Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial i
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-
Nya Modul Bekerja dalam Tim, Koordinasi dan Jejaring Kerja ini dapat diselesaikan dengan
baik. Modul ini merupakan salah satu modul yang tidak terpisahkan dari rangkaian modul
diklat yang disusun untuk memenuhi kebutuhan Pelatihan Dasar bagi Pendamping Sosial.
Materi yang dimuat dalam modul ini berisi bahan bacaan dan materi pendalaman yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi Pendamping Sosial saat bekerja dalam tim,
melakukan koordinasi serta membangun jejaring kerja dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini
penting bagi Pendamping Sosial terutama pada saat melakukan proses pertolongan dan
pemberian layanan kepada Penerima Manfaat sebagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS) baik invidu, kelompok maupun masyarakat.
Terima kasih diucapkan kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan modul ini. Saran konstruktif sangat kami harapkan dalam rangka peningkatan
kualitas modul ini di masa mendatang. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi peserta
khususnya Pendamping Sosial dan berbagai pihak dalam memberikan layanan sesuai dengan
bidang tugas dan sasarannya masing-masing, sehingga terwujud sumber daya manusia yang
kompeten dan profesional.
Jakarta, September 2020
Kepala Pusdiklat Kesos
Mulia Jonie
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial ii
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………….……………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….………………………
DAFTAR TABEL …….…………………………………………………….………………………………
DAFTAR GAMBAR .………………………………………….…………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………………………..
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……………………………………………………………
i
ii
iv
v
vi
viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………
A. Deskripsi Singkat Modul ………………………………………………………….
B. Relevansi …………………………………………………………………………………
C. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………………………
1. Hasil Belajar………………………………………………………………………..
2. Indikator Hasil Belajar …………………………………………………………
D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ………………………………….
E. Media Pembelajaran ……………………………………………………………….
F. Metode Pembelajaran …………………………………………………………….
G. Skema Pembelajaran ……………………………………………………………….
H. Proses Pembelajaran ……………………………………………………………
1
1
2
3
3
3
3
4
5
6
7
BAB II
BEKERJA DALAM TIM ..………………………………….…………………………..
Deskripsi Singkat Bab II …………………………………………………………………
Uraian Materi ………………………………………………………………………………
A. Konsep Bekerja dalam Tim …………………………………………………….
B. Elemen-elemen dalam Tim ……………………………….…………………..
C. Jenis-jenis Tim ……………………………………………………...……………….
D. Kepemimpinan dalam Tim ..……………………………………………….....
E. Manajemen Konflik …………………..……………………………………………
F. Strategi Membangun Tim yang Efektif ……………………….………….
Rangkuman ………………………………………………………………………………….
Lembar Kerja 8.1. ..………………………………………………………..……………..
Lembar Kerja 8.2. ..………………………………………………………..……………..
Lembar Kerja 8.3. ..………………………………………………………..……………..
Evaluasi …………………………………………………………………………….………….
10
10
10
11
12
13
14
15
16
20
22
22
23
24
DAFTAR ISI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial iii
BAB III
BAB IV
KOORDINASI DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL…………………………..
Deskripsi Singkat Bab III ……..…………………………….............................
Uraian Materi ……………………………………………………………………………….
A. Pengertian Koordinasi …………..…………………………………………..
B. Tujuan Koordinasi ………………………………………………………………
C. Ruang Lingkup Koordinasi …………………………………….……………
D. Jenis-Jenis Koordinasi …..……………………………………………………
E. Strategi Membangun Koordinasi ……………………………………….
Rangkuman…………………………………………………………..…………….…..
Lembar Kerja 8.4. ..…………………………………..……………………………..
Evaluasi ……………………………………………………………………………….....
MEMBANGUN JEJARING KERJA …………………………………………….
Deskripsi Singkat Bab III …………………….……………………………………
Uraian Materi ………………………………………………………………………….
A. Pengertian Jejaring Kerja …………………………………………………..
B. Tujuan Jejaring Kerja ………………………………………………………….
C. Prinsip Jejaring Kerja …………………………………………………………
D. Jenis-Jenis Jejaring Kerja ……………………………………………………
E. Strategi Membangun Jejaring Kerja …………………………………..
Rangkuman ………………………………………………………………………………
Lembar Kerja 8.5. ..……………………………………………………………………
Evaluasi …………………………………………………………………………………….
25
25
25
26
26
27
28
29
33
34
35
36
36
36
37
37
38
39
39
45
46
48
REFERENSI…………………………………………………………………………………………………….. 49 BIODATA PENYUSUN ……………………………………………………………………………………. 50 LAMPIRAN…………………………………………………………………………………..…………………. 51
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial iv
Halaman
Tabel 1 Peta Jejaring dan Pola Kemitraan PSKS bagi Pendamping
Sosial …………………………………………………………………………………...
41
Tabel 2 Contoh Identifikasi Kemitraan ……………………………………………..
46
DAFTAR TABEL
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial v
Halaman
Gambar 1 Skema Pembelajaran Modul 8………………………………………….. 6
Gambar 2 Contoh Diagram Bintang....………………………………………………. 47
DAFTAR GAMBAR
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial vi
Halaman
Lampiran 1 Bahan Tayang (Power Point) ……………………………………………..
51
Lampiran 2 Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP) dan
Rencana Pembelajaran (RP)………………………………………………..
63
DAFTAR LAMPIRAN
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Sebelum Anda mempelajari modul ini, terlebih dahulu perhatikanlah beberapa petunjuk
berikut:
1. Modul ini merupakan acuan bagi tenaga pengajar/fasilitator dalam melakukan transfer
pengetahuan kepada peserta diklat. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan improvisasi
sesuai dengan situasi dan kebutuhan di lapangan, namun tidak keluar dari substansi
materi yang ada.
2. Modul ini terdiri dari deskripsi singkat, tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode dan
alat bantu pembelajaran, skema pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan materi
pembelajaran yang dilengkapi dengan rangkuman, lembar kerja serta evaluasi.
3. Dalam modul terdapat lembar kerja (LK), sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
4. Modul ini dilengkapi dengan bahan tayang (slide PPT) dan alat bantu lain, untuk
mempermudah dalam menjelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang ada
dalam modul.
5. Untuk dapat menerapakan modul ini dengan seksama, bacalah langkah-langkah
pembelajaran kemudian cocokkan dengan lembar kerja dan alat-alat bantu lainnya. Jika
diperlukan, lakukan diskusi dengan teman-teman untuk lebih memahami modul ini.
Namun jika masih kurang jelas, maka dapat ditanyakan langsung dengan
fasilitator/pengampu modul di kelas.
6. Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman, peserta dipersilakan
mencari dan mempelajari sumber-sumber lain yang relevan untuk mmperdalam materi.
Selamat Belajar
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 1
BAB I. PENDAHULUAN Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petunjuk Belajar
A. DESKRIPSI SINGKAT MODUL
Pendampingan sosial dilaksanakan dalam rangka mendukung pemerintah dalam
penyelenggaraan program-program pemberdayaan sosial, perlindungan dan jaminan
sosial, penanganan fakir miskin serta rehabilitasi sosial. Pada prakteknya,
Pendamping Sosial senantiasa bersinggungan dan bekerja sama dengan sumber daya
manusia kesejahteraan sosial lainnya seperti Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial serta
pihak-pihak lain yang terkait dengan tugasnya.
Peran pendamping sosial dalam melakukan tugas pelayanan sosial meliputi perannya
sebagai penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator. Keterampilan yang
dibahas dalam modul ini sangat erat kaitannya dengan peran Pendamping Sosial
sebagai Fasilitator dan sebagai Penjalin Sumber. Materi yang disampaikan dalam
modul ini berkenaan dengan peningkatan kompetensi Pendamping Sosial dalam
bekerja sama dalam tim, melakukan koordinasi dan membangun jejaring kerja.
Pada sesi pertama, peserta akan mempelajari tentang konsep bekerja dalam tim,
kepemimpinan, manajemen konflik dan strategi membangun bekerja tim yang
efektif. Melalui pendalaman materi, peserta diharapkan mampu menjelaskan dan
menerapkan konsep bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang dihadapi ataupun untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan
efisien.
Sesi kedua adalah pembahasan tentang konsep koordinasi, tujuan, ruang lingkup,
jenis koordinasi dan strategi membangun koordinasi yang baik. Peserta diharapkan
mampu untuk memahami konsep koordinasi dan mampu untuk menerapkan
koordinasi dengan baik dengan pihak lain yang terkait sehingga tidak terjadi
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 2
kesalahpahaman ataupun tumpang tindih pekerjaan dalam pelaksanaan
pendampingan sosial.
Peserta juga dibekali dengan konsep, tujuan, prinsip, ruang lingkup, jenis-jenis,
tahapan serta strategi dalam membangun jejaring kerja dalam sesi yang ketiga di
modul ini agar mendapat pemahaman secara konseptual serta nantinya mampu
untuk mengembangkan jejaring kerja yang lebih luas.
Dalam masing-masing pokok bahasan dalam modul, disertakan lembar kerja,
evaluasi, serta dilengkapi dengan bahan tayang yang dapat digunakan oleh peserta
untuk mendalami materi. Pendekatan dalam fasilitasi menggunakan metode
andragogi yaitu pembelajaran orang dewasa. Sedangkan teknik fasilitasi yang
digunakan antara lain ceramah interaktif, curah pendapat, diskusi kelompok,
pemutaran video dan refleksi, permainan dan simulasi. Melalui ragam metode
pembelajaran tersebut diharapkan modul ini dapat dipahami dengan baik oleh
peserta pelatihan.
B. RELEVANSI
Modul ini merupakan salah satu dari modul inti yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan meningkatkan keterampilan Pendamping Sosial dalam melakukan
bekerja dalam tim, berkoordinasi, serta membangun jejaring kerja. Dalam tugas
pendampingan sosial, ada beberapa kasus dimana pendamping sosial memerlukan
koordinasi dan kerja bersama pekerja sosial, dinas sosial serta pihak lain yang terkait
dalam melakukan proses pertolongan terhadap Penerima Manfaat. Selain itu, dalam
melakukan advokasi terhadap pelayanan dan sistem sumber yang dibutuhkan oleh
penerima manfaat, diperlukan jejaring kerja yang baik serta komunikasi dan kerja
sama yang baik dengan penyedia layanan.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 3
Melalui pendalaman materi pada modul ini, peserta dapat lebih memahami
penerapan bekerja dalam tim dan berkoordinasi untuk memecahkan masalah, serta
mengembangkan jejaring kerja yang memudahkan Penerima Manfaat dalam
memenuhi kebutuhan ataupun layanan yang diperlukan dan belum dapat diakses
sebelumnya. Pendamping Sosial juga perlu memahami tugas dan fungsi dari
pendamping sosial lainnya yang memiliki ragam Penerima Manfaat yang berbeda
dan sistem sumber berbeda serta dapat diajak bekerja sama dalam membantu
menangani permasalahan ataupun mengembangkan usaha Penerima Manfaat dalam
meningkatkan keberfungsian sosialnya di masyarakat.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu mempraktekan
bekerja dalam tim, berkoordinasi, dan membangun jejaring kerja dalam
melaksanakan tugas pendampingan sosial.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti pembelajaran, peserta dapat:
a. Menjelaskan dan mempraktekan konsep bekerja dalam tim
b. Menjelaskan dan mempraktekan koordinasi dalam melakukan
pendampingan sosial.
c. Menjelaskan dan membangun jejaring kerja.
D. POKOK BAHASAN
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Bekerja dalam Tim
1.1. Konsep Bekerja dalam Tim
1.2. Elemen Bekerja dalam Tim
1.3. Jenis-jenis Tim
1.4. Kepemimpinan dalam Tim
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 4
1.5. Manajemen Konflik
1.6. Strategi Membangun Tim yang Efektif
2. Koordinasi dalam Pendampingan Sosial
2.1. Pengertian Koordinasi
2.2. Tujuan Koordinasi
2.3. Ruang Lingkup Koordinasi
2.4 Jenis-jenis Koordinasi
2.5. Strategi Membangun Koordinasi
3. Membangun Jejaring Kerja
3.1. Pengertian Jejaring Kerja
3.2. Tujuan Jejaring Kerja
3.3. Prinsip Jejaring Kerja
3.4. Jenis-jenis Jejaring Kerja
3.5. Strategi Membangun Jejaring Kerja
E. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan dalam mata pelatihan ini adalah :
1. Modul
2. Bahan Tayang
3. Laptop
4. LCD/proyektor
5. Bahan Tayang
6. Video pendek
7. Lembar Kerja
8. Flipchart
9. Kertas Plano
10. Metaplan/ sticky notes
11. Spidol
12. Masking tape
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 5
F. METODE PEMBELAJARAN
Modul ini di sampaikan dalam 6 jam pelatihan atau 270 menit, dimana masing-
masing jam pelatihan terdiri dari 45 menit. Proses pembelajaran menggunakan
pendekatan andragogi dengan metode pembelajaran interaktif sebagai berikut:
1. Ceramah dan tanya Jawab: Fasilitator memberikan uraian tentang substansi pokok
yang terkandung dalam setiap materi pelatihan. Peserta mengajukan pertanyaan
atau mengemukakan pendapat terkait dengan topik yang sedang dibahas.
Fasilitator memberikan jawaban atau penjelasan atas pertanyaan atau tanggapan
yang diajukan peserta.
2. Curah pendapat (Brainstorming): Metode ini digunakan untuk mengetahui
sejauhmana pengetahuan, kemampuan serta pengalaman peserta berkaitan
dengan pokok pembahasan materi pelatihan.
3. Diskusi Kelompok: Proses bertukar pendapat, pengetahuan, gagasan, perasaan,
dan pengalaman antara dua orang atau lebih tentang suatu topik tertentu. Teknik
ini dipakai sebagai sarana untuk melibatkan anggota kelompok agar berpartisipasi
aktif dalam kegiatan kelompoknya. Peserta dibagi dalam kelompok, tiap kelompok
mendiskusikan suatu materi atau kasus sesuai lembar kerja yang telah
dipersiapkan, kemudian dipresentasikan. Fasilitator mendampingi peserta selama
diskusi berlangsung dan memberikan tanggapan atas hasil diskusi.
4. Bermain Peran (Role Playing) atau simulasi bermain peran: Metode dimana
masing-masing peserta mengidentifikasi dirinya dengan peran orang lain dan
mencoba berperan sesuai pola-pola sikap tertentu dalam suatu keadaan
tertentu.
5. Permainan Bertujuan (Purposive Game) : Peserta baik secara perorangan atau
kelompok diajak untuk berperan serta dalam permainan. Permainan tersebut
dirancang sedemikian rupa untuk membantu menjelaskan atau memahamkan
peserta secara learning by doing terhadap sebuah konsep dalam materi yang
disampaikan. Pada akhir permainan, fasilitator melakukan refleksi bersama
peserta mengenai keterkaitan antara permainan dengan konsep materi.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 6
6. Pemutaran Video Pendek: Peserta diajak untuk memahami konsep materi secara
audio dan visual melalui penayangan film atau video pendek. Fasilitator mengajak
peserta untuk menanggapi isi film atau video pendek tersebut dan kaitannya
dengan materi yang disampaikan.
G. SKEMA PEMBELAJARAN
Gambar 1
Skema Pembelajaran Modul 8
Langkah 1 Pembukaan (10')
Langkah 2 Materi 1 : Bekerja dalam Tim (90')
Langkah 3 Materi 2 : Koordinasi dalam Pendampingan Sosial (80')
Langkah 4 Materi 3 : Membangun Jejaring Kerja (80')
Langkah 5 Penutup (10')
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 7
H. PROSES PEMBELAJARAN
PROSES PEMBELAJARAN (6 JPx @45 Menit)
Langkah 1 : Pengantar (10 Menit )
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah, ucapkan salam serta
memperkenalkan diri.
2. Fasilitator menjelaskan secara singkat judul modul, tujuan pembelajaran,
serta pokok bahasan.
3. Fasilitator menyampaikan metode pembelajaran yang digunakan dalam
modul ini.
4. Apabila diperlukan, fasilitator dapat mengajak peserta melakukan kegiatan
untuk penyegaran dan membangun suasana siap untuk belajar dengan
permainan.
Langkah 2 : Bekerja dalam Tim (90 Menit)
1. Fasilitator menanyakan kepada peserta : “Siapa yang pernah terlibat dalam
sebuah tim? Fasilitator meminta satu atau dua orang peserta bercerita
mengenai peranannya dalam tim, perasaannya bekerja dalam tim dan
bertanya apakah tim tersebut berhasil mencapai tujuannya?”
2. Simak jawaban peserta lalu simpulkan bersama peserta yang lain.
3. Jelaskan tentang konsep bekerja dalam tim.
4. Ajak peserta untuk mendalami konsep materi melalui permainan “Kendaraan
Ajaib” sesuai Lembar Kerja 8.1 (LK. 8.1.) Fasilitator mengajak peserta untuk
merefleksikan permainan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti :
a. Apa yang dirasakan setelah melakukan permainan barusan?
b. Apakah kelompok tadi dapat disebut sebagai tim? jelaskan alasannya.
c. Adakah peran kepemimpinan dalam tim?
d. Kesulitan/tantangan apa yang dirasakan dalam mencapai tujuan tim?
5. Fasilitator mengaitkan permainan dengan penjelasan tentang elemen dan
jenis-jenis Tim.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 8
6. Fasilitator menanyakan kepada beberapa peserta apa saja peran pemimpin
dalam tim. Simpulkan jawaban dengan penjelasan mengenai peran
kepemimpinan dalam tim
7. Fasilitator menanyakan pengalaman peserta tentang konflik yang pernah
terjadi dalam sebuah tim. Lalu jelaskan tentang konsep manajemen konflik.
8. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan role play sesuai dengan
Lembar Kerja 8.2 (LK. 8.2 Mengatasi Konflik)
9. Fasilitator merefleksikan hasil role play dan mengaitkan dengan bahasan
komunikasi di saat krisis dalam Modul Komunikasi dan Relasi sebelumnya.
10. Masih dalam kelompok yang sama, setiap kelompok diminta untuk
melakukan diskusi tentang “Apa Strategimu?” sesuai Lembar Kerja 8.3
(LK. 8.3)
11. Fasilitor menjelaskan strategi membangun tim yang efektif.
12. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi bersama peserta.
Langkah 3: Koordinasi dalam Pendampingan Sosial (80 Menit)
1. Fasilitator bertanya kepada peserta “Apa yang terpikirkan ketika mendengar
kata koordinasi?” kemudian tanyakan pengalaman peserta dalam melakukan
koordinasi.
2. Fasilitator menanggapi dan menyimpulkan jawaban peserta.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk bermain “Blind Coordination” sesuai
Lembar Kerja 8.4. (L.K. 8.4).
4. Fasilitator merefleksikan permainan dan menjelaskan tentang konsep
koordinasi.
5. Tayangkan video pendek dan minta peserta untuk menyimak dan
menanggapi pesan dari video tersebut
6. Fasilitator menyampaikan keterkaitan video dengan penjelasan tentang
strategi dalam berkoordinasi.
7. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 9
Langkah 4 : Membangun Jejaring Kerja (80 Menit)
1. Fasilitator bertanya kepada peserta apa saja yang diketahui tentang Jejaring
Kerja dan apa tujuan Pendamping Sosial membangun Jejaring Kerja?
2. Tanggapi jawaban peserta. Fasilitator Jelaskan tentang Konsep Jejaring Kerja.
3. Fasilitator mengajak peserta mengingat bahasan tentang PSKS dan kaitkan
dengan jejaring kerja.
4. Fasilitator mengajak peserta untuk diskusi sesuai dengan Lembar Kerja 8.5
(L.K. 8.5) tentang “Diagram Bintang”.
5. Setiap kelompok diminta berkeliling (Window Shopping) untuk melihat hasil
kelompok lain.
6. Fasilitator memperhatikan proses dan hasil Window Shopping
7. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi bersama peserta.
Langkah 5 : Penutup (10 Menit )
1. Fasilitator melakukan Refleksi pembelajaran dengan menanyakan kepada
peserta apa yang sudah diperoleh dari keseluruhan proses pembelajaran.
Atau dengan metode lain, peserta diminta untuk berbaris berbanjar ke
belakang. Fasilitator bisa menggunakan beberapa pernyataan terkait materi,
lalu peserta diminta untuk melangkah ke kanan jika pernyataan dianggap
atau melangkah ke kiri jika pernyataan dianggap salah.
2. Tanyakan jawaban peserta yang berbeda.
3. Lakukan Refleksi pembelajaran
4. Ucapkan terima kasih dan salam.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 10
Kegiatan Belajar :
90 Menit
Pembahasan dalam bab ini akan membantu peserta untuk memahami tentang
pentingnya bekerja dalam tim (teamwork) saat melakukan pendampingan sosial
di lapangan. Pemahaman konseptual tentang bekerja dalam tim akan menjadi
landasan bagi para peserta dalam memahami konsep efektivitas bekerja dalam
tim dalam pendampingan sosial terhadap program-program Kementerian Sosial,
sehingga pada akhirnya layanan program dapat diterima dengan baik oleh
Penerima Manfaat.
Setelah mempelajari bab ini, peserta TOT diharapkan dapat menjelaskan tentang
konsep bekerja dalam tim, tujuan bekerja dalam tim, elemen dan jenis-jenis tim,
tahapan bekerja dalam tim dan membangun tim yang efektif dalam
pendampingan sosial. Bab ini disajikan secara interaktif melalui metode ceramah
interaktif, tanya jawab, diskusi, dan simulasi.
Kerja sama dalam satu tim akan mampu melakukan lebih banyak hal dari pada
bekerja sendirian. Banyak hal yang sulit dilakukan secara mandiri, namun dengan
mudah dapat diraih dengan kerja sama. Oleh karena itu alasan utama pentingnya
dibentuk tim dalam suatu lembaga dan melakukan kerjasama yang baik dalam tim
yakni agar setiap individu dalam lembaga dapat mengerjakan tugas dengan baik
dalam rangka mendukung tujuan lembaga secara keseluruhan, dengan lebih efektif
dibandingkan dengan bekerja secara individu (Michael West, 1998).
URAIAN MATERI
DESKRIPSI SINGKAT
BEKERJA DALAM TIM
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 11
A. Konsep Bekerja dalam Tim
Pendamping Sosial merupakan sumber daya manusia kesejahteraan sosial dengan
beragam pengetahuan, keterampilan, keahlian serta target penerima manfaat yang
berbeda. Dari keberagaman kompetensi tersebut, pendamping sosial dapat bekerja
sama dalam bekerja sama dalam tim untuk meningkatkan hail kinerja dalam
menjalankan tugas pendampingan sehari-hari.
Bekerja dalam tim adalah bentuk kerja sama sekumpulan orang yang memiliki
berbagai macam keterampilan dan berkomitmen untuk mencapai suatu tujuan
bersama dimana para anggotanya saling bertanggung jawab satu sama lain. Dengan
bekerja dalam tim, pendamping sosial dapat berbagi pengetahuan, keterampilan,
pengalaman yang berbeda dan bersama-sama mengatasi permasalahan untuk
mencapai tujuan bersama dengan penuh tanggung jawab dan komitmen.
Tugas penting dari pendampingan sosial di masyarakat adalah memberikan
pelayanan sosial yang dibutuhkan oleh penerima manfaat serta mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi oleh penerima manfaat. Dalam menjalankan tugas tersebut,
seringkali pendamping sosial menemui berbagai kesulitan yang disebabkan berbagai
hal seperti kurangnya pengetahuan, keterampilan, pengalaman ataupun faktor lain
yang berhubungan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh seorang pendamping
sosial. Untuk itu, diperlukan sebuah tim kerja yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki berbagai macam keahlian dannkompetensi sehingga dapat menjadi
kekuatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran.
Bekerja dalam tim memiliki keunggulan dibandingkan dengan bekerja secara
individual. Tujuan dari bekerja dalam sebuah tim yaitu:
1. Memperlancar aktivitas pekerjaan. Ketika Pendamping Sosial bekerja di
lapangan, seringkali ditemukan permasalahan kompleks yang sulit untuk
ditangani seorang diri. Bersama dengan tim, penyelesaian masalah yang
kompleks akan terasa lebih mudah karena terdapat pembagian tugas dan
beban kerja.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 12
2. Efisiensi waktu dan biaya. MIsalnya, ketika seorang Pendamping Sosial Anak
menangani kasus anak yang berhadapan dengan hukum, banyak pihak yang
terlibat dalam kasus tersebut seperti keluarga korban, psikolog, pekerja sosial,
dinas sosial, lembaga hukum, aparat hukum dan lain sebagainya. Pekerjaan
yang dikerjakan bersama dalam tim akan lebih banyak menghemat waktu dan
tenaga, karena setiap anggota tim telah diberikan tugas masing-masing untuk
dikerjakan sehingga dampaknya pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan.
3. Memanfaatkan potensi setiap anggota kelompok dan saling melengkapi
kekurangan anggota satu dengan lainnya. Tidak semua orang memiliki
kompetensi yang sama. Misalnya, ada Pendamping Sosial yang memiliki
pendekatan interpersonal yang baik, tetapi memiliki kesulitan untuk berbicara
di depan khalayak ramai. Dengan bekerja dalam tim, masing-masing anggota
akan mudah untuk saling melengkapi kekurangan yang lain.
4. Bekerja bersama-sama dan saling memberikan dukungan. Pekerjaan yang
berat dan rutin terkadang memberi efek jenuh. Dengan adanya tim, setiap
angota dapat saling memberikan dukungan dan berbagi beban kerja sehingga
tingkat kejenuhan ataupun kesulitan dapat berkurang.
5. Membagi tugas dan wewenang secara jelas dan adil bagi setiap anggota tim.
Di dalam tim, masing-masing anggota diberikan porsi tugas dan kewenangan
yang jelas. Siapa dapat mengerjakan apa, disepakati dan diatur dalam tim agar
tidak tumpang tindih ataupun berat sebelah. Masing-masing memberikan
kontribusi terbaik sesuai peranannya untuk mencapai tujuan bersama.
B. Elemen-elemen dalam Tim
Elemen-elemen dari sebuah tim adalah sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kepercayaan.
Semua anggota tim mempunyai kewajiban untuk berkomitmen penuh untuk
mencapai misi dan tujuan tim. Setiap anggota harus siap mencurahkan
banyak waktu dan energi guna memajukan misi tim dan setiap anggota tim
harus dapat saling percaya (trust) terhadap anggota tim. Ketidakpercayaan
dapat muncul dari beban kerja yang tidak seimbang, sehingga menyebabkan
gejolak dan perselisihan. Sebagai contoh, anggota tim yang berkinerja tinggi
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 13
akan demotivasi apabila selalu diminta menutup kekurangan anggota tim
lainnya.
2. Komunikasi Terbuka.
Tim yang efektif harus memiliki jalur komunikasi yang terbuka. Artinya,
Komunikasi harus jujur dan mengalir di antara semua anggota tim. Anggota
tim yang memahami gaya komunikasi satu sama lain akan membawa tim ke
arah yang lebih produktif. Anggota tim tidak perlu ragu untuk berkomunikasi
dengan anggota lain, baik ide maupun tentang masalah. Hal ini dapat semakin
mendekatkan antar anggota tim dan lebih memahami satu sama lain. Tim
dengan komunikasi dan kedekatan personal yang baik akan lebih efektif
dalam berkinerja dan mencapai tujuan.
3. Keragaman Kompetensi.
Tim yang memiliki beragam kompetensi profesional dapat lebih mudah
memenuhi berbagai tantangan. Setiap anggota tim perlu diidentifikasi akan
kemampuan, keterampilan, kekuatan serta kelemahan diri masing-masing.
Menyatukan orang-orang dengan keahlian dapat menghasilkan banyak ide
yang diangkat sebagai diskusi yang dapat diwujudkan dalam tindakan.
Memastikan bahwa setiap anggota tim memiliki kekhasan yang unik dan
memiliki kontribusi tersendiri sesuai bidang dan kemampuannya.
4. Kemampuan Beradaptasi.
Tim dengan daya saing tinggi, harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan
perubahan kondisi. Baik strategi, sasaran, tugas, alur kerja, dan bahkan
anggota tim dapat berubah sepanjang umur tim. Anggota tim harus dapat
bersatu dan menghadapi tantangan baru secara langsung maupun tidak
langsung.
5. Kebebasan Berfikir Kreatif.
Semua anggota tim harus merasa bebas untuk berfikir kreatif, yaitu dengan
mencoba hal-hal baru dan tidak takut akan konsekuensinya. Anggota tim
harus saling percaya bahwa orang lain akan mendengarkan ide-ide mereka
secara terbuka.
Setiap anggota harus percaya diri dalam mengkomunikasikan ide-ide baru.
Dengan begitu, anggota tim dapat segera beradaptasi untuk mengakomodasi
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 14
perubahan yang melekat dalam mewujudkan ide-ide baru tersebut.
C. Jenis-jenis Tim
Untuk menjalankan perannya, tim dapat dibentuk sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Berikut jenis-jenis tim berdasarkan fungsinya:
1. Tim Pemecah Masalah (Problem Solving Team)
Merupakan sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah
yang muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Dalam konteks
Pendamping Sosial, kegiatan dalam tim ini adalah untuk mengidentifikasikan
berbagai masalah yang dihadapi oleh Penerima Manfaat, mendiskusikan
bagaimana memecahkan masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk
memperbaiki hal yang menjadi fokus masalah.
2. Tim Kelola Mandiri (Self Managed Team).
Merupakan sebuah tim yang dibentuk untuk memperbaiki produktivitas
dengan memberikan kewenangan pada tim untuk mengatur kerja mereka
sendiri. Misalnya menentukan menjadwal kerja, menentukan metode kerja,
mengawasi sesama anggota, memberi reward dan punishment bagi anggota
serta merekrut anggota baru.
3. Tim Lintas Fungsi (Cross Functional Team).
Merupakan sebuah tim yang dibentuk untuk menyelesaikan tugas-tugas
khusus, di luar tugas kesehariannya. Misalnya menyosialisasikan program
baru, melakukan perubahan sistem pelayanan, menginput data dalam sistem,
atau mengembangkan aplikasi software yang mendukung program. Anggota
tim ini dapat berasal dari berbagai unit yang memiliki keahlian dan orientasi
yang berbeda tetapi dapat bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
Pada pelaksanaannya, pembentukan sebuah tim dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dari lembaga.
D. Kepemimpinan dalam Tim
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan
pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya.
Pemimpin adalah aktor yang memiliki peran besar dalam sebuah Tim. Tercapainya
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 15
tujuan tim hanya dimungkinkan karena adanya upaya kerjasama yang baik antara
anggota tim kerja dan pemimpin tim. pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan sebuah tim.
Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:
1. Memperlihatkan gaya pribadi
2. Proaktif dalam sebagian hubungan
3. Mengilhami kerja tim
4. Memberikan dukungan timbal balik
5. Membuat orang terlibat dan terikat
6. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
7. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif
8. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
9. Mengakui prestasi anggota tim
10. Berusaha mempertahankan komitmen
11. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.
Dalam kepemimpinan tim kerja perlu dibangun juga etos tim kerja untuk menggugah
dan menumbuhkan semangat kerja tim. Suatu etos adalah spirit (esprit d'corps) yang
merupakan dasar keyakinan dan inspirasi serta panduan moral bagi tim kerja atau
para anggotanya.
E. Manajemen Konflik
Dalam proses bekerja dalam sebuah tim, seringkali terjadi konflik. Tipe konflik dibagi
menjadi dua, yaitu task conflict dan relationship conflict. Berikut adalah penjelasan
tentang tipe tipe konflik tersebut:
1. Task Conflict: Konflik ini mengacu pada ketidaksepakatan diantara anggota tim
tentang tugas-tugas tujuan yang akan dicapai.
2. Relationship Conflict: Konflik yang mengacu pada ketidakcocokan satu anggota
dengan yang lainnya, dimana terjadi ketegangan, perselisihan dan perasaan
permusuhan pribadi antara satu sama lain.
Seorang pemimpin dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam tim dapat
menggunakan beberapa pendekatan sebagi berikut:
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 16
1. Negoisasi, proses dimana orang terlibat dalam diskusi dalam menerima dan
mempertimbangkan berbagai alternatif untuk mencapai keputusan bersama.
Cara bernegoisasi tersebut dibagi menjadi 2, yaitu pendekatan integratif dan
pendekatan distributif.
2. Visi, dimana visi yang jelas dan menarik bisa menyatukan orang. Visi tidak bisa
dicapai oleh satu orang, tetapi butuh kerja sama tim. Pencapaian visi tim bisa
mengurangi konflik karena orang-orang yang terlibat sadar bahwa mereka perlu
bekerja sama dengan baik untuk mencapainya.
3. Mediasi, yaitu melibatkan pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan konflik.
Mediator mendiskusikan konflik tersebut dengan pihak-pihak yang berkonflik
tersebut untuk mencari solusi yang terbaik.
4. Komunikasi, merupakan cara paling efektif untuk mengurangi konflik melalui
komunikasi antar pihak secara terbuka dan jujur. Pertukaran informasi dan
proses mengenal satu sama lain bisa mengurangi rasa curiga dan meningkatkan
kerja sama. Cara lainnya adalah dengan berdialog agar bisa mengetahui dan
menghormati perbedaan pendapat dengan orang lain.
5. Arbitrase, merupakan pendekatan yang memiliki kekuatan yang memaksa dan
tegas. Arbitrase adalah cara penyelesaisasn suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis
oleh pihak yang bersengketa.
F. Strategi Membangun Tim Efektif
Sebuah tim dapat dikatakan efektif jika tim tersebut dapat berhasil mencapai
tujuannya. Berdasarkan pendapat Larson dan Lafasto tentang karakteristik tim
efektif, terdapat beberapa strategi penting untuk membangun tim yang efektif,
yaitu:
1. Tim efektif memiliki tujuan yang jelas dan menggugah bagi seluruh anggota
tim (Clear & Elevate Goal). Strategi menyusun tujuan yang dapat digunakan
adalah :
a. Tetapkan tujuan yang tinggi namun tetap mungkin dicapai.
b. Gunakan kata-kata yang menggugah atau visualisasikan dalam gambar
untuk memberikan penjelasan tentang tujuan tim.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 17
c. Hindari tujuan yang membingungkan atau tidak jelas. Tujuan harus
spesifik dan terukur.
d. Tujuan yang dibuat sedapat mungkin mencerminkan nilai-nilai (values)
yang dimiliki oleh semua anggota tim.
2. Tim efektif memiliki struktur dan tata kerja tim yang berorientasi pada
pencapaian hasil/tujuan tim (Result Driven Structure). Struktur dan tata
laksana dibuat untuk memfasilitasi kerja sama antar anggota dalam tim dan
seoptimal mungkin berorientasi pada tujuan tim. Strategi menyusun strutur
tim yang dapat digunakan yaitu:
a. Menentukan struktur dan tata laksana tim yang seimbang antara proses
dan hasilnya.
b. Buat struktur yang memungkinkan umpan balik (feedback) dapat
diterima dengan cepat oleh anggota tim, sehingga jika ada masalah akan
cepat diatas dan jika berhasil maka anggota dapat langsung menerima
umpan balik positif.
c. Struktur yang dibangun dioptimalkan untuk membuat alur komunikasi
lancar dan terjaga baik antar anggota dalam tim maupun pihak luar tim.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung inovasi pencapaian
tujuan tim.
3. Tim efektif memiliki personil tim yang kompeten sesuai kebutuhan tim untuk
mencapai tujuannya (Competent Team Member). Strategi untuk mewujudkan
anggota tim yang kompeten yaitu :
a. Proses rekutmen anggota tim yang sesuai kompetensinya dengan
kebutuhan tim.
b. Pengembangan kompetensi anggota tim dengan berbagai cara (coaching,
mentoring, counseling, training).
c. Menunjukkan kompetensi anggota yang terkait dengan tujuan dan
strategi tim dalam mencapai tujuannya.
d. Membangun tim dengan meningkatkan kekuatan unik setiap orang.
4. Tim efektif memiliki komitmen yang terpadu dari seluruh personil tim (Unified
Commitment). Strategi untuk meningkatkan komitmen yang terpadu dapat
melalui:
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 18
a. Melibatkan anggota tim dengan meminta ide dan masukan dalam
proses-proses penentuan dan pencapaian tujuan tim pada tahap
perencanaan, pelaksanaan juga pengendalian dan evaluasi.
b. Mengambil tindakan untk memastikan bahawa anggota tim mengerti
bahwa mereka adalah bagian tim yang sangat berharga.
c. Membangun identitas tim yang inklusif dimana semua angota tim
merasa bagian dari tim.
d. Menjelaskan kepada anggota tim tentang pengaruh kontribusi tim
tehadap kesuksesan lembaga.
5. Tim efektif memiliki iklim kerjasama yang kondusif (Collaborative Climate).
Strategi untuk dapat memningkatkan iklim kerja sama yang kondusif antara
lain:
a. Membantu dan memfasilitasi anggota tim untuk menemukan cara
berhubungan dengan orang lain untuk dapat bekerja sama dengan baik.
b. Menciptakan tradisi-tradisi yang mewujudkan kebersamaan dalam tim.
c. Memberikan dukungan kepada anggota baru dalam tim.
d. Memperlihatkan semangat anda yang dapat memberikan energi pada
anggota tim.
e. Menggunakan kegagalan sebagai peluang pembelajaran dan perbaikan.
6. Tim efektif memiliki standar ukuran kinerja yang jelas (Standards of Excellence).
Strategi terkait dengan meningkatkan standar ukuran keberhasilan tim adalah:
a. Menentukan target kinerja yang terukur, baik kinerja individu maupun
kinerja lembaga.
b. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap pencapaian kinerja baik
individu maupun tim.
c. Melakukan perayaan untuk menghargai pencapaian-pencapaian kinerja
utama.
d. Menunjukkan tingkat urgensi tugas kepada anggota tim untuk mencapai
hasil yang lebih baik.
e. Menunjukkan intensitas yang memotivasi orang lain untuk mencapai
tingkat kinerja yang lebih tinggi.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 19
f. Memberikan pengakuan terhadap anggota tim atas kontribusinya dalam
mencapai tujuan tim.
g. Memberikan umpan balik secara personal kepada anggota tim untuk
meningkatkan kinerjanya.
7. Tim efektif mendapatkan dukungan dan pengakuan dari pihak luar (External
Support and Recognition).
a. Menjalin hubungan dengan stakeholder di luar tim.
b. Mengkomunikasi visi/tujuan tim kepada seluruh stakeholder (internal
dan eksternal) dengan meyakinkan.
c. Menunjukkan kepada stakeholder eksternal bahwa anggota tim
memainkan peranan penting dalam pencapaian tujuan tim.
d. Menunjukkan keberhasilan tim kepada pihak di luar tim.
8. Tim memiliki pemimpin dengan prinsip kepemimpinan yang baik (Principled
Leadership). Strategi dalam memimpin tim dengan prinsip kepemimpinan yang
baik:
a. Pemimpin tim membangun visi yang jelas dan menggugah bagi anggota
tim.
b. Pemimpin tim mengelola perubahan-perubahan dinamis yang terjadi
selama proses kerja tim dalam mencapai tujuan.
c. Pemimpin tim mengeidentifikasi dan memunculkan potensi dari masing-
masing anggota timnya.
d. Pemimpin tim memastikan sasaran tim dapat dicapai, tetapi memberikan
tantangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tim dan memberikan
rasa berprestasi
e. Bersama tim menyepakati standar tindakan yang diperlukan dengan
menegaskan batasan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai
f. Meninjau bentuk kerja sama dan dukungan yang diperlukan, dan
mengusahakannya jika diperlukan.
g. Memantau perkembangan pekerjaan, membantu memecahkan masalah,
menyemangati dan memotivasi, serta memberi pujian dan penghargaan
kepada anggota tim.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 20
1. Tujuan bekerja dalam sebuah tim adalah memperlancar aktivitas
pekerjaan, untuk efisiensi waktu dan biaya, memanfaatkan potensi setiap
anggota kelompok dan saling melengkapi kekurangan anggota satu
dengan lainnya, bekerja bersama-sama dan saling memberikan dukungan,
serta membagi tugas dan wewenang secara jelas dan adil bagi setiap
anggota tim.
2. Elemen-elemen dari sebuah tim adalah sebagai berikut: komitmen dan
kepercayaan, komunikasi terbuka, keragaman kompetensi, kemampuan
beradaptasi dan kebebasan berfikir kreatif.
3. Jenis-jenis tim berdasarkan fungsinya: Tim Pemecah Masalah (Problem
Solving Team), Tim Kelola Mandiri (Self Managed Team). Tim Lintas Fungsi
(Cross Functional Team).
4. Peranan pemimpin dalam tim meliputi memperlihatkan gaya pribadi;
proaktif dalam sebagian hubungan; mengilhami kerja tim; memberikan
dukungan timbal balik; membuat orang terlibat dan terikat; memudahkan
orang lain melihat peluang dan prestasi; mencari orang yang ingin unggul
dan dapat bekerja secara kontruktif; mendorong dan memudahkan
anggota untuk bekerja; mengakui prestasi anggota tim; berusaha
mempertahankan komitmen; menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.
5. Pendekatan dalam mengatasi konflik yaitu Negosiasi, Visi, Mediasi,
Komunikasi dan Arbitrase.
6. Strategi membangun tim yang efektif berdasarkan karakteristik dari Tim
efektif, yaitu memiliki tujuan yang jelas dan menggugah bagi seluruh
anggota tim (clear & elevate goal), memiliki struktur dan tata kerja tim
yang berorientasi pada pencapaian hasil/tujuan tim (result driven
structure), memiliki personil tim yang kompeten sesuai kebutuhan tim
untuk mencapai tujuannya (competent team member), memiliki
komitmen yang terpadu dari seluruh personil tim (unified commitment),
memiliki iklim kerjasama yang kondusif (collaborative climate), memiliki
RANGKUMAN
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 21
standar ukuran kinerja yang jelas (standards of excellence), mendapatkan
dukungan dan pengakuan dari pihak luar (external support and
recognition), dan memiliki pemimpin tim dengan prinsip kepemimpinan
yang baik (principled leadership).
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 22
Lembar Kerja 8.1 (LK.8.1) : “Kendaraan Ajaib”
1. Tujuan: Untuk mengenalkan konsep bekerja dalam tim dan elemen-elemen
dalam tim
2. Peralatan: -
3. Cara bermain:
a. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok diminta
menunjuk ketua kelompoknya.
b. Instruksi permainan : Buatlah sebuah rangkaian alat transportasi (darat,
laut, atau udara) yang komponennya terdiri dari anggota kelompok,
tanpa tambahan alat apapun. Waktu diberikan 5 menit.
c. Setelah selesai, masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan karyanya dengan menyebutkan nama alat trasportasi
yang dibuat beserta bagian-bagiannya, kemudian disuruh “alat
transportasi” tersebut disuruh untuk berjalan/bergerak.
Lembar Kerja 8.2 (LK. 8. 2) : “Mengatasi Konflik”
1. Tujuan : Mensimulasikan konsep manajemen konflik pada saat penanganan
suatu kasus
2. Alat yang dibutuhkan: -
3. Cara Bekerja :
a. Peserta dibagi ke dalam 5 Kelompok dan masing-masing kelompok
diminta untuk berdiskusi dan masing-masing menyiapkan skenario
mengatasi konflik menggunakan pendekatan Negosiasi, Visi, Mediasi,
Komunikasi dan Arbitrase.
b. Setiap kelompok bergiliran menampilkan role play tentang menangani
konflik sesuai pendekatannya masing-masing dan kelompok yang lain
diminta untuk menyimak dengan baik.
LEMBAR KERJA
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 23
c. Setelah semua kelompok selesai menampilkan role play, peserta boleh
menanggapi role play dari kelompok lain.
d. Fasilitator mengajak peserta untuk merefleksikan permainan dengan
konsep manajemen konflik.
Lembar Kerja 8.3 (LK. 8. 3) : “Apa Strategimu?”
1. Tujuan: Untuk mencurahkan pendapat mengenai strategi membangun tim
yang efektif.
2. Peralatan: Flipchart, kertas plano, 8 kertas meta plan (ditulisi dengan 8
karakteristik tim efektif), spidol.
Tim memiliki tujuan jelas dan Menggugah bagi anggota Tim (Clear&elevate goal)
Tim memiliki struktur dan tata kerja tim yang berorientasi pada pencapaian hasil/tujuan tim (result driven structure),
Tim memiliki personil tim yang kompeten (competent team member),
Tim memiliki komitmen yang terpadu dari seluruh personil tim (unified commitment)
Tim memiliki iklim kerjasama yang kondusif (collaborative climate),
Tim memiliki standar ukuran kinerja yang jelas (standards of excellence),
Tim mendapatkan dukungan dan pengakuan dari pihak luar (external support and recognition),
Tim memiliki pemimpin yang berprinsip kepemimpinan yang baik (principled leadership).
3. Cara Bekerja :
a. Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok. Fasilitator meminta 1 orang
perwakilan kelompok mengambil 1 kertas meta plan (secara
tertutup/acak), kemudian kembali ke kelompoknya.
b. Fasilitator meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan strategi atau
cara-cara yang harus dilakukan untuk membangun tim yang efektif
sesuai karakteristik yang tertulis dalam kertas.
c. Hasil diskusi dituliskan dalam kertas plano, kemudian dipresentasikan
oleh masing-masing kelompok.
d. Fasilitator menyimak dan mengarahkan.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 24
1. Jelaskan mengapa bekerja dalam tim dapat memudahkan pencapaian
tujuan?
2. Dari berbagai elemen yang ada pada sebuah tim, elemen apa yang
menurut Anda paling penting peranannya? Jelaskan alasannya.
3. Dalam melakukan tugas-tugas pendampingan sosial di masyarakat,
bentuk tim seperti apa yang menurut Anda paling sesuai diterapkan?
Jelaskan alasannya.
4. Jelaskan 3 macam Strategi penting untuk membangun tim yang efektif!
5. Menurut pendapat Anda, apa manfaat dan keterkaitan dari materi ini
dengan peran sebagai Pendamping Sosial?
EVALUASI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 25
Kegiatan Belajar :
80 Menit
Pembahasan dalam bab ini akan membawa peserta untuk memahami tentang
bagaimana melakukan koordinasi yang baik. Penerapan koordinasi sangat
dibutuhkan bagi Pendamping Sosial karena dalam menjalankan tugasnya
diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak lain yang relevan dengan
permasalahan dan kebutuhan dari Penerima Manfaat. Melalui bahasan tentang
konsep koordinasi, peserta diharapkan mampu mendalami hal-hal yang terkait
koordinasi dan strategi penerapannya dalam pendampingan sosial.
Setelah mempelajari bab ini, peserta TOT diharapkan dapat menjelaskan tentang
pengertian koordinasi, tujuan koordinasi, ruang lingkup koordinasi, jenis-jenis
koordinasi dan strategi membangun koordinasi yang baik dalam pendampingan
sosial. Bab ini disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, tanya
jawab, diskusi, dan simulasi.
Pendampingan sosial sangat menentukan keberhasilan program, tidak terkecuali
program kesejahteraan sosial. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping
umumnya mencakup peran utama sebagai fasilitator, pendidik, perwakilan
masyarakat, dan peran-peran teknis bagi Penerima Manfaat yang didampinginya.
Dalam menjalankan peran pendamping tersebut, diperlukan proses koordinasi yang
baik untuk menangani berbagai permasalahan yang menyangkut kepentingan
Penerima Manfaat.
URAIAN MATERI
DESKRIPSI SINGKAT
BEKERJA DALAM TIM
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 26
A. Pengertian Koordinasi
Pendamping Sosial dalam menjalankan tugas pendampingan dan pelayanan kepada
penerima manfaat, seringkali menghadapi suatu permasalahan yang tidak dapat
diatasi sendiri. Maka Pendamping Sosial perlu melakukan koordinasi dengan pihak
lain agar permasalahannya dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Koordinasi
dilakukan dengan melakukan harmonisasi tugas, peran, dan jadwal dalam lingkungan
dan sistem yang sederhana.
Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai
suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Menurut Handoko (2003:195) koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-
tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu lembaga untuk mencapai tujuan lembaga secara
efisien. Sedangkan menurut Siagian, koordinasi adalah pengaturan keterkaitan pada
usaha bersama dalam rangka mencapai keseragaman tindakan untuk meraih tujuan
bersama.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi
merupakan sebuah proses sinergi dan kerja sama dalam pekerjaan antara satu pihak
dengan pihak lain agar dapat mencapai tujuan bersama. Inti dari koordinasi adalah
komunikasi. Dengan kata lain, melalui komunikasi yang baik, akan tercipta koordinasi
yang dapat menjamin pergerakan orang-orang ke arah tujuan bersama. Tanpa
adanya koordinasi, semua pihak dalam lembaga dan manajemen akan bergerak
sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
B. Tujuan Koordinasi
Motivasi utama dari koordinasi biasanya adalah menghindari kesenjangan dan
tumpang-tindih berkaitan dengan tugas para pihak terkait. Dalam konteks
pendampingan sosial, tujuan utamanya adalah bagaimana para pendamping sosial
dapat berkoordinasi guna mewujudkan tujuan program dan layanan yang
diamanatkan oleh Kementerian Sosial baik pada bidang Penangangan Fakir Miskin,
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 27
Rehabilitasi Sosial, Pemberdayaan Sosial, serta Perlindungan dan Jaminan Sosial
kepada para penerima manfaat. Untuk itu, perlu dilakukan koordinasi dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran. Dengan
berkoordinasi, pembagian tugas menjadi jelas dan terarah. Masing-masing
pendamping sosial melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitas dan
kewenangannya.
2) Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke
arah tercapainya sasaran lembaga. Saat berkoordinasi, pendamping sosial
harus fokus untuk menyelesaikan masalah dengan memusatkan tindakan dan
pemikirannya sehingga masalah lebih mudah terselesaikan.
3) Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan. Peranan dan
tugas pendamping sosial berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan
penugasannya. Namun tak jarang terdapat suatu masalah yang
bersinggungan dengan tugas pendamping sosial yang lain. Dengan melakukan
koordinasi, pembagian tugas menjadi jelas dan dapat dihindari tumpang
tindih pekerjaan.
4) Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran. Melalui
koordinasi, pendamping sosial dengan masing-masing keterampilan dan
keilmuannya dapat diarahkan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
kompetensinya.
5) Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke
arah sasaran lembaga. Koordinasi dilakukan untuk menyatukan tindakan dari
pendamping sosial menjadi lebih terarah sehingga program kesejahteraan
sosial dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
C. Ruang Lingkup Koordinasi
Dimodifikasi dari pendapat G. R. Terry dalam Handoko (2003), ruang lingkup
koordinasi mencakup :
a. Koordinasi Individu/Kesiapan Diri. Dari sudut pandang manajemen lembaga,
koordinasi dalam individu dapat dimasukkan dalam urusan masing-masing
individu dan tidak secara langsung berkaitan dengan manajemen lembaga.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 28
Tetapi, keahlian masing-masing individu dalam bekerja dan memenuhi
tanggung jawabnya sebagai Pendamping Sosial memengaruhi keberhasilan
individu tersebut dalam mencapai tujuan lembaga.
b. Koordinasi antar-Individu dalam Kelompok.
Koordinasi antar-individu dalam suatu kelompok, dapat dilihat pada
koordinasi yang dilakukan sesama pendamping sosial yang memiliki tugas
dan fungsi yang sama namun berbeda lokasi. Tanpa koordinasi yang baik, tim
tidak mungkin mencapai tujuannya. Koordinasi antar Pendamping Sosial
dapat dilakukan dengan pembagian tugas dan komunikasi timbal balik untuk
menciptakan sinergi.
c. Koordinasi antar-Kelompok pada suatu Instansi
Kementerian Sosial telah menetapkan berbagai macam pendamping sosial
sesuai bidang garapan program dan layanannya. Dalam bekerja, pendamping
sosial dari satu unit kerja perlu untuk berkoordinasi dengan pendamping
sosial dari unit yang lain. Hal ini untuk menghindari pelaksanaan kegiatan
atau program yang tumpang tindih. Koordinasi antar unit juga terjadi sebagai
penyelarasan langkah-langkah untuk mencapai tujuan jika terjadi masalah
yang melibatkan pendamping sosial dari unit kerja yang lain.
d. Koordinasi dengan Stakeholder dari Instansi lain/pihak luar.
Diperlukan koordinasi dengan pihak eksternal ketika melakukan
pendampingan. Kegiatan yang dilakukan oleh Pendamping Sosial dalam
mengatasi permasalahan yang dialami oleh penerima manfaat terkadang
bersinggungan dengan instansi di luar Kementerian Sosial. Begitu pula
dengan usaha mengakses berbagai layanan yang dibutuhakan oleh penerima
manfaat, pendamping sosial perlu berkoordinasi dengan lingkungan eksternal
seperti pihak swasta, lembaga kesejahteraan sosial bahkan dunia usaha yang
berkaitan dengan penanganan masalah yang dihadapi.
D. Jenis-jenis Koordinasi
Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
Koordinasi Internal dan Koordinasi Eksternal. Koordinasi Internal adalah koordinasi di
antara sesama Pendamping Sosial dari suatu unit kerja dalam lembaga. Sedangkan
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 29
Koordinasi Eksternal adalah koordinasi antara lembaga dan lingkungan eksternalnya
yang terdiri dari pemerintah, komunitas, Lembaga Kesejahteraan Sosial, tokoh
masyarakat setempat, dunia usaha dan lain sebagainya.
Sedangkan klasifikasi koordinasi berdasarkan arah koordinasi terbagi menjadi 4 jenis,
yaitu :
a. Koordinasi Vertikal (Vertical Coordination), yaitu kegiatan penyatuan dan
penyelarasan yang dilakukan atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan
kerja atau semua anggota yang ada di bawah wewenang dan tanggung
jawabnya secara langsung.
b. Koordinasi Horizontal (Horizontal Coordination), yaitu kegiatan penyatuan dan
penyelarasan terhadap tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dalam
tingkat organisasi yang setingkat/sejajar.
c. Koordinasi Diagonal, yaitu koordinasi antar pimpinan unit yang berbeda
fungsi dan berbeda tingkat hierarki
d. Koordinasi Fungsional, yaitu koordinasi antar-pimpinan, antar-unit atau antar-
organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena koordinatnya
mempunyai fungsi tertentu.
E. Strategi Membangun Koordinasi
Sebelum membahas tentang strategi dalam membangun koordinasi, terlebih dahulu
akan dijelaskan mengenai syarat-syarat terjadinya koordinasi. Agar bekerja dengan
baik, syarat-syarat terjadinya koordinasi terdiri dari:
a. Rasa untuk Bekerja Sama (Sense of Cooperation)
Masing-masing personal pendamping sosial harus memiliki kesadaran dan
motivasi utuk bekerja sama. Dalam berkoordinasi, yang didahulukukan
adalah tujuan bersama yaitu pencapaian tujuan program sosialnya, bukan
tujuan personal.
Saat perasaan untuk bekerja sama sudah tumbuh, dampaknya akan terlihat
pada tindakan dan perilaku untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk
melakukan pendampingan sosial sepenuh hati.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 30
b. Rasa Persaingan (Rivalry)
Perlunya ditumbuhkan rasa persaingan positif, baik perorangan maupun antar
tim agar saling berlomba untuk kemajuan bersama. Dengan adanya rasa
kompetitif dengan para pendamping lain, akan berdampak keinginan untuk
mengedepankan prestasi dan pencapaian. Selain itu, rasa bersaing yang
positif akan memacu pihak lain untuk meningkatkan kemampuan dan
memperbaiki kinerja menjadi lebih baik. Salah satu cara untuk memacu
semangat persaingan yang positif dapat diberikan reward bagi mereka yang
berprestasi.
c. Semangat Tim (Team Spirit)
Dalam semangat tim, perlu dibangun rasa saling menghargai dan kekompakan
tim. Masing-masing orang harus dapat menjadi pendengar yang baik, tidak
sungkan dalam mengucapkankan kata terima kasih, maaf dan tolong, tidak
memotong pembicaraan, tidak menganggap remeh orang lain serta
menghormati setiap ide atau pendapat dari orang lain dalam tim. Untuk
menjaga semangat tim yang baik, peran pemimpin sangat diperlukan agar
kebersamaan dan keharmonisan dapat terkondisikan.
d. Semangat Loyalitas dan Kebanggaan (Esprit de Corps)
Masing-masing pendamping sosial harus mampu membangun kebanggaan
dan kecintaan terhadap programnya masing-masing. Dengan adanya rasa
bangga secara tidak langsung akan berdampak positif terhadap loyalitas dan
peningkatan kesadaran bagian dari tim yang solid.
Berdasarkan syarat-syarat tersebut di atas, strategi-strategi yang dapat dilakukan
dalam membangun koordinasi yang baik antara lain :
1. Perencanaan yang matang
Sebelum melakukan koordinasi, perlu membuat perencanaan tentang
pelaksanaan koordinasi yang akan dilakukan. Perencanaan ini dapat meliputi
waktu, agenda, dan siapa saja yang akan telribat. Hal ini penting agar
koordinasi berjalan dengan efektif dan efisien, dengan mengetahui agenda
sebelumnya, maka setiap pihak akan mampu untuk mempersiapkan diri
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 31
sebelumnya. Penetapan waktu juga hal penting agar kegiatan dapat
diarahkan sesuai waktu yang ada.
2. Pentingnya menyamakan persepsi
Setiap pihak yang terlibat dalam koordinasi harus memiliki
kesamaan persepsi mengenai tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian,
walaupun memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, setiap pihak
menyadari bahwa semua itu adalah dalam rangka saling melengkapi dan
mendukung untuk mencapai tujuan yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pembicaraan
Koordinasi akan berjalan lebih efektif apabila masing-masing anggota tim
memahami posisi dan tanggung jawabnya serta dalam kaitannya dengan
pihak lain. Sehingga ketika berbicara dalam diskusi, masing-masing sudah
memahami konteksnya. Terlebih lagi bagi para pemimpin/koordinator, harus
memahami hal yang akan disampaikan dan memahami situasi dan kondisi
yang terjadi. Sebagai contoh, dalam melakukan presentasi materi, jelaskan
menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit. Cukup sampaikan
hal-hal yang dirasa perlu, sederhana dan jelas. Sehingga anggota tim pun
paham apa yang harus mereka lakukan.
4. Sikap terbuka dan saling menghargai
Posisikan diri dengan baik dengan dengan bersikap saling terbuka dan saling
menghargai. Dalam suatu koordinasi, ada saatnya satu pihak harus menerima
pegaturan dari pihak lain, namun dengan tetap harus menjaga
sikap menghargai. Banyak kasus di mana koordinasi berakhir gagal
disebabkan ketersinggungan, salah paham ataupun para pemimpin yang
kurang bisa menghargai anggotanya dengan baik. Tetapi, ada saatnya ketika
pemimpin harus memberikan pengaturan yang mungkin tidak sesuai dengan
keinginan anggotanya. Di situlah diperlukan sikap saling terbuka. Sikap saling
terbuka ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman.
5. Meminta feedback/Umpan Balik
Feedback diperlukan untuk melihat respon dari semua pihak yang
terlibat. Umpan balik juga dibutuhkan untuk memastikan
bahwa koordinasi yang dilakukan sudah dipahami dengan benar dan diterima
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 32
dengan baik. Hal ini untuk menjamin pelaksanaan koordinasi sesuai dengan
yang diharapkan serta untuk melihat berbagai celah kekurangan yang
mungkin masih ada, sehingga masih bisa dilakukan persiapan yang lebih
matang.
6. Penegasan dan motivasi
Sangat penting bagi pemimpin untuk mempertegas kembali segala hal yang
telah disepakati ketika dilakukan pertemuan koordinasi. Semua yang menjadi
kesepakatan harus dapat diterima dan selanjutnya dilaksanakan dengan baik.
Penegasan juga perlu dilakukan saat monitoring dan evaluasi yang akan
dilakukan, sehingga setiap orang akan bekerja atau melakukan aktivitasnya
dengan lebih terarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan.
Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemimpin juga harus mampu
memotivasi semua anggota tim agar setiap pihak yakin dan terdorong
semangat untuk melaksanakan tugasnya. Hal ini juga meningkatkan rasa
memiliki pada setiap anggota dan sangat berpengaruh terhadap kinerja tim
dalam mencapai hasil yang maksimal.
7. Pentingnya menjalin komunikasi informal
Untuk meningkatkan efektivitas hasil koordinasi yang dilakukan, diperlukan
komunikasi atau pendekatan yang bersifat informal. Hal ini sangat berguna
untuk meningkatkan bonding dengan tim. Efek dari komunikasi informal
adalah mendapatkan rasa kepercayaan (trust) sesama anggota sehingga
mereka nyaman untuk bekerja sebagai tim. Komunikasi informal ini dapat
dibangun dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat santai dan
menyenangkan.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 33
1. Koordinasi merupakan sebuah proses sinergi dan kerja sama dalam
pekerjaan antara satu pihak dengan pihak lain agar dapat mencapai
tujuan bersama.
2. Tujuan koordinasi yaitu Untuk menghindari kekacauan dan
penyimpangan tugas dari sasaran, untuk mengarahkan dan
menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya
sasaran lembaga, untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih
pekerjaan, untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran
dan untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur
manajemen ke arah sasaran lembaga.
3. Ruang lingkup koordinasi terdiri dari koordinasi individu, koordinasi
antar-individu dalam kelompok, koordinasi antara kelompok pada
suatu instansi, koordinasi dengan stakeholder dari instansi lain/pihak
luar.
4. Jenis-jenis koordinasi berdasarkan ruang lingkupnya yaitu Koordinasi
Internal dan Koordinasi Eksternal. Sedangkan berdasarrkan arahnya
ada 4 jenis koordinasi yaitu koordinasi vertical, koordinasi horizontal,
koordinasi diagonal dan koordinasi fungsional.
5. Strategi membangun koordinasi yang baik yaitu Perencanaan yang
matang, Pentingnya menyamakan persepsi, Pemahaman terhadap
materi pembicaraan, Sikap terbuka dan saling menghargai,
Meminta feedback/Umpan Balik, Penegasan dan motivasi, serta
Pentingnya menjalin komunikasi informal.
RANGKUMAN
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 34
LEMBAR KERJA
Lembar Kerja 8.4: “Blind Coordination”
1. Tujuan : Memahami konsep koordinasi
2. Alat yang dibutuhkan:
a. Tali/Benang Kasur
b. Botol bekas air mineral
c. Spidol
3. Cara Bermain :
a. Minta 9 orang peserta untuk maju dan bermain, dimana 8 orang
membentuk lingkaran dan memegang ujung tali mengelilingi
botol, 1 orang menjadi pemimpin yang mengarahkan.
b. Pada kesempatan pertama, semua menghadap ke dalam
lingkaran. MInta peserta untuk menggerakkan tali agar spidol
yang terikat tali dapat masuk dalam botol tanpa boleh bersuara
dan tanpa arahan dari pemimpin tim.
c. Pada kesempatan kedua, semua peserta menghadap keluar
lingkaran/membelakangi botol. Pemimpin tim diminta untuk
mengarahkan peserta untuk memasukkan spidol ke dalam botol.
d. Setelah selesai bermain, tanyakan apa yang bisa didapat dari
permainan tersebut. Muai dari peserta yang bermain, kemudian
kepada peserta yang tidak ikut bermain.
e. Fasilitator merefleksikan permainan dengan konsep koordinasi.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 35
1. Jelaskan tujuan Pendamping Sosial perlu melakukan koordinasi!
2. Menurut pendapat Anda, jenis koordinasi apa yang sulit dilakukan?
Mengapa?
3. Sebutkan strategi-strategi apa saja yang bisa dilakukan dalam
berkoordinasi?
4. Sebutkan syarat-syarat terjadinya koordinasi yang baik!.
EVALUASI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 36
Kegiatan Belajar :
BAB IV. JEJARING KERJA
80 Menit
Materi pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk membantu peserta
memahami salah satu peran dari pendamping sosial sebagai penjalin sumber
dengan cara membangun jejaring kerja. Jika pada bab sebelumnya dijelaskan
tentang koordinasi di antara para pendamping sosial, maka jejaring kerja
merupakan perluasan dari fungsi koordinasi karena berkaitan dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas akses terhadap layanan, program, fasilitas dan
pihak-pihak terkait yang dibutuhkan oleh Penerima Manfaat.
Setelah mempelajari bab ini, peserta TOT diharapkan dapat memahami tentang
pengertian jejaring kerja, tujuan membangun jejaring kerja, prinsip-jejaring kerja,
jenis-jenis jejaring kerja dan mensimulasikan strategi membangun jejaring kerja
dalam pendampingan sosial. Bab ini disajikan secara interaktif melalui metode
ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, dan simulasi.
Salah satu tugas Pendamping Sosial adalah memfasilitasi akses kepada sistem
layanan, baik sistem pendidikan, kesehatan, perumahan, permodalan dan layanan
sosial lainnya untuk Penerima Manfaat. Keterampilan membangun jejaring kerja
(networking) secara individu maupun lembaga merupakan kompetensi yang sangat
dibutuhkan oleh Pendamping Sosial di lapangan. Dengan membangun jejaring kerja,
Pendamping Sosial dapat lebih luas mengakses berbagai sistem sumber yang
dibutuhkan bagi Penerima Manfaat.
DESKRIPSI SINGKAT
URAIAN MATERI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 37
A. Pengertian Jejaring Kerja
Jejaring kerja dapat dipandang sebagai bentuk kerja sama, kemitraan, aliansi
strategis atau bentuk kerja sama lainnya dengan melibatkan berbagai Pemangku
kepentingan (stakeholder). Membangun jejaring kerja (kemitraan) adalah sebuah
proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan
sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara
pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan dalam kesepakatan untuk tujuan
bersama.
B. Tujuan Membangun Jejaring Kerja
1. Memelihara dan menguatkan relasi sosial. Melalui proses membangun
jejaring kerja, Pendamping Sosial secara tidak langsung memelihara dan
menguatkan hubungannya dengan pihak lain,
2. Meningkatkan mutu dan kapabilitas layanan. Membangun jejaring kerja
berarti mengkoordinasikan program-program pembangunan kesejahteraan
sosial dengan pihak-pihak lain yang terkait yang berdampak pada peningkatan
mutu dan kapabilitas layanan.
3. Meningkatkan efisiensi dan sinergi. Bekerja sama dengan pihak lain yang
memiliki kemampuan lebih dalam bidang tertentu pada akhirnya Pendamping
Sosial dapat terbantu dari segi sarana dan fasilitas, teknologi, dan hal-hal lain
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan secara efisien.
4. Meningkatkan sosialisasi, promosi, dan publikasi. Melalui jejaring kerja,
program kerja dan eksistensi lembaga juga ikut dipromosikan. Hal ini secara
tidak langsung juga meningkatkan partisipasi, minat dan kepedulian
stakeholder terhadap pelaksanaan program lembaga.
5. Meningkatkan akses layanan dan menciptakan peluang. Dengan membangun
jejaring kerja, akses terhadap pelayanan yang dibutuhkan menjadi lebih luas
dan mudah untuk dijangkau. Hal ini akan memunculkan peluang-peluang
baru yang dapat menguntungkan Penerima Manfaat.
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga. Membangun jejaring kerja
berarti mengkoordinasikan program-program pembangunan kesejahteraan
sosial dengan pihak-pihak lain yang terkait, sehingga kapasitas dan kapabilitas
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 38
lembaga juga ikut meningkat.
C. Prinsip Jejaring Kerja
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan ketika membangun jejaring kerja adalah:
1. Prinsip Timbal Balik (Reciprocity)
Prinsip ini terkait dengan sejauh mana para pihak (aktor) yang terlibat
saling memberikan bantuan timbal balik dan saling menguntungkan di
antara mereka dan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
jejaring kerja. Dalam konteks ini, apa yang telah diberikan ke dalam
jejaring akan kembali lagi di lain waktu saat dibutuhkan dan mungkin
dalam bentuk lain. Untuk itu dalam berjejaring kerja, prinsip ini perlu
untuk diterapkan sehingga hubungan antara para pihak yang terkait akan
tetap terjaga dengan baik. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan
menggangu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang
bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan
merasa diuntungkan.
2. Prinsip Saling Bertukar (Principle of Exchange)
Prinsip ini masih berdasar pada saling bantu sebagaimana disebutkan pada
prinsip timbal balik. Namun demikian, prinsip saling bantu akan semakin
baik jika ada pertukaran sumber daya yang berbeda dari para aktor yang
terlibat pada jejaring kerja. Dengan adanya perbedaan sumber daya ini
maka akan memperkaya peluang-peluang baru serta terjadi saling
melengkapi kebutuhan. Keragaman yang dimiliki oleh setiap anggota
jejaring kerja harus dijadikan aset yang berharga dan dijadikan bahan
untuk berkontribusi antara aktor yang satu dengan yang lain. Kapasitas
yang dimiliki suatu anggota jejaring kerja adalah salah satu aset penting
untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangan.
3. Prinsip Kesetaraan (Principle of Equity)
Prinsip kesetaraan mengandung makna bahwa jejaring kerja yang
dilaksanakan harus didasarkan pada rasa saling menghormati antar
anggota jejaring kerja tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para aktor
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 39
harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari
anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang
dimiliki satu sama lain.
D. Jenis-jenis Jejaring Kerja
Terdapat 5 jenis jejaring kerja berdasarkan lingkup kegunaannya (Cross, 2002)
yaitu:
1. Jejaring Komunikasi (Communication Network): jejaring kerja yang
dibangun untuk meningkatkan dan melancarkan komunikasi antar pihak
yang terlibat.
2. Jejaring Informasi (Information Network): jejaring kerja yang dibangun
dengan tujuan untuk mendapatkan data data informasi untuk
menyelesaikan masalah-masalah terkait pencapaian suatu tujuan
tertentu.
3. Jejaring Pemecahan Masalah (Problem Solving Network): jejaring kerja
yang dibangun untuk memecahkan masalah. Termasuk di dalamnya
pemberian saran dan masukan, penelahaan kasus untuk menyelesaikan
suatu masalah.
4. Jejaring Pengetahuan (Knowledge Network): jejaring kerja yang dibangun
untuk saling bertukar dan berbagi pengetahuan yang dimiliki oleh
stakeholder dalam rangka menciptakan inovasi-inovasi yang berguna bagi
pihak yang terlibat.
5. Jejaring Akses (Access Network): jejaring kerja ini dibangun untuk
membuka, memperbaiki, memperluas, serta menguatkan akses-akses
dengan pihak luar untuk mencapai tujuan tertentu.
E. Strategi Membangun Jejaring Kerja
Barrat (2015) memberikan 4 (empat) aturan yang membuat berjejaring menjadi
mudah untuk dipahami dan dilakukan. Aturan tersebut adalah Know, Like, Trust,
dan Buy. Aturan ini harus dilakukan secara berurutan, yaitu selalu diawali dengan
KNOW, lalu LIKE, selanjutnya TRUST dan akhirnya BUY. Tahapan ini pada
dasarnya menceritakan tentang bagaimana proses mendekati dan membina
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 40
hubungan dengan seseorang adalah dengan memberikan kesempatan orang
untuk mengenal (Know), selanjutnya membuat mereka menyukai (Like), setelah
ini akan membuat mereka mempercayai (Trust) dan pada akhirnya mau
menerima ide dan bekerja sama (Buy) dengan lembaga. Untuk lebih jelasnya
aturan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Know/Kenal. Dalam proses mengenal ini, pertemuan langsung menjadi
hal yang paling penting untuk dilakukan. Pertemuan secara online atau
melalui media sosial dapat merupakan awal dari perkenalan, namun tidak
cukup untuk menguatkan jejaring. Hal yang dapat disampaikan dalam
proses know ini adalah tentang siapa Anda dan lembaga Anda? Apa yang
Anda lakukan/kerjakan? Mengapa itu penting Anda lakukan? dan Apa
yang menjadi “passion” Anda? Ini secara tidak langsung merupakan cara
untuk membangun “personal brand”.
2. Like/Suka. dalam proses ini, hal yang penting dilakukan adalah dengan
menjadi pendengar yang baik dengan memberikan apresiasi kepada
orang lain tentang siapa mereka, apa yang mereka lakukan dan apa
“passion” mereka. Dalam proses ini sebaiknya diterapkan konsep “be
interested before being interesting” atau berusaha tertarik terlebih
dahulu kepada lawan bicara sebelum menjadi menarik. Mau mendengar
dan memberikan penghargaan terhadap orang lain serta adanya
ketertarikan pada kebutuhan orang lain adalah modal penting dalam
berjejaring.
3. Trust/Percaya: proses ini adalah kelanjutan dari proses “Know” dan “Like”
dimana meningkatnya rasa percaya satu sama lain. Pihak yang diajak
berjejaring sudah mulai berkomunikasi secara terbuka, menyampaikan
ide-ide dan harapan, ataupun memberikan masukan-masukan terkait
dengan progam yang sedang dijalankan.
4. Buy/Terima: proses ini adalah terjadi ketika hubungan yang saling
menerima ide, dan saling mendukung dan memberikan sumber dayanya
untuk melakukan sesuatu secara bersama.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 41
Selanjutnya, untuk membangun membangun jejaring kerja yang efektif dapat
diterapkan strategi-strategi sebagai berikut:
1. Pemetaan
Pendamping Sosial mengidentifikasi stakeholder atau pihak-pihak mana
yang akan diajak membangun jejaring kerja. Mereka yang akan diajak adalah
mereka yang mempunyai mempunyai misi layanan yang sama ataupun
memiliki kepedulian terhadap masalah sosial dan pembangunan
kesejahteraan sosial. Berikut adalah contoh peta jejaring dan pola kemitraan
PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial).
Tabel 1
Peta Jejaring dan Pola Kemitraan PSKS bagi Pendamping Sosial
No. Pola Kemitraan Lembaga/Instansi/
Organisasi yg Relevan
Kelompok Stakeholder Primer
1 Pendukung Sosial (Support System)
Keluarga dan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda, RT, RW di sekitar PM
2 Sumber data, Informasi dan mitra kerja
PSKS dilingkup kecamatan dan Desa/Kelurahan
3 Pembinaan dan pendampingan Teknis
Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan Kecamatan
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota
4 Sumber Modal dan Kredit Usaha
Koperasi
Kelompok Stakeholder Sekunder
5 Konsultan, rujukan Pekerja Sosial, PSKS tingkat kabupaten/kota dan provinsi
6 Pembuat Kebijakan Daerah, Pembinaan dan pendampingan Teknis
Pemerintah Kabupaten/Kota
Dinas Sosial Provinsi
Pemerintah Provinsi
7 Pembuat Kebijakan Pusat, Pembina
Kementerian Sosial
Kelompok Stakeholder Tersier
8 Berbagi sumber daya
Lembaga Kesejahteraan Sosial/Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi Masyarakat, Klinik/Rumah Sakit, balai rehabilitasi, panti sosial
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 42
9 Penyedia lapangan kerja, mitra pameran/expo, akses pasar, sumber CSR Perusahaan
Sektor Swasta/Dunia Usaha dan Industri
10 Konsultan/expert Perguruan Tinggi
11 Dukungan politik, (budget, PERDA, Anggaran, proteksi dll)
Legislatif
12 Sumber Modal dan Kredit Usaha
Perbankan, Lembaga Keuangan Mikro
Sumber: Diolah dari Materi Bimtek TKSK
2. Menggali dan mengumpulkan informasi
Setelah mengidentifikasi pihak-pihak yang akan diajak bermitra, Pendamping
Sosial harus menggali dan mengumpulkan berbagai informasi tentang tujuan
organisasi, ruang lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi, misi dan
sebagainya. Informasi ini berguna untuk menjajagi kemungkinan membangun
jaringan dan kemitraan. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan
pendekatan personal, informal dan formal.
3. Menganalisis informasi
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita
menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang perlu ditindak lanjuti
untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan permasalahan dan
kebutuhan yang dihadapi.
4. Penjajagan kerja sama
Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, Pendamping Sosial perlu
melakukan penjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang
memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan dengan cara
melakukan audiensi atau presentasi tentang profil lembaga, dan penawaran
program-program yang bisa dikerjasamakan baik secara formal maupun non
formal.
5. Menyusun rencana kerja
Jika beberapa pihak telah sepakat untuk bekerja sama, maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaan
harus melibatkan pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi
dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 43
6. Penandatanganan akad kerja sama
Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan
tanggung jawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan
bersam yang dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut
memorandum of understanding (MOU).
7. Pelaksanaan kegiatan
Tahap ini adalah merupakan tahap implementasi dari rencana kerjasama yang
sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran
masing-masing pihak yang bermitra.
8. Monitoring dan evaluasi
Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan
sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang
ingin dicapai. Di samping itu, segala permasalahan yang muncul dalam
pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat
dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama
antar pihak yang bermitra untuk mengetahui kegiatan mana yang belum bisa
berjalan sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana yang sudah
tercapai dan mana yang belum, masalah/ kelemahan apa yang menghambat
pencapaian tujuan dan penyebabnya.
9. Perbaikan
Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar
dalam melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan selanjutnya apakah
kerjasama akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.
10. Perencanaan selanjutnya
Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan
kerjasama, maka mereka perlu merencankan kembali kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahu berikutnya. Perencanaan selanjutnya perlu
mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya. Disamping itu,
mungkin dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama dengan
atau tanpa perubahan nota kesepahaman.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 44
Melalui jejaring kerja Pendamping Sosial memiliki akses terhadap berbagai
sumber daya untuk melakukan pencapaian tugas pribadi ataupun lembaga. Untuk
itu, seorang Pendamping Sosial diharapkan memiliki beberapa kemampuan
berikut untuk membangun jejaring kerja seperti:
a. Kemampuan mengidentifikasi stakeholder potensial
b. Kemampuan “Personal Branding” dalam rangka mengenalkan diri
c. Kemampuan mendengar aktif dan komunikasi
d. Kemampuan mengelola hubungan dan ikatan
e. Kemampuan mengelola konflik dan potensi konflik
f. Kemampuan mengembangkan hubungan melalui media sosial
g. Kemampuan beradaptasi sosial di masyarakat.
Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan Pendamping Sosial secara
personal untuk membangun jejaring kerja:
1) Tetapkanlah tujuan yang ingin dicapai lalu seleksi/memilah kontak yang kita
miliki.
2) Mulailah dengan membangun kepercayaan. Jadilah pendengar yang baik.
3) Perkenalkan diri dan promosikan program lembaga dengan informasi yang
yang menarik.
4) Alokasikan waktu khusus untuk membangun jejaring.
5) Mulailah membangun jejaring dari stakeholder yang paling mudah dijangkau.
6) Peliharalah relasi jejaring, karena terkadang butuh waktu sampai jejaring bisa
memberikan manfaat. Upayakan untuk rutin berusaha menjalin komunikasi.
7) Cari kesempatan untuk memberi dan menerima informasi dalam jejaring
yang sudah dibangun.
8) Bukan hanya jumlah jejaring yang menentukan, tetapi kualitas hubungan
sangatlah penting.
9) Aktif terlibat dalam kegiatan di komunitas dan dimasyarakat.
10) Menjaga citra diri sebagai Pendamping Sosial yang baik dan peduli.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 45
1. Jejaring kerja dapat dipandang sebagai bentuk kerja sama, kemitraan, aliansi
strategis atau bentuk kerja sama lainnya dengan melibatkan berbagai
stakeholder.
2. Tujuan membangun jejaring kerja adalah memelihara dan menguatkan relasi
sosial, meningkatkan efisiensi dan sinergi, meningkatkan sosialisasi, promosi,
dan publikasi, meningkatkan akses layanan dan menciptakan peluang dan
penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga.
3. Prinsip-prinsip dalam membangun jejaring kerja yaitu prinsip timbal balik
(reciprocity), prinsip saling bertukar (principle of exchange), dan prinsip
kesetaraan (principle of equity).
4. Jenis-Jenis jejaring kerja berdasarkan lingkup kegunaannya meliputi Jejaring
Komunikasi (Communication Network): Jejaring Informasi (Information
Network), Jejaring Pemecahan Masalah (Problem Solving Network), Jejaring
Pengetahuan (Knowledge Network), serta Jejaring Akses (Access Network).
5. Strategi dalam membangun jejaring kerja secara formal terdiri dari Pemetaan,
Menggali dan mengumpulkan Informasi, menganalisis informasi, penjajagan
kerja sama, menyusun rencana kerja, penandatanganan akad kerja sama,
monitoring dan evaluasi, perbaikan dan perencanaan selanjutnya.
6. Aturan dalam membangun jejaring kerja yaitu Know, Like, Trust, dan Buy.
RANGKUMAN
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 46
LEMBAR KERJA
Lembar Kerja 8.5 (LK. 8.5) : “Diagram Bintang”
1. Tujuan : Identifikasi pihak-pihak yang dapat diajak berjejaring kerja
2. Alat yang dibutuhkan:
a. Flipchart
b. Kertas Plano dan spidol
c. Kertas Metaplan (Bagi menjadi 2 ukuran, besar (kertas utuh) dan
kecil (kertas dibagi empat) bisa dibentuk bulat, bintang, atau segi
empat
3. Cara Bekerja :
a. Bagi Peserta menjadi 5 Kelompok. Fasilitator memberikan 5 jenis
masalah berdasarkan PMKS kepada masing-masing kelompok.
Misalnya, Kasus balita terlantar dan gizi buruk, Kasus Penyandang
Disabilitas ganda yang sulit mendapatkan akses layanan kesehatan
dan pendidikan, Penerima manfaat yang ingin membuka usaha
namun tidak memiliki modal dan keterampilan usaha, dan
sebagainya.
b. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasikan
pihak mana saja yang bisa dijadikan mitra dalam dalam menangani
masalah tersebut. Kelompokkan mitra tersebut menjadi : Sangat
Berpengaruh, Kurang Berpengaruh, Mudah Diakses, dan Sulit
diakses.
Tabel 2 Contoh Identifikasi Kemitraan
No Pihak Terkait/Mitra
Sangat Berpengaruh/Kurang Berpengaruh
Mudah Diakses/Sulit Diakses
1. Mitra A Sangat berpengaruh Sulit diakses
2. Mitra B Kurang bepengaruh Mudah diakses
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 47
a. Kelompok menuliskan kode angka atau nama pihak ke dalam
meta plan, disesuaikan dengan statusnya. Sangat berpengaruh
dituliskan pada metaplan besar, kurang berpengaruh pada
metaplan kecil.
b. Tempatkan metaplan tersebut dalam kertas plano, lalu atur
jaraknya sesuai status mudah diakses/sulit diakses. Mudah
diakses berarti dekat dengan Penerima Manfaat, sulit diakses
berarti jauh dari Penerima Manfaat.
Gambar 2
Contoh Diagram Bintang
a. Minta setiap kelompok berkeliling (window shopping) ke
kelompok yang lain untuk melihat hasil kerja kelompok lainnya.
b. Fasilitator menyimpulkan dan mengkaitkan dengan strategi
membangun jejaring kerja yang efektif
4
2
3
1
Keterangan:
PETA JEJARING KERJA
Penerima Manfaat
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 48
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jejaring kerja!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Prinsip Equity dalam membangun
jejaring kerja!
3. Menurut Anda, jejaring kerja jenis apa yang biasanya sulit untuk
dibangun?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan strategi perbaikan dan perencanaan
selanjutnya!
EVALUASI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 49
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen:2008. Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi
Revisi. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Bumi Aksara
Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teori). Bandung: Mandar Maju
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang Sumber Daya Manusia
Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.
Siagian, Sondang P. 1982. Peranan Staf Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Gunung
Agung
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung:
Refika Aditama
Zastrow, Charles. 2000. Introduction to Social Work and Social Welfare. United
States: Brooks Cole.
Zastrow, Charles. 1999. The Practice of Social Work. Sixth Edition. Pacific Grove:
Brooks/Cole Publishing Company. An International Thomson Publishing
REFERENSI
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 50
BONNIE ISRAMIRANIA merupakan Widyaiswara Pusdiklat
Kesejahteraan Sosial kelahiran Biak, 14 Mei 1983. Telah
menyelesaikan studi DIV pada Tahun 2005 dan Magister
pada Tahun 2012 di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Bandung.
Penempatan pertama sebagai ASN di Direktorat Pengelolaan
Sumber Dana Bantuan Sosial pada Tahun 2006. Terlibat
secara aktif dalam Tim SINOVIK (Sistem Informasi Inovasi
Pelayanan Publik), Tim Kerja pencapaian Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) dan berhasil mendapatkan predikat Unit Kerja
Wilayah Bebas Korupsi pada Tahun 2017 dari Kementerian PAN RB. Selanjutnya
memilih untuk bergabung menjadi Widyaiswara di Pusdiklat Kesejahteraan Sosial
pada Tahun 2018.
Menjadi fasilitator dalam beberapa pelatihan diantaranya Diklat Family Development
Session (FDS) Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH), Pelatihan Dasar
Pekerjaan Sosial (PDPS), dan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA). Pernah
menjadi asesor konselor adiksi NAPZA, menjadi Narasumber dalam Bimtap
Penjenjangan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Bimtek Sistem Layanan Rujukan
Terpadu (SLRT).
Mengikuti berbagai kegiatan pelatihan diantaranya Diklat TOF FDS Pendamping PKH,
Diklat TOF Pekerja Sosial Adiksi Napza, Pelatihan Peer Counselor oleh Proyek Kerja
sama UNIKA Atma Jaya dan Vrije University Amsterdam dan Leprosy Research
Initiative, serta Workshop Pelatihan Kepemimpinan Adminitrator dari Lembaga
Administrasi Negara (LAN ).
Aktif dalam dunia kepenulisan diantaranya pernah menulis jurnal “Corruption
Prevention Strategy through Declaration of WBK at the Ministry of Social Affairs
PSDBS Directorate” dan dipresentasikan pada International Seminar of Widyaiswara
2019 dan artikel “Strategi Pengembangan Kemitraan Sosial dalam Penanganan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Indonesia” pada Jurnal Pusdiklat
Kesejahteraan Sosial dan menyusun Modul Bimtap Penjenjangan Jabatan Fungsional
Pekerja Sosial. Beberapa buku antologi yang pernah diterbitkan antara lain “True
Story: Me and My Mother”, “About Love”, “Renjana Semesta” dan “Kumpulan Puisi
Perlina”. Saat ini sedang terlibat aktif dalam Tim Analisis Rencana Strategis
Kementerian Sosial.
BIODATA PENYUSUN DAFTAR PUSTAKA
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 51
Lampiran 1 Bahan Tayang ( Power Point )
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 52
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 53
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 54
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 55
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 56
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 57
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 58
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 59
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 60
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 61
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 62
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 63
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP)
1. Nama Program : Pelatihan Dasar Pendamping Sosial
2. Mata Pelatihan : Bekerja dalam Tim, Koordinasi dan Jejaring Kerja
3. Alokasi Waktu : 6 (Enam) JP @ 45 menit = 270 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Pelatihan Bekerja dalam Tim, Koordinasi dan Jejaring Kerja membekali peserta dengan pengetahuan tentang
bagaimana konsep bekerja dalam tim, melakukan koordinasi yang efektif serta membangun jejaring kerja yang dapat
digunakan dalam melakukan tugas pendampingan sosial di masyarakat. Melalui pendalaman materi, peserta
diharapkan mampu menjelaskan dan menerapkan konsep bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi ataupun untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien, mampu untuk
memahami konsep koordinasi dan mampu untuk menerapkan koordinasi dengan baik dengan pihak lain sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman ataupun tumpang tindih pekerjaan sosial serta mampu untuk mengembangkan jejaring
kerja yang lebih luas dalam pelaksanaan pendampingan sosial. Pembelajaran akan disampaikan dengan menggunakan
metode ceramah interaktif, brainstorming, diskusi kelompok, pemutaran video dan refleksi, permainan dan
simulasi/role playing.
5. Tujuan Pembelajaran
a. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu mempraktekan bekerja dalam tim, berkoordinasi, dan membangun jejaring kerja dalam
melaksanakan tugas pendampingan sosial.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 64
b. Indikator Hasil Belajar: Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
No Indikator Hasil
Belajar Materi Pokok
Sub Materi Pokok Metode Alat Bantu/ Media Estimasi Waktu (menit)
Referensi
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pembukaan 1. Bahan Tayang 2. Laptop 3. LCD/proyektor
10’ 1) Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen:2008. Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Bumi Aksara
2) Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teori). Bandung: Mandar Maju
3) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 rahun 2017 tentang Sumber Daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.
4) Siagian, Sondang P. 1982. Peranan Staf Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Gunung Agung
5) Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama
6) Zastrow, Charles. 2000.
2 Menjelaskan dan mempraktekkan konsep bekerja dalam tim
1. Bekerja dalam Tim
1.1. Konsep Bekerja dalam Tim
1.2.Elemen Bekerja dalam Tim
1.3. Jenis-jenis Tim 1.4.Kepemimpinan dalam
Tim 1.5. Manajemen Konflik 1.6. Strategi Membangun
Tim yang Efektif
• Brainstorming • Ceramah • Tanya Jawab • Game • Diskusi • Role Play
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Lembar Kerja 6. Flipchart 7. Kertas Plano 8. Metaplan/ sticky
notes 9. Spidol
Masking tape
90”
3 Menjelaskan dan mempraktekkan koordinasi dalam melakukan pendampingan sosial
2. Koordinasi dalam Pendampingan Sosial
2.1. Pengertian Koordinasi 2.2. Tujuan Koordinasi 2.3. Ruang Lingkup
Koordinasi 2.4 Jenis-jenis Koordinasi 2.5. Strategi Membangun
Koordinasi
• Brainstorming • Ceramah • Tanya Jawab • Pemutaran
Video • Diskusi
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Lembar Kerja 6. Flipchart 7. Kertas Plano 8. Metaplan/ sticky
notes
80”
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 65
No Indikator Hasil
Belajar Materi Pokok
Sub Materi Pokok Metode Alat Bantu/ Media Estimasi Waktu (menit)
Referensi
9. Spidol 10. Masking tape 11. Video
Introduction to Social Work and Social Welfare. United States: Brooks Cole.
7) Zastrow, Charles. 1999. The Practice of Social Work. Sixth Edition. Pacific Grove: Brooks/Cole Publishing Company. An International Thomson Publishing
4 Menjelaskan dan mempraktekkan Jejaring Kerja
3.Membangun Jejaring Kerja
3.1.Pengertian Jejaring Kerja
3.2. Tujuan Jejaring Kerja 3.3. Prinsip Jejaring Kerja 3.4.Jenis-jenis Jejaring
Kerja 3.5. Strategi Membangun
Jejaring Kerja
• Ceramah • Tanya Jawab • Penugasan secara
kelompok • Window Shopping
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Lembar Kerja 6. Flipchart 7. Kertas Plano 8. Metaplan/ sticky
notes 9. Spidol
Masking tape
80”
5 Penutup 1. Bahan Tayang 2. Laptop 3. LCD/proyektor
10’
Jakarta, September 2020
Widyaiswara/Fasilitator
(…………………………………………..)
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 66
RENCANA PEMBELAJARAN (RP)
1. Nama Pelatihan : Pelatihan Dasar Pendamping Sosial
2. Mata Pelatihan : Bekerja dalam Tim, Koordinasi dan Jejaring Kerja
3. Alokasi Waktu : 6 (Enam) JP @ 45 menit = 270 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata Pelatihan Bekerja dalam Tim, Koordinasi dan Jejaring Kerja membekali peserta dengan pengetahuan tentang
bagaimana konsep bekerja dalam tim, melakukan koordinasi yang efektif serta membangun jejaring kerja yang dapat
digunakan dalam melakukan tugas pendampingan sosial di masyarakat. Melalui pendalaman materi, peserta diharapkan
mampu menjelaskan dan menerapkan konsep bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
dihadapi ataupun untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien, mampu untuk memahami konsep
koordinasi dan mampu untuk menerapkan koordinasi dengan baik dengan pihak lain sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman ataupun tumpang tindih pekerjaan sosial serta mampu untuk mengembangkan jejaring kerja yang lebih
luas dalam pelaksanaan pendampingan sosial. Pembelajaran akan disampaikan dengan menggunakan metode ceramah
interaktif, brainstorming, diskusi kelompok, pemutaran video dan refleksi, permainan dan simulasi/role playing.
5. Tujuan Pembelajaran :
a. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu mempraktekan bekerja dalam tim, berkoordinasi, dan membangun jejaring kerja dalam
melaksanakan tugas pendampingan sosial.
b. Indikator Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
1) Menjelaskan dan mempraktekan konsep bekerja dalam tim 2) Menjelaskan dan mempraktekan koordinasi dalam melakukan pendampingan sosial. 3) Menjelaskan dan membangun jejaring kerja.
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 67
6. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan: 1. Bekerja dalam Tim
1.1. Konsep Bekerja dalam Tim
1.2. Elemen Bekerja dalam Tim
1.3. Jenis-jenis Tim
1.4. Kepemimpinan dalam Tim
1.5. Manajemen Konflik
1.6. Strategi Membangun Tim yang Efektif
2. Koordinasi dalam Pendampingan Sosial
2.1. Pengertian Koordinasi
2.2. Tujuan Koordinasi
2.3. Ruang Lingkup Koordinasi
2.4 Jenis-jenis Koordinasi
2.5. Strategi Membangun Koordinasi
3. Membangun Jejaring Kerja
3.1. Pengertian Jejaring Kerja
3.2. Tujuan Jejaring Kerja
3.3. Prinsip Jejaring Kerja
3.4. Jenis-jenis Jejaring Kerja
3.5. Strategi Membangun Jejaring Kerja
7. Proses Pembelajaran No Tahap Kegiatan Kegiatan Widyaiswara Kegiatan Peserta Metode Bahan dan Media
1 Pengantar 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah, ucapkan salam serta memperkenalkan diri.
2. Fasilitator menjelaskan secara singkat judul modul, tujuan pembelajaran, serta pokok bahasan.
3. Fasilitator menyampaikan metode
1. Menjawab salam
2. Menyimak
2. Menanggapi/
1. Presentasi 2. Ceramah 3. Tanya jawab
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Flipchart 6. Kertas Plano
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 68
No Tahap Kegiatan Kegiatan Widyaiswara Kegiatan Peserta Metode Bahan dan Media
pembelajaran yang digunakan dalam modul ini.
4. Apabila diperlukan, fasilitator dapat mengajak peserta melakukan kegiatan untuk penyegaran dan membangun suasana siap untuk belajar dengan permainan.
bertanya 7. Metaplan/ sticky notes 8. Spidol
2 Pembahasan
Pokok Materi
Bekerja dalam
Tim
1. Fasilitator menanyakan kepada peserta : “Siapa yang pernah terlibat dalam sebuah tim? Fasilitator meminta satu atau dua orang peserta bercerita mengenai peranannya dalam tim, perasaannya bekerja dalam tim dan bertanya apakah tim tersebut berhasil mencapai tujuannya?”
2. Simak jawaban peserta lalu simpulkan bersama peserta yang lain.
3. Jelaskan tentang konsep bekerja dalam tim. 4. Ajak peserta untuk mendalami konsep
materi melalui permainan “Kendaraan Ajaib” sesuai Lembar Kerja 8.1 (LK. 8.1.)
5. Fasilitator menjelaskan tentang elemen dan jenis-jenis Tim.
6. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan role play “Manajemen Konflik” sesuai Lembar Kerja 8.2 (LK. 8.2)
7. Fasilitator merefleksikan hasil role play dan mengaitkan dengan bahasan komunikasi di saat krisis dalam Modul Komunikasi dan Relasi sebelumnya.
8. Masih dalam kelompok yang sama, setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi tentang “Apa Strategimu?” sesuai Lembar Kerja 8.3 (LK. 8.3)
1. Menyimak
2. Menanggapi
3. Mencatat
4. Bertanya
5.Mengikuti arahan dari
fasilitator
6. Mengemukakan pendapat
7. Berdiskusi
1. Presentasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Permainan
5. Diskusi kelompok
6. Permainan
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Lembar Kerja 6. Flipchart 7. Kertas Plano 8. Metaplan/ sticky notes 9. Spidol 10. Masking tape
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 69
No Tahap Kegiatan Kegiatan Widyaiswara Kegiatan Peserta Metode Bahan dan Media
9. Fasilitor menjelaskan strategi membangun tim yang efektif.
10. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi.
3 Pembahasan
Pokok Materi
Koordinasi dalam
Pendampingan
Sosial
1. Fasilitator bertanya kepada peserta “Apa yang terpikirkan ketika mendengar kata koordinasi?” kemudian tanyakan pengalaman peserta dalam melakukan koordinasi.
2. Fasilitator menanggapi dan menyimpulkan jawaban peserta.
3. Jelaskan tentang pengertian dan tujuan koordinasi.
4. Tayangkan video pendek dan minta peserta untuk menyimak dan menanggapi pesan dari video tersebut
5. Fasilitator menyampaikan keterkaitan video dengan penjelasan tentang strategi dalam berkoordinasi.
6. Fasilitator mengajak peserta untuk Bermain Peran sesuai Lembar Kerja 8.4. (L.K. 8.4).
7. Kelompok peserta saling menanggapi permainan peran kelompok yang lain.
8. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi.
1. Menyimak
2. Menanggapi
3. Mencatat
4. Bertanya
5. Mengikuti arahan dari
fasilitator
6. Mengemukakan pendapat
7. Berdiskusi
8.Menyimak film/Video
Pendek
. 1. Presentasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Permainan
5. Diskusi kelompok
6. Permainan
7. Pemutaran
Film/Video Pendek
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Video pendek 6. Lembar Kerja 7. Flipchart 8. Kertas Plano 9. Metaplan/ sticky notes 10. Spidol 11. Masking tape
4. Pembahasan
Pokok Materi
Membangun
Jejaring Kerja
1. Fasilitator bertanya kepada peserta apa yang diketahui tentang Jejaring Kerja dan apa tujuan Pendamping Sosial membangun Jejaring Kerja?
2. Tanggapi jawaban peserta. Jelaskan tentang pengertian, tujuan, dan jenis-jenis Jejaring Kerja.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk mengingat
1. Menyimak
2. Menanggapi
3. Mencatat
4. Bertanya
. 1. Presentasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Permainan
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Lembar Kerja 6. Flipchart 7. Kertas Plano 8. Metaplan/ sticky notes
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 70
No Tahap Kegiatan Kegiatan Widyaiswara Kegiatan Peserta Metode Bahan dan Media
kembali bahasan tentang materi PPKS dan PSKS
4. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip dan penerapan jejaring kerja.
5. Fasilitator mengajak peserta untuk diskusi sesuai dengan Lembar Kerja 8.6 (L.K. 8.6) tentang “Diagram Bintang”.
6. Setiap kelompok diminta berkeliling (Window Shopping) untuk melihat hasil kelompok lain.
7. Fasilitator memperhatikan proses dan hasil Window Shopping
8. Fasilitator menyimpulkan dan mereview materi.
5. Mengikuti arahan dari
fasilitator
6. Mengemukakan pendapat
7. Berdiskusi
5. Diskusi kelompok
6. Permainan
7. Window Shopping
9. Spidol 10. Masking tape
5. Penutup 1. Tanyakan kepada 3-4 peserta apa yang sudah diperoleh dari keseluruhan proses pembelajaran.
2. Tanggapi jawaban peserta. 3. Lakukan Refleksi pembelajaran 4. Ucapkan terima kasih dan salam.
1. Memperhatikan
2. Menanggapi
1. Presentasi
2. Ceramah
1. Modul 2. Bahan Tayang 3. Laptop 4. LCD/proyektor 5. Flipchart 6. Spidol
8. Refrensi:
1) Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen:2008. Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Bumi Aksara
2) Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teori). Bandung: Mandar Maju
3) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 rahun 2017 tentang Sumber Daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.
4) Siagian, Sondang P. 1982. Peranan Staf Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Gunung Agung
MODUL 8 | Pelatihan Dasar Pendamping Sosial 71
5) Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama
6) Zastrow, Charles. 2000. Introduction to Social Work and Social Welfare. United States: Brooks Cole.
7) Zastrow, Charles. 1999. The Practice of Social Work. Sixth Edition. Pacific Grove: Brooks/Cole Publishing Company. An International Thomson
Publishing
9. Evaluasi Pembelajaran
6. Menurut pendapat Anda, apa manfaat dan keterkaitan dari materi ini dengan peran sebagai Pendamping Sosial?
7. Sebutkan strategi-strategi apa saja yang bisa dilakukan dalam berkoordinasi dan membangun jejaring kerja!
8. Dari ketiga hal yaitu berkerja dalam tim, berkoordinasi dan membangun jejaring kerja, menurut Anda mana yang paling sulit dilakukan dalam praktek
di lapangan? Jelaskan alasannya!
Jakarta, September 2020
Widyaiswara/Fasilitator
(…………………………………………..)