11
LAPORAN REFLEKSI KASUS NEURALGIA TRIGEMINAL Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Dibagian Ilmu Kedokteran Syaraf RSUD Panembahan Senopati Oleh : Siti karlina, S.ked 20090310207 Pembimbing : dr. Yoshep Budiman, Sp.S FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1

neuralgia-trigeminal.doc

Embed Size (px)

Citation preview

I

LAPORAN REFLEKSI KASUS

NEURALGIA TRIGEMINAL

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Dibagian Ilmu Kedokteran Syaraf RSUD Panembahan Senopati

Oleh :

Siti karlina, S.ked

20090310207Pembimbing :

dr. Yoshep Budiman, Sp.SFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL2015

1. Rangkuman kasusIDENTITAS

Nama :Ny. M.SUmur:64 tahun

Jenis kelamin:Perempuan

Alamat:Bambang lipuro, bantulAgama:islamPekerjaan :Ibu Rumah tangga

RM : 293843ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri hebat pada wajah.

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri hebat pada wajah dialami penderita 1 hari yang lalu, terjadi secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan penderita seperti tersengat listrik terutama di daerah pipi kiri. Nyeri bersifat konstan dan berlangsung beberapa detik. Nyeri dirasakan berkurang apabila penderita berbaring. Nyeri bertambah hebat jika ditekan didaerah pipi.Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi terkontrol sejak 15 tahun yang lalu

Riwayat Kebiasaan

Penderita lebih dominan menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, kebiasan merokok dan minum minuman beralkohol tidak pernah. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum :Cukup

Kesadaran :Compos mentis

Tanda vital :Tensi:160/100 mmHg

Nadi:80 x/menit

Respirasi:24 x/menit

Suhu badan:36,7 oC

Kepala:Bentuk:Mesocephal

Mata:Pupil bulat isokor, diameter 2-3 mm, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Hidung :Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut:Bibir sianosis (-), deviasi lidah, uvula (-)

Telinga: Sekret (-)

Leher:Trakea letak di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax:Paru-paru:Inspeksi:Simetris kiri = kanan

Palpasi:Stem fremitus kiri = kanan

Perkusi:Sonor kiri = kanan

Auskultasi:Suara pernapasan vesikuler

Ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung: Inspeksi:Iktus kordis tidak tampak

Palpasi:Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi:batas jantung dalam batas normal

Auskultasi:SI-SII normal, bising (-)

Abdomen :Inspeksi:Datar

Palpasi:Lemas, hepar/lien : tidak teraba

Perkusi:Timpani

Auskultasi:Bising usus (+) normal

Extremitas:Akral hangat, edema (-)

Status Neurologis

Kesadaran (GCS):E4 V5 M6

Tanda Rangsangan Meningeal:Kaku kuduk (-), TRM (-). Laseq (-), Kerniq (-)Pemeriksaan N. Kranialis : kesan parese N. V sinistraStatus Motorik:

Status Ekstremitas SuperiorEkstremitas Inferior

DextraSinistraDextraSinistra

Gerakan NormalNormalNormalNormal

Kekuatan otot5/5/5/55/5/5/55/5/5/55/5/5/5

Tonus ototNormalNormalNormalNormal

Status sensoris: sensibilitas kiri = sensibilitas kanan

Status otonom : BAB, BAK normalLABORATORIUMEritosit : 5,5 x 106 mm3

Leukosit : 12.700

Trombosit : 275.000

Hb : 14,9 mg/dl

PCV : 46,8 %

Tatalaksana

Carbamazepine 3 x 200 mg (tab)

Ranitidine 2 x 150 mg (tab)

Captopril 3 x 25 mg (tab2. Perasaan terhadap pengalaman

a) Bagaimana Patogenesis Gambaran klinis neuralgia trigeminal?

b) Tatalaksana neuralgia trigeminal?3. Analisis

a) Patogenesis

Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia trigeminal bisa mempunyai penyebab perifer maupun sentral.

Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf ini, apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi segmental pada nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic action potential pada saraf trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal yang berlebihan dan pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri. Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.

b). Gambaran Klinis

Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Penderita neuralgia trigeminal yang berat menggambarkan rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. Serangan ini hilang timbul dan bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang minggu kemudian, tidak sakit lagi selama beberapa waktu. Neuralgia trigeminal biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.c). Tatalaksana

Sebagian besar obat yang digunakan pada penyakit ini mempunyai cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama menyerang mereka yang sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar penggunaan obat pada terapi neuralgia trigeminal dan neuralgia saraf lain adalah kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impuls aferen yang menimbulkan serangan nyeri.

Carbamazepine Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah carbamazepine. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya setelah 4 hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara cukup dramatis. Dosis awal adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien terhadap obat ini baik, terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis hendaknya disesuaikan dengan respons pengurangan nyeri yang dapat dirasakan oleh pasien. Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari. Karena diketahui bahwa pasien bisa mengalami remisi maka dosis dan lama pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi berhasil dan pemantauan dari efek sampingnya negatif, maka obat ini sebaiknya diteruskan hingga sedikitnya 6 bulan sebelum dicoba untuk dikurangi. Bila nyeri menetap maka sebaiknya diperiksa kadar obat dalam darah. Bila ternyata kadar sudah mencukupi sedangkan nyeri masih ada, maka bisa dipertimbangkan untuk menambahkan obat lain, misalnya baclofen. Dosis awal baclofen 10 mg/hari yang bertahap bisa dinaikkan hingga 60 hingga 80 mg/hari.Gabapentin Gabapentin adalah suatu antikonvulsan baru yang terbukti dari beberapa uji coba sebagai obat yang dapat dipertimbangkan untuk nyeri neuropatik. Obat ini mulai dipakai di Amerika pada 1994, sebagai obat anti epilepsi. Waldeman menganjurkan pemberian obat ini bila carbamazepin dan phenitoin gagal mengendalikan nyerinya. Dosis awal 300 mg, malam hari, selama 2 hari. Bila tidak terjadi efek samping yang mengganggu seperti pusing, ngantuk, gatal, dan bingung, obat dinaikkan dosisnya setiap 2 hari dengan 300 mg hingga nyeri hilang atau hingga tercapai dosis 1800 mg/hari. Cara kerja gabapentin dalam menghilangkan nyeri masih belum jelas benar. Yang pasti dapat dikemukakan adalah bahwa obat ini meningkatkan sintesis GABA dan menghambat degradasi GABA. Karena itu, pemberian gabapentin akan meningkatkan kadar GABA di dalam otak. 4. Kesimpulan

Seorang penderita perempuan, umur 52 tahun, pekerjaan karyawan swasta, dikonsulkan ke Bagian Rehabilitasi Medik RSU Prof. Kandou dengan keluhan utama kelumpuhan anggota gerak kiri sejak 13 hari yang lalu. Kelumpuhan terjadi secara perlahan-lahan saat penderita bangun dari tidur dan menghebat saat penderita berjalan. Rasa keram-keram pada ekstremitas kiri (+). Rasa mual dan muntah (-), kejang-kejang (-), penurunan kesadaran (-), bicara pelo (-), kesedakan waktu makan/minum (-). BAB/BAK : biasa.

Riwayat penyakit dahulu : stroke (+) 3 tahun lalu, darah tinggi (+) 11 tahun lalu tidak terkontrol, kencing manis (+) 5 tahun lalu tidak terkontrol, asam urat (+) 2 tahun yang lalu.Pemeriksaan fisik :

GCS : E4 V5 M6

T : 170/110, N : 80 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb : 36,7 oC

Pupil bulat isokor, RC +/+, diameter 2-3 mm, TRM (-)

Indeks Barthel : 80 (ketergantungan sedang)

N. kranialis : Kesan N I-XII dalam batas normal

Sensorik : n

n

Motorik :KO : 5/5/5 5/5/5TO : n nRF : n nRP : (-)

5/5/5 5/5/5 n n n n

Laboratorium :

Gula darah puasa :180 mg/dL

Ureum:48mg/dL

Total kolesterol:187mg/dL

Kreatinin:1,0mg/dL

Trigliserida:160mg/dL

SGPT:14U/L

Asam urat:5,6mg/dL

SGOT:16U/L

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis: neuralgia trigeminal5. Daftar Pustaka1. Harrisons. Principle of Internal Medicine 17th Edition. Publisher McGraw-Hill. Philadelphia. 20082. Goetz. Textbook of Clinical Neurology 3rd Edition. Publisher Elsevier-Saundres. 20073. Simon R. Clinical Neurology 7th Edition. Publisher McGraw-Hill. Philadelphia. 2009PAGE 1