Upload
untukmu-slamanya
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKALDiversifikasi Pangan Lokal Sebagai Upaya
Menjaga Ketahanan Pangan
Oleh:
Nafiul Amri (111710101030)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER2013
Abstrak
Ketersediaan bahan pangan sangat penting karena makanan adalah
kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan pangan adalah hak setiap manusia dan
bahkan telah diatur dalam undang-undang. Ketahanan pangan tidak hanya
berarti tersedianya pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk
mengakses pangan (termasuk membeli), dan tidak tergantung pada negara
lain. Berbagai aturan dan hukum dapat diimplementasikan sebagai upaya
untuk mencapai ketahanan pangan serta menjamin ketersediaan pangan
sampai menerapkan kebijakan makroekonomi dan perdagangan yang
kondusif. Berbagai masalah pemerintahan yang harus dipertimbangkan untuk
mampu mengimplementasikan aturan adalah tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, tingkat konversi
lahan yang tidak terkendali dan ancaman perubahan iklim akibat pemanasan
global, sumber daya manusia dan infrastruktur yang tidak memadai,
ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran,
ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan masih tinggi,
ketergantungan yang tinggi dari produk impor, dan efisiensi produksi pangan
tidak optimal. Namun, ketersediaan pangan tidak menjamin tercapainya
ketahanan makanan. Oleh karena itu kita perlu diversifikasi pangan lokal.
Dengan memanfaatkan makanan lokal untuk diolah menjadi produk makanan
yang inovatif. Beberapa bahan yang dapat digunakan adalah Suweg, sukun,
lamtoro, jagung, labu kuning, dan singkong.
Kata kunci : pangan lokal, ketahanan pangan dan diversifikasi pangan
PENDAHULUAN
Pangan ialah sebuah kebutuhan mendasar manusia dan pemenuhannya
menjadi hak asasi tiap manusia. Undang – undang No. 18 Tahun 2012
mengatur sepenuhnya tentang Pangan. Pangan yang dimaksud ialah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, perairan, baik yang diolah ataupun tidak
diolah yang dimanfaatkan sebagai makanan atau minuman bagi manusi,
termasuk bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses pengolahan, dan pembuatan makanan atau
minuman.
Kebutuhan pangan tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, namun peningkatan jumlah penduduk dan
kebutuhan pangan tidak diimbangi dengan produksinya. Terdapat banyak
kendala yang mengakibatkan produktivitas pangan menurun. Salah satunya
ialah konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian (perumahan,
industri dll). Hal ini tentu akan mengganggu stabilitas ketahanan pangan di
Indonesia.
Indonesia sebenarnya dapat memenuhi sumber kebutuhan pangannya
sendiri. Karena potensi sumberdaya manusia telah tersedia, sumberdaya alam,
dan apabila semua potensi digunakan seharusnya Indonesia mampu menjadi
negara swasembada pangan.
Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, dapat
diketahui bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan
Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, beragam, bergizi, aman, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Banyak upaya yang dilakukan untuk mempertahankan ketahanan
pangan. Terdapat hasil penelitian menunjukkan persediaan pangan yang
mencukupi secara nasional terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan
pangan pada tingkat daerah dan individu. Berkaitan dengan permasalahan
diatas, disversifikasi pangan menjadi tonggak dalam mewujudkan ketahanan
pangan. Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman pangan. Maka perlu
dilakukan peningkatan dalam keanekaragaman lokal sebagai upaya mencapai
ketahanan pangan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pangan lokal
Pangan menurut UU No. 18 adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
dengan bahan sesuai potensi daerah masing – masing.
Pangan menjadikan kebutuhan dasar yang paling penting bagi
manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan. Pangan sebagai sumber
energi atau zat gizi (lemak, karbhohidrat, vitamin, protein, mineral dan air)
menjadi acuan utama manusia untuk mencapai kesehatan serta kesejahteraan
manusia (
2. Ketahanan Pangan
a. Pengertian
Ketahanan Pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 adalah
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Ketahanan pangan merupakan hal yang penting, karena
pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi tiap manusia.
Pemenuhan pangan menjadi hak asasi tiap individu karena pangan
merupakan sesuatu yang mendasar bagi manusia.
b. Kebijakan
Kebijakan perlu dikonsep dan diterapkan demi tercapainya
ketahanan pangan. Beberapa konsep kebijakan yang akan
meningkatkan ketahanan pangan antara lain
1. Menjamin ketersediaan pangan
2. Menata pertanahan dan tata ruang dan wilayah
3. Melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim
4. Menjamin cadangan pangan pemerintah dan masyarakat
5. Mengembangkan sistem distribusi pangan yang adil dan efisien
6. Meningkatkan aksesbilitas rumah tangga terhadap pangan
7. Menjaga stabilitas harga pangan
8. Mencegah dan menangani keadaan rawan pangan dan gizi
9. Melakukan diversifikasi pangan
10. Meningkatkan keamanan dan mutu pangan
11. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
12. Melaksanakan kerjasama internasional
13. Meningkatkan peran serta masyarakat
14. Mengembangkan sumber daya manusia
15. Melaksanakan kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif
c. Hambatan dan Tantangan
Terdapat beberapa hambatan dan tantangan yang dihadapi
pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Hambatan dan tantangan inilah yang harus diatasi oleh semua pihak
dalam membuat dan menerapkan sebuah konsep. Berikut ini
hambatan dan tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan.
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan
ketersediaan pangan.
Kebutuhan pangan meningkat karena peningkatan jumlah
penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka kebutuhan
pangan akan semakin tinggi juga.
2. Laju konversi lahan yang tidak terkendali serta ancaman
perubahan iklim akibat global warming
Laju konversi lahan pertanian menjadi non pertanian merupakan
akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat. Hal ini akan
berdampak pada produktivitas pangan. Perubahan iklim yang
ekstrim mengakibatkan banyaknya kasus gagal panen.
3. SDM dan infrastruktur yang kurang memadai
Sumber daya manusia yang kurang memadai mengakibatkan
produk yang dihasilkan tidak maksimal dan belum memadainya
prasarana dan sarana transportasi menyebabkan kurang
terjaminnya aliran distribusi bahan pangan ke seluruh wilayah
dan hal ini juga dapat menyebabkan kenaikan harga sehingga
menurunkan daya beli konsumen.
4. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran
Penurunan harga pada saat panen raya biasanya merugikan
petani, sebaliknya pada saat hari tertentu atau musim paceklik
dan hari-hari besar, harga pangan melonjak tinggi menekan
konsumen, tetapi kenaikan harga tersebut sering tidak dinikmati
oleh petani produsen.
5. Ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan
yang masih tinggi
Pola pikir orang indonesia adalah belum makan apabila jika
tidak makan nasi. Hal tersebut membuat masyarakat hanya
tergantung pada satu jenis pangan. Padahal masih banyak bahan
non beras yang dapat menjadi pengganti beras.
6. Ketergantungan produk impor yang tinggi
Ada pola pikir yag menyatakan bahwa produk impor lebih baik
dari produk lokal, dari hal tersebut menjadikan konsumsi
masyarakat lebih cinta impor daripada lokal.
7. Efisiensi produksi pangan yang belum optimal
Teknologi pasca panen belum dilakukan dengan maksimal
sehingga degradasi mutu hasil panen masih cukup tinggi.
Peningkatan teknologi dan prasarana usaha harus selalu
dilakukan untuk mendukung pengembangan usaha pasca panen.
3. Diversifikasi Pangan
a. Pengertian
Diversifikasi pangan atau Penganekaragaman Pangan menurut
UU No. 18 Tahun 2012 adalah upaya peningkatan ketersediaan dan
konsumsi Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal.
Diversifikasi pangan merupakan alternatif yang harus
dilakukan untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Dengan diberlakukannya pola konsumsi pangan yang tidak
hanya terpaku pada satu bahan pangan saja maka masyarakat dapat
memilih bahan pangan sendiri. Pola konsumsi pangan yang beragam
akan berujung pada peningkatan ketahanan pangan secara nasional.
b. Produk Diversifikasi Pangan
Terdapat bermacam – macam sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai produk pangan non beras yang lebih bergizi
dan bermutu tinggi antara lain sebagai berikut :
1. Suweg
(Amorphophallus campanulatus B) merupakan tanaman herba
yang mulai bertunas di awal musim kemarau dan pada akhir tahun di
musim kemarau umbinya bisa dipanen (Koswara, 2009). Suweg dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan non beras.
2. Sukun
Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang
kebutuhan sumber pangan karena sumber kalorinya dan kandungan
gizi yang tinggi. Sukun masuk dalam lampiran International Treaty on
Genetic Resource for Food and Agriculture sehingga penangan jenis
ini akan berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin
ketahanan pangan.
3. Lamtoro
Tanaman Lamtoro (Leucaena keucocephala syn.L.glauca)atau
dikenal dengan kemlandingan dan petai cina merupakan jenis tanaman
yang dapat hidup dan berkembang subur di daerah tropis yang
bercurah hujan teratur,bahkan mampu bertahan hidup di daerah-
daerah yang kering atau tandus(Estiasih T, 2006). Buah lamtoro
mengandung protein 30 – 40 % sehingga harus dimanfaatkan secara
maksimal. Contoh produk ialah pengganti tempe
4. Jagung
Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yan
memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga
mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu kalori, dan
protein. Pola konsumsi pangan yang berganti menjadi jagung maka
diversifikasi pangan dikatakan berhasil. Contoh produk: emping
jagung, aneka cake, talam, muffin, tepung jagung, jagung instan
nixtamalisasi, beras jagung instan,
5. Labu kuning
Labu juning memiliki kandungan gizi yang baik, terdapat
karbhohidrat yang banyak dan pro vitamin A yang kaya sehingga labu
kuning ini disukai banyak orang
Contoh produk : nasi kuning, minuman, mie labu kuning.
6. Singkong
Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber
karbohidrat yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah
harganya. Keberadaan singkong yang melimpah dan harga yang
murah di pedesaan dapat ditingkatkan menjadi bahan makanan yang
bernilai tinggi.
Contoh produk: gethuk, gatot, tiwul, tepung mocaf, beras
cerdas, kripik.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan
bahan sesuai potensi daerah masing – masing.
2. Ketahanan pangan merupakan hal yang penting, karena pangan
merupakan kebutuhan mendasar bagi tiap manusia. Pemenuhan pangan
menjadi hak asasi tiap individu karena pangan merupakan sesuatu yang
mendasar bagi manusia.
3. Kebijakan perlu dikonsep dan diterapkan demi tercapainya ketahanan
pangan.
4. Salah satu upaya dalam mencapai ketahanan pangan adalah diversifikasi
pangan lokal.
5. Diversifiasi pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi
sumber daya lokal.
6. Bahan yang dapat dimanfaatkan untuk diversifikasi adalah Suweg, sukun,
lamtoro, jagung, labu kuning, dan singkong
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih, T., 2006. Teknologi dan Aplikasi Polisakarida dalam Pengolahan
Pangan. Malang : FTP UB
Koswara, S., 2009. Teknologi Modifikasi Pati. Jakarta : UI PRESS
UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan