Media Literacy Pohon Ganja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

meida literasi tentang pohon ganja dan lingkar ganja nasional

Citation preview

AbstrakTanaman ganja, sejak dahulu di seluruh dunia dianggap sebagai salah satu tanaman yang mempunya efek negative dan bersifat adiktif. Banyak kejadian kriminal di seluruh dunia yang disangkut-pautkan dengan penggunaan ganja yang diberitakan oleh media. sama halnya dengan di Indonesia, ganja dilarang untuk peredaran dan penggunaannya. Hal ini telah di tetapkan pada undang-undang no 35 tahun 2009, dimana ganja disebutkan masuk dalam narkotika golongan 1. LGN (Lingkar Ganja Nasional) adalah organisasi di Indonesia, yang berusaha menyadarkan masyarakat, bahwa penggunaan dan pemanfaatan tanaman ganja sangat berguna bagi kehidupan kita, selain sisi negative yang selama ini menjadi mindset kita apabila mendengar sesuatu yang berkaitan dengan ganja.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Peneliti melakukan observasi dengan cara melihat dan mengamati retorika atau ajakan LGN untuk berpikir kembali manfaaat dari tanaman ganja melalui posting-posting yang telah dilakukan pihak LGN dengan menggunakan akun twitternya, @legalisasiganja. Teknik observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak mengikuti secara langusng kegiatan yang dilakukan oleh LGN.Hasil penelitian melalui akun twitternya @legalisasiganja, LGN memberikan informasi umum seputar penggunaan dan manfaat pohon ganja dengan memberikan link artikel yang berisi tentang sisi positif dari pohon ganja. akun twitter ini juga sering menyapa followers-nya dan memberikan informasi kegiatan yang akan dan telah dilakukan oleh LGN.

Pendahuluan Adiksi dari penggunaan ganja telah menjadi sebuah kontroversi yang sedang hangat dibicarakan dewasa ini. Penggunaan ganja telah menjadi hal yang diperdebatkan oleh banyak ahli dan masyarakat di muka bumi. Banyak pihak yang menyatakan pro dan kontra atas legalisasi penggunaan ganja, karena ditinjau dari efek samping penggunaannya.Ketika ganja semakin membumi dan makin banyak manusia yang menjadi korban kriminalisasi yang diduga dampak dari adiksi ganja, hal ini mulai membuat potensi adiksi ganja dipertanyakan yang dulunya ganja bebas dikonsumsi oleh masyarakat kini menjadi hal yang diperdebatkan penggunaannya.Pada akhirnya pada tahun 1929, muncullah istilah narkotik yang bermula dari penelitian singkat dokter bedah Cumming di Amerika dan seiring berjalannya waktu, istilah narkotik semakin umum digunakan dalam literatur-literatur dan juga undang-undang dimana memiliki arti segala jenis obat adiktif dan segala jenis obat terlarang. Dampak yang paling fatal dari pengategorian ini adalah status legal ganja tidak lagi dibedakan dari opiat dan kokain. Oleh karena itu, pandangan bahwa penggunaan ganja merupakan suatu kebiasaan berubah menjadi seorang morfinis atau manusia tidak bermoral (Bonnie & Whitebread, 1974)Pada tahun 1930-1962, Harry Anslinger, Direktur dariFederal Bureau of Narcotics, melakukan propaganda dari media-media. Pada tahun 1936, 38 negara bagian memasukan ganja dalam daftar obat berbahaya dalam rangka pembuatan undang-undang narkotik. Undang-undang tahun 1937 tentangMarijuana Taxmulai memberikan hukuman bagi mereka yang terkait dengan ganja. Undang-undangBoggs1951 dan Undang-undangNarcotics Controltahun 1956 kemudian menambahkan tindak kriminal untuk pemilikan dan penjualan ganja. Argumen yang mendukung kriminalisasi tersebut adalah bahwa penggunaan ganja merupakan langkah awal dari penggunaan heroin. Ada kemungkinan bahwa teori batu loncatan mulai berkembang di sini. Dari undang-undang tersebut dilakukanlah standarisasi hukuman bagi seluruh jenis narkotik yang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk melihat adiksi narkotik hingga tingkat moralitas, yang akhirnya semakin mempertajam pandangan negatif bagi pengguna ganja.Sama halnya dengan di Indonesia, ganja dianggap sebagai salah satu jenis narkotika yang dilarang peredaran dan penggunaannya di negeri ini. Hal ini sudah tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 35 tahun 2009. Dari ditetapkan dan diberlakukannya UU tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk salah satu Negara yang serius memberantas ganja (narkotika). Hal ini terbukti dengan aksi-aksi pihak kepolisian yang menangkap pengedar dan pengguna narkotika, salah satunya adalah ganja.Direktorat Narkotika Polda Maluku Utara bersama Detasemen Polisi Militer 1501 Ternate membekuk seorang oknum anggota TNI. Tersangka yang berinisial EN ini ditangkap di rumahnya di Kelurahan Fitu, Kota Ternate Selatan, karena terbukti sebagai bandar ganja(Metrotvnews.com[footnoteRef:2]) [2: Wtr5. Jual Ganja, Oknum TNI Diciduk. 2012. Dikutip dari http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/11/27/165102/Jual-Ganja-Oknum-TNI-Diciduk/6 yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 15.54 WIB.]

Polisi menangkap puluhan suporter Persija Jakarta (Jakmania) dan Persela Lamongan (LA mania), yang kedapatan sedang pesta ganja di Lamongan, Jawa Timur. 12 di antaranya dinyatakan positif menggunakan ganja (Metrotvnews.com[footnoteRef:3]) [3: Wtr5. Pesta Ganja, Puluhan Suporter Ditangkap. 2011. Dikutip dari http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/12/12/141333/Pesta-Ganja-Puluhan-Suporter-Ditangkap yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 15.54 WIB.]

Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bireuen turut mendukung upaya kepolisian, termasuk mencari solusi atas alih fungsi lahan. Lahan yang semula ditanami ganja, kini ditanami tanaman bermanfaat lain. BNN juga memberikan pembinaan kepada masyarakat(kompas.com[footnoteRef:4]). [4: Desi Safnita Saifan. Kasus Kriminal di Bireuen Mayoritas Narkoba. 2012. Dikutip dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/26/17252882/Kasus.Kriminal.di.Bireuen.Mayoritas.Narkoba yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 16.17 WIB]

Asap ganja mengandung hidrokarbon hingga 50 sampai 70 persen lebih banyak dari asap tembakau. Komponen asap ganja juga dapat menetap dalam paru-paru dalam waktu yang sangat lama, sehingga meningkatkan risiko kanker paru-paru di kemudian hari.Hindari merokok tembakau dan ganja untuk menjaga kesehatan paru-paru di usia tua(detik.com[footnoteRef:5]) [5: Linda Mayasari.Kesalahan di Usia Muda yang Berisiko bagi Kesehatan Ketika Tua. 2012. Dikutip dari http://health.detik.com/read/2012/10/22/102903/2068771/766/kesalahan-di-usia-muda-yang-berisiko-bagi-kesehatan-ketika-tua yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 16.33 WIB.]

Media-media massa di Indonesia memiliki peran yang besar dalam menyebarluaskan berita yang berkaitan dengan ganja. Pemberitaan negative tentang ganja secara terus menerus akan membentuk pola pikir masyarakat dan menciptakan sebuah mainstream bahwa ganja merupakan salah satu jenis narkotika yang dilarang penggunaan dan peredarannya karena memiliki efek yang berbahaya. Hal ini juga menyebabkan masyarakat pada akhirnya tidak memperdebatkan lagi efek dari penggunaan ganja.Lingkar Ganja Nusantara (LGN), sebuah organisasi di Indonesia melihat bahwa ganja tidak berbahaya, malahan ganja memiliki efek positif yang tidak hanya di bidang kesehatan atau medis, misalnya serat pohon ganja yang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan furniture[footnoteRef:6]. Maka dari itu, LGN mulai mengajak masyarakat untuk berpikir kembali tentang efek penggunaan ganja karena ternyata banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan ganja tidak berbahaya. [6: Prof Leary mendesak pemerintah Amerika dan juga dunia untuk melegalkan penggunaan ganja karena menurut Leary, ganja memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Selain untuk keperluan medis, pohon ganja, yaitu seratnya (hemp), dapat dipakai untuk membuat furniture, mobil,dan sebagainya. ]

Hasil penelitian ilmiah "American Journal of Epidemiology", seperti dikutip San Fransisco Weekly, Minggu (4/9), menunjukkan, penggunaan ganja secara teratur efektif mencegah obesitas.Berdasarkan pengamatan terhadap para responden yang berpartisipasi dalam penelitian itu, berat badan perokok non-ganja memiliki berat badan berlebih. Dalam hal ini, berat badan 22 persen responden perokok non-ganja tersebut, tergolong dalam kategori gemuk. Sementara 14 persen reponden yang diminta merokok ganja tiga kali sehari, tidak mengalami masalah obesitas (pikiran-rakyat.com[footnoteRef:7]) [7: SF Weekly/A-88. Penelitian American Journal of Epidemiology, Ganja Bisa Cegah Obesitas. 2011. Dikutip dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/157362 yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul16.49 WIB.]

Hasil penelitian selama 20 tahun yang dilakukan ilmuwan University of California dan University of Alabama, Rabu (11/1) menunjukkan bahwa merokok ganja tidak membahayakan paru-paru manusia(pikiran-rakyat.com[footnoteRef:8]) [8: A-133/A-26. Merokok Ganja Dinilai Tak Berbahaya. Dikutip dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/172728 yang diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 16.57 WIB.]

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana media literacy yang dilakukan oleh LGN dalam menciptakan kembali kesadaran kritis masyarakat dan merubah persepsi negatif masyarakat mengenai ganja, yang telah dibentuk oleh kepentingan beberapa orang melalui kekuasaan dan media massa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana LGN mengajak khalayak untuk berpikir kembali tentang apa itu ganja dan fungsi dari ganja tersebut, bahwa ganja juga memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia dengan menggunakan salah satu jejaring sosial LGN yaitu twitter.

Metodelogi penelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan paradigma kualitatif. Pemilihan metode deskriptif ini digunakan untuk dapat mengungkapkan dan menjelaskan tentang gambaran proses dan cara retorika yang dilakukan oleh LGN. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dan mengkaji data-data faktual dengan menggunakan teknik observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan cara melihat dan mengamati retorika atau ajakan LGN untuk berpikir kembali manfaaat dari tanaman ganja melalui posting-posting yang telah dilakukan pihak LGN dengan menggunakan akun twitternya, @legalisasiganja. Teknik observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung di dalam kegiatan yang dilakukan LGN.

Hasil penelitianLingkar Ganja Nasional (LGN) memiliki akun twitter yang bernama @legalisasiganja yang memiliki followers sebanyak 22710 dan telah melakukan post tweet sebanyak 8202.Isu yang dibahas dalam tweet akun @legalisasiganja adalah informasi umum seputar penggunaan dan manfaat pohon ganja dengan memberikan link artikel yang berisi tentang sisi positif dari pohon ganja. Selain itu, akun twitter legalisasiganja ini membuat hashtag[footnoteRef:9] kultweed (#kultWeed) yang memberikan cuplikan informasi mulai dari sejarah, manfaat, kegunaan dan penggunaan ganja di seluruh dunia. Selain memberikan informasi yang berkaitan dengan ganja, akun twitter ini juga sering menyapa followers-nya dan memberikan informasi kegiatan yang akan dan telah dilakukan oleh LGN, seperti menginformasikan bahwa LGN menerbitkan buku[footnoteRef:10] yang berjudul Hikayat Pohon Ganja, LGN yang akan mengikuti acara memperingati hari AIDS pada tanggal 1 desember 2012 kemarin. [9: Hashtag atau # adalah keyword atau tag yang ada pada pesan twitter. Ini bertujuan untuk memudahkan twitter kita untuk terindeks dalam mesin pencari seperti Google,Yahoo, Bing dan lainnya.] [10: Diinformasikan melalui twitter pada tanggal 2 desember 2012]

PembahasanLGN melalui salah satu media sosialnya yaitu twitter dengan akun bernama legalisasiganja mengajak masyarakat yang memiliki akun twitter pada umumnya dan khususnya bagi yang memfollow legalisasiganja untuk kembali berpikir mengenai pohon ganja, bahwa ganja memiliki kegunaan dan manfaat yang bisa digunakan sehari-hari oleh umat manusia.Dalam mengajak masyarakat untuk berpikir ulang mengenai pohon ganja ini, secara tidak langsung LGN pasti menggunakan teknik retorika. Retorika adalah seni berbicara. Menurut Aristoteles, retorika adalah alat perusasi yang tersedia (west dan turner, 2008: 5). Tujuan retorika adalah persuasi, yang di maksudkan dalam persuasi dalam isu ini adalah LGN mengajak publik untuk berpikir kembali manfaat dan kegunaan pohon ganja dan mempengaruhi pemikiran dan pemahaman publik bahwa pohon ganja bukanlah jenis tanaman yang merusak manusia. Menurut Aristoteles, terdapat tiga hal yang mendasari retorika, yaitu ethos (karakter, intelegensi); pathos (bukti emosional); dan logos (bukti logis, penggunaan argument dan bukti). (west dan turner, 2008: 7). Ethos yang tampak dari isu ini adalah karakter dari akun twitter @legalisasiganja yang memiliki ribuan followers yang menciptakan kredibilitas dari akun itu sendiri yang memmbuat orang lain percaya akan tweet-tweet yang disampaikan, orang awam atau orang yang tidak memfollow legalisasiganja apabila melihat akun ini akan terpengaruh untuk percaya bahwa akun tersebut bukanlah akun hoax atau akun yang tidak benar/tidak serius karena memiliki followers yang banyak. Pathos disini tampak dari folowers yang aktif memberikan timbal balik kepada akun legalisasiganja, misalnya saja membalas sapaan dari legalisasiganja, me-retweet tweet dari legalisasiganja.

Gambar 1. Capture Feedback dari followers legalisasiganjaSelanjutnya logos, logos dari isu ini tampak dari akun legalisasiganja yang tak hanya mengajak khalayak untuk mendukung aksi mereka yaitu pelegalan pemakaian ganja semata, namun dalam persuasi yang dilakukannya juga memberikan bukti-bukti nyata dimana ganja juga memiliki manfaat yang baik untuk kehidupan manusia serta memberikan pengetahuan umum seputar ganja dari situs-situs yang tak hanya berasal dari Indonesia tapi juga mancanegara.

Gambar 2. Capture tweet dari legalisasiganja Terdapata tiga jenis retorika, yaitu retorika forensik (jenis retorika yang berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak); retorika epideiktik (jenis retorika yang berkaitan dengan memuji atau menyalahkan); dan retorika deliberative (jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus diambil oleh khalayak) (west dan turner, 2008: 16). Dalam isu ini, jenis retorika yang digunakan adalah retorika deliberative dimana LGN dalam menyampaikan informasi melalui akun twitternya dapat membuat khalayak atau followersnya berpikir mengenai ganja dan pada akhirnya membuat mereka mengambil keputusan untuk merubah mindset negatif pemikiran mereka mengenai ganja.

Kesimpulan Dari penelitian tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:1. Akun twitter @legalisasiganja dalam menyampaikan informasi seputar ganja ini secara tidak langsung menggunakan retorika guna untuk mempersuasi khalayak untuk berpikir ulang mengenai pohon ganja.2. Retorika yang dilakukan sudah memenuhi dasar-dasar retorika, yaitu ethos, pathos dan logos.3. Retorika yang dilakukan merupakan jenis retorika deliberative dimana akun @legalisasiganja secara aktif mengajak khalayak untuk berpikir ulang mengenai pohon ganja dan mengajak khalayak untuk mengambil keputusan dan pemahaman yang sama mengenai pohon ganja.4. Akun twitter @legalisasiganja berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan followersnya dengan cara sering menyapa mereka dan menganggapi pertanyaan atau tanggapan dari followersnya.

Daftar PustakaAkun twitter legalisasiganja (@legalisasiganja)West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Edisi 3 Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.