Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN
REGIONAL
KANTOR PERWAKILAN
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN
REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Jl. Jos Sudarso No.1 TenateTelp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
KEUANGAN
PROVINSI MALUKU UTARA
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayasecara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstabilitas s
TUGAS BANK INDONESIA
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran s3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :
Redaksi :
Unit Kajian, Statistik,Kantor Perwakilan
Jl. Jos Sudarso No. 1, TernateTelp : (0921)
Fax : (0921)
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayasecara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang
negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :
Kajian, Statistik, dan SurveyPerwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate(0921) 3121217
(0921) 3124017
Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayanilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstem keuangan untuk pembangunan jangka panjang
stem pembayaran,
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah
merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai
pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank
Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu
produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan
Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi
Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah
untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan
dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di
waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan
penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, Februari 2014KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI
MALUKU UTARA
BudiyonoKepala Perwakilan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR IDAFTAR ISI iii
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA v
RINGKASAN EKSEKUTIF vii
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 11.1 Kondisi Umum 11.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 21.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 212.1 Gambaran Umum 212.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 222.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 27
BOKS I PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE 33
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 373.1 Gambaran Umum 373.2 Perkembangan Aset Bank Umum 373.3 Penghimpunan Dana Bank Umum 383.4 Penyaluran Kredit 393.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 403.6 Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 403.7 Perkembangan Bank Syariah 413.8 Perkembangan BPR dan BPRS 42
BOKS II FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA 45
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 514.1 Gambaran Umum 514.2 Pendapatan Daerah 524.3 Belanja Daerah 534.4 Defisit dan Pembiayaan 56
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 575.1 Kondisi Umum 575.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 575.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 61
iv
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 656.1 Kondisi Umum 656.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 656.3 Pengangguran 676.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 686.5 Tingkat Kemiskinan 71
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 737.1 Prospek Perekonomian Makro 737.2 Prospek Inflasi Daerah 757.3 Prospek Perbankan 76
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4MAKRO
Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 133.20 134,73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.78 150.25
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4.5 4.3 3.9 3.3 4.0 2.9 9.66 9.78
PDRB - harga konstan (Milyar Rp) 837.07 851.22 874.48 882.73 887.45 905.45 923.30 940.11- