Upload
pratamasamosir
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
naskah binroh agama hindu NTT
Citation preview
KINERJA KORPRI DALAM MENGISI KEMERDEKAAN HARUS BERTUMPU PADA DHARMA SEBAGAI WUJUD TANGGUNGJAWAB PRIBADI KEPADA TUHAN YANG
MAHA ESA Oleh : Pratama B.A.P Samosir, S.Ag
Yth. Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur.Yth. Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.Yth. Dewan Pengurus Korps Pegawai Republik Indonesia Daerah Nusa Tenggara Timur.Yth. Para Tokoh Agama serta Rohaniawan Yth. Para Pejabat Struktural, Fungsional Lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.Singkatnya bapak/ibu Anggota Korpri dan hadirin undangan yang berbahagia.
Om Swastyastu,Syalom,Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,Salam Sejahtera untuk kita sekalian,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya maka kita diberikan kesempatan untuk
melaksanakan Pertemuan Pembinaan Rohani Gabungan bagi seluruh anggota Korpri Lingkup
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur pagi hari ini.
Hadirin yang saya hormati!
Pegawai Republik Indonesia sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, secara
resmi dinyatakan bahwa semua berkas pegawai Pemerintah tentara pendudukan Jepang dijadikan
pegawai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk membina dan menghimpun seluruh pegawai
Republik Indonesia tersebut, khususnya diluar kedinasan, Pemerintah membentuk satunya wadah
yaitu KORPRI. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengabdian Pegawai Negeri Sipil dalam
mengisi kemerdekaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan.
Seperti tema dan sub tema yang telah diminta, maka dalam pembahasan ini kami coba
memaknainya dengan mengangkatnya dalam sebuah judul; Kinerja Korpri Dalam Mengisi
Kemerdekaan Harus Bertumpu Pada Dharma Sebagai Wujud Tanggungjawab Pribadi Kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Hadirin yang saya muliakan!
Sebagai anggota KORPRI dalam mengisi kemerdekaan, kita wajib mengerti dan memahami
kembali makna yang terkandung dalam lambang KORPRI, dari mulai Bentuk, Makna serta
Penggunaannya, disebutkan bahwa lambang KORPRI terdiri dari Pohon, Bangunan berbentuk
Balairung dan Sayap.
Seperti contoh dalam makna lambing Pohon dengan 17 ranting, 8 dahan dan 45 daun
melambangkan perjuangan sesui dengan fungsi dan peranan KORPRI sebagai aparatur Negara
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
1
Republik Indonesia yang dimulai sejak diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pohon juga melambangkan tradisi kehidupan masyarakat Indonesia. Pohon dengan dahan
dan dedaunan yang tersusun rapi teratur melambangkan peran KORPRI sebagai pengayom dan
pelindung bangsa sesuai dengan fungsi dan peranannya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat di
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya makna lambing Sayap yang besar dan kuat ber-elar empat di tengah dan lima di
tepi melambangkan kekuatan, kiprah, pengabdian dan perjuangan KORPRI untuk mewujudkan
organisasi yang mandiri dan professional dalam rangka mencapai cita-cita kemerdekaan Bangsa
Indonesia yang luhur dan dinamis berdasarkan Pacasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan memahami makna lambang KORPRI maka setiap anggota KORPRI pasti akan
mengerti bahwa lambang-lambang tersebut mengandung dasar-dasar kebenaran atau dharma
sehingga akan selalu ingat pada jatidirinya, tugas dan peranannya, profesionalisme serta tujuan
pengabdiannya.
Hadirin yang berbahagia!
Kemerdekaan menurut Hindu adalah kemerdekaan seseorang untuk mengatasi/melawan
tujuh hal yang menyebabkan orang mabuk, lupa daratan. Lalu apa hubungan dengan kemerdekaan
dalam kehidupan berbangsa sebagaimana kita sebagai anggota KORPRI?
Merdeka berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “maharddhika”, yang artinya berkuasa,
bijaksana, orang berilmu. Dalam Kekawin Nitisastra IV.19 dijelaskan konsep ”mahardhika” amat
nyata. Ada tujuh penyebab orang bisa mabuk. Tetapi barang siapa yang tidak mabuk atau dapat
menguasai tujuh penyebab mabuk itu dialah yang disebut hidupnya ”merdeka”. Dialah orang
bijaksana bagaikan Sang Pinandita. Ini artinya perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan itu
adalah perjuangan untuk membangun tujuh hal yaitu Surupa, Guna, Dhana, Kula, Kulina,
Yowana, Sura, Kasuran.
Adapun arti dari ketujuh hal tersebut adalah:
1. Surupa yaitu keindahan rupa seperti cantik bagi anggota KORPRI yang perempuan dan
ganteng bagi anggota KORPRI yang laki-laki. Cantik dan ganteng ini tentunya tidak ada
artinya dalam hidup ini kalau tidak disertai dengan sehat dan bugar. Kalau kebetulan
berhasil lahir cantik atau ganteng tentunya amat membahagiakan. Ini artinya hidup ini
boleh dan semestinya berusaha untuk menguatkan eksistensi cantik dan ganteng tersebut
dengan usaha membina kesehatan diri yang bugar dan segar. Yang penting hal itu tidak
menyebabkan anggota KORPRI itu mabuk. Ada sementara fakta sosial yang kita jumpai
bahwa ada orang yang cantik atau ganteng tetapi sulit mendapatkan pasangan yang ideal
karena sering tampil sombong atau gelap hati karena kecantikan atau kegantengannya
itu. Ini artinya dia dijajah oleh kecantikan atau kegantengannya.
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
2
2. Guna artinya ilmu terapan yang telah memberikan makna pada kehidupan. Dalam
Nitisastra II.5 ada dinyatakan: Norana mitra mengelewihaning wara guna maruhur.
Artinya tidak ada sahabat yang melebihi bersahabat dengan ilmu pengetahuan yang
luhur. Ilmu itu adalah tongkat penunjang kehidupan. Ilmu itu adalah sarana untuk
mensukseskan tujuan hidup. Kalau tongkat ilmu pengetahuan itu telah dimiliki, oleh
anggota KORPRI maka anggota KORPRI tersebut bisa dipastikan tidak sombong atau
mabuk karena ilmu pengetahuan itu, dialah yang disebut merdeka. Kalau mereka itu
sombong bersikap ekslusif karena memiliki ilmu pengetahuan itu artinya mereka
belumlah merdeka. Bahkan bisa menjadi budaknya ilmu pengetahuan.
3. Dhana artinya memiliki kekayaan berupa harta benda. Hubungan kekayaan dengan
manusia ibarat air dengan perahu. Perahu tidak bisa berlayar tanpa air. Tujuan perahu
berlayar bukan mencari air, tetapi, mencari pantai tujuan. Kalau salah caranya perahu
berlayar, air itulah yang menenggelamkan perahu tersebut. Ini artinya harta benda itu
adalah sarana hidup untuk menyelenggarakan kehidupan. Janganlah sampai harta benda
itu menenggelamkan hidup ini sehingga justru menggagalkan usaha mencapai tujuan
hidup. Anggota KORPRI yang sombong dan mabuk karena merasa memiliki harta benda
itu artinya anggota KORPRI tersebut belumlah merdeka.
4. Kula kulina artinya memiliki keturunan yang mulia. Lahir dalam keluarga yang mulia
artinya dari keluarga orang suci, orang berjasa pada bangsa atau orang yang kaya
dermawan adalah suatu karunia yang patut disyukuri. Yang penting tidak mabuk karena
merasa memiliki wangsa yang mulia itu. Apa lagi Bhagawad Gita menyatakan bahwa
membangga-banggakan wangsa (abhijana) itu salah satu sifat manusia yang keraksasaan
atau asuri sampad.
5. Yowana artinya senantiasa punya semangat muda. Semangat muda didukung oleh
kesehatan yang prima dan wawasan yang luas tentunya karunia yang amat utama. Apa
lagi delapan sistem ajaran Ayurveda itu salah satu adalah Rasayana Tantra yaitu ilmu
kesehatan untuk membina hidup sehat bugar awet muda. Yang penting tidak sombong
karena kemudaan dan segalanya itu. Kalau sombong dan mabuk karena kemudaannya
itu artinya ia belum juga merdeka.
6. Sura artinya nira atau di Bali disebut tuak. Minuman itu mengandung alkohol. Memang
ada obat tertentu yang membutuhkan alkohol sebagai salah satu unsur yang membentuk
obat tersebut. Yang penting jangan sampai alkohol itu diminum di luar fungsinya
sebagai obat sampai kecanduan. Kalau sampau mabuk-mabukan itu artinya mereka itu
belum juga merdeka.
7. Kasuran artinya pemberani karena memiliki kesaktian artinya memiliki ilmu dan
kemampuan untuk mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan empiris. Mereka yang
sakti itu tentunya menjadi dambaan masyarakat pada umumnya. Yang penting mereka
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
3
tidak sombong dan mabuk karena semuanya itu. Kalau mabuk artinya mereka belum
merdeka.
Hadirin yang saya hormati!
KORPRI merupakan sebuah organisasi yang digerakkan oleh rasa kemanusiaan dengan rasa
adil dan beradab, dengan demikian kita harus memahami bahwa rasa kemanusiaan itu bisa timbul
jika manusia itu mengerti akan jatidirinya sebagai manusia. Manusia merupakan makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Kadang
kelahiran manusia merupakan suatu anugerah, karena manusia adalah makhluk yang mulia, disisi
lain dalam Agama Hindu, kelahiran adalah sebuah penderitaan dimana kita masih terikat oleh
hukum karma phala dan samsara (punarbhawa). Manusia terlahir ke dunia bukan berarti tanpa
sebab. Dalam ajaran agama Hindu, manusia yang diciptakan ke dunia karena mereka masih terikat
akan phala dari karma yang ia perbuat pada masa kehidupan yang dulu. Mereka harus menerima
hasil perbuatannya yang belum habis dinikmati pada kehidupan yang dahulu. Sisa-sisa perbuatan
atau karma itu disebut dengan karmawasana yang akan menentukan kehidupannya yang sekarang.
Jika karmawasananya lebih cenderung pada hal yang baik, maka kelahirannya di dunia ini pun
menjadi manusia yang baik pula, dan begitu pula sebaliknya jika karmawasananya sangat buruk,
maka bisa dilahirkan dalam keadaan yang menyedihkan, misalnya cacat, kehidupannya selalu
dalam kesengsaraan, dan sebagainya.
Maka dari hal itulah, seharusnya manusia bisa menjadikan dirinya yang paling utama dalam
menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai penentu akan keseimbangan dunia. Begitu juga dengan
manusia anggota KORPRI adalah sebagai penentu akan kesimbangan pelaksanaan tugas umum
pemerintah dan pembangunan. Dan sudah sepatutnya manusia/setiap anggota KORPRI selalu
berusaha untuk menjalankan kebaikan dan kebenaran (dharma). Dalam Sarasamuccaya sloka 2
disebutkan:
Ri sakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumawayaken ikang subhasubhakarma, kuneng panentasakena ring subhakarma juga ikangasubhakarma phalaning dadi wwang.
Yang artinya:
Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan buruk itu, demikianlah gunanya (phalanya) menjadi manusia.
Sloka di atas sudah jelas, bahwa kelahiran menjadi manusia adalah sangat utama, karena
hanya manusia yang dapat melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk, karena manusia dibekali
oleh pikiran dan juga perasaan, dimana hal tersebut untuk menimbang atau untuk berwiweka,
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
4
memilih mana yang baik dan yang buruk. Dan manusia diharapkan untuk mampu merubah
perbuatan buruk itu menjadi suatu perbuatan yang baik demi mencapai jagadhita dan moksa.
Roda kelahiran dan kematian berulang-ulang atau yang biasa disebut dengan reinkarnasi
(samsara) merupakan roda penderitaan yang tiada akhirnya. Karena di dalam sebuah kelahiran dan
kehidupan, manusia tidak bisa terlepas dari kebahagiaan dan penderitaan. Kedamaian abadi adalah
yang menjadi tujuan terakhir umat manusia yaitu Moksa, dimana sang Atman dan menyatu dengan
Sang Pencipta. Manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi, memiliki peluang untuk dapat
mencapai kelepasan tersebut dengan jalan melakukan dharma. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam Sarasamuccaya sloka 4 sebagai berikut:
Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sengsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika.
Artinya :
Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama, sebabnya demikian, karena dia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya menjadi manusia.
Maka dari itu, kita diharapkan agar selalu dalam ajaran dharma, selalu dalam jalan yang
benar, jangan hanya karena mengejar kebahagiaan di dunia, kita melakukan segala cara untuk
mendapatkannya hingga melupakan ajaran kebenaran.
Dalam jaman kali yuga sebagaimana tersirat dalam Kitab Manawa Dharma Sastra, dimana
dalam zaman kali yuga yang menjadi tujuan manusia yang utama adalah dana. Karena dana inilah
manusia banyak yang lepas dari jalan dharma. Seperti yang sering terjadi di dalam Negara kita,
manusia melakukan kejahatan korupsi uang Negara hanya untuk mengejar harta. Mereka
mengabaikan ajaran agamanya hanya untuk mendapatkan sebuah kekayaan, harta, kesenangan
sesaat yang semua itu hanya bersifat sementara. Manusia di dalam mencapai sebuah artha, tidak
pernah berlandaskan atas dharma. Banyak terjadi perampokan, penjambretan, pencurian,
penculikan, dan tidakan-tindakan lain yang sebenarnya sudah jelas-jelas lepas dari jalan dharma.
Sarasamuccaya menjelaskan:
Kamarthau lipsamanastu dharmmamevaditascaret, nahi dharmmadapetyarthah kamo vapi kadacana.
Yang artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lebih dulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nantinya, tidak aka nada artinya jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Sudah teramat jelas dikatakan di atas, bahwa manusia yang menginginkan artha dan kama
lebih-lebih menginginkan sebuah moksa, dasar yang utama adalah dharma. Harta dan keinginan
yang didapatkan tidak berlandaskan pada dharma tidak akan menjadikan manusia itu menjadi
bahagia, justru sebaliknya akan mendatangkan sebuah penderitaan, sebuah hukuman dan akan
semakin jauh dari lindungan Tuhan.
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
5
Oleh karena itulah, sebagai anggota KORPRI yang memiliki Sraddha/iman sebagai makhluk
yang dibekali dengan akal, pikiran, perasaan, pengetahuan secara rohani sudah sepatutnya untuk
menjalankan dharma untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang abadi atau moksa. Karena dharma
adalah sebuah sinar yang dapat melenyapkan segela kegelapan pikiran yang menyebabkan manusia
selalu dalam penderitaan.
Kadi karma sang hyang Aditya, an wijil, humilangken petengning rat, mangkana tikang wwang mulahakening dharma, an hilangaken salwiring papa.(seperti perilaku matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, adalah memusnahkan segala macam dosa)Sarasamuccaya sloka 16
PENUTUP
Hadirin yang saya hormati dan yang saya banggakan!
Sebagi penutup kami mengajak kembali kepada setiap anggota KORPRI bahwa setiap tahun
kemerdekaan selalu diperingati dengan ajakan mari isi kemerdekaan dengan pembangunan, tidak
perlu terlalu muluk-muluk. Pembangunan diri sendiri untuk menjadi manusia dengan pribadi yang
lebih baik pada jatidirinya, tugas dan peranannya, profesionalisme serta tujuan pengabdiannya
selalu berpedoman pada dharma (kebenaran) dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan jangan lupa untuk
selalu selalu menghargai perbedaan, menjunjung tinggi persatuan.
Demikian sedikit pemandangan yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian bapak/ibu,
Saudara-saudara, saya sampaikan terima kasih. Mudah-mudahan Tuhan senantiasa bersama kita
sekalian. Akhir kata, ijinkanlah kami menutup renungan ini dengan ucapan Paramasanthi …
Om Dewa Suksma Parama Achintya Ya Namah Swaha, Om Sarwa Karya Prasidhantam, Om Santi, Santi, Santi Om.Syalom,Wassalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,Salam Sejahtera untuk kita sekalian.
Kupang, 25 September 2015Penulis
Pratama B.A.P Samosir, S.AgNIP. 19820624 201101 1 006
Disampaikan Dalam Pembinaan Rohani Gabungan Bagi Anggota Korpri Provinsi Nusa Tenggara TimurJumat, 25 September 2015 di Aula Utama El Tari Kupang
6