18
115 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA DALAM MEMBUAT JURNAL UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF LEARNING (BERPASANGAN) Ifta Zuroidah Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo E-mail [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi siswa dalam membuat jurnal umum dengan menggunakan metode kooperatif learning (berpasangan). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo berjumlah 39 siswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode kooperatif learning ( berpasangan). Pengumpulan data menggunakan teknik observasi pengamat guru dan observasi motivasai siswa, dan rubrik penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif learning ( berpasangan ) yang dilakukan dengan : membagi siswa menjadi kelompok berpasangan yang terdiri dari 2 orang, Membagi lembar kerja untuk dikerjakan bersama sama, siswa mengerjakan dengan diskusi bersama pasangannya, Mengumpulkan pekerjaan yang telah selesai, dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Kata kunci: hasil belajar,motivasi dan kooperatif learning Abstract: This study aims to improve learning ability and motivation to create a general ledger using cooperative learning methods (in pairs). The subjects were students of class XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo totaled 39 students. Learning implemented using cooperative learning methods (in pairs). Collecting data using observation observer motivasai teacher and student observation and assessment rubrics. The results showed that the use of methods of cooperative learning (pairs) performed by: dividing the students into groups of pairs consisting of two people, Dividing worksheets to work together, students work with a discussion with his partner, Gathering the work that has been completed, can improve results learning and student motivation. Keywords: learning outcomes, motivation and cooperative learning PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran materi jurnal umum yang diajarkan disekolah kebanyakan ditekankan pada aspek pengetahuannya saja (aspek kognitif), masih sedikit yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri. Hal itu mengakibatkan siswa kurang mandiri dalam belajar, bahkan cenderung pasif (dikelas siswa hanya diam,dengar dan catat). Proses pembelajaran seperti itu tidak tepat dilaksanakan dalam pembelajaran ekonomi yang menuntut perkembangan berpikir siswa. Dalam materi jurnal umum ini juga diajarkan hanya dengan menggunakan system ceramah, mencontohkan bagaimana cara membuat sebuah jurnal umum pada

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR DAN MOTIVASI …fish.unesa.ac.id/download/Ifta-Taufik.pdfmeningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Kata kunci: hasil belajar,motivasi dan kooperatif

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

115

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA

DALAM MEMBUAT JURNAL UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE

KOOPERATIF LEARNING (BERPASANGAN)

Ifta Zuroidah

Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

E-mail [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar

dan motivasi siswa dalam membuat jurnal umum dengan menggunakan

metode kooperatif learning (berpasangan). Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo berjumlah 39 siswa.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode kooperatif

learning ( berpasangan). Pengumpulan data menggunakan teknik observasi

pengamat guru dan observasi motivasai siswa, dan rubrik penilaian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif learning (

berpasangan ) yang dilakukan dengan : membagi siswa menjadi kelompok

berpasangan yang terdiri dari 2 orang, Membagi lembar kerja untuk

dikerjakan bersama sama, siswa mengerjakan dengan diskusi bersama

pasangannya, Mengumpulkan pekerjaan yang telah selesai, dapat

meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa.

Kata kunci: hasil belajar,motivasi dan kooperatif learning

Abstract: This study aims to improve learning ability and motivation to create

a general ledger using cooperative learning methods (in pairs). The subjects

were students of class XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo totaled 39

students. Learning implemented using cooperative learning methods (in

pairs). Collecting data using observation observer motivasai teacher and

student observation and assessment rubrics. The results showed that the use

of methods of cooperative learning (pairs) performed by: dividing the

students into groups of pairs consisting of two people, Dividing worksheets to

work together, students work with a discussion with his partner, Gathering

the work that has been completed, can improve results learning and student

motivation. Keywords: learning outcomes, motivation and cooperative learning

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran materi jurnal umum yang diajarkan disekolah

kebanyakan ditekankan pada aspek pengetahuannya saja (aspek kognitif), masih

sedikit yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri. Hal

itu mengakibatkan siswa kurang mandiri dalam belajar, bahkan cenderung pasif

(dikelas siswa hanya diam,dengar dan catat). Proses pembelajaran seperti itu tidak

tepat dilaksanakan dalam pembelajaran ekonomi yang menuntut perkembangan

berpikir siswa.

Dalam materi jurnal umum ini juga diajarkan hanya dengan menggunakan

system ceramah, mencontohkan bagaimana cara membuat sebuah jurnal umum pada

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)

116

siswa. Guru berupaya agar siswa memahami pelajaran dan membuat siswa tidak bosan

mengikuti pelajaran tersebut. Pada proses pembelajaran hanya digunakan metode

belajar diantaranya : metode ceramah, pencontohan transaksi dan cara membuat jurnal

serta tanya jawab yang dilanjutkan dengan memberi soal pada siswa.

Pada awal pelajaran diharapkan mereka bisa mengerjakan seperti apa yang

sudah dicontohkan dengan mengerjakan secara individu. Ketika diamati dalam bekerja

ternyata terdapat berbagai macam aktifitas siswa dikelas, misalnya : ada sedikit siswa

yang bersungguh sungguh memperhatikan penjelasan guru dan ada siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan guru dan bergurau dengan temannya.

Pada saat mereka harus mengumpulkan pekerjaan yang sudah diberikan,

ternyata hampir 70% dari 38 siswa kelas XI IPS 4 tidak tuntas dalam mengerjakan

jurnal umum ini, dan yang tuntas sesuai dengan KKM adalah 30% saja. Guru

merasakan bahwa apa yang dilakukan belum memenuhi target yang diharapkan karena

materi ini adalah materi dasar yang akan berhubungan berkelanjutan dengan materi

yang lain. Jika mereka tidak bisa memahami materi ini maka mereka tidak akan bisa

melanjutkan pekerjaan materi berikutnya.

Kurangnya variasi dalam menyampaikan materi pelajaran (cenderung monoton),

dan kurang adanya komunikasi dua arah dan bahkan guru hanya mengejar target materi

tetapi tidak memberikan motivasi pada siswa agar aktif dalam pembelajaran.

Kurangnya motivasi belajar siswa tersebut juga disebabkan metode yang

dipakai dalam pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah,sehingga

menjadikan siswa pasif dan kurang interaktif, yang akhirnya menyebabkan suasana

belajar menjadi tidak aktif. Untuk itu seorang guru perlu menciptakan suasana belajar

yang lebih banyak melibatkan siswa agar motivasi belajar siswa dapat meningkat.

Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif yaitu

pembelajaran kooperatif learning (berpasangan). Pembelajaran kooperatif learning

(berpasangan) ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut siswa

untuk mengembangkan ide dan memecahkan suatu masalah dengan kerjasama secara

berpasangan. Menurut Ibrahim (200:26) kooperatif learning memberi prosedur yang

ditetapkan untuk memberi waktu,yang banyak kepada siswa untuk berfikir,menjawab

dan saling membantu antara satu siwa dengan siswa lainnya.

Dalam pembelajaran kooperatif learning, siswa bekerja dengan melalui 3 tahap

yaitu : (1) siswa diminta untuk memikirkan materi dan mengerjakan lembara kerja

tugas, (2) secara berpasangan siswa diminta untuk mendiskusikan mengenai hasil

kerjanya atau saling berbagi jawaban (3) hasil dikumpulkan untuk dikoreksi.

Dengan menerapkan ketiga tahapan tersebut guru dapat mengatasi masalah

banyaknya yang tidak tuntas dalam materi jurnal umum yang sudah diajarkan kepada

siswa. Dari observasi awal saya melihat 70% dari siswa kelas XI IPS-4 SMA

Muhammadiyah 2 Sidoarjo belum bisa memenuhi criteria nilai sesuai dengan

ketuntasan minimal yang di berlakukan yaitu sebesar 78, dan kecenderungan pasif tidak

mau bertanya dan diam itulah yang menyebabkan mereka tidak bisa mencapai target itu.

Untuk itu digunakan metode pembelajaran kooperatif learning (berpasangan) agar

setiap siswa dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasar atas fakta di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah1.Bagaimanakah penerapan metode kooperatif learning ( berpasangan )

yangdapat meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi siswa kelas XI IPS -4

membuat jurnal umum? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa

Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….

117

dalampelaksanaanpembelajaran pembuatan jurnal umum dengan menggunakan metode

kooperatif learning (berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2

Sidoarjo? 3. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa dalam menyelesaikan

pembuatan jurnal umum setelah penggunaan metode kooperatif learning

(berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan 1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif learning

( berpasangan ) yangdapat meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi siswa kelas

XI IPS -4 membuat jurnal umum. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

dalam pelaksanaan pembelajaran pembuatan jurnal umum dengan menggunakan

metode kooperatif learning(berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2

Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dalam

menyelesaikan pembuatan jurnal umum setelah penggunaan metode kooperatif

learning (berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Hasil

penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru khususnya dalam menerapkan

pembelajaran jurnal umum dengan menggunakan metode kooperatif learning dan

meningkatkan kualitas mata pelajaran ekonomi/akuntansi.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4yang berjumlah 39 orang (20

perempuan dan 19 laki-laki).Penelitian ini dimulai bulan januari yaitu januari minggu 2

ke 3 dan minggu ke 4 tahun 2012.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus Idengan tahapan sebagai

berikut: pertama, Menentukan konsep yang digunakan dalam pembelajaran penelitian

dan pembuatan instrument penelitian (rencana Awal). Kedua, melakukan proses belajar

mengajar. Ketiga, Melakukan perefleksian dengan menganalisa data yang diperoleh dari

lembar lembar observasi penerapan kooperatif learning (berpasangan), motivasi belajar

siswa dari lebar tersebut diperoleh kelebihan dan kekurangan guru dan siswa yang

terjadi pada siklus (refleksi). Dan hasil belajar siswa yang diperoleh apakah sudah

mencapai indicator atau belum. Keempat, Dari refleksi pembelajaran siklus I diperoleh

adanya revisi rancangan untuk dijadikan acuan untuk memperbaiki dalam siklus II

(revisi).

Pada Siklus II Rancangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama dengan

rancangan pelaksanaan siklus I dengan memperbaiki rancangan pada siklus I dengan

cara : Pertama, Melakukan proses belajar mengajar. Kedua, Melakukan refleksi lembar

pengamatan penerapan kooperatif learning (berpasangan) dan motivasi siswa. Dari data

tersebut akan diperoleh hasil yang diharapkan sudah mencapai indicator yang

ditentukan demikian juga dengan hasil belajar yang sudah jauh lebih baik sesuai dengan

harapan. Ketiga, Dari refleksi pembelajaran pada siklus pertama dan siklus ke dua sudah

tidak ada revisi karena sudah memenuhi criteria indicator yang diharapkan.

Ada tiga indikator yang ditetapkan sebagai acuan keberhasilan penelitian ini.

PertamaPenerapan kooperatif learning (berpasangan)indicator yang diharapkan dalam

penerapan kooperatif learning (berpasangan) ini adalah mampu mencapai kategori

sangat baik dengan nilai yang diharapkan adalah 85%.KeduaHasil Belajar, Dengan

melihat pada permasalahan yang ada yaitu pencapaian hasil materi jurnal umum dengan

pembelajaran metode ceramah dan pencontohan, ternyata ketuntasan yang dicapai siswa

kelas XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo hayalah sebesar 30% saja.Dalam

pencapaian indicator ini diharapkan siswa mendapatkan hasil mencapai 85%

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)

118

keberhasilan ketuntasan setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning

(berpasangan) dan peningkatan motovasi semangat siswa dalam menyelesaikan meteri

jurnal umum. Ketiga, MotivasiIndicator yang diharapkan dalam motivasi belajar siswa

ini mampu mendapatkan hasil motivasi tinggi yaitu sebesar 4,00.

Sesuai data yang dikumpulkan.instrumen yang digunakan, yaitu: Penerapan

kooperatif Learning (berpasangan). Lembar observasi guru, Lembar observasi ini

digunakan untuk menilai sejauh mana guru menerapkan pembelajaran dengan metode

kooperatif learning (berpasangan). Hasil Belajar meliputi:1.Rencana pelaksanaan

Pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah suatu perangkat pembelajaran

yang dibuat setiap kali putaran siklus. Rencana pembelajaran ini berisi tentang standart

kompentensi, kompentesi dasar, indicator, tujuan pembelajaran,materi pembelajaran,

metode pembelajaran dan langkah langkah pembelajaran dan penilaian. 2. Soal test /

LKS. Lembar kerja siswa ini digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk

mempermudah jalannya diskusi dan untuk memfokuskan perhatian siswa pada

pelajaran. Dalam LKS ini tercantum tujuan pembelajaran dan tempat bagi siswa untuk

menulis jawaban. 3. Hasil belajar siswa, Nilai hasil belajar siswa yang didapatkan

selama mengikuti pembelajaran. Motivasi, Lembar observasi motivasi belajar siswa,

Lembar observasi ini digunakan untuk menilai motivasi belajar siswa. Dari kegiatan

observasi diperoleh data tentang tinggi rendahnya motivasi siswa mulai dari kegiatan

awal dan sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif learning berpasangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I

berlangsung dalam dua kali pertemuan. Sementara itu, dalam siklus II, pembelajaran

berlangsung dalam satu kali pertemuan. Setiap pertemuan dengan tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti/pendalaman materi, dan kegiatan

akhir/penutupan. Pada kegiatan inti melakukan pembelajaran jurnal umum dengan

menggunakan metode kooperatif learning (berpasangan).

