39
1 MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK TERHADAP KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN Penulis : Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.Sp.Kom PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SUTOPO JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I. SURABAYA TAHUN 2020

MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

1

MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK

TERHADAP KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA

DI PANTI ASUHAN

Penulis :

Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.Sp.Kom

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SUTOPO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I. SURABAYA

TAHUN 2020

Page 2: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

2

PENDAHULUAN

Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab

memberikan pelayanan yang memadai bagi perkembangan kepribadian remaja. Fakta

yang ada di Panti Asuhan, orientasi pemenuhan kebutuhannya adalah fisik. Kondisi inlah

yang belum mendukung kebutuhan psikologis penghuni Panti Asuhan. Kebutuhan

psikologis yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi

frustasi, dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap

lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga merasa tidak berarti dalam hidupnya.

Untuk itu mari kita pelajari bersama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan psikologis pada reama di Panti Asuhan dan intervensi yang harus

dilakukan agar kebutuhan psikologis terpenuhi. Stelah mempelajari modul ini, Anda

diharapkan akan dapat menjelaskan:

1. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan (Sikap, motivasi, komitmen pengurus

Panti Asuhan)

2. Faktor pemungkin dan caring environment (Fasilitas belajar, fasilitas sosialisasi,

fasilitas konseling, kesempatan mengembangkan prestasi)

3. Faktor pendorong (Sistem pengelolaan Panti Asuhan, dukungan keluarga, dan

dukungan masyarakat)

4. Perilaku Interpersonal Human Caring

5. Kebutuhan psikologi remaja di Panti Asuhan

Agar Anda dapat memahami modul ini dengan mudah, maka modul ini dibagi menjadi 5

(Lima) materi, yaitu :

1. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan

2. Faktor pemungkin dan caring environment

3. Faktor pendorong

4. Perilaku Interpersonal Human Caring

5. Kebutuhan psikologi remaja di Panti Asuhan

Untuk memudahkan saudara mempelajari modul ini, berikut langkah-langkah belajar

yang harus saudara lakukan :

1. Pahami dulu mengenai factor predisposisi dan nilai-nilai asuhan baru mempelajari

materi ke 2 dan seterusnya.

2. Pelajari setiap materi secara bertahap.

3. Keberhasilan anda sangat tergantung pada kesungguhan saudara untuk mempelajari

isi modul ini

4. Silahkan hubungi peneliti untuk mendapatkan penjelasan, apabila anda mengalami

kesulita.

5. Kami yakin Anda memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk mempelajari modul

ini. Selamat belajar, semoga bermanfaat untuk meningkatkan kebutuhan psikologis

remaja di Panti asuhan sebagai generasi bangsa yang berkualitas.

Page 3: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

3

MATERI 1

FAKTOR PREDISPOSISI DAN NILAI-NILAI ASUHAN

Deskripsi Singkat

Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab

memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial dan

psikologis pada anak asuhnya, sehingga mempengaruhi perkembangan kepribadian. Panti

Asuhan berfungsi sebagai pengganti orang tua (Kemsos R.I., 2011). Peran perilaku

pengurus/pengasuh sangat penting untuk merawat anak-anak atau remaja di Panti

Asuhan. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan adalah faktor faktor yang memudahkan

terjadinya perilaku pada pengurus/pengasuh Panti Asuhan dalam melaksanakan tugasnya

dalam merawat remaja di Panti Asuhan. Faktor ini terdiri dari sikap pengurus Panti

Asuhan, motivasi pengurus Panti Asuhan, komitmen pengurus Panti Asuhan. Materi 1

pada modul ini terdiri dari 1 (Satu) pokok bahasan terdiri dari sikap, motivasi dan

komitmen pengurus Panti Asuhan.

A. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi 1 modul ini, pengasuh/pengurus dan remaja mampu

memahami faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan selama di Panti Asuhan.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi 1, diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang sikap pengurus/pengasuh Panti Asuhan.

2. Menjelaskan tentang motivasi pengurus/pengasuh Panti Asuhan

3. Menjelaskan tentang komitmen pengurus/pengasuh Panti Asuhan

POKOK BAHASAN

Pokok bahasan pada materi 1 berikut adalah : sikap, motivasi dan komitmen

pengurus.pengasuh Panti Asuhan.

Page 4: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

4

URAIAN MATERI

1. Sikap Pengurus Panti Asuhan

a. Definisi Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan pengurus/pengasuh Panti Asuhan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek ( Purwanto, H., 1998)

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman pengurus/pengasuh yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon terhadap situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun,T.R,

2009).

b. Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif berisi kepercaayaan pengurus/pengasuh mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Seperti dalam keyakinan

pengurus/pengasuh bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang tepat dapat

mengatasi kebutuhan psikologis remaja di Panti Asuhan.

2) Kompenen afektif menyangkut masalah emosional subyektif pengurus/pengasuh

terhadap suatu objek sikap remaja. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Contoh: Pengurus/pengasuh merasa

bertanggung jawab terhadap keadaan remajanya di Panti Asuhan.

3) Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diri pengurus/pengasuh yang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya.

c. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa pengurus/pengasuh (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (remaja di Panti Asuhan) berupa tingkah laku remaja yang

membutuhkan perhatian.

2) Merespon (responding)

Pengurus/pengasuh memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab. Benar atau

salah pekerjaan itu berarti pengurus/pengasuh menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Page 5: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

5

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya pengurus/pengasuh

mengajak remaja untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Panti Asuhan

melalui diskusi kelompok.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Pengurus/pengasuh bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko.

d. Sifat Sikap

Sifat sikap dibagi menjadi 2 (Dua) yaitu :

1) Sikap positif dari pengurus/pengasuh kecenderungan tindakannya adalah

mendekati, menyayangi, memperhatikan remaja di Panti Asuhan.

2) Sikap negatif dari pengurus/pengasuh kecenderungan tindakan yang dilakukan

adalah menjauhi, menghindari, membenci remaja di Panti Asuhan.

e. Ciri-ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-

syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah

senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat iniah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki orang.

Page 6: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

6

2. Motivasi Pengurus Panti Asuhan

Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau pemberian daya

penggerak pada seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan karakteristik

psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang

(Nursalam, 2008). Pengertian lain dari motivasi adalah proses kesediaan

pengurus/pengasuh melakukan upaya tingkat tinggi untuk mencapai tujuan Panti

Asuhan.

Motivasi atau dorongan secara konsep dapat diaplikasikan pada pengurus/pengasuh

Panti Asuhan terdiri dari 2 (Dua) macam :

a. Motivasi finansial merupakan dorongan yang dilakukan karena imbalan finansial

kepada pengurus atau pengasuh.

b. Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan berupa pujian,

penghargaan, pendekatan kemanusiaan dan sebagainya.

Pendapat lain dari Suarli dan Bahtiar (2010), tentang bentuk motivasi adalah sebagai

berikut:

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri pengurus/pengasuh

Panti Asuhan

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri pengurus/pengasuh

Panti Asuhan.

c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul pada pengurus/pengasuh Panti

Asuhan dalam kondisi terjepit dan cepat sekali.

Nursalam (2008) menjelaskan beberapa prinsip dalam memotivasi kerja

pengurus/pengasuh Panti Asuhan yaitu:

a. Prinsip partisipatif, upaya memotivasi kerja pengasuh/pengurus dengan

memberikan kesempatan berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan

dicapai oleh pimpinan Panti Asuhan.

b. Prinsip komunikasi, pemimpin Panti Asuhan mengkomunikasikan segala sesuatu

yang berhubungan dengan usaha mencapai tujuan. Informasi yang jelas, akan

memudahkan pengurus/pengasuh untuk meningkatkan motivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan, pemimpin Panti Asuhan mengakui bahwa

bawahan (pengurus/pengasuh) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan

Panti Asuhan. Pengakuan tersebut, pengurus/pegasuh akan lebih mudah dimotivasi

kerjanya.

Page 7: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

7

d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau

wewenang kepada pengurus/pengasuh sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan

terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kondisi ini akan membuat pengurus atau

pengasuh termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh Panti Asuhan.

e. Prinsip memberi perhatian, pemimpin Panti Asuhan memberikan perhatian terhadap

apa yang diinginkan pengurus/pengasuh, sehingga mereka akan termotivasi bekerja

sesuai dengan harapan pemimpin Panti Asuhan.

Pengurus/pengasuh Panti Asuhan yang memiliki motivasi tinggi akan

melaksanakan tugasnya dengan baik dalam merawat remaja untuk memenuhi

kebutuhanya.

3. Komitmen Pengurus Panti asuhan

Komitmen adalah kemauan dan kemampuan pengurus/pengasuh untuk

menyelaraskan perilaku dengan kebutuhan dan prioritas Panti Asuhan (Soekidjan,

2009). Komitmen juga berarti mengutamakan kepentingan Panti Asuhan dan

berusaha untuk berkarya dan bertahan pada Panti Asuhan tersebut (Meyer dan Allen,

1991, dalam Soekidjan, 2009).

Komitmen dipengaruhi oleh faktor personal, situasional dan posisi. Faktor personal

terdiri dari tipe kepribadian, usia, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan

masa kerja. Faktor situasional terdiri dari value tempat kerja, keadilan dan dukungan

organisasi, dan karakteristik pekerjaan. Faktor posisi dipengaruhi oleh masa kerja dan

tingkat pendidikan (Dyne dan Graham, 2005, dalam Muchlas, 2008).

Meyer dan Allen (1991 dalam Soekidjan, 2009) membagi komitmen menjadi tiga

macam atas dasar sumbernya :

a. Affective commitment, merupakan jenis komitmen yang berkaitan dengan keinginan

secara emosional terikat dengan Panti Asuhan. Mampu megidentifikasi keterlibatan

dalam organisasi berdasarkan atas nilai-nilai yang sama.

b. Continuance commitment, komitmen berdasarkan kesadaran biaya yang akan

ditanggung jika tidak bergabung dengan Panti Asuhan. Komitmen pada jenis ini

didasari pula tidak adanya alternatif lain.

c. Normative commitment, merupakan komitmen berdasarkan perasaan untuk tetap

bekerja karena merasa hutang budi dan terjadi internalisasi norma-norma.

Page 8: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

8

MATERI 2

FAKTOR PENDUKUNG DAN CARING ENVIRONMENT

DESKRIPSI SINGKAT

Faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan terjadi perilaku

pada seseorang. Contohnya : Tersedianya fasilitas, sarana-prasarana yang diperlukan

untuk terjadinya perilaku. Sedangkan Caring environment menyediakan perkembangan

potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang

dalam waktu yang telah ditentukan. Materi 2 ini mendukung remaja di Panti Asuhan untuk

mengembangkan potensi dengan fasilitas yang disediakan. Remaja yang berada dalam

fase perkembangan fisik, psikologis dan sosial memerlukan kondisi lingkungan yang

kondusif dan sarana yang memungkinkan meskipun tinggal di Panti Asuhan. Materi 2

menguraikan tentang fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas konseling dan

kesempatan mengembangkan prestasi. Materi 2 pada modul ini terdiri dari 1 (Satu) pokok

bahasan terdiri dari fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas konseling dan kesempatan

mengembangkan prestasi.

TUJUAN UMUM

A. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi 2 modul ini, pengasuh/pengurus mampu memahami adanya

fasilitas fasilitas belajar, fasilitas sosialisasi dan fasilitas konseling serta kesempatan

mengembangkan prestasi yang perlu di Panti Asuhan.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi 2, diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang fasilitas belajar di Panti Asuhan.

2. Menjelaskan tentang fasilitas sosialisasi di Panti suhan

3. Menjelaskan tentang fasilitas konseling di Panti Asuhan

4. Menjelaskan tentang kesempatan mengembangkan prestasi di Panti Asuhan

POKOK BAHASAN

Pokok bahasan pada materi 1 berikut adalah : fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas

konseling dan kesempatan mengembangkan prestasi di Panti Asuhan.

Page 9: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

9

URAIAN MATERI

1. Fasilitas Belajar

a. Definisi

Sarana yang disediakan oleh Panti Asuhan untuk mendukung kegiatan belajar

remaja di Panti Asuhan.

b. Macam-Macam Fasilitas Belajar

Fasilitas atau sarana belajar secara garis besar dapat dibedakan atas dua bagian yaitu

fasilitas fisik dan fasilitas uang.

1) Fasilitas fisik

Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat

dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan

suatu usaha. Fasilitas fisik dalam kegiatan belajar meliputi ruang dan tempat

belajar, alat pelajaran sekaligus alat peraga, media belajar dan perpustakaan, dan

lain sebagainya.

(a) Ruang dan tempat belajar

Ruang dan tempat belajar adalah ruang dan tempat dimana dilakukan kegiatan

belajar baik yang tersedia di Panti Asuhan.

(b) Alat pelajaran

Pada setiap kegiatan belajar mengajar pasti dibutuhkan alat-alat untuk

membantu remaja dalam proses belajar yakni alat pelajaran. Alat pelajaran

adalah benda yang dipakai langsung dalam proses belajar misalnya buku tulis,

alat tulis, buku pelajaran dan sebagainya.

(c) Media belajar dan perpustakaan

Media belajar adalah perantara dalam proses belajar. Media belajar berupa

perpustakaan, surat kabar, buku, lapangan olahraga, komputer, sanggar seni

dan lain lain.

2) Fasilitas uang ini dapat memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Uang

dapat dijadikan sarana untuk melengkapi fasilitas fisik dalam belajar. Slameto

(1995: 63) berpendapat bahwa:

Anak yang sedang belajar harus tercukupi kebutuhan pokoknya misal, makan,

minum, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain lain selain itu juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat

Page 10: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

10

tulis menulis, buku – buku dan lain lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi

jika memiliki uang yang cukup.

Pendapat tersebut jelas bahwa dengan uang Panti Asuhan dapat memperoleh

fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar. Adanya cukup dana untuk membeli sarana

belajar Panti Asuhan memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan.

Kelengkapan tersebut membuat remaja dapat belajar secara maksimal.

c. Indikator Fasilitas Belajar

Indikator fasilitas belajar atau tanda-tanda dari fasilitas belajar itu dapat

berupa:

1) Tersedianya sumber belajar

Tersedianya sumber belajar dapat dilihat dengan memiliki buku panduan atau

buku penunjang selain buku paket yang disediakan oleh pihak sekolah.

2) Ruang dan tempat belajar yang memadai

Tempat belajar yang memadai bagi remaja dapat dilihat dengan kenyamanan

dalam ruangan atau tempat belajar yang disediakan oleh Panti Asuhan. Ruang

dan tempat belajar yang memadai harus dapat mendukung proses belajar,

memberikan suasana yang tenang dan kondusif untuk belajar. Suasana ruang

dan tempat belajar yang tenang mampu memacu semangat belajar remaja.

d. Standart ideal fasilitas belajar yang dimiliki oleh Panti Asuhan antara lain adalah:

1) Tersedianya ruang belajar yang nyaman

2) Tercukupinya alat tulis

3) Adanya buku pelajaran yang relevan

4) Sarana kendaraan transportasi yang memadai

5) Tersedianya meja dan kursi belajar

6) Tersedianya media teknologi belajar seperti komputer, internet, televisi

7) Adanya sarana komunikasi yang memadai

8) Adanya alat penerangan belajar

2. Faslitas sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses belajar, pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan

pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya, seperti belajar norma-

norma untuk dapat beradaptasi dangan lingkungan sosialnya, hal tersebut sejalan

dengan pendapat Peter L Berger bahwa sosialisasi merupakan proses seseorang belajar

menjadi anggota masyarakat.

Page 11: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

11

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan mengenai sosialisasi, terletak pada

objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang di lihat dari sudut hubungan antara

manusia, dan proses yang di timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Jadi,

dalam sosialisasi terdapat interaksi antara manusia sebagai anggota kelompok termasuk

kelompok remaja di Panti Asuhan.

Fasilitas sosialisasi yang dapat disediakan oleh Panti Asuhan berupa 1) ruangan yang

dapat digunakan sebagai tempat berinteraksi remaja selama di Panti Asuhan, misalnya

ruang santai sambil nonton TV, ruang makan dan sebagainya, 2) Waktu sosialisasi yang

diatur oleh pengurus/pengasuh, misalnya makan harus bersama di ruang makan, tidak

boleh makan sendiri di kamar. Selain waktu yang diatur untuk berinteraksi antar remaja

di Panti Asuhan, remaja juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-

temannya yang ada di masyarakat (Luar Panti Asuhan), 3) Mengatur waktu untuk

diskusi, kegiatan diskusi ini tidak hanya dilakukan antar remaja tetapi juga antar remaja

dengan pengurus.pengasuh, misalnya setiap bulan dilakukan kegiatan sarasehan untuk

membahas masalah-masalah yang muncul di Panti Asuhan, 4) Rekreasi bersama,

kegiatan rekreasi ini bisa dijadualkan oleh Panti Asuhan untuk meningkatkan interaksi

antar penghuni Panti Asuhan dan mengeratkan hubungan dengan pengurus/pengasuh.

Kegiatan ini dapat mengurangi rasa jenuh remaja selama tinggal di Panti Asuhan,

meningkatkan kesegaran fisik dan psikologis pada remaja, pengurus dan pengasuh.

3. Fasilitas Konseling

Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai

hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)

berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya

sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang

akan datang.

Masa remaja merupakan masa kritis dan pemberontak (Joseph, 2017). Keinginan

anak remaja sulit dimengerti dan seringkali frustasi berhadapan dengan mereka. Dari

sisi remaja, mereka pun sulit berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang lebih

tua karena merasa mereka tidak dimengerti keinginan dan kondisinya. World Health

Organization (WHO) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai suatu periode

kehidupan yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Pada masa tersebut terjadi

Page 12: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

12

perubahan biologis dan psikis secara cepat. Remaja menjadi sangat sensitif, suasana

hati (mood) dan tingkat kepercayaan diri mereka dapat berubah dalam waktu yang

singkat. Selain tantangan dalam diri yang dirasakan oleh remaja, ternyata remaja juga

berhadapan dengan harapan dari lingkungan yang juga cukup membuat mereka tidak

nyaman. Pada masa remaja, individu diharapkan tidak lagi bergantung pada orang

lain/orang tua namun sudah dapat secara mandiri membuat keputusan-keputusan di

dalam kehidupannya.

Seorang remaja pasti memiliki kapasitas, kemampuan dan cara yang berbeda-beda

dari tiap remaja. Lingkungan keluarga, sekolah dan pertemanan pun juga memiliki

kontribusi yang besar terhadap kemampuan remaja dalam menghadapi tantangan

tersebut. Masalah terjadi ketika remaja tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas yang

cukup untuk bisa menghadapi perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Permasalahan

semakin sulit ketika lingkungan keluarga pun kurang memiliki kemampuan yang

mumpuni dalam mendampingi anaknya menghadapi masa remajanya. Jika tidak

dibimbing dengan baik, remaja akan menggunakan pengertian mereka sendiri dan

mulai membuat keputusan sendiri. Akibatnya, mereka bisa memilih jalan yang salah

dan menjadi “mangsa“ dari hal-hal negatif yang bisa menghancurkan hidup mereka

seperti narkoba, tekanan teman sebaya dan lain sebagainya. Karena alasan inilah remaja

maupun orang tua perlu mempertimbangkan perlunya konseling. Melalui konseling

perasaan dan pikiran remaja dapat diarahkan sehingga mereka diharapkan tidak

membuat keputusan hidup yang salah dan tumbuh menjadi orang dewasa yang

berpikiran sehat.

“Konseling adalah proses dimana klien dibantu dalam menghadapi permasalahan

personal dan interpersonal oleh seorang konselor. Tujuan utama dari konseling

adalah untuk membantu klien dan membawa perubahan yang secara sadar akan

dilakukan oleh klien.” (Ray, R., Mahapatro, S. & Kar, S.S., 2011).

Konseling dengan konselor profesional (seperti guru BK dan Psikolog), remaja bisa

mendapatkan:

1. Tempat yang nyaman untuk bercerita dan berdiskusi tentang masalah personal

2. Seseorang yang benar-benar dapat dipercaya

3. Seorang professional yang mengerti jalan pemikiran remaja dan dapat

Page 13: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

13

memberikan pendampingan kepada mereka dalam menjalani pergumulan

4. Kesempatan untuk membicarakan masalah yang dihadapi daripada memendamnya

Sendiri.

Panti Asuhan perlu memiliki tenaga konselor untuk menampung dan menyelesaikan

masalah yang terjadi pada remaja. Pengurus/pengasuh Panti Asuhan harus bisa menjadi

pendengar yang baik dan tempat curhat bagi remaja. Remaja yang memiliki masalah

khusus perlu dikonsultasikan kepada tenaga profesional.

4. Kesempatan mengembangkan prestasi

a. Pengertian prestasi adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat

dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual,

serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan.

b. Macam-Macam Prestasi

Macam-macam prestasi adalah sebagai berikut

1) Prestasi Belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh atas usaha belajar.

Contohnya prestasi belajar yang terdapat disekolah, menjadi juara umum setiap

tahunnya.

2) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah hasil yang didapatkan dari usaha kerja yang

telah dilakukan. Contohnya naik jabatan atas kerja keras yang terjadi selama

ini.

3) Prestasi Seni. Prestasi seni adalah hasil yang diperoleh dari usaha seni.

Contohnya prestasi seorang penyanyi ataupun seniman lainnya yang berupa

penghargaan.

4) Prestasi Olahraga. Prestasi olahraga adalah hasil yang diperoleh atas usaha dan

kerja keras yang terdapat dibidang olahraga. Contoh prestasi olahraga adalah

seorang olahragawan yang mendapatkan juara 1 pada perlombaan.

5) Prestasi Lingkungan Hidup. Prestasi lingkungan hidup adalah prestasi yang

didapatkan melalui usaha penyelamatan lingkungan hidup. Contohnya remaja

mendapatkan penghargaan atas usaha yang telah dilakukannya dengan

melakukan penyelamatan lingkungan hidup yang berupa penanaman pohon

kembali atau reboisasi di hutan.

Pengurus/pengasuh harus memberikan kesempatan mengembangkan prestasi bagi

remaja di Panti Asuhan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pencarian minat dan

Page 14: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

14

bakat, pembinaan remaja yang memiliki bakat tertentu, dan remaja diikutkan dalam

berbagai perlombaan baik lomba ilmiah maupun seni. Meskipun tinggal di Panti

Asuhan, remaja berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan prestasinya. Hal

ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan sikap positif terhadap

lingkungan masyarakat dan dirinya. Kondisi ini akan berdampak pada

keseimbangan pribadi, serta menimbulkan rasa gembira, harmonis dan menjadi

orang yang produktif untuk kepentingan dirinya maupun kepentingan orang lain (Ali

Mohammad, 2006).

MATERI 3

FAKTOR PENDORONG

DESKRIPSI SINGKAT

Panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak adalah suatu lembaga usaha

kesejahteraan sosial anak yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan

Page 15: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

15

pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai

dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai

insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Kemsos R.I.,

2011). Panti asuhan membutuhan faktor pendorong agar dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik. Faktor pendorong adalah hal-hal yang memengaruhi Panti Asuhan menjadi

berkembang, maju dan lebih dari sebelumnya. Faktor pendorong dalam materi ini adalah

sistem pengelolaan Panti Asuhan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat. Materi

3 ini memiliki 1 (Satu) pokok bahasan terdiri dari sistem pengelolaan Panti Asuhan,

dukungan keluarga dan dukungan masyarakat.

TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi 3 ini, pengurus/pengasuh mampu memahami faktor pendorong

pengembangan Panti Asuhan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis pada remaja.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi 3, diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang sistem pengelolaan di Panti Asuhan.

2. Menjelaskan tentang dukungan keluarg

3. Menjelaskan tentang dukungan masyarakat

URAIAN MATERI

1. Sistem Pengeloaan Panti Asuhan

a. Konsep Panti Asuhan

Panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak adalah suatu lembaga usaha

kesejahteraan sosial anak yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan

dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak

dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan

kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus

cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang

pembangunan nasional (Kemsos R.I., 2011).

Page 16: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

16

b. Fungsi dan Tujuan Lembaga Kesejahteraan Sosial anak

1) Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai

pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.

2) Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.

3) Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti

asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat

dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

c. Tujuan Panti Asuhan yaitu:

1) Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak

terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan

pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi

anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggungjawab, baik

terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

2) Penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan sehingga

terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi,

mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup

keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan

adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh

agar menjadi manusia yang berkualitas.

Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Nasional menyatakan

standar pelayanan panti asuhan adalah seperti orang tua bagi anak-anak yang ditempatkan

di panti asuhan, dan selayaknya orang tua maka panti asuhan bertanggung jawab untuk

memenuhi pemenuhan hak-hak anak yang meliputi hak terhadap perlindungan, (terkait

dengan martabat anak dan melindungi anak dari kekerasan); hak terhadap tumbuh

kembang (mendukung perkembangan kepribadian anak, memfasilitasi relasi anak dengan

keluarga dan pihak lainnya secara positif dan menyekolahkan anak); hak terhadap

partisipasi (mendengar, mempertimbangkan serta mengimplementasikan suara dan

pilihan anak); serta memenuhi hak anak terhadap kelangsungan hidup (memenuhi

kebutuhan dasar anak terhadap makanan, minuman dan fasilitas yang aman).

Panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak juga memfasilitasi

pemeriksaan kesehatan oleh tenaga profesional seperti memastikan setiap anak menerima

vaksinasi, imunisasi, vitamin, obat cacing, dan berbagai kebutuhan lain sesuai dengan usia

Page 17: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

17

dan kebutuhan tumbuh kembang mereka. Pertolongan Pertama pada Kecelakan (P3K)

juga disediakan untuk kebutuhan darurat.

d. Sistem pengelolaan dijabarkan dalam fungsi-fungsi manajemen di Panti Asuhan,

terdiri dari :

1) Perencanaan

Panti Asuhan perlu menyusun perencanaan pengembangan Panti Asuhan, baik

perencanaan pengembangan sumberdaya manusia Panti Asuhan, program kerja,

pengembangan sarana dan prasarana. Perencanaan dapat dilakukan dengan waktu

jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan ini berfungsi agar Panti Asuhan

memilih arah dan pedoman dalam pengembangan Panti Asuhan di masa yang akan

datang.

2) Pengorganisasian

Panti Asuhan harus memiliki ijin pendirian Panti Asuhan dari pemerintah,

sehingga aspek legal Panti Asuhan dapat dipertanggungjawabkan. Panti Asuhan

harus memilki struktur organisasi yang jelas dan uraian tugas dari masing-masing.

3) Pengarahan

Pimpinan Panti Asuhan harus melakukan pembinaan kepada para

pengurus/pengasuh secara periodik. Pimpinan perlu melakukan rapat pengurus

secara periodik untuk memantau perkembangan Panti Asuhan dan menyelesaikan

masalah yang terjadi. Pimpinan perlu memberikan pengarahan kepada pengurus

agar kinerja pengurus dapat dipantau sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

4) Pengendalian/pengawasan

Fungsi Pengendalian/pengawasan merupakan suatu unsur manajemen untuk

melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana

yang digariskan dan disamping itu merupakan hal yang penting pula untuk

menentukan rencana kerja yang akan datang.

2. Dukungan Keluarga

Friedman (1998) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap pasien yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

Page 18: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

18

diperlukan. Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan.

1) Fungsi dukungan

a) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari

dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi

yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi.

b) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istirahat, terhindarnya pasien dari kelelahan.

d) Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2) Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Dukungan

sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan

dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga

eksternal (Friedman, 1998).

3) Manfaat dukungan keluarga

Page 19: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

19

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai siklus

kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.

Hal ini dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa efek-efek penyangga

(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-

efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari

kesehatan) ditemukan. Efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap

kesehatan dan kesejahteraan dapat berfungsi secara bersamaan. Keberadaan dukungan

sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi

(Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

4) Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil

penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif

menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal

dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga

yang besar.

Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

lainnya adalah kelas sosial ekonomi keluarga. Kelas sosial ekonomi disini meliputi

tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Keluarga dengan

kelas menengah, mempunyai hubungan yang lebih demokratis dan adil. Keluarga kelas

bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan

kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang

lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

3. Dukungan Masyarakat

a. Pengertian dukungan sosial

Page 20: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

20

Dukungan sosial atau dukungan masyarakat sebagai sumber dukungan emosional,

informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu

untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam

kehidupan.

Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan

kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Pendapat senada juga

diungkapkan oleh Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan

sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan

bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang

berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian

infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial

akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan,

timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat

remaja di Panti Asuhan merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok.

Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang

dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan

bernilai.

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

Menurut stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah

sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik

meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan

fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.

2) Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial akan meningkatkan aktualisasi diri yang baik, remaja akan lebih

kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di

masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu

ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu

pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.

3) Kebutuhan psikis

Page 21: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

21

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mungkin terpenuhi tanpa bantuan

orang lain. Apalagi jika remaja di Panti Asuhan sedang menghadapi masalah baik

ringan maupun berat, maka remaja tersebut akan cenderung mencari dukungan

sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan

dicintai.

5. Klasifikasi dukungan sosial

Menurut Cohen & Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 4 kategori

yaitu :

1) Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu.

Dukungan ini, meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan

bagaimana seseorang bersikap.

2) Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan,

bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau

memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan

membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.

3) Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat

fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan

uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.

4) Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang

positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau

menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang

dalam keadaan stres.

Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang melibatkan aspek- aspek

informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental. Ciri- ciri setiap aspek

tersebut oleh Smet (1994) dan Taylor (1995), dijelaskan sebagai berikut ;

1) Informasi dapat berupa saran- saran, nasihat dan petunjuk yang dapat dipergunakan

oleh remaja dalam mencari jalan keluar untuk pemecahan masalahnya.

2) Perhatian emosi berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang meyakinkan

remaja, bahwa dirinya diperhatikan orang lain.

3) Penilaian berupa penghargaan positif, dorongan untuk maju pada remaja di Panti

Asuhan.

Page 22: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

22

4) Bantuan instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang

dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan

maupun biaya hidup sehari- hari selama korban belum dapat menolong dirinya

sendiri.

d. Sumber- sumber dukungan sosial

Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ada 2 sumber dukungan

sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.

1) Dukungan sosial artifisial

Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam

kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam

melalui berbagai sumbangan sosial.

2) Dukungan sosial natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam

kehidupanya secara spontan dengan orang- orang yang berada di sekitarnya,

misalnya anggota keluarga (anak, isteri, suami dan kerabat), teman dekat atau

relasi. Dukungan sosial ini bersifat non- formal.

e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis:

1) Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga

Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber

dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya

ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai

fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti

membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan

persahabatan yang berkelanjutan dan memberikanrasa aman bagi anggota-

anggotanya.

2) Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.

Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel & Baumann,1992)

menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam

memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu meterial atau

instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu

mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat

berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.

Page 23: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

23

Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi

dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat

meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus

dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam

suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu

kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan

perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

3) Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan.

Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal dengan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional sesuai

dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini

berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial

yaitu pemberi dukungan sosial. Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama

akan lebih mempunyai arti dan berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang

diberikan, yang akan mempengaruhi keakraban dan tingkat kepercayaan penerima

dukungan.

Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh

kemampuan penerima dukungan untuk mempertahankan dukungan yang diperoleh.

Para peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya dengan pengaruh-

pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber- sumber personal yang

kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki hubungan dekat dengan orang lain

akan lebih cepat sembuh dibandingkan dengan individu yang terisolasi.

dukungan emosional, kognitif yang distruktur ulang dan bantuan instrumental.

f. Bentuk dukungan sosial

Menurut Kaplan and Saddock (1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai

berikut ;

1) Tindakan atau perbuatan

Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh orang disekitar

remaja, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.

2) Aktivitas religius atau fisik

Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena

itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan

3) Interaksi atau bertukar pendapat

Page 24: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

24

Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara remaja di Panti Asuhan

dengan orang-orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi

dapat memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di sekitarnya.

MATERI 4

PERILAKU INTERPERSONAL HUMAN CARING

DESKRIPSI SINGKAT

Perilaku dapat diartikan juga sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Respon atau reaksi ini merupakan bentuk interaksi. King

menjelaskan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi antar manusia. Interaksi antar

dua orang disebut dyad, tiga orang disebut triad, dan empat orang disebut group.

Interpersonal merupakan komunikasi secara langsung atau face to face communication

pada waktu dan tempat yang sama. Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari

karakter kepribadian yang bersifat bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa

Page 25: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

25

dipelajari. Interpersonal Skill yang baik dapat dibangun antara lain dari kemampuan

mengembangkan perilaku dan komunikasi yang asertif. Caring diartikan secara umum

sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan

waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati dan perasaan cinta atau menyayangi

pada orang lain yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring

mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Materi 4

membahas tentang bagaimana perilaku pengurus/pengasuh dengan kelompok remaja

dengan menunjukkan rasa perhatian, kasih sayang dan empati. Materi 4 ini terdiri dari 1

sub pokok bahasan terdiri dari komunikasi interpersonal, pendidikan kesehatan kelompok,

tindakan mengasuh, tindakan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi 4 ini, pengurus/pengasuh mampu memahami Komunikasi

interpersonal, pendidikan kesehatan kelompok, tindakan mengasuh, tindakan untuk

meningkatkan rasa percaya diri untuk pemenuhan kebutuhan psikologis pada remaja.

TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi 4, diharapkan mampu :

a. Menjelaskan tentang komunikasi interpersonal.

b. Menjelaskan tentang pendidikan kesehatan kelompok

c. Menjelaskan tentang tindakan mengasuh

d. Menjelaskan tentang tindakan untuk meningkatkan rasa percaya diri

URAIAN MATERI

1. Komunikasi Interpersonal

a. Definisi

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau

lebih. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu

yang bersamaan. Komunikasi interpersonal dengan masing-masing orang berbeda

tingkat kedalaman komunikasinya. Komunikasi interpersonal antara dua orang yang

baru kenal berbeda dari komunikasi interpersonal dengan orang yang sudah lama

dikenal seperti saudara atau sahabat. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan

yang dinamis.

b. Ciri-ciri Komunikasi interpersonal

Page 26: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

26

1) Komunikasi interpersonal adalah verbal dan non verbal

2) Mencakup perilaku tertentu

3) Komunikasi yang berproses pengembangan

4) Komunikasi interpersonal mengandung interaksi dan koherensi

5) Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif

c. Fungsi dari Komunikasi Interpersonal adalah :

1) Mendapatkan respon atau umpan balik dari lawan bicara

2) Melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon atau umpan balik dari

lawan bicara

3) Melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial

6. Elemen komunikasi interpersonal (Burgon & Huffner, 2002) yaitu :

1) Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non

verbal).

2) Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap

oleh sensasi.

3) Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif

individu. Kemudian ada proses recalling, yaitu proses pengingatan kembali

informasi yang tersimpan baik secara sadar maupun tidak sadar.

4) Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi

kebutuhan atau menyelesaikan masalah.

Sedangkan komunikasi interpersonal dalam keperawatan terbentuk oleh interaksi

antar manusia. Interaksi antar dua orang disebut dyad, tiga orang disebut triad, dan empat

orang disebut group. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah interaksi,

komunikasi, transaksi, peran dan stres.

a. Interaksi

“Interaction is a process of perception and communication between person and

environment and between person and person represented by verbal and non verbal

behaviors that are goal-directed” (King, 1986 dalam Gonzalo, 2011).

Interaksi didefinisikan sebagai proses persepsi dan komunikasi antara orang dan

lingkungan, orang dan orang yang ditunjukkan oleh perilaku verbal dan non verbal

yang diarahkan pada tujuan.

b. Komunikasi

Page 27: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

27

King mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana informasi yang diberikan

dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui

telepon, televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi adalah verbal, non verbal,

situasional, perseptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu,

personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam

menyampaikan ide-ide satu orang ke orang lain. Aspek perilaku non verbal yang sangat

penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah,

penampilan fisik dan gerakan tubuh.

c. Transaksi

“Transaction is a process of interactions in which human beings communicate

with the environment to achieve goals that are valued; transactions are goal-directed

human behaviors”(King, 1986 dalam Gonzalo, 2011).

Pengertian transaksi adalah proses interaksi di mana manusia berkomunikasi

dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang bernilai. Transaksi perilaku manusia

diarahkan pada tujuan. Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu

mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka.

d. Peran

Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu saat

sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai penerima. Tiga elemen utama peran yaitu,

perilaku yang diharapkan pada orang yang menduduki posisi di sistem sosial, prosedur

atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan

prosedur atau organisasi, dan hubungan antara dua orang atau lebih berinteraksi untuk

mencapai tujuan pada situasi khusus.

e. Stres

Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis dimanapun

manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan

pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan

informsi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stres adalah

suatu yang dinamis pada sistem terbuka secara terus menerus terjadi pertukaran dengan

lingkungan, intensitasnya bervariasi, pada dimensi temporal-spatial yang dipengaruhi

oleh pengalaman masa lalu, individual, personal, dan subyektif.

7. Pendidikan Kesehatan Kelompok

Page 28: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

28

a. Definisi

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan,

pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri

untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat

berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah

dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan

terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).

Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan

kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga

produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program

kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,

pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

Benyamin Bloom (1908) menjelaskan tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau

meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective

domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2003: 127)

Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b) Memahami (comprehension)

Page 29: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

29

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

ke dalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2) Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau obyek.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3) Praktik atau tindakan (practice)

Page 30: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

30

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:

a) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b) Respon terpimpin (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

c) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

8. Tindakan Mengasuh

Tindakan mengasuh merupakan tindakan yang dilakukan oleh pengurus/pengasuh

Panti Asuhan kepada remaja dengan memperlakukan mereka penuh kasih sayang,

memberikan solusi kalau remaja memiliki masalah, menyediakan makanan dan

minuman sesuai kebutuhan kalori dan aktifitas yang dilakukan remaja, memberikan

kesempatan pada mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya baik di dalam

maupun di luar Panti Asuhan, memperhatikan waktu tidur dan istirahat remaja,

memperhatikan prestasi belajarnya, menyediakan sarana dan prasarana agar remaja

dapat mengembangkan kemampuannya di bidang akademik dan non akademik.

