Upload
lediep
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
November
2017
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
Jalan Yos Sudarso No. 1, 97711, Ternate, Maluku Utara
Telepon: 0921 – 3121217 / 3121219
Faksimili: 0921 – 3124017
Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 22 November 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas WaluyantoKepala Perwakilan
ii
iii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR ivDAFTAR GRAFIK vINDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA viiRINGKASAN EKSEKUTIF ix
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH 11.1 Kondisi Umum 21.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 41.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 212.1 Struktur APBD 222.2 Realisasi Pendapatan APBD 242.3 Realisasi Belanja APBD 262.4 Rekening Pemerintah 28
BAB III INFLASI DAERAH 313.1 Perkembangan Inflasi Triwulan II 2017 323.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan Berjalan 373.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38
BAB IV ANALISIS STABILITAS KEUANGAN DAERAH 414.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga 424.2 Asesmen Sektor Korporasi 464.3 Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 494.4 Pengembangan Akses Keuangan 54
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 555.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 565.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 58
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 616.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 626.2 Tingkat Kesejahteraan Daerah 64
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 677.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 687.2 Outlook Inflasi Daerah 70
iv
DAFTAR TABEL1Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 5
2Tabel 2.1 APBD Maluku Utara 2017 22Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III
2017 26Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III 2017 28
3Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 33
4Tabel 4.1 Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai 45Tabel 4.2 Kondisi Likuiditas Korporasi 47
5Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling di Maluku Utara 57Tabel 5.2 Perkembangan Cek BG Kosong di Maluku Utara 59
6Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara (ribu jiwa) 63Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Kawasan Timur Indonesia 65
DAFTAR GAMBAR1Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Timur Indonesia Triwulan
III 20173
3Gambar 3.1 Acara Penandatanganan Kesepakatan Program Aksi 2018 – Segitiga
Emas 39
v
DAFTAR GRAFIK1Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan III 2017 6Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga 6Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini dibanding 6 Bulan Lalu 6Grafik 1.4 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri 9Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri 8Grafik 1.6 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri 8Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri 8Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi Maluku Utara 10Grafik 1.9 Perkembangan Impor Antar Provinsi Maluku Utara 10Grafik 1.10 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan III
201711
Grafik 1.11 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 12Grafik 1.12 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang Realisasi Kegiatan Usaha 12Grafik 1.13 Struktur PDRB Sisi Penawaran 14Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Fero-nikel dan Bijih Nikel 15Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Fero-nikel dan Bijih Nikel 15Grafik 1.16 Volume Pengadaan Semen Maluku Utara 17Grafik 1.17 Jumlah Proyek yang Tengah Berlangsung di Maluku Utara 17Grafik 1.18 Perkembangan Penyaluran Kredit di Maluku Utara 17Grafik 1.19 Perkembangan Pangsa Kredit Jenis Penggunaan di Maluku Utara 17Grafik 1.20 Jumlah Tangkapan Ikan 19Grafik 1.21 Perkembangan NTP Subsektor Tanaman Pangan 19
2Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2016 dan 2017 23Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2016 dan 2017 24Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan 24Grafik 2.4 Perbandingan Persentase Realisasi Pendapatan APBD Tahun
2016 dan Tahun 2017 25Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja Tiap Triwulan 27Grafik 2.6 Perbandingan Persentase Realisasi Belanja APBD Tahun 2016 dan
Tahun 2017 28Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam
miliar rupiah) 29
3Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate dan Nasional 32Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 34Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Energi (yoy) 35Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Transportasi (yoy) 35Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Tembakau dan Rokok (yoy) 35Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Inti (yoy) 36Grafik 3.7 Indeks Survei Konsumen 37Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate 38
vi
4Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara 42Grafik 4.2 Perkembangan IKK, IKE, dan IEK 43Grafik 4.3 Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan
Mendatang 43Grafik 4.4 Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di
Maluku Utara 43Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara 44Grafik 4.6 Pangsa DPK Perseorangan dan Bukan Perseorangan di Maluku
Utara 45Grafik 4.7 Komposisi DPK Perseorangan di Maluku Utara 45Grafik 4.8 Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan 46Grafik 4.9 Perkembangan Dunia Usaha per Sektor Ekonomi 47Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan 48Grafik 4.11 NPL Kredit Korporasi 48Grafik 4.12 NPL Kredit Korporasi per Kategori Debitur 48Grafik 4.13 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 49Grafik 4.14 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 50Grafik 4.15 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 51Grafik 4.16 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 52Grafik 4.17 Perkembangan NPL Perbankan di Malut 53Grafik 4.18 Perkembangan Perbankan Syariah 54
5Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Maluku Utara 56Grafik 5.2 Perkembangan Kliring di Maluku Utara 58
6Grafik 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK Maluku Utara 62Grafik 6.2 Jumlah Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama di Maluku
Utara (ribu jiwa) 63Grafik 6.3 Perkembangan NTP Maluku Utara 64Grafik 6.4 NTP per Subsektor di Maluku Utara 64
7Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 68
vii
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKANPROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoyIndeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 129,78 130,27 130,72 133,49 131,86Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4,05 1,91 2,41 3,92 1,60
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 5478,46 5,61 5560,49 6,54 5570,57 7,61 5714,58 6,99 5904,59 7,78 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1265,61 5,40 1252,22 7,65 1270,32 6,68 1280,63 3,79 1284,33 1,48 Pertambangan dan Penggalian 519,82 0,95 530,49 7,60 545,76 11,58 551,92 14,02 571,04 9,85 Industri Pengolahan 334,22 23,04 320,59 17,11 344,21 14,05 378,06 24,01 474,42 41,95 Pengadaan Listrik dan Gas 5,73 24,99 5,81 3,29 5,93 4,11 6,38 4,49 6,30 9,80 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,90 4,48 5,01 3,09 5,08 6,52 5,27 6,05 5,32 8,47
Konstruksi 357,28 4,26 378,02 6,03 371,78 6,84 377,86 6,99 388,65 8,78 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1003,57 7,29 997,15 7,61 1011,96 7,15 1039,35 7,01 1057,51 5,37
Transportasi dan Pergudangan 321,31 9,90 322,72 10,07 325,62 9,58 334,36 8,37 341,75 6,36 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 24,92 14,12 25,46 9,12 26,63 8,35 26,53 9,78 27,41 9,97 Informasi dan Komunikasi 245,85 9,60 246,75 8,30 248,02 5,06 253,96 7,87 261,34 6,30 Jasa Keuangan dan Asuransi 166,77 10,96 175,84 11,21 170,38 5,64 174,32 3,96 177,73 6,57 Real Estate 6,52 8,05 6,60 4,97 6,80 7,41 6,95 8,53 7,05 8,15 Jasa Perusahaan 18,75 8,43 18,78 5,17 18,91 5,15 19,48 6,96 20,01 6,72 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
846,75 -1,79 914,57 -1,01 864,20 6,19 897,42 2,16 907,51 7,18
Jasa Pendidikan 191,07 4,38 193,34 3,31 190,18 6,02 192,55 5,68 199,68 4,51 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 119,23 5,62 120,67 5,12 118,45 7,15 121,73 4,53 125,07 4,90 Jasa lainnya 46,16 8,55 46,47 7,13 46,33 3,98 47,81 5,97 49,47 7,19
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 13,26 223,60 14,82 405,78 31,51 356,83 12,75 8.395,88 84,18 534,71Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 19,16 132,72 15,59 179,39 27,89 146,55 71,15 699.488,40 7.865,92 40.958,66Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 71,79 2259,48 34,95 25,70 11,13 -84,07 10,03 -84,41 54,83 -23,63Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 164,69 889,10 57,93 34,22 16,87 -84,60 38,70 -29,46 1116,36 577,88
20172016INDIKATOR
viii
B. Perbankan
C. Sistem Pembayaran
Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoyPERBANKAN (berdasarkan lokasi bank)Bank Umum:Total Aset (Rp miliar) 8224,07 6,41 8461,06 4,20 8452,56 4,63 8847,96 7,22 8999,00 9,43DPK (Rp miliar) 6248,34 -4,20 6306,79 1,24 6346,12 -2,39 6710,00 3,11 6640,00 6,24 - Tabungan 3531,98 4,75 3774,69 0,87 3569,27 4,20 3793,45 6,23 3713,89 5,15 - Giro 1383,65 -19,09 989,57 -19,07 1323,88 -20,82 1429,33 -8,12 1529,88 10,57 - Deposito 1332,71 -7,48 1542,53 21,99 1452,96 3,48 1493,49 7,82 1468,65 10,20Kredit (Rp miliar) 6197,49 12,19 6405,98 12,67 6687,33 14,64 6812,60 11,77 7499,57 21,01 - Modal Kerja 1652,11 13,69 1663,31 12,91 1737,46 16,34 1768,34 9,51 2004,82 21,35 - Konsumsi 4074,35 13,02 4286,91 14,68 4467,70 15,53 4632,96 -89,73 5010,86 22,99 - Investasi 471,03 1,11 455,77 -3,97 482,17 2,05 411,31 871,45 483,90 2,73LDR 99,19 101,57 105,38 101,43 118,16Kredit UMKM (Rp miliar) 1744,43 11,54 1751,19 8,47 1742,49 8,94 1784,14 4,08 1979,15 13,46 Kredit Mikro (Rp miliar) 494,31 32,86 491,42 17,65 883,49 90,80 512,77 3,21 546,93 10,65 Kredit Kecil (Rp miliar) 847,24 6,16 872,92 9,96 376,74 -52,23 889,16 7,62 1011,63 19,40 Kredit Menengah (Rp miliar) 402,88 2,31 386,85 -4,00 358,29 3,02 382,21 -2,30 420,59 4,40NPL 1,97 1,66 1,77 1,91 1,98
INDIKATOR 2016 2017
Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoySISTEM PEMBAYARANInflow (Rp miliar) 486,62 25,38 237,28 90,39 307,28 -12,65 256,63 37,14 474,04 -2,59Outflow (Rp miliar) 456,47 -45,11 737,04 -12,51 248,19 54,23 1049,77 17,20 324,77 -28,85Volume Kliring (lembar) 4.676 -0,89 4.879 -4,93 4.722 -9,02 6.907 33,86 6.258 33,83Nominal Kliring (Rp miliar) 244,49 3,05 245,41 -7,45 234,92 -9,81 299,58 21,72 226,55 -7,34Cek/BG Kosong (lembar) 32 14,29 44 41,94 40 73,91 6 -83,33 41 28,13
INDIKATOR 2016 2017
ix
Ringkasan EksekutifPertumbuhan Ekonomi Daerah
Ekonomi Maluku Utara pada triwulan III 2017 tumbuh meningkat dibandingtriwulan II 2017. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 7,78% (yoy),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 6,99% (yoy). Dari sisi permintaan,akselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan konsumsi
yang berasal dari dana pemerintah dan kegiatan investasi di Maluku Utara khususnya
pembangunan smelter. Dari sisi penawaran, perbaikan kinerja sektor-sektor utama yakni
sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor administrasi pemerintahan menjadi
penyebab peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2017.
Memasuki triwulan IV 2017, Pertumbuhan perekonomian Maluku Utaradiperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,31% - 7,71% (yoy) dengan kecenderunganbias ke atas. Lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali mengalami
akselerasi dan masih menjadi lapangan usaha dengan andil terbesar. Namun demikian
melambatnya sektor pertanian dan pertambangan serta meningkatnya impor antar daerah
diperkirakan menahan laju perekonomian pada triwulan berjalan. Denganmempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi selama tahun2017 diperkirakan berada pada kisaran 7,3% -7,7% (yoy).
Keuangan PemerintahJumlah total realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada
triwulan III 2017 tercatat meningkat dengan realisasi 25,5% atau sebesar Rp1.745,80miliar. Hal ini didorong oleh peningkatan nilai realisasi PAD dan dana perimbangan yang
dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan Maluku
Utara.
Sementara itu, total realisasi belanja daerah pada triwulan III 2017 mencapaiRp1.248,19 miliar atau terealisasi sebesar 52,05%. Realisasi tersebut terutama didorong
oleh realisasi belanja modal baik untuk pembayaran proyek tahun 2017 maupun tunggakan
pembayaran pada periode keuangan sebelumnya. Namun demikian, himbauan pemerintah
pusat untuk melakukan efisiensi serta kondisi keterbatasan fiskal menyebabkan realisasi
belanja pegawai dan belanja barang tidak seoptimal tahun sebelumnya.
x
Inflasi DaerahTerjaganya ketersediaan pangan berkat sistem logistik yang baik dan perlambatan
konsumsi rumah tangga di Maluku Utara selama triwulan III 2017 berdampak pada
menurunnya tekanan inflasi pada triwulan III 2017. Kelompok volatile food khususnya dari
subkelompok sayur-sayuran dan ikan segar mencatatkan deflasi akibat melimpahnya
pasokan di pasar. Dengan demikian, Inflasi Maluku Utara yang diwakili oleh KotaTernate pada akhir triwulan III 2017 tercatat sebesar 1,60% (yoy), lebih rendahdibandingkan triwulan II 2017 lalu yang tercatat sebesar 3,92% (yoy).
Namun, tekanan inflasi pada triwulan berjalan diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan III 2017. Peningkatan konsumsi masyarakat sebagai dampak dari dibayarkannya
beberapa tunjangan PNS pada akhir triwulan III 2017 serta efek persiapan pilkada 2018
akan menjadi pendorong utama inflasi Maluku Utara pada triwulan berjalan. Sementara itu,
curah hujan Desember 2017 yang diprediksi lebih tinggi dari tahun lalu diperkirakan berisiko
menghambat aktivitas nelayan ikan tangkap di akhir tahun dan memicu inflasi tinggi pada
kelompok ikan segar. Dengan mempertimbangkan risiko-risiko pemicu inflasi tersebut,pada akhir tahun 2017, inflasi Maluku Utara diperkirakan meningkat dan berada padakisaran 3,0% (yoy) – 3,4% (yoy).
Analisis Stabilitas Keuangan DaerahMeskipun konsumsi rumah tangga tumbuh melambat, ketahanan sektor rumah
tangga masih dalam tren yang terkendali. Risiko kredit dari sektor rumah tangga tercatat
pada level yang rendah meskipun terjadi kenaikan dibandingkan triwulan II 2017. NPL padasektor tersebut tercatat sebesar 1,24% sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II2017 sebesar 1,21%.
Sementara itu, stabilitas keuangan sektor korporasi terjaga seiring dengan kondisi
keuangan yang tumbuh positif. Risiko kredit sektor korporasi menunjukan perbaikan dengan
turunnya rasio NPL dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL sektor korporasi tercatatmengalami perbaikan dari 4,75% menjadi 4,05%.
xi
Perkembangan Sistem PembayaranDari sisi sistem pembayaran tunai, aliran uang kartal pada triwulan III 2017 di
Maluku Utara tercatat mengalami net-inflow. Pada triwulan III 2017, aliran uang masuk
(inflow) tercatat sebesar Rp474,04 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar
Rp324,77 miliar sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp149,27 miliar. Peningkatan
net-inflow terjadi karena adanya penurunan konsumsi masyarakat akibat pergeseran puncak
konsumsi ke triwulan II sehingga kebutuhan uang tunai di masyarakat rendah.
Sementara itu perkembangan sistem pembayaran non tunai menunjukan
pertumbuhan yang bervariasi. Nilai transaksi melalui fasilitas kliring pada periode triwulan III
2017 tercatat sebesar Rp226,54 miliar atau turun 7,34% (yoy). Di lain sisi, seiring kenaikan
kinerja sektor korporasi serta kegiatan investasinya di maluku utara, transaksi nilai besar
melalui fasilitas RTGS tercatat mencapai Rp340,97 miliar atau tumbuh 61,04% (yoy) lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 53,04% (yoy).
Ketenagakerjaan dan KesejahteraanKesejahteraan masyarakat Provinsi Maluku Utara cenderung stabil. Secara umum,
masyarakat menilai pendapatannya meningkat yang tercermin dari indeks pendapatan saat
ini yang meningkat dari 137 pada akhir tahun 2016 menjadi 141,67 pada oktober 2017.
Sementara itu di wilayah pedesaan, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara bulan Oktober
2017 tercatat sebesar 101,77 lebih tinggi dari rata-rata NTP 3 tahun terakhir.
Terjaganya kesejahteraan masyarakat Maluku Utara salah satunya dipengaruhi oleh
terjaganya akses lapangan kerja di wilayah ini. Seiring dengan perbaikan kinerja ekonomi
Maluku Utara, kebutuhan pelaku usaha terhadap tenaga kerja terindikasi meningkat. Hal ini
terindikasi dari meningkatnya saldo bersih tertimbang kebutuhan tenaga kerja pelaku usaha
dari 1,21 menjadi 1,63.
xii
Prospek PerekonomianPerekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh
melambat dari triwulan berjalan dan berada pada kisaran 6,7% - 7,1% (yoy) dengankecenderungan bias ke atas. Dari sisi permintaan, pelambatan pertumbuhan ekonomi
diakibatkan oleh melambatnya PMTB sebagai dampak Pemilihan Umum Kepala Daerah
(Pilkada) tingkat provinsi tahun 2018 sehingga pelaku usaha cenderung khawatir dengan
perubahan kebijakan dan pergantian pucuk pimpinan SKPD. Dari sisi penawaran,
perlambatan disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor pertambangan dan sektor industri
pengolahan seiring belum ada tambahan smelter baru yang beroperasi secara komersial
(selain 2 smelter perusahaan penambangan nikel swasta yang telah beroperasi di tahun
2016 dan 2017). Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi
sepanjang tahun 2018 yang diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 6,3% -6,7% (yoy).
Tekanan inflasi Maluku Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan akanmengalami sedikit peningkatan dibanding inflasi triwulan berjalan yakni berada padakisaran 3,00% (yoy) – 3,40% (yoy). Risiko tekanan inflasi pada triwulan mendatang berasal
gangguan produksi bahan makanan yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi serta
kerusakan tanggul di sentra produksi padi di Halmahera Utara. Tekanan inflasi juga
diperkirakan muncul dari kenaikan cukai rokok serta kenaikan tiket pesawat khususnya di
Bulan Januari 2018. Sementara itu, membaiknya kinerja ekonomi Maluku Utara diperkirakan
meningkatkan tekanan permintan sepanjang tahun 2018. Dengan memperhatikan risiko-risiko tersebut, inflasi pada 2018 diperkirakan mencapai 3,9% - 4,3% (yoy).
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 7,78% (yoy),
mengalami akselerasi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang sebesar 6,99% (yoy).
Ditinjau dari sisi pengeluaran, akselerasi terutama terjadi pada sektor konsumsi
pemerintah dan investasi (PMTB), namun demikian konsumsi rumah tangga
menunjukkan perlambatan.
Sementara ditinjau dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha industri pengolahan,
administrasi pemerintahan dan konstruksi, serta jasa keuangan mengkonfirmasi
akselerasi pertumbuhan pada triwulan III 2017. Namun beberapa lapangan usaha
utama yaitu pertanian, pertambangan dan perdagangan menunjukkan perlambatan.
Pertumbuhan yoyTriwulan III 2017
7,78%
BAB IPERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH“Perekonomian Maluku Utara mengalamiakselerasi”
Pertumbuhan qtqTriwulan III 2017
3,32%
2
1.1 Kondisi UmumEkonomi Maluku Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan akselerasi dibanding
triwulan II 2017. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 7,78%(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 6,99% (yoy). Dari sisi
permintaan, akselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan
konsumsi yang berasal dari dana pemerintah dan kegiatan investasi di Maluku Utara yang lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi penawaran, perbaikan kinerja sektor-sektor
utama yakni sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor administrasi
pemerintahan menjadi penyebab peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2017.
Ekspansi kinerja sektor industri pengolahan terutama didorong oleh beberapa fasilitas
pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) nikel di Pulau Obi dan Gebe sudah mulai
beroperasi di triwulan III-2017. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor administrasi
pemerintah didorong oleh realisasi belanja pemerintah pada triwulan III 2017. Meningkatnya
realisasi belanja terutama disebabkan oleh pembiayaan beberapa proyek-proyek infrastruktur di
triwulan III 2017 sehingga berdampak juga pada peningkatan kinerja sektor konstruksi pada
periode yang sama. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2017
kemudian tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi kedua di Kawasan Timur Indonesia, setelah
Sulawesi Tengah yang mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 8,86% (yoy) pada periode
yang sama (Gambar 1).
Namun demikian, sektor pertanian dan perikanan yang merupakan salah satu sektor
ekonomi utama, menjadi faktor penahan akselerasi pertumbuhan Provinsi Maluku Utara. Pada
triwulan III 2017, sektor pertanian dan perikanan kembali menunjukkan deselerasi. Masih
tingginya curah hujan yang disertasi angin kencang, menyebabkan gelombang laut selama
triwulan III 2017 cukup tinggi, sehingga hasil tangkapan ikan para nelayan relatif berkurang.
Selain itu, curah hujan yang masih tinggi pada triwulan III 2017 menyebabkan hasil panen
menurun, terutama pada subsektor perkebunan seperti kelapa dan cengkih. Beberapa
komoditas hortikultura juga mengalami gangguan panen, sehingga produksinya menurun
dibanding periode sebelumnya.
Memasuki triwulan IV 2017, perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan tumbuh
lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utaradiperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,31% - 7,71% (yoy) dengan kecenderungan biaske atas. Dari sisi penawaran, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali
3
mengalami akselerasi dan masih menjadi lapangan usaha dengan andil terbesar. Semakin
optimalnya produksi dan ekspor fero-nikel yang terus berlanjut akan menjadi faktor pendorong
pertumbuhan utama lapangan usaha industri pengolahan di triwulan IV 2017. Lapangan usaha
administrasi pemerintahan diperkirakan kembali mengalami akselerasi seiring dengan belanja
operasional dan transfer, serta belanja lainnya seiring dengan persiapan pelaksanaan Pilkada
2018. Lapangan usaha utama lainnya yang diperkirakan akan mengalami akselerasi
pertumbuhan adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, seiring dengan momen
hari raya Natal dan tahun baru 2018, serta persiapan menyambut Pilkada 2018.
Di sisi lain, lapangan usaha pertanian diperkirakan masih akan mengalami perlambatan
pada triwulan IV 2017 seiring dengan panen cengkih yang diprediksi jatuh pada triwulan I 2018.
Selain itu, produksi tanaman pangan dan komoditas hortikultura juga diperkirakan belum
menunjukkan perbaikan seiring dengan curah hujan yang masih tinggi pada awal triwulan IV
2017. Sementara untuk lapangan usaha pertambangan, meskipun diprediksi tumbuh tinggi,
namun masih akan menunjukkan perlambatan dibanding triwulan III 2017. Dengan
mempertimbangkan kondisi terkini serta proyeksi triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi
sepanjang tahun 2017 diperkirakan berada pada kisaran 7,3 – 7,7% (yoy)
MALUKU UTARA6,99% 7,78%
Pertumbuhan yoy lebih tinggi daritriwulan sebelumnya
Pertumbuhan yoy lebih rendahdari triwulan sebelumnya
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Timur Indonesia Triwulan III 2017
4
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 didorong oleh
peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah daerah di Maluku utara dan peningkatan
pertumbuhan investasi yang dicerminkan oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTB). Realisasi konsumsi Pemerintah pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar 9,22%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 7,33% (yoy). Sementara PMTB
tercatat meningkat dari 4,24% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,16% (yoy) pada triwulan III
2017.
Perdagangan luar negeri Maluku Utara menunjukkan kinerja yang semakin baik.
Semakin optimalnya pengoperasian smelter di beberapa perusahaan di Maluku Utara terutama
di Pulau Obi dan Pulau Gebe, mendorong kinerja ekspor pada triwulan III 2017. Kondisi
tersebut menjadi faktor utama ekspor Maluku Utara tetap tumbuh pada level yang tinggi.
Adapun komoditas ekspor dari Maluku Utara adalah fero-nikel dan bijih nikel dan konsentratnya
dengan tujuan ekspor Tiongkok. Di sisi lain, impor luar negeri kembali tercatat mengalami
perlambatan kontraksi dari 56,23% (yoy) di triwulan II 2017 menjadi 20,39% (yoy) di triwulan III
2017. Kembali menggeliatnya ekspor Maluku Utara yang berasal dari komoditas pertambangan
dan olahannya ini, memicu bergeliatnya kembali perekonomian masyarakat di sekitarnya, baik
yang menjadi pekerja maupun penyedia jasa-jasa pendukung kegiatan pertambangan.
Seiring dengan tingkat pertumbuhan ekspor yang terjaga pada level yang tinggi, pada
Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ekspor luar negeri menjadi komponen dengan andil pertumbuhan
yang paling besar di triwulan III 2017, yakni sebesar 18,33% (yoy). Diikuti oleh pengeluaran
konsumsi pemerintah yang tercatat sebesar 2,70% (yoy). Kendati melambat dibandingkan
triwulan II 2017, konsumsi masyarakat masih memberikan andil sebesar 1,91% (yoy) dari
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III 2017.
5
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
Tw II 2017 Tw III 2017 Tw II 2017 Tw III 2017Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,03 3,28 2,95 1,91
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7,35 6,36 0,09 0,08Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,33 9,22 2,24 2,70Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,24 5,16 1,23 1,49
Perubahan Inventori (78,42) 2.166,14 (1,64) (4,86)Ekspor Luar Negeri 5.388,41 563,29 9,28 18,33Impor Luar Negeri (56,23) (20,39) (6,49) (2,60)
Net Ekspor Antar Daerah 133,71 184,85 (13,64) (14,47)
P D R B 6,99 7,78
Komponen Pertumbuhan (%, yoy) Andil (%)
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan pada triwulan III 2017
menunjukkan sedikit perubahan dibanding dengan periode-periode sebelumnya. Meski masih
didominasi oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga (55,92%) maupun konsumsi
pemerintah (31,55%), pada triwulan III 2017 ekspor luar negeri mengalami peningkatan pangsa
yang cukup signifikan dari 9,13% menjadi 21,47%. Sementara itu pangsa komponen investasi
(PMTB) yang sebesar 27,42%, tidak banyak berubah dari pangsanya pada triwulan II 2017
yang sebesar 27,75%. Lebih jauh lagi, net impor antar daerah tercatat menurun pangsanya
menjadi 22,82% pada triwulan III 2017, dari sebelumnya 24,57% pada triwulan II 2017.
Perubahan pangsa sektoral pada PDRB Maluku Utara triwulan III 2017 menunjukkan
semakin bergairahnya kegiatan perdagangan luar negeri Maluku Utara (Grafik 1.1). Meskipun
demikian, masih terdapat ruang untuk juga meningkatkan pangsa perdagangan antar daerah di
Maluku Utara, melalui peningkatan nilai tambah pada komoditas-komoditas utama perkebunan,
seperti pala, cengkih, dan yang tidak boleh ditinggalkan adalah kelapa.
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6
Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan III 2017
1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 tercatat melambat, dari 5,03% (yoy)
pada triwulan II 2017 menjadi 3,28% (yoy) pada triwulan III 2017. Sementara itu, konsumsi
lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) pada triwulan II 2017 tumbuh 6,36%
(yoy), terdeselerasi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,35% (yoy). Dengan
kondisi pertumbuhan yang demikian, konsumsi masyarakat memberikan andil sebesar 3,06%
pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan RumahTangga
Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Penghasilan SaatIni dibanding 6 Bulan Lalu
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
7
Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 sejalan
dengan perlambatan indeks pendapatan rumah tangga. Berdasarkan rilis BPS Provinsi Maluku
Utara, indeks pendapatan rumah tangga menurun cukup signifikan dari 123,85 pada triwulan
sebelumnya, menjadi 112,89 pada triwulan III 2017 (Grafik 1.2). Selain itu, berdasarkan hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu turut
menunjukkan penurunan, yaitu dari 146,7 pada triwulan II 2017 menjadi 141,7 pada triwulan III
2017 (Grafik 1.3).
Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut secara umum diindikasikan
juga oleh perlambatan pada sektor pertambangan dan sektor pertanian. Pada sektor
pertambangan, kuota ekspor bijjih nikel yang hampir habis berdampak pada penurunan
produksi bijih nikel sehingga menurunkan pendapatan para pekerja di sektor ini. Sementara
untuk sektor pertanian, kondisi curah hujan yang tinggi berdampak pada gagal panen beberapa
komoditas hortikultura dan tanaman pangan di Maluku Utara sehingga berakibat pada
menurunnya hasil produksi pertanian. Selain itu panen cengkih juga diperkirakan tertunda
hingga awal tahun 2018 sehingga selama triwulan III 2017 produksi cengkih mengalami
penurunan. Kondisi ini lebih lanjut berdampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja pada
sektor pertanian yang selama ini merupakan sektor dengan jumlah tenaga kerja terbanyak.
Penurunan penyerapan tenaga kerja tersebut berdampak pada peningkatan tingkat
pengangguran di Maluku Utara yang pada Agustus 2017 tercatat sebesar 5,33%, lebih tinggi
dari Agustus 2016 yang sebesar 4,01%. Kondisi tersebut menjadi faktor utama perlambatan
konsumsi rumah tangga selama triwulan III 2017. Selain itu, perlambatan konsumsi masyarakat
pada triwulan III 2017 juga terjadi seiring dengan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan II
2017 sehingga masyarakat melakukan konsumsi yang tinggi pada triwulan II 2017 dan
memperlambat pengeluaran pada triwulan III 2017.
1.2.2 Pengeluaran PemerintahPertumbuhan pada sektor konsumsi pemerintah tercatat mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh dari 7,33% (yoy)
menjadi 9,22% (yoy) atau memberikan andil pertumbuhan pada triwulan III 2017 sebesar
2,70%. Sebagaimana telah diproyeksikan sebelumnya, optimalisasi penyerapan anggaran
menjelang akhir tahun dan termin pembayaran proyek yang umumnya jatuh pada semester II
mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017. Sektor
konsumsi pemerintah yang memiliki pangsa sebesar 31,55% ini, apabila dapat dikelola secara
8
lebih baik maka akan memberikan multiplier effect yang lebih optimal lagi, khususnya pada
sektor konstruksi yang menjalankan pembangunan infrastruktur pemerintah.
Pada triwulan IV 2017, diperkirakan pertumbuhan konsumsi pemerintah akan kembali
mengalami peningkatan. Optimalisasi penyerapan anggaran jelang akhir tahun dan termin
pembayaran proyek yang jatuh pada triwulan IV diperkirakan akan menjadi faktor utama
mendorong peningkatan pertumbuhan sektor ini. Peningkatan pada sektor ini diharapkan akan
memberikan andil pada total pertumbuhan pada triwulan mendatang, mengingat sektor ini
memiliki andil kedua terbesar setelah ekspor luar negeri.
1.2.3 Kegiatan Ekspor – Impor
Komponen ekspor luar negeri dalam PDRB triwulan III 2017 tercatat memiliki
pertumbuhan yang tinggi. Ekspor luar negeri Maluku Utara tercatat sebesar 563,29% (yoy)
pada triwulan III 2017. Perlambatan pertumbuhan ekspor luar negeri dari 5.388,41% (yoy) pada
triwulan II 2017 ini pun terjadi karena base effect, mengingat pertumbuhan yang tinggi pada
triwulan II 2017 terjadi seiring dengan dimulainya produksi feronikel dan telah efektifnya izin
ekspor terbatas untuk konsentrat nikel dari perusahaan tambang di Maluku Utara (Grafik 1.4
dan Grafik 1.5). Lebih jauh lagi, pangsa ekspor luar negeri dalam PDRB tercatat semakin
meningkat dari 9,13% pada triwulan II 2017 menjadi 21,47% pada triwulan III 2017. Hal tersebut
menyebabkan komponen ekspor memiliki andil paling tinggi dalam pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara dari sisi permintaan, yakni 18,33% (yoy).
Di lain sisi, impor luar negeri tercatat terkontraksi sebesar 20,39% (yoy), sedikit
mengalami peningkatan, setelah pada triwulan sebelumnya terkontaksi sebesar 56,23% (yoy).
Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, komoditas impor luar negeri masih didominasi
oleh barang modal/bahan baku yang terutama digunakan untuk mengoperasikan smelter dan
penyelesaian pembangunan smelter lainnya, dan pembangkit listrik. Proyek pembangunan
smelter di Pulau Obi, dan pembangunan pembangkit listrik di Pulau Morotai dan Pulau
Halmahera yang sudah memasuki tahap finalisasi menyebabkan terkontraksinya impor barang
modal/bahan baku proyek tersebut (Grafik 1.6 dan Grafik 1.7).
9
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Volume Ekspor LuarNegeri
Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Impor LuarNegeri
Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri
Ditilik dari sisi perdagangan antar daerah, seiring dengan turunnya produksi sektor
pertanian, terutama hasil perkebunan cengkih, pala, dan kelapa, dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat Maluku Utara, terutama untuk komoditas bahan makanan dan barang-barang
kebutuhan rumah tangga, maka pertumbuhan impor antar daerah cenderung mengalami
peningkatan (Grafik 1.9). Kondisi yang demikian, menyebabkan secara keseluruhan Maluku
Utara tercatat mengalami net-impor antar daerah. Net-impor tercatat tumbuh 184,85% (yoy)
pada triwulan III 2017, setelah sebelumnya tumbuh 133,71% (yoy) pada triwulan II 2017.
10
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolahGrafik 1.8 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi
Maluku UtaraGrafik 1.9 Perkembangan Impor Antar Provinsi
Maluku Utara
Dengan demikian, neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah
dan luar negeri) pada triwulan III 2017 mengalami net-impor sebesar Rp596,23 miliar. Secara
tahunan, net-impor mengalami kontraksi sebesar 37,26% (yoy).
Pada triwulan berjalan, net-impor diperkirakan meningkat. Meski implementasi relaksasi
UU Minerba telah berlangsung dan produksi smelter diperkirakan akan meningkat, namun
kebutuhan sehari-hari masyarakat Maluku Utara yang masih harus didatangkan dari daerah lain
menyebabkan neraca perdagangan Maluku Utara lebih besar di sisi impornya. Peningkatan
kebutuhan terutama terkait dengan adanya hari raya keagamaan Natal dan tahun baru 2018.
Namun demikian, di tengah kesadaran pemerintah daerah yang semakin meningkat untuk
mendorong peningkatan produksi tanaman pangan lokal dan penguatan kerjasama antar
daerah di wilayah Maluku Utara, diharapkan ketergantungan provinsi ini terhadap produk dari
provinsi lain dapat berkurang dari waktu ke waktu.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi PenawaranPada sisi penawaran, akselerasi perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2017
terutama didorong oleh ekspansi pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi,
administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Lapangan usaha tersebut juga menunjukkan
peningkatan andil pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017. Lapangan usaha industri
pengolahan menunjukkan peningkatan pertumbuhan tertinggi, yaitu dari 24,01% (yoy) pada
triwulan II 2017 menjadi 41,95% (yoy) pada triwulan III 2017. Lapangan usaha jasa keuangan
tercatat tumbuh sebesar 6,57% pada triwulan III 2017, lebih tinggi dari triwulan II 2017 yang
sebesar 3,96% (yoy). Lapangan usaha administrasi pemerintahan kemudian mencatatkan
11
pertumbuhan sebesar 7,18% (yoy), meningkat signifikan apabila dibandingkan dengan triwulan
II 2017 yang sebesar 2,16% (yoy). Sementara lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh
sebesar 8,78% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2017 yang sebesar 6,99% (yoy).
Selain menunjukkan peningkatan pertumbuhan tahunan yang tinggi, lapangan usaha
industri pengolahan, jasa keuangan, administrasi pemerintahan, dan konstruksi juga
menunjukkan peningkatan andil pertumbuhan pada triwulan III 2017 dibanding triwulan II 2017.
Lapangan usaha industri pengolahan mencatatkan peningkatan andil pertumbuhan tertinggi,
yaitu dari 1,37% pada triwulan II 2017 menjadi 2,56% pada triwulan III 2017. Andil pertumbuhan
dari lapangan usaha jasa keuangan meningkat dari 0,12% pada triwulan II 2017 menjadi 0,20%
pada triwulan III 2017. Sementara andil lapangan usaha administrasi pemerintahan dan
lapangan usaha konstruksi masing-masing meningkat dari 0,36% dan 0,46% pada triwulan II
2017, menjadi 1,11% dan 0,57% pada triwulan III 2017.
Grafik 1.10 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan III 2017
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
Grafik 1.11 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber: SKDU, diolahGrafik 1.12 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang Realisasi Kegiatan Usaha
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2017 kembali mencatatkan pertumbuhan
yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 7,78% (yoy) merupakan
pertumbuhan tertinggi kedua di Kawasan Timur Indonesia (KTI) setelah Sulawesi Tengah yang
tercatat tumbuh sebesar 8,68% (yoy) pada triwulan III 2017. Akselerasi pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara pada periode triwulan III 2017 juga sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Seperti dapat dilihat
pada Grafik 1.12, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Kegiatan Usaha triwulan III 2017
tercatat sebesar 17,52%, meningkat dari triwulan II 2017 yang sebesar -2,23%.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, akselerasi perekonomian Maluku Utara
pada triwulan III 2017 terutama didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha industri
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
13
pengolahan, yang pada triwulan III 2017 memberikan andil sebesar 2,56% untuk pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara. Peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan pada lapangan usaha
ini ditengarai disebabkan oleh telah beroperasinya smelter di Pulau Obi dan Pulau Gebe secara
optimal. Peningkatan produksi feronikel oleh smelter tersebut berdampak langsung pada
peningkatan ekspor feronikel dari Maluku Utara yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan
ekonomi di Maluku Utara.
Pada lapangan usaha jasa keuangan, peningkatan kinerja pada triwulan III 2017 terjadi
seiring dengan peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan di Maluku Utara. Tren
perlambatan penurunan kredit pada triwulan I dan II 2017 mulai menunjukkan perbaikan dan
pada triwulan III 2017 penyaluran kredit di Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan yang lebih
tinggi. Akselerasi penyaluran kredit terjadi pada kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi.
Peningkatan penyaluran kredit tersebut terjadi seiring dengan menggeliatnya perekonomian di
Maluku Utara.
Sementara pada sektor administrasi pemerintahan, akselerasi pertumbuhan terjadi
sejalan dengan penyerapan belanja pemerintah pusat di daerah dan belanja pemerintah
daerah. Pendapatan daerah pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar 38,10% (yoy), yang
sebagian besar berasal dari transfer pemerintah pusat. Di sisi lain, pertumbuhan sektor
konstruksi pada triwulan III 2017 tidak terlepas dari akselerasi konsumsi pemerintah, seiring
dengan upaya penyerapan anggaran dan realisasi termin pembayaran proyek-proyek
pemerintah yang umumnya dilakukan pada semester II.
Meskipun perekonomian Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan yang tinggi,
perlambatan kinerja pada beberapa lapangan usaha yang selama ini memiliki merupakan
lapangan usaha utama pada perekonomian Maluku Utara perlu mendapat perhatian. Lapangan
usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar
1,48% (yoy). Lapangan usaha dengan pangsa tertinggi pada perekonomian Maluku Utara
tersebut ternyata hanya memiliki andil pertumbuhan sebesar 0,34% pada triwulan III 2017, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,87%. Menurunnya hasil produksi di sub
lapangan usaha pertanian dan perikanan sebagai dampak dari curah hujan yang tinggi menjadi
penyebab utama perlambatan pertumbuhan pada lapangan usaha ini. Lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran, dan pertambangan turut menunjukkan perlambatan
pertumbuhan dan andil pertumbuhan pada triwulan III 2017. Perlambatan pertumbuhan pada
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran terjadi seiring dengan penurunan pendapatan
14
masyarakat yang berdampak pada menurunnya konsumsi rumah tangga. Sementara
perlambatan pada lapangan usaha pertambangan terjadi seiring dengan kuota ekspor bijih nikel
di beberapa perusahaan yang hampir habis, dan baru akan diperpanjang lagi pada triwulan IV
2017.
Grafik 1.13 Struktur PDRB Sisi Penawaran
Secara umum, struktur perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2017 tidak banyak
mengalami perubahan. Sebagaimana ditampilkan pada Grafik 1.13, lapangan usaha pertanian,
kehutanan, dan perikanan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 23,78% dari total
PDRB. Disusul oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran dengan pangsa sebesar
17,38% dari total PDRB. Sementara itu, lapangan usaha administrasi pemerintahan memiliki
pangsa sebesar 15,50%. Lapangan usaha pertambangan memiliki pangsa sebesar 9,31%,
sementara akumulasi dari lapangan usaha lainnya pangsanya hanya sebesar 34,03% dengan
struktur yang juga tidak banyak bergeser.
1.3.1 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Pada triwulan III 2017, ekspansi kinerja lapangan usaha industri pengolahan menjadi
sumber pertumbuhan tertinggi perekonomian Maluku Utara. Lapangan usaha industri
pengolahan tercatat tumbuh sebesar 41,95% (yoy), meningkat signifikan dibanding triwulan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
15
sebelumnya yang sebesar 24,01% (yoy). Seiring dengan peningkatan pertumbuhan tersebut,
andil pertumbuhan ekonomi dari lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan III 2017
tercatat sebesar 2,56%, lebih tinggi dari andilnya pada triwulan II 2017 yang sebesar 1,37%.
Capaian kinerja tersebut terutama didorong oleh telah selesainya pembangunan smelter di
Pulau Obi dan Pulau Gebe. Seperti dapat dilihat pada Grafik 1.14 dan Grafik 1.15, dengan
beroperasinya smelter di beberapa perusahaan dan kebijakan pemberian kuota ekspor bijih
nikel kepada beberapa perusahaan, maka hasil produksi fero-nikel dan bijih nikel yang
seluruhnya diekspor ke Tiongkok pada triwulan III 2017 mendorong peningkatan kinerja ekspor
luar negeri Maluku Utara. Kondisi tersebut berdampak langsung pada akselerasi ekonomi
Maluku Utara triwulan III 2017.
Sumber: BPS Maluku Utara, diolah Sumber: BPS Maluku Utara, diolah
Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Fero-nikel dan Bijih Nikel
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Fero-nikel dan Bijih Nikel
Akselerasi lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan berlanjut pada
triwulan IV 2017. Berlanjutnya produksi dan ekspor fero-nikel ke Tiongkok seiring dengan
optimalisasi smelter akan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan lapangan usaha ini.
Kondisi ini terindikasi dari volume ekspor fero-nikel yang menunjukkan tren peningkatan sejak
Juli 2017 hingga September 2017. Berdasarkan perbandingannya terhadap total nilai ekspor
Maluku Utara pada September 2017, porsi ekspor komoditas fero-nikel tercatat sebesar 73,94%
dan porsi ekspor bijih nikel sebesar 25,74%.
1.3.2 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan
Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
yang pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 7,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II 2017
16
yang tumbuh sebesar 2,16% (yoy). Akselerasi pertumbuhan terjadi sejalan dengan penyerapan
belanja pemerintah pusat di daerah dan belanja pemerintah daerah. Pendapatan daerah pada
triwulan III 2017 tercatat tumbuh sebesar 38,10% (yoy), yang sebagian besar berasal dari
transfer pemerintah pusat. Proses pengadaan yang terlambat pada triwulan II 2017 karena
penyaluran DAK Fisik yang baru dilaksanakan pada awal triwulan II 2017, dan penyaluran Dana
Desa juga baru pada triwulan II 2017 berdampak pada multiplier effect dari penyerapan
anggaran tersebut yang terasa pada triwulan III 2017.
Pada triwulan IV 2017, realisasi belanja dan transfer operasional pemerintahan
diperkirakan akan mendorong peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada lapangan usaha
ini. Peningkatan juga akan didorong oleh belanja-belanja lainnya untuk mendukung persiapan
Pilkada 2018.
1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi
Lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh sebesar 8,78% (yoy) pada triwulan III 2017,
lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 6,99% (yoy). Ekspansi kinerja darri
lapangan usaha konstruksi di Maluku Utara tidak dapat dipisahkan dari konsumsi yang
dilakukan dengan dana pemerintah. Sebagian besar proyek-proyek infrastruktur yang
dikerjakan pelaku usaha di lapangan usaha ini adalah proyek-proyek pemerintah. Seperti
ditunjukkan oleh Grafik 1.17, berdasarkan data BCI jumlah proyek yang tengah berlangsung di
Maluku Utara pada triwulan III 2017 sejumlah 96 proyek. Dari 96 jumlah proyek, 91 diantaranya
adalah proyek pemerintah, dan hanya 5 proyek yang merupakan proyek swasta. Dengan
demikian, peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 yang didorong
oleh upaya optimalisasi penyerapan anggaran menjelang akhir tahun, mendorong peningkatan
pertumbuhan pada lapangan usaha ini pada periode yang sama. Peningkatan kinerja pada
lapangan usaha konstruksi juga dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan volume pengadaan
semen di Maluku Utara, dari 46,7 ribu ton semen pada triwulan II 2017 menjadi 80,8 ribu ton
semen pada triwulan III 2017 (Grafik 1.16).
17
Sumber: BPS Maluku Utara, diolah Sumber: BCI, diolah
Grafik 1.16 Volume Pengadaan Semen MalukuUtara
Grafik 1.17 Jumlah Proyek yang TengahBerlangsung di Maluku Utara
1.3.4 Lapangan Usaha Jasa KeuanganTerlepas dari pangsanya yang relatif kecil pada perekonomian Maluku Utara, lapangan
usaha jasa keuangan menunjukkan akselerasi pertumbuhan pada triwulan III 2017. Lapangan
usaha jasa keuangan tumbuh 6,57% (yoy) pada triwulan III 2017, meningkat cukup signifikan
dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 3,96% (yoy). Andil lapangan usaha ini terhadap
pertumbuhan ekonomi turut tercatat mengalami peningkatan, dari 0,12% pada triwulan II 2017
menjadi 0,20% pada triwulan III 2017. Peningkatan pertumbuhan pada lapangan usaha jasa
keuangan terkonfirmasi dari peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Maluku
Utara, yaitu sebesar 10,59% (yoy) pada triwulan III 2017, menunjukkan perbaikan dari triwulan
II 2017 yang sebesar 9,45% (yoy). Dari jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit
terjadi pada kredit konsumsi. Penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 15,03% (yoy) pada
triwulan III 2017, lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 12,90% (yoy). Faktor
utama penyebab peningkatan kredit konsumsi tersebut adalah peningkatan penyaluran Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada triwulan III 2017. Pertumbuhan penyaluran kredit KPR tersebut
berdampak positif pada peningkatan kinerja perbankan ditengah melambatnya konsumsi rumah
tangga Maluku Utara pada triwulan III 2017.
Melalui proses penghimpunan informasi dari stakeholder di bidang perbankan, terdapat
indikasi bahwa masyarakat tetap memprioritaskan pembelian rumah tinggal, khususnya tipe
kecil (Rumah Tinggal sampai dengan tipe 21) meskipun pendapatan mereka melambat atau
menurun. Masyarakat secara umum masih optimis akan peningkatan pendapatan mereka di
masa mendatang sehingga mereka masih berusaha untuk memperoleh KPR dan tidak kuatir
akan mengalami kendala dalam membayar cicilan. Selain itu, masyarakat tetap tertarik untuk
18
memperoleh KPR karena KPR dipandang sebagai salah satu bentuk investasi yang mampu
menghasilkan keuntungan di masa mendatang, tidak seperti barang konsumsi tahan lama
lainnya. Pada kondisi yang sama, masyarakat cenderung mengurangi konsumsi barang tahan
lama lainnya seperti kendaraan bermotor, furnitur, televisi, dan peralatan rumah tangga lainnya.
Kondisi ini tercermin dari penurunan penyaluran kredit konsumsi untuk barang-barang tersebut
pada periode yang sama.
Sumber: LBU, diolah Sumber:LBU, diolah
Grafik 1.18 Perkembangan Penyaluran Kredit diMaluku Utara
Grafik 1.19 Perkembangan Pangsa Kredit JenisPenggunaan di Maluku Utara
1.3.5 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, danLapangan Usaha Lainnya
Pada triwulan III 2017, perlambatan pertumbuhan pada lapangan usaha pertanian,
kehutanan, dan perikanan menjadi salah satu faktor penekan pertumbuhan ekonomi Maluku
Utara. Lapangan usaha dengan pangsa terbesar pada perekonomian Maluku Utara ini tercatat
kembali melambat pada triwulan III 2017. Lapangan usaha pertanian hanya tumbuh sebesar
1,48% (yoy) pada triwulan III 2017, lebih rendah dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 3,79%
(yoy). Perlambatan ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat lapangan usaha ini memiliki
pangsa tertinggi, yaitu sebesar 23,78% pada perekonomian Maluku Utara di triwulan III 2017,
namun andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi relatif kecil, yakni sebesar 0,34%. Alasan
utama dari perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan adalah
kondisi cuaca yang sangat tidak menguntungkan petani ataupun nelayan. Curah hujan yang
tinggi selama triwulan III 2017 berdampak pada gagal panen sejumlah komoditas hortikultura
ataupun tanaman pangan. Berdasarkan hasil liaison, cengkih yang merupakan salah satu
komoditas utama perdagangan di Maluku Utara turut mengalami kemunduran panen dan
diperkirakan akan memasuki musim panen di awal tahun 2018. Selain itu, produksi ikan
tangkap turut mengalami penurunan seiring dengan gelombang laut yang kurang mendukung.
19
Perlambatan hasil produksi ikan tangkap dan komoditas pertanian tersebut terkonfirmasi dari
data jumlah tangkapan ikan PPN ternate (Grafik 1.20) dan penurunan NTP subsektor tanaman
pangan (Grafik 1.21). Meski volume hasil tangkapan ikan pada triwulan III 2017 meningkat dari
triwulan II 2017, namun pertumbuhannya lebih rendah, yaitu dari 20,24% (yoy) menjadi 13,91%
(yoy). Begitupula pada subsektor tanaman pangan, nilai tukar petani pada subsektor tersebut
terkoreksi cukup dalam dari 103,75 menjadi 100,4. Namun demikian, nilainya masih berada di
atas ambang 100, yang artinya petani masih memperoleh keuntungan dari hasil produksinya,
meski secara jumlah berkurang dari triwulan sebelumnya.
Kondisi penurunan produksi pada lapangan usaha pertanian dapat berdampak pada
lapangan usaha lainnya, mengingat pangsanya yang besar dan merupakan lapanga usaha
dengan tenaga kerja terbesar di Maluku Utara. Penurunan produksi pada lapangan usaha ini
berakibat pada menurunnya penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian sehingga
berdampak pada kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yang pada Agustus 2017
tercatat sebesar 5,33%, meningkat 1,32% dari Agustus 2016 yang sebesar 4,01%. Kondisi ini
lebih lanjut berdampak pada menurunnya konsumsi rumah tangga, yang turut memperlambat
kinerja lapangan usaha perdagangan pada periode yang sama. Lapangan usaha perdagangan
tercatat tumbuh melambat, yaitu dari 7,01% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,37% (yoy)
pada triwulan III 2017. Andil lapangan usaha perdagangan turut terkonfirmasi mengalami
penurunan, dari 1,27% pada triwulan II 2017 menjadi 0,98% pada triwulan III 2017.
Sumber: PPN Ternate, diolah Sumber: BPS Maluku Utara, diolah
Grafik 1.20 Jumlah Tangkapan Ikan Grafik 1.21 Perkembangan NTP SubsektorTanaman Pangan
Lapangan usaha utama lain yang menunjukkan perlambatan pada triwulan III 2017
adalah lapangan usaha pertambangan. Lapangan usaha pertambangan tumbuh sebesar 9,85%
(yoy) pada triwulan III 2017, lebih rendah dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 14,02%. Andil
20
lapangan usaha pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi turut menunjukkan penurunan,
yaitu dari 1,27% pada triwulan II 2017 menjadi 0,94% pada triwulan III 2017. Perlambatan pada
lapangan usaha ini ditengarai terjadi seiring dengan berangsur habisnya kuota pengiriman bijih
nikel yang dimiliki oleh beberapa perusahaan pada triwulan III 2017, dan baru akan
diperbaharui pada awal triwulan IV 2017.
21
Hingga triwulan III 2017, realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku
Utara sebesar Rp1.745,80 miliar atau meningkat 25,5% (yoy) dari periode yang
sama tahun sebelumnya
Dari sisi pengeluaran, belanja APBD hingga triwulan III 2017 terealisasi sebesar
Rp1.248,19 miliar atau 52,05% dari nilai belanja yang dianggarkan. Prestasi ini
belum sebaik tahun sebelumnya di mana realisasi sudah mencapai 58,38% pada
periode tang sama.
BAB IIKEUANGAN PEMERINTAH
“Kinerja pendapatan Pemerintah Provinsi MalukuUtara hingga triwulan III 2017 meningkat dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya”
Realisasi PendapatanTriwulan III 2017
Rp1.745,80miliar
Realisasi BelanjaTriwulan III 2017
Rp1.248,19miliar
22
2.1 Struktur APBDAnggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2017 adalah sebesar
Rp2,86 triliun atau meningkat 27,80% dari anggaran pendapatan APBD 2016 (Tabel 2.1).
Sementara itu, anggaran pendapatan pada APBD 2016 tercatat sebesar Rp2,41 triliun atau
hanya meningkat sebesar 13,41% dari anggaran pendapatan tahun sebelumnya.
Sedangkan anggaran belanja Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2017 ditetapkan
sebesar Rp2,52 triliun atau meningkat 8,04% dari anggaran belanja APBD 2016 (Tabel 2.1).
Sementara anggaran belanja APBD 2016 tercatat Rp2,33 triliun atau meningkat 28,34% dari
anggaran belanja tahun sebelumnya. Berdasarkan penetapan dari DPRD Maluku Utara tanggal
12 Januari 2017, APBD Provinsi Maluku Utara ditetapkan surplus Rp340 miliar. APBD tersebut
mengalami penyesuaian dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.1 APBD Maluku Utara 2017
APBD 2016 APBD 20172,241,173,725,000 2,864,175,974,702 27.80%
Pendapatan Asli Daerah 282,996,628,000 486,709,146,169 71.98%Pendapatan Transfer 1,823,177,097,000 1,907,792,409,000 4.64%Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 135,000,000,000 469,674,419,533 247.91%
2,335,841,443,000 2,523,602,390,100 8.04%Belanja Operasi 1,467,390,962,457 1,831,524,953,658 24.82%Belanja Modal 745,414,218,543 689,577,436,442 -7.49%Belanja Tak Terduga 2,000,000,000 2,500,000,000 25.00%Transfer 121,036,262,000 125,563,563,792 3.74%
Perubahan
Pendapatan
Belanja
Uraian Jumlah (Rp)
Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari peningkatan
signifikan dari target Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang mencapai 247,91% (Grafik
2.1). Kenaikan target Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ini dikarenakan target pendapatan
hibah meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya dan terdapat target pendapatan
lainnya yang pada anggaran sebelumnya tidak dicantumkan. Disamping komponen Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga ditargetkan
mengalami kenaikan mencapai 71,98% dan peningkatan pendapatan transfer sebesar
4,64%(Grafik 2.1). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Asset Daerah (BPKPAD) Provinsi Maluku Utara
23
pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur, pendapatan
transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar
66,61% pada APBD 2017, meskipun demikian pada tahun 2017 ini Pemerintah Provinsi Maluku
Utara berupaya meningkatkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara
mengoptimalkan penyerapan pajak melalui elektronifikasi transaksi, mendorong pembayaran
bagi hasil pertambangan yang selama ini tertunda, serta peningkatan pemasukan dari sektor
perikanan.
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2016 dan 2017
Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran
pendapatan. Kenaikan terjadi terutama pada pos belanja operasional sebesar 24,82% (Grafik
2.2). Kenaikan pada nominal belanja operasional tersebut terjadi utamanya karena terdapat
peningkatan cukup signifikan pada pos belanja pegawai sebab adanya pengangkatan pegawai
honorer menjadi pegawai tetap, timbulnya pos belanja bunga untuk pelunasan kewajiban
kepada pihak ketiga, serta peningkatan pada pos belanja bagi hasil kepada pemerintah
kabupaten/kota. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja mengalami perubahan yang
cukup signifikan, dimana pos belanja operasional meningkat pangsanya menjadi sebesar
72,58%, sementara pos belanja modal turun pangsanya menjadi sebesar 27,33%.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
24
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2016 dan 2017
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Jumlah total realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada triwulan III
2017 sebesar Rp1.745,80 miliar (Grafik 2.3). Dari sisi nominal, jumlah ini meningkat 25,5%
(yoy). Peningkatan ini terutama terjadi seiring peningkatan PAD dan Dana perimbangan yang
dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan dan insudtri pengolahan Maluku
Utara, Namun demikian, dari sisi pencapaian anggaran, realisasi tahun ini baru mencapai
60,95%, lebih rendah dibanding triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar 62,05%.
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
25
Berdasarkan komponen pembentukannya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berasal dari Dana Perimbangan yang realisasinya sebesar 77,90%.
Sementara realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan III 2017 masih sebesar
43,86%. Masih terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku Utara,
menyebabkan struktur APBD Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Maluku
Utara, khususnya di sisi pendapatan, masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari
Pemerintah Pusat.
Grafik 2.4 Perbandingan Persentase Realisasi Pendapatan APBD Tahun 2016 dan Tahun 2017
Meski secara umum realisasi komponen pendapatan pada triwulan III 2017 lebih rendah
dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, namun PAD dan Pendapatan Transfer
mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016. Realisasi
PAD hingga akhir triwulan III 2017 telah mencapai 43,86%, pencapaian tersebut jauh lebih
tinggi dari realisasi periode yang sama di tahun 2016 yang terealisasi sebesar 14,25% (Grafik
2.4). Peningkatan tersebut didorong oleh realisasi pendapatan yang berasal dari pajak
kendaraan bermotor, pajak BBM, dan pajak air permukaan yang terealisasi cukup tinggi pasca
penerapan transaksi non tunai, sehingga risiko kebocoran dapat semakin diminimalisir. Selain
itu, pemasukan dari retribusi daerah juga terealisasi cukup tinggi.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
26
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III 2017
ANGGARAN PEMPROV MALUKUUTARA REALISASI TRIWULAN II 2017 (%)
REALISASI
PENDAPATAN Rp2,864,175,974,702.00 Rp1,745,803,364,501.56 60.95%PENDAPATAN ASLI DAERAH Rp486,709,146,169.00 Rp213,493,644,557.56 43.86%
Pendapatan Pajak Daerah Rp364,562,246,169.00 Rp160,476,166,156.00 44.02%Pendapatan Retribusi Daerah Rp66,388,300,000.00 Rp38,251,793,780.00 57.62%Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Rp871,595,000.00 Rp0.00 0.00%Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Rp54,887,005,000.00 Rp14,765,684,621.56 26.90%
PENDAPATAN TRANSFER Rp1,907,792,409,000.00 Rp1,486,146,911,738.00 77.90%Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Rp1,907,792,409,000.00 Rp1,486,146,911,738.00 77.90%
Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Rp106,011,803,000.00 Rp0.00 0.00%Dana Alokasi Umum Rp1,219,425,902,000.00 Rp1,235,880,875,738.00 101.35%Dana Alokasi Khusus Rp582,354,704,000.00 Rp250,266,036,000.00 42.97%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Rp469,674,419,533.00 Rp46,162,808,206.00 9.83%Pendapatan Hibah Rp274,053,373,653.00 Rp45,973,602,206.00 16.78%Pendapatan Lainnya Rp195,621,045,880.00 Rp189,206,000.00 0.10%Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp0.00 Rp0.00 -
URAIAN
2.3 Realisasi Belanja APBDTotal realisasi belanja daerah pada triwulan III 2017 mencapai Rp1.248,19 miliar atau
terealisasi sebesar 52,05%. Realisasi ini lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun 2016 yang tercatat sebesar 58,38%. Adanya himbauan dari pemerintah pusat untuk
meningkatkan efisiensi belanja pemda (non belanja modal) serta keterbatasan fiskal ditengarai
mempengaruhi pencapaian ini.
Namun demikian, hingga akhir triwulan III 2017 pencapaian realisasi belanja modal
mencapai 54,04%, lebih baik dari periode yang sama tahun 2016 hanya sebesar 49,51%.
Peningkatan ini ditengarai telah dimulainya realisasi belanja pemerintah yang mengejar
keterlambatan realisasi triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh pengesahan APBD yang
mengalami keterlambatan. Komponen Belanja Modal paling banyak menyumbang terhadap
realisasi pada triwulan III 2017 adalah Belanja Modal untuk Peralatan dan Mesin serta Belanja
Modal Gedung dan Bangunan.
Realisasi belanja daerah juga turut disumbang oleh realisasi komponen Belanja Tak
Terduga dimana pada triwulan III 2017 tercatat realisasi sebesar 11,46%. Realisasi Belanja Tak
Terduga ini lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016 yang
tercatat nihil.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
27
Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja Tiap Triwulan
Pada komponen Belanja Operasi, sumbangan realisasi khususnya bersumber dari
Belanja Pegawai yang sudah terealisasi sebesar Rp402,32 miliar atau 61,30% dari anggaran,
Belanja Barang dan Jasa yang terealisasi sebesar Rp422,33 miliar atau 51,16% dari anggaran,
serta Belanja Subsidi yang telah terealisasi sebesar Rp4,99 miliar atau 99,98% dari
anggarannya. Pada komponen Belanja Pegawai, secara spesifik merupakan realisasi
pembayaran gaji pegawai negeri yang meliputi PNS dan TNI/POLRI. Realisasi Belanja Barang
dan Jasa berupa pembelian barang baik yang bersifat operasional maupun non-operasional
untuk diserahkan kepada masyarakat. Sedangkan Belanja Subsidi berupa pembayaran subsidi
BBM, LPG untuk konsumsi rumah tangga dan usaha mikro serta tenaga listrik sehingga harga
jualnya terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
28
Grafik 2.6 Perbandingan Persentase Realisasi Belanja APBD Tahun 2016 dan Tahun 2017
Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III 2017
ANGGARAN PEMPROV MALUKUUTARA REALISASI TRIWULAN III 2017 (%)
REALISASI
BELANJA Rp2,523,602,390,100.00 Rp1,313,414,099,621.00 52.05%BELANJA OPERASI Rp1,831,524,953,658.00 Rp868,474,765,124.00 47.42%
Belanja Pegawai Rp656,282,105,170.00 Rp402,312,834,636.00 61.30%Belanja Bunga Rp4,200,000,000.00 Rp0.00 0.00%Belanja Subsidi Rp5,000,000,000.00 Rp4,999,999,560.00 100.00%Belanja Hibah Rp335,071,600,000.00 Rp37,433,297,300.00 11.17%Belanja Bantuan Sosial Rp5,480,000,000.00 Rp1,392,000,000.00 25.40%Belanja Bantuan Keuangan Rp0.00 Rp0.00 0.00%Belanja Barang dan Jasa Rp825,491,248,488.00 Rp422,336,633,628.00 51.16%
BELANJA MODAL Rp689,577,436,442.00 Rp372,645,987,146.00 54.04%BELANJA TAK TERDUGA Rp2,500,000,000.00 Rp286,500,000.00 11.46%
Belanja Tak Terduga Rp2,500,000,000.00 Rp286,500,000.00 11.46%TRANSFER Rp117,163,563,792.00 Rp6,783,402,534.00 5.79%
Transfer Bagi Hasil Ke KAB/KOTA/DESA Rp117,163,563,792.00 Rp6,783,402,534.00 5.79%
URAIAN
2.4 Rekening PemerintahDana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan III 2017
tercatat sebesar Rp1.024,02 miliar. Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut
tumbuh sebesar 25,73% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 21,16% (yoy). Pertumbuhan ini disebabkan karena pertumbuhan pendapatan yang
jauh lebih besar dari pada pertumbuhan belanja permerintah pada triwulan III 2017.
Pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 25,53%(yoy) sedangkan belanja mengalami
penurunan -3,92% (yoy).
Dana pemerintah daerah yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat terkontraksi -
10,88% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -23,25% (yoy).
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
29
Sedangkan simpanan likuid lainnya yakni tabungan tercatat tumbuh sebesar 100,87% (yoy).
Kenaikan cukup signifikan terjadi pada simpanan dalam bentuk deposito yang tercatat tumbuh
sebesar 412,63% (yoy), sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya tumbuh
sebesar 242,64%. Secara umum realisasi keuangan pemerintah menunjukkan perbaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan tumbuhnya realisasi pendapatan dan belanja
pemerintah.
Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah)
Sumber : Data Perbankan
30
Inflasi tercatat menurun, dari 3,92% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 1,60% (yoy)
pada triwulan III 2017. Penurunan inflasi terindikasi terjadi sebagai dampak dari
terjaganya pasokan dari luar daerah, perlambatan konsumsi rumah tangga pada triwulan
III 2017, dan base effect dari triwulan II 2017. Inflasi pada triwulan berjalan (triwulan IV
2017) diperkirakan kembali meningkat sebagai efek peningkatan konsumsi masyarakat
pasca dibayarkannya beberapa tunjangan di triwulan III 2017 dan efek persiapan pilkada
2018. Kenaikan tekanan inflasi pada triwulan berjalan juga diperkirakan berasal dari
faktor ekspektasi atas rencana kenaikan cukai rokok pemerintah pada awal tahun 2018.
BAB IIIINFLASI“Tekanan Inflasi Menurun pada Triwulan III 2017”
Inflasi yoyTriwulan III 2017
1,60%
Inflasi ytdOktober 2017
1,75%
32
3.1 Perkembangan Inflasi Triwulan III 2017
Inflasi Maluku Utara, yang diwakili oleh inflasi Kota Ternate, pada akhir triwulan III 2017
tercatat sebesar 1,60% (yoy), angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada akhir
triwulan II 2017 lalu yang hanya sebesar 3,92% (yoy) (Grafik 3.1). Inflasi di Maluku Utara
tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar
3,72% (yoy) pada triwulan yang sama.
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate dan Nasional
Secara bulanan, pada triwulan III 2017 inflasi di Kota Ternate cenderung mengalami
penurunan. Deflasi paling dalam terjadi pada bulan Agustus 2017 yakni sebesar -1,51% (mtm).
Deflasi pada bulan Agustus 2017 didukung oleh terjaganya sistem logistik sehingga pasokan
bahan makanan dari luar daerah berjalan lancar. Selain itu, deflasi juga terutama disebabkan
oleh melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan. Perlambatan konsumsi
rumah tangga, khususnya terhadap pembelian bahan makanan pada triwulan III 2017 dibanding
triwulan II 2017 terjadi seiring dengan minimnya perayaan hari raya keagamaan ataupun hari
libur lainnya selama triwulan III 2017. Peningkatan permintaan yang tinggi terjadi pada triwulan
II 2017 seiring dengan adanya libur dan Hari Raya Wafat Isa Al-Masih, Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW, Hari Buruh Internasional, Hari Raya Waisak 2561, Kenaikan Isa Al-Masih,
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
33
Hari Lahir Pancasila, dan Hari Raya Idul Fitri 1438 H yang disertai dengan pelaksanaan Cuti
Bersama. Dengan tingginya pengeluaran masyarakat pada triwulan II 2017 tersebut,
masyarakat Maluku Utara cenderung menahan pengeluaran pada triwulan III 2017. Selain
faktor minimnya Hari Raya Keagamaan atau libur lainnya pada triwulan III 2017, perlambatan
konsumsi rumah tangga juga diindikasikan terjadi seiring dengan perlambatan pendapatan
masyarakat pada periode yang sama. Masyarakat diperkirakan akan kembali meningkatkan
pengeluaran pada akhir tahun 2017 seiring dengan adanya Hari Raya Maulid Nabi Muhammad
Saw, Natal, dan persiapan menjelang libur tahun baru 2018.
Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan III 2017 terutama dipengaruhi oleh deflasi
pada kelompok volatile food. Sebagaimana telah dijelaskan, terjaganya ketersediaan pasokan
sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, dan ikan segar di Maluku Utara dari luar daerah sebagai
dampak dari sistem logistik yang baik, dan adanya faktor perlambatan konsumsi rumah tangga
menyebabkan inflasi volatile food menurun dari sebelumnya inflasi 7,62% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi deflasi 1,24% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 3.2). Inflasi subkelompok
sayur-sayuran tercatat menurun dari inflasi 34,67% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi inflasi
0,59% (yoy). Inflasi subkelompok ikan segar menurun dari sebelumnya inflasi 10,75% (yoy)
menjadi deflasi 8,41% (yoy).
I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIBahan Makanan 3,66 10,16 4,06 6,75 9,00 7,62 5,75 11,72 4,13 3,56 4,38 -4,27 4,06 7,58 -2,94 -0,54Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,68 8,07 12,31 12,45 8,73 6,92 4,10 4,69 6 7,54 8,25 8,33 6,95 6,67 7,26 0,03Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 10,20 9,36 3,07 7,34 5,53 4,89 4,62 2,80 6,2 5,23 4,39 3,43 0,39 1,64 2,38 0,01Sandang 10,03 12,93 17,41 -5,87 20,1 22,40 15,24 12,63 6,94 4,20 3,85 3,60 2,14 2,05 1,61 0,03Kesehatan 11,19 11,44 10,17 18,34 10,51 10,62 7,38 1,30 1,71 1,61 2,26 3,95 3,22 3,23 2,39 0,00Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 10,98 11,36 7,2 -21,72 5,85 5,42 5,29 4,00 4,49 4,34 3,55 3,77 3,57 3,52 1,48 0,00Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 14,38 9,73 1,71 18,60 7,52 14,20 12,32 -2,90 5,59 -1,86 -0,36 0,05 0,50 2,79 0,46 -0,04
Inflasi Tahunan (yoy ) 8,80 9,75 5,40 9,34 7,92 8,22 6,60 4,52 5,45 3,87 4,05 1,91 2,41 3,92 1,60 -0,51
Kelompok Barang dan Jasa 2014 Andil20162015 2017
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
34
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
Inflasi pada kelompok administered prices juga turut menurunkan inflasi pada triwulan III
2017. Inflasi administered prices tercatat menurun dari 10,25% (yoy) pada triwulan II 2017
menjadi 7,96% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 3.2). Penurunan ini terutama dipengaruhi
oleh penurunan harga tiket angkutan udara akibat bertambahnya maskapai dan rute
penerbangan baru serta implementasi penguatan budaya efisiensi kerja oleh kementerian yang
salah satu programnya adalah efisiensi perjalanan dinas. Inflasi angkutan udara tercatat
menurun dari inflasi 26,35% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi deflasi 9,23% (yoy) (Grafik
3.4). Penurunan inflasi administered prices juga dipicu perubahan kebijakan pemerintah pada
tarif listrik. Sesuai dengan biaya bahan bakunya, tarif listrik cenderung menurun pada triwulan
III 2017 sehingga inflasi tarif listrik tercatat 26,88% (yoy) pada triwulan III 2017 lebih rendah dari
triwulan II 2017 yang mencapai 31,62% (yoy) (Grafik 3.3). Penurunan inflasi administered prices
juga dipengaruhi oleh menurunnya konsumsi rokok pasca kegiatan silahturahmi selama
perayaan hari raya idul fitri. Inflasi rokok putih tercatat menurun dari 19,88% (yoy) pada triwulan
II 2017 menjadi 12,86% (yoy) pada triwulan III 2017. (Grafik 3.5). Selain faktor permintaan yang
berkurang, penurunan harga rokok juga didukung oleh penurunan biaya pengiriman rokok dari
luar Maluku Utara pada periode yang sama.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
35
Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Energi (yoy) Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Transportasi
(yoy)
Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Tembakau dan Rokok (yoy)
Sama halnya dengan 2 kelompok lainnya, tekanan inflasi inti juga mengalami penurunan
pada triwulan III 2017. Inflasi inti tercatat sebesar 0,71% (yoy) lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41% (yoy) (Grafik 3.6). Bergesernya puncak konsumsi
masyarakat ke triwulan II 2017 seiring pergeseran Hari Raya Idul Fitri yang mengikuti kalender
Hijriah, menyebabkan harga berbagai komoditas strategis kembali ke level normal pasca
melonjak di bulan Juni 2017. Berdasarkan data BPS, penurunan inflasi inti terutama terjadi
pada subkelompok ikan diawetkan dan kelompok sandang yang harganya cenderung menurun
seiring melimpahnya pasokan di pasar. Karena kondisi tersebut inflasi kelompok sandang
tercatat turun dari 2,06% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 1,61% (yoy) pada triwulan III 2017
(Grafik 3.6).
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
36
Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Inti (yoy)
Pada triwulan III 2017 inflasi subkelompok sandang laki-laki dan sandang anak-anak
menurun dibandingkan dengan triwulan II 2017 (Grafik 3.6). Pada triwulan III 2017, inflasi
sandang laki-laki sebesar 2,35% (yoy) menjadi 0,88% (yoy) dan sandang anak-anak sebesar
5,09% (yoy) turun menjadi 3,94% (yoy). Penurunan Inflasi juga terlihat pada subkomoditas ikan
diawetkan yang menunjukkan deflasi sebesar 14,02% (yoy) pada triwulan III 2017 sementara
pada triwulan sebelumnya deflasi sebesar 11,91% (yoy).
Turunnya inflasi inti juga tercermin dari hasil survei konsumen yaitu indeks pengeluaran
untuk konsumsi turun secara drastis dari 156,7 pada triwulan II 2017 menjadi 143,3 pada
triwulan III 2017 walaupun terdapat peningkatan pada indeks penghasilan sebanyak 5,0 poin
menjadi 141,7 pada triwulan III 2017. Di sisi lain, indeks perkiraan perubahan tabungan juga
meningkat drastis menjadi 130,0 pada triwulan III 2017 dimana pada triwulan sebelumnya
hanya 111,7. Hal tersebut mencerminkan bahwa masyarakat Maluku Utara memiliki
kecenderungan untuk menabung dibanding melakukan kegiatan yang konsumtif pada akhir
triwulan III.
37
Grafik 3.7 Indeks Survei Konsumen
3.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan BerjalanPada bulan Oktober 2017 Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm), naik
dibandingkan bulan September 2017 yang mengalami deflasi sebesar 0,51% (mtm). Secara
tahunan, inflasi Maluku Utara Oktober 2017 tercatat sebesar 2,35% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan September 2017 sebesar 1,60% (yoy). Dengan inflasi tersebut, secara akumulatif
hingga bulan Oktober 2017 inflasi Maluku Utara menjadi 1,75% (ytd).
Naiknya tekanan inflasi pada bulan Oktober 2017 terutama disebabkan oleh inflasi pada
kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,29% (mtm) seiring turunnya
jumlah pasokan ikan akibat kapal nelayan sebagian besar disewa dalam kegiatan Widi
International Fishing Tournament (WIFT) dan turunnya pasokan bumbu baik lokal maupun dari
provinsi lain. Sementara, untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm) seiring kenaikan cukai rokok.
Secara tahunan, tekanan inflasi juga meningkat dari 1,60% (yoy) pada bulan September
2017 menjadi 2,35% (yoy) pada bulan Oktober 2017. Peningkatan terutama dipicu oleh
berakhirnya masa panen sayur-mayur di Manado sehingga pasokan ke Ternate berkurang. Di
lain sisi, panen tomat sayur dan bumbu-bumbuan di sentra produksi lokal juga masih terkendala
cuaca yang kurang mendukung sehingga harga kembali meningkat. Peningkatan juga terjadi
pada konsumsi inti dari 0,71% (yoy) menjadi 1,57% (yoy) seiring meningkatnya konsumsi
38
masyarakat sebagai efek meningkatnya jumlah pelaksanaan syukuran kepulangan rombongan
haji.
Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate
Ke depan, tekanan inflasi pada triwulan berjalan diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan III 2017. Risiko kenaikan inflasi muncul dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai
dampak dari dibayarkannya beberapa tunjangan PNS pada akhir triwulan III 2017 serta
persiapan pilkada 2018. Peningkatan inflasi juga diperkirakan didorong oleh faktor ekspektasi
seperti yang diindikasikan oleh meningkatnya indeks pengeluaran 3 bulan mendatang dari 143
menjadi 170. Peningkatan ekspektasi masyarakat akan kenaikan harga ini terutama didorong
oleh rencana kenaikan cukai rokok, isu kenaikan biaya listrik, serta perkiraan akan
memburuknya kondisi cuaca. Dengan demikian, inflasi hingga akhir triwulan IV 2017diperkirakan meningkat dan berada pada kisaran 3,0% (yoy) – 3,4% (yoy).
3.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku UtaraPada awal bulan November 2017, telah dilakukan penandatanganan kesepakatan
program aksi 2018 dalam rangka kerjasama Segitiga Emas (Ternate – Tidore – Halmahera
Barat) dalam rangka implementasi roadmap pertanian terintegrasi dari Ternate, Tidore dan
Halmahera Barat.
39
Gambar 3.1 Acara Penandatanganan Kesepakatan Program Aksi 2018 – Segitiga Emas
Selama triwulan III 2017, pengendalian inflasi TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID
Ternate telah melakukan koordinasi dalam rangka mensukseskan eksportasi produk perikanan
melalui kegiatan pelatihan kepada nelayan dan pengusaha kecil menengah untuk mendorong
sertifikasi keamanan pengelolaan pangan atau HCAPP. Pada 24 Oktober 2017, Provinsi
Maluku Utara untuk pertama kalinya mengekspor Ikan Asap atau Ikan Fufu ke jepang langsung
melalui pelabuhan Tobelo, Halmahera Utara. Dengan ekspor perdana ini diharapkan akan
mendorong para pengusaha kecil menengah lainnya untuk melakukan ekspor melalui Maluku
Utara sehingga dapat menggerakan perekonomian Maluku Utara.
Pada triwulan IV 2017, TPID Maluku Utara berencana mendatangkan TPID dari Provinsi
Bali dalam rangka benchmark program TPID di provinsi kepulauan. Selain itu, TPID Maluku
Utara bekerja sama dengan TPID Ternate merencanakan untuk melakukan kunjungan
lapangan kepada distributor BBM dan pangan strategis (beras, gula, dan minyak) untuk
memastikan ketersediaan pasokan dalam rangka antisipasi meningkatnya konsumsi menjelang
perayaan Hari Raya Natal dan tahun baru serta pilkada Gubernur 2018.
40
41
Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga masih terjaga. Risiko kredit dari sektor
rumah tangga tercatat pada level yang rendah meskipun lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Seiring tingginya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara hingga triwulan III 2017,
stabilitas keuangan sektor korporasi secara umum masih terjaga. Meningkatnya
kinerja ekonomi ini diikuti dengan turunnya risiko kredit yang terindikasi dari
menurunnya NPL kredit ke sektor korporasi dibandingkan triwulan sebelumnya.
BAB IVANALISIS STABILITAS KEUANGAN
DAERAH“Stabilitas Keuangan Daerah Stabil Terjaga”
NPL SektorRumah Tangga
1,24%
NPL Korporasi
4,05%
42
4.1. Asesmen Sektor Rumah Tangga
4.1.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga
Perekonomian Maluku Utara pada sisi pengeluaran, secara konsisten masih didominasi
oleh Konsumsi Rumah Tangga, dengan pangsa lebih dari 55% dimana permintaan domestik
menjadi penggerak utama perekonomian Maluku Utara. Pada Triwulan III pangsa konsumsi
rumah tangga tercatat sebesar 57,10%. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan triwulan II
yang mencapai 57,74%. Secara historis, konsumsi rumah tangga di Maluku Utara terus
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan pangsa dari investasi
swasta dan konsumsi pemerintah (Grafik 4.1).
Penurunan pangsa rumah tangga pada triwulan III 2017 sejalan dengan pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang tercatat mengalami perlambatan pada triwulan III 2017 yakni
hanya tumbuh sebesar 3,28% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 5,03% (yoy) (Grafik 4.1).
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tren penurunan pada sektor konsumsi rumah tangga juga dibarengi oleh penurunan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat turun dari 129,70 menjadi 128,06, begitu pula dengan
Indeks Ekspektasi Konsumen yang mengalami penurunan dari 134,40 menjadi 129,44 (Grafik
4.2). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang mencapai 7,78% (yoy), Indeks
Keyakinan Ekonomi (IKE) mengalami peningkatan dari 125 menjadi 126,67. Melambatnya
konsumsi masyarakat khususnya pada triwulan III 2017, dipengaruhi pergeseran puncak
43
konsumsi masyarakat pada triwulan II dengan adanya peristiwa hari raya idul fitri dan libur
panjang sekolah. Pada triwulan III tidak terdapat peristiwa penting yang meningkatkan
konsumsi rumah tangga sehingga pendapatan masyarakat beralih untuk keperluan tabungan.
Grafik 4.2 Perkembangan IKK, IKE, dan IEKSumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Melihat perkembangan konsumsi Rumah Tangga yang mengalami perlambatan, dari
hasil survei konsumen (SK) menunjukan bahwa terjadi penurunan ekspektasi penghasilan yang
signifikan, hal ini mengindikasikan masyarakat memperkirakan kondisi kegiatan usaha akan
mengalami perlambatan.
Grafik 4.3. Ekspektasi Konsumen terhadap KondisiEkonomi 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.4. Perkiraan Perkembangan Perubahan Hargadan Proyeksi Inflasi di Maluku Utara
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
44
4.1.2. Kinerja Keuangan dan Intermediasi Perbankan pada SektorRumah Tangga
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada PDRB Maluku
Utara, alokasi penghasilan masyarakat untuk konsumsi menurun dibandingkan triwulan II 2017
sebesar 63,63% menjadi 56,40% pada triwulan III (Grafik 4.5). Kondisi ini tentunya
mempengaruhi alokasi pengeluaran rumah tangga untuk tabungan. Dengan penurunan alokasi
untuk konsumsi, terjadi peningkatan signifikan pada alokasi tabungan masyarakat dari triwulan
sebelumnya 21,42% menjadi 25,20%. Peningkatan alokasi tabungan ini ditenggarai oleh
perbaikan penghasilan masyarakat serta menurunnya tekanan pada perubahan harga pada
triwulan III dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.5).
Grafik 4.5. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III mempengaruhi alokasi
penghasilan masyarakat untuk tabungan. Pangsa tabungan untuk perseorangan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 67,03% menjadi 67,75% pada triwulan III 2017.
Walaupun ada perbaikan penghasilan masyarakat namun pangsa penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) perseorangan turun tipis dari triwulan sebelumnya 77,12% menjadi 76,36% pada
triwulan III 2017 (Grafik 4.6). Tabungan masih mendominasi komposisi DPK nasabah
perseorangan yang mencapai angka 67,75%, jauh lebih tinggi dari pangsa Giro sebesar 7,31%
dan Deposito 24,94% (Grafik 4.7).
45
Grafik 4.6. Pangsa DPK Perseorangan danBukan Perseorangan di Maluku Utara
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.7. Komposisi DPK Perseorangan diMaluku Utara
Sumber: Laporan bank, diolah
Di lain sisi, nilai DPK Perseorangan tumbuh dari 3,38% (yoy) di triwulan II 2017 menjadi
3,42% (yoy) di triwulan III 2017. Sejalan dengan nilai total DPK (tabungan, giro dan deposito),
pertumbuhan jumlah rekening masyarakat di perbankan tercatat menunjukkan adanya
peningkatan dari 20,23% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 28,31% pada triwulan III 2017
(yoy) (Tabel 4.1). Pertumbuhan jumlah rekening cenderung tumbuh terakselerasi atau
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terutama dari
kelompok nilai >15 Miliar-20 Miliar dan >Rp20 Miliar, yang tumbuh lebih dari 100% pada
triwulan III.
<10
JT
>10
JT -
100
JT
>100
JT -
500J
T
>500
JT -
1 M
>1 M
- 2
M
>2 M
- 5M
>5M
- 10
M
>10M
-15M
>15M
- 20
M
>20M
Jml 655.205 589.173 55.057 7.517 665 395 179 32 4 4 14yoy (%) 13,59% 14,24% 4,27% 36,28% 15,45% 29,51% 25,17% 166,67% 300% 300% 600%
Jml 711.046 643.109 56.214 8.121 697 389 223 35 9 5 14yoy (%) 20,23% 22,67% -1,31% 11,69% 16,75% 27,54% 60,43% 288,89% - 150% 100%
Jml 797.384 691.779 56.861 8.057 705 454 203 23 8 1 18yoy (%) 28,31% 24,58% 24,58% 9,75% 9,75% 44,59% 44,59% 35,29% 35,29% 800% 800%
III
2017
Rekening
Kelompok Nilai
I
II
Maluku Utara
Tabel 4.1. Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai
Sumber: Laporan bank, diolah
Kinerja penyaluran kredit perseorangan menunjukkan kenaikan pertumbuhan dari 7,39%
(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 15,33% (yoy) pada triwulan III 2017. Namun demikian,
pangsa penyaluran kredit perseorangan justru mengalami penurunan yang signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 93,77% pada triwulan II 2017 menjadi 88,40% pada
triwulan III 2017 (Grafik 4.8). Hal ini dikarenakan adanya peningkatan yang cukup signifikan
pada penyaluran kredit bukan perseorangan yang meningkat secara signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya dari 6,23% menjadi 11,60% pada triwulan III 2017. Hal ini ditenggarai
46
dengan pertumbuhan di beberapa sektor usaha korporasi. Berdasarkan jenis penggunaan,
kredit perseorangan untuk keperluan konsumsi memiliki pangsa 63,59%, sementara untuk
modal kerja sebesar 20,13% dan untuk investasi sebesar 4,71% (Grafik 4.8).
Grafik 4.8. Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: Laporan bank, diolah
4.2. Asesmen Sektor Korporasi
4.2.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2017 mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi sejalan dengan membaiknya kinerja produksi di beberapa sektor. Sektor yang mengalami
perbaikan yang signifikan atau tumbuh lebih tinggi dari rata-ratanya dalam 3 tahun terakhir
antara lain Pertanian, Pertambangan, Industri, dan konstruksi. Hal ini terkonfirmasi dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, pada triwulan III 2017 korporasi di
Maluku Utara kinerjanya jauh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan saldo
bersih tertimbang 17,52%, jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar -2,23%. Kenaikan
utamanya didorong oleh sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor industri dengan
peningkatan saldo bersih tertimbang masing-masing 11,77%, 6,90% dan 7,05% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (Grafik 4.9).
47
Grafik. 4.9. Perkembangan Dunia Usaha per Sektor Ekonomi
Dari sisi keuangan, kondisi likuditas dan rentabilitas pelaku usaha berdasarkan SKDU
terindikasi masih positif. Namun demikian, pertumbuhannya dari sisi akses kredit, likuiditas
perusahaan, dan rentabilitasnya cenderung melambat apabila dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini terutama dipicu oleh sektor PHR dan bangunan akibat dampak pergeseran
puncak konsumsi pada Triwulan II yaitu hari raya dan libur panjang sehingga pada triwulan III
terjadi perlambatan pertumbuhan.
Baik Cukup Buruk Saldo Bersih (%Baik-%Buruk)
Baik Cukup Buruk Saldo Bersih (%Baik-%Buruk)
Akses Kredit 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 40,00% 0,00% 60,00% -20,00%Kondisi keuangan perusahaanberdasarkan likuiditas
34,00% 66,00% 0,00% 34,00% 43,14% 54,90% 1,96% 41,18%
Kondisi keuangan perusahaanberdasarkan rentabilitas
54,00% 46,00% 0,00% 54,00% 72,55% 27,45% 0,00% 72,55%
Q III 2017Q II 2017
Kondisi Keuangan
Tabel 4.2 Kondisi Likuiditas Korporasi
4.2.2. Penyaluran Kredit pada Sektor Korporasi
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja masih menguasai pangsa sektor
korporasi meskipun mulai ada pergerakan menuju kredit investasi. Hal ini terlihat dengan
adanya penurunan pangsa kredit modal dibandingkan triwulan sebelumnya dari 81,14%
menjadi 80,56% pada triwulan III, sementara kredit investasi meningkat menjadi 19,44%.
Walaupun pangsa kredit modal kerja menurun, namun penyaluran kredit modal kerja pada
sektor korporasi di Maluku Utara tetap mengalami akselerasi pertumbuhan, pada triwulan III
48
2017 pertumbuhannya mencapai 21,35% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 9,48% (yoy). Kredit investasi pada triwulan III 2017 tercatat juga mengalami
pertumbuhan sebesar 2,73 (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami
kontraksi sebesar 13,84% (yoy) (Grafik 4.10).
Grafik 4.10. Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: Laporan bank, diolah
Pertumbuhan pada kredit sektor korporasi pada triwulan III 2017 diiringi dengan
penurunan NPL dari 4,75% pada triwulan II 2017 menjadi 4,05% di triwulan III 2017 (Grafik
4.11). Turunnya NPL terjadi seiring dengan membaiknya kinerja sektor pertanian,
pertambangan, dan industri. Pada sektor perdagangan besar dan eceran menunjukan
perkembangan yang baik walaupun tidak cukup signifikan untuk menurunkan NPL sektor
korporasi secara keseluruhan.
Grafik 4.11. NPL Kredit Korporasi
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.12. NPL Kredit Korporasi per KategoriDebitur
Sumber: Laporan bank, diolah
49
4.3. Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan)
4.3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2017 tercatat sebesar
Rp8,99 triliun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,85
triliun. Secara tahunan, aset perbankan Malut tumbuh sebesar 9,43% (yoy) pada triwulan III
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,22% (yoy) (Grafik 4.13).
Secara umum, meningkatnya aset bank umum di Provinsi Maluku Utara terjadi pada bank-bank
milik pemerintah. Sementara itu, berdasarkan jenis operasinya, peningkatan volume usaha
terutama terjadi pada perbankan konvensional tumbuh meningkat dari 6,43% (yoy) pada
triwulan II 2017 menjadi 9,70% (yoy) di triwulan III 2017. Peningkatan aset perbankan maluku
utara ini seiring dengan peningkatan kinerja sektor ekonomi utama sepanjang tahun 2017
Grafik 4.13. Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sumber : Laporan bank, diolah
4.3.2. Intermediasi Perbankan
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara
pada posisi akhir triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp6,64 triliun, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp6,71 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK mengalami
kenaikan sebesar 6,24% (yoy) pada triwulan III 2017 setelah sebelumnya juga tumbuh pada
triwulan II 2017 sebesar 3,11%(Grafik 4.14).
50
Jumlah simpanan tabungan pada akhir triwulan III 2017 mencapai Rp3,72 triliun, atau
turun -3,73% (qtq). Secara tahunan, tabungan tumbuh melambat dari 6,23% (yoy) menjadi
3,39% (yoy) (Grafik 4.14). Penurunan simpanan dalam bentuk tabungan ini sejalan dengan
menurunnya penghasilan masyarakat seperti yang tercatat di survei konsumen Bank Indonesia
triwulan III 2017. Selain itu, perkembangan ekonomi mendatang yang belum jelas khususnya
terkait dengan kelancaran pilkada 2018, menyebabkan simpanan masyarakat dengan tujuan
berjaga-jaga meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan dari simpanan jangka
pendek ke simpanan jangka panjang. Oleh karena itu, perkembangan yang berbeda terjadi
pada simpanan dalam bentuk deposito. Pada akhir triwulan III 2017, jumlah simpanan deposito
tercatat sebesar Rp1,47 triliun. Secara tahunan, deposito tumbuh meningkat dari 7,82% (yoy)
pada triwulan II 2017 menjadi 8,36%(yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 4.14).
Sementara itu, simpanan giro pada akhir triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp1,53 triliun.
Kenaikan yang terjadi tidak hanya secara nominal namun juga secara tahunan. Pertumbuhan
simpanan giro tumbuh sebesar 11,49% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 8,23% (yoy). Dalam beberapa bulan terakhir,
simpanan giro terus menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan sektor pinjaman
lainnya. Pertumbuhan simpanan giro ini dipengaruhi oleh meningkatnya keuangan di sektor
korporasi. Kondisi ekonomi yang terus tumbuh ini mengakibatkan keuangan di sektor korporasi
semakin membaik terutama dibidang pertambangan, industri dan pertanian.
19,41%
-4,20%
1,24%6,24%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
Mili
yar R
upia
h
Giro Tabungan Deposito g DPK yoy (%)
Grafik 4.14. Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Sumber : Laporan bank, diolah
Dari sisi penyaluran kredit, secara umum jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
di Maluku Utara mengalami kenaikan pada triwulan III 2017 yang tercatat sebesar Rp7,49
triliun. Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 18,75% (yoy), meningkat secara signifikan
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,76% (yoy). Pertumbuhan ini terjadi pada kredit modal
51
kerja dan investasi sementara konsumsi turun tajam. Pertumbuhan paling pesat terjadi pada
kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 17,76% (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -13,84% (yoy). Pertumbuhan juga dipicu oleh kredit
modal kerja yang tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya yaitu dari 9,48% (yoy) menjadi
13,41% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 4.15). Membaiknya kinerja kredit modal kerja dan
investasi disebabkan oleh meningkatnya kinerja beberapa sektor khususnya sektor pertanian,
pertambangan dan industri.
Grafik 4.15. Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Sumber : Laporan bank, diolah
Di lain sisi, walaupun pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun, kredit konsumsi
tercatat tumbuh 16,54% (yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang mencapai 15,73% (yoy) (Grafik 4.16). Dengan perkembangan penghimpunan dana dan
penyaluran kredit tersebut, peran intermediasi perbankan di Maluku Utara masih cukup tinggi.
Hal ini tercermin dari tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi dan
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yakni dari 103,51% menjadi 118,16% pada triwulan III
2017 (Grafik 4.16).
52
Grafik 4.16. Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
Sumber : Laporan bank, diolah
Berdasarkan Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III 2017, secara
umum, terdapat peningkatan potensi risiko pada sektor lembaga keuangan yang diwakili
perbankan. Pada triwulan III 2017 NPL perbankan Maluku Utara tercatat sebesar 1,98%, naik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 1,91% (Grafik 4.17). Peningkatan
terutama terjadi pada sektor pertanian dan pertambangan sebagai dampak dari pelemahan
kinerja keuangan pada sektor tersebut. Walaupun NPL masih berada di dalam batas aman,
namun perbankan perlu mewaspadai NPL yang masih berada pada level yang cukup tinggi.
53
Grafik 4.17. Perkembangan NPL Perbankan di Malut
Sumber : Laporan bank, diolah
4.3.3. Perbankan Syariah
Pertumbuhan DPK perbankan syariah tumbuh sebesar 5,76% (yoy). Nilai ini lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 24,38% (yoy) di triwulan II 2017. Perlambatan
terutama terjadi pada simpanan jenis giro yang turun signifikan dari sebelumnya tumbuh
379,12% (yoy) terkontraksi menjadi 13,87% (yoy). Sementara itu, deposito syariah mengalami
kinerja yang positif tercatat 2,71% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi 1,89 (yoy).
Sementara tabungan syariah tercatat tumbuh dari triwulan sebelumnya sebesar 11,15% (yoy)
menjadi 13,19% (yoy). Kebijakan pengurangan rate bagi hasil dalam perbankan syariah tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perbankan syariah di Maluku Utara.
Tercatat dari kinerja di sektor perbankan syariah terlihat semakin membaik.
Lebih lanjut lagi, pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan juga
menunjukan perbaikan kinerja. Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara
pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp257,79 miliar (Grafik 4.18), tumbuh sebesar 31,71%
(yoy), terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 22,44% (yoy). Perbaikan kinerja terutama
dialami oleh konsumsi syariah yang tercatat tumbuh meningkat di triwulan III 2017 menjadi
52,89% (yoy) dari 29,06% (yoy) pada triwulan II 2017. Sementara itu, pembiayaan untuk modal
kerja tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 20,44% (yoy) lebih rendah dari
triwulan sebelumnya sebesar 32,75% (yoy). Namun, pembiayan investasi mengalami
penyusutan dari posisi -15,19% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -15,93% pada triwulan III
54
2017. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan III 2017, FDR perbankan syariah Maluku
Utara tercatat sebesar 57,43% (Grafik 4.18).
Grafik 4.18. Perkembangan Perbankan Syariah
Sumber : Laporan bank, diolah
4.4. Pengembangan Akses KeuanganKredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan III 2017 tercatat Rp1,97
triliun, mengalami kenaikan dari triwulan sebelumnya sebesar Rp1,78 triliun. Secara tahunan,
jumlah tersebut tumbuh sebesar 13,46% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 4,08% (yoy).
Sedangkan dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan III 2017 tercatat
sebesar 4,77%, membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,52%. Membaiknya kinerja
NPL tercatat terjadi pada sektor pertanian dan industri seiring meningkatnya perkembangan
kinerja keuangan korporasi.
55
Secara umum, transaksi keuangan tunai di Maluku Utara pada triwulan III 2017
mengalami net inflow karena adanya penurunan kegiatan masyarakat terutama
konsumsi rumah tangga akibat adanya pergeseran puncak konsumsi menjadi
triwulan II 2017.
Sementara transaksi keuangan nontunai juga menunjukkan penurunan secara
nominal seiring dengan menurunnya akitivitas pengeluaran Maluku Utara.
BAB VPERKEMBANGAN SISTEMPEMBAYARAN“Transaksi Tunai dan Nontunai Menurun SeiringMenurunnya Konsumsi Maluku Utara”
Net InflowTriwulan III 2017
Rp 149,27miliar
Nominal Transaksi KliringTriwulan III 2017
Rp 226,54miliar
56
5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Aliran uang kartal pada triwulan III 2017 di Maluku Utara menunjukkan net inflow (uang
yang masuk lebih besar daripada jumlah uang yang keluar dari khazanah Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Maluku Utara). Pada triwulan III 2017, aliran uang masuk (inflow) tercatat
sebesar Rp 474,04 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp 324,77 miliar
sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp 149,27 miliar (Grafik 5.1).
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Maluku Utara
Pada triwulan III 2017, pertumbuhan dan perbaikan sektor keuangan di Maluku Utara
tidak dibarengi dengan peningkatan konsumsi masyarakat akibat pergeseran puncak konsumsi
menjadi triwulan II sehingga kebutuhan uang di masyarakat rendah. Hal ini terindikasi dari
terjadinya net inflow pada triwulan III 2017 di Maluku Utara. Penurunan kebutuhan uang tunai
pada triwulan III 2017 cukup signifikan sehingga nilai inflow tercatat sebesar Rp424,04 miliar
atau 2 kali lipat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Selanjutnya, net inflow tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 394,94% (yoy),
berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya yang menunjukkan net outflow. Sementara itu,
outflow triwulan III 2017 menunjukkan kontraksi sebesar -28,85% (yoy) setelah mengalami
peningkatan pada triwulan sebelumnya sebesar 17,20% (yoy).
Sumber: KPw BI Maluku Utara
57
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang Rupiah dalam kondisi yang masih
relatif baru dan layak edar serta menjangkau masyarakat yang jauh dari wilayah perkotaan,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut)
melaksanakan layanan kas titipan dan kas keliling. Hingga saat ini KPw BI Provinsi Maluku
Utara telah memiliki 2 kas titipan yaitu di Kota Labuha dan Kota Tobelo.
Kas Keliling secara rutin dilakukan oleh KPw BI Provinsi Maluku Utara baik di dalam
maupun di luar Kota Ternate guna menjangkau seluluruh wilayah Maluku Utara. Tantangan
yang dihadapi yakni kondisi geografis Maluku Utara yang merupakan wilayah kepulauan. Selain
menerapkan Clean Money Policy (Kebijakan untuk menyediakan uang layak edar), kegiatan kas
keliling juga bertujuan untuk menyediakan uang pecahan kecil kepada masyarakat tanpa harus
datang ke KPw Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Selama triwulan III 2017, Unit
Pengelolaan Uang Rupiah KPw BI Provinsi Malut telah melaksanakan 26 kali kas keliling baik
yang dilaksanakan di Kota Ternate maupun di Luar Kota Ternate. Pada bulan Juli 2017, kas
keliling tidak dilaksanakan akibat pasca hari raya Idul Fitri dan liburan panjang.
Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling di Maluku Utara
Pada triwulan III 2017, tidak ditemukan uang palsu dari setoran Bank ke Unit
Pengolahan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara sama halnya
dengan triwulan sebelumnya. KPw BI Maluku Utara terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah guna meningkatkan awareness masyarakat terkait peredaran uang palsu di
Provinsi Maluku Utara. Sosialisasi biasa dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar
(baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau
kepada Pemerintah Daerah. Selanjutnya, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-
ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Bulan Lokasi
J uli Nihil
AgustusKota T ernate , Halmahera T engah,Halmahera Barat
SeptemberKota T ernate , Kepulauan Morotai danHalmahera Utara
Sumber: KPw BI Maluku Utara
58
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran NontunaiPerkembangan transaksi pembayaran nontunai di Maluku Utara yang tercermin dari
transaksi pada layanan kliring perbankan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Secara
tahunan, nominal transaksi kliring tercatat mengalami kontraksi sebesar -7,34% (yoy) pada
triwulan III. Sementara itu, layanan RTGS di Maluku Utara semakin gencar seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan akan akses keuangan digital yang kian tinggi.
5.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Jumlah transaksi nontunai di Maluku Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
33,83% (yoy) pada triwulan III. Angka ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan triwulan II yang
tercatat sebesar 33,86% (yoy). Secara nominal, Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada
periode triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp 226,54 miliar, turun signifikan dari triwulan
sebelumnya yang tercatat 21,72% (yoy) menjadi -7,34% (yoy) (Grafik 5.2).
Grafik 5.2 Perkembangan Kliring di Maluku Utara
Menurunnya nominal transaksi melalui kliring di Maluku Utara (yoy) ditengarai karena
menurunnya kegiatan masyarakat dalam menggunakan fasilitas kliring berkaitan dengan
turunnya konsumsi rumah tangga akibat pergeseran puncak konsumsi di triwulan II 2017.
Sumber: KPw BI Maluku Utara
59
Tabel 5.2 Perkembangan Cek/ BG Kosong di Maluku Utara
Sementara itu, rasio cek dan bilyet giro (BG) kosong masih kembali meningkat pada
triwulan III. Pada triwulan II tercatat sebanyak 41 cek dan bilyet giro kosong yang dikembalikan.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II yang hanya tercatat sebaanyak 6 lembar saja.
Secara tahunan, pertumbuhan nominal cek dan bilyet giro kosong meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya dari 0,06% (yoy) menjadi 0,64% (yoy). Adapun rasio jumlah cek/BG
kosong terhadap cek/BG yang diserahkan pada triwulan III 2017 adalah sebesar 0,66%, naik
dari rasio triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,09% (Tabel 5.2).
5.2.2 Perkembangan Kegiatan RTGS
Pertumbuhan transaksi nontunai dengan layanan jasa RTGS di Maluku Utara terus
mengalami kenaikan pada triwulan III 2017. Secara jumlah transaksi, terjadi kenaikan volume
transaksi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 374 kali menjadi 535 kali pada
triwulan III. Apabila dilihat secara tahunan, terjadi perlambatan pada triwulan III yang hanya
mencatatkan pertumbuhan sebesar 95% (yoy). Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan triwulan II yang tercatat tumbuh sebesar 217% (yoy). Secara nominal, pada triwulan III
transaksi layanan RTGS tercatat sebesar Rp340,97 miliar naik dibandingkan triwulan II sebesar
Rp272,59 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan pada triwulan III naik dari 53% (yoy)
menjadi 61% (yoy). Pertumbuhan ini sejalan dengan membaiknya kinerja keuangan dan kondisi
korporasi dibeberapa sektor yang berdampak dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan
transaksi nontunai high value.
J umlah Nominal
I 27 0,52% 0,37%II 61 1,04% 0,80%III 41 0,82% 1,81%IV 37 0,68% 1,44%I 31 0,60% 0,43%II 27 0,53% 1,59%III 28 0,59% 0,94%IV 31 0,60% 2,47%I 23 0,44% 0,45%II 36 0,70% 0,60%III 32 0,68% 0,66%IV 44 0,90% 1,46%I 40 0,85% 9,31%II 6 0,09% 0,06%III 41 0,66% 0,64%
2017
2016
Rasio Cek/BG Kosong
2014
2015
Tahun TriwulanJ umlah Cek/BG Kosong
(lembar)
Sumber: KPw BI Maluku Utara
60
Permintaan terhadap tenaga kerja pada triwulan berjalan diperkirakan meningkat
yang terindikasi dari peningkatan SBT Penggunaan Tenaga Kerja SKDU
Tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya petani masih mengalami
peningkatan, namun demikian, terdapat perkiraan peningkatan harga dan
penurunan pendapatan dalam 3-6 bulan mendatang yang berpotensi
menurunkan kesejahteraan.
BAB VIKETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN“Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
Masih Dalam Tingkat yang Baik”
TPT
5,33%
NTP
101,77
62
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
Pada triwulan berjalan, diperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami
peningkatan ditandai dengan saldo bersih tertimbang (SBT) perkiraan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang mencatatkan nilai positif 1,63%. Penambahan tenaga kerja diperkirakan
akan berasal dari skctor perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
Grafik 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK Maluku Utara
Berdasarkan data BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami
penurunan dari 66,19% pada Agustus 2016 menjadi 63,65% di Agustus 2017 (Grafik 6.1).
angkatan kerja pada Agustus 2017 sebanyak 516,2 ribu orang. Dengan angkatan kerja
terbanyak berada di Kota Ternate yang mencapai 97,8 ribu orang. Pada triwulan laporan,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) justru mengalami kenaikan menjadi 5,33% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,01% (Tabel 6.1). Peningkatan TPT pada
triwulan laporan mengindikasikan bahwa saat ini situasi sedang sulit untuk mendapatkan
pekerjaan atau masih menunggu pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang
dimiliki. Namun, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang selalu berada diatas rata-rata
nasional diharapkan mampu memberikan dampak positif pada penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
63
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017, penyerapan tenaga kerja
paling besar terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan,
yaitu sebanyak 199 ribu orang atau sebanyak 40,72% dari angkatan kerja (Grafik 6.2).
Kemudian diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan yang menyerap
sebanyak 107 ribu orang atau sebanyak 21,89% dari angkatan kerja. Berdasarkan data
historisnya, saat ini Maluku Utara sedang mengalami pergeseran penyerapan tenaga kerja dari
sektor utama, yakni sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan
menuju sektor-sektor sekunder dan tersier seperti sektor industri pengolahan, sektor konstruksi,
dan sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi.
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara (ribu jiwa)
Grafik 6.2 Jumlah Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama di Maluku Utara (ribu jiwa)
Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts763.3 773.18 782.4 792.5 801.9 811.0
519 513.6 530.7 524.5 557.1 516.2Bekerja 490.2 482.54 512.5 503.5 530.3 488.7Pengangguran 28.8 31.06 18.2 21 26.8 27.5
244.3 259.58 251.7 268 244.7 294.867.99% 66.43% 67.83% 66.19% 69.48% 63.65%5.56% 6.05% 3.43% 4.01% 4.82% 5.33%
TPAKTPT
2015 2016Indikator
Penduduk 15 Tahun KeatasAngkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
2017
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
64
6.2 Tingkat Kesejahteraan DaerahKesejahteraan masyarakat di area pedesaan terpantau stabil. Pada Oktober 2017,
Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,77, mengalami kenaikandibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 6.5). NTP Maluku Utara mengalami peningkatan
0,12% bila dibandingkan dengan September 2017 yang tercatat sebesar 101,65. Kenaikan NTP
Maluku Utara mengindikasikan bahwa secara relatif tingkat kemampuan/daya beli petani
meningkat. Sementara itu, inflasi pedesaan Provinsi Maluku Utara tercatat sebesat -0,34% atau
mengalami deflasi yang disebabkan turunnya indeks pada empat kelompok pengeluaran, yaitu
kelompok Bahan Makanan, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau,
kelompok Sandang, serta kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Grafik 6.3 Perkembangan NTP Maluku Utara Grafik 6.4 NTP per Subsektor di Maluku Utara
Pada triwulan laporan, tercatat bahwa NTP Maluku Utara salah satu yang tertinggi di
Kawasan Timur Indonesia (Tabel 6.2). Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi kesejahteraan
masyarakat pedesaan khususnya petani di Maluku Utara masih dalam kondisi yang relatif baik.
Sehingga, meskipun mengalami stagnansi NTP, namun kesejahteraan petani di Maluku Utara
sampai dengan periode laporan masih terjaga.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
65
Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Kawasan Timur Indonesia
Di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara, Indeks KeyakinanKonsumen pada Oktober tercatat sebesar 133,6 atau meningkat 4,34% dibandingkanSeptember. Meningkatnya Indeks keyakinan konsumen terutama dipicu oleh peningkatan
kepercayaan terhadap ketersediaan lapangan kerja pada 6 (enam) bulan yang akan datang.
Berdasarkan data BPS Maluku Utara, rata-rata upah/gaji sebulan buruh/karyawan/pegawai
pada Agustus 2017 sebesar 2,76 juta rupiah. Jumlah ini diprediksi akan mengalami kenaikan
pasca penetapan peningkatan Upah Minimun Provinsi (UMP) oleh Pemprov Maluku Utara
sebesar 17,4% pada tahun 2018. Peningkatan ini diperkirakan dapat mendorong daya beli
masyarakat yang terkonfirmasi dari survei konsumen Maluku Utara Oktober 2017. Pada
komponen Kondisi Keuangan Konsumen, indeks perkiraan pengeluaran untuk konsumsi dalam
3 (tiga) bulan yang akan datang sebesar 170 atau naik 18,60% dari bulan sebelumnya.
Dari sisi ketimpangan, berdasarkan data BPS, terdapat kecenderungan penurunan
ketimpangan pengeluaraan penduduk Maluku Utara yang terindikasi dari menurunnya gini ratio
dari 0,326 pada semester II tahun 2016 menjadi 3,322 pada semester I tahun 2017 (data
dipublikasi Maret 2017). Penurunan gini ratio mengindikasikan kesuksesan program-program
pemerintah dalam mengatasi ketimpangan kesejahteraan masyarakat.
Peringkat Provinsi NTP1 Sulawesi Barat 109.052 Nusa Tenggara Barat 107.23 Gorontalo 106.234 Bali 104.495 Nusa tenggara Timur 103.326 Maluku Utara 101.777 Maluku 101.38 Papua Barat 101.119 Sulawesi Selatan 100.7610 Kalimantan Tengah 98.5911 Kalimantan Barat 97.4712 Kalimantan Timur 96.7513 Kalimantan Selatan 96.5614 Sulawesi Tenggara 95.2615 Sulawesi tengah 95.1316 Sulawesi Utara 94.2717 Papua 93.71
102.78Nasional
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
66
67
Perekonomian Malut pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan IV 2017 dan berada pada kisaran 6,7% (yoy) – 7,1%
(yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Sementara itu, inflasi pada periode triwulan I 2018 diproyeksikan akan sedikit
meningkat dari pada triwulan IV 2017 dan berada pada kisaran 3,0% - 3,4% (yoy).
aBAB VIIPROSPEK PEREKONOMIAN“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambatdengan inflasi yang rendah”
Proyeksi EkonomiTriwulan I 2018
6,7%-
7,1%
Proyeksi InflasiTriwulan I 2018
3,0%-
3,4%
68
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh melambatdari triwulan berjalan dan berada pada kisaran 6,7% - 7,1% (yoy) dengan kecenderunganbias ke atas. Dari sisi permintaan, pelambatan pertumbuhan ekonomi diakibatkan oleh PMTB
yang diperkirakan melambat karena belum adanya tambahan pembangunan smelter baru di
tengah penambahan kuota ekspor biji nikel yang kurang signifikan, Di samping itu, dampak
Pemilihan Umum Kepada Daerah (Pilkada) tingkat provinsi tahun 2018 dapat mempengaruhi
kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi di bidang ekonomi dan politik sehingga mempengaruhi
ekspektasi para pelaku usaha. Perlambatan juga diakibatkan oleh kinerja ekspor dalam negeri
dan net ekspor antar provinsi yang melambat ditambah dengan impor luar negeri yang
mengalami peningkatan pertumbuhan. Di lain sisi, perlambatan ekonomi tersebut masih dapat
ditahan oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan ditambah
dengan konsumsi pemerintah yang juga mengalami akselerasi.
Dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan dipengaruhi oleh perlambatan di sektor
jasa administrasi pemerintahan yang memiliki sumbangan terbesar ketiga bagi perekonomian
Maluku Utara. Selain itu, sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan juga mengalami
perlambatan terkait dengan kuota ekspor dan pembangunan smelter. Perlambatan di sektor-
sektor tersebut dapat ditahan oleh akselerasi dari dua sektor utama yakni sektor pertanian dan
sektor perdagangan. Selain itu, sektor konstruksi juga berperan dalam menahan perlambatan
pertumbuhan perekonomian.
Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya
69
Pilkada yang akan dilaksanakan pada 2018 diperkirakan telah memiliki andil dalam
akselerasi konsumsi rumah tangga di awal tahun. Namun, di lain sisi, pilkada dapat membuat
penurunan PMTB yang diakibatkan oleh penurunan ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi
perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank
Indoneisia yang menunjukkan penurunan index saldo bersih ekspektasi kondisi usaha yang
menurun dari 155 ke 148. Hal ini diperkirakan akan terjadi sampai dengan berakhirnya masa
pemilihan umum. Penurunan ekspektasi tersebut diakibatkan oleh kecenderungan bergantinya
pemimpin SKPD dan arah kebijakan setelah gubernur terpilih memimpin pemerintahan.
Apabila tidak ada smelter nikel baru yang beroperasi secara komersial pada tahun 2018,
pertumbuhan ekonomi tahun 2018 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 6,3% - 6,7%. Dilihat dari
sisi permintaan, pertumbuhan tahun 2018 masih didorong oleh konsumsi rumah tangga,
konsumsi pemerintah dan PMTB yang diperkirakan mengalami akselerasi dibandingkan tahun
sebelumnya. Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan di dorong oleh sektor-sektor utama
Maluku Utara yang mengalami akselerasi yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Sektor administrasi pemerintahan diperkirakan akan sedikit melambat diakibatkan oleh efek
pilkada. Selain itu, sektor pertambangan juga diperkirakan akan melambat karena efek
relaksasi ekspor bijih nikel tahun 2017 telah berakhir.
7.1.1 Sisi Permintaan
Perlambatan perekonomian yang dilihat dari sisi permintaan, salah satunya diakibatkan
oleh PMTB yang diperkirakan melambat seiring dengan realisasi pembangunan jumlah tungku
smelter yang masih di bawah rencana. Hal ini ditambah dengan ekspektasi pelaku usaha
cenderung turun dikarenakan efek pilkada 2018 dimana pelaku usaha akan menahan investasi
sampai dengan berakhirnya masa pilkada.
Kegiatan ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi mengalami
perlambatan. Hal tersebut merupakan efek lanjutan dari belum disetujuinya tambahan kuota
ekspor biji nikel kecuali pada BUMN pertambangan yang ada di Maluku Utara dan mundurnya
panen komoditas utama. Walaupun, terdapat upaya intensif pemerintah daerah beserta
beberapa pengusaha perikanan untuk mendorong pelaksanaan ekpor produk perikanan
langsung dari Maluku Utara, namun diperkirakan hal ini belum dapat mengimbangi perlambatan
yang diakibatkan ekspor biji nikel.
70
Perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat ditahan oleh terjaganya
pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada level yang tinggi, dimana hal ini dipengaruhi oleh
masa panen komoditas utama khususnya cengkih yang diperkirakan mundur sampai triwulan
ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan terjaga pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy).
Kondisi ini juga didukung dengan kecenderungan perbaikan harga komoditas cengkih, fuli, pala,
dan kopra yang diperkirakan terus membaik pada awal tahun 2018 sehingga berdampak positif
pada pendapatan masyarakat Maluku Utara. Selain itu, konsumsi pemerintah diperkirakan
mengalami kenaikan karena mulai direalisasikannya pembangunan power plant Ternate dan
Malifut di awal tahun 2018.
7.1.2 Sisi Penawaran
Apabila dilihat dari sisi penawaran, sektor administrasi pemerintahan diperkirakan
melambat karena mundurnya pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
tahun 2018 oleh DPRD sebagai akibat dari lebih besarnya fokus yang diberikan ke pilkada.
Selain itu, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga diperkirakan mengalami
penurunan. Selain karena imbas lanjutan dari perlambatan administrasi jasa administrasi
pemerintahan, perlambatan dari sektor ini juga sebagai akibat lanjutan dari mundurnya panen
komoditas utama yang mengakibatkan konsumsi masyarakat terhadap produk dari sektor ini
mundur ke triwulan II 2018.
Perlambatan juga terutama akan terjadi pada sisi penawaran. Pada tahun 2017,
beroperasinya smelter dari 2 perusahaan penambang nikel menjadi kunci utama rekor
akselerasi sektor ini. Pada tahun 2018 khususnya pada 2 triwulan perdana, efek beroperasinya
kedua smelter ini akan menghilang dan belum ada smelter baru lagi yang siap beroperasi
sehingga akselerasi dari sektor industri pengolahan akan terhenti. Di samping itu, meningkatnya
jumlah pelaku usaha olahan kelapa di Sulawesi Utara menyebabkan pelaku olahan kelapa di
Maluku Utara gulung tikar akibat kesulitan mencari bahan baku produksi.
7.2 Outlook Inflasi DaerahTekanan inflasi Maluku Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibanding inflasi triwulan berjalan yakni berada pada kisaran 3,00% (yoy) –3,40% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi inti (core) dan kelompok makanan
harga bergejolak (volatile food) pada triwulan I 2018 cenderung mengalami kenaikan.
71
Sementara inflasi untuk kelompok harga yang ditentukan pemerintah (administered prices)
diperkirakan mengalami penurunan.
Pada kelompok inflasi inti, diperkirakan terdapat sedikit kenaikan dikarenakan kenaikan
konsumsi masyarakat sebagai dampak dari kenaikan UMP dan panen komoditas utama yang
mundur sampai pada triwulan ini. Hal ini didukung oleh hasil survei konsumen yang dilakukan
oleh Bank Indonesia yang menunjukkan kenaikan ekspektasi inflasi. Selain itu, kenaikan inflasi
juga dipengaruhi oleh efek pilkada 2018 yang efeknya telah mulai dapat dirasakan di awal
tahun.
Tekanan inflasi pada kelompok volatile food yang diperkirakan mengalami sedikit
peningkatan yang lebih diakibatkan di sisi supply yaitu pada produksi dan distribusi bahan
makanan. Dari sisi demand, konsumsi bahan makanan diperkirakan akan cenderung stabil.
Gangguan produksi bahan makanan diakibatkan oleh karena curah hujan yang tinggi yang
ditambah dengan terdapat tanggul yang mengalami kerusakan di sentra produksi padi di
Halmahera Utara. Rusaknya tanggul mengakibatkan sebagian besar petani di area terdampak
memutuskan tidak menanam padi pada musim tanam ini sampai dengan diperbaikinya tanggul
yang mengalami kerusakan. Gelombang tinggi yang terjadi seiring dengan meningkatnya curah
hujan, turut memberbesar tekanan inflasi pada bahan makanan berupa ikan yang menjadi
komoditas konsumsi utama. Selain itu, jalur distribusi barang juga diperkirakan akan terganggu
karena tingginya gelombang ditambah dengan jalur distribusi darat yang rawan longsor.
Pada kelompok administered prices, tekanan inflasi diperkirakan berkurang seiring
menghilangnya efek kenaikan jasa pengurusan STNK dan kenaikan tarif PDAM. Namun
demikian, potensi tekanan dari inflasi administered prices diperkirakan masih muncul dari
rencana kenaikan cukai rokok pada awal tahun 2018 serta efek kenaikan angkutan udara pada
libur akhir tahun.
Tekanan inflasi ini diperkirakan dapat ditahan oleh beberapa rencana aksi yang
dilakukan oleh pemerintah yaitu antara lain dengan peningkatan konektivitas pengangkutan
komoditas bahan pangan strategis melalui penyediaan angkutan bersubsidi berupa truk dan
kapal sewa. Selain itu, peningkatan produktivitas tanaman pangan dilakukan melalui
ekstensifikasi dan pembudidayaan tanaman pangan dan tanaman hortikultura penyebab inflasi
seperti padi, aneka cabai, aneka bawang, dan sayur-sayuran. Hingga awal triwulan berjalan,
program-program tersebut telah memberikan dampak pada terjaganya level inflasi pada tingkat
yang rendah. Selain itu, mulai diaktifkannya kembali kerjasama segitiga emas (Kota Ternate,
72
Kota Tidore Kepulauan, dan Kabupaten Halmahera Barat) dapat menjaga pasokan di Kota
Ternate sebagai pusat konsumsi oleh kabupaten/kota disekitarnya. Dengan demikian, risiko
tekanan inflasi karena distribusi dapat diminimalisisr. Selain itu, meningkatnya produksi
komoditas tersebut menjadikan ketergantungan Kota Ternate pada pasokan dari luar provinsi
juga semakin berkurang.
Inflasi tahun 2018 diproyeksikan berada di 3,9% - 4,3%. Walaupun diperkirakan
meningkat dari inflasi tahun sebelumnya, namun masih memenuhi target nasional sebesar
3,5% ± 1%. Naiknya inflasi di dorong oleh kenaikan inflasi inti yang diakibatkan oleh kenaikan
agregat demand karena semakin membaiknya perekonomian Maluku Utara. Kondisi ini juga
mempengaruhi inflasi volatile food yang diperkirakan juga mengalami kenaikan. Walaupun
produksi dan distribusi bahan makanan masih menjadi tantangan utama karena kondisi
geografis yang merupakan wilayah kepulauan, namun telah terdapat langkah nyata yang
dimotori oleh TPID sehingga inflasi volatile food dapat semakin ditekan meski diperkirakan
sedikit mengalami kenaikan. Oleh karena itu, peningkatan peran TPID mutlak diperlukan untuk
dapat menurunkan volatilitas bahan makanan. Inflasi tahun 2018 dapat ditekan oleh kelompok
administered prices karena diperkirakan tidak terdapat kenaikan tarif listrik dan harga BBM
serta gas.