Borang Portofolio Kasus Anak
Topik : Space Occupying Lesi ( Tumor Intrakranial)
Tanggal (kasus) : 5 Agustus 2015 Presenter : dr. Pramithasari
Tanggal Presentasi : 13 Agustus 2015 Pendamping : dr. Ismi Citra Ismail Sp.A
Tempat Presentasi : Ruang Perawatan Anak RSD May.Jend. H.M. Ryacudu
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Perempuan, usia 8 tahun dengan nyeri kepala hebat disertai muntah menyembur
□ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan
Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara
Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien :Nama : An.R, ♀ , 8 thn 4 bln,
BB : 21 kg, TB : 116 cmNo. Registrasi : 15.34.93
Nama Klinik : Anak RSD Ryacudu
LampuraTelp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Gambaran Klinis : Nyeri kepala dirasakan bertambah berat dalam1 bulan ini. Nyeri kepala
disertai dengan muntah menyembur.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah berobat ke klinik di tempat tinggalnya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien mengalami nyeri kepala
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
5. Riwayat Pekerjaan : pasien belum bekerja
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : kesan baik
7. Riwayat Imunisasi : imunisasi dasar lengkap
1
Daftar Pustaka :
1. Pusponegoro HD. Migren pada anak. Dalam: Gunardi H, Oswari H, Handriastuti RS,
Kurniati N, editor. Pain management in children.Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI; 2006.
2. Silberstein SD, Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M, et al. The 9.
International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (ICHD-II). Cephalalgia.
2005;25:460-5
3. Diunduh dari http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nyeri-kepala-pada-
anak-dan-remana.html. 2013
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosis nyeri kepala pada anak2. Mampu mengenali keadaan berbahaya pada nyeri kepala
3. Mampu merencanakan pemeriksaan yang diperlukan
4. Mampu memberikan pengobataan pada kasus yang tidak perlu dirujuk
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat yang dirasakan ± 1 bulan ini
disertai dengan muntah menyembur. Nyeri kepala hebat menyebabkan pasien suka
memukulkan kepala ke tembok. Menurut keluarga muntahan pasien berwarna
kehitaman.
Nyeri kepala awalnya dirasakan pasien pada beberapa bulan yang lalu . Pasien
lalu dibawah berobat, setelah berobat keluhan akan berkurang. 1 bulan ini pasien
kembali mengeluhkan nyeri kepala yang bertambah sering dan makin hebat. Nyeri
kepala akan timbul apabila pasien beraktivitas maupun ketika batuk dan pilek.
Pasien mengeluhkan nyeri kepala hilang timbul, terutama dirasakan pada bagian
belakang kepala. Nyeri dirasakan seperti ditusuk. Apabila nyeri kepala datang akan
disertai dengan mual (+) dan muntah yang menyembur. Nyeri kepala hebat membuat
pasien sering memukulkan kepalanya ke tembok.
2
Pasien tidak pernah mengalami pingsan dan kejang. Tidak ada keluhan gangguan
dalam berjalan dan melihat.
2. Objektif :
Kesan umum:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Laju jantung : 112x/menit, reguler
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 36,8°C (Axilla)
Status Generalis
Kepala
Mesocephal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan. Kaku kuduk (-)
Mata
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil
anisikor, kanan 3mm, kiri 5 mm
Hidung
Nafas cuping hidung (), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
Telinga
Normotia, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-),faring tidak hiperemis, tonsil tenang (T1/T1)
Leher
KGB tidak membesar
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris dextra et sinistra, retraksi intercostal (+)
3
Palpasi : vokal fremitus taktil dextra et sinistra sama
Perkusi : sonor disemua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler dextra et sinistra, ekspirasi memanjang,
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi : supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba membesar.
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Anggota gerak
Keempat /anggota gerak lengkap sempurna
Refleks patologis (-/-)
Refleks fisiologi (+/+)
Kekuatan motori +5/+5
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- -/-
4
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus Normotoni Normotoni
PEMERIKSAAN KHUSUS
A. Data Antopometri
Anak perempuan usia : 8 tahun 4 bulan
Berat badan : 21 kg
Panjang badan : 116 cm
Penelaian Status Gizi
BB/U : 21/27 x 100% = 77,78%
TB/U : 116/150x 100% =89,23 %
BB/TB : 21/22 x 100% = 95%
Kesan : Gizi Baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 05 Agustus 2015
Hematologi Hasil Rujukan
Lekosit 18.900/ul 5000 - 11000/ul
5
Basofil
Eusinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0 %
2 %
1 %
80 %
15 %
2%
0 – 1 %
1 – 3 %
2 – 6 %
30 – 70 %
20 – 40 %
2 – 8 %
Hemoglobin 15,0g/dL 12 - 16 g/dl
Hematokrit 45 % 38 - 47 %
Trombosit 452.000 /ul 150.000 - 400.000/ul
3. Assesment (penalaran klinis) :
Tumor Intrakranial
4. Plan :
Rawat inap
IVFD NaCl 0,9% 1000cc/24jam
Injeksi Rabitidin 2x 20mg IV
Injeksi Metilprednison 3x ½ ampul IV
Ibuprofen 3x10cc PO
Glaucetra 3x ½ tab PO
Tensi darah berkala
Konsul dr. SP. S : Ct-Scan Kepala
NASEHAT
Hindari atau kurangi factor pencetus munculnya serangan
nyeri kepala misalnya aktivitas fisik yang berlebihan.
6
ANALISIS KASUS
I. Pendahuluan
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sangat sering ditemukan pada anak dan
remaja. Seringkali dokter merasa bingung menghadapi keluhan tersebut, kemudian
7
menyelesaikan masalah dengan melakukan pemeriksaan pencitraan dan EEG, yang
sebenarnya kurang tepat karena sebagian besar menunjukkan hasil yang normal.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai diagnosis nyeri kepala primer dan
sekunder yang sering ditemukan pada anak dan remaja, bagaimana mengenal keadaan
berbahaya, indikasi melakukan pemeriksaan penunjang dan melakukan pengobatan
terhadap nyeri kepala.
II. Epidemiologi
Data dari berbagai penelitian retrospektif menunjukkan bahwa nyeri kepala
“generik” ditemukan pada 37-51% anak berumur 7 tahun, dan meningkat menjadi 57-
82% anak berumur 15 tahun. Di antara semua nyeri kepala pada anak, migren dan
tension-type headache (TTH) menunjukkan prevalensi paling tinggi. Prevalensi
migren adalah 3% pada anak pra sekolah, 4-11% pada anak usia sekolah dasar, dan 8-
23% pada anak sekolah menengah, sedangkan prevalensi TTH adalah 30-78%.
III. Penyebab
Beberapa faktor, satu atau kombinasi, dapat membuat anak anda cenderung terkena
sakit kepala. Antara lain:
Kecenderungan genetik. Sakit kepala, khususnya migrain cenderung
menurun pada keluarga. Jika anda memiliki sejarah keluarga dengan
migrain, anak anda akan memiliki risiko tinggi mengalaminya juga.
Trauma pada kepala. Benturan dan memar pada kepala dapat
menyebabkan sakit kepala. Meskipun banyak cedera kepala adalah hal
yang ringan, cari pertolongan medis secepatnya jika anak anda jatuh
dengan keras pada kepala. Juga kontak dokter anda jika anak anda tetap
memiliki sakit kepala yang buruk setelah cedera kepala.
Sakit dan infeksi. Sakit kepala adalah gejala yang umum sering terjadi
pada banyak sakit pada anak-anak. Infeksi telinga, infeksi sinus, pilek dan
flu sering disertai dengan sakit kepala.
8
Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan termasuk perubahan cuaca, dapat
menyebabkan sakit kepala.
Faktor emosi. Tingkat stress yang tinggi dan kegelisahan – sering dipicu
oleh masalah dengan teman, guru, atau orang tua – dapat memainkan
peran dalam banyak sakit kepala pada anak-anak. Anak-anak dengan
depresi mungkin akan mengeluh dengan sakit kepalanya, khususnya jika
mereka memiliki masalah dalam mengatur perasaannya dari kesedihan
dan kesendirian.
Makanan dan minuman tertentu. Bahan tambahan pada makanan
monosodium glutamate (MSG), ditemukan pada banyak makanan seperti
bacon, bologna dan hot dog, yang diketahui dapat memicu sakit kepala.
Juga kafein, pada soda, cokelat, kopi dan teh dapat menyebabkan sakit
kepala.
IV. Klasifikasi Nyeri Kepala
Klasifikasi nyeri kepala telah diterbitkan oleh International Headache Society
dengan revisi pada tahun 2005.9 Dalam klasifikasi tersebut, jumlah diagnosis nyeri
kepala mencapai puluhan macam. Nyeri kepala dibedakan menjadi nyeri kepala
primer yang terdiri dari migren, tension-type headache (TTH), cluster headache dan
nyeri kepala sekunder yang disebabkan penyakit lain. Di antara sekian banyak jenis
nyeri kepala, yang perlu dibedakan adalah migren, tension-type headache, dan nyeri
kepala sekunder disebabkan infeksi intrakranial, massa intrakranial dan trauma
kepala.
1. Nyeri Kepala Primer
a. Migren
Pada anak, migren dapat menujukkan manifestasinya dalam beberapa bentuk,
yaitu migren tanpa aura (common migraine), migren dengan aura (classic
migraine), dan sindrom periodik yang merupakan prekursor migren. Migren
pada remaja akan menetap pada 41,8% kasus, mengalami remisi pada 38,2%
kasus dan berubah menjadi TTH pada 20% kasus.
9
Migren tanpa aura
Merupakan jenis migren yang paling sering ditemukan. Ciri khasnya adalah
nyeri kepala dengan adanya interval bebas gejala. Nyeri kepala terasa
berdenyut, yang kadang sulit dijelaskan oleh anak. Migren disertai gejala
otonom berupa mual dan muntah dan diperberat oleh aktivitas fisik. Gejala
mual dan muntah tersebut juga menyebabkan gangguan aktivitas yang
bermakna.
Untuk anak telah dibuat modifikasi kriteria diagnosis yaitu: lama serangan
antara 1-72 jam, lokasi bilateral atau bifrontal pada umur kurang dari 15 tahun
dengan catatan apabila lokasi oksipital harus dicari kemungkinan penyebab
lain, dan adanya fotofobia serta fonofobia yang terlihat dengan perubahan
perilaku, misalnya masuk ke dalam kamar yang gelap dan sepi. Adanya
ketentuan “tidak disebabkan hal lain” menunjukkan bahwa diagnosis banding
lain harus disingkirkan.
Migren dengan aura
Gejala aura disebabkan depolarisasi neuron di satu tempat dan oligemia sesuai
dengan teori cortical spreading depression. Aura visual yang sering ditemukan
adalah gangguan visus bilateral dengan skotoma (77%), distorsi atau
halusinasi (16%) dan gangguan visus monokuler atau skotoma (7%).
Benign paroxysmal vertigo
Benign paroxysmal vertigo muncul berupa ataksia dan gangguan
keseimbangan. Anak takut bergerak karena kehilangan keseimbangan. Dapat
disertai nistagmus atau anak menjadi pucat. Gejala membaik dengan tidur.
Beberapa diagnosis banding yang harus difikirkan misalnya gangguan telinga,
tumor fosa posterior atau sindrom Panayitopoulos.
Cyclic vomiting
Cyclic vomiting dapat menyerupai penyakit gastrointestinal, neurologis atau
metabolik. Ciri khas dari cyclic vomiting adalah keadaan anak yang normal
10
pada periode bebas serangan. Muntah terjadi setiap 2-4 minggu, biasanya saat
bangun tidur pagi dan berlangsung selama 1-2 hari. Umur awitan sekitar 5
tahun. Sebagian anak sembuh sendiri pada umur 10 tahun.8 Keadaan ini sering
ditafsirkan sebagai penolakan untuk masuk sekolah.
b. Tension-type headache (TTH)
Dahulu diduga bahwa TTH disebabkan faktor psikologis, namun ternyata
dasarnya adalah neurobiologis. TTH dibagi dalam TTH episodik jarang, TTH
episodik sering dan TTH kronik. Masing-masing keadaan tersebut dapat
disertai atau tanpa disertai nyeri perikranial.
Pada anak seringkali sulit membedakan TTH dengan migren. Dalam
menegakkan diagnosis TTH, beberapa kriteria migren merupakan faktor
eksklusi. TTH tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut, tidak unilateral, tidak
menjadi makin berat bila beraktivitas, dan tidak menunjukkan gejala otonom
berupa mual dan muntah.
Patofisiologi TTH belum diketahui. Tipe kronik mungkin merupakan akibat
mekanisme sentral sedangkan tipe episodik merupakan akibat mekanisme
perifer. Tipe episodik jarang biasanya tidak menimbulkan masalah serius,
namun tipe episodik sering dan kronik sering menyebabkan gangguan
bermakna bagi anak. tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut
Adanya nyeri pada penekanan otot perikranial sangat membantu diagnosis.
Nyeri meningkat dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala. Penekanan
dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dengan gerakan memutar pada
otot frontal, temporal, masetter, pterygoideus, splenius dan trapezius. TTH
episodik sering dan TTH kronik dapat terjadi bersamaan dengan migren tanpa
aura. Kedua keadaan ini harus dibedakan karena pengobatannya berbeda.
Dalam perjalanan penyakit alamiah, migren dapat berubah menjadi TTH.
c. Cluster Headache
Muncul sebagai nyeri unilateral di daerah orbita, supraorbita, temporal atau
kombinasi. Serangan berlangsung 15-180 menit dan muncul sekali dua hari
11
sampai 8 kali per hari. Serangan disertai gejala unilateral berupa injeksi
konjungtiva, lakrimasi, kongesti hidung, rinorea, berkeringat pada dahi dan
wajah, miosis, ptosis, dan edema kelopak mata. Sebagian besar penderita
menunjukkan agitasi selama serangan. Cluster headache jarang ditemukan
pada anak, awitan paling sering adalah pada umur lebih dari 20 tahun.
2. Nyeri Kepala Sekunder
Di antara berbagai penyebab nyeri kepala sekunder, yang paling penting
adalah nyeri kepala disebabkan tumor otak dan nyeri kepala disebabkan
meningitis.
a. Nyeri kepala karena peninggian tekanan intrakranial dan/ atau hidrosefalus
yang disebabkan oleh tumor otak
Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau
infratentorial. Tumor supratentorial menunjukkan gejala nyeri kepala,
kelumpuhan dan kejang, sedangkan tumor infratentorial sering disertai gejala
saraf otak dan gejala serebelum. Analisis terhadap 200 anak dengan tumor
otak menunjukkan gejala sakit kepala (41%), muntah (12%), ketidak
seimbangan (11%), gangguan visual (10%), gangguan perilaku (10%) dan
kejang (9%). Pada pemeriksaan fisis ditemukan edema papil (38%), gangguan
saraf kranial (49%), gangguan serebelum (48%), kelumpuhan (27%) dan
penurunan kesadaran (12%). Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial.
Medulloblastoma dan astrositoma serebeler adalah pre- dominan.
Nyeri kepala karena tumor otak biasanya tidak berdenyut, bersifat progresif
yaitu makin lama makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah.
Lokasinya sering menetap di satu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat
bangun tidur pagi hari, dan diperburuk oleh manuver Valsava berupa batuk,
bersin, atau mengejan. Nyeri juga diperburuk dengan aktivitas fisik.
Lokasi tumbuhnya tumor dapat menyebabkan gejala spesifik tertentu, karena
setiap bagian otak berfungsi untuk mengendalikan fungsi-fungsi tertentu.
Ketika terdapat kerusakan di bagian otak, maka hal itu mempengaruhi
kemampuan fingsional dari proses fisiologi tertentu dari kontrol otak. Bagian-
12
bagian dari otak berhubungan dengan fungsi yang beragam, sedangkan gejala
dan tanda-tanda tumor otak bervariasi tergantung posisi tumor.
Tumor pada lobus frontal
Korteks serebral terdiri dari lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal dan
lobus oksipital. Lobus frontal berhubungan dengan perencanaan kognitif,
penalaran, pemecahan masalah, menilai, emosi dan gerakan, adanya tumor
pada bagian lobus frontal dapat menyebabkan gejala seperti perubahan
perilaku, penurunan fungsi kognitif, gangguan indra penciuman, lemah pada
salah satu sisi tubuh.
Tumor pada lobus parietal
Lobus parietal dikaitkan dengan sensasi sentuhan, orientasi pasial dan
sebagiannya. Adanya tumor di daerah ini akan menimbulkan gejala seperti
kesulitan dalam memahami pembicaraan, kesulitan dalam menulis dan
masalah dalam membaca.
Tumor pada lobus temporal
Lobus temporal berkaitan dengan bahasa, memori dan mendengar. Hal ini
terkait dengan pendengaran dan persepsi visual. Jika tumor otak berkembang
di lobus temporal, penderita akan mengalami gejala seperti penurunan
kapasitas memori, kesulitan berbicara dan kejang.
Tumor pada lobus oksipital
Lobus oksipital berfungsi mengolah informasi visual. Perkembangan tumor di
daerah ini akan menyebabkan gejala seperti hilangnya penglihatan dari salah
satu atau kedua mata dan juga kejang-kejang.
Tumor pada cerebelum
Cerebelum adalah bagian dari otak yang berhubungan dengan koordinasi dan
keseimbangan. Jika tumor berkembang didaerah ini, penderita akan
13
mengalami gejala seperti koordinasi yang lemah, masalah dalam berbicara,
mual dan pusing.
Tumor pada batang otak
Otak terhubung ke tulang belakang oleh batang otak. Batang otak terdiri dari
medula oblongata, pons, dan mesensefalon. Ini merupakan pusta kontrol yang
memainkan peran penting dalam menfasilitasi fungsi tubuh. Tumor akan
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kesulitan dan keseimbangan dan
koordinasi, kesulitan dalam menelan, penglihatan ganda, kelemahan otot dan
kelumpuhan saraf kranial.
Tumor pada meningen
Meningen mengacu pada tiga membran yang menutupi otak dan tulang sum-
sum tulang belakang. Tumor yang muncul pada salah satu membran disebut
meningioma. Gejala yang timbul antara lain adalah sakit kepala, masalah
penglihatan, kelumpuhan satu kaki dan kesulitan dalam membaca dan
menulis.
Tumor pada kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari adalah kelenjar edokrin yang terletak di dasar otak. Ketika
tumor terbentuk di kelenjar hipofisis, dapat mempengaruhi produksi hormon
yang diperlukan untuk berfungsinya tubuh. Hal ini akan menimbulkan gejala
ketidaak seimbangan horomon, gangguan penglihatan, penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan, penurunan suasana hati, tekanan darah tinggi dan
diabetes.
b. Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis
Pada meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala
rangsang meningeal dan gejala serebral berupa kejang.
14
Anak besar dengan meningitis tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri
kepala berat sebelum munculnya gejala serebral lain dan gejala rangsang
meningeal. Berbeda dengan peninggian tekanan intrakranial lain, pada
meningitis tuberkulosa sering ditemukan atrofi papil N. II karena saraf otak ke
II terkena langsung. Gejala abses otak mirip dengan tumor otak ditambah
gejala infeksi.
c. Nyeri kepala pasca trauma
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau nyeri kronik.
Nyeri akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan ringan atau trauma
berat. Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural
atau epidural. Nyeri kepala setelah trauma bisanya merupakan bagian dari
sindrom pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah,
perubahan kepribadian dan insomnia.
V. Pemeriksaan pada Nyeri Kepala
Anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis merupakan hal mutlak dan paling
penting dalam menegakkan diagnosis, karena sebagian besar nyeri kepala tidak
menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan fisis dan pencitraan. Semua hal yang
tercantum dalam kriteria diagnosis harus ditanyakan. Anak-anak seringkali belum
dapat mendeskripsikan rasa nyeri dengan baik, sehingga harus ditanyakan kepada
orang tua mengenai perubahan perilaku yang terlihat saat serangan nyeri kepala.
Pemeriksaan fisis khusus untuk nyeri kepala misalnya penekanan pada otot-otot
perikranium untuk mendeteksi TTH. Selain itu, pemeriksaan fisis ditujukan untuk
menyingkirkan penyebab nyeri kepala sekunder, misalnya tekanan darah,
pemeriksaan gerak bola mata dan saraf kranialis, funduskopi, fungsi serebelum berupa
keseimbangan dan lainnya, serta kelumpuhan, refleks fisiologis dan refleks patologis.
VI. Pencitraan
Kemungkinan ditemukannya kelainan susunan saraf pusat pada nyeri kepala
kronik dengan pemeriksaan neurologis normal hanya 1 di antara 815 anak (0,37%).
15
Pencitraan tidak perlu dilakukan pada anak dengan nyeri kepala berulang tanpa
kelainan neurologis. Kemungkinan SOL( Space Occupying Lession) harus dicurigai
pada sakit kepala yang baru berlangsung kurang dari 1 bulan, tidak adanya riwayat
keluarga migren, pemeriksaan neurologis abnormal, gangguan gait, dan adanya
kejang.
Pencitraan dilakukan pada keadaan berikut:
Nyeri kepala akut:
Nyeri kepala sangat berat yang belum pernah dialami sebelumnya
Demam dan gejala rangsang meningeal
Riwayat trauma kepala
Nyeri kepala kronik
Nyeri kepala menetap selama kurang dari 6 bulan yang tidak memberi respons
terhadap pengobatan
Nyeri kepala kronis progresif, makin sering dan makin berat
Nyeri kepala disertai gejala neurologis abnormal, terutama bila disertai edema
papil, nistagmus, gangguan gerak bola mata, gangguan gait, dan gangguan
motorik berupa kelumpuhan atau adanya refleks patologis
Nyeri kepala menetap tanpa adanya riwayat keluarga migren
Nyeri kepala menetap disertai episode bingung, disorientasi, atau muntah
Nyeri kepala menyebabkan anak terbangun dari tidur atau terjadi pada saat
bangun tidur (dapat juga terjadi pada migren)
Riwayat keluarga atau riwayat medis, pemeriksaan klinis atau laboratorium
yang merupakan predisposisi lesi susunan saraf pusat.
16
VII. Elektroensefalografi
Elektorosensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan pada anak dengan nyeri
kepala berulang, karena hasilnya tidak dapat digunakan untuk menentukan etiologi,
membantu diagnosis, atau membedakan migren dengan nyeri kepala lain.
VIII. Terapi pada nyeri kepala
1. Migrain
Tujuan penatalaksanaan adalah penatalaksanaan menyeluruh jangka panjang
untuk mengurangi frekuensi, berat dan lama serangan, memberi terapi yang
terbaik, mencegah pengobatan berlebihan, dan memperbaiki kualitas hidup dari
pasien. Untuk menilai beratnya migren dapat digunakan PedMIDAS. Terapi obat
pada migren dapat dibagi menjadi terapi untuk mengatasi serangan akut dan terapi
profilaksis untuk mencegah munculnya serangan. Banyak obat yang dapat
digunakan pada orang dewasa belum mendapat ijin untuk digunakan pada anak
sehingga penggunaannya masih bersifat off-label. Selain itu, pada migren banyak
dikenal terapi komplementer dan alternatif, misalnya intervensi psikologis,
perubahan gaya hidup, relaksasi, bio-feedback, diet dan lain-lain.
Terapi serangan migren akut
Tujuan terapi akut adalah menghilangkan nyeri dan gejala lain dengan cepat
dan efektif sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Obat harus diberikan
pada saat pasien mulai merasa ada gejala. Bila gejala migren sudah mencapai
puncaknya, pengobatan menjadi sangat sulit. Serangan ringan hanya
memerlukan satu macam analgetik sedangkan serangan berat memerlukan
terapi kombinasi.
American Academy of Neurology telah mengeluarkan rekomendasi untuk
pengobatan serangan akut migren pada anak sebagai berikut :
Ibuprofen efektif untuk mengatasi migren. Parasetamol mungkin efektif.
Sumatriptan spray nasal efektif bagi remaja.
17
Triptan oral dan triptan subkutan: tidak ada data untuk menerima atau
menolak penggunaannya pada anak atau remaja.
Banyak peneliti menggunakan terapi kombinasi sejak awal. Obat yang
bermanfaat bagi terapi kombinasi adalah gabungan NSAID dan triptan. Suatu
hal yang dikuatirkan pada terapi migren adalah penggunaan obat terapi
serangan akut yang berlebihan.
Terapi profilaksis migren
Indikasi terapi profilaksis adalah:
1. Sering mengalami serangan akut (2-4 kali setiap bulan) yang cukup berat yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Mengalami serangan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam.
3. Mengalami gangguan fungsi walaupun sudah mendapat pengobatan akut yang
adekuat.
4. Mengalami ko-morbiditas atau keadaan lain yang menyulitkan pengobatan
akut.
5. Kegagalan, kontraindikasi, atau efek samping obat terapi akut
6. Mempunyai risiko menggunakan obat terlalu banyak
7. Tipe migren yang jarang dan sulit diobati, misalnya migren hemiplegik,
migren basilar, migren dengan aura yang lama, migren dengan infark, atau ada
risiko kerusakan saraf permanen.
Terapi profilaksis diberikan tiap hari untuk waktu yang lama. Berapa lamanya
tidak ada kesesuaian pendapat, umumnya selama 3-6 bulan. Diperlukan waktu
beberapa minggu sebelum terapi profilaksis dapat bekerja baik sehingga jangan
terlalu cepat menilai bahwa terapi profilaksis gagal. Penghentian obat harus
perlahan-lahan untuk mengurangi kemungkinan relaps dan withdrawal.
Jenis obat yang telah diteliti terbukti memberi manfaat untuk terapi profilaksis
adalah:
18
Antikonvulsan misalnya sodium valproate, topiramate
Antidepresan trisiklik misalnya amitriptyline
Antihistamin misalnya cyproheptadine
Ca-channel blocker misalnya flunarizine
Antihipertensi misalnya propanolol
2. Tension-typeheadache
Obat terpilih untuk TTH adalah ibuprofen, disusul naproxen dan ketoprofen.
IX. Ringkasan
Diperlukan pengetahuan mengenai klasifikasi diagnosis, kemampuan anamnesis
dan pemeriksaan neurologis untuk menegakkan diagnosis nyeri kepala pada anak.
Pemeriksaan penunjang pencitraan dan EEG hanya atas indikasi dan bukan
merupakan yang rutin dilakukan. Pemilihan obat harus sesuai dengan diagnosis dan
indikasi, sambil memperhatikan kemungkinan efek samping dan kemungkinan
penggunaan obat berlebihan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusponegoro HD. Migren pada anak. Dalam: Gunardi H, Oswari H,
Handriastuti RS, Kurniati N, editor. Pain management in children.Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2006
2. Silberstein SD, Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M, et al.
The 9. International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (ICHD-
II). Cephalalgia. 2005;25:460-5
3. Diunduh dari http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nyeri-
kepala-pada-anak-dan-remana.html. 2013
20