78
MAKALAH TINITUS DAN VERTIGO PADA ANAK Oleh : dr.ERIE TRIJONO,Sp.THT-KL DIPRESENTASIKAN PADA SIMPOSIUM TINITUS DAN VERTIGO UPDATE TANGGAL 17 NOPEMBER 2012 DI HOTEL PURI PERDANA KOTA BLITAR 1

Materi Tinitus Dan Vertigo Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

that

Citation preview

MAKALAH

TINITUS DAN VERTIGO

PADA ANAKOleh :

dr.ERIE TRIJONO,Sp.THT-KL

DIPRESENTASIKAN PADA SIMPOSIUM TINITUS DAN VERTIGO UPDATE

TANGGAL 17 NOPEMBER 2012 DI HOTEL PURI PERDANA KOTA BLITARBAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangTinitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari dalam kepala, biasanya terlokalisasi, dan jarang didengar oleh orang lain. Tinitus dapat digambarkan sebagai telinga yang berdering dan berbagai suara didalam kepala yang terdengar tanpa adanya sumber suara dari luar. Tinitus dapat didengar pada satu atau kedua telinga atau ditengah-tengah kepala ataupun bisa juga digambarkan tidak jelas lokasinya. Suara dapat terdengar lemah, sedang ataupun keras, dapat terdengar satu jenis atau pun lebih,dan serangan dapat terus menerus ataupun hilang timbul.Tinitus dapat menyerang siapa saja dan semua umur. Kurang lebih 24 juta orang mengalami tinitus, orang-orang tersebut terutama menndengar deringan atau suara lain paling tidak satu kali atau lebih dalam suatu waktu dan dapat berulang pada lain waktu. Menurut Tungland rata-rata 5% populasi dewasa di Inggris pernah mengalami tinitus. Sedangkan di AS, tinitus dilaporkan oleh Richard menyerang 10% populasi umumnya usia 40-70 tahun.Tinitus dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tinitus subjektif dan tinitus objektif. Tinitus subjektif biasanya terjadi pada gangguan pendengaran sensorineural, intoksikasi obat, sedangkan pada tinitus objektif biasanya terjadi pada gangguan vaskuler, gangguan mekanis seperti terbukanya tuba eustachius, kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulusstapedius serta otot-otot palatum.Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga karena tuli konduksi. Tinitus merupakan kelainan pada telinga dengan banyak penyebab. Pada banyak kasus terutama terjadi tinitus subjektif, tetapi terkadang keluhan ini dapat didengar oleh pemeriksa. Gangguan telinga, terutama gangguan pendengaran merupakan penyebab utama terjadinya tinitus subjektif. Gangguan telinga bilateral dengan tinitus harus dicurigai adanya neuroma akustik.Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergeraknaik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. Vertigo bisa di sebabkan faktorfisiologis, misalnya berputar yang berlebihan, para astronot ketika berada di luar angkasa ketika melakukan gerakan sehingga kepalanya ada di dasar lantai pesawat padahal bila dilakukan di bumi dia tidak merasakan sensasi ini. Terjadinya vertigo ini bukan oleh suatu kelainan, tetapi justru oleh tidak adanya gaya gravitasi.

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.Pada anak, tinitus dan vertigo dapat terjadi dikarenakan suatu masalah penyakit tertentu. Pada makalah makalah ini kita akan membahas tentang penyakit apa saja pada anak yang berhubungan dengan tinitus dan vertigo.1.2 Rumusan MasalahPenyakit pada anak apa saja yang berhubungan dengan tinitus dan vertigo? 1.3 Tujuan

Untuk mengetahui jenis penyakit pada anak yang berhubungan dengan tinitus dan vertigo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kata tinitus berasal dari kata latin tinnire yang berarti berdering atau deringan, tinitus berarti persepsi pendengaran yang tidak diinginkan akibat masalah didalam kepala, umumnya terlokalisasi, dan jarang didengar orang lain. Tinitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari dalam kepala. Menurut Tungland tinitus adalah persepsi suara ketika tidak ada sumber suara. Suara yang terdengar oleh penderita tinitus digambarkan bervariasi dari suara berdering, berdengung, berbisik, melengking dan lain-lain.

Tinitus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan sebuah gejala yang berhubungan dengan lintasan pendengaran penderita. Hampir semua orang pernah mengalami tinitus. Tinitus dapat sangat mengganggu, namun di banyak kasus bukanlah masalah serius. Namun beberapa kasus memang memerlukan penanganan medis bahkan dengan tindakan operasi.

2.2 Klasifikasi Tinitus

Klasifikasi tinitus dapat dibagi berdasarkan tekanan menjadi tinitus jenis bergetar dan jenis yang tidak bergetar. Sedangkan berdasarkan jenis suaranya dibedakan menjadi tinitus subjektif dan tinitus objektif. Klasifikasi yang sering digunakan adalah pembagian klasifikasi yang kedua.

A. Tinitus Subjektif

Penyebab utama terjadinya tinitus ini adalah penyakit telinga. Yang paling banyak adalah penyebab terjadinya gangguan pendengaran, baik yang konduktif maupun yang sensorineural.Gangguan konduktif dapat disebabkan oleh sumbatan oleh serumen, otitis eksterna, perforasi membrane timpani, ataupun anomaly cincin tulang ossikular atau otosklerosis. Sedangkan ganguan sensorineural terjadi karena abnormalitas inner ear atau lesi nervus yang mempersarafi telinga terutama N.VIII. Etiologi utama terjadinya gangguan ini adalah noise induced hearing loss (NIHL), dan presbyakusis.B. Tinitus Objektif

Tinitus jenis ini jarang dijumpai, biasanya disebabkan oleh gangguan vaskuler, penyakit neurologik, ataupun disfungsi tuba eustachius. Gangguan vaskuler akan menunjukkan keluhan tinitus pulsatil, dimana bising arteri ditransmisikan ke arteri yang berdekatan dengan tulang temporal.

2.3 Etiologi

1. Reaksi Alergia. Obat Obat-obat terutama yang bersifat ototoksik, dimana obat tersebut akan mempengaruhi sel-sel rambut, N.VIII, atau hantaran saraf pusat. Salah satu contohnya berupa jenis antibiotikaminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik. Obat-obatan tersebut adalah neomisin, kanamisin, amikasin dan dihidro-streptomisin yang berpengaruh pada komponen akustik. Gangguan akustik ini tidak selalu terjadi pada kedua telinga sekaligus. Pada mulanya kepekaan terhadap gelombang frekuensi tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus bernada tinggi dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian aminoglikosid dihentikan. Penggunaan obat-obat ototoksik harus dengan pengawasan ketat, terutama pada penderita dengan faktor resiko, yaitu penderita anak kecil, gangguan hepar dan ginjal, hamil, riwayat gangguan pendengaran atau NIHL (Noise Induced Hearing Loss). Tabel 1. Obat dan Zat yang Bisa Penyebab Tinitus (Crummer, at.al., 2004)Analgesik

Aspirin

Nonsteroidal anti-inflammatory drugs

Antibiotik

Aminoglikosida

Kloramfenikol (Chloromycetin)

Eritromisin

Tetracycline

Vankomisin (Vancocin)

Kemoterapi

Bleomycin (Blenoxane)

Cisplatin (Platinol)

Mechlorethamine (Mustargen)

Methotrexate (Rheumatrex)

Vincristine (Oncovin)

Loop Diuretik

Bumetanide (Bumex)

Ethacrynic acid (Edecrin)

Furosemide (Lasix)

Lainnya

Klorokuin (Aralen)

Logam berat : merkuri

Heterosiklik antidepresan

Kina

b. Makanan dan Minuman

Makanan seperti keju, daging, sayuran, ikan, serta minuman seperti alkohol, anggur, koffein, dan lain-lain dapat menyebabkan tinitus atau memperberat terjadinya tinitus. Tetapi tidak semua orang yang mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut terjadi tinitus, kemungkinan ini dapat terjadi akibat reaksi orang tersebut terhadap makanan dan minuman, hal ini seperti halnya personal idiosyncratic reaction. Sayangnya tidak terdapat pemeriksaan atau tes yang khusus untuk memeriksa reaksi ini. Satu-satunya cara adalah untuk menentukan adalah dengan memisahkan jenis makanan tersebut dari diet dan melakukan challage test.c. Tembakau, Mariyuana dan Recreational Drug

Tidak terdapat data yang pasti mengenai tembakau, mariyuana, ekstasi, kokain, dan obat rekreasional lainnya dapat menyebabkan atau memperberat tinnitus. Tetapi Tinitus FAQ menyatakan bahwa mariyuana dapat memperberat tinitus.

2. Penyakit

a. Lime Disease

b. Infeksi telinga berat c. Hiperkolesterolemia d. Abnormalitas vaskuler e. Hipertensi intracranial f. Menieres sindrom g. Temporomandibular sindrom h. Stress i. Diet dan lifestyle

3. Trauma dan terapi pembedahan

a. Trauma kepala akibat kecelakaan

b. Operasi gigi dan Mercury amalgam thooth filling

c. Chocklear implant atau operasi tulang kepala lain

d. Arnold Chiari Malformation (AMC)

4. Paparan bising berlebihan.

Tabel 2. Penyebab Tinitus (Crummer, at.al., 2004)Tinitus Subyektif

1. Otologic : gangguan pendengaran, penyakit Meniere, neuroma akustik, zat atau obat ototoxic

2. Neurologis : multiple sclerosis, cedera kepala3. Metabolik : gangguan tiroid, hiperlipidemia, defisiensi vitamin B12

4. Psikogenik : fibromyalgia, depresi, anxiety

Tinitus Obyektif

1. Vaskular : arterial bruit, venous hum, malformasi arteri, tumor vaskuler2. Neurologis : Palatomyclonus, idiopathic stapedial muscle spasm, Patulous Eustachian tube

2.4 Diagnosis

Diagnosis tinitus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Melalui anamnesis ditanyakan waktu permulaan munculnya gejala, lokasi bunyi apakah uni atau bilateral, durasi, jenis bunyi, keluhan yang menyertai, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat penyakit yang lain yang mungkin dapat berhubungan.2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tinitus dapat dilakukan dengan tes-tes antara lain:1.) Baer Test / uji Baer Uji ini dilakukan untuk mencatat respon gelombang elektroda di tulang kepala pada 0-10 msec (potensial awal), 10-50 msec (potensial tengah), dan 50-500 msec (potensial akhir). Uji pada akhirnya dapat untuk menentukan adanya gangguan pendengaran sensorineural dan penyebabnya, apakah akibat kelainan koklea, N.VIII, atau lesi di susunan saraf pusat.2.) Bedside Test.Bedside test digunakan untuk analisis awal suatu gangguan pada telinga, yang terdiri dari 4 jenis tes, antara lain:

a. Tes menggunakan suara dari pemeriksa sendiri dengan menggunakan intensitas yang berbeda-beda (misalnya berbisik, berbicara biasa, berbicara keras dan berteriak). b. Tes Sschwabach : dengan membandingkan hantaran suara dari penala di tulang mastoideus dan dibandingkan antara penderita dan pemeriksa.c. Tes Rinne : saraf konduksi dibandingkan antara hantaran udara dan hantaran tulang mastoideus. Tes ini digunakan untuk membandingkan antara hantaran melalui udara dan melalui tulang. Normalnya hantaran udara dua kali lebih lama daripada hantaran tulang d. Tes Weber : penala diletakkan di garis tengah kepala ( dahi, vertex, pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau di dagu ). Tes ini digunakan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga kanan.

3.) AudiometriSemua pasien dengan tinitus dianjurkan untuk diperiksa dengan audiometric karena keluhan yang subjektif biasanya berhubungan dengan alat-alat pendengaran.Gambar 1 : Algoritma yang diusulkan untuk pendekatan diagnostik untuk tinitus. (CT = computed tomography; MRA = magnetic resonance angiography; MRI = magnetic resonance imaging)2.5 Tinnitus Pada Anak

a. Idiopatik

b. Paparan Kebisingan

Biasanya oleh paparan suara keras

c. OtomikosisMerupakan infeksi subakut atau kronis dari liang telinga luar oleh jamur. Jamur penyebabnya dapat dibagi 2 jenis, yaitu (1) Saprofit, misalnya : aspergilosis, penisilinosis, mukormikosis dan (2) Patogen, misalnya : (a) dangkal (superficial), seperti : moniliasis, mikrosporosis, trikofitosis, epidermofitosis; (b) dalam, seperti : aktinomikosis, blastomikosis.

Faktor predisposisi ialah udara panas dan lembab, terdapat terutama di daerah tropis.

Patogenesis setelah jamur mengadakan implantasi pada stratum korneum liang telinga luar selama beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian terjadi masa proliferasi sehingga jamur tumbuh sampai permukaan epidermis dan mulai timbul peradangan. Keropeng jamur membentuk masa yang basah dan mengisi seluruh liang telinga. Gejala timbul setelah jamur tumbuh dan terjadi pengelupasan. Penderita merasa telinganya gatal, kadang-kadang disertai nyeri. Telinga terasa penuh dan pendengaran berkurang, serta terdapat tinitus.Keropeng ini terdiri dari sel epitel yang rusak, miselium, spora dan sel neutrofil. Bila keropeng ini dibersihkan tampak permukaan yang kasar, bergranulasi dengan luka-luka yang kecil. Pembersihan kropeng-kropeng yang tidak steril dapat menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi ini dapat menutupi infeksi primernya dan dapat terjadi selulitis dan adenopati. Selulitis ini dapat menjalar ke jaringan ikat dan perikondrium daun telinga.

Gejala berupa rasa gatal, telinga terasa penuh, pendengaran kurang dan tinitus.

d. Tinitus berdenyutKarena adanya aliran darah abnormal pada ateri atau vena dekat dengan telinga dalam, tumor otak atau penyimpangan dalam struktur otak.e. Otitis Eksternaf. Degenerasi tulang di telinga tengah

g. Neuroma akustikTumor ini tumbuh pada saraf yang mengirimkan sinyal dari telinga ke otak. Gejalanya terjadi pada sebelah telinga saja.2.6 Terapi Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psiko-akustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus supaya dapat dihilangkan dengan cara mengobati penyebabnya tetapi kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.1. Terapi PenyamaranTerapi penyamaran merupakan pilihan praktis untuk menghilangkan gangguan tinitus, diantaranya dengan cara menyamarkan suara menggunakan kipas angin dan atau radio / lagu-lagu setiap waktu / selama sadar / mau tidur.Yang termasuk terapi ini antara lain:

a. Biofeedback

Biasanya digunakan untuk mengurangi stress.b. Sound terapiMetode terapi ini diindikasikan untuk tinnitus, vertigo. Metode ini dipublikasikan pada tahun 2000 di St. James, Australia.

2. Terapi Farmakologi Kausatif

a. Alprazolam (Xanax)Merupakan tranquilizer golongan benzodiazepin, pada suatu penelitian double-blind dengan dosis 0,5 mg sebelum tidur, dapat mengurangi rata-rata tinitus dari 7,5 dB menjadi 2,3 dB.b. KlonopinObat sejenis xanax, tetapi tidak sekuat xanax, dan belum dilakukan penelitian untuk pengobatan tinitus.c. AntikonvulsanObat seperti carbamazepin (Tegretol), fenitoin (Dilantin), Primidon (Mysoline), asam Valproat (Depakene), dapat mengurangi tinnitus, tetapi tidak ada dosis standar untuk terapi tinitus. Beberapa obat ini dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya, antara lain sindrom Steven Johnson, diskrasia darah dan hipertrofi ginggiva sehingga dalam memberikan terapi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kimia darah dan pemeriksaan lainnya. Obat-obat ini belum dilakukan penelitian untuk mengurangi tinitus.d. VasodilatorSecara teoritis, dilatasi dapat mengalirkan darah lebih banyak ke daerah yang kekurangan, tetapi penelitian terakhir menyatakan bahwa pada banyak kasus, vasodilator menyebabkan kondisi lebih parah. Sehingga dapat disimpulkan tinitus dengan gangguan vaskuler akan bertambah parah jika diberikan vasodilator.

e. DiuretikDiuretik bisa digunakan pada Menieres sindrom, dilaporkan dengan pemberian Dyazyde tinitus dapat dikurangi. Tetapi perlu diingat bahwa beberapa diuretik merupakan obat ototoksik dan dapat memperburuk tinitus.

f. Betahistine hydrochloride (SERC)Obat ini diyakini dapat mengurangi tekanan di dalam telinga dan meningkatkan aliran darah menuju ke pembuluh darah kecil. Obat ini dapat mengurangi tinitus selama 6-12 jam dengan dosis 24-48 mg per hari.

g. LidokainInjeksi intravena lidokain diikuti dengan IV drip dapat mengurangi kesakitan akibat tinitus, dimana suatu penelitian pada 26 probandus, 23 orang merasakan efek obat setelah lebih dari 30 menit setelah penyuntikan obat. Penelitian yang dilakukan Lenarz menyatakan bahwa lidokain intra vena mengurangi lebih dari 50 % gejala tinitus, sedangkan lidokain oral dianjurkan bila sudah dilakukan tes sensitivitas terhadap lidokain.h. Tocainide HydrochlorideObat untuk antiaritmia ini diberikan per oral dan mempunyai efek seperti lidokain, tetapi obat ini mempunyai efek samping yang berat. Penelitian Lenarz menyimpulkan hanya pemberian oral tocainide hanya dapat mengurangi gejala sebanyak 35% dari seluruh probandus, tetapi dengan pemberian intra vena dapat mengurangi sampai dengan 55% pasien. Tetapi perlu diingatkan bahwa pamberian tocainide mempunyai efek samping yang berat, sehingga pemberiannya hanya diberkan pada pasien yang sangat menderita akibat tinnitus.i. HistaminEfek yang diambil dari histamine adalah sebagai vasodilator, pada suatu penelitian yang belum dipublikasikan, hampir 70% pasien dengan pengobatan histamin mendapatkan perbaikan sempurna ataupun setengah dari keluhan tinnitus.j. AntiHistaminSecara teori, antihistamin mempunyai efek sedative ringan yang dapat menghilangkan kecemasan, mengurangi sekresi mukus sehingga rongga telinga tetap kering, dan ini akan mengurangi tekanan koklear.Meclizine, adalah obat antihistamin yang digunakan untuk mual dan motion sickness serta anti vertigo yang disertai Menieres sindrom. Tetapi pada suatu laporan dari penderita tinitus tanpa gejala vertigo, meclizine dapat mengurangi tinitusnya.3. Terapi adjuvant

a. HyderginHydergin kemungkinan mempunyai efek yang dilaporkan sebagai berikut: meningkatkan suplai darah dan oksigen ke otak, memperbaiki metabolisme otak, melindungi otak dari radikal bebas, meningkatkan ingatan, menormalkan tekanan sistolik, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi kelelahan, mengurangi gejala pusing dan tinitus.b. Vinpocetine dan VincamineVincamine telah banyak digunakan untuk keadaan kekurangan aliran darah ke otak, termasuk vertigo dan Menieres sindrom, susah tidur, masalah pendengaran, hipertensi.c. Sodium FlourideKristal garam yang tidak berwarna, dapat membantu ketika tinitus disebabkan oleh otosklerosis koklear.d. NiasinMerupakan suatu kristal garam, komponen pembentuk vitamin B, diharapkan dapat memacu supply oksigen ke dalam telinga melalui vasodilatasi. Niasin lebih cepat bekerja pada saat perut kosong. Belum ada percobaan klinik yang membuktikan keefektifan niasin untuk mengatasi tinitus, dan niasin dalam dosis besar dapat merusak hepar.e. ZincKonsentrasi zinc di dalam koklea merupakan konsentrasi terbesar di dalam tubuh, sehingga pemberian zinc 90-150 mg per hari dapat bermanfaat. Tetapi zinc dosis tinggi lebih dari 150 mg dapat menyebabkan anemia dan keracunan.f. MagnesiumMagnesium dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya kehilangan pendengaran.

g. Ginkgo BilobaTahun 1990, Swart Davis menyatakan ginkgo biloba tidak mempunyai efek terapeutik terhadap tinitus, tetapi jurnal Lancet volume 340 tahun 1992 menyatakan dengan dosis 120-160 mg setelah makan dapat menurunkan symptom sebesar 30-70 %.Pada suatu penelitian yang dilakukan Hobbs pada tahun 1992, menyatakan bahwa : (1) tinitus dihilangkan seluruhnya sebesar 35 % dari seluruh pasien yang di uji. (2) pasien dengan usia tua sebanyak 350 orang dengan gangguan pendengaran yang di terapi ginkgo berhasil sebanyak 82 %. (3) sebanyak 137 pasien yang di ikuti, 67 % masih memiliki pendengaran yang baik setelah 5 tahun kemudian.Pada tahun 1994, Holger menyimpulkan bahwa ekstrak ginkgo biloba tidak mempunyai efek terhadap tinitus.4. Non Invasif LaserTerapi ini menggunakan laser yang tidak invasive pada procesus mastoideus dengan energi 90 J/cm2, dilanjutkan 45 J/cm2 dengan frekuensi 5 Hz 2 kali seminggu sebanyak 8 sampai 10 seri, hasilnya 36 % tinitus berkurang, dan 26 % tinitus menghilang sama sekali.5. Hearing Aid (Alat Bantu Dengar)Alat Bantu Dengar dapat diberikan untuk pasien dengan gangguan pendengaran disertai dengan tinitus yang berat. Karena dapat membantu menormalkan kecepatan suara, juga berguna untuk mencegah suara bising dari luar yang tidak diinginkan.6. Electrical StimulationPenempatan berbagai elektroda dengan berbagai volume frekuensi sudah terbukti dapat mengurangi tinitus. Penempatan elektroda si luar, liang telinga, telinga tengah, dan koklea. Efek samping yang terjadi adalah rasa sakit, perubahan sensasi bau. Pada suartu penelitian, 3 dari 5 orang mengalami perbaikan dengan frekuensi 40 Hz atau kurang.7. Terapi oksigen hiperbarik / terapi ozonisasiTerapi ini dapat bermafaat jika dicurigai adanya kekurangan oksigen pada mekanisme pendengaran. Terapi ini bermanfaat pada kasus akut daripada kasus kronis.8. HypnoterapiTerapi ini dilaporkan dapat memperbaiki keadaan tinitus sebesar 68 %.9. TMD Terapi.10. Audio Integration Therapy.11. PembedahanTindakan pembedahan dapat dilakukan untuk tinitus yang diakibatkan oleh neuroma akustik, abnormalitas vaskuler, dan TMJ sindrom. Salah satu bentuk tindakan ini adalah implant koklear.Neurotomi merupakan tindakan pembedahan pilihan terakhir, dengan melakukan pembedahan N.VIII, tetapi hati-hati, jika penyebab tinitus akibat sesuatu di dalam otak, pasien akan tuli permanen dan tinitus masih dapat terjadi.12. Terapi alternativea. AkupunturAkupuntur merupakan pengobatan tradisional Cina kuno. Tujuan pengobatan ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan alami tubuh dan meningkatkan ketahanan seluruh tubuh.b. AromaterapiPengobatan dengan menggunakan minyak yang penting dari bunga, tumbuh-tumbuhan, pohon dan buah sudah banyak dikenal sejak berabad-abad lalu di banyak Negara. Aromaterapi menggunakan minyak untuk membantu relaksasi dan kesehatan, dengan cara pemijatan pada tubuh, meskipun juga dapat dilakukan dengan cara lain. Banyak penderita tinitus yang terbantu dengan aromaterapi.c. ChiropracticPrinsip dasar dari chiropractic adalah untuk mengembalikan susunan tulang belakang dan sambungannya, sehingga mengembalikan fungsi saraf untuk bekerja secara tepat.d. Terapi kraniosakralTerapi relaksasi yang dalam dimana terapis menggunakan tangannya untuk menemukan dan menghilangkan tahanan pada otot, tulang dan cairan tubuh.e. Herbal MedicineDengan menggunakan trial and error, ditemukan bahwa untuk menghilangkan penyakit, maka tanaman merupakan metode yang paling efektif.f. Pemijitan.g. Homeophaty.h. Osteophaty.i. Refrexology.BAB IIIVERTIGO PADA ANAK

3. 1Defenisi

Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau bergeraknaik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. Vertigo bisa di sebabkan faktorfisiologis, misalnya berputar yang berlebihan, para astronot ketika berada di luar angkasa ketika melakukan gerakan sehingga kepalanya ada di dasar lantai pesawat, padahal bila dilakukan di bumi dia tidak merasakan sensasi ini. Terjadinya vertigo ini bukan oleh suatu kelainan, tetapi justru oleh tidak adanya gaya gravitasi.Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :

- Vertigo spontan : Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.

- Vertigo posisi : Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.

- Vertigo kalori : Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.

3. 2Etiologi

Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :1. Lesi vestibular Fisiologik Labirinitis Menire Obat misalnya quinine, salisilat. Otitis media Motion sickness Benign post-traumatic positional vertigo

2. Lesi saraf vestibularis Neuroma akustik Obat misalnya streptomycin

Neuronitis vestibular

3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal

Infark atau perdarahan pons Insufisiensi vertebro-basilar Migraine arteri basilaris Sklerosi diseminata Tumor Siringobulbia Epilepsy lobus temporal

3. 3 Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidak cocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis / normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal / tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri / berjalan dan gejala lainnya (Mardjono dan Shidarta, 2004)3. 4 Fisiologi

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yangpunya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstribusinya adalah propioseptik. Arus informasi berlangsung intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut (hair cells) akan menekuk. Tekukan belum menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masukkedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak. Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebelum selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibule serebeli. Selain serebellum, informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri.

3.4.1 Cara Membedakan Vertigo Perifer dan SentralAda dua macam vertigo, yakni vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral adalah vertigo yang sumber masalahnya berasal dari kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan vertigo perifer adalah vertigo yang sumber masalahnya berasal dari kelainan sistem vestibulerperifere yang terdiri dari sensor proprioseptif, sensor taktil dan visual. Cara untukmembedakan kedua vertigo ini dapat dilihat melalui sejumlah anamnesi yang berkaitan dengan onset vertigo, tingkat keparahannya, riwayat penyakit terdahulu dan penggunaan obat. Semua pertanyaan itu memiliki nilai yang sangat signifikan dalam menentukanpenyebab vertigo agar pemberian terapi pada pasien dapat mengatasi keluhan secara optimal. Selain anamnesis pemeriksaan fisis juga sangat berperan dalam menentukan sumberkelainan vertigo. Manuver sederhana sepertei manuver Epley juga dapat dilakukan untukmenegakkan diagnosis.

Vertigo juga dapat disebabkan oleh kelainan vaskuler, seperti hipotensi. Untuk membedakan dengan kelainan vaskuler, maka kita harus memeriksa tekanan darah dan denyut nadi pasien. Jika tidak terdapat kelainan pada kedua hal maka kemungkinan diagnosis yang tersisa adalah kelainan neurologis dan kelainan labirin. Untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan neurologis, maka abnormalitas neurologis seperti kelumpuhan harus ikut disingkirkan. Keterlibatan gangguan pendengaran juga harus dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis. Karena ada sejumlah penyakit yang memiliki karakterisitikhearing loss dan tinnitus.Seperti pada penyakit Meniere dan Labirintitis. Untuk membedakan kedua penyakit ini, kita harus memperhatikan ada tidaknya tanda-tanda infeksi dan penggunaan obat. Labirintitis identik dengan dua hal yang disebutkan terakhir.3.4.2. Keterkaitan Antar GejalaMuntah (Vomit) dapat terjadi ketika vomit centre di brain stem diaktifkan oleh signal yang disebabkan pleh salah satu dari 3 tempat, yaitu traktus digestif, mekanisme keseimbangan di telinga tengah dan otak. Vomit centre mengirimkan pesan ke dua diagram, yang menekan perut dan dinding abdominal yang menyebabkan stomach mengeluarkan massa / cairan melalui esofagus. Tinitus terjadi karena adanya gangguan di koklea atau nervus kranial VIII, tinitus ini selalu disertai oleh hearing loss, baik konduktif maupun sensorineural. Vertigo dapat disebabkan oleh 2 macam sumber lesi, yaitu peripheral dan central. Pada peripheral : lesi berada di labyrinth atau pada vestibular nerve. Dan pada central : vertigo terjadi oleh karena gangguan pada brainstem dan CNS pathways (tumor dan multiple sclerosis). Gejala vertigo pada lesi perifer biasanya lebih parah dibandingkan dengan lesi di sentral, yaitu dengan disertai muntah dan mual. Perasaan penuh yang dirasakan olehpasien dapat disebabkan oleh endolimfe hydrops, dimana ada retak di membran antara bony labyrinth dan membranous labyrinth yang menyebabkan cairan perilimfa dan endolimfabercampur, disertai oleh diet pasien yang tinggi garam menyebabkan peningkatan ion Ksehingga terjadi edema yang menyebabkan pasien merasakan telinga seperti penuh air.

Di bawah ini adalah klasifikasi vertigo antara lain:

Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

GejalaVertigo VestibularVertigo Non Vestibular

Sifat vertigo

Serangan

Mual / muntah

Gangguan pendengaran

Gerakan pencetus

Situasi pencetusrasa berputar

episodik

+

+/-

gerakan kepala

-melayang,hilang keseimbangan

kontinu

-

-

gerakan obyek visual

keramaian, lalu lintas

Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

GejalaVertigo Vestibular PeriferVertigo Vestibular Sentral

Bangkitan vertigo

Derajat vertigo

Pengaruh gerakan kepala

Gejala otonom (mual, muntah, keringat)

Gangguan pendengaran (tinitus, tuli)

Tanda fokal otaklebih mendadak

berat

++

++

+

-lebih lambat

ringan

+/-

+

-

+

Berdasarkan awitan serangan, vertigo dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu paroksismal, kronik, dan akut. Serangan pada vertigo paroksismal terjadi mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, lalu menghilang sempurna. Suatu saat serangan itu dapat muncul lagi. Namun diantara serangan, pasien sama sekali tidak merasakan gejala. Lain halnya dengan vertigo kronis. Dikatakan kronis karena serangannya menetap lama dan intensitasnya konstan. Pada vertigo akut, serangannya mendadak, intensitasnya perlahan berkurang namun pasien tidak pernah mengalami periode bebas sempurna dari keluhan. Demikian papar Abdulbar.

Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan SeranganDisertai Keluhan TelingaTidak Disertai Keluhan TelingaTimbul Karena Perubahan Posisi

Vertigo paroksismalPenyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA) arteri vertebralis

TIA arteri vertebro-basilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambungBenign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Vertigo kronisOtitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumor serebelo-pontine, lesi labirin akibat zat ototoksik

Kontusio serebri, sindroma paska komosio, multiple sklerosis, intoksikasi obat-obatanHipotensi ortostatik, vertigo servikalis

Vertigo akutTrauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan labirin

Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sklerosis-

3.5 Penyakit-Penyakit Yang Berkaitan Dengan Gejala Dan Penatalaksanaannya Pada Anak3.5.I OTITIS

3.5.I.1 DefinisiOtitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo. Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah.3.5.1.2 Otitis Media AkutOtitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Otitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnya tergantung berat ringannya penyakit, antara lain: demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama 3 bulan- 3 tahun. Otitis media akut terjadinya dapat cepat dan berdurasi pendek, otitis media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali dengan aliran dengan materi yang bernanah, dan dapat disertai demam.3.5.1.3 Otitis Media KronisOtitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah proses peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu. Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga.

Otitis media kronis adalah peradangan telinga tengah yang dapat berulang, secara khas untuk sedikitnya satu bulan. Orang awam biasanya menyebut congek.

OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)

Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba Eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah.OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu

OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpanisecara aktif

OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat kering.

2. Tipe Atikoantral (tipe maligna / tipe bahaya)

Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.

Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu ber-angiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.

Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:

a. Kolesteatom kongenital.

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah :

1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.

2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kolesteatom kongenital lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

b. Kolesteatom akuisital atau didapat

Primary acquired cholesteatoma.

Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Secondary acquired cholesteatoma.

Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi), atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total. Pada seluruh tepi perforasi masih ada terdapat sisa membran timpani.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atikTerjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

3.5.2 Etiologi3.5.2.1 Otitis Media Akut Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold). Penyebab otitis media akut (OMA) dapat berupa virus maupun bakteri.

Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba Eustachius atau kadang juga melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus paranasalis atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachius seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik (rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

3.5.2.2 Otitis Media KronisOtitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi) (Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh : otitis media akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba akibat luka bakar karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

Hemophilus influenza.

Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.

Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.

Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.Penyebab OMK antara lain:

1. LingkunganHubungan penderita OMK dan faktor sosio ekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.

2. GenetikFaktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Riwayat otitis media sebelumnyaSecara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi.4. InfeksiBakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atasBanyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun: Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba Eustachius

Pada otitis media kronis aktif tuba Eustachius sering tersumbat oleh edema, tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada OMK adalah:

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

Berlanjutnya obstruksi tuba Eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

3.5.3 PATOFISIOLOGI3.5.3.1 Otitis Media Akut Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

3.5.3.2 Otitis Media Kronis Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.

Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.3.5.4 MANIFESTASI KLINIS3.5.4.1 Otitis Media Akut Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :

1. Stadium oklusi tuba Eustachius Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi) Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3.Stadium supurasi Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

4. Stadium perforasi Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

5. Stadium resolusi Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut (OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi. Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur.

3.5.4.2 Otitis Media KronisGejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:

1. OMK tipe benigna:

Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.

Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.

Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid, dan setelah satu atau dua kali pengobatan local maka bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada OMSK tipe benigna.

1. OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:

Sekret pada infeksi dengan kolesteatom ber-aroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.

Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat sifat osteolitik dari kolesteatom.

Gejalanya bervariasi, berdasarkan pada lokasi perforasi gendang telinga:

1. Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga). Otitis media kronis bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan dan hidung (misalnya pilek) atau karena telinga kemasukan air ketika mandi atau berenang. Penyebabnya biasanya adalah bakteri. Dari telinga keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi yang menetap juga bisa menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-tulang kecil di telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam) sehingga terjadi tuli konduktif.

2. Perforasi marginal: (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.3.5.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 3.5.5.1 Otitis Media Akut Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.

3.5.5.2 Otitis Media Kronis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT Scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui pendengaran menurun. X-ray mastoid posisi Schuller untuk mengetahui adanya kolesteatoma dan kekaburan / perselubungan mastoid.3.5.6 PENATALAKSANAAN3.5.6.1 Otitis Media Akut Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

Stadium Oklusi Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

Stadium Presupurasi Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Stadium Supurasi Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

- Stadium Perforasi Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.

Stadium Resolusi Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

a. Pemberian Antibiotik 1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.

2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.

3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.

American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

UsiaDiagnosis pastiDiagnosis meragukan

< 6 blnAntibiotikAntibiotik

6 bln 2 thAntibiotikAntibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan

2 thnAntibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringanObservasi

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam