58
Koperasi Usaha Mikro Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kecil Menengah Sebagai Pilar Ekonomi Sebagai Pilar Ekonomi Masyarakat Masyarakat Izza Mafruhah

Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Koperasi Usaha Mikro Kecil Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Sebagai Pilar Menengah Sebagai Pilar Ekonomi MasyarakatEkonomi Masyarakat

Izza Mafruhah

Page 2: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Visi Kabupaten Wonogiri…

UMKM di Wonogiri mencapai 94.000

Koperasi di Wonogiri mencapai 7.852 ( 6.912 koperasi RT & 940 koperasi Umum )

Page 3: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ciri-ciri sistem ekonomi kerakyatan

Pemihakan, pemberdayaan dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya .

Penegakan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah.

Pemberdayaan kegiatan EKORA sangat terkait dengan upaya menggerakkan ekonomi pedesaan

Page 4: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pemanfaatan dan penggunaan lahan dan sumber daya alam

Penciptaan iklim usaha yang sehat dan intervensi yang ramah pasar dengan menciptakan pasar yang kompetitif

Page 5: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pengertian Umum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Lembaga Istilah Pengertian Umum

(1) (2) (3)

UU Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Usaha Kecil Aset Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omset Rp 1 Milyar / tahun Independen

Usaha Mikro Pekerja < 5 orang, termasuk tenaga kerja keluarga

Usaha Kecil Pekerja 5 – 9 orang

BPS

Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang

Usaha Mikro Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan Omset < Rp 1 Milar/tahun Independen

Menteri Negara Koperasi dan UKM

Usaha Menengah Aset > Rp 200 juta Omset: Rp 1 – 10 milyar per tahun

Usaha Mikro Dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana dan mudah keluar masuk industri

Usaha Kecil Aset < Rp 200 juta Omset < Rp 1 Milyar

Bank Indonesia (PBI No.7/39/PBI/2005)

Usaha Menengah Untuk kegiatan industri, aset < Rp 5 milyar. Untuk lainnya (termasuk jasa), aset < Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan Omset < Rp 3 milyar per tahun

Usaha Mikro Pekerja < 10 orang Aset < $ 100.000 Omset < $ 100.000 per tahun

Usaha Kecil Pekerja < 50 orang Aset < $ 3 juta Omset < $ 3 juta per tahun

Bank Dunia

Usaha Menengah Pekerja < 300 orang Aset < $ 15 juta Omset < $ 15 juta per tahun

Page 6: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ciri – ciri usaha Mikro

a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang sederhana atau masih sangat sedikit yang mampu membuat catatan neraca usahanya,

b. Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rerata sangat rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki jiwa kewirausahaan yang memadai,

c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir atau tengkulak,

d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP,

e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki kurang dari 4 orang

Page 7: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain:

a. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha,

b. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata berpendidikan SMA dan sudah ada pengalaman usahanya,

c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk NPWP,

d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada Bank, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasi/pendampingan,

e. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5 – 19 orang.

Page 8: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ciri Usaha menengaha. Telah memiliki manajemen dan oraginsasi yang lebih baik, lebih

teratur, bahkan lebih modern dengan pembagian tugas yang jelas antara bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi,

b. Telah memiliki manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntasi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh Perbankan,

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan organisasi dan organisasi perburuhan. Sudah ada program Jamsostek dan pemelihraan kesehatan.

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin gangguan, (HO), izin usaha, izin tempat, NPWP, dan upaya pengelolaan lingkungan dll.

e. Telah sering bermitra dan memanfatkan pendanaan yang ada di Bank,

f. SDM-nya sudah lebih meningkat banyak penggunaan Sarjana sebagai Manajer,

g. Pada umumnya memiliki karyawan antara 20-99 orang,

Page 9: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Koperasi

Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan.

Gerakan Koperasi: Keseluruhan organisasi Koperasi dan kegaiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita Koperasi.

Sistem ekonomi Pancasila

Page 10: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Mengapa Koperasi Penting ?

1. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam situasi proses globalisasi ekonomi yang makin meluas.

2. Mempercepat pemerataan yang makin mendesak mengingat 36,2 juta rakyat masih berada di bawah garis kemiskinan.

3. Memelihara kesinambungan kegiatan pembangunan yang stabil dan dinamis dalam rangka mengantisipasi kemungkinan adanya berbagai kendala yang menghambat upaya kita menjawab kedua tantangan di atas.

Page 11: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ciri-ciri Koperasi

a. Badan usaha yang berbentuk Badan Hukum Indonesia;

b. Memiliki modal sendiri dan atau modal luar;c. Usahanya mengutamakan yang berhubungan

lansung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan kesejahteraan anggota;

d. Memiliki tempat kediaman hukum tetap;e. Berdiri sendiri bukan merupakan anak atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

Istilah koperasi

Page 12: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI PILAR

EKONOMI MASYARAKAT DAN PERMASALAHAN UMKM

Page 13: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kenapa UMKM penting ?

a. Terhadap Pembentukan PDB

Usaha Kecil Usaha Besar TAHUN Nominal Persen Nominal Persen

2005 Rp 1.491,06 trilyun 53,54% Rp 1.293,90 trilyun 46,46% 2006 Rp 1.778,75 trilyun 53,28 % Rp 1.257,65 trilyun 46,72%

Page 14: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kenapa UMKM penting ? Data jateng (hal 330 -333)

b. Terhadap nilai ekspor nasional

Usaha Kecil Menengah TAHUN Nominal Persen

2005 Rp 110,34 trilyun 15,44 % 2006 Rp 122,20 trilyun 15,70%

Page 15: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kenapa UMKM penting ?

c. Terhadap penyerapan tenaga kerja

Usaha Kecil Menengah TAHUN Nominal Persen

2005 82.233.793 96,28 % 2006 85.416.493 96,18%

Page 16: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Keunggulan pelaku UMKM

Salah satu keunggulan UMKM adalah kemauan mereka untuk memperjuangkan usaha yang dimiliki, misalnya ketika usaha skala besar masih terus merengek dengan tingkat bunga bank sebesar 13% per tahun, UMKM tetap dapat bertahan dengan tingkat bunga 5% / bulan atau hampir 60 % per tahun, dalam jeratan lintah darat

Page 17: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kelemahan pelaku UMKM

Beberapa kelemahan dari usaha mikro kecil dan menengah meliputi :

1. Kurangnya akses permodalan dan kredit

2. Kurangnya penyuluhan dan alih tehnologi

3. Minimnya desain dan standarisasi produk

4. Pembukaan akses pemasaran baik dalam maupun luar negeri

Page 18: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kelemahan pelaku UMKM

Survey yang dilakukan oleh GTZ Red (Regional Economic Development ), terhadap iklim usaha di kabupaten kota se Subosukawonosraten menunjukkan

45 % pengusaha mikro dan menengah mengalami masalah dengan akses pasar,

20% mempunyai permasalahan mengenai peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor usahanya

70% mempunyai permasalahan dengan akses permodalan.

Page 19: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Penyebab keberhasilan Wirausaha

1. Adanya visi dan tujuan yang jelas2. Bersedia untuk mengambil resiko uang dan waktu3. Terencana dan terorganisir4. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya5. Mengembangkan hubungan yang baik dengan

karyawan = Peningkatan produktifitas6. Memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan

ataupun kegagalan

Page 20: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Penyebab kegagalan UMKM

1. Tidak kompeten dalam managerial2. Kurang pengalaman baik dalam kemampuan

tehnik 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan4. Gagal dalam perencanaan5. Lokasi yang kurang memadai6. Kurangnya pengawasan peralatan7. Sikap kurang sungguh – sungguh dalam berusaha8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/

transisi kewirausahaan9. Kurangnya informasi mengenai pendanaan

Page 21: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pola Pengembangan

Pertumbuhan ekonomi khususnya melalui usaha mikro kecil menengah mambutuhkan peran serta baik pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. ( peran stakeholder )

Pola kemitraan ini harus dibangun dalam model sinergisitas yang mencakup pihak – pihak yang berkompeten. ( contoh pola kemitraan )

Secara umum model yang direkomendasikan dalam pola – pola kemitraan, adalah dengan memberikan peran yang setara antara tiga aktor pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.

Page 22: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pengembangan KUKM

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025. Pembangunan bidang koperasi dan UKM, secara eksplisit ditujukan pada upaya untuk mewujudkan bangsa yang berdaya-saing dalam rangka memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global

Page 23: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Prioritas dan arah kebijakan pembangunan di bidang KUKM

1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) agar memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing;

2. Mengembangkan usaha skala mikro dalam rangka peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah;

3. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender dengan cara memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan, memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan, memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi;

Page 24: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

4. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan, termasuk mendorong peningkatan ekspor;

5. Meningkatkan UMKM sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; dan

6. Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sesuai dengan jati diri koperasi

Page 25: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Membangitkan Kembali Jatidiri KUKM Sebagai Pilar Ekonomi

Masyarakat

Page 26: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pengembangan Ekonomi Lokal

Hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan parastakeholders termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru.

Page 27: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pergeseran Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal

Komponen Konsep Lama Konsep Baru

Lapangan kerja Lebih banyak perusahaan = lebih banyak lapangan kerja

Perusahaan yang mengembangkan pekerjaan berkualitas yang sesuai untuk penduduk setempat

Basis Pembangunan Sektor

pembangunan sector ekonomi

Pembangunan kelembagaan ekonomi baru

Aset lokasi Keuntungan komparatif berdasar asset fisik

Daya saing berdasarkan kualitas lingkungan

Sumber daya Ketersediaan tenaga kerja

Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi

Page 28: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pergeseran Fokus Pengembangan Ekonomi Lokal

FOCUS TOOLS 1960an – 1980an (public sector only)

- Menarik investasi manufaktur dari luar Daerah

- Menarik investasi asing langsung (foreign direct investment/ FDI)

- Membangun / investasi prasarana fisik

- Hibah besar, keringanan pajak, pinjaman bersubsidi bagi investasi manufaktur

- Subsidi investasi prasarana fisik - Penekanan biaya produksi

dengan - teknik seperti buruh murah.

Page 29: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

1980an – 1990an (public sector driven)

- Melindungi dan menumbuhkan bisnis lokal saat ini

- Melanjutkan titik berat pada menarik investor dalam negeri tapi biasanya lebih pada sektor spesifik atau pada area tertentu

- Pembayaran langsung kepada bisnis individu-Inkubasi bisnis/ tempat kerja

- Bimbingan dan pelatihan kepada UKM

- Bantuan teknis - Bantuan start-up usaha - Investasi fisik dan non-fisik

Page 30: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Akhir 1990an – seterusnya (public sector led) - Membuat keseluruhan

lingkungan bisnis kondusif - Investasi non-fisik

(pengembangan SDM, rasionalisasi peraturan)

- Kemitraan pemerintah-swasta - Mendorong investasi sektor

swasta ke barang publik - Target tinggi untuk menarik

investasi, membangun daya saing lokasi

- Strategi holistik untuk menyediakan lingkungan bisnis yang kompetitif dan rangsangan bagi pertumbuhan bisnis setempat

- Networking dan kerjasama antar komunitas

- Memfasilitasi business clusters (kumpulan bisnis yang saling berkaitan)

- Pengembangan SDM - Menunjang peningkatan

kualitas hidup.

Page 31: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

PENGEMBANGAN EKONOMI BERBASIS POTENSI LOKAL

Variasi skala usaha UMKM di Kabupaten Wonogiri berturut-turut adalah sebagai berikut: UMKM skala mikro 36 persen, skala kecil 36 persen dan skala menengah 28 persen.

UMKM di Kabupaten Wonogiri sebagian besar bergerak di Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 55 persen; Sektor Pertanian sebesar 29 persen; Sektor Pertambangan sebesar 13 persen Sektor Perdagangan sebesar 3 persen.

Page 32: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

PENGEMBANGAN EKONOMI BERBASIS POTENSI LOKAL

Berdasar cakupan pemasaran, sebagian besar produk UMKM di Kabupaten Wonogiri lingkup lokal dan regional (65 persen). lingkup nasional 27 persen berorientasi ekspor 7 persen.

Page 33: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Berangkat dari kondisi Riil tersebut, maka UMKM menjadi unsur penting dalam peningkatkan PAD di Kabupaten Wonogiri

Page 34: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pendekatan Perencanaan Ekonomi Lokal

Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun economic competitiveness (daya-saing ekonomi) suatu kota untuk meningkatkan ekonominya.

Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan (kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar.

Page 35: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

4 kategori penilaianyang digunakan untuk mengukur daya saing:

Struktur ekonomi: komposisi ekonomi, produktivitas, output dan nilai tambah, serta tingkat investasi asing atau domestic. Beberapa teknik analisis yang biasa digunakan perencana, termasuk: location quotient (LQ), shift-share analysis, economic base analysis, regional income indicators, dst.

Potensi wilayah: yang non-tradeable seperti lokasi, prasarana, sumber daya alam, amenity, biaya hidup dan bisnis, citra daerah

Page 36: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Sumber daya manusia: kualitas SDM yang mendukung kegiatan ekonomi

Kelembagaan: konsistensi kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat yang pro- PEL, serta budaya yang mendukung produktivitas.

Page 37: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Metode penilaian yang dapat digunakan, yaitu:

1. Ekonomi wilayah,

2. Bench marking,

3. Analisis SWOT

Page 38: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ekonomi wilayah.

Berfokus pada analisis kuantitatif dari ekonomi kota. Variabel kuncinya termasuk struktur ekonomi dan biaya produksi di lokasi terutama biaya transport dan buruh. Kelebihan dari metode ini adalah efektivitasnya untuk menilai industri tradisional, labor intensif, menidentifikasi keunggulan komparatif dan faktor harga. Kelemahannya kurang mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti: stabilitas politik, dan produktivitas buruh, dan kontribusi dari sektor informal.

Page 39: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Benchmarking.

Identifikasi kota-kota sebagai acuan perbandingan untuk menyusun tujuan dan menggunakannya sebagai visi dan panduan. Seiring dengan perubahan pada kota acuan, kota yang mengacu juga dapat secara dinamis merubah visi masa depan kotanya. Metode ini dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat di antara kebijakan, perilaku dan outcomes di kota acuan, namun tidak mampu mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan akhir.

Page 40: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Analisis SWOT

Analisis yang biasa digunakan dalam perencanaan strategis untuk menilai kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan tantangan eksternal. Kelebihan dari metode ini adalah tidak membatasi tujuan dan informasi yang digunakan, dapat menggunakan informasi dari media masa, hasil interview dst. Kelemahannya hasilnya dapat bervariasi tergantung pada sudutpandang atau variasi dari personel yang terlibat

Page 41: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pengembangan Ekonomi Lokal

Hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan parastakeholders termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru.

Page 42: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Proses perencanaan dan implementasi pengembangan ekonomi lokal dilaksanakan secara kolektif antara ketiga unsur: pemerintah – swasta – masyarakat. Antara ketiganya saling terkait dalam menentukan keberhasilan kebijakan PEL. Kegiatan usaha yang sukses menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Agar sukses kegiatan usaha tergantung pada kondisi lokal. Orientasi Kepada Pengembangan Ekonomi Lokal Pemerintah daerah mempunyai peran besar dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi dunia usaha.

Page 43: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pendekatan Perencanaan Ekonomi Lokal

Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun economic competitiveness (daya-saing ekonomi) suatu kota untuk meningkatkan ekonominya.

Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan (kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar.

Page 44: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL PARTISIPATIF

Prinsip ekonomi Mulai dengan kebutuhan pasar Fokuskan pada cluster dari kegiatan ekonomi

yang ada, yang produksinya dijual di luar daerah (economic base), dan multiplier effect di daerahnya kuat,

Hubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada perusahaan pengekspor (ke luar daerah).

Page 45: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Prinsip kemitraan Kemitraan adalah TANGGUNG JAWAB kepada

mereka yang diwakilinya Pemerintah dan sektor swasta BERBAGI tanggung-

jawab dalam pengambilan keputusan, Sektor swasta belajar untuk mengambil PERAN

AKTIF tidak sekedar pasif, Pemerintah daerah belajar untuk mendengar dan

BERESPONS, tidak sekedar memerintah dan mengontrol,

Kemitraan mengandalkan SUMBER DAYA LOKAL, bukan bantuan dari luar,

Inisiatif digerakkan oleh PEMBELI, PASAR dan PERMINTAAN, bukan produksi atau supply.

Page 46: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Prinsip kelembagaan

Identifikasi stakeholders (unsur pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat) yang terkait dengan cluster yang akan dikembangkan,

Fasilitasi dialog di antara mereka untuk menghasilkan ide dan inisiatif,

Mobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang inisiatif yang diusulkan,

Kembangkan atas dasar kelembagaan dan kegiatan ekonomi yang ada saat ini.

Page 47: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

PELP intinya berfokus pada lima kata kunci: Ekspor - Pemasaran klaster Kemitraan Pemberdayaan.

Page 48: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Ekspor (ke luar daerah). PELP memprioritaskan untuk pengembangan kegiatan yangberorientasi ekspor ke luar daerah, karena kegiatan ini memberikan: permintaan lebih besar, pasar lebih luas, memberikan tambahan pendapatan (devisa) bagi daerah.

Page 49: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pemasaran. Usaha Kecil dan Menengah sering mengeluh kekurangan permintaan, sementara Usaha Menengah-Besar mengeluh sering permintaan besar, tapi sulit untuk menyediakan produk dalam kuantitas, kualitas dan waktu yang diminta. Maka pendekatan PELP adalah menghubungkan produsen skala kecil dengan yang lebih besar.

Klaster, yaitu kelompok dari kegiatan ekonomi sejenis, dari hulu hingga hilir. Tujuannya adalah agar mata-rantai produksi-pasar (supply chain) terbina. Pengembangan cluster diprioritaskan dengan menilai: potensinya untuk diekspor ke luar daerah; luasnya efek-ganda (multipliers) dan nilai tambah, serta jumlah usaha kecil yang terlibat dalam cluster.

Page 50: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Kemitraan stakeholders. Forum kemitraan stakeholders yang terkait dengan cluster yang dipilih dibentuk, dengan keanggotaan antara lain: Produser (petani, nelayan, pengolah sekunder); pedagang, pengumpul dan grosir, dinas dan lembaga yang terkait dengan cluster di Pemda, BUMD (kalau ada), lembaga keuangan, pusat pelatihan dan penelitian, KADIN, LSMs, termasuk pembeli besar dari luar daerah.

Page 51: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pemberdayaan forum. Dalam pemberdayaan forum kemitraan, diarahkan agar: kelompok relatif kecil, yang fokus kepada berbagi kepentingan bersama. Memberdayakan forum kemitraan untuk saling berbagi (sharing) dalam merumuskan masalah, solusi, rencana tindakan. Mendelegasikan kewenangan kepada kemitraan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan usaha dan kerjasana dengan pihak terkait.

Page 52: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Rencana Tindak…

Page 53: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Pengembangan Jejaring &

Kerjasama

Akses

Pasar

Kualitas

Produk

Keberlanjutan Usaha Mod

al

Permasalahan dan tantangan Koperasi

Solusi Altenatif

Page 54: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Permasalahan Di Bidang Akses Pasar & Peningkatan Kualitas Produk

Informasi Kebutuhan Konsumen

Idea Generation

Product Dev.

Perkembangan Dunia Usaha

Inovasi Product (ATM)

Product Trend

Penggunaan Komunikasi

Media of Mark. & Prom.

Networking & Partnership

Informasi Peluang Usaha (slide angsa )

Business SharingBusiness

Diversification

Page 55: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Permasalahan di Bidang Keberlanjutan Usaha

Simplifikasi Administrasi

Usaha

Standarisasi (Akuntansi)

Kondisi kesehatan khususnya keuangan

Simplifikasi Kualitas

Kehidupan Kerja

Kebut. Pelatihan SDM (Hardskills & Softskills)

Culture Change (Habits & Atitude) (slide attitude)

Peningkatan Infrastruktur

Supporting Systems

Keterbatasan dan Kendala

Tantangan regional & nasional

Pembentukan image/Citra diri

Pesaing bisnis sejenis

Page 56: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Permasalahan di Bidang Pemodalan

Persyaratan Umum

Company Profile

Catatan Finansial

Akses ke Sumber Modal

Bantuan Bank

Bantuan Pem(PKKBL)

Akses KerjasamaInvestor

Page 57: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Jaringan kelembagaan

PEMERINTAHDAERAHPromosi,

pembinaan dan perlindungan/periji

nan

Lembaga Pendamping

(Asosiasi)Pelatihan,

Pendampingan manajemen, adminstrasi

keuangan, ICT

KOPERASi

PRODUK barang/ JasaYANG DIMINATI PASAR

PASAR LUAS

LKB/ LKBB

DINAS KOPERASI

Pembinaan

Page 58: Modul Pelatihan an KUKM Wonogiri

Terima Kasih…..

Selamat Bekerja……