Siklus I

Data kualitatif berupa deskripsi kegiatan siswa dan guru selama dua kali

pertemuan yang diperoleh dari hasil catatan observasi dan diperkuat dengan hasil

dokumentasi foto pembelajaran.Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang

dilakukan pada pelaksanaan tindakan pertama, guru membuka pembelajaran dengan

apersepsi dan membangkitkan motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran serta

mengemukakan tujuan dan tema pembelajaran. Selanjutnya, guru memberi pemahaman

awal kepada siswa tentang cara mengerjakan jurnal umum.

Perencanaan, pada tahap ini guru mempersiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang berisi tentang standart kompentensi, kompentensi dasar,

indicator,tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,metode pembelajaran dan langkah

langkah pembelajaran serta penilaian. Guru juga mempersiapkan soal tets yang

berhubugan dengan jurnal umum untuk memahami tingkat pemahaman siswa setelah

pengajaran guru.

Implementasi Tindakan,TahapI(berlangsung 15 menit)Guru menyampaikan tujuan

belajar siswa dan menyampaikan tujuan pembelajarn yang ingin dicapai. Setelah itu

guru memotivasi siswa dengan cara bertanya tentang apa yang mereka ketahui tentang

jurnal umum.Tahap II ( berl;angsung 10 menit), Guru membagi siswa menjadi

Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….

119

kelompok kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan). Karena jumlah siswa

sebanyak 39 siswa maka kelompok yang akan terbentuk menjadi 19 kelompok dan ada

1 kelompok yang akhirnya harus bergabung dengan kelompok lain.Guru membagi

lembar kerja siswa yang disudah disiapkan dan menerangkan petunjuk untuk

mengerjakan secara bersama.Tahap III (berlangsung 20 menit). Guru meminta saiswa

untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan mendiskusikannya bersama

pasangannya.Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat

mengerjakan.Tahap IV (berlangsung 20 menit). Guru meminta perwakilan dari

beberapa kelompok untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya dan guru menilai hasil

kerja kelompok.Tahap V ( berlangsung 20 menit ). Sebelum pembelajaran

diakhiri,siswa diberikan pos tes kembali untuk mengetahui pemahaman siswa dan guru

memberikan hasil belajar siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa itu dan guru

mengisi lembar observasi belajar siswa.

Refleksi. 1.Penerapan Kooperatif Learning (Berpasangan). Berdasarkan data

observasi pengamat , jumlah skor yang diperoleh adalah 46 dan skor ideal 60.

Dengan demikian, persentase nilai rata-rataadalah 46. : 60 X 100% = 76,67%

berarti taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi pengamat teman

MGMP ekonomi penerapan kooperatif learning (berpasangan) yang dilakukan

termasuk dalam kategori sangat baik.2.Hasil Belajar. Jumlah siswa yang tuntas

sebanyak 25 orang, Jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang, Ketuntasan

klasikal sebesar 64,10%.Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa

yang tuntas belajarnya sebanyak 25 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa). Dan

jumlah klasikal yang tidak tuntas sebanyak 14 orang.Yang artinya ketuntasan klasikal

belum tercapai karena yang diharapkan adalah sebesar 85%.Pada siklus I ini kemajuan

belajar siswa mengalami peningkatan ini terlihat dari siswa yang mengerti materi yang

diajarkan oleh guru sebanyak 64,10% (25 siswa) siswa yang belum faham dengan

penjelasan guru sebanyak 22,86% (10 siswa ) dan jawaban lain sebanyak 13,04% (4

siswa). Dan menurut siswa cara guru agar mereka lebih paham dengan materi yang

diajarkan dengan cara memberikan fotokopi materi dan contoh penyelesaiannya dan

memberikan sering latihan membuat jurnal umum kepada siswa agar siswa terbiasa dan

bisa. Pada siklus I ini ternyata hasil belajar belum mencapai indicator yang diharapkan

sebesar 85% sehingga perlu adanya siklus II untuk bisa mencapai target diharapkan.3.

Data Motivasi Siswa. Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus I

menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mempunyai skor 2,86 yang artinya

motivasi ini masih dalam kategori sedang. Hasil skor motivasi belajar yang tinggi

ditunjukkan pada minat dan perhatian siswa melaksanakan tugas tugasnya yang

mendapatkan skor 2,97, siswa yang mendengarkan guru berjumlah 29 siswa, siswa

memperhatikan dengan sungguh yang berjumlah 23 siswa, mencatat bagian bagian

yang penting jumlahnya 19 siswa dan tidak sering meninggalkan kelas berjumlah 28

siswa.

Dan rasa senang siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru memiliki skor

2,97,tidak berkeluh kesah saat guru memberikan tugas berjumlah 29 siswa,tertarik pada

materi yang disajikan berjumlah 28 siswa, senang menerima pandapat dari teman

berjumlah 27 siswa, dan siswa senang menerima pendapat dari guru berjumlah 14

siswa.

Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya motivasi

belajar yang memiliki kriteria sedang (skor 2,76) dilihat dari siswa yang langsung

mengerjakan tugas dari guru berjumlah 28 siswa, siswa yang memberi kontribusi

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)

120

kepada kelompok belajarnya jumlah 18 siswa, siswa yang tekun mengerjakan tugasnya

bersama kelompoknya terdapat 20 siswa dan siswa yang tepat waktu dalam

mengerjakan tugasnya 24 siswa.

Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru juga

tergolong kriteria sedang ( skor 2,76). Pada saat bertanya, siswa yang mendengarkan

pertanyaan dari guru berjumlah 23 siswa, siswa yang memperhatikan pertanyaan dari

guru berjumlah 18 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru berjumlah 22

siswa,yang menjawab dan menunjukkan keseriusan dari guru berjumlah 20 siswa.Dari

data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah ini

dibuktikan dengan masih rendahnya semangat dan tanggung jawab siswa dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan rendahnya reaksi siswa terhadap

stimulus yang diberikan oleh guru untuk itu maka akan dilakukan perbaikan motivasi

belajar pada beberapa siswa yang belum memenuhi aspek motivasi belajar dan perlu

adanya perbaikan karena belum sesuai dengan yang diharapkan,maka perlu dilakukan

kembali siklus II.

Revisi, Berdasarkan refleksi pada siklus I ,maka pada siklus II rancangan

pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut : Penerapan Kooperatif learning

(berpasangan). Pelaksanaan pembelajaran ini masih perlu di perbaiki lagi dengan cara

lebih menekankan pada aspek pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif

learning ( berpasangan ) secara maksimal. Perlu adanya perbaikan lagi karena pada

penerapan berdasarkan pengamat masih mendapatkan nilai 76,64% sebenarnya sudah

mendapatkan criteria sangat baik, tetapi masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Maka untuk penerapan pembelajaran metode kooperatif learning ini perlu adanya

perbaikan kembali agar sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar Hasil belajar

pada perlu ditingkatkan lagi karena belum mencapai ketuntasan klasikal sebesar 64,10%

masih dibawah 85% hal ini terlihat dari kurangnya pemahaman siswa terhadap materi

yang diajarkan. Kemajuan belajar siswa masih perlu ditingkatkan karena masih banyak

siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan dan siswa ingin mengetahui

materi lebih dalam dan cara guru dalam menerangkan seharusnya diperbaiki dengan

cara menjelaskan secara detail memberikan sedikit humor dan contoh agar siswa tidak

bosan mendengarkan pelajaran. Motivasi, Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan

lagi karena banyak siswa yang belum memiliki aspek-aspek motivasi belajar dan perlu

adanya revisi perbaikan seperti yang tercantum pada table 4.4. rendahnya motivasi

siswa ini terlihat dari kesungguhan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru dan pada saat mereka menyerahkan/mengumpulkan hasil pekerjaannya

banyak siswa yang malu-malu dan saling tunjuk untuk mengimpulkan kepada guru.

Untuk itu upaya guru pada siklus II adalah dengan cara memberikan materi yang

menarik agar siswa tertarik dengan metode berpasangan.

Siklus II

Pada pembelajaran siklus kedua ini tampak sebagian besar siswa telah siap

untuk mengikuti pembelajaran.

Perencanaan,Pada tahap ini guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang

berisi tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan digunakan sebagai acuan

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dan guru mempersiapkan soal soal

transaksi yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Untuk memahami

tingkat pemahaman siswa setelah pengajaran guru mempersiapkan pos tes ke II.

Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….

121

Implementasi tindakan. Tahap I ( berlangsung 15 menit ). Guru menyampaikan

tujuan belajar siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

setelah itu guru memotivasi siswa dengan cara bertanya tentang apa yang mereka

ketahui tentang jurnal umum. Selanjutnya guru menerangkan jurnal umum dan

mencontohkannya dalam pengerjaannya sekali lagi. Dalam menerangkan guru

melakukan demonstrasi dengan meminta siswa untuk maju ke depan mengerjakan

dipapan tulis.Tahap II( berlangsung 10 menit). Guru membagi siswa menjadi kelompok

kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan). Karena jumlah siswa sebanyak 39

siswa maka kelompok yang akan terbentuk menjadi 19 kelompok dan ada 1 kelompok

yang terdiri dari 3 orang.Guru membagi lembar kerja siswa yang disudah disiapkan dan

menerangkan petunjuk untuk berdiskusi. Tahap III ( berlangsung 25 menit). Guru

meminta saiswa untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan mendiskusikannya bersama

kelompoknya. Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat

mengerjakan.Tahap IV (berlangsung 20 menit). Guru menunjuk perwakilan dari

beberapa kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya dan guru menilai kembali

pekerjaan mereka dan membuatkan jawaban yang benar.Tahap V (berlangsung 20

menit). Sebelum pembelajaran diakhiri,siswa diberikan pos tes II untuk mengetahui

pemahaman siswa dan guru memberikan hasil belajar siswa untuk mengetahui

kemajuan belajar siswa sementara itu guru mengisi lembar observasi belajar siswa.

Refleksi, Penerapan Kooperatif Learning ( Berpasangan ). Berdasarkan data

observasi pengamatan kedua, jumlah skor yangdiperoleh adalah 54 dan skor ideal 60.

Dengan demikian, persentase nilai rata-rataadalah 54 : 60 X 100% = 90% berarti

taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi pengamat teman MGMP

ekonomi penerapan kooperatif learning (berpasangan) yang dilakukan termasuk dalam

kategori sangat baik.Hasil Belajar siswa. jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35

orang dan Jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 orang. Ketuntasan klasikal

sebesar 89,74%.Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas

belajarnya sebanyak 35 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa). Dan jumlah klasikal

yang tidak tuntas sebanyak 4 orang.Yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai

karena yang diharapkan adalah lebih dari 85%.Pada siklus II ini kemajuan belajar siswa

mengalami peningkatan karena sebagian siswa mengerti yang diajarkan guru sebanyak

89,74% ( 35 siswa) siswa yang belum faham dengan penjelasan guru sebanyak 10,36%

(4 siswa). Dan menurut siswa guru hendaknya lebih bisa mengembangkan tekhnik

pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.Pada siklus II ini

sudah selesai karena pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.Data

Motivasi Siswa. Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus II

menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan skor 2,86 menjadi

skor 3,28. Peningkatan skor motivasi belajar yang tinggi ditunjukkan pada minat dan

perhatian siswa melaksanakan tugas tugasnya yang mula-mula mendapat skor 2,93

menjadi 3,48, siswa yang mendengarkan guru pada siklus I berjumlah 29 siswa naik

menjadi 35 siswa, siswa memperhatikan dengan sungguh yang berjumlah 23 siswa naik

menjadi 28 siswa, mencatat bagian bagian yang penting jumlahnya 19 siswa naik

menjadi 28 siswa dan tidak sering meninggalkan kelas berjumlah 18 naik menjadi 23

siswa.

Dan rasa senang siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru memiliki skor

2,98 yang naik dari 3,41,tidak berkeluh kesah saat guru memberikan tugas berjumlah 29

naik menjadi 34 siswa,tertarik pada materi yang disajikan yang mula-mula 28 siswa

naik menjadi 32 siswa, 27 siswa senang menerima pandapat dari teman naik menjadi 31

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)

122

siswa, dan siswa senang menerima pendapat dari guru mengalami peningkatan dari 14

siswa menjadi 21 siswa.Semangat siswa untuk melakukan tugas tugas belajarnya

mengalami peningkatan yang semula kriterianya sedang skor 2,35 menjadi kriteria

tinggi dengan skor 3,13 yang bertanya pada guru apabila ada materi pelajaran yang

belum dimengerti dari 23 siswa mengalami peningkatan menjadi 34 siswa, bertanya jika

tidak memahami tugas guru mengalami kenaikan yang mulanya 18 siswa menjadi 22

siswa, siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas dari guru mengalami

kenaikan yang mulanya hanya 22 siswa naik menjadi 28 siswa, dan siswa yang serius

dan tidak bergurau dengan kawan lainnya pada saat pelajaran berlangsung mengalami

kenaikan yang semula 20 menjadi 30 siswa.

Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya motivasi

belajar pada siklus II yang memiliki kriteria sedang (skor 2,76) naik menjadi kriteria

tinggi (skor 3,15) dilihat dari siswa yang langsung mengerjakan tugas dari guru

berjumlah 28 siswa naik menjadi 34 siswa, siswa yang memberi kontribusi kepada

kelompok belajarnya jumlah 18 siswa naik menjadi 26 siswa, siswa yang tekun

mengerjakan tugasnya bersama kelompoknya terdapat 20 siswa menjadi 27 siswa dan

siswa yang tepat waktu dalam mengerjakan tugasnya 24 siswa naik menjadi 30 siswa.

Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru juga

pada siklus II tergolong kriteria sedang (skor 2,85) naik menjadi kriteria tinggi ( skor

3,23). Pada saat bertanya, siswa yang mendengarkan pertanyaan dari guru berjumlah 23

siswa naik menjadi 26 siswa, siswa yang memperhatikan pertanyaan dari guru

berjumlah 18 siswa naik menjadi 20 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru

berjumlah 22 siswa naik menjadi 28 siswa,yang menjawab dan menunjukkan keseriusan

dari guru berjumlah 20 siswa naik sebanyak 31 siswa. Pada siklus ini tidak ada

perbaikankarena apa yang diharapkan sudah mencapai indicator yang diharapkan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil belajar siswa,

terlihat bahwa penggunaan metode kooperatif learning (berpasangan) dapat

meningkatkan kemajuan hasil belajar baik pada siklus I maupun siklus II.

Penerapan metode kooperatif learning (berpasangan). Pada penerapan

metode kooperatif learning ini di siklus I di dapatkan hasil 76,64% yang masuk dari

kategori sangat baik dan pada siklus II ada peningkatan menjadi 90%, artinya pada

penerapan metode kooperatif learning (berpasangan) ini mencapai sesuai dengan yang

diharapkan yaitu 85%.

Hasil belajar. Pada post test pertama di siklus I hasil belajar jumlah siswa yang

tuntas belajar sebanyak 25 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa).Dan jumlah siswa

yang tidak tuntas sebanyak 14 orang . Ketuntasan klasikal sebesar 64,10% (dibawah

85%) yang artinya ketuntasan klasikal belum tercapai. Pada post test ke dua di siklus II

dan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 siswa dan yang tidak tuntas adalah 4 siswa

dari keseluruhan siswa (39 siswa) Ketuntasan klasikal sebesar 89,74% (diatas 85%)

yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan

dari siklus I ke siklus II. Ini juga ditunjukkan dari sikap siswa yang semula kesulitan

mengerjakan sendiri akhirnya bisa mengerjakan ketika berdiskusi dengan pasangannya

atau kelompoknya, siswa begitu antusias ketika diberikan kembali tugas oleh guru.

Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….

123

Kemajuan belajar siswa pada setiap akhir siklus mengalami peningkatan ini

terlihat dari siswa yang memahami materi yang diajarkan yang pada saat pembelajaran

monoton oleh guru pada siklus I sebesar 64,10% (25 siswa) dan naik lagi pada siklus II

menjadi 89,74% (35 siswa) dan siswa yang belum memahami materi yang diajarkan

pada (35,90 % (14 siswa) pada siklus I dan pada siklus II turun menjadi 10,26% ( 4

siswa).

Motivasi. Pada pelaksanaan siklus ke II , siklus ini motivasi belajar siswa

mengalami peningkatan yang mulanya kategori sedang menjadi tinggi (skor 3,28) ini

dikarenakan karena minat dan perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan sangat

tinggi dan ini juga terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dan ketepatan

waktu dalam mengerjakan tugasnya.Jadi dapat diambil kesimpulan motivasi belajar

siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus ke dua. Ini menujukan

penerapan model pembelajaran kooperatif learnining (berpasangan) dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran

ekonomi (akuntansi) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif learning model

berpasangan denganlangkah pembelajaran membagi siswa menjadi kelompok

berpasangan yang terdiri dari 2 orang, Membagi lembar kerja untuk dikerjakan bersama

sama, siswa mengerjakan dengan diskusi bersama pasangannya, Mengumpulkan

pekerjaan yang telah selesai,dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI

IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Hal ini terlihat dari ketercapaian tujuan

peneliti sebagai berikut : 1. Pada penerapan metode kooperatif learning ini di siklus I di

dapatkan hasil 76,64% yang masuk dari kategori sangat baik dan pada siklus II ada

peningkatan menjadi 90%, artinya pada penerapan metode kooperatif learning

(berpasangan) ini mencapai sesuai dengan yang diharapkan yaitu 85%. 2. Hasil belajar

siswa mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan pemahaman siwa tentang materi

yang disajikan dan keingintahuan siswa dengan materi yang diajarkan yang pada siklus

I sebesar sebesar 64,10% ( 25 siswa ) dan pada siklus II menjadi 89,76%( 35 siswa)

dan siswa yang belum memahami materi yang diajarkan pada siklus I sebesar 35,90%

( 14 siswa ) dan pada siklus II turun menjadi 10,26% ( 4 siswa ). Artinya ada kenaikan

dari siklus I ke siklus II dan ternyata pada siklus II ini mencapai harapan sebesar 85%

tetapi yang didapatkan lebih dari 85% yaitu sebesar 89,76% lebih tinggi dari yang

diharapkan. 3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

mengalami peningkatan ini didasarkan pada peningkatan jumlah skor pada siklus I

dengan skor 2,86 ( skor sedang) dan naik pada siklus II sebesar 3,28 ( skor tinggi).

Motivasi belajar siswa mengalami kemajuan terlihat dari kesungguhan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif

learning ( berpasangan ) pada mata pelajaran ekonomi khususnya akuntansi, maka

peneliti menyarankan kepada pembaca yang menggunakan model pembelajaran ini

hendaknya menggunakan media belajar yang menarik seperti contoh transaksi nyata

yang menarik atau soal transaksi yang mudah dipahami oleh siswa ,sehingga siswa

tertarik untuk mengikuti jalannya pekerjaan dengan diskusi berpasangan.

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)

124

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2001. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Bumi Aksara

Depdiknas 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktor Pendidikan Dasar Dan

Menengah Umum

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : rieneka Cipta

Ibrahim, Muslimin. Dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press

UNESA.

Sardiman. 2000. interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo

Persada

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana,Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Sutikno,Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif . Mataram : NTP Press.

Yousda,I dan Arifin,Z. 1992. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara

125

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA POPILINK BERKARAKTER PADA MATA

PELAJARAN IPS

Ahmad Taufik

Guru SMPN 2 Jogoroto; e-mail: [email protected]

Abstrak; Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, komputer sebagai media pembelajaran menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Pembelajaran IPS dengan strategi konvensional yang selama ini diterapkan menyebabkan pembelajaran berlangsung pasif, kurang menarik, searah, kurang mampu memotivasi siswa, kurang memberikan suasana pembelajaran yang bergairah, kurang dapat melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya berakibat pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah.Berangkat dari fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan efektifitas penggunaan media popilink berkarakter pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Penggunaan media Popilink Berkarakter di SMPN 2 Jogoroto mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan kriteria sangat baik dengan hasil sebagai berikut: (1) siswa sangat antusias dan responsif mengikuti proses pembelajaran; (2) siswa lebih berani dalam memberi jawaban melalui slide yang ditayangkan (3) hasil belajar siswa cukup memuaskan. Temuan lain menunjukkan dari 35 siswa yang diberi angket, 34 (97,14%) menyatakan bahwa pembelajaran media Popilink Berkarakter dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Sementara 35 (100%) siswa merasa bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat melatih siswa berperilaku jujur, serius, fokus dan antusias dalam mengikuti uji kompetensi.

Kata Kunci: media popilink berkarakter, motivasi dan hasil belajar siswa. Abstract;Along with the development of science and technology, especially information and communication technology, computer as a learning medium becomes unavoidable. Learning IPS with conventional strategies that have been applied to cause the learning takes place passively, less attractive, unidirectional, less able to motivate students, providing an atmosphere of learning less passionate, less can involve student activity which eventually resulted in the achievement of student learning outcomes rendah.Berangkat of phenomena mentioned above, researchers interested in conducting research related to the effective use of media popilink character in social studies to improve motivation and learning outcomes media siswa.Penggunaan popilink character in SMPN 2 Jogoroto able to increase students' motivation with the criteria very well with the results as follows: ( 1) students are very enthusiastic and responsive following the learning process; (2) students are more daring in giving answers through the slides shown (3) the results of student learning was satisfactory. Other findings showed 35 students were given a questionnaire, 34 (97.14%) stated that learning Character Popilink media can facilitate students understand the subject matter by the teacher. While 35 (100%) of students feel that learning with media Popilink Character can train students to behave honest, serious, focused and enthusiastic in participating in the competency test.

Keywords: media popilink character, motivation and student learning outcomes.

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)

126

PENDAHULUAN

Guru sebagai agen pembelajaran yang disumpah sebagai seorang profesional

harus mampu melaksanakan proses pembelajaran bermutu, yang bermuara pada

peningkatan mutu pendidikan. Pembelajaran bermutu diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (PP 19

tahun 2005, pasal 19).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan yang diimplementasikan dalam

peningkatan mutu pembelajaran amat tergantung dari munculnya gagasan atau ide dan

perilaku kreatif guru. Sinyalemen pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan

bukan karena kemampuan mengajar guru yang rendah, tetapi lebih disebabkan oleh

guru yang kurang kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terwujud selama ini

berlangsung pasif, kurang menarik, searah, kurang mampu memotivasi siswa, kurang

memberikan suasana pembelajaran yang bergairah, kurang dapat melibatkan keaktifan

siswa yang akhirnya berakibat pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah.

Kreatifitas dan inovasi guru dalam merancang dan mempersiapkan bahan ajar

atau materi pelajaran, mengelola kelas, menggunakan metode yang variatif,

memanfaatkan media pembelajaran, sampai dengan mengembangkan instrumen

evaluasi sebuah keniscayaan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, komputer sebagai media

pembelajaran menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Komputer dapat menggantikan

fungsi berbagai media, seperti media audio, visual, audio-visual, bahkan media tiga

dimensi. Bahkan komputer dapat dirancang sebagai media interaktif, sehingga siswa

dapat belajar secara mandiri. Komputer saat ini telah menjadi media pembelajaran multi

media dan multi fungsi.

Power point merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling

banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi baik seminar,

lokakarya maupun pembelajaran. Sejalan dengan kehadiran piranti lunak microsoft

power point, seolah guru sudah tidak membutuhkan lagi papan tulis, kapur, spidol dan

transparansi. Presentas materi pelajaran ditampilkan penuh variasi gambar warna-warni

dengan suara dan animasi yang mengagumkan menyebabkan proses pembelajaran

menyusut menjadi frase bullet point. Kehadiran media pembelajaran berbasis IT sebuah

keniscayaan di era globalisasi saat ini. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis

IT ini berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa? Bagaimana teknologi bisa

menjamin anak-anak karakternya terbangun?.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multimedia, informasi atau

materi pengajaran melalui teks dapat diingat baik jika disertai dengan gambar. Hal ini

dijelaskan dengan dual coding Theory (Paivio,1986) dalam Rudi S, 2008)

Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar dengan menggunakan media

power point sederhana, siswa cukup antusias mengikuti proses pembelajaran. Ketika

guru mengajukan pertanyaan, ada 1 - 2 siswa yang angkat tangan untuk menjawabnya,

sementara siswa yang lain kurang berani dalam mengajukan pertanyaan dan memberi

tanggapan. Kenyataan ini terjadi karena kurang terbiasanya siswa dilibatkan dalam

proses pembelajaran sehingga pembelajaran cenderung pasif dan kurang interaktif.

Selain itu kurang perhatian dan keseriusan siswa dalam belajar karena strategi

Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….

127

pembelajaran yang monoton membuat motivasi dan konsentrasi siswa dalam proses

pembelajaran kurang maksimal.

Berkaitan dengan hasil belajar siswa pasca penggunaan media power point

sebagai media pembelajaran interaktif, penulis merekam kemampuan siswa dalam

memahami konsep-konsep masih rendah. Berdasarkan data hasil penilaian, dari 38

siswa yang mengikuti tes, rerata nilai hasil belajar 61. Siswa yang tuntas dengan kreteria

ketuntasan minimal (KKM=70) sebanyak 12 siswa (31,58%), sedang yang belum

tuntas 26 siswa (68,42%). Dengan menggunakan katagori nilai hasil belajar: 0–59

(kurang); 60–69 (sedang); 70–85 (baik); dan 86–100 (baik sekali), maka rerata hasil

belajar siswa sebesar 61 masuk katagori sedang. Mengenai ketuntasan belajar kelas,

dengan mengacu pada ketentuan Depdiknas yang menetapkan bahwa secara klasikal

kelas dianggap tuntas manakala 85% siswa telah mencapai atau melampaui batas

minimal kriteria yang ditetapkan, maka secara klasikal kelas tersebut belum tuntas,

karena yang telah mencapai KKM hanya 31,58%.

Berdasarkan paparan di atas penulis melihat bahwa penggunaan media power

point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tetapi belum mampu meningkatkan

proses dan hasil belajar siswa. Melihat realita tersebut penulis mencoba menggunakan

media popilink berkarakter sebagai media pembelajaran. Sejauh mana efektifitas

penggunaan/penerapan popilink berkarakter terhadap peningkatan motivasi dan hasil

belajar siswa?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media Pembelajaran

Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar (Miarso, 2005). Media dalam pengertian sempit adalah media

pengajaran sebagai alat bantu mengajar (Sujana, 2005). Dalam konteks ilmu

pembelajaran, media pembelajaran diberi definisi yang lebih luas. AECT atau

Association of Education and Communication Technology (1977, dalam Arsyad, 2005)

memberi batasan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi. Pesan dan informasi dalam pembelajaran oleh

guru telah dikemas dalam bentuk bahan ajar.

Senada dengan AECT, Martin dan Brigg menyatakan bahwa media

pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi

dengan si-belajar. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, proyektor,

dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangkat keras itu. Batasan

Martin dan Briggs, juga memasukkan guru sebagai salah satu media pembelajaran,

Martin dan Brigg (1986, dalam Degeng, 1988)

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan

pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan

terkendali (Miarso, 2005).

Menurut penulis media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan oleh guru agar lebih mudah menyampaikan informasi (bahan

ajar) kepada siswa dengan menggunakan alat-alat baik perangkat keras maupun lunak

untuk merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan siswa sehingga tercipta proses

belajar mengajar yang interaktif dan menyenangkan. Pengertian ini sesuai konsep

pembelajaran I2M3 atau interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)

128

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005, pasal 19 ayat 1).

Dengan mempertimbangkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

dikemukakan ciri-ciri media pembelajaran sebagai berikut: (1) Media pembelajaran

adalah berbagai bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar kepada

siswa; (2) Media pembelajaran sengaja dirancang atau dipilih oleh guru sehingga

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga terjadi proses

belajar; (3) Media pembelajaran memiliki pengertian perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software) yaitu kandungan bahan ajar yang terdapat dalam perangkat

keras itu yang akan dipelajari oleh siswa, serta manusia (manware), yaitu guru, nara

sumber, pelaku sejarah, termasuk juga siswa; (4) Media pembelajaran dipilih oleh guru,

sesuai dengan SK dan KD yang sedang dipelajari siswa; (5) Media pembelajaran dipilih

oleh guru sesuai dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh

sekolah; (6) Media pembelajaran dipilih oleh guru untuk mempermudah siswa belajar,

dan bukan untuk mempermudah guru mengajar.

Jenis-Jenis Media Pembelajaran.

Dengan memasukkan manusia sebagai media pembelajaran sesuai definisi

Martin dan Brigg, maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 7 jenis

media, yaitu: (a) Manusia; (b) Visual/ Pandang; (c) Audio/ Dengar; (d) Audio Visual/

Dengar-Pandang; (e) Model/ Tiga Dimensi; (f) Komputer; dan (g) Lingkungan.

Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon

yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer

memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan

kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer

memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya.

Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang

mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa

teks, grafik dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang

dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer

dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari

dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan

animasi.

Di jaman yang serba canggih ini guru dituntut memiliki kemampuan di bidang

IT sebagai salah satu media pembelajaran. Media dan teknologi pembelajaran di sekolah

dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),

dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya

pengalaman belajar siswa. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat

bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk

pembelajaran individual dan kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar

siswa (Pannen, 1997).

Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam

pembelajaran meliputi:

Penggunaan Multimedia Presentasi “Power Point”

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya

teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup

banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia

Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….

129

projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah

menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan

sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan

modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe

visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang

berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam

kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan

peranan alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang

presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” Corel

presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru

perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak

sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.

Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu

metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi

dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah

memberikan pengaruh yang sangat besar bukan hanya pada pengembangan kegiatan

praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang

mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu

komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Di

antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam

mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis

komputer.

CD Multimedia Interaktif CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif

meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam

perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan

Computer Assisted Instructuion (CAI). Sifat media ini selain interaktif juga bersifat

multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi,

video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:

Model Drill: Model drill dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit

melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang

sebenarnya.

Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa

program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode tutorial dalam CAI pola

dasarnya mengikuti pengajaran berprograma tipe Branching yaitu informasi atau mata

pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon

siswa dianalisis oleh komputer dan diperbandingkan dengan jawaban yang

diintegrasikan oleh penulis program dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana

Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan

ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu

starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih

kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana

sebenarnya.

Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran

menyenangkan”, karena peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)

130

aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional

Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)

Media Popilink Berkarakater

Popilink Berkarakter yang merupakan singkatan dari Power Point Link

Berkarakter adalah sebuah media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

sikap berpikir kritis siswa, fokus dan antusias dalam pembelajaran serta jujur dalam uji

kompetensi. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada

pembelajar. Popilink Berkarakter selain merangsang pembelajar mengingat materi yang

sudah dipelajari, juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan dan

umpan balik.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan

pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan

terkendali (Miarso, 2005). Popilink Berkarakter memiliki fungsi sebagai alat bantu

untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Kelebihan Popilink Berkarakter

adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik

dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi modalitas belajar

siswa. Media ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun

kinestetik.

a. Media Popilink Berkarakter dan Motivasi Belajar

Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran dengan media Popilink

Berkarakter yang diterapkan di kelas dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tapi

pada siklus awal kurang mampu meningkatkan hasil belajar. Hal ini terjadi karena siswa

belum terbiasa dengan pembelajaran Popilink Berkarakter, terutama pada saat uji

kompetensi yang dilaksanakan dalam bentuk power point interaktif. Siswa dituntut

fokus pada sajian soal pilihan ganda, sehingga siswa tidak punya kesempatan untuk

bekerjasama atau mencontoh jawaban siswa lainnya.

Presentasi materi dengan media Popilink berkarakter juga dapat meningkatkan

keberanian siswa menjawab soal yang diberikan guru, meskipun jawaban yang

diberikan siswa banyak yang salah karena sekedar asal jawab atau tebak-tebakan.

Sementara keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan

mulai muncul setelah mereka diberi tugas merangkum materi yang akan dibahas

sekaligus membuat pertanyaan untuk pertemuan berikutnya. Temuan ini mengukuhkan

temuan penelitian-penelian sebelumnya bahwa media pembelajaran yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran

(Brown, 1973). Penggunaan media Popilink Berkarakter mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa dengan kriteria sangat baik. Skor motivasi belajar siswa yang

semula berada pada angka 63%, meningkat menjadi 74% dan meningkat lagi pada

siklus berikutnya menjadi 77%. Meningkatnya motivasi belajar siswa ini terdorong oleh

sajian presentasi Popilink Berkarakter yang lebih kreatif dan interaktif, terutama dalam

hal uji kompetensi langsung yang dikemas dalam bentuk power point interaktif yang

cukup menarik.

b. Media Popilink Berkarakter dan Hasil Belajar.

Dalam setiap proses pembelajaran berakhir, guru melakukan uji kompetensi

untuk mengetahui daya serap atau hasil belajar siswa berkaitan dengan materi yang

telah disampaikan. Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar,

Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….

131

yaitu intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah

intelegensi, kesiapan, motivasi, dan kebiasaan belajar.

Hasil belajar siswa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dan juga merupakan salah satu

indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta digunakan untuk

mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan

demikian guru sebagai penilai hasil belajar siswa juga dapat mengetahui kemampuan

dirinya sendiri dalam mengajar yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk memperbaiki strategi dalam proses pembelajaran berikutnya. Sejalan dengan

pendapat tersebut bahwa penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan maksud untuk

menetapkan tiga hal, yaitu: (1) keefektifan pembelajaran, (2) efisiensi pembelajaran,

dan (3) daya tarik pembelajaran, (Degeng, 2005: 152 ). Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar ini diukur dengan nilai yang diperoleh siswa. Gagne membagi

lima kategori hasil belajar yaitu: (1) informasi verbal, (2) keterampilan kontekstual, (3)

strategi kognitif, (4) sikap dan (5) keterampilan motoris, (Sudjana, 2008:22).

Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran dengan media Popilink

Berkarakter ternyata juga berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.

Rerata nilai siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter

adalah 61 meningkat menjadi 66, dan meningkat lagi menjadi 75. Ini berarti ada

peningkatan nilai hasil belajar siswa, dari sebelum diterapkannya pembelajaran dengan

media Popilink Berkarakter dari 61 menjadi 66 atau meningkat sebesar 5%. Sedangkan

peningkatan hasil belajar dari 66 menjadi 75 atau meningkat sebesar 9% dan semua

siswa telah mecapai KKM. Peningkatan hasil belajar ini bisa juga dipengaruhi oleh

persepsi mereka terhadap pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter yang

menuntut mereka lebih fokus dan serius dalam meningkatkan intensitas belajarnya.

Temuan lain menunjukkan dari 35 siswa yang diberi angket, 34 (97,14%)

menyatakan bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat

mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Sementara 35

(100%) siswa merasa bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat

melatih siswa berperilaku jujur, serius dan perasaan senang dalam mengikuti uji

kompetensi.

Peningkatan hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh tingkat motivasi belajar

siswa yang tinggi. Delapan ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi selama

mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu: 1) tertarik kepada guru, artinya tidak

bersikap acuh tak acuh, 2) tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, 3)

antusiasmenya tinggi, serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan

belajar, 4) ingin tergabung dalam suatu kelompok kelas, 5) ingin identitas diri diakui

oleh orang lain, 6) tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, 7) selalu

mengingat pelajaran, dan 8) selalu terkontrol oleh lingkungannya, (Brown (dalam

Santoso, 2007:47).

Temuan meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran

dengan media Popilink Berkarakter, sesuai dengan pendapat Borwn di atas. Motivasi

belajar siswa yang meningkat berimbas pada naiknya rata-rata hasil belajar siswa

setelah diberikan penjelasan cara meresume materi dengan model peta kognitif dalam

bentuk tabel konsep. peta kognitif berguna untuk merangkum suatu bacaan atau materi,

menyusun alur konsep menjadi peta sajian. Dengan demikian meresume materi yang

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)

132

cukup sulit dihafalkan dengan model peta kognitif lebih mudah dihafalkan dan

dipahami, (Jonassen (1987) dalam Paulina Pannen (1997).

Dengan demikian tidak ada lagi keraguan tentang keampuhan pembelajaran

dengan media Popilink Berkarakter dijadikan strategi atau media dalam mengatasi

masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS.

PENUTUP

Penerapan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Indikator peningkatan motivasi belajar

siswa nampak dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan

dengan adanya kemauan, kemampuan bertanya, menjawab dan menanggapi jawaban

siswa lain. Penerapan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter juga dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk berfikir kritis, fokus dan antusias serta berperilaku

jujur dalam mengikuti uji kompetensi yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda

power point interaktif.

Guru bisa menerapkan strategi atau model pembelajaran dengan media

Popilink Berkarakter sebagai alternatif dalam proses pembelajaran di kelas. Selain

karena mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, juga mampu

menumbuhkan karakter positif pada diri siswa berupa berfikir kritis, fokus dan antusias

serta tertanamnya nilai kejujuran dalam proses pembelajaran dengan media Popilink

Berkarakter. Pembelajaran dengan media Popilink berkarakter menuntut kreatifitas dan

inovasi guru, untuk itu guru hendaknya selalu mengemas media pembelajaran power

point dengan desain yang menarik dan bermakna bagi siswa, sehingga keberadaan

media Popilink Berkarakter tidak mengarah pada malpraktek pendidikan, seperti yang

diungkapkan oleh Mark Issecks dalam artikel bertajuk ”Bagaimanapun Power point

adalah membunuh Pendidikan”.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa

Degeng, I Nyoman Sudana.2005. Teori Pembelajaran 1: Taksonomi variabel. Hand

Book . Program Pasca Sarjana. Universitas Kanjuruhan Malang.

Depdiknas, 2003, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan, Jakarta.

Miarso, Y. 2005. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Y. Menyemai Benih Teknologi

Pembelajaran. Jakarta. Pustekom Depdiknas.

Pannen Paulina.1997. Strategi Kognitif. Jakarta

Rifa’i, M. 2011. Pseido Hi Tech dan Daya Bunuh Power Point”. Artikel majalah Media.

Surabaya.

Sujana, N dan Rifa’i, A. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Sudrajat,A.Media Pembelajaran (online)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/02/media-pembelajaran/ diakses

2 februari 2013.