8
BULETIN BULANAN SURAU BAITUL AMIN DEPOK EDISI 03 2011 Padahal kita bisa menghindari itu. Demikian kiranya hal yang dipesankan Pimpinan Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH, dalam suatu kesempatan dialog dengan segenap jamaah di Surau Baitul Amin, Bojongsari, awal Maret lalu. Menurut beliau, saat suatu berita atau informasi kita terima, telitilah apakah informasi melibatkan kita atau pembawa kabar itu. ‘Apakah kita korban atau pelaku- nya?’ Itulah pertanyaan yang patut kita tanyakan. Dan, kalau informasi itu tidak penting untuk dibicarakan, maka berhenti- lah membicarakannya. Dalam kesempatan itu pula, Pimpinan Yayasan mengingatkan kembali untuk menghindari bergunjing dengan mengacu kepada firman Allah SWT dalam kitab suci Al Quran, Al A’Raaf (7) ayat 56: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada- Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesung- guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Memaknai ayat ini, Ustadz Gugun Tajuddin, jamaah yang berasal dari Serang, Banten, menyampaikan, “Berbuat kerusa- kan bukan hanya menebang pohon. Atau membuang sampah sembarangan. Tapi juga termasuk bergosip, bergunjing,” tegas beliau untuk mengingatkan para jamaah akan keburukan bergunjing. Terkait bergunjing, Pimpinan Yayasan berpesan, “Tekan sampai nol. Tidak akan turun rahmat kepada rumah atau komuni- tas yang masih melakukan hal itu.” Bergunjing, atau ‘ghibah’ ini dengan jelas didefinisikan dalam hadits Nabi Muham- mad Rasulullah SAW, sebagai berikut: “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai" (HR. Muslim). Lebih lanjut, dalam Al Quran Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 12 tentang prasangka dan menggun- jing yang diibaratkan bagaikan bangkai saudara sendiri, sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing Ingin Raih Kebahagiaan? Stop Bergunjing! Seringkali kita menyikapi suatu kabar tanpa menelitinya dengan seksama. Itu yang dapat menyu- burkan tumbuhnya “empat serangkai GPBF” yaitu: gosip, prasangka, bergunjing dan fitnah. Kabar yang seolah remeh dapat berkembang menjadi pergunjin- gan dan menimbulkan kerusakan. Tgl. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Shubuh 4:34 4:34 4:34 4:35 4:35 4:35 4:36 4:36 4:36 4:37 4:37 4:38 4:38 4:39 4:39 Zhuhur 11:50 11:50 11:51 11:51 11:51 11:52 11:52 11:53 11:53 11:53 11:54 11:54 11:55 11:55 11:56 Ashar 15:12 15:12 15:13 15:13 15:13 15:14 15:14 15:15 15:15 15:16 15:16 15:16 15:17 15:17 15:18 Maghrib 17:44 17:44 17:44 17:45 17:45 17:45 17:45 17:46 17:46 17:47 17:47 17:47 17:48 17:48 17:49 Isya’ 18:58 18:58 18:59 18:59 18:59 19:00 19:00 19:01 19:01 19:02 19:02 19:02 19:03 19:03 19:04 Jadwal Sholat Juni 2011 Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya (Bersambung ke hal. 7 kol. 1) Syaikh Abu Yazid Al-Bistami QS Syaikh Sufi Taat Syariat Liburan Anshor SBA ke Bandung Bersukacita dan Beribadah BKS DKI Jakarta & Banten Perjalanan Silaturahim ke Karawang dan Serang Kesan Sahabat: Joko Trisusilo Kayak Rombongan Yang Mau Bertobat 3 4 5 6 Akhlakul Karimah Mencari Tuhan Tanpa Banyak Bertanya Halaman 7

mozaik 2011 03

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Seringkali kita menyikapi suatu kabar tanpa menelitinya dengan seksama. Itu yang dapat menyuburkan tumbuhnya “empat serangkai GPBF” yaitu: gosip, prasangka, bergunjing dan fitnah. Kabar yang seolah remeh dapat berkembang menjadi pergunjingan dan menimbulkan kerusakan.Perjalanan manusia dalam menemukan Tuhannya berbeda-beda. Salah satunya perjalanan Dr.Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ atau akrab disapa kak Tutun. Ia merasakan, justru karena kesederhanaan tanpa banyak bertanya, ia diberikan banyak kemudahan. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) periode 2009-2013 ini menuturkan bagaimana perjalanannya dalam bersurau.Setelah Iman Ja’far as-Shadiq RA, guru rohani dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah adalah Sayyidi Syaikh Abu Yazid al-Bistami QS. Sama seperti Imam Ja’far as-Shadiq, Syaikh Abu Yazid yang nama kecilnya Tayfur ibn Isa ibn Surusyan juga merupakan guru rohani bagi kelompok-kelompok (tarekat) lainnya.Salah satu program rutin Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jakarta Raya dan Banten adalah silaturrahim ke surau-surau di daerah. Akhir Februari lalu rombongan Pengurus BKS berkunjung ke Surau Baitul Amin 9 Karawang. Sebulan berikutnya, anjangsana ke Surau Serang, Banten.Para sahabat memberikan teladan akan mendalamnya kecintaan dan tingginya adab terhadap Rasulullah SAW. Orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama memeluk Islam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah kaum yang mempunyai keutamaan, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 100. Para sahabat Rasulullah SAW, generasi berikutnya dan generasi berikutnya adalah sebaik-baik manusia, menurut Hadits Bukhari & Muslim.

Citation preview

Page 1: mozaik 2011 03

B U L E T I N B U L A N A NS U R A U B A I T U L A M I N D E P O K

E D I S I

032011

8

8Padahal kita bisa menghindari itu.

Demikian kiranya hal yang dipesankan Pimpinan Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH, dalam suatu kesempatan dialog dengan segenap jamaah di Surau Baitul Amin, Bojongsari, awal Maret lalu. Menurut beliau, saat suatu berita atau informasi kita terima, telitilah apakah informasi melibatkan kita atau pembawa kabar itu. ‘Apakah kita korban atau pelaku-nya?’ Itulah pertanyaan yang patut kita tanyakan. Dan, kalau informasi itu tidak penting untuk dibicarakan, maka berhenti-lah membicarakannya. Dalam kesempatan itu pula, Pimpinan Yayasan mengingatkan kembali untuk menghindari bergunjing dengan mengacu kepada firman Allah SWT dalam kitab suci Al Quran, Al A’Raaf (7) ayat 56:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesung-guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Memaknai ayat ini, Ustadz Gugun Tajuddin, jamaah yang berasal dari Serang,

Banten, menyampaikan, “Berbuat kerusa-kan bukan hanya menebang pohon. Atau membuang sampah sembarangan. Tapi juga termasuk bergosip, bergunjing,” tegas beliau untuk mengingatkan para jamaah akan keburukan bergunjing.

Terkait bergunjing, Pimpinan Yayasan berpesan, “Tekan sampai nol. Tidak akan turun rahmat kepada rumah atau komuni-tas yang masih melakukan hal itu.” Bergunjing, atau ‘ghibah’ ini dengan jelas didefinisikan dalam hadits Nabi Muham-mad Rasulullah SAW, sebagai berikut: “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal

yang dia tidak sukai" (HR. Muslim).Lebih lanjut, dalam Al Quran Allah

SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 12 tentang prasangka dan menggun-jing yang diibaratkan bagaikan bangkai saudara sendiri, sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing

Ingin Raih Kebahagiaan? Stop Bergunjing!Seringkali kita menyikapi suatu kabar tanpa menelitinya dengan seksama. Itu yang dapat menyu-burkan tumbuhnya “empat serangkai GPBF” yaitu: gosip, prasangka, bergunjing dan fitnah. Kabar yang seolah remeh dapat berkembang menjadi pergunjin-gan dan menimbulkan kerusakan.

Tgl.

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

27

29

Shubuh

4:34

4:34

4:34

4:35

4:35

4:35

4:36

4:36

4:36

4:37

4:37

4:38

4:38

4:39

4:39

Zhuhur

11:50

11:50

11:51

11:51

11:51

11:52

11:52

11:53

11:53

11:53

11:54

11:54

11:55

11:55

11:56

Ashar

15:12

15:12

15:13

15:13

15:13

15:14

15:14

15:15

15:15

15:16

15:16

15:16

15:17

15:17

15:18

Maghrib

17:44

17:44

17:44

17:45

17:45

17:45

17:45

17:46

17:46

17:47

17:47

17:47

17:48

17:48

17:49

Isya’

18:58

18:58

18:59

18:59

18:59

19:00

19:00

19:01

19:01

19:02

19:02

19:02

19:03

19:03

19:04

Jadwal Sholat Juni 2011Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya

(Bersambung ke hal. 7 kol. 1)

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu-lah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”

Sementara ayat sebelumnya, yakni di Surat Al Hujuraat, ayat 11, Allah SWT melarang memperolok dan berprasangka antara satu orang dengan yang lainnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Tergelincir Ke Dalam GhibahKerap kali suatu pembicaraan yang

awalnya biasa-biasa saja dapat dengan

mudah berubah menjadi suatu pembic-araan yang masuk ke dalam kategori ghibah. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan berkomunikasi tanpa melalui orang ketiga, untuk mencegah adanya distorsi alias penyimpangan informasi.

Ada baiknya kita cermati proses komunikasi yang umumnya melibatkan beberapa pihak; ada orang yang menyam-paikan pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan orang ketiga. Kondisi ideal adalah ketika pesan disampaikan langsung dari penyampai ke penerima pesan dimana distorsi akan minimal. Proses komunikasi berkemungkinan mengalami gangguan salah saat mulai melibatkan orang ketiga. Pesan dari penyampai yang mampir ke pihak ketiga ditambahi penyimpangan informasi saat sampai ke penerima pesan.

Lalu, bagaimanakah cara menyikapi ‘bahaya laten’ bergunjing ini? Cara untuk mengetahui kebenaran adalah dengan bertanya dalam rangka untuk menelitinya, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Hujuraat ayat 6, yang terjemahnya adalah sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa meng-etahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Masyarakat Dzikrullah yang Berakhlakul Karimah

Sejatinya, menghindari ghibah ini adalah dalam rangka untuk memperbaiki akhlak untuk mewujudkan kondisi yang dijelaskan oleh Pimpinan Yayasan sebagai “masyarakat dzikrullah yang baik hati (berakhlakul karimah) sehingga menjadi khairu ummah yang rahmatan lil’alamin”.

Adapun gambaran dari suatu masyarakat yang berakhlakul karimah, menurut beliau adalah, “Masyarakat yang individunya terdiri dari dari orang-orang yang bersukacita, gembira, penuh seman-gat yang diwarnai rasa syukur dan sabar. Senyum tulus selalu menghiasi wajah mereka. Jika seseorang mengalami kemu-rungan karena sesuatu masalah, anggota masyarakat lain akan menghampiri dengan penuh empati, seraya membantu menghilangkan kemurungan itu. Di sana tidak ada aib, karena tidak seorang pun mau menceritakan aib orang lain. Perda-gangan dan pertumbuhan ekonomi berkembang pesat. Karena kerja keras, disiplin, kejujuran dan amanah selalu menghiasi perilaku mereka. Lingkungan pun bersih, karena mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau ada perselisihan selalu diselesaikan dengan cara yang indah dan penuh kasih sayang. Dan andaikata pun ada perselisi-han, tidak berakhir dengan perpecahan.” (DHY/NAV)

Syaikh Abu Yazid Al-Bistami QSSyaikh Sufi Taat Syariat

Liburan Anshor SBA ke BandungBersukacita dan Beribadah

BKS DKI Jakarta & BantenPerjalanan Silaturahim ke Karawang dan Serang

Kesan Sahabat: Joko TrisusiloKayak Rombongan Yang Mau Bertobat

3

4

5

6

Akhlakul Karimah

Informasi dalam iklan baris di bawah ini mungkin ada yang bermanfaat untuk anda

MemahamiKandungan Al-Qur’an

Kini Jadi Lebih MudahAl-Qur’an Bayan dilengkapi dengan:Terjemah bahasa Indonesia, Tanda tajwid dengan warna khusus pada huruf atau tanda baca, Asbabunnuzul atau sebab-sebab turunnya ayat, Hadist-hadist yang berkaitan dengan ayat, Munasabah ayat atau hubungan satu ayat dengan ayat lainnya, Mutiara ayat atau intisari yang terkandung dalam ayat-ayat, Untaian Hikmah, Panduan hukum-hukum tajwid, Indeks ayat Al-Qur’an, Munasabah Surah yaitu penjelasan hubungan satu surah dengan surah lainnya, Suplemen ayat-ayat tentang do’a, wanita dan keluarga.

Al-Qur’an Bayan dilengkapi dengan:Terjemah bahasa Indonesia, Tanda tajwid dengan warna khusus pada huruf atau tanda baca, Asbabunnuzul atau sebab-sebab turunnya ayat, Hadist-hadist yang berkaitan dengan ayat, Munasabah ayat atau hubungan satu ayat dengan ayat lainnya, Mutiara ayat atau intisari yang terkandung dalam ayat-ayat, Untaian Hikmah, Panduan hukum-hukum tajwid, Indeks ayat Al-Qur’an, Munasabah Surah yaitu penjelasan hubungan satu surah dengan surah lainnya, Suplemen ayat-ayat tentang do’a, wanita dan keluarga.

Penerbit Al-Qur’an Terkemuka

Untuk mempermudah Anda mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an Bayan, mohon ikuti petunjuk berikut ini:1. Buka Al-Qur’an Bayan, kemudian cari Surah, Halaman

dan Juz (1) yang anda inginkan.2. Bacalah tajwid Al-Qur’an (2) dan Mukadimah surah (3).3. Kemudian baca Terjemah dan catatan kaki atau

keterangan tambahan (4) untuk memahami makna ayat yang anda baca.

4. Setelah itu pahami juga Munasabah (5) yaitu hubungan satu surah dengan surah lainnya, Hadist yang berkaitan dengan ayat (6), Asbabunnuzul (7) yaitu sebab-sebab turunnya ayat, serta Mutiara ayat (8).

5. Lengkapi dengan membaca Untaian Hikmah (intisari) (9) dan Penutup surah (10).

“Al-Qur’an Bayan merupakan inovasi produk Al-Qur’an yang sangat bagus, namun kesakralannya tidak hilang dan mendorong ummat ber-Islam secara Kaffah”

H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI (Pengurus Surau Baitul Amin, Depok)

“Al-Qur’an Bayan sesungguhnya merupakan Al-Qur’an yang yang pertama dan terlengkap dari yang pernah diterbitkan sebelumnya di Indonesia”

Navigator Al-Qur’an Bayan

Agen-agen Penjualan

“Al-Qur’an Bayan merupakan inovasi produk Al-Qur’an yang sangat bagus, namun kesakralannya tidak hilang dan mendorong ummat ber-Islam secara Kaffah”

H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI (Pengurus Surau Baitul Amin, Depok)

“Al-Qur’an Bayan sesungguhnya merupakan Al-Qur’an yang yang pertama dan terlengkap dari yang pernah diterbitkan sebelumnya di Indonesia”

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si. (Menteri Agama Republik Indonesia)

“Al-Qur’an Bayan ini merupajan terobosan baru. Saya pribadi merasa bangga karena ini adalah upaya anak-anak negeri yang inovatif dalam upaya memudahkan dan memahami maksud kandungan Al-Qur’an Bayan”

KH. Ahmad Cholil Ridwan, Lc. (Ketua Majelis Ulama Indonesia)

“Pembaca awam seperti saya akan sangat terbantu oleh hadirnya Al-Qur’an Bayan ini”

H. Saifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur)

Jakarta:Lutfi Agency021-7900011

Depok:TB. Nurul Fikri021-7863803

Bandung:TB. Dahlan

Bogor:TB. Al-Amin

Medan:TB. Sembilan Wali

Surabaya:UD. Halim031-3521930

Malang:Cafe Qudsi0341-553511

Kudus:TB. Maqtaban M0291-434022

DI Yogyakarta:TB. Nada Nurani0274-558010

Juga tersedia di toko-toko buku Gramedia danGunung Agung di seluruh Indonesia.

Info Produk: 08-1111-00910 www.BayanQuran.com

TERSEDIA DI

TONIRBA(Toko Souvenir Baitul Amin)Curug, Bojongsari, Depok

info: 081319619242

10

1

23

4

5

6

7

8

9

Mencari Tuhan Tanpa Banyak Bertanya Halaman 7

Page 2: mozaik 2011 03

2 7

2

Padahal kita bisa menghindari itu. Demikian kiranya hal yang dipesankan Pimpinan Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH, dalam suatu kesempatan dialog dengan segenap jamaah di Surau Baitul Amin, Bojongsari, awal Maret lalu. Menurut beliau, saat suatu berita atau informasi kita terima, telitilah apakah informasi melibatkan kita atau pembawa kabar itu. ‘Apakah kita korban atau pelaku-nya?’ Itulah pertanyaan yang patut kita tanyakan. Dan, kalau informasi itu tidak penting untuk dibicarakan, maka berhenti-lah membicarakannya. Dalam kesempatan itu pula, Pimpinan Yayasan mengingatkan kembali untuk menghindari bergunjing dengan mengacu kepada firman Allah SWT dalam kitab suci Al Quran, Al A’Raaf (7) ayat 56:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesung-guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Memaknai ayat ini, Ustadz Gugun Tajuddin, jamaah yang berasal dari Serang,

Banten, menyampaikan, “Berbuat kerusa-kan bukan hanya menebang pohon. Atau membuang sampah sembarangan. Tapi juga termasuk bergosip, bergunjing,” tegas beliau untuk mengingatkan para jamaah akan keburukan bergunjing.

Terkait bergunjing, Pimpinan Yayasan berpesan, “Tekan sampai nol. Tidak akan turun rahmat kepada rumah atau komuni-tas yang masih melakukan hal itu.” Bergunjing, atau ‘ghibah’ ini dengan jelas didefinisikan dalam hadits Nabi Muham-mad Rasulullah SAW, sebagai berikut: “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal

yang dia tidak sukai" (HR. Muslim).Lebih lanjut, dalam Al Quran Allah

SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 12 tentang prasangka dan menggun-jing yang diibaratkan bagaikan bangkai saudara sendiri, sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing

http://facebook.com/mozaiksurau

D I K E L O L A O L E H :

http://twitter.com/baitulamin http://blog.baitulamin.org

Perayaan Kemerdekaan tahun 1968, bagi sebagian masyarakat Indonesia mengenangnya sebagai peristiwa semarak seiring dengan peralihan jaman dari orde lama ke orde baru. Namun bagi Kak Tutun, sehari setelah HUT Republik Indonesia ke 23 tersebut, adalah peristiwa penting dalam hidupnya, karena sejak malam itu ia menjadi jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah di Surau Baitul Amin.

”Waktu itu saya diajak Bang Hana ke surau. Saya nggak bertanya-tanya apa. Saya percaya aja karena yang ngajak saya itu sudah saya anggap seseorang yang sangat dekat, teman dekat, calon suami. Ya udah dia ajak ke surau saya mau aja.” ungkap kak Tutun. Tidak terasa, kalau dihitung dari sejak tahun masuknya, maka sudah hampir dua pertiga usianya ia berkhid-mat sebagai pengamal tarekat. Baginya, tarekat bukan hal yang baru dalam kehidu-pannya. Ayahnya juga pengamal tarekat di pesantren Abah Sepuh Suralaya. Bang Hana adalah panggilan akrab bagi Abangda Drs. Hana Djumhana Bastaman, MPsi., yang saat itu teman seperkuliahan Kak Tutun di Universitas Indonesia (UI), yang telah lebih dulu menjadi ikhwan di Surau Baitul Amin pada tahun 1966.

”Karena saya sederhana gitu, saya tidak memperhatikan detail-detailnya itu, pokoknya bagi saya adalah tarekat. Dan tarekat itu adalah jalan mendekatkan diri kepada Allah.” ujarnya.

Ia juga bersyukur mempunyai pendamping hidup seperti Bang Hana karena dalam hidup, keduanya saling mengisi. Contohnya, adalah dalam mem-pelajari agama Islam. Ketika Kak Tutun memerlukan hadits atau dalil, ia akan menanyakan ke Bang Hana yang mempu-nyai ketertarikan dan mempelajari ayat atau hadits secara mendalam.

”(Saya) sudah punya sumber referensi (dalam mendalami agama).” aku kak Tutun. Hal ini membantu Kak Tutun mendapatkan kemantapan dalam hidup sehari-hari atau apa pun baik dalam peramalan dan beragama. ”Tinggal tanya sama Bang Hana, gitu. Sederhana. Kalaupun saya harus mencari sendiri, pasti ditunjukin di mana bukunya,” ungkapnya.

Baginya, ia percaya bahwa karena kesederhanaan maka ia diberi-kan banyak kemudahan. Salah satu kemudahan yang ia rasakan adalah ketika menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Tahun 1975, ketika itu Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tahun sebelumnya, Gubernur melihat

bahwa pelayanan kesehatan untuk jamaah DKI masih kurang. Kebijakan Bang Ali kemu-

dian merekrut dokter-dokter Puskesmas untuk mendampingi jamaah, minimal 1 dokter untuk 1 kloter. Tak dinyana, salah satu dokter yang terpilih adalah Kak Tutun. Baginya sebuah surprise yang patut disyukuri karena ia sebetulnya tidak meny-erahkan persyaratan administrasi.

Sekembalinya ke tanah air, berbagai jabatan ia pegang seiring dengan tetap menjaga keaktifan bersurau. Setelah sempat ditugaskan di wilayah Bogor, karir berikutnya adalah menjadi salah satu dokter di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sekaligus sebagai staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Seiring dengan kinerjanya, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Kedokteran Jiwa di FKUI mulai tahun 2000 sampai pensiun tahun 2005.

Memasuki masa pensiun, profesi Kak Tutun sebagai psikiater atau ahli kedok-teran jiwa tetap ia tekuni. Seperti halnya ketika menjadi PNS aktif, Kak Tutun kerap

memberikan berbagai ceramah tentang kesehatan jiwa. Materi tidak hanya ia sampaikan di hadapan dokter-dokter seprofesinya, karena ia kerap mengisi berbagai pelatihan jamaah di Surau Baitul Amien, seperti pelatihan pengembangan sumber daya manusia yang dikenal dengan pelatihan Sufi Thinking.

Pengabdiannya dalam mensyiarkan ilmu kedokteran jiwa terus berlangsung selepas masa pensiun. Konsistensi dan ketekunannya mengantarkan Kak Tutun dipilih oleh rekan-rekan psikiater sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada kongres tahun 2009 di Manado. Sebagai ketua perhimpunan, ia seringkali diundang sebagai pembicara dan publisitas dari pemikirannya kerapkali dikutip oleh media massa.

Kepada pembaca Mozaik ia meny-ampaikan pesan selain pentingnya bersy-ukur juga pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Menurutnya kesehatan jiwa itu penting karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. ”Dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat,” pesannya. Ia menekankan bahwa i’tikaf atau suluk dan dzikir adalah cara yang baik untuk menye-hatkan mental kita. (JH/NAV)

Perjalanan manusia dalam menemukan Tuhannya berbeda-beda. Salah satunya perjalanan Dr.Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ atau akrab disapa kak Tutun. Ia merasakan, justru karena kesederhanaan tanpa banyak bertanya, ia diberikan banyak kemudahan. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) periode 2009-2013 ini menuturkan bagaimana perjalanannya dalam bersurau.

Mencari Tuhan Tanpa Banyak BertanyaProfil Jamaah SBA: Dr. Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ(K)

Artikel dan informasi seputar kegiatan kesurauan, Islam dan Tasawuf berupa soft copy dapat dikirimkan disertai data diri pengirim ke Kontak Redaksi yang tertulis diatas. Redaksi berhak untuk mengedit isi artikel atau tidak menerbitkan artikel

yang telah dikirimkan. Untuk informasi selengkapnya, kunjungi situs web: http://media.baitulamin.org

Penanggung Jawab H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI | Pemimpin Umum Drs. H. Tugirin Yusuf Sonokarto, MM | Pemimpin Redaksi M. Reza Hoesin, SE, MM | Kontak Redaksi

Kampus Baitul Amin, Jl. Curug Raya No. 35, Curug, Bojongsari, Depok 16517, Email: [email protected] | Kontak Iklan dan Sirkulasi: 0816103035, Email: [email protected]

www.baitulamin.org

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu-lah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”

Sementara ayat sebelumnya, yakni di Surat Al Hujuraat, ayat 11, Allah SWT melarang memperolok dan berprasangka antara satu orang dengan yang lainnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Tergelincir Ke Dalam GhibahKerap kali suatu pembicaraan yang

awalnya biasa-biasa saja dapat dengan

mudah berubah menjadi suatu pembic-araan yang masuk ke dalam kategori ghibah. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan berkomunikasi tanpa melalui orang ketiga, untuk mencegah adanya distorsi alias penyimpangan informasi.

Ada baiknya kita cermati proses komunikasi yang umumnya melibatkan beberapa pihak; ada orang yang menyam-paikan pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan orang ketiga. Kondisi ideal adalah ketika pesan disampaikan langsung dari penyampai ke penerima pesan dimana distorsi akan minimal. Proses komunikasi berkemungkinan mengalami gangguan salah saat mulai melibatkan orang ketiga. Pesan dari penyampai yang mampir ke pihak ketiga ditambahi penyimpangan informasi saat sampai ke penerima pesan.

Lalu, bagaimanakah cara menyikapi ‘bahaya laten’ bergunjing ini? Cara untuk mengetahui kebenaran adalah dengan bertanya dalam rangka untuk menelitinya, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Hujuraat ayat 6, yang terjemahnya adalah sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa meng-etahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Masyarakat Dzikrullah yang Berakhlakul Karimah

Sejatinya, menghindari ghibah ini adalah dalam rangka untuk memperbaiki akhlak untuk mewujudkan kondisi yang dijelaskan oleh Pimpinan Yayasan sebagai “masyarakat dzikrullah yang baik hati (berakhlakul karimah) sehingga menjadi khairu ummah yang rahmatan lil’alamin”.

Adapun gambaran dari suatu masyarakat yang berakhlakul karimah, menurut beliau adalah, “Masyarakat yang individunya terdiri dari dari orang-orang yang bersukacita, gembira, penuh seman-gat yang diwarnai rasa syukur dan sabar. Senyum tulus selalu menghiasi wajah mereka. Jika seseorang mengalami kemu-rungan karena sesuatu masalah, anggota masyarakat lain akan menghampiri dengan penuh empati, seraya membantu menghilangkan kemurungan itu. Di sana tidak ada aib, karena tidak seorang pun mau menceritakan aib orang lain. Perda-gangan dan pertumbuhan ekonomi berkembang pesat. Karena kerja keras, disiplin, kejujuran dan amanah selalu menghiasi perilaku mereka. Lingkungan pun bersih, karena mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau ada perselisihan selalu diselesaikan dengan cara yang indah dan penuh kasih sayang. Dan andaikata pun ada perselisi-han, tidak berakhir dengan perpecahan.” (DHY/NAV)

Ingin Raih Kebahagiaan?Stop Bergunjing!

(Sambungan dari hal. 1)

Akhlakul Karimah

Seorang petani dan istrinya bergan-deng tangan menyusuri sawah sesudah seharian memacul di sawah mereka dalam lebatnya hujan. Tiba-tiba, lewat sebuah motor di jalan raya di depan mereka.

Berkatalah sang suami pada istrinya, “Lihatlah bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu. Meski mereka juga kehujanan tapi mereka bisa cepat sampai rumah, tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah.”

Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berbon-cengan di bawah hujan melihat sebuah mobil pick-up lewat di depan mereka. Pengendara motor berkata kepada istrinya, “Lihat bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tak perlu berhujan-hujan seperti kita.”

Di dalam pick-up yang dikendarai sepasang suami istri juga terjadi perbin-cangan ketika sebuah mobil Mercy lewat. “Lihatlah bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Pasti nyaman dikendarai, tidak selalu mogok seperti mobil kita.”

Pengendara mobil mewah itu seorang pria kaya dan ketika melihat suami istri di bawah guyuran hujan, pria kaya itu dalam hatinya berkata, “Betapa bahagianya mereka, begitu mesra berjalan di dalam hujan berdua menikmati

indahnya alam pedesaan sementara aku dan istriku tak pernah punya waktu untuk berduaan karena masing masing

sama-sama sibuk.”Kebahagiaan tidak akan pernah kita

miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan orang lain dan selalu membandingkan dengan hidup orang lain. Kebaha-giaan bukan semata dilihat dari harta, karena orang yang berharta belum tentu bahagia.

Bersyukurlah selalu atas hidupmu supaya kamu tahu di mana kebahagiaan itu berada. Aku pernah berpikir bahwa setiap manusia pasti ingin memiliki seorang kekasih dalam suka dan duka yang tidak pernah terpisahkan. Sekarang aku memilih amal saleh sebagai kekasi-hku yang akan menemaniku sampai ke dalam kuburku, kemudian amal sholehku menemaniku menghadap Allah.

Aku pernah berpikir setiap manusia pastilah punya goresan masalah dengan manusia lain, sehingga wajar jika manusia memiliki musuh masing-masing. Kini aku memilih menjadikan setan sebagai musuh utamaku, maka aku lebih memilih melepaskan kebencian, dendam rasa sakit hati, dan permusuhanku dengan manusia lain.

Aku pernah selalu kagum dengan manusia cerdas yang berhasil dalam karier atau kehidupan dunianya. Sekarang aku

mengganti kriteria kekagumanku ketika aku menyadari bahwa manusia hebat di mata Allah adalah hamba yang bertaqwa. Manusia yang sanggup taat kepada aturan Allah dalam menjalankan hidup dan kehidupannya.

Dulu aku akan marah dan merasa diriku dijatuhkan

ketika orang lain berlaku dzalim padaku. Meng-

gunjingkanku dan menyakiti dengan k a l i m a t - k a l i m a t sindiran yang sengaja menyaki-tiku. Sekarang aku memilih ada transfer pahala dari mereka

untukku jika aku mampu bersabar. Dan

aku memilih tidak lagi harus kuatir karena harga

diri manusia hanyalah akan jatuh di mata-Nya ketika dia rela mengga-daikan dirinya mengikuti hasutan setan.

Dulu aku yakin dengan hanya kekua-tan Al-Quran berkali-kali maka jiwaku tercerahkan. Kini aku memilih untuk mengerti dan memahami makna artinya dengan menggunakan akalku, dengan mengaktifkan qolbuku dan mengamalkan-nya dalam keseharianku maka pencera-han itu baru bisa aku dapatkan.

Ketika aku harus memilih, bantu aku selalu untuk memilih yang benar di mata-Mu. (KAK MER)

Bahagia Itu PilihanKisah Hikmah

Dr. Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ(K)

dok

. BA

MG

...i’tikaf atau suluk dan dzikir adalah cara yang baik untuk menyehatkan mental kita.

Page 3: mozaik 2011 03

6 3

6

dianggap zahid atau wali oleh masyara-kat. Tatkala orang tersebut berada di dalam masjid dan batuk-batuk lalu me- ludah ke arah kiblat, Syaikh Abu Yazid mengajak pergi kedua keponakannya seraya berkomentar, “Orang itu tidak menjaga satu adab dari adab-adab yang diajarkan Rasulullah SAW. Bila ia begitu, bagaimana pula ia bisa dipercaya atas apa-apa yang didak-wahkannya.”

Syaikh Abu Yazid sangat keras dalam menaati ajaran agama, dan kalau

Hal ini menjelaskan bahwa pada zaman beliau, pengamalan tasawuf belum terbagi dalam kelompok-kelompok terekat sufi. Syaikh Abu Yazid lahir di Bistam, sebelah tenggara Laut Kaspia, Iran pada 188H/804M (ada pendapat lahir 191H/807 M).

Syaikh Abu Yazid terkenal di kalangan kaum sufi, namun riwayat kehidupannya terbatas. Riwayat mengenai diri beliau banyak dikisahkan oleh kepona-kannya yang bernama Isa, yang selan-jutnya diteruskan oleh anak keturunannya. Selain itu, tokoh-tokoh lain yang pernah berjumpa dan mencatat ucapan-ucapannya antara lain Abu Musa al-Dabili dan Abu Ishaq al-Harawi. Syaikh Abu Yazid sendiri tidak meninggalkan karya tulis kendati ia berusia panjang, 73 tahun.

Beberapa kali Syaikh Abu Yazid meninggalkan Bistam karena tekanan dan permusuhan dari pihak yang menganggap tasawufnya menyimpang. Tetapi hal itu hanya berlangsung relatif singkat, dan beliau kembali lagi ke Bistam hingga berpulang.

Makamnya di pusat kota Bistam, menarik banyak perhatian peziarah. Se- buah kubah didirikan di atasnya pada 713 H / 1313 M atas perintah Sultan Mongol, Muhammad Khudabanda, seorang sultan yang berguru pada Syaikh Syaraf al-Din, keturunan dari Syaikh Abu Yazid.

Kedua orangtua Syaikh Abu Yazid adalah Muslim yang taat, saleh, dan wara’ (lihat boks). Syaikh Abu Yazid mendalami Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW pada masa mudanya. Ia kemudian mempelajari fikih Mazhab Hanafi sebelum menempuh jalan tasawuf. Beliau pernah mengajarkan fikih kepada Abu Ali al-Sindi, tetapi sebaliknya dari al-Sindi diterimanya pula ajaran tentang tauhid, hakikat dan fana’.

Sebagai orang yang mengerti hukum-hukum yang dikaji melalui fikih Mazhab Hanafi, kepatuhannya terhadap syariat sangat kuat. Hal ini dapat dipahami dari sejumlah pernyataan yang pernah diucapkannya. Beliau pernah berkata “Kalau Anda melihat seseorang sanggup melakukan pekerjaan keramat, seperti duduk bersila di udara, maka janganlah Anda terperdaya olehnya. Perhatikanlah apakah ia melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan menjaga dirinya dalam batas-batas syariat.”

Syaikh Abu Yazid pernah mengajak keponakannya, Isa dan Adam, untuk memperhatikan seseorang yang sudah

perlu menghukum dirinya bila melanggar. Pernah muncul keinginan dalam hatinya untuk memohon kepada Allah agar diberi-kan sikap acuh sama sekali terhadap makanan dan wanita, namun hatinya kemudian berkata, “Pantaskah aku mem-inta kepada Allah sesuatu yang tidak pernah diminta oleh Rasulullah SAW?” (BAM)

S a h a b a t - s a h a b a t adalah orang- orang yang mau berkorban dan berjuang di jalan Allah SWT bersama-sama dengan Rasulullah SAW. Adalah suatu keberka-han yang luar biasa menjadi sahabat Beliau saat itu. Namun, perjalanan seorang sahabat Nabi saat itu juga tidak mudah dan penuh tantangan. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari pengorbanan dan perjuangan mereka.

“Ahad..Ahad..,” kata Bilal bin Rabah, budak dari Ethiopia saat disiksa majikannya Umayyah karena dirinya masuk Islam. Ia teguh memegang imannya meski majikannya menyiksa dengan keji. Lelaki berkulit hitam itu termasuk Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang terdahulu memeluk agama Islam. Mereka dari golongan kaum Muhajirin; yaitu kaum muslimin yang meninggalkan Mekkah untuk mengikuti Nabi hijrah ke Madinah, dan kaum Anshar, yakni kaum muslim Madinah yang meny-

ambut dan mempercayai Rasulullah sebagai Nabi dan pemimpin mereka.

Istri Rasulullah SAW, Khadijah r.a yang menjadi Assabiqunal Awwalun nomor satu. Bilal juga masuk deretan awal pemeluk Islam setelah Abu Bakar r.a. beliau adalah teman kecil Nabi yang menjadi sahabat paling dekat sampai akhir hayat Rasulullah SAW.

Jaman jahiliah bukan jaman yang ramah terhadap Islam. Pemeluk Islam adalah orang-orang yang dimusuhi hampir

semua orang di Mekkah, terutama oleh para tetua suku. Tidak banyak orang yang mempercayai ajaran Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau mempunyai julukan Al Amin, yang terpercaya. Namun saat berbicara tentang iman kepada Allah SWT yang satu, kaum Quraisy menolak.

Meskipun dalam kondisi seperti itu, Rasulullah SAW menyebarkan kebenaran Islam. Beberapa orang dengan keyakinan penuh mengimani dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Inilah cikal bakal sahabat dari Mekah yang nanti lebih dikenal sebagai kaum Muhajirin.

Adapun kaum tabi’in, yang artinya pengikut, adalah orang-orang yang hidupnya setelah sahabat-sahabat Nabi. Mereka ini disebut murid dari sahabat Nabi. Sedangkan Tabi’ut Tabiin, adalah kaum yang hidup setelah kaum tabi’in. Mereka ini adalah murid tabi’in. Tiga imam besar, yaitu Imam Syafii, Imam Hambali dan Imam Ahmad adalah diantara para tabi’ut tabi’in. Imam Abu Hanifah masih tergolong sebagai Tabi’in, karena masih berjumpa langsung dengan Sahabat Anas bin Malik.

Keridhaan dan keteguhan mereka berbuah. Mereka mendapat janji Allah di Surat At Taubah ayat 100:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (NAV)

Pak Joko: Selama melatih Baonk dua bulan ini saya merasakan kekompa-kan dan kekeluargaan sangat luar biasa. Ada empat tempat yang saya latih, tapi tidak ada yang seperti disini kekeluargaan-nya. Semua disini sangat dipenuhi oleh Bang Arie (Pengurus II Surau Baitul Amin -red). Di tempat lain tidak ada yang perlengkapan mainnya selengkap disini, cukup mewah.

Mozaik: Bagaimana kesannya Pak Joko selama ini dalam melatih tim tenis meja di PTM Baonk?

Pak Joko: Menurut saya sangat enak dan sangat responsif orang-orangnya. Disini sangat menjunjung tinggi kekeluargaan. Disaat waktu sholat, semua berbondong bondong ke tempat sholat. Apalagi hari Kamis. Benar-benar seperti

kayak rombongan orang mau bertobat semua. Semua orang ingin mendekatkan diri ke Tuhan.

Selain itu melatih disini saya sangat merasa senang, karena disini tidak di tuntut target-target disaat mengajar. Tetapi justru karena itu keseriusan orang-orangnya lebih serius ketimbang orang-orang yang diberi-kan target (latihan). Meskipun disini asal bisa, tetapi sangat bagus kesungguhan-nya. Contohnya adalah sebelum pelatih datang semua sudah disiapkan. Meja dan segala macamnya sudah rapi. Memang ada harapan dari Bang Arie agar semua yang berlatih disini serius. Contohnya meja saja, ini kelasnya sudah nasional. Jadi memang sayang kalau tidak serius.

Mozaik: Apa harapan Pak Joko sendiri terhadap tim PTM Baonk?

Pak Joko: Angan-angan saya sebagai pelatih adalah Baonk ini mencapai prestasi yang besar yaitu meraih peringkat 10 besar untuk kawasan Depok. Selain itu, saya pernah berdiskusi dengan Bang Arie. Intinya adalah bahwa Bang Arie ingin membina pemain-pemain berusia muda agar permainan mereka bisa menjadi lebih maju. (DHY)

Para Sahabat Nabi SAW

Para sahabat memberikan teladan akan mendalamnya kecintaan dan tingginya adab terhadap Rasulullah SAW. Orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama memeluk Islam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah kaum yang mempunyai keutamaan, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 100. Para sahabat Rasulullah SAW, generasi berikutnya dan generasi berikutnya adalah sebaik-baik manusia, menurut Hadits Bukhari & Muslim.

Lingkaran Orang Ridha dan Teguh

Belum lama ini, Mozaik berbincang dengan Pak Joko Trisusilo, pelatih olahraga tenis meja di Surau Baitul Amin yang tergabung dalam Persatuan Tenis Meja Baitul Amin Pimponk (PTM Baonk). Kepada pewarta Mozaik, Dyah Agustine Chito, Pak Joko bertutur tentang kesan-kesannya mengenai lingkungan Surau dan pertemanan yang dijalin dengan sahabat-sahabat barunya.

Kayak Rombongan Yang Mau BertobatKesan Sahabat: Joko Trisusilo, Pelatih PTM Baonk

Sikap Wara’ Menjaga Kebersihan HatiSyaikh Abu Yazid Al-Bistami dikenal sebagai orang yang menjaga dirinya dengan

sikap wara’. Sesuai riwayat Al-Bazzar dari Hudzaifah bin Al-Yaman, Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah dan cara terbaik untuk menjaga agamamu adalah bersikap wara’.”

Sikap wara‘ salah satunya dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas RA, “Aku pergi kepada keluargaku, lalu mendapatkan sebiji buah yang terbuang di atas ranjangku, maka aku mengambilnya untuk memakannya, kemudian aku khawatir kalau dia berasal dari buah yang disedekahkan maka akupun membuangnya.”

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Aisyah RA diriwayatkan pula bahwa Abu Bakar pernah memuntahkan makanan yang diberikan oleh pembantunya. Hal tersebut beliau lakukan setelah pembantunya memberitahu bahwa makanan tersebut berasal dari upah yang didapatkannya dari hasil meramal seseorang ketika jaman jahiliyah. Pada-hal pembantunya bukanlah peramal yang baik. Hanya saja ia berhasil menipunya.

Sikap wara’ seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA diatas mempunyai banyak keutamaan. Karena itu, Rasululah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi memerintahkan kepada Abu Hurayrah untuk bersikap wara’, sebab wara’ akan menjadikannya sebagai orang yang paling ahli dalam beriba-dah. Apa sebenarnya pengertian dari wara'?

Wara’ ( ) menurut kebahasaan mengandung arti menjauhi dosa, lemah, lunak hati, dan penakut. Para sufi memberikan definisi yang beragam tentang wara’ berdasarkan pengalaman dan pemahaman masing-masing. Ibrahim ibn Adham (w 160 H/777) mengatakan bahwa wara’ adalah meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) dan meninggalkan sesuau yang tidak berguna. Pengertian serupa juga dikemukakan Yunus ibn Ubayd, hanya saja ia menambahkan dengan adanya muha-sabah (koreksi terhadap diri sendiri setiap waktu).

Imam al-Bukhari mengutip perkataan Hasan bin Abu Sinan rahimahullah: 'Tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari pada sifat wara': "Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu." Ibn al-Qayyim al-Jawziyah menarik kesimpulan bahwa wara’ adalah membersihkan kotoran hati, sebagaimana air membersihkan kotoran dan najis pakaian.

Karena sikap wara' terkait dengan kebersihan hati, para pengamal Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah YPDKY hanya mengkonsumsi makanan yang jelas sumber dan kehalalannya dalam kegiatan i'tikaf. Makanan diolah dalam keadaan wudhu dengan senantiasa mengingat Allah. Bahkan makanan berupa daging yang dikonsumsi dalam i’tikaf berasal dari sapi atau kambing yang disembelih sendiri oleh panitia i'tikaf. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar hewan disembelih sesuai syariat Islam sehingga terjamin kehalalannya. (MFH/BAM)

Bilal bin Rabah (diperankan oleh Johnny Sekka) dalam film The Message (1976). Bilal, budak kulit hitam Sahabat Nabi SAW, teguh memegang imannya meski majikannya menyiksa dengan keji.

Courtesy of Filmco International Productions, Inc (1976).Courtesy of Filmco International Productions, Inc (1976).

Tasawuf Dalam Islam: Syaikh Abu Yazid Al-Bistami QS

Syaikh Sufi Taat SyariatSetelah Iman Ja’far as-Shadiq RA, guru rohani dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah adalah Sayyidi Syaikh Abu Yazid al-Bistami QS. Sama seperti Imam Ja’far as-Shadiq, Syaikh Abu Yazid yang nama kecilnya Tayfur ibn Isa ibn Surusyan juga merupakan guru rohani bagi kelompok-kelompok (tarekat) lainnya.

Kompleks makam Syaikh Abu Yazid Al-Bistami di kota Bistam, Provinsi Semnan, Iran. Sebelum meninggal dan dimakamkan di Bistam, Syaikh Abu Yazid beberapa kali meninggalkan kota tersebut karena tekanan dan permusuhan dari pihak yang menganggap tasawufnya menyimpang.

dok

. wik

iped

ia.o

rg

Joko Trisusilodok

. BA

MG

/M

FH

Page 4: mozaik 2011 03

4 5

4

Bersukacita dan Beribadah

Sebelum berangkat Anshor “menitipkan” surau kepada As-Guard, yaitu gabungan jamaah yang melaksanakan ubudiyah. As-Guard senantiasa ada untuk membantu bahkan menggantikan tugas Anshor ketika diperlukan.

Album: Liburan Anshor SBA ke Bandung

4

Menikmati sejuknya Tangkuban Perahu

“Tujuan kita silaturahim, bersyukur, bersuka cita,” tegas Pengurus II Surau Baitul Amin, H. Akhmad Syukran Bestari, SE. MMSI, sesaat setelah tiba di Surau Dienul Amin, Bandung, Februari lalu. Rombongan yang berjumlah sekitar 100 orang; 50 diantaranya adalah anshor, atau jamaah yang menetap dan bekerja untuk melayani jamaah menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah di surau. Perjalanan ke Bandung ini adalah dalam rangka outing, atau liburan bagi anak surau (anshor) Surau Baitul Amin, Bojongsari, Depok.

“Meskipun disini (kita) bermain-main, tetapi tetap harus beribadah. Beribadah tetap jalan,” jelas Bang Arie, sapaan akrab bagi H. Akhmad Syukran Bestari, SE. MMSI. Bahkan, untuk menegaskan pentingnya ibadah, ada sangsi bagi yang tidak melaksanakannya. “Selama outing dikenakan dam Rp. 50.000 bagi yang tidak melaksanakan sholat subuh, maupun sholat tahajud.” Bahkan, jika ada yang malas untuk mengerjakan sholat,

“Disuruh pulang saja jalan kaki,” ujar Bang Arie.

Dengan acara yang padat, letih pun tak terasa. Berbagai kegiatan mulai dari jalan-jalan keliling kota Bandung, outbound, bermain paint ball dan airsoft gun dan wisata alam ke Tangkuban Perahu memenuhi perjalanan tiga hari dua malam tersebut.

Rombongan pengurus BKS DKI Jaya & Banten berjumlah 14 orang dipimpin oleh Ketua BKS Dr. H. Akhmad Qadri Ramadhany, SH, MM, berangkat dari Surau Baitul Amin (26/2). Kedatangan rombongan di Karawang disambut oleh Pengurus Surau yaitu Ust. Ahmad Sobari, Warno dan Andi yang didampingi oleh ikhwan Surau Karawang.

Acara diawali dengan menyimak taushiyah tentang tugas dan tanggung jawab pengurus surau yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH melalui video. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang 7 Nilai Dasar Yayasan. Dr. H. Akhmad Qadri Ramadhany, SH, MM yang akrab disapa Bang Dhany menekankan pentingnya komunikasi antara pengurus dan jamaah, agar tidak muncul gosip, prasangka buruk, bohong dan fitnah.

“Salah satu untuk mengubah hal itu adalah dengan mengubah kesadaran. Mengubah mind set,” tutur Bang Dhany. Doktor manajemen ini menerangkan bahwa beberapa bulan terakhir ada perubahan ke arah positif. Dan ini perlu terus ditingkatkan agar masyarakat yang baik terwujud.

Perjalanan silaturahim ke Surau Serang Banten dilaksanakan pada tanggal 20 Maret lalu Agung Widigdo sebagai Pengurus I Surau Serang menyambut baik kunjungan ini. “Merasa tersanjung. Kunjungan seperti ini membangun motivasi, selain silaturrahim. Jika diperhatikan ini juga memotivasi jamaah,” jelas Bang Agung.

Bang Agung, panggilan akrabnya, menyampaikan telah banyak upaya menjalin silaturrahim. Penutupan itikaf,

pelatihan yang diadakan di Surau Baitul Amin seperti Sufi Thinking dan lain-lain, merupakan bentuk lain silaturahim. “Kegiatan-kegiatan itu secara tak disadari adalah sebuah bentuk komunikasi. Apalagi dengan silaturrahim seperti ini, sebuah bentuk komunikasi yang efektif,” jelasnya lagi.

Bang Dhany pada kesempatan itu menyampaikan salam dari Ketua Yayasan, “Beliau berpesan kita harus bersukacita, jangan terlampau tegang.” Pada kesempatan itu ketua BKS ini menyampaikan pesan agar pengurus surau lebih kreatif saat menyusun program, sehingga semakin banyak jamaah yang terlibat dan ikut bersilaturrahim. (NAV/RHAY)

Perjalanan Silaturahim ke Karawang dan SerangSalah satu program rutin Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jakarta Raya dan Banten adalah silaturrahim ke surau-surau di daerah. Akhir Februari lalu rombongan Pengurus BKS berkunjung ke Surau Baitul Amin 9 Karawang. Sebulan berikutnya, anjangsana ke Surau Serang, Banten.

Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jakarta & Banten

Rombongan BKS DKI Jakarta & Banten dan para aktifis Surau Serang menyimak bersama tayangan video tausiyah Ketua YPDKY.

dok.

Sur

au S

eran

g

My life, My adventure...

Bang Arie mengingatkan seluruh partisipan agar senantiasa melaksanakan sholat tepat waktu dan berdzikir bersama.

Persiapan sebelum “tempur”.Berfoto bersama di Surau Dienul Amin, Bandung

Page 5: mozaik 2011 03

4 5

4

Bersukacita dan Beribadah

Sebelum berangkat Anshor “menitipkan” surau kepada As-Guard, yaitu gabungan jamaah yang melaksanakan ubudiyah. As-Guard senantiasa ada untuk membantu bahkan menggantikan tugas Anshor ketika diperlukan.

Album: Liburan Anshor SBA ke Bandung

4

Menikmati sejuknya Tangkuban Perahu

“Tujuan kita silaturahim, bersyukur, bersuka cita,” tegas Pengurus II Surau Baitul Amin, H. Akhmad Syukran Bestari, SE. MMSI, sesaat setelah tiba di Surau Dienul Amin, Bandung, Februari lalu. Rombongan yang berjumlah sekitar 100 orang; 50 diantaranya adalah anshor, atau jamaah yang menetap dan bekerja untuk melayani jamaah menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah di surau. Perjalanan ke Bandung ini adalah dalam rangka outing, atau liburan bagi anak surau (anshor) Surau Baitul Amin, Bojongsari, Depok.

“Meskipun disini (kita) bermain-main, tetapi tetap harus beribadah. Beribadah tetap jalan,” jelas Bang Arie, sapaan akrab bagi H. Akhmad Syukran Bestari, SE. MMSI. Bahkan, untuk menegaskan pentingnya ibadah, ada sangsi bagi yang tidak melaksanakannya. “Selama outing dikenakan dam Rp. 50.000 bagi yang tidak melaksanakan sholat subuh, maupun sholat tahajud.” Bahkan, jika ada yang malas untuk mengerjakan sholat,

“Disuruh pulang saja jalan kaki,” ujar Bang Arie.

Dengan acara yang padat, letih pun tak terasa. Berbagai kegiatan mulai dari jalan-jalan keliling kota Bandung, outbound, bermain paint ball dan airsoft gun dan wisata alam ke Tangkuban Perahu memenuhi perjalanan tiga hari dua malam tersebut.

Rombongan pengurus BKS DKI Jaya & Banten berjumlah 14 orang dipimpin oleh Ketua BKS Dr. H. Akhmad Qadri Ramadhany, SH, MM, berangkat dari Surau Baitul Amin (26/2). Kedatangan rombongan di Karawang disambut oleh Pengurus Surau yaitu Ust. Ahmad Sobari, Warno dan Andi yang didampingi oleh ikhwan Surau Karawang.

Acara diawali dengan menyimak taushiyah tentang tugas dan tanggung jawab pengurus surau yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH melalui video. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang 7 Nilai Dasar Yayasan. Dr. H. Akhmad Qadri Ramadhany, SH, MM yang akrab disapa Bang Dhany menekankan pentingnya komunikasi antara pengurus dan jamaah, agar tidak muncul gosip, prasangka buruk, bohong dan fitnah.

“Salah satu untuk mengubah hal itu adalah dengan mengubah kesadaran. Mengubah mind set,” tutur Bang Dhany. Doktor manajemen ini menerangkan bahwa beberapa bulan terakhir ada perubahan ke arah positif. Dan ini perlu terus ditingkatkan agar masyarakat yang baik terwujud.

Perjalanan silaturahim ke Surau Serang Banten dilaksanakan pada tanggal 20 Maret lalu Agung Widigdo sebagai Pengurus I Surau Serang menyambut baik kunjungan ini. “Merasa tersanjung. Kunjungan seperti ini membangun motivasi, selain silaturrahim. Jika diperhatikan ini juga memotivasi jamaah,” jelas Bang Agung.

Bang Agung, panggilan akrabnya, menyampaikan telah banyak upaya menjalin silaturrahim. Penutupan itikaf,

pelatihan yang diadakan di Surau Baitul Amin seperti Sufi Thinking dan lain-lain, merupakan bentuk lain silaturahim. “Kegiatan-kegiatan itu secara tak disadari adalah sebuah bentuk komunikasi. Apalagi dengan silaturrahim seperti ini, sebuah bentuk komunikasi yang efektif,” jelasnya lagi.

Bang Dhany pada kesempatan itu menyampaikan salam dari Ketua Yayasan, “Beliau berpesan kita harus bersukacita, jangan terlampau tegang.” Pada kesempatan itu ketua BKS ini menyampaikan pesan agar pengurus surau lebih kreatif saat menyusun program, sehingga semakin banyak jamaah yang terlibat dan ikut bersilaturrahim. (NAV/RHAY)

Perjalanan Silaturahim ke Karawang dan SerangSalah satu program rutin Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jakarta Raya dan Banten adalah silaturrahim ke surau-surau di daerah. Akhir Februari lalu rombongan Pengurus BKS berkunjung ke Surau Baitul Amin 9 Karawang. Sebulan berikutnya, anjangsana ke Surau Serang, Banten.

Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jakarta & Banten

Rombongan BKS DKI Jakarta & Banten dan para aktifis Surau Serang menyimak bersama tayangan video tausiyah Ketua YPDKY.

dok.

Sur

au S

eran

g

My life, My adventure...

Bang Arie mengingatkan seluruh partisipan agar senantiasa melaksanakan sholat tepat waktu dan berdzikir bersama.

Persiapan sebelum “tempur”.Berfoto bersama di Surau Dienul Amin, Bandung

Page 6: mozaik 2011 03

6 3

6

dianggap zahid atau wali oleh masyara-kat. Tatkala orang tersebut berada di dalam masjid dan batuk-batuk lalu me- ludah ke arah kiblat, Syaikh Abu Yazid mengajak pergi kedua keponakannya seraya berkomentar, “Orang itu tidak menjaga satu adab dari adab-adab yang diajarkan Rasulullah SAW. Bila ia begitu, bagaimana pula ia bisa dipercaya atas apa-apa yang didak-wahkannya.”

Syaikh Abu Yazid sangat keras dalam menaati ajaran agama, dan kalau

Hal ini menjelaskan bahwa pada zaman beliau, pengamalan tasawuf belum terbagi dalam kelompok-kelompok terekat sufi. Syaikh Abu Yazid lahir di Bistam, sebelah tenggara Laut Kaspia, Iran pada 188H/804M (ada pendapat lahir 191H/807 M).

Syaikh Abu Yazid terkenal di kalangan kaum sufi, namun riwayat kehidupannya terbatas. Riwayat mengenai diri beliau banyak dikisahkan oleh kepona-kannya yang bernama Isa, yang selan-jutnya diteruskan oleh anak keturunannya. Selain itu, tokoh-tokoh lain yang pernah berjumpa dan mencatat ucapan-ucapannya antara lain Abu Musa al-Dabili dan Abu Ishaq al-Harawi. Syaikh Abu Yazid sendiri tidak meninggalkan karya tulis kendati ia berusia panjang, 73 tahun.

Beberapa kali Syaikh Abu Yazid meninggalkan Bistam karena tekanan dan permusuhan dari pihak yang menganggap tasawufnya menyimpang. Tetapi hal itu hanya berlangsung relatif singkat, dan beliau kembali lagi ke Bistam hingga berpulang.

Makamnya di pusat kota Bistam, menarik banyak perhatian peziarah. Se- buah kubah didirikan di atasnya pada 713 H / 1313 M atas perintah Sultan Mongol, Muhammad Khudabanda, seorang sultan yang berguru pada Syaikh Syaraf al-Din, keturunan dari Syaikh Abu Yazid.

Kedua orangtua Syaikh Abu Yazid adalah Muslim yang taat, saleh, dan wara’ (lihat boks). Syaikh Abu Yazid mendalami Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW pada masa mudanya. Ia kemudian mempelajari fikih Mazhab Hanafi sebelum menempuh jalan tasawuf. Beliau pernah mengajarkan fikih kepada Abu Ali al-Sindi, tetapi sebaliknya dari al-Sindi diterimanya pula ajaran tentang tauhid, hakikat dan fana’.

Sebagai orang yang mengerti hukum-hukum yang dikaji melalui fikih Mazhab Hanafi, kepatuhannya terhadap syariat sangat kuat. Hal ini dapat dipahami dari sejumlah pernyataan yang pernah diucapkannya. Beliau pernah berkata “Kalau Anda melihat seseorang sanggup melakukan pekerjaan keramat, seperti duduk bersila di udara, maka janganlah Anda terperdaya olehnya. Perhatikanlah apakah ia melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan menjaga dirinya dalam batas-batas syariat.”

Syaikh Abu Yazid pernah mengajak keponakannya, Isa dan Adam, untuk memperhatikan seseorang yang sudah

perlu menghukum dirinya bila melanggar. Pernah muncul keinginan dalam hatinya untuk memohon kepada Allah agar diberi-kan sikap acuh sama sekali terhadap makanan dan wanita, namun hatinya kemudian berkata, “Pantaskah aku mem-inta kepada Allah sesuatu yang tidak pernah diminta oleh Rasulullah SAW?” (BAM)

S a h a b a t - s a h a b a t adalah orang- orang yang mau berkorban dan berjuang di jalan Allah SWT bersama-sama dengan Rasulullah SAW. Adalah suatu keberka-han yang luar biasa menjadi sahabat Beliau saat itu. Namun, perjalanan seorang sahabat Nabi saat itu juga tidak mudah dan penuh tantangan. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari pengorbanan dan perjuangan mereka.

“Ahad..Ahad..,” kata Bilal bin Rabah, budak dari Ethiopia saat disiksa majikannya Umayyah karena dirinya masuk Islam. Ia teguh memegang imannya meski majikannya menyiksa dengan keji. Lelaki berkulit hitam itu termasuk Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang terdahulu memeluk agama Islam. Mereka dari golongan kaum Muhajirin; yaitu kaum muslimin yang meninggalkan Mekkah untuk mengikuti Nabi hijrah ke Madinah, dan kaum Anshar, yakni kaum muslim Madinah yang meny-

ambut dan mempercayai Rasulullah sebagai Nabi dan pemimpin mereka.

Istri Rasulullah SAW, Khadijah r.a yang menjadi Assabiqunal Awwalun nomor satu. Bilal juga masuk deretan awal pemeluk Islam setelah Abu Bakar r.a. beliau adalah teman kecil Nabi yang menjadi sahabat paling dekat sampai akhir hayat Rasulullah SAW.

Jaman jahiliah bukan jaman yang ramah terhadap Islam. Pemeluk Islam adalah orang-orang yang dimusuhi hampir

semua orang di Mekkah, terutama oleh para tetua suku. Tidak banyak orang yang mempercayai ajaran Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau mempunyai julukan Al Amin, yang terpercaya. Namun saat berbicara tentang iman kepada Allah SWT yang satu, kaum Quraisy menolak.

Meskipun dalam kondisi seperti itu, Rasulullah SAW menyebarkan kebenaran Islam. Beberapa orang dengan keyakinan penuh mengimani dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Inilah cikal bakal sahabat dari Mekah yang nanti lebih dikenal sebagai kaum Muhajirin.

Adapun kaum tabi’in, yang artinya pengikut, adalah orang-orang yang hidupnya setelah sahabat-sahabat Nabi. Mereka ini disebut murid dari sahabat Nabi. Sedangkan Tabi’ut Tabiin, adalah kaum yang hidup setelah kaum tabi’in. Mereka ini adalah murid tabi’in. Tiga imam besar, yaitu Imam Syafii, Imam Hambali dan Imam Ahmad adalah diantara para tabi’ut tabi’in. Imam Abu Hanifah masih tergolong sebagai Tabi’in, karena masih berjumpa langsung dengan Sahabat Anas bin Malik.

Keridhaan dan keteguhan mereka berbuah. Mereka mendapat janji Allah di Surat At Taubah ayat 100:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (NAV)

Pak Joko: Selama melatih Baonk dua bulan ini saya merasakan kekompa-kan dan kekeluargaan sangat luar biasa. Ada empat tempat yang saya latih, tapi tidak ada yang seperti disini kekeluargaan-nya. Semua disini sangat dipenuhi oleh Bang Arie (Pengurus II Surau Baitul Amin -red). Di tempat lain tidak ada yang perlengkapan mainnya selengkap disini, cukup mewah.

Mozaik: Bagaimana kesannya Pak Joko selama ini dalam melatih tim tenis meja di PTM Baonk?

Pak Joko: Menurut saya sangat enak dan sangat responsif orang-orangnya. Disini sangat menjunjung tinggi kekeluargaan. Disaat waktu sholat, semua berbondong bondong ke tempat sholat. Apalagi hari Kamis. Benar-benar seperti

kayak rombongan orang mau bertobat semua. Semua orang ingin mendekatkan diri ke Tuhan.

Selain itu melatih disini saya sangat merasa senang, karena disini tidak di tuntut target-target disaat mengajar. Tetapi justru karena itu keseriusan orang-orangnya lebih serius ketimbang orang-orang yang diberi-kan target (latihan). Meskipun disini asal bisa, tetapi sangat bagus kesungguhan-nya. Contohnya adalah sebelum pelatih datang semua sudah disiapkan. Meja dan segala macamnya sudah rapi. Memang ada harapan dari Bang Arie agar semua yang berlatih disini serius. Contohnya meja saja, ini kelasnya sudah nasional. Jadi memang sayang kalau tidak serius.

Mozaik: Apa harapan Pak Joko sendiri terhadap tim PTM Baonk?

Pak Joko: Angan-angan saya sebagai pelatih adalah Baonk ini mencapai prestasi yang besar yaitu meraih peringkat 10 besar untuk kawasan Depok. Selain itu, saya pernah berdiskusi dengan Bang Arie. Intinya adalah bahwa Bang Arie ingin membina pemain-pemain berusia muda agar permainan mereka bisa menjadi lebih maju. (DHY)

Para Sahabat Nabi SAW

Para sahabat memberikan teladan akan mendalamnya kecintaan dan tingginya adab terhadap Rasulullah SAW. Orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama memeluk Islam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah kaum yang mempunyai keutamaan, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 100. Para sahabat Rasulullah SAW, generasi berikutnya dan generasi berikutnya adalah sebaik-baik manusia, menurut Hadits Bukhari & Muslim.

Lingkaran Orang Ridha dan Teguh

Belum lama ini, Mozaik berbincang dengan Pak Joko Trisusilo, pelatih olahraga tenis meja di Surau Baitul Amin yang tergabung dalam Persatuan Tenis Meja Baitul Amin Pimponk (PTM Baonk). Kepada pewarta Mozaik, Dyah Agustine Chito, Pak Joko bertutur tentang kesan-kesannya mengenai lingkungan Surau dan pertemanan yang dijalin dengan sahabat-sahabat barunya.

Kayak Rombongan Yang Mau BertobatKesan Sahabat: Joko Trisusilo, Pelatih PTM Baonk

Sikap Wara’ Menjaga Kebersihan HatiSyaikh Abu Yazid Al-Bistami dikenal sebagai orang yang menjaga dirinya dengan

sikap wara’. Sesuai riwayat Al-Bazzar dari Hudzaifah bin Al-Yaman, Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah dan cara terbaik untuk menjaga agamamu adalah bersikap wara’.”

Sikap wara‘ salah satunya dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas RA, “Aku pergi kepada keluargaku, lalu mendapatkan sebiji buah yang terbuang di atas ranjangku, maka aku mengambilnya untuk memakannya, kemudian aku khawatir kalau dia berasal dari buah yang disedekahkan maka akupun membuangnya.”

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Aisyah RA diriwayatkan pula bahwa Abu Bakar pernah memuntahkan makanan yang diberikan oleh pembantunya. Hal tersebut beliau lakukan setelah pembantunya memberitahu bahwa makanan tersebut berasal dari upah yang didapatkannya dari hasil meramal seseorang ketika jaman jahiliyah. Pada-hal pembantunya bukanlah peramal yang baik. Hanya saja ia berhasil menipunya.

Sikap wara’ seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA diatas mempunyai banyak keutamaan. Karena itu, Rasululah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi memerintahkan kepada Abu Hurayrah untuk bersikap wara’, sebab wara’ akan menjadikannya sebagai orang yang paling ahli dalam beriba-dah. Apa sebenarnya pengertian dari wara'?

Wara’ ( ) menurut kebahasaan mengandung arti menjauhi dosa, lemah, lunak hati, dan penakut. Para sufi memberikan definisi yang beragam tentang wara’ berdasarkan pengalaman dan pemahaman masing-masing. Ibrahim ibn Adham (w 160 H/777) mengatakan bahwa wara’ adalah meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) dan meninggalkan sesuau yang tidak berguna. Pengertian serupa juga dikemukakan Yunus ibn Ubayd, hanya saja ia menambahkan dengan adanya muha-sabah (koreksi terhadap diri sendiri setiap waktu).

Imam al-Bukhari mengutip perkataan Hasan bin Abu Sinan rahimahullah: 'Tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari pada sifat wara': "Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu." Ibn al-Qayyim al-Jawziyah menarik kesimpulan bahwa wara’ adalah membersihkan kotoran hati, sebagaimana air membersihkan kotoran dan najis pakaian.

Karena sikap wara' terkait dengan kebersihan hati, para pengamal Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah YPDKY hanya mengkonsumsi makanan yang jelas sumber dan kehalalannya dalam kegiatan i'tikaf. Makanan diolah dalam keadaan wudhu dengan senantiasa mengingat Allah. Bahkan makanan berupa daging yang dikonsumsi dalam i’tikaf berasal dari sapi atau kambing yang disembelih sendiri oleh panitia i'tikaf. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar hewan disembelih sesuai syariat Islam sehingga terjamin kehalalannya. (MFH/BAM)

Bilal bin Rabah (diperankan oleh Johnny Sekka) dalam film The Message (1976). Bilal, budak kulit hitam Sahabat Nabi SAW, teguh memegang imannya meski majikannya menyiksa dengan keji.

Courtesy of Filmco International Productions, Inc (1976).Courtesy of Filmco International Productions, Inc (1976).

Tasawuf Dalam Islam: Syaikh Abu Yazid Al-Bistami QS

Syaikh Sufi Taat SyariatSetelah Iman Ja’far as-Shadiq RA, guru rohani dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah adalah Sayyidi Syaikh Abu Yazid al-Bistami QS. Sama seperti Imam Ja’far as-Shadiq, Syaikh Abu Yazid yang nama kecilnya Tayfur ibn Isa ibn Surusyan juga merupakan guru rohani bagi kelompok-kelompok (tarekat) lainnya.

Kompleks makam Syaikh Abu Yazid Al-Bistami di kota Bistam, Provinsi Semnan, Iran. Sebelum meninggal dan dimakamkan di Bistam, Syaikh Abu Yazid beberapa kali meninggalkan kota tersebut karena tekanan dan permusuhan dari pihak yang menganggap tasawufnya menyimpang.

dok

. wik

iped

ia.o

rg

Joko Trisusilodok

. BA

MG

/M

FH

Page 7: mozaik 2011 03

2 7

2

Padahal kita bisa menghindari itu. Demikian kiranya hal yang dipesankan Pimpinan Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH, dalam suatu kesempatan dialog dengan segenap jamaah di Surau Baitul Amin, Bojongsari, awal Maret lalu. Menurut beliau, saat suatu berita atau informasi kita terima, telitilah apakah informasi melibatkan kita atau pembawa kabar itu. ‘Apakah kita korban atau pelaku-nya?’ Itulah pertanyaan yang patut kita tanyakan. Dan, kalau informasi itu tidak penting untuk dibicarakan, maka berhenti-lah membicarakannya. Dalam kesempatan itu pula, Pimpinan Yayasan mengingatkan kembali untuk menghindari bergunjing dengan mengacu kepada firman Allah SWT dalam kitab suci Al Quran, Al A’Raaf (7) ayat 56:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesung-guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Memaknai ayat ini, Ustadz Gugun Tajuddin, jamaah yang berasal dari Serang,

Banten, menyampaikan, “Berbuat kerusa-kan bukan hanya menebang pohon. Atau membuang sampah sembarangan. Tapi juga termasuk bergosip, bergunjing,” tegas beliau untuk mengingatkan para jamaah akan keburukan bergunjing.

Terkait bergunjing, Pimpinan Yayasan berpesan, “Tekan sampai nol. Tidak akan turun rahmat kepada rumah atau komuni-tas yang masih melakukan hal itu.” Bergunjing, atau ‘ghibah’ ini dengan jelas didefinisikan dalam hadits Nabi Muham-mad Rasulullah SAW, sebagai berikut: “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal

yang dia tidak sukai" (HR. Muslim).Lebih lanjut, dalam Al Quran Allah

SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 12 tentang prasangka dan menggun-jing yang diibaratkan bagaikan bangkai saudara sendiri, sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing

http://facebook.com/mozaiksurau

D I K E L O L A O L E H :

http://twitter.com/baitulamin http://blog.baitulamin.org

Perayaan Kemerdekaan tahun 1968, bagi sebagian masyarakat Indonesia mengenangnya sebagai peristiwa semarak seiring dengan peralihan jaman dari orde lama ke orde baru. Namun bagi Kak Tutun, sehari setelah HUT Republik Indonesia ke 23 tersebut, adalah peristiwa penting dalam hidupnya, karena sejak malam itu ia menjadi jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah di Surau Baitul Amin.

”Waktu itu saya diajak Bang Hana ke surau. Saya nggak bertanya-tanya apa. Saya percaya aja karena yang ngajak saya itu sudah saya anggap seseorang yang sangat dekat, teman dekat, calon suami. Ya udah dia ajak ke surau saya mau aja.” ungkap kak Tutun. Tidak terasa, kalau dihitung dari sejak tahun masuknya, maka sudah hampir dua pertiga usianya ia berkhid-mat sebagai pengamal tarekat. Baginya, tarekat bukan hal yang baru dalam kehidu-pannya. Ayahnya juga pengamal tarekat di pesantren Abah Sepuh Suralaya. Bang Hana adalah panggilan akrab bagi Abangda Drs. Hana Djumhana Bastaman, MPsi., yang saat itu teman seperkuliahan Kak Tutun di Universitas Indonesia (UI), yang telah lebih dulu menjadi ikhwan di Surau Baitul Amin pada tahun 1966.

”Karena saya sederhana gitu, saya tidak memperhatikan detail-detailnya itu, pokoknya bagi saya adalah tarekat. Dan tarekat itu adalah jalan mendekatkan diri kepada Allah.” ujarnya.

Ia juga bersyukur mempunyai pendamping hidup seperti Bang Hana karena dalam hidup, keduanya saling mengisi. Contohnya, adalah dalam mem-pelajari agama Islam. Ketika Kak Tutun memerlukan hadits atau dalil, ia akan menanyakan ke Bang Hana yang mempu-nyai ketertarikan dan mempelajari ayat atau hadits secara mendalam.

”(Saya) sudah punya sumber referensi (dalam mendalami agama).” aku kak Tutun. Hal ini membantu Kak Tutun mendapatkan kemantapan dalam hidup sehari-hari atau apa pun baik dalam peramalan dan beragama. ”Tinggal tanya sama Bang Hana, gitu. Sederhana. Kalaupun saya harus mencari sendiri, pasti ditunjukin di mana bukunya,” ungkapnya.

Baginya, ia percaya bahwa karena kesederhanaan maka ia diberi-kan banyak kemudahan. Salah satu kemudahan yang ia rasakan adalah ketika menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Tahun 1975, ketika itu Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tahun sebelumnya, Gubernur melihat

bahwa pelayanan kesehatan untuk jamaah DKI masih kurang. Kebijakan Bang Ali kemu-

dian merekrut dokter-dokter Puskesmas untuk mendampingi jamaah, minimal 1 dokter untuk 1 kloter. Tak dinyana, salah satu dokter yang terpilih adalah Kak Tutun. Baginya sebuah surprise yang patut disyukuri karena ia sebetulnya tidak meny-erahkan persyaratan administrasi.

Sekembalinya ke tanah air, berbagai jabatan ia pegang seiring dengan tetap menjaga keaktifan bersurau. Setelah sempat ditugaskan di wilayah Bogor, karir berikutnya adalah menjadi salah satu dokter di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sekaligus sebagai staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Seiring dengan kinerjanya, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Kedokteran Jiwa di FKUI mulai tahun 2000 sampai pensiun tahun 2005.

Memasuki masa pensiun, profesi Kak Tutun sebagai psikiater atau ahli kedok-teran jiwa tetap ia tekuni. Seperti halnya ketika menjadi PNS aktif, Kak Tutun kerap

memberikan berbagai ceramah tentang kesehatan jiwa. Materi tidak hanya ia sampaikan di hadapan dokter-dokter seprofesinya, karena ia kerap mengisi berbagai pelatihan jamaah di Surau Baitul Amien, seperti pelatihan pengembangan sumber daya manusia yang dikenal dengan pelatihan Sufi Thinking.

Pengabdiannya dalam mensyiarkan ilmu kedokteran jiwa terus berlangsung selepas masa pensiun. Konsistensi dan ketekunannya mengantarkan Kak Tutun dipilih oleh rekan-rekan psikiater sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada kongres tahun 2009 di Manado. Sebagai ketua perhimpunan, ia seringkali diundang sebagai pembicara dan publisitas dari pemikirannya kerapkali dikutip oleh media massa.

Kepada pembaca Mozaik ia meny-ampaikan pesan selain pentingnya bersy-ukur juga pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Menurutnya kesehatan jiwa itu penting karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. ”Dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat,” pesannya. Ia menekankan bahwa i’tikaf atau suluk dan dzikir adalah cara yang baik untuk menye-hatkan mental kita. (JH/NAV)

Perjalanan manusia dalam menemukan Tuhannya berbeda-beda. Salah satunya perjalanan Dr.Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ atau akrab disapa kak Tutun. Ia merasakan, justru karena kesederhanaan tanpa banyak bertanya, ia diberikan banyak kemudahan. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) periode 2009-2013 ini menuturkan bagaimana perjalanannya dalam bersurau.

Mencari Tuhan Tanpa Banyak BertanyaProfil Jamaah SBA: Dr. Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ(K)

Artikel dan informasi seputar kegiatan kesurauan, Islam dan Tasawuf berupa soft copy dapat dikirimkan disertai data diri pengirim ke Kontak Redaksi yang tertulis diatas. Redaksi berhak untuk mengedit isi artikel atau tidak menerbitkan artikel

yang telah dikirimkan. Untuk informasi selengkapnya, kunjungi situs web: http://media.baitulamin.org

Penanggung Jawab H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI | Pemimpin Umum Drs. H. Tugirin Yusuf Sonokarto, MM | Pemimpin Redaksi M. Reza Hoesin, SE, MM | Kontak Redaksi

Kampus Baitul Amin, Jl. Curug Raya No. 35, Curug, Bojongsari, Depok 16517, Email: [email protected] | Kontak Iklan dan Sirkulasi: 0816103035, Email: [email protected]

www.baitulamin.org

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu-lah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”

Sementara ayat sebelumnya, yakni di Surat Al Hujuraat, ayat 11, Allah SWT melarang memperolok dan berprasangka antara satu orang dengan yang lainnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Tergelincir Ke Dalam GhibahKerap kali suatu pembicaraan yang

awalnya biasa-biasa saja dapat dengan

mudah berubah menjadi suatu pembic-araan yang masuk ke dalam kategori ghibah. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan berkomunikasi tanpa melalui orang ketiga, untuk mencegah adanya distorsi alias penyimpangan informasi.

Ada baiknya kita cermati proses komunikasi yang umumnya melibatkan beberapa pihak; ada orang yang menyam-paikan pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan orang ketiga. Kondisi ideal adalah ketika pesan disampaikan langsung dari penyampai ke penerima pesan dimana distorsi akan minimal. Proses komunikasi berkemungkinan mengalami gangguan salah saat mulai melibatkan orang ketiga. Pesan dari penyampai yang mampir ke pihak ketiga ditambahi penyimpangan informasi saat sampai ke penerima pesan.

Lalu, bagaimanakah cara menyikapi ‘bahaya laten’ bergunjing ini? Cara untuk mengetahui kebenaran adalah dengan bertanya dalam rangka untuk menelitinya, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Hujuraat ayat 6, yang terjemahnya adalah sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa meng-etahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Masyarakat Dzikrullah yang Berakhlakul Karimah

Sejatinya, menghindari ghibah ini adalah dalam rangka untuk memperbaiki akhlak untuk mewujudkan kondisi yang dijelaskan oleh Pimpinan Yayasan sebagai “masyarakat dzikrullah yang baik hati (berakhlakul karimah) sehingga menjadi khairu ummah yang rahmatan lil’alamin”.

Adapun gambaran dari suatu masyarakat yang berakhlakul karimah, menurut beliau adalah, “Masyarakat yang individunya terdiri dari dari orang-orang yang bersukacita, gembira, penuh seman-gat yang diwarnai rasa syukur dan sabar. Senyum tulus selalu menghiasi wajah mereka. Jika seseorang mengalami kemu-rungan karena sesuatu masalah, anggota masyarakat lain akan menghampiri dengan penuh empati, seraya membantu menghilangkan kemurungan itu. Di sana tidak ada aib, karena tidak seorang pun mau menceritakan aib orang lain. Perda-gangan dan pertumbuhan ekonomi berkembang pesat. Karena kerja keras, disiplin, kejujuran dan amanah selalu menghiasi perilaku mereka. Lingkungan pun bersih, karena mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau ada perselisihan selalu diselesaikan dengan cara yang indah dan penuh kasih sayang. Dan andaikata pun ada perselisi-han, tidak berakhir dengan perpecahan.” (DHY/NAV)

Ingin Raih Kebahagiaan?Stop Bergunjing!

(Sambungan dari hal. 1)

Akhlakul Karimah

Seorang petani dan istrinya bergan-deng tangan menyusuri sawah sesudah seharian memacul di sawah mereka dalam lebatnya hujan. Tiba-tiba, lewat sebuah motor di jalan raya di depan mereka.

Berkatalah sang suami pada istrinya, “Lihatlah bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu. Meski mereka juga kehujanan tapi mereka bisa cepat sampai rumah, tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah.”

Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berbon-cengan di bawah hujan melihat sebuah mobil pick-up lewat di depan mereka. Pengendara motor berkata kepada istrinya, “Lihat bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tak perlu berhujan-hujan seperti kita.”

Di dalam pick-up yang dikendarai sepasang suami istri juga terjadi perbin-cangan ketika sebuah mobil Mercy lewat. “Lihatlah bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Pasti nyaman dikendarai, tidak selalu mogok seperti mobil kita.”

Pengendara mobil mewah itu seorang pria kaya dan ketika melihat suami istri di bawah guyuran hujan, pria kaya itu dalam hatinya berkata, “Betapa bahagianya mereka, begitu mesra berjalan di dalam hujan berdua menikmati

indahnya alam pedesaan sementara aku dan istriku tak pernah punya waktu untuk berduaan karena masing masing

sama-sama sibuk.”Kebahagiaan tidak akan pernah kita

miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan orang lain dan selalu membandingkan dengan hidup orang lain. Kebaha-giaan bukan semata dilihat dari harta, karena orang yang berharta belum tentu bahagia.

Bersyukurlah selalu atas hidupmu supaya kamu tahu di mana kebahagiaan itu berada. Aku pernah berpikir bahwa setiap manusia pasti ingin memiliki seorang kekasih dalam suka dan duka yang tidak pernah terpisahkan. Sekarang aku memilih amal saleh sebagai kekasi-hku yang akan menemaniku sampai ke dalam kuburku, kemudian amal sholehku menemaniku menghadap Allah.

Aku pernah berpikir setiap manusia pastilah punya goresan masalah dengan manusia lain, sehingga wajar jika manusia memiliki musuh masing-masing. Kini aku memilih menjadikan setan sebagai musuh utamaku, maka aku lebih memilih melepaskan kebencian, dendam rasa sakit hati, dan permusuhanku dengan manusia lain.

Aku pernah selalu kagum dengan manusia cerdas yang berhasil dalam karier atau kehidupan dunianya. Sekarang aku

mengganti kriteria kekagumanku ketika aku menyadari bahwa manusia hebat di mata Allah adalah hamba yang bertaqwa. Manusia yang sanggup taat kepada aturan Allah dalam menjalankan hidup dan kehidupannya.

Dulu aku akan marah dan merasa diriku dijatuhkan

ketika orang lain berlaku dzalim padaku. Meng-

gunjingkanku dan menyakiti dengan k a l i m a t - k a l i m a t sindiran yang sengaja menyaki-tiku. Sekarang aku memilih ada transfer pahala dari mereka

untukku jika aku mampu bersabar. Dan

aku memilih tidak lagi harus kuatir karena harga

diri manusia hanyalah akan jatuh di mata-Nya ketika dia rela mengga-daikan dirinya mengikuti hasutan setan.

Dulu aku yakin dengan hanya kekua-tan Al-Quran berkali-kali maka jiwaku tercerahkan. Kini aku memilih untuk mengerti dan memahami makna artinya dengan menggunakan akalku, dengan mengaktifkan qolbuku dan mengamalkan-nya dalam keseharianku maka pencera-han itu baru bisa aku dapatkan.

Ketika aku harus memilih, bantu aku selalu untuk memilih yang benar di mata-Mu. (KAK MER)

Bahagia Itu PilihanKisah Hikmah

Dr. Tun Kurniasih Bastaman Sp.KJ(K)

dok

. BA

MG

...i’tikaf atau suluk dan dzikir adalah cara yang baik untuk menyehatkan mental kita.

Page 8: mozaik 2011 03

B U L E T I N B U L A N A NS U R A U B A I T U L A M I N D E P O K

E D I S I

032011

8

8Padahal kita bisa menghindari itu.

Demikian kiranya hal yang dipesankan Pimpinan Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik Fajduani, SH, dalam suatu kesempatan dialog dengan segenap jamaah di Surau Baitul Amin, Bojongsari, awal Maret lalu. Menurut beliau, saat suatu berita atau informasi kita terima, telitilah apakah informasi melibatkan kita atau pembawa kabar itu. ‘Apakah kita korban atau pelaku-nya?’ Itulah pertanyaan yang patut kita tanyakan. Dan, kalau informasi itu tidak penting untuk dibicarakan, maka berhenti-lah membicarakannya. Dalam kesempatan itu pula, Pimpinan Yayasan mengingatkan kembali untuk menghindari bergunjing dengan mengacu kepada firman Allah SWT dalam kitab suci Al Quran, Al A’Raaf (7) ayat 56:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesung-guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Memaknai ayat ini, Ustadz Gugun Tajuddin, jamaah yang berasal dari Serang,

Banten, menyampaikan, “Berbuat kerusa-kan bukan hanya menebang pohon. Atau membuang sampah sembarangan. Tapi juga termasuk bergosip, bergunjing,” tegas beliau untuk mengingatkan para jamaah akan keburukan bergunjing.

Terkait bergunjing, Pimpinan Yayasan berpesan, “Tekan sampai nol. Tidak akan turun rahmat kepada rumah atau komuni-tas yang masih melakukan hal itu.” Bergunjing, atau ‘ghibah’ ini dengan jelas didefinisikan dalam hadits Nabi Muham-mad Rasulullah SAW, sebagai berikut: “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal

yang dia tidak sukai" (HR. Muslim).Lebih lanjut, dalam Al Quran Allah

SWT berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 12 tentang prasangka dan menggun-jing yang diibaratkan bagaikan bangkai saudara sendiri, sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing

Ingin Raih Kebahagiaan? Stop Bergunjing!Seringkali kita menyikapi suatu kabar tanpa menelitinya dengan seksama. Itu yang dapat menyu-burkan tumbuhnya “empat serangkai GPBF” yaitu: gosip, prasangka, bergunjing dan fitnah. Kabar yang seolah remeh dapat berkembang menjadi pergunjin-gan dan menimbulkan kerusakan.

Tgl.

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

27

29

Shubuh

4:34

4:34

4:34

4:35

4:35

4:35

4:36

4:36

4:36

4:37

4:37

4:38

4:38

4:39

4:39

Zhuhur

11:50

11:50

11:51

11:51

11:51

11:52

11:52

11:53

11:53

11:53

11:54

11:54

11:55

11:55

11:56

Ashar

15:12

15:12

15:13

15:13

15:13

15:14

15:14

15:15

15:15

15:16

15:16

15:16

15:17

15:17

15:18

Maghrib

17:44

17:44

17:44

17:45

17:45

17:45

17:45

17:46

17:46

17:47

17:47

17:47

17:48

17:48

17:49

Isya’

18:58

18:58

18:59

18:59

18:59

19:00

19:00

19:01

19:01

19:02

19:02

19:02

19:03

19:03

19:04

Jadwal Sholat Juni 2011Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya

(Bersambung ke hal. 7 kol. 1)

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu-lah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”

Sementara ayat sebelumnya, yakni di Surat Al Hujuraat, ayat 11, Allah SWT melarang memperolok dan berprasangka antara satu orang dengan yang lainnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Tergelincir Ke Dalam GhibahKerap kali suatu pembicaraan yang

awalnya biasa-biasa saja dapat dengan

mudah berubah menjadi suatu pembic-araan yang masuk ke dalam kategori ghibah. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan berkomunikasi tanpa melalui orang ketiga, untuk mencegah adanya distorsi alias penyimpangan informasi.

Ada baiknya kita cermati proses komunikasi yang umumnya melibatkan beberapa pihak; ada orang yang menyam-paikan pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan orang ketiga. Kondisi ideal adalah ketika pesan disampaikan langsung dari penyampai ke penerima pesan dimana distorsi akan minimal. Proses komunikasi berkemungkinan mengalami gangguan salah saat mulai melibatkan orang ketiga. Pesan dari penyampai yang mampir ke pihak ketiga ditambahi penyimpangan informasi saat sampai ke penerima pesan.

Lalu, bagaimanakah cara menyikapi ‘bahaya laten’ bergunjing ini? Cara untuk mengetahui kebenaran adalah dengan bertanya dalam rangka untuk menelitinya, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Hujuraat ayat 6, yang terjemahnya adalah sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa meng-etahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Masyarakat Dzikrullah yang Berakhlakul Karimah

Sejatinya, menghindari ghibah ini adalah dalam rangka untuk memperbaiki akhlak untuk mewujudkan kondisi yang dijelaskan oleh Pimpinan Yayasan sebagai “masyarakat dzikrullah yang baik hati (berakhlakul karimah) sehingga menjadi khairu ummah yang rahmatan lil’alamin”.

Adapun gambaran dari suatu masyarakat yang berakhlakul karimah, menurut beliau adalah, “Masyarakat yang individunya terdiri dari dari orang-orang yang bersukacita, gembira, penuh seman-gat yang diwarnai rasa syukur dan sabar. Senyum tulus selalu menghiasi wajah mereka. Jika seseorang mengalami kemu-rungan karena sesuatu masalah, anggota masyarakat lain akan menghampiri dengan penuh empati, seraya membantu menghilangkan kemurungan itu. Di sana tidak ada aib, karena tidak seorang pun mau menceritakan aib orang lain. Perda-gangan dan pertumbuhan ekonomi berkembang pesat. Karena kerja keras, disiplin, kejujuran dan amanah selalu menghiasi perilaku mereka. Lingkungan pun bersih, karena mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau ada perselisihan selalu diselesaikan dengan cara yang indah dan penuh kasih sayang. Dan andaikata pun ada perselisi-han, tidak berakhir dengan perpecahan.” (DHY/NAV)

Syaikh Abu Yazid Al-Bistami QSSyaikh Sufi Taat Syariat

Liburan Anshor SBA ke BandungBersukacita dan Beribadah

BKS DKI Jakarta & BantenPerjalanan Silaturahim ke Karawang dan Serang

Kesan Sahabat: Joko TrisusiloKayak Rombongan Yang Mau Bertobat

3

4

5

6

Akhlakul Karimah

Informasi dalam iklan baris di bawah ini mungkin ada yang bermanfaat untuk anda

MemahamiKandungan Al-Qur’an

Kini Jadi Lebih MudahAl-Qur’an Bayan dilengkapi dengan:Terjemah bahasa Indonesia, Tanda tajwid dengan warna khusus pada huruf atau tanda baca, Asbabunnuzul atau sebab-sebab turunnya ayat, Hadist-hadist yang berkaitan dengan ayat, Munasabah ayat atau hubungan satu ayat dengan ayat lainnya, Mutiara ayat atau intisari yang terkandung dalam ayat-ayat, Untaian Hikmah, Panduan hukum-hukum tajwid, Indeks ayat Al-Qur’an, Munasabah Surah yaitu penjelasan hubungan satu surah dengan surah lainnya, Suplemen ayat-ayat tentang do’a, wanita dan keluarga.

Al-Qur’an Bayan dilengkapi dengan:Terjemah bahasa Indonesia, Tanda tajwid dengan warna khusus pada huruf atau tanda baca, Asbabunnuzul atau sebab-sebab turunnya ayat, Hadist-hadist yang berkaitan dengan ayat, Munasabah ayat atau hubungan satu ayat dengan ayat lainnya, Mutiara ayat atau intisari yang terkandung dalam ayat-ayat, Untaian Hikmah, Panduan hukum-hukum tajwid, Indeks ayat Al-Qur’an, Munasabah Surah yaitu penjelasan hubungan satu surah dengan surah lainnya, Suplemen ayat-ayat tentang do’a, wanita dan keluarga.

Penerbit Al-Qur’an Terkemuka

Untuk mempermudah Anda mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an Bayan, mohon ikuti petunjuk berikut ini:1. Buka Al-Qur’an Bayan, kemudian cari Surah, Halaman

dan Juz (1) yang anda inginkan.2. Bacalah tajwid Al-Qur’an (2) dan Mukadimah surah (3).3. Kemudian baca Terjemah dan catatan kaki atau

keterangan tambahan (4) untuk memahami makna ayat yang anda baca.

4. Setelah itu pahami juga Munasabah (5) yaitu hubungan satu surah dengan surah lainnya, Hadist yang berkaitan dengan ayat (6), Asbabunnuzul (7) yaitu sebab-sebab turunnya ayat, serta Mutiara ayat (8).

5. Lengkapi dengan membaca Untaian Hikmah (intisari) (9) dan Penutup surah (10).

“Al-Qur’an Bayan merupakan inovasi produk Al-Qur’an yang sangat bagus, namun kesakralannya tidak hilang dan mendorong ummat ber-Islam secara Kaffah”

H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI (Pengurus Surau Baitul Amin, Depok)

“Al-Qur’an Bayan sesungguhnya merupakan Al-Qur’an yang yang pertama dan terlengkap dari yang pernah diterbitkan sebelumnya di Indonesia”

Navigator Al-Qur’an Bayan

Agen-agen Penjualan

“Al-Qur’an Bayan merupakan inovasi produk Al-Qur’an yang sangat bagus, namun kesakralannya tidak hilang dan mendorong ummat ber-Islam secara Kaffah”

H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI (Pengurus Surau Baitul Amin, Depok)

“Al-Qur’an Bayan sesungguhnya merupakan Al-Qur’an yang yang pertama dan terlengkap dari yang pernah diterbitkan sebelumnya di Indonesia”

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si. (Menteri Agama Republik Indonesia)

“Al-Qur’an Bayan ini merupajan terobosan baru. Saya pribadi merasa bangga karena ini adalah upaya anak-anak negeri yang inovatif dalam upaya memudahkan dan memahami maksud kandungan Al-Qur’an Bayan”

KH. Ahmad Cholil Ridwan, Lc. (Ketua Majelis Ulama Indonesia)

“Pembaca awam seperti saya akan sangat terbantu oleh hadirnya Al-Qur’an Bayan ini”

H. Saifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Timur)

Jakarta:Lutfi Agency021-7900011

Depok:TB. Nurul Fikri021-7863803

Bandung:TB. Dahlan

Bogor:TB. Al-Amin

Medan:TB. Sembilan Wali

Surabaya:UD. Halim031-3521930

Malang:Cafe Qudsi0341-553511

Kudus:TB. Maqtaban M0291-434022

DI Yogyakarta:TB. Nada Nurani0274-558010

Juga tersedia di toko-toko buku Gramedia danGunung Agung di seluruh Indonesia.

Info Produk: 08-1111-00910 www.BayanQuran.com

TERSEDIA DI

TONIRBA(Toko Souvenir Baitul Amin)Curug, Bojongsari, Depok

info: 081319619242

10

1

23

4

5

6

7

8

9

Mencari Tuhan Tanpa Banyak Bertanya Halaman 7