29
Borang Portofolio Kasus Anak Topik : Space Occupying Lesi ( Tumor Intrakranial) Tanggal (kasus) : 5 Agustus 2015 Presenter : dr. Pramithasari Tanggal Presentasi : 13 Agustus 2015 Pendamping : dr. Ismi Citra Ismail Sp.A Tempat Presentasi : Ruang Perawatan Anak RSD May.Jend. H.M. Ryacudu Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonatus Bayi Anak Remaja □ Dewasa Lansia □ Bumil Deskripsi : Perempuan, usia 8 tahun dengan nyeri kepala hebat disertai muntah menyembur □ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas. Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas : Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos Data Pasien : Nama : An.R, , 8 thn 4 bln, BB : 21 kg, TB : 116 No. Registrasi : 15.34.93 1

meningitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: meningitis

Borang Portofolio Kasus Anak

Topik : Space Occupying Lesi ( Tumor Intrakranial)

Tanggal (kasus) : 5 Agustus 2015 Presenter : dr. Pramithasari

Tanggal Presentasi : 13 Agustus 2015 Pendamping : dr. Ismi Citra Ismail Sp.A

Tempat Presentasi : Ruang Perawatan Anak RSD May.Jend. H.M. Ryacudu

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Perempuan, usia 8 tahun dengan nyeri kepala hebat disertai muntah menyembur

□ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.

Bahan

Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara

Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data Pasien :Nama : An.R, ♀ , 8 thn 4 bln,

BB : 21 kg, TB : 116 cmNo. Registrasi : 15.34.93

Nama Klinik : Anak RSD Ryacudu

LampuraTelp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Gambaran Klinis : Nyeri kepala dirasakan bertambah berat dalam1 bulan ini. Nyeri kepala

disertai dengan muntah menyembur.

2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah berobat ke klinik di tempat tinggalnya.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien mengalami nyeri kepala

4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien

5. Riwayat Pekerjaan : pasien belum bekerja

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : kesan baik

7. Riwayat Imunisasi : imunisasi dasar lengkap

1

Page 2: meningitis

Daftar Pustaka :

1. Pusponegoro HD. Migren pada anak. Dalam: Gunardi H, Oswari H, Handriastuti RS,

Kurniati N, editor. Pain management in children.Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak

FKUI; 2006.

2. Silberstein SD, Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M, et al. The 9.

International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (ICHD-II). Cephalalgia.

2005;25:460-5

3. Diunduh dari http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nyeri-kepala-pada-

anak-dan-remana.html. 2013

Hasil Pembelajaran :

1. Mampu menegakkan diagnosis nyeri kepala pada anak2. Mampu mengenali keadaan berbahaya pada nyeri kepala

3. Mampu merencanakan pemeriksaan yang diperlukan

4. Mampu memberikan pengobataan pada kasus yang tidak perlu dirujuk

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat yang dirasakan ± 1 bulan ini

disertai dengan muntah menyembur. Nyeri kepala hebat menyebabkan pasien suka

memukulkan kepala ke tembok. Menurut keluarga muntahan pasien berwarna

kehitaman.

Nyeri kepala awalnya dirasakan pasien pada beberapa bulan yang lalu . Pasien

lalu dibawah berobat, setelah berobat keluhan akan berkurang. 1 bulan ini pasien

kembali mengeluhkan nyeri kepala yang bertambah sering dan makin hebat. Nyeri

kepala akan timbul apabila pasien beraktivitas maupun ketika batuk dan pilek.

Pasien mengeluhkan nyeri kepala hilang timbul, terutama dirasakan pada bagian

belakang kepala. Nyeri dirasakan seperti ditusuk. Apabila nyeri kepala datang akan

disertai dengan mual (+) dan muntah yang menyembur. Nyeri kepala hebat membuat

pasien sering memukulkan kepalanya ke tembok.

2

Page 3: meningitis

Pasien tidak pernah mengalami pingsan dan kejang. Tidak ada keluhan gangguan

dalam berjalan dan melihat.

2. Objektif :

Kesan umum:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Laju jantung : 112x/menit, reguler

Pernapasan : 30x/menit

Suhu : 36,8°C (Axilla)

Status Generalis

Kepala

Mesocephal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit

kepala tidak ada kelainan. Kaku kuduk (-)

Mata

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil

anisikor, kanan 3mm, kiri 5 mm

Hidung

Nafas cuping hidung (), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)

Telinga

Normotia, discharge (-/-)

Mulut

Sianosis (-),faring tidak hiperemis, tonsil tenang (T1/T1)

Leher

KGB tidak membesar

Thorax

Paru

Inspeksi : simetris dextra et sinistra, retraksi intercostal (+)

3

Page 4: meningitis

Palpasi : vokal fremitus taktil dextra et sinistra sama

Perkusi : sonor disemua lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler dextra et sinistra, ekspirasi memanjang,

Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Palpasi : supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

lien tidak teraba membesar.

Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

Anggota gerak

Keempat /anggota gerak lengkap sempurna

Refleks patologis (-/-)

Refleks fisiologi (+/+)

Kekuatan motori +5/+5

Ekstremitas

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- -/-

4

Page 5: meningitis

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik - /- - /-

CRT < 2 detik < 2 detik

Tonus Normotoni Normotoni

PEMERIKSAAN KHUSUS

A. Data Antopometri

Anak perempuan usia : 8 tahun 4 bulan

Berat badan : 21 kg

Panjang badan : 116 cm

Penelaian Status Gizi

BB/U : 21/27 x 100% = 77,78%

TB/U : 116/150x 100% =89,23 %

BB/TB : 21/22 x 100% = 95%

Kesan : Gizi Baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 05 Agustus 2015

Hematologi Hasil Rujukan

Lekosit 18.900/ul 5000 - 11000/ul

5

Page 6: meningitis

Basofil

Eusinofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit

0 %

2 %

1 %

80 %

15 %

2%

0 – 1 %

1 – 3 %

2 – 6 %

30 – 70 %

20 – 40 %

2 – 8 %

Hemoglobin 15,0g/dL 12 - 16 g/dl

Hematokrit 45 % 38 - 47 %

Trombosit 452.000 /ul 150.000 - 400.000/ul

3. Assesment (penalaran klinis) :

Tumor Intrakranial

4. Plan :

Rawat inap

IVFD NaCl 0,9% 1000cc/24jam

Injeksi Rabitidin 2x 20mg IV

Injeksi Metilprednison 3x ½ ampul IV

Ibuprofen 3x10cc PO

Glaucetra 3x ½ tab PO

Tensi darah berkala

Konsul dr. SP. S : Ct-Scan Kepala

NASEHAT

Hindari atau kurangi factor pencetus munculnya serangan

nyeri kepala misalnya aktivitas fisik yang berlebihan.

6

Page 7: meningitis

ANALISIS KASUS

I. Pendahuluan

Nyeri kepala merupakan keluhan yang sangat sering ditemukan pada anak dan

remaja. Seringkali dokter merasa bingung menghadapi keluhan tersebut, kemudian

7

Page 8: meningitis

menyelesaikan masalah dengan melakukan pemeriksaan pencitraan dan EEG, yang

sebenarnya kurang tepat karena sebagian besar menunjukkan hasil yang normal.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai diagnosis nyeri kepala primer dan

sekunder yang sering ditemukan pada anak dan remaja, bagaimana mengenal keadaan

berbahaya, indikasi melakukan pemeriksaan penunjang dan melakukan pengobatan

terhadap nyeri kepala.

II. Epidemiologi

Data dari berbagai penelitian retrospektif menunjukkan bahwa nyeri kepala

“generik” ditemukan pada 37-51% anak berumur 7 tahun, dan meningkat menjadi 57-

82% anak berumur 15 tahun. Di antara semua nyeri kepala pada anak, migren dan

tension-type headache (TTH) menunjukkan prevalensi paling tinggi. Prevalensi

migren adalah 3% pada anak pra sekolah, 4-11% pada anak usia sekolah dasar, dan 8-

23% pada anak sekolah menengah, sedangkan prevalensi TTH adalah 30-78%.

III. Penyebab

Beberapa faktor, satu atau kombinasi, dapat membuat anak anda cenderung terkena

sakit kepala. Antara lain:

Kecenderungan genetik. Sakit kepala, khususnya migrain cenderung

menurun pada keluarga. Jika anda memiliki sejarah keluarga dengan

migrain, anak anda akan memiliki risiko tinggi mengalaminya juga.

Trauma pada kepala. Benturan dan memar pada kepala dapat

menyebabkan sakit kepala. Meskipun banyak cedera kepala adalah hal

yang ringan, cari pertolongan medis secepatnya jika anak anda jatuh

dengan keras pada kepala. Juga kontak dokter anda jika anak anda tetap

memiliki sakit kepala yang buruk setelah cedera kepala.

Sakit dan infeksi. Sakit kepala adalah gejala yang umum sering terjadi

pada banyak sakit pada anak-anak. Infeksi telinga, infeksi sinus, pilek dan

flu sering disertai dengan sakit kepala.

8

Page 9: meningitis

Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan termasuk perubahan cuaca, dapat

menyebabkan sakit kepala.

Faktor emosi. Tingkat stress yang tinggi dan kegelisahan – sering dipicu

oleh masalah dengan teman, guru, atau orang tua – dapat memainkan

peran dalam banyak sakit kepala pada anak-anak. Anak-anak dengan

depresi mungkin akan mengeluh dengan sakit kepalanya, khususnya jika

mereka memiliki masalah dalam mengatur perasaannya dari kesedihan

dan kesendirian.

Makanan dan minuman tertentu. Bahan tambahan pada makanan

monosodium glutamate (MSG), ditemukan pada banyak makanan seperti

bacon, bologna dan hot dog, yang diketahui dapat memicu sakit kepala.

Juga kafein, pada soda, cokelat, kopi dan teh dapat menyebabkan sakit

kepala.

IV. Klasifikasi Nyeri Kepala

Klasifikasi nyeri kepala telah diterbitkan oleh International Headache Society

dengan revisi pada tahun 2005.9 Dalam klasifikasi tersebut, jumlah diagnosis nyeri

kepala mencapai puluhan macam. Nyeri kepala dibedakan menjadi nyeri kepala

primer yang terdiri dari migren, tension-type headache (TTH), cluster headache dan

nyeri kepala sekunder yang disebabkan penyakit lain. Di antara sekian banyak jenis

nyeri kepala, yang perlu dibedakan adalah migren, tension-type headache, dan nyeri

kepala sekunder disebabkan infeksi intrakranial, massa intrakranial dan trauma

kepala.

1. Nyeri Kepala Primer

a. Migren

Pada anak, migren dapat menujukkan manifestasinya dalam beberapa bentuk,

yaitu migren tanpa aura (common migraine), migren dengan aura (classic

migraine), dan sindrom periodik yang merupakan prekursor migren. Migren

pada remaja akan menetap pada 41,8% kasus, mengalami remisi pada 38,2%

kasus dan berubah menjadi TTH pada 20% kasus.

9

Page 10: meningitis

Migren tanpa aura

Merupakan jenis migren yang paling sering ditemukan. Ciri khasnya adalah

nyeri kepala dengan adanya interval bebas gejala. Nyeri kepala terasa

berdenyut, yang kadang sulit dijelaskan oleh anak. Migren disertai gejala

otonom berupa mual dan muntah dan diperberat oleh aktivitas fisik. Gejala

mual dan muntah tersebut juga menyebabkan gangguan aktivitas yang

bermakna.

Untuk anak telah dibuat modifikasi kriteria diagnosis yaitu: lama serangan

antara 1-72 jam, lokasi bilateral atau bifrontal pada umur kurang dari 15 tahun

dengan catatan apabila lokasi oksipital harus dicari kemungkinan penyebab

lain, dan adanya fotofobia serta fonofobia yang terlihat dengan perubahan

perilaku, misalnya masuk ke dalam kamar yang gelap dan sepi. Adanya

ketentuan “tidak disebabkan hal lain” menunjukkan bahwa diagnosis banding

lain harus disingkirkan.

Migren dengan aura

Gejala aura disebabkan depolarisasi neuron di satu tempat dan oligemia sesuai

dengan teori cortical spreading depression. Aura visual yang sering ditemukan

adalah gangguan visus bilateral dengan skotoma (77%), distorsi atau

halusinasi (16%) dan gangguan visus monokuler atau skotoma (7%).

Benign paroxysmal vertigo

Benign paroxysmal vertigo muncul berupa ataksia dan gangguan

keseimbangan. Anak takut bergerak karena kehilangan keseimbangan. Dapat

disertai nistagmus atau anak menjadi pucat. Gejala membaik dengan tidur.

Beberapa diagnosis banding yang harus difikirkan misalnya gangguan telinga,

tumor fosa posterior atau sindrom Panayitopoulos.

Cyclic vomiting

Cyclic vomiting dapat menyerupai penyakit gastrointestinal, neurologis atau

metabolik. Ciri khas dari cyclic vomiting adalah keadaan anak yang normal

10

Page 11: meningitis

pada periode bebas serangan. Muntah terjadi setiap 2-4 minggu, biasanya saat

bangun tidur pagi dan berlangsung selama 1-2 hari. Umur awitan sekitar 5

tahun. Sebagian anak sembuh sendiri pada umur 10 tahun.8 Keadaan ini sering

ditafsirkan sebagai penolakan untuk masuk sekolah.

b. Tension-type headache (TTH)

Dahulu diduga bahwa TTH disebabkan faktor psikologis, namun ternyata

dasarnya adalah neurobiologis. TTH dibagi dalam TTH episodik jarang, TTH

episodik sering dan TTH kronik. Masing-masing keadaan tersebut dapat

disertai atau tanpa disertai nyeri perikranial.

Pada anak seringkali sulit membedakan TTH dengan migren. Dalam

menegakkan diagnosis TTH, beberapa kriteria migren merupakan faktor

eksklusi. TTH tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut, tidak unilateral, tidak

menjadi makin berat bila beraktivitas, dan tidak menunjukkan gejala otonom

berupa mual dan muntah.

Patofisiologi TTH belum diketahui. Tipe kronik mungkin merupakan akibat

mekanisme sentral sedangkan tipe episodik merupakan akibat mekanisme

perifer. Tipe episodik jarang biasanya tidak menimbulkan masalah serius,

namun tipe episodik sering dan kronik sering menyebabkan gangguan

bermakna bagi anak. tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut

Adanya nyeri pada penekanan otot perikranial sangat membantu diagnosis.

Nyeri meningkat dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala. Penekanan

dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dengan gerakan memutar pada

otot frontal, temporal, masetter, pterygoideus, splenius dan trapezius. TTH

episodik sering dan TTH kronik dapat terjadi bersamaan dengan migren tanpa

aura. Kedua keadaan ini harus dibedakan karena pengobatannya berbeda.

Dalam perjalanan penyakit alamiah, migren dapat berubah menjadi TTH.

c. Cluster Headache

Muncul sebagai nyeri unilateral di daerah orbita, supraorbita, temporal atau

kombinasi. Serangan berlangsung 15-180 menit dan muncul sekali dua hari

11

Page 12: meningitis

sampai 8 kali per hari. Serangan disertai gejala unilateral berupa injeksi

konjungtiva, lakrimasi, kongesti hidung, rinorea, berkeringat pada dahi dan

wajah, miosis, ptosis, dan edema kelopak mata. Sebagian besar penderita

menunjukkan agitasi selama serangan. Cluster headache jarang ditemukan

pada anak, awitan paling sering adalah pada umur lebih dari 20 tahun.

2. Nyeri Kepala Sekunder

Di antara berbagai penyebab nyeri kepala sekunder, yang paling penting

adalah nyeri kepala disebabkan tumor otak dan nyeri kepala disebabkan

meningitis.

a. Nyeri kepala karena peninggian tekanan intrakranial dan/ atau hidrosefalus

yang disebabkan oleh tumor otak

Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau

infratentorial. Tumor supratentorial menunjukkan gejala nyeri kepala,

kelumpuhan dan kejang, sedangkan tumor infratentorial sering disertai gejala

saraf otak dan gejala serebelum. Analisis terhadap 200 anak dengan tumor

otak menunjukkan gejala sakit kepala (41%), muntah (12%), ketidak

seimbangan (11%), gangguan visual (10%), gangguan perilaku (10%) dan

kejang (9%). Pada pemeriksaan fisis ditemukan edema papil (38%), gangguan

saraf kranial (49%), gangguan serebelum (48%), kelumpuhan (27%) dan

penurunan kesadaran (12%). Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial.

Medulloblastoma dan astrositoma serebeler adalah pre- dominan.

Nyeri kepala karena tumor otak biasanya tidak berdenyut, bersifat progresif

yaitu makin lama makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah.

Lokasinya sering menetap di satu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat

bangun tidur pagi hari, dan diperburuk oleh manuver Valsava berupa batuk,

bersin, atau mengejan. Nyeri juga diperburuk dengan aktivitas fisik.

Lokasi tumbuhnya tumor dapat menyebabkan gejala spesifik tertentu, karena

setiap bagian otak berfungsi untuk mengendalikan fungsi-fungsi tertentu.

Ketika terdapat kerusakan di bagian otak, maka hal itu mempengaruhi

kemampuan fingsional dari proses fisiologi tertentu dari kontrol otak. Bagian-

12

Page 13: meningitis

bagian dari otak berhubungan dengan fungsi yang beragam, sedangkan gejala

dan tanda-tanda tumor otak bervariasi tergantung posisi tumor.

Tumor pada lobus frontal

Korteks serebral terdiri dari lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal dan

lobus oksipital. Lobus frontal berhubungan dengan perencanaan kognitif,

penalaran, pemecahan masalah, menilai, emosi dan gerakan, adanya tumor

pada bagian lobus frontal dapat menyebabkan gejala seperti perubahan

perilaku, penurunan fungsi kognitif, gangguan indra penciuman, lemah pada

salah satu sisi tubuh.

Tumor pada lobus parietal

Lobus parietal dikaitkan dengan sensasi sentuhan, orientasi pasial dan

sebagiannya. Adanya tumor di daerah ini akan menimbulkan gejala seperti

kesulitan dalam memahami pembicaraan, kesulitan dalam menulis dan

masalah dalam membaca.

Tumor pada lobus temporal

Lobus temporal berkaitan dengan bahasa, memori dan mendengar. Hal ini

terkait dengan pendengaran dan persepsi visual. Jika tumor otak berkembang

di lobus temporal, penderita akan mengalami gejala seperti penurunan

kapasitas memori, kesulitan berbicara dan kejang.

Tumor pada lobus oksipital

Lobus oksipital berfungsi mengolah informasi visual. Perkembangan tumor di

daerah ini akan menyebabkan gejala seperti hilangnya penglihatan dari salah

satu atau kedua mata dan juga kejang-kejang.

Tumor pada cerebelum

Cerebelum adalah bagian dari otak yang berhubungan dengan koordinasi dan

keseimbangan. Jika tumor berkembang didaerah ini, penderita akan

13

Page 14: meningitis

mengalami gejala seperti koordinasi yang lemah, masalah dalam berbicara,

mual dan pusing.

Tumor pada batang otak

Otak terhubung ke tulang belakang oleh batang otak. Batang otak terdiri dari

medula oblongata, pons, dan mesensefalon. Ini merupakan pusta kontrol yang

memainkan peran penting dalam menfasilitasi fungsi tubuh. Tumor akan

menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kesulitan dan keseimbangan dan

koordinasi, kesulitan dalam menelan, penglihatan ganda, kelemahan otot dan

kelumpuhan saraf kranial.

Tumor pada meningen

Meningen mengacu pada tiga membran yang menutupi otak dan tulang sum-

sum tulang belakang. Tumor yang muncul pada salah satu membran disebut

meningioma. Gejala yang timbul antara lain adalah sakit kepala, masalah

penglihatan, kelumpuhan satu kaki dan kesulitan dalam membaca dan

menulis.

Tumor pada kelenjar pituitari

Kelenjar pituitari adalah kelenjar edokrin yang terletak di dasar otak. Ketika

tumor terbentuk di kelenjar hipofisis, dapat mempengaruhi produksi hormon

yang diperlukan untuk berfungsinya tubuh. Hal ini akan menimbulkan gejala

ketidaak seimbangan horomon, gangguan penglihatan, penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan, penurunan suasana hati, tekanan darah tinggi dan

diabetes.

b. Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis

Pada meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala

rangsang meningeal dan gejala serebral berupa kejang.

14

Page 15: meningitis

Anak besar dengan meningitis tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri

kepala berat sebelum munculnya gejala serebral lain dan gejala rangsang

meningeal. Berbeda dengan peninggian tekanan intrakranial lain, pada

meningitis tuberkulosa sering ditemukan atrofi papil N. II karena saraf otak ke

II terkena langsung. Gejala abses otak mirip dengan tumor otak ditambah

gejala infeksi.

c. Nyeri kepala pasca trauma

Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau nyeri kronik.

Nyeri akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan ringan atau trauma

berat. Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural

atau epidural. Nyeri kepala setelah trauma bisanya merupakan bagian dari

sindrom pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah,

perubahan kepribadian dan insomnia.

V. Pemeriksaan pada Nyeri Kepala

Anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis merupakan hal mutlak dan paling

penting dalam menegakkan diagnosis, karena sebagian besar nyeri kepala tidak

menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan fisis dan pencitraan. Semua hal yang

tercantum dalam kriteria diagnosis harus ditanyakan. Anak-anak seringkali belum

dapat mendeskripsikan rasa nyeri dengan baik, sehingga harus ditanyakan kepada

orang tua mengenai perubahan perilaku yang terlihat saat serangan nyeri kepala.

Pemeriksaan fisis khusus untuk nyeri kepala misalnya penekanan pada otot-otot

perikranium untuk mendeteksi TTH. Selain itu, pemeriksaan fisis ditujukan untuk

menyingkirkan penyebab nyeri kepala sekunder, misalnya tekanan darah,

pemeriksaan gerak bola mata dan saraf kranialis, funduskopi, fungsi serebelum berupa

keseimbangan dan lainnya, serta kelumpuhan, refleks fisiologis dan refleks patologis.

VI. Pencitraan

Kemungkinan ditemukannya kelainan susunan saraf pusat pada nyeri kepala

kronik dengan pemeriksaan neurologis normal hanya 1 di antara 815 anak (0,37%).

15

Page 16: meningitis

Pencitraan tidak perlu dilakukan pada anak dengan nyeri kepala berulang tanpa

kelainan neurologis. Kemungkinan SOL( Space Occupying Lession) harus dicurigai

pada sakit kepala yang baru berlangsung kurang dari 1 bulan, tidak adanya riwayat

keluarga migren, pemeriksaan neurologis abnormal, gangguan gait, dan adanya

kejang.

Pencitraan dilakukan pada keadaan berikut:

Nyeri kepala akut:

Nyeri kepala sangat berat yang belum pernah dialami sebelumnya

Demam dan gejala rangsang meningeal

Riwayat trauma kepala

Nyeri kepala kronik

Nyeri kepala menetap selama kurang dari 6 bulan yang tidak memberi respons

terhadap pengobatan

Nyeri kepala kronis progresif, makin sering dan makin berat

Nyeri kepala disertai gejala neurologis abnormal, terutama bila disertai edema

papil, nistagmus, gangguan gerak bola mata, gangguan gait, dan gangguan

motorik berupa kelumpuhan atau adanya refleks patologis

Nyeri kepala menetap tanpa adanya riwayat keluarga migren

Nyeri kepala menetap disertai episode bingung, disorientasi, atau muntah

Nyeri kepala menyebabkan anak terbangun dari tidur atau terjadi pada saat

bangun tidur (dapat juga terjadi pada migren)

Riwayat keluarga atau riwayat medis, pemeriksaan klinis atau laboratorium

yang merupakan predisposisi lesi susunan saraf pusat.

16

Page 17: meningitis

VII. Elektroensefalografi

Elektorosensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan pada anak dengan nyeri

kepala berulang, karena hasilnya tidak dapat digunakan untuk menentukan etiologi,

membantu diagnosis, atau membedakan migren dengan nyeri kepala lain.

VIII. Terapi pada nyeri kepala

1. Migrain

Tujuan penatalaksanaan adalah penatalaksanaan menyeluruh jangka panjang

untuk mengurangi frekuensi, berat dan lama serangan, memberi terapi yang

terbaik, mencegah pengobatan berlebihan, dan memperbaiki kualitas hidup dari

pasien. Untuk menilai beratnya migren dapat digunakan PedMIDAS. Terapi obat

pada migren dapat dibagi menjadi terapi untuk mengatasi serangan akut dan terapi

profilaksis untuk mencegah munculnya serangan. Banyak obat yang dapat

digunakan pada orang dewasa belum mendapat ijin untuk digunakan pada anak

sehingga penggunaannya masih bersifat off-label. Selain itu, pada migren banyak

dikenal terapi komplementer dan alternatif, misalnya intervensi psikologis,

perubahan gaya hidup, relaksasi, bio-feedback, diet dan lain-lain.

Terapi serangan migren akut

Tujuan terapi akut adalah menghilangkan nyeri dan gejala lain dengan cepat

dan efektif sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Obat harus diberikan

pada saat pasien mulai merasa ada gejala. Bila gejala migren sudah mencapai

puncaknya, pengobatan menjadi sangat sulit. Serangan ringan hanya

memerlukan satu macam analgetik sedangkan serangan berat memerlukan

terapi kombinasi.

American Academy of Neurology telah mengeluarkan rekomendasi untuk

pengobatan serangan akut migren pada anak sebagai berikut :

Ibuprofen efektif untuk mengatasi migren. Parasetamol mungkin efektif.

Sumatriptan spray nasal efektif bagi remaja.

17

Page 18: meningitis

Triptan oral dan triptan subkutan: tidak ada data untuk menerima atau

menolak penggunaannya pada anak atau remaja.

Banyak peneliti menggunakan terapi kombinasi sejak awal. Obat yang

bermanfaat bagi terapi kombinasi adalah gabungan NSAID dan triptan. Suatu

hal yang dikuatirkan pada terapi migren adalah penggunaan obat terapi

serangan akut yang berlebihan.

Terapi profilaksis migren

Indikasi terapi profilaksis adalah:

1. Sering mengalami serangan akut (2-4 kali setiap bulan) yang cukup berat yang

mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Mengalami serangan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam.

3. Mengalami gangguan fungsi walaupun sudah mendapat pengobatan akut yang

adekuat.

4. Mengalami ko-morbiditas atau keadaan lain yang menyulitkan pengobatan

akut.

5. Kegagalan, kontraindikasi, atau efek samping obat terapi akut

6. Mempunyai risiko menggunakan obat terlalu banyak

7. Tipe migren yang jarang dan sulit diobati, misalnya migren hemiplegik,

migren basilar, migren dengan aura yang lama, migren dengan infark, atau ada

risiko kerusakan saraf permanen.

Terapi profilaksis diberikan tiap hari untuk waktu yang lama. Berapa lamanya

tidak ada kesesuaian pendapat, umumnya selama 3-6 bulan. Diperlukan waktu

beberapa minggu sebelum terapi profilaksis dapat bekerja baik sehingga jangan

terlalu cepat menilai bahwa terapi profilaksis gagal. Penghentian obat harus

perlahan-lahan untuk mengurangi kemungkinan relaps dan withdrawal.

Jenis obat yang telah diteliti terbukti memberi manfaat untuk terapi profilaksis

adalah:

18

Page 19: meningitis

Antikonvulsan misalnya sodium valproate, topiramate

Antidepresan trisiklik misalnya amitriptyline

Antihistamin misalnya cyproheptadine

Ca-channel blocker misalnya flunarizine

Antihipertensi misalnya propanolol

2. Tension-typeheadache

Obat terpilih untuk TTH adalah ibuprofen, disusul naproxen dan ketoprofen.

IX. Ringkasan

Diperlukan pengetahuan mengenai klasifikasi diagnosis, kemampuan anamnesis

dan pemeriksaan neurologis untuk menegakkan diagnosis nyeri kepala pada anak.

Pemeriksaan penunjang pencitraan dan EEG hanya atas indikasi dan bukan

merupakan yang rutin dilakukan. Pemilihan obat harus sesuai dengan diagnosis dan

indikasi, sambil memperhatikan kemungkinan efek samping dan kemungkinan

penggunaan obat berlebihan.

19

Page 20: meningitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro HD. Migren pada anak. Dalam: Gunardi H, Oswari H,

Handriastuti RS, Kurniati N, editor. Pain management in children.Jakarta:

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2006

2. Silberstein SD, Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M, et al.

The 9. International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (ICHD-

II). Cephalalgia. 2005;25:460-5

3. Diunduh dari http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nyeri-

kepala-pada-anak-dan-remana.html. 2013

20