Upload
naya-pjt
View
116
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
A. Taksonomi
Taksonomi dari cacing namatoda adalah:
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylorida, rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,
dorylaimorida, dioctophymatorida
Famili : Trichostrongylidae, rhabditidae, cephalobidae, strongyloididae,
ancylostomatidae, strongylidae, syngamidae, metastrongilidae,
ascarididae, filariidae, dll
Genus : Trichostrongylus, strongyloides, ancylostoma, necator, strongylus,
haemonchus, dipetalonema, dirofilaria, dll
Spesies : Trichostrongylus axei, Strongyloides papillosus, Ancylostoma caninum,
Necator americanus, Strongylus equinus, Haemonchus contortus,
Dipetalonema reconditum, Dirofilaria immitis, dll
B. Morfologi Umum
Nematoda merupakan anggota dari filum nematoda. Mereka mempunyai saluran usus
dan rongga badan, tetapi rongga badan tersebut dilapisi dengan selaput selular sehingga
disebut pseudosel atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang,
tidak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung
dibawahnya, hipodermis.
Kutikula terdiri dari sejumlah lapisan dan sedikitnya terdiri dari 5 protein yang berbeda.
Di bawahnya adalah hipodermis, suatu tabung tipis dengan empat penebalan longitudinal,
korda yang mengandung inti sel hipodermal, di antara tiap-tiap korda terdapat lapangan
interkordal atau daerah interkordal. Lapisan berikutnya setelah hipodermis di daerah
interkordal ini terdapat lapisan otot somatik. Otot ini lebih kurang berbentuk kumparan dan
terletak sepanjang cacing, salah satu tepinya melekat pada hipodermis. Serabut-serabut otot
terletak sepanjang tepi korda ini dan pada beberapa kasus, juga terdapat sepanjang bagian
dari sisi-sisinya; sisa dari sel otot diisi oleh sarkoplasma dan mengandung inti. Terdapat juga
otot khusus yang melekat pada alat-alat kopulasi, esophagus dan lain sebagainya.
Saluran pencenaan merupakan tabung lurus panjang. Terdapat sebuah mulut pada ujung
anterior cacing. Mulut ini dikelilingi oleh bibir. Jumlah bibir yang primitif adalah 6, dua
subdorsal, dua lateral, dan dua suventral. Walaupun demikian, pada beberapa nematoda
terjadi fusi sehingga terdapat tiga bibir (satu dorsal dan dua subventral), dan bibir (lateral)
atau tanpa bibir. Pada nematoda lain bibir diganti dengan 6 hingga 40 papila membentuk
corona radiata atau mahkota daun.
Setelah lubang mulut sampailah pada stoma atau rongga bukal, yang dilapisi oleh
kutikula, dan setelah itu adalah esophagus, juga dilapisi kutikula. Lumen dari stoma kurang
lebih bulat pada potongan melintang, sedangkan esophagus berbentuk triradiata, salah satu
jarinya mengarah ke ventral.
Terdapat empat tipe esophagus, yang paling primitif adalah esophagus rabditiform
yang tersusun dari satu korpus di anterior (sering terbagi menjadi dua bagian, satu prokorpus
yang anterior dan satu metakorpus yang posterior), satu ismus di tengah, dan satu bulbus di
posterior. Esophagus bentuk kedua adalah strongiloform; mempunyai satu bulbus di
posterior, dan satu korpus di anterior, tetapi tidak ada ismus. Bentuk ketiga adalah filariform;
bentuk ini adalah silinder yang uniform dan sempit. Bentuk keempat adalah trikurida; bentuk
ini tersusun dari jajaran sel-sel (stikosit) yang disebut stikosoma, yang sebagian atau seluruh
hidupnya menutupi esophagus; lumennya tidak berbentu segitiga, tetapi agak kempis. Tiga
bentuk pertama esophagus tersebut di atas berurat daging, sedangkan yang keempat tidak.
Sebagai tambahan, bentuk keempat esophagus tadi hanya ditemukan dalam bentuk nematoda
kelas Adenophorasida.
Di posterior dari esophagus terdapat katup esopagointestinal yang juga dilapisi oleh
kutikula, dan di poeteriornya adalah intestinum atau mesenteron. Ini merupakan tabung lurus
dengan lumen yang kurang lebih sirkuler pada potongan melintang. Intestinum tersebur
terdiri dari lapis tunggal dari 18 atau 20 sampai kira-kira 1 juta sel, bergantung dari jenis
cacing. Sisa yang menghadap ke lumen setiap sel mempunyai lapis mikrovili yang diduga
mempunyai fungsi penyerapan. Sitoplasma sel usus terdiri dari sejumlah besar sferokristal
yang mungkin tersusun dari xantina, beta seng sulfida, atau bahan lain adalah cadangan
makanan.
Sekum mungkin ada atau tidak ada, bergantung dari jenis nematoda. Apabila ada,
biasanya sekum lebih di anterior sedangkan pada mamalia di posterior.
Di posterior dari usus cacing betina terdapat rektum dan pada yang jantan kloaka.
Rektum atau kloaka dilapisi oleh kutikula, dan terbuka keluar melalui anus. Bagian tubuh
disebelah posterior anus disebut ekor.
Sistem saraf terdiri dari cincin saraf yang mengelilingi ismus esopagus dan yang
tersusun dari sejumlah ganglia dan saraf. Dari cincin saraf terdapat enam batang saraf
berjalan ke anterior dan empat ke posterior. Saraf yang ke posterior terdapat di dalam empat
korda, yang dorsal dan ventral masing-masing dibentuk oleh gabungan dua dari enam batang
saraf primitif. Di samping itu terdapat ganglia lain, terutama pada saraf ventral; terdapat
hubungan silang antara batang-batang saraf; dan terdapat pula saraf khusus yang menuju ke
papila, seta, kemoseptor dan sebagainya. Dijumpai adanya dua kemoseptor anterior, biasanya
seperti kantung, amfida dan juga dua kemoseptor posterior yang agak serupa, fasmida.
Nematoda dibagi atas dua kelas; pembagian ini dulunya berdasarkan ada atau tidaknya
fasmida ini, tetapi pembagian demikian tidak praktis karena fasmida sangat sulit atau
mustahil terlihat pada cacing dewasa, bahkan mungkin mereka tidak ada.
Sistem ekskresi berupa ekskresi maupun osmoregulasi. Dalam kelas yang mencakup
kebanyakan nematoda parasit, Secernentasida, sistem ekskresi terdiri dari saluran-saluran
lateral yang berjalan dalam korda lateral, satu atau dua kelenjar ekskresi atau reneta, satu
saluran ekskresi ventral dan satu lubang ekskresi yang terbuka ke luar disebelah ventral
esopagus. Mungkin terdapat atau tidak terdapat ampula kontraktil pada saluran ekskresi.
Dalam kelas nematoda yang lain, Adenophorasida, tidak ada saluran lateral tetapi hanya ada
satu sel kelenjar ekskresi ventral dan satu lubang ekskresi.
C. Morfologi Jantan dan Betina
Jenis kelamin pada kebanyakan nematoda terpisah. Sistem reproduksi jantan terdiri dari
satu kadang-kadang dua testis tubuler.
Dari setiap testis muncul vas eferen menuju vesikulum seminal, sebagai tempat
penyimpanan sperma. Walaupun demikian, bisanya kedua organ ini tidak ada, dan vas
deferen keluar dari testis langsungke kloaka. Dinding sebagian vas deferen kadang-kadang
bemodifikasi berfungsi untuk sekresi. Kadang-kadang terdapat lubang yang masuk ke bagian
ini yang berasal dari kelenjar ejakulator (yang membentuk semen adesif yang digunakan pada
saat kopulasi) dan kelenjar kloaka (yang mensekresi zat yang tidak diketahui). Vas deferen
biasanya masuk ke dalam kloaka dari sisi ventral.
Di sebelah dorsal kloaka terdapat sebuah kantung, kantung spikulum, yang berisi dua
spikula (atau satu atau tidak ada sama sekali) tersusun dari kutikulin tebal kekuningan. Alat
ini digunakan oleh nematoda untuk kopulasi dan oleh ahli taksonomi untuk membedakan
jenis nematoda. Beberapa nematoda juga mempunyai gubernakulum kutikuler yang sedikit
atau banyak bersklera terletak di dorsal dari spikulum, dan sedikit nematoda mempunyai
struktur kutikuler bersklera lain. Telamon, yang terletak pada dinding ventral dan lateral
kloaka. Spikulum adalah padat, dan sperma tidak melaluinya. Pada saat kopulasi spikulum
dimasukkan ke dalam vagina cacing betina, dan diduga membuka bibir sedemikian rupa
sehingga sperma dapat lewat di antara bibir tersebut. Gubernakulum dan telamon membantu
mengarahkan spikulum.
Terdapat sejumlah papila yang kadang-kadang bertangkai, mengelilingi anus. Pola
susunan papila ini sering digunakan untuk membedakan nematoda. Terdapat dua tipe ekor
cacing jantan. Salah satu diantaranya, ala kaudal (“sayap” dari kutikula sepanjang sisi cacing)
tidak begitu melebar, sedangkan tipe yang lain meluas membentuk bursa. Organ ini tersusun
dari dua lobus lateral berisi sejumlah jari-jari (papila-papila kaudal diperkuat oleh jaringan
otot). Juga kadang-kadang terdapatsatu lobus dorsal. Struktur jari-jari juga berguna untuk
mengidentifikasi nematoda. Bursa tersebut berguna untuk menggenggam cacing betina
selama kopulasi.
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari dua (kadang-kadang satu) ovarium tubuler,
masing-masing disertai oviduk yang menuju uterus. Bagian dari uterus setelah oviduk dapat
meluas setelah membentuk reseptakulum seminal untuk menyimpan sperma. Dari dua uterus
melanjutkan sebagai vagina ventral tunggal, yang membuka keluar melalui vulva. Vagina
kadang-kadang terbagi dua, satu vagina vera di distal atau vagina sejati, dan satu vagina
uterina, di proksimal. Sebagai tambahan kadang-kadang terdapat ovejektor, tersusun dari
vagina melulu atau vagina ditambah sebagian uterus. Kadang-kadang dapat ditemukan katup
pada vulva. Vagina dilapisi kutikula, uturus dengan epitel squamosa dan oviduk dengan epitel
kolumner tinggi.
D. Habitat/Tempat Tinggal
Terdapat sekitar 10.000 jenis nematoda yang hidup didalam segala jenis habitat mulai
dari tanah, air tawar dan air asin sampai tanaman dan hewan.
E. Siklus Hidup
Siklus hidup nematoda mengikuti pola standar terdiri dari telur, empat stadium larva,
dan dewasa. Larva kadang-kadang disebut juvenil karena mereka mirip yang dewasa, yakni
mereka berbentuk cacing juga. Menyilih (ekdisis) terjadi setelah setiap stadium larva. Telur
kadang-kadang menetas pada saat larva berkembang didalamnya, dengan demikian stadium
infektif mungkin telur atau mungkin larva, bergantung kepada jenis nematoda. Apabila
stadium infektif adalah larva, biasanya larva tersebut stadium ketiga (L-3). Jika stadium
infektif adalah telur, larva yang dikandung biasanya larva tersebut stadium kedua (L-2).
Nematoda kadang-kadang mempunyai induk semang antara, bergantung kepada jenisnya.
Jika tidak terdapat induk semang antara, siklus hidup disebut langsung, sedangkan jika ada,
disebut tidak langsung. Larva yang infektif dapat berselubung. Pada nematoda-nematoda
yang larvanya berselubung, larva tersebut biasanya stadium ketiga, dan selubungnya adalah
pelepasan kutikula larva kedua yang semua lubang yang ada telah tertutup. Oleh karena itu
larva yang infektif tidak dapat makan, tetapi harus hidup dari cadangan makanan didalam sel-
sel ususnya. Larva infektif dapat menginfeksi induk semang sejati dengan cara termakan atau
aktif menembus kulit. Sekali berapa didalam induk semang sejati, mereka segera menetap di
dalam lokasi akhir dan berkembang menjadi stadium dewasa, atau tergantung jenisnya,
mereka mungkin bermigrasi kemana-mana di seluruh tubuhnya.
Fase kritis siklus hidup nematoda adalah fase pada waktu penularan dari satu induk
semang ke induk semang yang lain. Ini terbukti bahwa nematoda meletakkan begitu banyak
telur tetapi jumlah nematoda di dunia tidak menunjukkan pertambahan bahaya penularan
yang cukup besar. Umumnya, nematoda tanpa induk semang antara lebih banyak dibanding
yang dengan induk semang, meskipun hal ini terdapat variasi. Setiap faktor lingkungan yang
mempengaruhi satu induk semang antara atau nematoda stadium hidup bebas mempengaruhi
pada penularan nematoda.
F. Jenis Pembagian
Nematoda Pada Babi
I. ASCARIS SUUM
Taksonomi
Phylum : Nematohelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Ascaridoria
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris suum
Morfologi
Cacing Ascaris suum berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang tebal serta
memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian
dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan subventral dan
dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran panjang tubuh
cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter penampang lintang 3 mm. Sedangkan
cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan diameter penampang lintangnya 5 mm.
Siklus Hidup
o Langsung
o Telur bersama feses (infektif 13-18 hari/30-40 hari dengan suhu 18-20 derajat celcius)
→tertelan telur infektif menetas di dalam usus. Molting→larva stadium II. Kemudian
menembus dinding usus→Hepar (melalui portal hepatik) kemudian Molting→larva
stadium III (4-5 hari) →Jantung (melalui aliran darah) →pulmo (melalui aliran darah)
kemudian Molting→larva stadium IV (5-6 hari) →
alveoli→bronchioli→bronchi→trachea→dibatukkan→tertelan→usus halus→dewasa
o Larva stadium IV terdapat di usus halus 2-3 minggu setelah infeksi.
II. METASTRONGYLUS APRI
Taksonomi
Phylum : Nematohelminthes
Class : Secernentasida
Ordo : Strongylorida
Family : Metastrongyloridae
Genus : Metastrongylus
Spesies : Metastrongylus apri
Morfologi
Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus
tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan spikula pada
yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor berbentuk kerucut.
Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing jantan panjang 11-
26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur
berembrio ketika dikeluarkan.
Siklus Hidup
Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang antara. Telur
dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan dikelurkan
bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan lebih lanjut. Cacing
tanah yang dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain : Allobophora chloritica,
Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi
dengan jalan memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium 3, kemudian larva
dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus menuju limfaglandula
mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih menyilih menjadi larva
stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah menuju jantung dan paru-
paru, menyilih menjadi stadium dewasa.
III. TRICHINELLA SPIRALIS
Morfologi
Cacing dewasa kecil, tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing
menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina panjangnya
1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas dalam
uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat daging
bergaris melintang . yang jantan mempunyai anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk
kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan
esofagus.
Siklus Hidup
Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang
mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas.
Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian cacing jantan
dan betina kawin, setelah kawin cacing jantan segera mati. Cacing betina akan menembus
kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina
bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk
saluran limpe, menembus ductus thoracicus, vena cava superior kiri dan kanan jantung,
kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran larva terutama
pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada otot maseter,
diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada hati, pankreas
dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 – 1 mm dan diameter 30 mikron (16
hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk
oleh jaringan sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9
bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista
akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh
induk semang tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.
Nematoda Pada Unggas
I. ASCARIDIA GALLI
Taksonomi
Phylum : Nematohelminthes
Class : Nematoda
Family : Ascarididae
Genus : Ascaridia
Spesies : Ascaridia galli
Morfologi
Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling besar pada
unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir yang berukuran
sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya bulbus posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi
dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Mempunyai sucker
(batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang tebal. Spikulum tidak
sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian
ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh).
Telur cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak bersegmen
dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 – 92 X 45-57 mikron.
Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir setiap hari.
Siklus Hidup
Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di alam
luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk larva, telur
infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira 10 hari dan sangat
tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga bulan pada tempat yang
teduh tetapi cepat terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari
langsung.
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya
cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi secara
mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius tertelan, didalam
saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas
dan terbebaslah larva stadium II. Setelah menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus
selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan
masuk kedalam mukosa usus halus sampai hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan
akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
II. HETERAKIS GALLINARUMTaksonomi
Phylum : Nematohelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Ascaridoria
Family : Heterakidae
Genus : Heterakis
Spesies : Heterakis gallinarum
Morfologi
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae
lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi alae
yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae.
Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7
mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran
65-80 u X 35 – 46 mikron.
Siklus Hidup
Telur cacing keluar bersama tinja saat defikasi, kemudian telur cacing diluar tubuh
hospes berkembang menjadi stadium II yang infektif setelah 14 hari (270 C), tetapi
perkembangan biasanya lebih lama sampai beberapa minggu pada suhu yang lebih rendah.
Telur sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan tahan sampai berbulan-bulan.
Bila hospes menelan telur infektif, larva menetas dalam usus halus setelah 1-2 jam.
Sekitar 4 hari kemudian cacing-cacing muda tersebut berada dalam mukosa caecum dan
dapat merusak kelenjar disitu. Didalam kelenjar larva stadium II berada selama 2-5 hari
sebelum melanjutkan perkembangan di dalam lumen. Pada 6 hari setelah infeksi menyilih
menjadi stadium III, kemudia pada hari ke-10 menyilih menjadi stadium IV dan pada hari ke-
15 menjadi dewasa. Periode prepaten adalah 24-30 hari setelah infeksi.
Cacing tanah dapat membantu sebagai reservoir (inang paretenik), dimana dalam
tubuh cacing tanah parasit berada sebagai larva stadium II. Infeksi terjadi karena memakan
cacing tanah yang mengandung larva stadium II.
III. SYNGAMUS TRACHEALIS
Taksonomi
Phylum : Nematohelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Strongylorida
Family : Syngamidae
Genus : Syngamus
Spesies : Syngamus trachealis
Morfologi
Speies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam,
bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada
dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut
lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada
dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X
43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.
Siklus Hidup
Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan,
kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah keluar
dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan
waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur
larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya
infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas
dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan mengkista
disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran
darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi
ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke
bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode
prepaten 17 – 20 hari setelah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
D. Levine, N. 1994. Parasitologi Veteriner. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Hasna, Q. 2009. Taksonomi Nematoda. http://planthospital.blogspot.com/2012/05/
taksonomi-nematoda.html. Diakses tanggal 13 Mei 2012
Mufti Kamaruddin, dkk. Buku Ajar Parasitologi Veteriner. FKH Unsyiah : Banda Aceh
http://www.tinasark.com/images/hookworm.jpg
http://sharonapbio-taxonomy.wikispaces.com/file/view/nematode.jpg/50864359/
nematode.jpg