan.

e.Interaktifitas Emosional

Dapat bergabung dengan perasaan orang yang ada di sekitar,merasakan keadaan emosional mereka dan berinteraksi secara efektif.

Cooper & Sawaf (1998) menawarkan kecerdasan emosional sebagai titik awal model emapt penjuru dengan tujuan memindahkan kecerdasan emosional dari dunia analitis psikologis dan teori-teori filosofis ke dalam dunia yang nyata dan praktis. Model empat penjuru tersebut terdiri dari :

a.Kesadaran Emosi (Emotional Literacy)

Bertujuan untuk membangun tempat kedudukan bagi kepiawaian, rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi.b.Kebugaran Emosi (Emotional Fitness)

Bertujuan untuk mempertegas kesejatian, sifat dapat dipercaya, keuletan untuk mendengarkan, mengelola konflik, dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang paling konstruktif.

c.Kedalaman Emosi (Emotional Depth)

Bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi dan bakat, serta didukung oleh ketulusan, kesetiaan pada janji dan rasa tanggung jawab.

d.Alkimia Emosi (Emotional Alchemy)

Bertujuan untuk memperdalam naluri dan kemampuan kreatif yang mengalir bersama-sama masalah dan tekanan, bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka terhadap kemungkinan-kemungkinan dan solusi-solusi.

Penelitian ini mengacu pada lima spek yang dikemukan oleh Goleman (1999), yaitu : kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan kemampuan sosial.

3. Peran Kecerdasan Emosional

Patton (1998) mengemukakan manfaat kecerdasan emosional di tempat kerja, yaitu :

a. Seseorang dapat bekerja lebih baik dari pekerja lain.

b. Menjadi anggota kelompok yang lebih baik.

c. Merasa percaya diri dan diberdayakan untuk mencapai tujuan.

d. Menangani masalah dengan lebih efektif.

e. Memberikan pelayanan dengan lebih baik.

f. Berkomunikasi dengan lebih baik

g. Memimpin dan mengelola pekerja dengan falsafah hati dan kepala.

h. Menciptakan perusahaan yang memiliki integritas.

Peran kecerdasan emosional dalam kesuksesan kerja berdasarkan komponennya, yaitu :

a. Kesadaran diri

- Membuat keputusan yang tepat dalam berkarir

- Menetapkan tujuan atau target pribadi secara profesional

- Bersikap realistis dalam mencapai tujuan

- Menghargai orang lain

b. Penguasan diri

- Menanggapi konflik secara tepat

- Bersikap objektif dalam memecahkan masalah

- Pertimbangan mendalam dalam bertindak

c. Motivasi diri

- Tidak mudah putus asa

- Bersikap optimis

- Rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

- Kepuasan kerja

d. Empati

- Komunikasi efektif

- Team work yang solid

- Meminimalkan permasalahan yang terjadi

- Semangat kerja meningkat

e. Kemampuan Sosial

- Kepemimpinan yang efektif

- Lingkungan kerja yang saling mendukung

- Pelayanan sosial yang lebih baik

KESADARAN DIRI

1. Pengertian Kesadaran diri

Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan, dan mengetahui apa penyebab munculnya perasaan tersebut (Stein & Book, 2004). Kesadaran diri adalah fondasi tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita, dan untuk berubah. Dari penjelasan diatas sudah jelas bahwa kita tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal. Jika kita tidak menyadari perbuatan kita, alasan kita melakukannya, dan bahwa hal tersebut bisa merugikan orang lain, maka kita tidak akan dapat mengubah perilaku kita tersebut.

Menurut Goleman (2003) kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan apa yang diserap. Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan di tengah badai emosi.

Dalam kondisi terbaik, pengamatan diri memungkinkan adanya semacam kesadaran yang mantap terhadap perasaan penuh nafsu atau gejolak. Pada titik terendah, kesadaran diri memanifestasikan dirinya semata-mata sebagai sedikit langkah-mundur dari pengalaman, waspada terhadap apa yang terjadi, bukannya tenggelam atau hanyut di dalam emosi tersebut. Menurut Jhon Mayer (Goleman, 1999) kesadaran diri berarti waspada baik terhadap suasana hati, maupun pikiran kita sendiri tentang suasana hati. Kesadaran diri dapat menjadi pemerhati yang tidak reaktif, dan tidak menghakimi keadaan-keadaan batin. Akan tetapi kesadaran diri mempunyai pengaruh yang lebih besar akan perasaan yang bersifat menentang dan kuat. Ungkapan Saya Ingin Marah menawarkan derajat kebebasan yang lebih tinggi, bukan hanya sekedar pilihan untuk tidak bertindak, melainkan pilihan tambahan untuk mencoba melepaskan perasaan tersebut (Goleman, 1999).

2. Cara-cara Khas Individu dalam Menangani dan mengatasi emosi

Menurut Mayer (dalam Goleman, 1999), individu mempunyai cara-cara yang khas dalam menangani dan mengatasi emosi :

Sadar Diri

Peka akan suasana hati mereka ketika mengalami sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional mereka. Kejernihan pikiran mereka tentang emosi dapat menjadi landasan ciri-ciri kepribadian lain, yaitu mandiri dan yakin atas batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwa yang bagus, dan cenderung berpendapat positif akan kehidupan. Apabila susasana hatinya sedang tidak bagus, mereka tidak akan risau dan larut dalam suasana tersebut, mereka mampu melepaskan diri dari suasana yang tidak menyenangkan tersebut lebih cepat. Ketajaman pola pikir menjadi penolong untuk mengatur emosi.

Tenggelam dalam permasalahan

Orang yang tenggelam dalam permasalahan adalah orang-orang yang sering kali merasa dikuasai oleh emosi dan tidak berdaya untuk melepaskan diri dari emosi tersebut. Mereka tidak peka akan perasaannya, sehingga larut dalam perasaan-perasaan itu dan bukannya mencari perspektif baru, dan seringkali mereka merasa kalah dan secara emosional lepas kendali.

Pasrah

Meskipun seringkali orang-orang yang pasrah peka akan apa yang mereka rasakan, mereka juga cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya.

PENGATURAN DIRI DAN MOTIVASI

Pengaturan diri adalah menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman, 2003)

Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanyha berearti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, hal ini juga berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak menyenangkan.

Pandangan tentang kendali-diri emosi tidak berarti harus menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Suasana hati yang buruk bukannya tidak memberi manfaat: marah, takut, sedih, dapat menjadi sumber kreativitas, energi, persatuan. Kendali diri emosi tidak sama dengan kendali berlebihan, penyangkalan semua perasaan dan spontanitas. Bahkan kendali diri yang berlebihan dapat mendatang kerugian, baik fisik maupun mental. Sebaliknya pengaturan diri menyiratkan kita bahwa kita memiliki pilihan bagaimana kita mengungkapkan perasaan.

Motivasi diri adalah menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu individu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman, 2003).

Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan itu bisa saja berbentuk: antusiasme, harapan dan semangat. Semua yang kita lakukan setiap hari senantiasa dibayangi oleh adanya motivasi. Misalnya, seorang karyawan yang bekerja tentu saja memiliki motivasi bekerja, begitu pula seorang atlet memiliki motivasi bertanding, seorang pelajar dengan motivasi belajar, dan lain sebagainya. Motivasi ibarat api di dalam pikiran seseorang yang terkadang besar membara kadang juga redup, tergantung kondisi mentalnya. Jika seseorang ingin menggapai kesuksesan, motivasi adalah panas api yang harus dijaga jangan sampai padam, karena padamnya motivasi berarti kehilangan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh ini untuk menggapai tujuan. Memberikan motivasi adalah menyalakan kembali api motivasi di dalam diri seseorang supaya kembali bersemangat, memiliki keberanian dan pantang menyerah untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Kemampuan untuk memberikan motivasi adalah adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapa saja, seorang ibu rumah tangga, mahasiswa, manajer, dan tentu saja pemimpin. Manusia ibarat sebuah gunung es yang tertutup oleh samudra, yang terkadang perlu diingatkan bahwa yang kadang terlihat hanya kekurangan (potongan es di atas air), namun keunggulannya tidak kelihatan karena masih di bawah permukaan air. Salah satu cara memperlihatkan potongan es yang besar itu adalah memberikan motivasi kepada orang yang bersangkutan. EMPATI

Empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya, walaupun pandangannya sangat berbeda dengan pandangan kita. Bersikap empatik berarti mampu membaca orang lain dari sudut emosi (Stein & Book, 2004).

Menurut Goleman (2003) empati adalah merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

Orang terkadang menyalahartikan pengertian empati dengan sikap baik, yaitu mengutarakan pernyataan yang sopan dan menyenangkan orang lain seperti pada umumnya. Selain itu juga banyak orang yang tidak bisa membedakan antara empati dan simpati, dimana kedua hal tersebut sangat berbeda. Pada dasarnya simpati mengutamakan si pembicara, dengan mengutarakan secara lisan tanggapan dan perasaannya mengenai keadaan yang dialami orang lain. Empati pada dasarnya adalah mengakui bahwa pihak lain memiliki pendapat sendiri. Dengan ungkapan yang empatik, kita mengakui keberadaan pendapat itu tanpa menyampaikan pendapat mengenai kebenarannya.

Kemampuan mengindera perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Orang jarang mengungkapkan perasaan mereka lewat kata-kata, sebaliknya mereka memberi tahu orang lain melalui nada suara, ekspresi wajah, atau cara-cara non verbal lainnya. Kemampuan memahami cara-cara komunikasi yang samar ini dibangun atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri (self awareness) dan pengendalian diri (self control). Tanpa kemampuan mengindra perasaan kita sendiri , maka kita tidak akan mungkin peka terhadap perasaan orang lain. Salah satu wujud kurangnya empati adalah ketika individu berusaha untuk menyamaratakan orang lain dan bukan memandangnya sebagai suatu individu yang unik.

Pada tingkat yang paling rendah, empati mempersyaratkan kemampuan membaca emosi orang lain, pada tataran yang lebih tinggi, empati mengharuskan kita mengindra sekaligus menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat kata-kata. Di tingktan paling tinggi, empati adalah menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang tersirat di balik perasaan seseorang. Kunci untuk memahami seluk-beluk emosi orang lain adalah dengan memahami seluk-beluk emosi sendiri.

Memilih topik pembicaraan adalah topik yang lebih penting dalam komunikasi interpersonal.tiga macam topik umum yang dianggap aman untuk dibicarakan anatra lain adalah peristiwa terkini, pekerjaan, dan minat yang sama. Menjaga percakapan untuk terus mengalir akan lebih mudah apabila kita mengawalinya dengan sesuatu yang konkrit. Keterampilan komunikasi interpersonal penting lainnya adalah kemampuan mengubah topik pembicaraan secara halus dan santun. Tetapi juga perlu diingat bahwa apabila suatu topik sebaiknya kita tidak mengganti topik pembicaraan selama hal tersebut masih menarik minat keduanya. Orang yang suka mengganti topik pembicaraan seringkali dipandang sebagi orang yang bepandangan dangkal atau perhatiannya tidak tulus. Pada dasarnya saling memberi dan menerima adalah kunci untuk membina komunikasi yang berhasil.

KETERAMPILAN SOSIAL

Manusia adalah makhluk yang harus bermain dalam tim sejak zaman purba. Hubungan sosial yang rumit dan unik pada manusia ini telah memberikan keunggulan yang sangat penting untuk perjuangan mempertahankan hidup. Kerjasama memungkinkan manusia unggul, dan bersamaan dengan itu terbentuklah sistem sosial yang kompleks yang sekaligus menjadi tantanngan baru bagi kecerdasan manusia.

Keterampilan sosial adalah mampu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan orang lain dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan sosialnya untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, bekerja sama dan bekerja dalam tim (Goleman, 2003).

Kecerdasan emosional juga mencakup tanggung jawab sosial, perhatian pada kesejahteraan orang lain, kemampuan mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat luas, dan keinginan untuk membuat ruang dan waktu tempat tinggal kita menjadi semakin berarti. Kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Kepuasan bersama ini mencakup interaksi sosial yang bermakna yang berpotensi memberikan kepuasan serta ditandai dengan saling memberi dan menerima. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi yang positif ditandai dengan kepedulian terhdap sesama. Unsur kecerdasan emosional ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut, serta kemampuan memiliki harapan positif yang menyangkut interaksi sosial.

Dalam banyak bidang pekerjaan, hubungan yang baik dengan banyak orang sangat diperlukan dan diharapkan. Hubungan dan komunikasi yang baik sudah menjadi keharusan dalam lingkungan kerja, dan merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri. Sulit dibayangkan apabila seorang wiraniaga, politikus, ulama, pekerja sosial, ataupun guru mempunyai kemampuan antarpribadi yang buruk, kemampuan ini tidak hanya bermanfaat pada bidang profesi sosial saja, tetapi juga pada seluruh bidang pekerjaan. Untuk memulai dan memelihara komunikasi interpersonal yang baik dibutuhkan semua unsur kecerdasan emosional, dan kemampuan tersebut dapat dipelajari. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Samuael Tuner dan Deborah Beidel yang mengembangkan program Social Effectiveness Training. Dengan memahami bagaimana sebagian orang dapat berperan sangat baik dalam suatu masyarakat, dan dengan meneliti orang yang mengalami masalah sosial, keduanya berhasil mengungkap beberapa kemampuan penting yang apabila dilatih akan memberikan hasil yang sangat memuaskan (Steven & Howard, 2000).

Pada dasarnya, program Turner-Beidel dibagi menjadi tiga bagian (Steven & Howard, 2000). Bagian pertama, menyangkut sikap menyadari lingkungan sosial kita, bagian ini mengajari kita tentang kapan, di mana, dan mengapa kita memulai dan mengakhiri berbagai macam antaraksi. Bagian kedua, yaitu peningkatan keterampilan antarpribadi, menyangkut aspek verbal maupun non verbal antaraksi ini, cara menjadi pendengan yang baik, cara mengalihkan topik pembicaraan, dan lain sebagainya. Bagian ketiga, menyangkut keterampilan berbicara di depan umum. Apabila kita merasa nyaman berbicara di depan sekelompok orang, kita berpeluang jauh lebih besar untuk dapat mengembangkan jaringan pergaulan yang bermanfaat dan mengembangkan hubungan antarpribadi yang tahan lama dan bermakna. Semua hal tersebut dapat dilatih sebagaimana kita dapat melatih semua unsur kecerdasan emosional lainnya, bahkan kemampuan ini berkaitan dengan empati sebagai salah satu bagian dari unsur kecerdasan emosional.PAGE