20
1 PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE ROTOSCOPING BERBASIS VIDEO NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Bernadhi Ari Suryantara 11.21.0594 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2013

Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

1

PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS”

MENGGUNAKAN METODE ROTOSCOPING

BERBASIS VIDEO

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Bernadhi Ari Suryantara 11.21.0594

kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2013

Page 2: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

2

NASKAH PUBLIKASI

PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS”

MENGGUNAKAN METODE ROTOSCOPING

BERBASIS VIDEO

disusun oleh

Bernadhi Ari Suryantara

11.21.0594

Dosen Pembimbing

Amir Fatah Sofyan, ST, M.Kom NIK. 190302047

Tanggal, 29 Juli 2013

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Sudarmawan, MT NIK. 190302035

Page 3: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

3

DESIGNING 2D ANIMATION MOVIE “THE EFFECTS” USING ROTOSCOPING

METHOD VIDEO BASED

PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

ROTOSCOPING BERBASIS VIDEO

Bernadhi Ari Suryantara Amir Fatah Sofyan

Jurusan Teknik Informatika

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

A smooth motion is an important point for the quality of an animation film. Rotoscoping is one of many techniques in designing 2-dimensional animation. It is an animation technique in which the animator traces a film frame by frame to be used in the animation film. The software Adobe Flash CS3 and Adobe Photoshop CS3 can be an alternative to make a 2D animation film using the rotoscoping techniques.

With the optimization of the software Adobe Flash and Photoshop CS3 using a Wacom Bamboo tablet drawing along with the rotoscoping technique, it is expected that an animator can create an animation which prioritizes in between details so that he/she will produce a smooth and natural motion animation.

From the description above authors strive to provide a method rotoscoping techniques of video-based for designing 2-D animated movie.

Keywords: Rotoscoping, 2D Animation, In Between

Page 4: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

4

1. Pendahuluan

Industri animasi berkembang sejak populernya media televisi yang menyajikan film-film

kartun. Selain itu penggunaan animasi sudah merambah ke berbagai industri media seperti

film bioskop, game, dan broadcasting. Pembuatan film animasi 2D di Indonesia belum marak

ditayangkan di televisi. Salah satu penyebab film animasi 2D di Indonesia belum banyak

ditayangkan di televisi maupun bioskop adalah karena kurang halusnya gerakan animasi

sehingga mempengaruhi kualitas dan pertimbangan daya tawar animasi tersebut. Yang

terjadi saat ini adalah tayangan animasi masih didominasi animasi buatan luar dan tentu saja

itu akan berdampak negatif untuk perkembangan animasi lokal.

Berdasarkan teknik-teknik perancangan animasi yang terus dikembangkan, animasi

telah tumbuh menjadi industri yang luar biasa. Mulai dari teknik manual hingga digital, mulai

dari 2D hingga 3D. Dari latar belakang diatas penulis memilih salah satu teknik perancangan

animasi yang diharapkan dapat menjadikan solusi untuk kualitas gerakan animasi yang

halus. Teknik yang digunakan tersebut adalah teknik rotoscoping, merupakan teknik

pembuatan animasi dimana pergerakan di capture frame demi frame dari gerakan nyata (live

action movement).

Animasi lebih banyak disukai karena animasi menjadikan sesuatu lebih hidup apabila

animasi diterapkan dengan tepat. Pemanfaatan software dan hardware dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam mempermudah pembuatannya. Penulisan skripsi dengan

judul “Perancangan Film Animasi 2D “The Effects” Menggunakan Metode Rotoscoping

Berbasis Video” nantinya ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi tentang perancangan

film animasi 2D.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan pada penulisan ini adalah

bagaimana membuat film animasi 2D dengan menggunakan metode rotoscoping berbasis

video yang mengedepankan detail in between pada animasi yang dibuat sehingga

menghasilkan gerakan yang halus.

Page 5: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

5

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi agar tercapai tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai. Batasan tersebut melingkupi:

1. Penulis merancang film animasi 2D dengan durasi kurang lebih 1 menit.

2. Software yang digunakan dalam merancang film animasi 2D ini adalah: Adobe

Flash CS3 Professional dan Adobe Photoshop CS3.

3. Proses produksi terbagi menjadi 3 tahapan utama, yaitu tahap praproduksi,

produksi, dan pasca produksi

2. Landasan Teori

2.1 Definisi Animasi

Animasi berasal dari kata “animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang

berarti menggerakkan. Jadi animasi dapat diartikan sebagai menggerakkan sesuatu (gambar

atau objek) yang diam. Dalam perkembangannya animasi dapat didefinisikan sebagai suatu

sequence gambar yang diekpos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi

gambar bergerak.1

2.2 Jenis Aniamsi

2.2.1 Animasi Sel (Cell Animation)

Kata “cell” berasal dari kata “celluloid”, yang merupakan material yang digunakan

untuk membuat film gambar bergerak pada saat awal. Sekarang, material film dibuat dari

asetat (acetate), bukan celluloid.

2.2.2 Animasi Frame (Frame Animation)

Animasi frame adalah bentuk animasi yang mempunyai gambar berseri di tepi

halaman berurutan. Bila jempol Anda membuka buku dengan cepat, maka gambar akan

kelihatan bergerak.

2.2.3 Animasi Sprite (Sprite Animation)

Animasi sprite serupa dengan teknik animasi tradisional, yaitu objek yang diletakkan

dan dianimasikan pada bagian puncak grafik dengan latar belakang diam.

1 Bambang Adriyanto.2010. Modul 10 PEMBUATAN ANIMASI Dengan Macromedia Flash 8:Pusat

Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Hal 5-6.

Page 6: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

6

2.2.4 Animasi Lintasan (Path Animation)

Animasi lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak sepanjang garis kurva yang

telah di tentukan sebagai lintasan.

2.2.5 Animasi Spline

Spline adalah representasi matematis dari kurva. Objek bergerak biasanya tidak

mengikuti garis lurus, misalnya berbentuk kurva. Program animasi komputer memungkinkan

untuk membuat animasi spline dengan lintasan gerak berbentuk kurva.

2.2.6 Animasi Vektor (Vector Animation)

Animasi vektor serupa dengan animasi sprite. Animasi sprite menggunakan bitmap

untuk sprite. Animasi vektor menjadikan objek bergerak dengan memvariasikan ketiga

parameter ujung-pangkal, arah dan panjang pada segmen-segmen garis yang menentukan

objek.

2.2.7 Animasi Karakter (Character Animation)

Animasi karakter merupakan sebuah cabang khusus animasi. Animasi karakter dapat

di lihat dalam film kartun. Animasi ini berbeda dengan animasi lainnya, misalnya animasi logo

yang melibatkan bentuk organik dengan penggandaan yang banyak. Animasi karakter

menghasilkan gerakan yang hirarkis.

2.2.8 Computational Animation

Animasi ini membutuhkan waktu singkat tanpa membuat boros memori komputer.

Dengan computationalI animation, untuk menggerakkan objek di layar cukup memvariasikan

koordinat x dan y.

2.2.9 Morphing

Morphing merupakan sebuah animasi yang dapat berubah dari satu bentuk yang lain

dengan menampilkan serangkaian frame yang begitu halus saat bentuk pertama mengubah

dirinya menjadi bentuk yang lain.

2.3 Proses Pembuatan Film Animasi

Proses produksi dalam pembuatan sebuah film animasi terbagi pada 3 tahapan

utama, yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.2

2 Djoko Kuswanto.2011.Metode Motion Capture Berbasis Video Untuk Meningkatkan Kualitas Proses

In Between Pada Produksi Film Animasi 2D:FTSP ITS, Hal 3-6.

Page 7: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

7

2.3.1 Tahap Pra-Produksi

Tahap praproduksi adalah sebuah awal dari suatu proses pembuatan film animasi.

Dimulai dari tahap naskah cerita. Untuk membuat cerita yang bagus sangat diperlukan

struktur cerita yang jelas. Cerita tersebut harus mempunyai awalan, nilai tengah dan akhir

cerita yang sering disebut dengan babak. Ide cerita merupakan hal mendasar untuk

mengembangkan sebuah karya film animasi. Ide dapat diinspirasikan dari berbagai hal,

misalnya: pengalaman pribadi, legenda, cerita rakyat, mitos, kehidupan sehari-hari,

pendidikan, perjalanan/petualangan dan lain sebagainya.

2.3.2 Tahap Produksi

Setelah melalui proses praproduksi, maka animator mulai bekerja menggambar

gambar-gambar ekstrim yang menjadi penentu arah gerakan/antisipasi yang lebih dikenal

keyframe. Animator yang bertanggung-jawab untuk membuat gambar-gambar keyframe ini

disebut keyframer. Seorang keyframer harus memperhatikan kaidah-kaidah animasi dalam

membuat gerakan-gerakan animasi, seperti : anticipation, timing, delayed secondary action,

squash-stretch, balance, staging, overlapping, action, gesture dan masih banyak lagi. Selesai

keyframe dibuat, maka proses berlanjut pada pengisian gambar-gambar yang mengisi

gerakan diantara gambar-gambar keyframe yang disebut in between. Banyak sedikitnya

jumlah gambar in between tergantung pada durasi yang dibutuhkan dalam melakukan

gerakan dari keyframe yang satu ke keyframe berikutnya. Animator yang bertugas membuat

gambar in between disebut ‘in betweener’. Sampai pada proses ini, animasi gerakan sudah

bisa dilihat.

2.3.3 Tahap Pasca-Produksi

Tahap terakhir pada proses produksi adalah tahap pascaproduksi yang terdiri atas:

1. Editing Audio

Editing Audio merupakan kelanjutan dari proses dubing. Selain itu, sound editor

membuat sound FX dan background musik. Biasanya editing audio berjalan

bersama Video Editing untuk menciptakan suasana dan sinkronisasi antara visual

dengan audio. Seorang audio engineer harus memastikan level volume dan

balancing dari semua dubing, musik ilustrasi dan sound effect.

Page 8: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

8

2. Editing Video

Tahap selanjutnya dalam pembuatan film animasi yaitu Editing. Editing dilakukan

untuk mengemas hasil akhir sebuah film, mensingkronkan antara suara dengan

dengan visual, memberikan special effect dan ekspor dalam media yang

ditentukan.

3. Mastering dan Distributing

Setelah semua proses dilalui maka proses selanjutnya yaitu membuat master

film. Untuk pembuatan film layar lebar maka harus dibuat master dengan pita

seluloid 9mm. Namun untuk distribusi untuk media seperti televisi dapat

digunakan kaset Betacam SP atau format DV Cam. Jika untuk aplikasi home

video dapat menggunakan DVD atau Video CD

Page 9: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

9

2.4 Bagan Proses Pembuatan Film Animasi

Pengumpulan Data

Studi Literatur Nara Sumber

Konsep

Storyline Naskah

Storyboard

Sketsa awal

Desain karakter Desain setting/property/environment

Flowchart navigasi (media interaktif)

Drawing

Manual Drawing for 2D Digital Modelling for 3D Grafik,table,alur kerja,dll

Audio Processing

Voice over

Naration

Dialog

Backsound

Editing/compositing

Special FX, Lighting,

Transition

Final editing & Rendering

Mastering VCD/DVD

Packaging

Pra Produksi

Produksi

Pasca Produksi

Gambar 2.1 Bagan Proses Produksi

Page 10: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

10

2.5 Sekilas Tentang Rotoscoping

Rotoscope adalah teknik yang dikembangkan oleh Max Fleischer, pembuat Betty

Boop dan Koko the Klown. (dia juga kebetulan kakek dari pembuat software Poser.

Rotoscope digunakan terutama untuk menangkap gerak manusia riil dengan menggambar

durasi film dari actor. Pada permulaannya, masing-masing frame dalam film diproyeksikan

melalui meja cahaya menggunakan cermin, dan gambarnya dijiplak, kemudian ditransfer

menjadi cell. Dalam rotoscope klasik, animasi yang digambar dan durasi langsung

digabung.3

Rotoscoping adalah teknik animasi dengan animator yang menjiplak gerakan film

manusia (bukan animasi) secara frame by frame untuk digunakan pada film animasi. Pada

mulanya, gambar film manusia diproyeksikan ke panel kaca dan digambar ulang oleh

animator. Peralatan proyeksi ini disebut dengan Rotoscope. Saat ini, perangkat proyeksi

tersebut sudah digantikan dengan komputer. Pada animasi 2D, model dibuat dari objek-objek

yang terpisah dari layer transparan yang terpisah serta dapat menggunakan kerangka virtual

maupun tidak. Kemudian, anggota tubuh, mata, mulut, pakaian, dan seterusnya digerakkan

oleh animator dengan key frame. Setelah gerakan-gerakan selesai dilakukan, tahap terakhir

pembuatan animasi adalah render. 4

3. Analisis dan Perancangan

3.1 Analisis Sistem

Dalam analisis kebutuhan sistem ini berisi rincian kebutuhan yang dipakai penulis

untuk pengembangan teknik rotoscoping yang meliputi perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software), dan sumber daya manusia (brainware).

3 Chris Patmore.2003.The Complete Animation Course The principles, practice and techniques of

successful animation.Thames & Hudson, Hal 64

4 Iwan Binanto.2010.Multimedia Digital – Dasar Teori dan Pengembangannya.Yogyakarta:Andi, Hal

227-228.

Page 11: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

11

3.1.1 Perangkat Keras (Hardware)

Pada perancangan animasi 2D menggunakan teknik rotoscoping penulis

menggunakan hardware sebagai berikut:

Hardware Harga

Notebook Dell Inspiron 1420

Intel® Core™2 Duo CPU T5750 @2.00GHz

1.99 GHz, 2.49 GB of RAM

VGA Mobile Intel® 965 Express Chipset Family

Rp. 7.000.000,00

Wacom tablets for drawing (Optional)

WACOM Bamboo Pen Small Digitizer

Black/Lime Green, CTL-470, Pressure Levels 1024, USB

Rp. 970.000,00

Mouse Genius

Traveler 6000

M/N:GM-1000 16/T

Rp. 100.000,00

Casio Camera Digital

CASIO Exilim

EX-Z35 12.1 Mega Pixels

Rp. 900.000,00

Jumlah Rp. 8.970.000,00

Tabel 3.1 Kebutuhan Hardware Perancangan Film Animasi The Effects

3.1.2 Perangkat Lunak (Software)

Software utama yang digunakan sebagai berikut.

Software Harga

Sistem Operasi

Microsoft Windows XP Professional SP2 Full Version System

Builder Pack

Rp. 1.700.000,00

Aplikasi

Adobe Flash CS3 Professional Rp. 4.800.000,00

Adobe Photoshop CS3 Extended Rp. 3.200.000,00

Jumlah Rp. 9.700.000, 00

Tabel 3.2 Kebutuhan Software Perancangan Film Animasi The Effects

Page 12: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

12

3.1.3 Sumber Daya Manusia (Brainware)

Dalam perancangan film animasi, minimal dibutuhkan beberapa sumber daya

manusia untuk memenuhi tenaga produksi. Berikut ini adalah contoh rincian biaya

perancangan film animasi 2D The Effects.

Brainware Gaji

Produser

Berlaku sebagai manager yang mengontrol

keseluruhan proyek film dan mengelola

budget.

Lama bekerja = 4 minggu

Honor = Rp.500.000,00 / minggu

Rp. 2.000.000,00

Sutradara

Bertanggung jawab atas keseluruhan aspek

kreatif pada film, mengontrol keseluruhan isi

dan alur plot film, dan pengarahan talent.

Lama bekerja = 4 minggu

Honor = Rp.500.000,00 / minggu

Rp. 2.000.000,00

Scriptwritter

Bertugas membuat naskah cerita, dan

menggambarkan suasana.

Lama bekerja = 2 minggu

Honor = Rp.350.000,00 / minggu

Rp. 700.000,00

Storyboard Artist

Membuat storyboard untuk panduan visual

film.

Lama bekerja = 1 minggu

Honor = Rp.350.000,00 / minggu

Rp. 350.000,00

Kameramen

Bertugas men shoting live action talent.

Lama bekerja = 1 minggu

Honor = Rp.200.000,00 / minggu

Rp. 200.000,00

Talent

Memerankan tokoh dan mengisi suara pada

animasi.

Lama bekerja = 1 minggu

Honor = Rp.200.000,00 / minggu

Rp. 200.000,00

Animator

Animator bertugas merancang dan

menentukan model, mulai dari proses tracing

model sampai dengan proses coloring.

Lama bekerja = 8 minggu

Honor = Rp.450.000,00 / minggu

Rp. 3.600.000,00

Background Artist

Page 13: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

13

Membuat background untuk animasi. Lama bekerja = 2 minggu

Honor = Rp.475.000,00 / minggu

Rp. 950.000,00

Editor

Bertugas merangkai cerita berdasarkan

storyboard dan mensinkronkan antara video

dan audio pada animasi serta bertugas

mengkonversi animasi dalam bentuk VCD.

Lama bekerja = 2 minggu

Honor = Rp.450.000,00 / minggu

Rp. 900.000,00

Jumlah Rp. 10.900.000,00

Tabel 3.3 Kebutuhan Brainware Perancangan Film Animasi The Effects

3.2 Metode

Metode yang digunakan penulis adalah melakukan eksperimen langsung dengan

membuat sebuah produksi film animasi pendek yang berjudul “The Effects”. Proses produksi

terbagi pada tiga tahapan utama yaitu praproduksi, produksi, dan pasca produksi, dimana

lebih menekankan pada tahap praproduksi sebagai dasar pengembangan teknik rotoscoping

yang dibuat dengan melakukan eksperimen langsung membuat animasi berdasarkan video

live action yang di animasikan.

3.2.1 Storyline

Storyline atau ide cerita dapat di diambil dari berbagai hal, mulai dari pengalaman

pribadi, mengembangkan cerita yang telah ada, sampai cerita rakyat atau legenda.

Sedangkan ide untuk film animasi “The Effects” terinspirasi dari imajinasi penulis dengan

latar belakang seorang anak yang memiliki kekuatan ajaib. Setelah semua ide terkumpul,

maka langkah selanjutnya adalah menentukan tema pada sebuah cerita. Tema adalah

makna yang dikandung oleh sebuah cerita dan biasanya mengerucut pada satu kata. Disini

penulis mengambil tema pokok “MAGIC”. Tema cerita diekpresikan dalam bentuk sinopsis

dan untuk menghasilkan ekplorasi kemungkinan cerita dihasilkan puluhan hingga ratusan

visualisasi awal cerita (preproduction painting).

Page 14: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

14

3.2.2 Character Design

Sebuah cerita dipandu dan dimainkan oleh karakter/tokoh karena kita akan kesulitan

menceritakan sebuah kisah tanpa adanya karakter. Dan yang harus diperhatikan adalah

karakter harus baku.

Pada film The Effects, desain karakter tidak begitu sulit karena artist hanya men

tracing dari karakter dan bentuk tokoh asli (talent). Selain itu di film ini penulis hanya

membuat karakter tunggal yang juga sebagai tokoh utamanya yang bernama Rendy. Definisi

peran atau tokoh dideskripsikan secara detail sebagai berikut:

Nama : Rendy

Usia : 23 tahun

Keterangan : Rendy adalah anak yang memiliki kekuatan ajaib dan memiliki

warna rambut putih, pakaian hitam, dan kulit coklat muda

Gambar 3.1 Karakter Rendy dengan warna

Page 15: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

15

3.2.3 Storyboard

Storyboard merupakan rancangan visual dari script dalam memperlihatkan setiap

adegan/scene sebuah film. Format storyboard bisa bermacam-macam. Ada yang sistematis

(dapat disinkronkan dengan Dope Sheet) dan ada yang sederhana. Penulis menggunakan

format sederhana untuk pembuatan storyboard yang selain visual, hanya dilengkapi dengan

durasi adegan.

PAGE SERIES/PROJECT EPISODE TITTLE

1 Bernadhi Ari Suryantara “The Effects”

SCENE LAYOUT DURASI

1

45

detik

Gambar 3.2 Storyboard pada film The Effects

Page 16: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

16

4. Pembahassan

4.1 Pembuatan Animasi 2D Menggunakan Teknik Rotoscoping

proses produksi film animasi 2D THE EFFECTS dengan teknik rotoscoping

menggunakan software Adobe Photoshop CS3 dan Adobe Flash CS3. Proses produksi ini

memiliki tahapan-tahapan tersendiri yang harus dilalui agar proses produksi menjadi lebih

teratur.

Gambar 4.1 Bagan Pembuatan film Animasi 2D The Effects

4.2 Proses Produksi

4.2.1 Proses Tracing dan Coloring

Pada proses ini menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Open file PNG hasil

proses export image menggunakan photoshop. Buat layer baru dan tempatkan diatas layer

hasil proses export image dan gambar objek di layer baru tersebut menggunakan brush tool

dengan master diameter 5 px dan warna brush hitam. Proses tracing menggunakan wacom

bamboo, prosesnya seperti menggambar pada kertas biasa, hanya mengikuti image yang

ada. Karena karakter menggunakan gaya realis sederhana jadi tidak perlu terlalu detil dalam

melakukan tracing pada karakter. Untuk coloring menggunakan paint bucket tool, dan untuk

warna karakter hanya menggunakan tiga warna. Lakukan hal yang sama pada setiap hasil

proses export image dan lakukan dalam satu file PSD. Untuk memudahkannya pada setiap

gambar yang di tracing di buat folder sendiri dengan urutan nomor sesuai dengan animasi

yang diinginkan.

Pengambilan Gambar Pengambilan Frame

Video

Tracing dan Coloring

Background dan

Environment

Editing/ Compositing Sound

Proses Animasi Render

Page 17: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

17

Gambar 4.2 Proses Tracing dan Coloring

4.2.2 Background dan Environment

Pembuatan background dilakukan langsung menggunakan photoshop. Dan untuk

animasi ini menggunakan sedikit environment seperti pot, tanaman, dan botol. Setelah

semua dibuat selanjutnya memasukkan ke layer library proses tracing dan coloring yang

pertama dibuat tadi. Untuk penempatan posisi, background diletakkan di layer paling bawah,

dan untuk environment pot, tanaman, dan botol diletakkan di layer paling atas.

Gambar 4.3 Background dan Environment

Page 18: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

18

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Setelah dibahas pada bab – bab sebelumnya, maka rumusan masalah sudah dapat

dijawab. Melalui penelitian dan uji coba software secara langsung maka dapat disimpulkan

hasil seperti berikut.

1. Teknik rotoscoping pada pembuatan film animasi 2D mampu menghasilkan

gestur gerak yang natural. Selain itu untuk animator pemula akan sangat

membantu dalam menggambar objek karena hanya melakukan tracing pada

gambar yang sudah ada. Untuk membuat sebuah animasi bisa dilakukan

dengan software pengolah bitmap seperti photoshop hanya dengan modal bisa

menggambar dan untuk penambahan efek bisa menggunakan tool dan filter

pada photoshop. Wacom Bamboo dapat mempercepat proses produksi karena

penggunaannya seperti menggambar di kertas gambar, sehingga memudahkan

para animator untuk menggambar karakter, objek, background dan

environment. Di sisi lain, penggunaan kertas dan scanner tidak diperlukan lagi

sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. Dari uji coba software dalam

pembuatan film animasi 2D THE EFFECTS, teknik rotoscoping dapat

mengedepankan detail in between pada animasi yang dibuat.

5.2 Saran

Penulis sadar bahwa perancangan film animasi 2D ini masih jauh dari

sempurna, diantaranya adalah, tidak adanya brainware atau tim dalam pengerjaan

perancangan animasi ini dan hasil dari penelitian ini hanya menghasilkan animasi yang

berdurasi pendek dan belum mempunyai jalan cerita yang bagus, karena sebuah film

animasi tidak hanya gambar yang ditampilkan tapi juga cerita sangat penting.

Oleh karena itu, saran membangun sangat penulis harapkan. Berikut ini beberapa

saran dari penulis yang nantinya dapat dijadikan wacana dan wawasan bagi penyusun

sendiri maupun masyarakat untuk pengembangan selanjutnya, diantaranya adalah :

1. Untuk pembuatan animasi, brainware sangat penting. Diharapkan

pengerjaannya menggunakan tim.

Page 19: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

19

2. Teknik rotoscoping yang penulis gunakan masih sangat sederhana, sehingga

kedepannya bisa dikembangkan lagi teknik rotoscoping ini dengan metode yang

lebih baik.

Sebagai penutup dari laporan ini, penulis berharap semoga penulisan tugas ini dapat

bermanfaat bagi penulis juga perancangan ini dapat berguna dan dapat dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya.

Page 20: Naskah Publikasi 11.21 - repository.amikom.ac.idrepository.amikom.ac.id/files/Publikasi_11.21.0594.pdf2 NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN FILM ANIMASI 2D “THE EFFECTS” MENGGUNAKAN METODE

20

DAFTAR PUSTAKA Adriyanto, Bambang. 2010. “Modul 10 PEMBUATAN ANIMASI Dengan Macromedia Flash

8”, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Kementrian Pendidikan Nasional.

Binanto, Iwan. 2010. “Multimedia Digital – Dasar Teori dan Pengembangannya”, Yogyakarta:

Penerbit Andi. Kuswanto, Djoko. 2011. “Metode Motion Capture Berbasis Video Untuk Meningkatkan

Kualitas Proses In Between Pada Produksi Film Animasi 2D”, Surabaya: ITS Sukolilo MSV Animation. 2006. “Modul Perancangan Film Kartun”, Yogyakarta: STMIK AMIKOM

Yogyakarta. Patmore, Chris. 2003. “The Complete Animation Course The principles, practice and

techniques of successful animation”, Thames & Hudson. Sismoro, Heri. 2005. “Pengantar Logika Informatika, Algoritma, dan Pemrograman

Komputer”, Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyanto, M dan Aryanto Yuniawan. 2006. “Merancang Film Kartun Kelas Dunia”,

Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyanto, M. 2005. “MULTIMEDIA Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing”,

Yogyakarta: Penerbit Andi. Team Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta. 2012, “Pedoman Penyusunan Proposal Dan

Laporan Skripsi”, Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta. Vaughan, Tay. 2006. “Multimedia Making it Work Edisi 6”, Yogyakarta: Penerbit Andi.