18
Diskusi Farmakologi dan Terapi Obat Analgesik, Anti Inflamasi, dan Anti Piretik Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Farmakologi adalah kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau penghambatan proses- proses tubuh yang normal (Katzung, 2001). Farmakologi terfokus dalam dua subdisiplin yaitu farmakodinamik (efek obat terhadap tubuh) dan farmakokinetik (bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan berlalunya waktu). Masing-masing obat mempunyai farmakodinamik dan farmakokinetik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaan suatu obat untuk terapi sebaiknya menggunakan dasar P- treatment. P-treatment adalah terapi atau penanganan yang optimal terhadap masing-masing personal dengan mempertimbangkan variasi respon dari suatu obat. Obat yang digunakan harus rasional dan sesuai dengan masing-masing personal. Untuk mendapatkan P-treatment yang sesuai diperlukan diagnosa yang tepat, derajat suatu penyakit, persetujuan terapi penyakit, efikasi dan toksisitas. Sedang menurut WHO, Rational Drug Therapy dapat tercapai bila memenuhi empat criteria yaitu: - efficacy : obat yang diberikan harus efektif, yakni tepat dan cepat memberikan efek - safety : keamanan bagi pasien, dengan pertimbangan munculnya berbagai macam efek samping - suitability : kenyamanan bagi pasien dalam hal cara pemberian obat - cost : keterjangkauan harga obat bagi pasien. Dalam kasus kali ini akan didiskusikan mengenai obat dan penanganan terhadap kasus migrain. Migrain adalah jenis sakit kepala umum yang mungkin terjadi dengan gejala seperti mual, muntah, atau sensitif terhadap cahaya. Pada banyak orang, nyeri dirasakan hanya pada satu sisi kepala. Dengan mengetahui patofisiologi dari Migrain kita dapat menentukan teratment yang cocok untuk mengobati migrain, salah satunya adalah peningkatan PGE. Jadi untuk mengatasi keluhan Bapak Dodik maka salah satu cara yang dapat dipakai adalah dengan menghambat Prostaglandin dengan pemberian NSAIDs yang juga aman Bapak Dodik karena Bapak Dodik memiliki riwayat penyakit ulkus pepticum. P-drugs yang dipilih hendaknya tidak hanya ditujukan untuk menyembuhkan keluhan utama tetapi juga jangan sampai memperburuk keadaan pasien dalam kaitannya dengan riwayat penyakit yang diderita dan jangan sampai mempengaruhi perkembangannya. Dalam menentukan dan menganalisa hal-hal tersebut, diperlukan ilmu farmakologi yang mendalam. Pendalaman ilmu diatas akan lebih mudah melalui diskusi secara berkelompok sehingga mahasiswa diharapkan dapat bertukar pikiran dalam memilih P-drug tersebut. 1.2 Rumusan masalah/ diagnosis Migraine dengan riwayat ulkus pepticum (tukak lambung). 1.3 Tujuan diskusi 1.3.1 Tujuan utama Menentukan P-drug untuk pengobatan penderita migraine. 1.3.2 Tujuan khusus Mengetahui alasan-alasan farmakologis pemilihan P-drug tersebut secara rasional, termasuk efek samping dan konsekuensinya, terutama karena pasien memiliki riwayat ulkus pepticum (tukak lambung).

materiiii

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: materiiii

Diskusi Farmakologi dan Terapi

Obat Analgesik, Anti Inflamasi,

dan Anti Piretik

Bab I

Pendahuluan

 

1.1 Latar belakang

Farmakologi adalah kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya

melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau penghambatan proses-proses tubuh yang normal (Katzung,

2001). Farmakologi terfokus dalam dua subdisiplin yaitu farmakodinamik (efek obat terhadap tubuh) dan

farmakokinetik (bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan berlalunya waktu). Masing-masing obat mempunyai

farmakodinamik dan farmakokinetik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaan suatu obat untuk terapi

sebaiknya menggunakan dasar P-treatment.

P-treatment adalah terapi atau penanganan yang optimal terhadap masing-masing personal dengan

mempertimbangkan variasi respon dari suatu obat. Obat yang digunakan harus rasional dan sesuai dengan masing-

masing personal. Untuk mendapatkan P-treatment yang sesuai diperlukan  diagnosa yang tepat, derajat suatu

penyakit, persetujuan terapi penyakit, efikasi dan toksisitas. Sedang menurut  WHO, Rational Drug Therapy dapat

tercapai bila memenuhi empat criteria yaitu:

-  efficacy      :  obat yang diberikan harus efektif, yakni tepat dan cepat memberikan efek

-  safety         :  keamanan bagi pasien, dengan pertimbangan munculnya berbagai macam efek samping

-  suitability   :  kenyamanan bagi pasien dalam hal cara pemberian obat

-  cost            :  keterjangkauan harga obat bagi pasien.

 

Dalam kasus kali ini akan didiskusikan mengenai obat dan penanganan terhadap kasus migrain. Migrain adalah jenis

sakit kepala umum yang mungkin terjadi dengan gejala seperti mual, muntah, atau sensitif terhadap cahaya. Pada

banyak orang, nyeri dirasakan hanya pada satu sisi kepala. 

Dengan mengetahui patofisiologi dari Migrain kita dapat menentukan teratment yang cocok untuk mengobati migrain,

salah satunya adalah peningkatan PGE.

 

Jadi untuk mengatasi keluhan Bapak Dodik maka salah satu cara yang dapat dipakai adalah dengan menghambat

Prostaglandin  dengan pemberian NSAIDs yang juga aman Bapak Dodik karena Bapak Dodik memiliki riwayat penyakit

ulkus pepticum. P-drugs yang dipilih hendaknya tidak hanya ditujukan untuk menyembuhkan keluhan utama tetapi

juga jangan sampai memperburuk keadaan pasien dalam kaitannya dengan riwayat penyakit yang diderita dan jangan

sampai mempengaruhi perkembangannya. Dalam menentukan dan menganalisa hal-hal tersebut, diperlukan ilmu

farmakologi yang mendalam. Pendalaman ilmu diatas akan lebih mudah melalui diskusi secara berkelompok sehingga

mahasiswa diharapkan dapat bertukar pikiran dalam memilih P-drug tersebut.

 

 

 

1.2 Rumusan masalah/ diagnosis

Migraine dengan riwayat ulkus pepticum (tukak lambung).

 

1.3 Tujuan diskusi

1.3.1 Tujuan utama

Menentukan P-drug untuk pengobatan penderita migraine.

 

1.3.2 Tujuan khusus

Mengetahui alasan-alasan farmakologis pemilihan P-drug tersebut secara rasional, termasuk efek samping dan

konsekuensinya, terutama karena pasien memiliki riwayat ulkus pepticum (tukak lambung).

 

1.4 Manfaat diskusi

1.4.1 Manfaat teoritis

Page 2: materiiii

Diharapkan dapat menggunakan hasil diskusi ini sebagai rujukan dan sumber data atas masalah pengobatan terhadap

penderita migraine.

 

1.4.2 Manfaat praktis

Diharapkan akan mampu memilih obat yang efektif untuk penderita migraine dengan efikasi yang baik, efek samping

seminimal mungkin, mudah penggunaannya, serta murah harganya.

 

Bab II

Tinjauan Pustaka

 

2.1 Kerja NSAID

Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Enzim

siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut:

a. COX-1

Menjaga homeostasis, dalam keadaan normal selalu ada

Terdapat dalam banyak jaringan: platelet, GIT, uterus, bronchus

b. COX-2

Ada karena diinduksi oleh oleh sel radang

Menghasilkan mediator radang: prostaglandin dan tromboksan

 

2.1 Klasifikasi NSAID

2.1.1 Non Selective COX Inhibitors

2.1.1.1 Salicylic Acid Derivatives

2.1.1.1.1 Salisilat

Lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesic antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan

dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat

sejenis.

Farmakodinamik.

Dosis toksik obat memperlihatkan efek piretik sehingga pada keracunan berat terjadi demam dan hiperhidrosis. Untuk

memperoleh efek anti inflamasi yang baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 μg/ml. Kadar ini tercapai

dengan dosis aspirin oral 4 gram per hari untuk orang dewasa.

Efek terhadap pernapasan. Pada dosis terapi salisilat mempertinggi konsumsi oksigen dan produksi CO2. Peninggian P

CO2 akan merangsang pernapasan sehingga pengeluaran CO2 melalui alveoli bertambah dan PCO2 dalam plasma turun.

Meningkatnya ventilasi ini pada awalnya ditandai dengan pernapasan yang lebih dalam sedangkan frekuensi hanya

sedikit bertambah. Salisilat yang mencapai medula, merangsang langsung pusat pernapasan sehingga terjadi

hiperventilasi dengan pernapasan yang dalam dan cepat. Pada keadaan intoksikasi, berlanjut menjadi alkalosis

respiratoar.

Efek terhadap keseimbangan asam basa. Dalam dosis terapi yang tinggi, salisilat menyebabkan peningkatan konsumsi

oksigen dan produksi CO2 terutama di otot rangka karena perangsangan fosforilasi oksidatif. Karbondioksida yang

dihasilkan mengakibatkan perangsangan pernapasan sehingga karbondioksida dalam darah tidak meningkat.ekskresi

bikarbonat yang disertai Na+ dan K+ melalui ginjal meningkat, sehingga bikarbonat dalam plasma menurun dan pH

darah kembali normal.

Efek urikosurik. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari) menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar asam urat dalam

darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam urat. Pada dosis lebih dari 5 g per

hari terjadi peningkatan ekskresi asam urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah salisilat

menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat menghambat reasorbsinya dengan hasil akhir

peningkatan ekskresi asam urat.

Efek terhadap darah. Pada orang sehat, aspirin menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Hal ini bukan karena

hipoprotrombinemia, tetapi karena asetilasi siklooksigenase trombosit sehingga pembentukan TXA2 terhambat. Aspirin

tidak boleh diberikan pada pasien dengan kerusakan hati berat, hipoprotrombinemia, defisiensi vitamin K dan

hemofilia, sebab dapat menimbulkan perdarahan.

Farmakokinetik

Page 3: materiiii

Pada pemberian oral, sebagian salisilat diasorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar

di usus halus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Kecepatan absorpsinya

tergantung dari kecepatan disintegrasi dan dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan

lambung. Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat, terutama bila dipakai sebagai obat gosok atau salep.

Keracunan dapat terjadi dengan olesan pada kulit yang luas.

Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan traseluler sehingga ditemukan

dalam cairan sinovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur dan air susu. Mudah menembus sawar darah otak dan sawar

darah uri. Kira-kira 80% sampai 90% salisilat plasma terikat dalam albummin. Aspirin diserap dalm bentuk utuh,

dihidrolisis  menjadi asam salisilat terutama dalam hati, sehingga kira-kira 30 menit terdapat dalam plasma.

 

2.1.1.1.2 Salisilamid

Salisilamid merupakan amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgesic dan antipiretik mirip asetosal,

walaupun dalam badan salisilamid tidak diubah menjadi salisilat.

Farmakodinamik

Dalam mukosa usus mengalami metabolisme lintas pertama, mudah diabsorpsi usus dan cepat didistribusi ke jaringan.

Obat ini menghambat glukoronidasi obat analgesik lain.

 

2.1.1.1.3 Diflunisal

Obat ini merupakan derivat diflurofenil dari asam salisilat, tetapi in vitro tidak diubah menjadi asam salisilat. Bersifat

analgesik dan anti inflamasi.

Farmakokinetik

Setelah pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam. 99% diflunisal terikat albumin plasma dan waktu paruh

berkisar 8-12 jam.

 

2.1.1.2 Para Amino Fenol

Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.

Farmakodinamik

Efek obat ini adalah menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol merupakan

penghambat biosintesis PG yang lemah.

Farmakokinetik

Diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam

dan masa paruh plasma antara 1-33 jam. Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Metabolit hasil hidroksil dapat

menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Diekskresi melalui ginjal.

Efek samping

Fanasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi

berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.

 

2.1.1.3 Pirazolon dan derivat

Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2, 3-dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah derivat 4-dimetilamino

dari antipirin. Dipiron adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan

secara suntikan.

Indikasi

Dipiron sebagai analgesik-antipiretik karena efek anti inflamasinya lemah.

Efek samping dan intoksikasi

Dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.

 

2.1.1.4 Analgesik anti-inflamasi non steroid lainnya

2.1.1.4.1 Asam Mefenamat dan Meklofenamat

Asam mefenamat sebagai analgesik dan terikat sangat kuat pada protein plasma. Meklofenamat sebagai obat anti

inflamasi pada terapi artritis reumatoid dan osteoartritis.

 

2.1.1.4.2 Diklofenak

Page 4: materiiii

Absorpsi obat ini melaui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan

mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar 40-50%. Walau waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, obat ini

diakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.

 

2.1.1.4.3 Fenbufen

Fenbufen merupakan pro_drug, jadi fenbufen bersifat inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam-4-bifeil-asetat. Zat ini

mempunyai waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan ½ kali sehari. Absorpsi obat melalui lambung baik, dan

kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7,5 jam.

 

2.1.1.4.4 Ibuprofen

Bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Absorpsi cepat melalui lambung dan kadar

maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Ekskresi berlangsung

cepat dan lengkap.

 

2.1.1.4.5 Naproksen

Insiden efek samping obat lebih rendah dibandingkan derivat asam propionat lain. Absorpsi obat baik melaui lambung

dan kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam. Waktu paruh 14 jam. Tidak terdapat korelasi antara efektivitas dan

kadar plasma. Ekskresi terutama dalam urin.

 

2.1.1.4.6 Indometasin

Memiliki efek antiinflamasi dan analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding dengan aspirin. Indometasin memiiki

efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro, menghambat enzim siklooksigenasi. Metabolisme terjadi di hati.

Indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan empedu. Waktu paruh plasma kira-kira

2-4 jam.

 

2.1.1.4.7 Piroksikam dan Meloksikam

Peroksikam adalah struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam

sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein

plasma. Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taraf mantap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plasma

kira-kira sama dengan kadar di cairan sinovia.Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna.

Melosikam cenderung menghambat koks-2 lebih dari koks-1 tetapi penghambatan KOKS-1 pada dosis terapi tetap

nyata.

 

2.1.1.4.8 Nabumeton

Nabumeton merupakan pro-drug memiliki sifat selektif menghamabat prostasiklin yang bersifat sitoprotektif

Farmakokinetik

Diserap cepat dari saluran cerna dan di hati akan dikinversi ke satu atau lebih zat aktifnya, terutama 6-methoxy-

2naphylacetic acid (6-MNA). Merupakan penghambat kuat dari enzim siklooksigenase. Zat aktif tersebut diinaktivasi di

hati secara o-demetilasi dan kemudian dikonjugasi untuk diekskresi. Dengan dosis 1 gram/hari didaptkan waktu paruh

sekitar 24 jam. Pada usia lanjut, t ½ ini bertambah panjang dengan 3-7 jam

 

2.1.2 Selective COX-2 Inhibitors

2.1.2.1 Diaryl-substituted Furanone

Rofecoxib

Rofecoxib menghambat kerja COX-2, dan tidak menghambat COX-1, sehingga berefek meredakan nyeri sama dengan

AINS dengan menurunkan risiko terjadinya atau meningkatnya tukak peptic. Namun, beberapa efek samping pada

AINS lain didapatkan pada pengunaan rofecoxib. Antara lain adalah meningkatnya risiko kardiovaskuler.

Kardiotoksisitas disebabkan karena supresi PGI2 (prostasiklin) yang berakibat pada inefisiensi vasodilatasi dan

declumping. Walaupun begitu, pada percobaan pada hewan, tidak ditemukan adanya perubahan kadar prostasiklin

dalam darah. Studi lain mengemukakan kardiotoksisitas rofecoxib berhubungan dengan terbentuknya metabolit

maleat anhidrida. Dibandingkan dengan penggunaan naproxen, efek kardiotoksisitas untuk menimbulkan infark

miocard ini 4 kali lebih tinggi pada rofecoxib setelah 12 bulan. Penggunaan ini mengakibatkan risiko kardivaskuler

yang berkaitan dengan trombosis.Kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit jantung iskemik atau CVD, dan juga

Page 5: materiiii

PAD. Dan juga pada hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus, dan merokok. Rofecoxib juga mengakibatkan

premenstrual acne vulgaris.

 

2.1.2.2 Diaryl substituted Pyrazole

Celecoxib

Celecoxib digunakan pada osteoarthritis, rheumatoid arthritis, nyeri akut, nyeri haid, dan gejala menstruasi, dan untuk

menurunkan jumlah kejadian poli rectal dan colon pada pasien dengan familial adenomatous polyposis.Indikasi utama

penggunaan celecoxib adalah untuk mengatasi nyeri jangka panjang yang reguler. Efeknya sama kuat dengan

parasetamol.

Celecoxib  sangat selektif terhadap COX-2 dan terutama menghambat produksi prostaglandin dengan mengeblok

isoform COX ini. Celecoxib tujuh kali lebih selektif pada COX-2 dibanding COX-1.

Reaksi alergi pada sulfonamide dan AINS lain diakibatkan adanya cincin sulfonamide. Perlu diperhatikan pemberiannya

pada pasien dengan riwayat asma dan urtikaria. Penggunaan semua COX-2 selective inhibitor dapat meningkatkan

risiko gangguan pada sistem kardiovaskuler dan GIT. Meningkatkan risiko berkembangnya penyakit jantung pada

pemakaian 400 mg atau lebih per hari.

Penggunaan ini perlu diperhatikan pada pasien dengan retensi cairan, hipertensi, gagal jantung, asma karena snsitif

aspirin, disfungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, pasien dengan diuretic, pasien dengan ACE inhibitor, usia lanjut,

hamil, dan laktasi.

Efek samping celecoxib pada GIT berupa nyeri abdomen, diare, dyspepsia, flatulens, ulcus GI, dan perdarahan.

Celecoxib juga mengakibatkan nausea, nyeri pinggang, edema perifer, dizziness, nyeri kepala, insomnia, faringitis,

rhinitis, sinusitis, skin rash, hipertensi eksaserbasi, dan angina pectoris.

Interaksi terjadi pada penggunaan bersama ACE inhibitor, furosemide, tiazid, aspirin, fluconazole, lithium, dan warfarin.

 

2.1.2.3 Indole Acetic Acid

Etodolac

Indikasi pemakaian etodolac untuk terapi inflamasi dan nyeri karena osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.

Pemakaiannya perlu dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat asma, urtikaria, atau reaksi alergi lain pada

penggunaan aspirin. Penggunaan pada pasien dengan penyakit ginjal  dan tukak peptic dapat meningkatkan keadaan

tersebut.

Efek samping berupa konstipasi, emesis, diare, flatulence, dizziness, tinnitus, rhinorrhea, nyeri tenggorokan,

penglihatan kabur.

 

2.1.2.4 Sulfonanilides

Nimesulide

Indikasi penggunaan pada osteoarthritis, penyakit rheumatoid ekstra-artikular, nyeri dan inflamasi pascabedah dan

setelah trauma akut dan dysmenorrheal. Kontraindikasi pada tukak peptic, insufisiensi hepar sedang sampai berat,

disfungsi ginjal berat, riwayat hipersensitivitas, riwayat perdarahan dan ulkusGI, gangguan koagulasi yang berat,

trimester ketiga gravida, laktasi, dan anak-anak. Dengan abnormalitas pada tes faal hepar dan/atau tes fungsi ginjal,

nimesulide sebaiknya segera dihentikan. Efek samping berupa rash, urtikaria, pruritus, eritema, angioedema, nausea,

nyeri lambung, nyeri abdomen, diare, konstipasi, somnolens, nyeri kepala, dizziness, vertigo, oligouria, edema,

isolated hematuria, gagal ginjal, reaksi anafilaksis, dyspnea, asma. Terjadi interaksi dengan obat-obat yang terikat

dengan protein, AINS lain, heparin, ticlopidine, litium, dosis tinggi metroxat, diuretic, pentoksifilin, antihipertensi, dan

trombolitik.

 

2.2    MIGRAINE

Migrain adalah jenis sakit kepala umum yang mungkin terjadi dengan gejala seperti mual, muntah, atau sensitif

terhadap cahaya. Pada banyak orang, nyeri dirasakan hanya pada satu sisi kepala.

 

Penderita migraine mempunyai “peringatan” yang disebut aura yaitu peringatan sebelum sakit kepala yang

sebenarnya dimulai. Aura adalah sekelompok gejala, biasanya gangguan penglihatan, yang berfungsi sebagai tanda

peringatan bahwa sakit kepala yang buruk akan datang. Kebanyakan orang, tidak memiliki tanda-tanda peringatan

yang sama

 

2.2.1   Patofisiologi Migraine:

Page 6: materiiii

Migraine adalah sebuah penyakit yang belum benar-benar dipahami. Ada beberapa Hipotesis yang dikeluarkan untuk

menjelaskan bagaimana migraine dapat terjadi.

 

2.2.1.1    Vascular Teory

Teori ini menyatakan bahwa Vasokonstriksi Intrakranial bertanggung jawab terjadinya “Aura” pada migraine kemudian

setelah itu terjadi vasodilatation dan aktivasi perivascular nociceptive nerves yang menghasilkan hedache. Menurut

data yang ada , sekelompok orang coba yang diberikan PGE1 menghasilkan sebuah gejala migraine, pada pasien

migraine didapati peningkatan PGE. Pada percobaan hewan dan infuse manusia, PGE menyebabkan vasodilatation dan

hyperalgesia. Menurut data-data ini maka ada sebuah relevansi menyatakan bahwa obat yang menghambat PGE

terbukti dapat mengobati migraine. Namun penyebab dari vasokonstriksi masih dalam penelitian, banyak riset

membuktikan banyak factor yang dapat memicu vasokonstriksi intrakranial.

2.2.1.2    Neurovascular Teory

Pada teori ini menyatakan adanya hyperactivity yang menyebabkan sebuah “headache”. Hyperactivity ini di picu dan

diinisiasi oleh cortical spreading depression (CSD) yaitu berhubungan dengan pelepasan kalium dan neurotransmitter

Glutamat serta release neurochemical proinflamatory ( Calcitonin gener- related peptide).

2.2.1.3    Dopamine Pathway

Menurut penelitian antidopamin prochlorperazine dapat meredakan serangan migraine akut.

 

2.2.1.4    Magnesium Defiency

Deisiensi Mg dapat memicu beberapa reaksi yaitu agregasi platelet dan pelepasan Glutamat dan akhirnya disusul oleh

pelepasan 5-hydroxytryptamine (Serotonin) yang memainkan peran sebagai Vasokonstriktor.

 

Bab III

Pembahasan

 

Kasus

Pak Dodik, 37 tahun, datang ke dokter dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan selama 2 hari  dan kadang-kadang

merasa mual. Satu (1) bulan sebelumnya opname 3 hari dan didiagnosis ulkus pepticum. Tensi = 120/70 mmHg, nadi

= 80x/menit, temp.= 37,20 C. Obat apa yang dapat diberikan kepada pak dodik untuk mengatasi keluhannya?

 

3.1 Keluhan utama

Nyeri kepala sebelah kanan selama 2 hari dan mual

 

3.2 Kata kunci

Nyeri kepala 2 hari

Mual

Ulkus Pepticum

37 tahun

Tensi = 120/70 mmHg

Nadi = 80x/ menit

Temp = 37,20 C

 

3.3 Diagnosis

Migraine (mild).

 

3.4 Tujuan pengobatan spesifik

Menurunkan PG pada penderita Migraine.

 

3.5  Inventarisir kelompok obat yang efektif (perbandingan antar kelompok obat)

Efficacy Safety SuitabilityNon Selective COX Inhibitor

Page 7: materiiii

Salicylic Acid derivativesSalisilatFarmakodinamik:-    Berfungsi sebagai analgesik, anti piretik, anti inflamasi.-    Efek thd

Pernapasano o Pada dosis terapi: mempertinggi konsumsi O2 dan

produksi CO2 sehingga meningkatkan pengeluaran CO2 melalui alveoli dan PCO2 dalam plasma turun (pernapasan lebih dalam dan frekuensi sedikit bertambah).

o o Pada dosis lebih besar: merangsang pusat napas sehingga terjadi hiperventilasi.

o o Keadaan intoxikasi: alkalosis respiratorik. Keseimbangan asam basa:

o o Sebagai kompensasi alkalosis respiratorik, maka ekskresi bikarbonat, Na dan K melalui ginjal meningkat, sehingga pH darah kembali normal.

Urikosurik (tergantung dosis):o o Dosis 1-2 gr/ hari menghambat ekskresi asam urat

sehingga kadar dalam darah meningkat.o o Dosis 2-3 gr/ hari tidak mengubah ekskresi asam urat.o o Dosis 5 gr/ hari peningkatan ekskresi asam urat

sehingga kadar asam urat dalam darah menurun. Darah

o o Pada orang sehat memperpanjang, masa pendarahan karena asetlasi pada trombosit sehingga pembentukan TXA2 terhambat.

o o Dosis kecil: untuk profilaksis thrombosis koroner dan cerebral

o o Dosis besar: hati-hati perdarahan mukosa lambung. Hati dan ginjal

o o Hepatotoksis (berkaitan dengan dosis).o o Bila tjd ikterus harus dihentikan krn dapat terjadi

nekrosis hati yang fatal.o o Dapat menyebabkan Reye Sindrome (terjadi kerusakan

hati dan encelopati, berhubungan dengan infeksi Varicella dan virus-virus lainnya).

o o Dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien hipovolemia dan gagal jantung.

 Farmakokinetik:-    Oral: cepat diabsorbsi.-    Kadar puncak 2 jam setelah pemberian.-    Secara rectal absorbsi lebih lambat dan tidak sempurna sehingga tidak dianjurkan.-    Cepat diabsorbsi oleh kulit yang sehat.-    Setelah diabsorbsi segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga dapat ditemukan dalam cairan synovial, spinal, peritoneal, liur, dan air susu.-    Mudah menembus BBB dan sawar uri.

Indikasi:-       Antipiretik-       Analgesik-       Demam rheumatik akut-       Arthritis rheumatoid-       Profilaksis thrombus koroner dan thrombus vena profundus Intoksikasi:-       Salisilismus (nyeri kepala, pusing, tinnitus, gangguan pendengaran, mata kabur, haus, bingung, mual, dan muntah).-       Lebih berat dapat menyebabkan gejala SSP (gelisah, cemas, iritatif, vertigo, tremor, delirium, koma).-       Gangguan keseimbangan asam basa-       Exsantem pustula akneiform-       Alkalosis respiratorik-       Acidosis metabolik-       Hipoglikemi-       Demam (pada anak)-       Dehidrasi

Sediaan:-      salisilat dan natrium salisilat) – dosis: 100 mg untuk anak dan 500 mg untuk dewasa-      (minyak Wintergreen) untuk obat luar (salep)

Page 8: materiiii

-    80-90% terikat albumin.-    Diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama di hati, beredar di plasma hanya 30 menit.-    Ekskresinya terutama melalui ginjal (bentuk metabolit), sebagian kecil melalui keringat dan empedu. Diflunisal-    Derivat difluorofenil dari asam salisilat, tapi in vivo tidak diubah jadi asam salisilat. Farmakodinamik:-    Analgesik dan anti inflamasi, hampir tidak pernah sebagai anti piretik. Farmakokinetik:-    Pemberian secara oral.-    Kadar puncak 2-3 jam.-    T ½ 8-12 jam.-    99% terikat albumin.

  Indikasi:-       Analgesik ringan sampai sedang dengan dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg tiap 8-12 jam.-       Osteoarthritis dosis awal 250-500mg/ hari, di mana dosis pemeliharaan tidak melampaui 1,5 gr/ hari. Intoksikasi:-       Efek samping lbh ringan daripada asetosa.-       Tak menimbulkan gangguan pendengaran. 

  Sediaan:-      

Acetaminophen / paracetamolFarmakodinamik:-    Efek analgesiknya mengurangi nyeri ringan sampai sedang.-    Menurunkan suhu tubuh.-    Efek anti inflamasinya sangat lemah (atau tidak ada).-    Paracetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Farmakokinetik:-    Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.-    Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam.-    T ½ antara 1-3 jam.-    25% paracetamol terikat protein plasma.-    Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.-    Dikonjugasi dengan asam glukoronat.-    Mengalami hidroksilasi.-    Metabolit hsl hidroksilasi menimbulkan methemoglobinemia & hemolisis eritrosit.-    Diekskresi melaui ginjal.

Indikasi:-       Untuk analgesik dan antipiretik dan tidak mempengaruhi GIT bleeding. Efek Samping:-       Eritema-       Urtikaria-       Demam Akibat dosis toksik:-       Nekrosis hati-       Nekrosis tubulus renalis-       Hipoglikemi-       Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati dan kematian.-       Radikal bebas dari paracetamol berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati.-       Hepatotoksik paracetamol meningkat pada penderita yang juga mendapat barbiturat, anti konvulsi lain, dan alkoholik yang kronis. 

Sediaan:-      -      mengandung 120 mg per 5 mL

Indole & Indene Acetic AcidsIndometacin-    Derivat indole-asam asetat Farmakodinamik:-    Walaupun efektif tapi toksik maka penggunaaannya dibatasi.-    Efek: analgesik (perifer dan sentral), anti inflamasi, dan anti piretik yang kira-kira sebanding dengan aspirin.-    Invivo menghambat enzim cyclooksigenase. Farmakokinetik:-    Absorbsi per oral cukup baik.-    92-99% terikat protein plasma.

  Efek Samping:-       Pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, & pankreatitis.-       Sakit kepala hebat, depresi, bingung, agranulositosis, thrombositopenia, & anemia aplastik.-       Vasikonstriksi pembuluh koroner.-       Hiperkalemi-       Mengurangi natriuretik dari thaizide dan furosemide.

  Dosis:-      -      (sebelum tidur) untuk mengurangi gejala rheumatik di malam hari

Page 9: materiiii

-    Metabolisme di hati.-    Ekskresi dalam bentuk asal maupun metabolik lewat urine dan empedu.-    T ½ 24 jam.  

-       Memperlemah efek hipotensif dari beta blocker. Kontra Indikasi:-       Ibu hamil-       Anak-       Gangguan psikiatri-       Pasien dengan penyakit lambung Indikasi:-       Hanya dianjurkan bila NSAID yang lain kurang berhasil, misalnya pada spondilitis ankilosa, arthritis pirai akut, arthritis tungkai. 

Heteroaryl Acetic AcidsDiclofenacFarmakokinetik:-    Absorbsi melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.-    99% terikat protein plasma.-    40-50% mengalami FPE.-    T ½ 1-3 jam.-    Terakumulasi di cairan synovial.

Efek Samping:-       Mual-       Gastritis-       Eritema kulit-       Sakit kepala Kontra Indikasi:-       Tukak lambung-       Pemakaian selama kehamilan 

 

Aryl Propionic AcidIbuprofen-    Derivat asam propionat Farmakodinamik:-    Analgesik (efeknya sama seperti aspirin) dengan anti infalamsi yg tidak terlalu kuat.-    Interaksi obat, dengan:

Warfarin: waspada gangguan fungsi trombosit yg memperpanjang masa perdrhn.

Furosemide dan thiazide: mengurangi efek diuresis dan natriuresis.

Beta blocker: prazosin dan captopril mengurangi efek anti hipertensi.

-    Mungkin akibat hambatan biosintesis PG di ginjal. Farmakokinetik:-    Absorbsi cepat melalui lambung.-    Kadar puncak 1-2 jam.-    T ½ 2 jam.-    90% terikat protein plasma.-    Ekskresi cepat, lengkap melalui urine sebagai metabolit atau konjugatnya.-    Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi. 

  Efek Samping:-       Thd saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometacin, dan naproksen.-       Efek samping yang lain jarang. Kontra indikasi:Wanita hamil dan menyusui. Indikasi:Paling aman untuk anak-anak.

  Dosis:-      inflamasinya dosis 1200-2400mg/ hari.

Ketoprofen

Page 10: materiiii

-    Derivat asam propionat. Farmakodinamik:-    Efektivitas seperti ibuprofen dengan sifat anti inflamasi sedang. Farmakokinetik:-    Absorbsi baik di lambung.-    T ½ 2 jam. 

  Efek Samping:-       Gangguan saluran cerna-       Reaksi hipersensitivitas 

  Dosis:-      (tetapi sebaiknya dilakukan secara individual)

FenbufenFarmakodinamik:-    Prodrug sehingga dia sendiri bersifat inaktif.-    Metabolit aktifnya adalah asam-4-bifenil-asetat. Farmakokinetik:-    T ½ 10 jam.-    Absorbsi melalui lambung baik.-    Kadar puncak 7,5 jam.

Efek Samping:-       Sama seperti NSAID lain. Kontra Indikasi:-       Tukak lambung.-       Gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Indikasi:-       Rheumatik sendi. 

Dosis:-      -      pemeliharaan) 1x 600mg sebelum tidur.

Naproksen-    Derivat asam propionat-    Naproksen bersama dngan ibuprofen dianggap paling tidak toksik diantara derivat asam propionat. Farmakokinetik:-    Absorbsi baik melaui lambung.-    Kadar puncak 2-4 jam.-    T ½ 14 jam.-    Tidak terdapat korelasi antara efektivitas dan kadar plasma.-    98-99% terikat protein plasma.-    Ekskresi terutama dalam urine, bentuiknya utuh maupun konjugat.-    Interaksi sama dengan ibuprofen.

    Efek Samping:-       Dyspepsia ringan sampai perdarahan lambung-       Efek SSP saikt kepala, pusing, lelah-       Ototoksisitas-       Gangguan hepar dan ginjal Indikasi:-       Rheumatik sendi 

    Dosis:-      rheumatik sendi 2x 250-375mg/ hari.-      500mg/ hari.

Antrhanilic Acid (Fenamates)Asam mefenamat-    Sebagai analgesik.-    Sebagai anti inflamasi kurang efektif dibandingkan aspirin.-    Terikat dengan kuat pada protein plasma. 

Efek Samping:-       Dyspepsia.-       Iritasi terhadap mukosa lambung.-       Eritema kulit.-       Brionkokonstriksi.-       Anemia hemolitik. Kontra Indikasi:-       Anak di bawah 14 tahun.-       Ibu hamil. Indikasi:-       Pemberian tidak melebihi 7 hari. 

 

Enolic AcidsPiroksikam-    Struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat.    

Page 11: materiiii

 Farmakokinetik:-    T ½ > 45 jam.-    Absorbsi cepat di lambung.-    99% terikat protein plasma.-    Siklus enterohepatik (+).-    Kadar puncak 7-10 hari.-    Kadar plasma kira-kira sama dengan kadar di cairan synovial.. 

 Efek Samping:-       Tukak lambung-       Tinnitus-       Pusing-       Nyeri kepala-       Eritema kulit Kontra Indikasi:-       Ibu hamil.-       Tukak lambung.-       Sedang minum anti koagulan. Indikasi:-       Penyakit inflamasi sendi misalnya arthritis rheumatoid, osteoarthritis, spondilitis ankilosa. 

 Dosis:-      diberikan pada pasien yang tidak memberi respon cukup dengan NSAID yang lebih aman.

Meloksikam-    Cenderung menghambat COX-2 lebih daripada COX-1 tetapi penghambatan COX-1 pada dosis terapi tetap nyata. 

   

AlkalonesNabumetonFarmakodinamik:-    Tidak bersifat asam-    Sifatnya selektif menghambat isoenzim PG untuk peradangan, tapi kurang menghambat protasiklin yang bersifat sitoprotektif. Farmakokinetik:-    Merupakan prodrug yang baru aktif setelah absorbsi dan mengalami konversi.-    Diserap cepat dari saluran cerna dsan di hati akan dikonversi.-    Merupakan penghambat kuat dari enzim cyclooksigenase.-    Diinaktivasi di hati secara O-demetilasi dan dikonjugasi untuk diekskresi.-    Dengan dosis 1 gr/ hari diudapatkan T ½ 24 jam.-    Pada usia lanjut T ½ bertambah panjang dengan 3-7 jam. 

Indikasi:-       Osteoarthritis dan arthritis rheumatoid. Efek Samping:-       Lebih sedikit terutama efek samping terhadap saluran cerna.

 

Selective COX-2 InhibitorDiaryl-Subtituted FuraronesRofecoxibFarmakodinamik:-    Anti inflamasi, analgesik, anti piuretik. Farmakokinetik:-    T ½ panjang sehingga cukup diberikan 1 hari sekali 60 mg.-    Dosis terapinya tidak menghambat COX-1 dan tidak menghambat platelet.

Efek Samping:-       Efek samping thd GIT menurunIndikasi-       Osteoarthritis-       Nyeri akut-       Dysmens-       Nyeri post OP Efek Toksik:-       Menghambat sintesis PG di ginjal Kontra Indikasi:

 

Page 12: materiiii

-       Pasien hipertensi-       Gagal ginjal-       Odem-       Stroke-       PJK 

Diaryl-Subtituted PyrazolesCelecoxib  Indikasi:

-       Rheumatoid arthritis, osteoarthritis. Efek Samping:-       Rash.-       Kurang menimbulkan ulcer dan edema dibandingkan NSAID lain. 

 

Indole Acetic AcidsEtodolacFarmakokinetik:-    Masa kerjanya pendek sehingga harus diberikan 3-4 kali/ hari

Indikasi:-       Analgesik pasca bedah misalnya bedah koroner

 

 

 

 

3.6 P-drug (pilihan obat yang rasional)

3.6.1 Pemilihan obat

Tabel 3.1

 Efficacy Safety Suitability Cost Total30% 30% 30% 10% 100%

Non Selective COX Inhibitor

Salicylic Acid derivatives8 6 5 9

660240 180 150 90

Acetaminophen7 9 8 9

810210 270 240 90

Indole & Indene Acetic Acids

7 4 5 6540

210 120 150 60

Heteroaryl Acetic Acids5 6 5 8

560150 180 150 80

Aryl Propionic Acid9 6 8 9

780270 180 240 90

Antrhanilic Acid (Fenamates)

8 4 5 8590

240 120 150 80

Enolic Acids7 7 5 9

660210 210 150 90

Alkalones7 7 5 6

630210 210 150 60

Selective COX-2 InhibitorDiaryl-Subtituted Furarones

9 7 7 5740

270 210 210 50Diaryl-Subtituted Pyrazoles

8 7 5 5650

240 210 150 50Indole Acetic Acids 8 7 5 4 640

Page 13: materiiii

240 210 150 40Berdasar tabel tersebut, maka obat yang terpilih adalah Acetaminophen.

 

 

3.7 Alasan farmakologis pilihan P-drug

Pemilihan obat Acetaminophen adalah dilihat dari segi efikasi: obat tsb cocok untuk menurunkan nyeri kepala dengan

jalan menghambat prostaglandine (relevan); dari segi safety: efek sampingnya tidak mempengaruhi lambung yang

mempunyai riwayat ulkus pepticum; dari segi suitability: banyak sekali bentuk sediaan obat ini; terakhir dari segi cost:

harganya sangat terjangkau.

 

 

 

 

3.8 Penanganan causa

Pemilihan P-drug yang telah dilakukan hanya berfungsi simptomatik sebagai analgesik, namun untuk jangka panjang

sebaiknya Bapak dodik harus menjauhkan diri dari faktor2 pencetus migraine atau diperiksaan lebih lanjut jika gejala-

gejala terus dirasakan untuk mengetahui causa pasti dari migraine.

 

Perlu dipertimbangkan penggunaan 5-HT 1 agonis (Triptan) atau anti-Dopamin (prochlorperazine) sebagai pengganti

atau terapi kombinasi dari Migraine serta mengurangi mual (aura). Tindakan Propilaxis layak juga untuk

dipertimbangkan untuk mengurangi serangan (Antiepilepsi, antidepresan, dan antihipertensi)

 

3.9 P-Treatment non drug

Tindakan-tindakan yang menurut penelitian dapat meredakan Migraine yaitu:

1. Body work

2. Massage

3. Creative arts (Menari , musik)

4. Nutrisi / suplemen (vitamins),

5. Eastern medicine (yoga),

6. Acupressure and acupuncture.

 

 

Bab IV

Kesimpulan

 

P-drug untuk pasien adalah Acetaminophen.

 

Ibuprofen

Bentuk sediaan         :  Tablet 500 mg

Cara pemberian        :  oral

Interval                     :  4-6 jam

Max dosis                 :  4 gram per hari (tidak boeh lebih)

Lama pemberian       :  simptomatik.

Efek samping   :           Eritema, Urtikaria, Demam, jaundice, kehilangan nafsu makan...

 

Daftar Pustaka

 

Page 14: materiiii

Brunton, L et al. 2006. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics (Eleventh Edition).

United States: The McGraw Hill Companies, Inc.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan

Terapi (Edisi 5). Jakarta: Gaya Baru.

Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology (Tenth Edition). United States: The McGraw Hill

Companies, Inc.

Kester, M et al. 2007. Elsevier’s Integrated Series: Elsevier’s Integrated Pharmacology. Philadelphia: Mosby

Elsevier.

Sunthornsaj, N et al. 2006. MIMS Indonesia 105th Edition 2006/2007. Jakarta: CMP Medika Drug References

Worldwide.

Tjay, T.H dan Rahardja, K, 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Srivastava, soma. 2008. Pathophysiology and Treatment of Migraine and related headache. Diakaes dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview

http://erlian-ff07.web.unair.ac.id/artikel_detail-44217 a.%20Semester%20III%20IV%20%20Farmakologi kasus%20Obat%20Analgesik,%20Anti%20Inflamasi,%20%20dan%20Anti%20Piretik.html

Page 15: materiiii

Paling tidak, anda harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh alias “nasib obat di dalam tubuh”, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu anda harus tahu pula akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan akibat ketagihan misalnya. Karena sesuai nama dan kegunaannya, semestinyalah obat hanya dipakai waktu tubuh memerlukannya saja.

 

Ada 2 istilah yang akan saya perkenalkan pada anda, yaitu: farmakokinetik dan farmakodinamik.

 

“Farmakokinetik” adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat, kecepatan obat itu diserap(absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh(bioavailability), jumlah obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama kerja dan intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan kondisi kesehatan seseorang.  Kondisi kesehatan maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit hati(beneran), kegemukan, kondisi dehidrasi, dll.

 

“Penyerapan(absorbsi)” obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul atau sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan dinding mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat, kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag" atau lagi diare, yang akan mempengaruhi proses absorbsi obat.

“Bioavailability” artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan oleh dokter yang memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai dari obat itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana menghitung dosisnya, berapa lama boleh di konsumsi dst.

Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah, kemudian di “distribusi”kan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah  diantara darah dan jaringan. Di dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai  organ target. Albumin dan kawan-kawan ini adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di tebak kan.....pada pasien-pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan perlu penyesuaian dosis.

Tempat utama “metabolisme”    obat di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin dan empedu.  Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan adanya interaksi diantara obat-obatan.  Dengan bertambahnya umur, kemampuan metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya volume dan aliran darah ke hati. Nahhh betul....juga untuk yang sakit hatinya(bukan yang karena mangkel deh) menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga sisa obat tidak efektif dibuang oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan, apakah obat bisa diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh...dan anda keracunan deh.

Ginjal adalah tempat utama “ekskresi”/ pembuangan obat. Sedangkan sistem billier membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem pencernaan.  Sedangkan kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi.  Metabolisme oleh hati membuat obat lebih “polar” dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal.  Obat-obatan dengan berat lebih dari 300 g/mol yang  termasuk grup polar dan “lipophilic” di ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang pantang diberikan pada pasien-pasien dengan fungsi ginjal yang sudah jelek kerjanya....kalau anda tidak hati-hati dan salah makan obat bisa "mogok kerja" deh si ginjal. Saya perlu memberi tahu anda kalau gangguan ginjal itu sering kali diam-diam tapi menghanyutkan, dan akhirnya muncul dalam kondisi parah. Coba perhatikan apakah anda punya masalah sakit pinggang, sakit kencing, "anyang-anyangen" atau keluar batu waktu buang air kecil?. Coba periksakan supaya anda tidak menyesal di belakang hari.

 

 

“Farmakodinamik” menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh, melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik membantu menjelaskan

 

Page 16: materiiii

hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi efek obat.

Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll.

Untuk gampangnya begini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul….misalnya, wow…migrain-ku lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti setelah minum “obat pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku hilang setelah lihat duit…eh minum obat penenang. Nah ini yang disebut dengan istilah farmakodinamik tadi.

 

Ini dasarnya dulu ya, kalau anda sudah mengerti…kita akan belajar lebih dalam lagi.

Pada dasarnya, lewat artikel mengenai “obat” ini, saya mau menekankan kalau sesungguhnya obat-obatan itu tidak perlu-perlu amat buat tubuh kita selama kita memang tidak sedang sakit. Dengan catatan kita harus bisa menjaga kondisi tubuh fit, asupan makanan terpilih, cukup istirahat dan olah-raga, bisa mengelola stres dengan menyalurkannya lewat aktifitas positif…..hal-hal ini adalah obat yang sesungguhnya. Satu lagi, jangan lupa…”hati yang gembira adalah obat”. Salam!!!.

http://trensehat.com/index.php?option=com_content&view=article&id=95:nasib-obat-di-dalam-tubuh&catid=40:obatracun&Itemid=62