9. Tindakan Meningkatkan Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan atau situasi yang dihadapinya. dimana ia merasa memiliki kompetensi,

yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi

aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Page 31: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

31

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri

serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak

terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

Percaya diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang

memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat di manfaatkan secara tepat.

Psikolog W.H.Miskell di tahun 1939 telah mendefinisikan arti percaya diri dalam

bukunya yang bertuliskan " Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri

yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat

memanfaatkannya secara tepat." Tak lain halnya psikolog ultra kondang maslow yang

berkata "Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri.

Orang yang percaya diri akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri.

Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri.

Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam

menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta

bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya

dengan orang lain". Percaya diri dapat berlaku dalam semua aspek kehidupan, seperti

bersosialisasi, bisnis, berpolitik, berkarir dan lain sebagainya. Adapun cara untuk

menumbuhkan kepercayaan diri adalah :

a) Rileks

Bersikaplah rileks jangan terlalu formal, jika terlalu formal maka akan menyempitkan

pemikiran anda dan akan membuat kaku suasana. Dengan bersikap rileks, apa yang

sedang dihadapi ataupun dikerjakan akan berjalan dengan suasana santai dan tenang

tanpa ketegangan.

b) Lupakan standar yang ditetapkan orang lain

Lakukanlah sesuatu sesaui dengan standar yang kita miliki, jangan mengikuti standar

orang lain. Orang lain memiliki nilai yang berbeda, dan sekeras apa pun mencoba,

kita tidak pernah bisa memuaskan semua orang. Jangan khawatir jika orang-orang

menyebut kita gendut, kurus, pemalas, membosankan, pelit, konyol, ataupun sebutan

lainya. Bertahanlah pada standar yang kita miliki, bukan pada standar yang dimiliki

oleh orang lain. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Page 32: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

32

Kita kecil tapi lincah dan cerdas, gendut tapi pintar, membosankan tapi kreatif dan

lain sebagainya.

c) Memperbaiki penampilan

Perbaikilah penampilan, memang yang sebenarnya dilihat oleh orang lain untuk

pengenalan lebih lanjut adalah sikap dan kepribadian diri, tapi penampilan juga perlu

untuk ditunjukkan yang lebih baik agar orang bisa tertarik melihat penampilan kita.

Jagalah penampilan yang menarik bukan norak dan berlebihan, potonglah rambut

sesuai dengan selera tapi tidak aneh, pakailah baju yang pas tidak disobek-sobek (he

he he jangan terlalu serius), dan pakailah atribut lain sewajarnya saja.

d) Memperbaiki diri

Perbaikilah diri kita, baik dari segi kepribadian, sikap, karakter dan lain sebagainya.

Demikian pula menggali bakat, skill dan kemampuan agar menjadi manusia yang

hebat. Dengan perbaikan tersebut seseorang akan menjadi pribadi yang lebih baik

lagi, selain itu akan menumbuhan rasa percaya diri.

e) Selalu Berpikir Positif

Dengan berpikir positif kita akan melakukan sesuatu tanpa beban pikiran, akan

tumbuh rasa percaya diri. Oleh karena itu hilangkanlah pemikiran-pemikiran negatif

yang ada pada diri. Kembangkan pikiran-pikiran positif yang akan mempengaruhi

tindakan untuk menjadi pribadi lebih baik lagi.

f) Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan

Janganlah minder jika melihat orang lain mempunyai kelebihan, karena dibalik

kelebihannya dia pasti mempunyai kekurangan. Begitupun sebaliknya jangan minder

dengan kekurangan anda karena dibalik itu anda mempunyai kelebihan. Lakukan saja

apa yang bisa anda lakukan dan kerjakan yang terbaik.

g) Coba dan lakukan

Coba saja apa yang ingin anda lakukan, dan lakukan apa yang mesti anda lakukan.

Siapa tahu anda mendapatkan apa yang anda inginkan. Jika gagal berarti anda adalah

orang yang berani untuk mencoba, berbeda dari orang lain yang hanya menjadi

penonton. Lakukan yang terbaik menurut anda, selama itu memang pekerjaan yang

baik maka anda tidak perlu khawatirkan apapun, tindakan yang baik tidak akan

membahayakan siapapun termasuk diri anda sendiri.

h) Tempatkanlah malu pada tempatnya

Page 33: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

33

Jangan salah dalam menempatkan malu pada tempatnya, jika mencuri tidak merasa

malu, jika melanggar aturan dikatakan hebat, tapi jika melakukan kebaikan kita

merasa malu seperti membuka bisnis dan berbuat kebaikan yang lainnya. Jika tidak

bisa menempatkan malu pada tempatnya maka kita akan minder dalam melakukan

hal-hal yang baik.

i) Menjadi diri sendiri

Setiap orang sudah diberikan oleh Tuhan kebaikan dan kelebihan, tidak perlu minder

dengan kekurangan diri. Jadilah diri sendiri dengan melakukan yang terbaik, karena

orang lain belum tentu lebih baik dari kita. Kita yang tahu apa yang terbaik untuk kita,

oleh karena itu lakukan yang terbaik dan perbaiki diri serta mengembangkan diri

untuk menjadi lebih baik.

j) Tonjolkan kelebihan

Untuk meningkatkan kepercayaan diri maka tonjolkan kelebihan yang dimiliki,

karena dengan demikian, kita akan percaya dengan kemampuan diri sendiri. Tidak

merasa minder karena kita juga mempunyai kelebihan seperti orang lain yang

mempunyai kelebihan.

MATERI 5

KEBUTUHAN PSIKOLOGIS REMAJA

DESKRIPSI SINGKAT

Masa perkembangan remaja akan timbul kebutuhan atau keinginan untuk menjadi sesuatu

(Gunarsa, S., 2008). Kebutuhan tersebut harus diperhatikan oleh orang tua agar anak

mereka memiliki potensi dan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Rotter (dalam Feist & Feist, 2010) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau

seperangkat perilaku yang dapat menggerakkan individu ke arah suatu tujuan. Kebutuhan

bukan sesuatu kondisi kekurangan atau rangsangan, akan tetapi kebutuhan merupakan

indikator dari tujuan perilaku. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan “as desire to

become more and more what one is, to become everything that one is capable of

becoming” (Gunarsa S., 2008).

Page 34: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

34

Maslow (dalam Gunarsa, S., 2008), kebutuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

:

a. Kelompok kebutuhan dasar, kebutuhan primer atau kebutuhan fisiologis, seperti makan,

minum, oksigen dan lain-lain,

b. Kelompok kebutuhan sekunder atau kebutuhan psikologis, seperti cinta, kebutuhan

akan kasih sayang, kebutuhan rasa terlindungi dan aman, serta kebutuhan untuk

mengetahui sesuatu. Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa

kebutuhan merupakan suatu konstruk yang mewakili suatu daya pada bagian otak,

kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi dan kegiatan

sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah

tertentu. Setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi dan

seringkali oleh tindakan instrumental tertentu yang efektif untuk menghasilkan

keadaan akhir yang diinginkan (Hall & Lindzey, 1993).

Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe kebutuhan,

yaitu 1) Kebutuhan primer / kebutuhan viskerogenik Kebutuhan primer atau kebutuhan

viskerogenik berhubungan dengan peristiwa peristiwa organis tertentu yang khas, dan

secara khusus berkenaan dengan kepuasan-kepuasan fisik. Contohnya adalah kebutuhan

akan udara, air, makanan, seks, laktasi, buang air besar dan buang air kecil;

2) Kebutuhan sekunder/kebutuhan psikogenik Kebutuhan sekunder atau kebutuhan

psikogenik berasal dari kebutuhan primer dan ditandai oleh tidak adanya hubungan

dengan proses-proses organis atau kepuasan fisik khusus. Kebutuhan sekunder umumnya

psikologis, seperti kebutuhan untuk mengasuh, kemerdekaan, dan prestasi.

Adapun kebutuhan psikogenik menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) adalah

a. Need of Achievement (Prestasi): Menyelesaikan sesuatu yang sulit; mengunggulkan diri;

menyaingi dan mengungguli orang lain; meningkatkan harga diri dengan menyalurkan

bakat secara berhasil.

b. Need of Affiliation (Afiliasi): Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang

disukai; patuh dan tetap setia pada seorang kawan, menjalin persahabatan.

c. Need of Autonomy (Otonomi): Bebas; menolak untuk dipaksa atau dilarang;

menghindari atau meninggalkan kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh autoritas-

autoritas yang menguasai; tidak terikat, tidak bertanggung jawab.

Page 35: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

35

d. Need of Counteraction (Memperbaiki situasi): Menguasai atau memperbaiki kegagalan

dengan berjuang lagi; menghilangkan pelecehan dengan memulai tindakan; menekan

perasaan takut; mempertahankan harga diri dan kebanggaan pada taraf yang tinggi.

e. Need of Defendance (Membela diri): Mempertahankan diri terhadap serangan, kritik

dan celaan; menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, kegagalan atau

penghinaan; mempertahankan diri.

f. Need of Deference (Sikap hormat): Memuji, menghormati, atau menyanjung; dengan

senang hati tunduk pada pengaruh orang lain yang dikenal; menyesuaikan diri dengan

kebiasaan.

g. Need of Order (Ketertiban): Mengatur barang-barang; menjaga kebersihan, susunan,

keseimbangan, keteraturan, ketelitian.

h. Need of Understanding (Pemahaman): Menanyakan atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan umum; tertarik pada teori; memikirkan, merumuskan, menganalisis, dan

menggeneralisasikan.

Kebutuhan psikologis merupakan tindakan atau perilaku individu dalam

memenuhi perasaan atau kepuasan yang bersifat psikologis, seperti kebutuhan akan sikap

merendah, prestasi, afiliasi, agresi, otonomi, counteraction, membela diri, sikap hormat,

dominasi, sikap menonjolkan diri, menghindari bahaya, menghindari rasa hina, sikap

memelihara, ketertiban, permainan, penolakan, keharuan, seks, pertolongan dalam

kesusahan, dan pemahaman.

Page 36: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

36

MODUL PENELITIAN

MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK

HUMAN INTERPERSONAL CARING TERHADAP KEBUTUHAN

PSIKOLOGIS REMAJA DI PANTI ASUHAN

Page 37: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

37

Oleh

Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep,Sp.Kom

Dr. Dwi Ananto Wibrata, SST, M.Kes

Loetfia Dwi Rahariyani, SKp, MSi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN JESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

2018

DAFTAR ISI

Hal.

Materi 1

Faktor Predisposisi dan nilai –

nilai asuhan

.................................................................

1

Materi 2

Faktor pendukung dan caring

environment

................................................................

6

Materi 3

Faktor Pendorong

.................................................................

13

Materi 4

Perilaku Interpersonal Human

Caring

.................................................................

24

Materi 5

Kebutuhan Psikologis

...................................................................

33

Page 38: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

38

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad. (2006). Psikologi Remaja. Bumi Aksara, Jakarta.

Bartt, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia, Jakarta.

Burgon & Huffner. (2002). Human Communication. Sage, London.

Dirk van Dierendonck, Dario D, Raquel Rodrı,C.,Guez-Carvajal, Amalio Blanco,

Bernardo Moreno-Jime. (2008). Ryff’s Six-factor Model of Psychological Well

being, A Spanish Exploration. Social Indicators Research, Vol.87 tahun 2008, 473-

479

Eny Kusmiran. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika.

Jakarta.

Feist & Feist. J.G., (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Salemba Humanika. Jakarta.

Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self Esteem Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan.

Jurnal Psikologi, 52-70.

Page 39: MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK …digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Course-486… · Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

39

Gunarsa, Singgih. D (2008). Psikologi Anak: Psikologi Anak dan Remaja. PT. BPK

Gunung Mulia, Jakarta.

Hall,Calvin S dan Lindzey,Gardner. (1993). Psikologi Kepribadian I Teori-teori

Psikodinamik (Klinis), Kanisius, Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth B. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang kehidupan edisi ke lima (Alih Bahasa : Dra. Istiwidayanti dan Drs.

Soedjarwo). PT.Erlangga. Jakarta.

Kemsos R.I. (2011). Permensos R.I. No. 30/HUK/2011 Tentang Standar Nasional

Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial.

Kemkes R.I. (2014). Permenkes RI. No.25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.

Kozier, B. (2011). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Nur Amaliyah dan Prihastuti. (2014). Perbedaan Self Esteem Remaja Panti Asuhan di

Surabaya Ditinjau dari Persepsinya Terhadap Pola Asuh. Jurnal Psikologi dan

Kesehatan Mental, Vol.3, No.3. Hal. 140-145.

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1

Ed. 7, Salemba Medika, Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, Rineka

Cipta.

Tomey, A.M., (2010). Nursing theorists and their work. Seven edition, Elsevier. United

States of America.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan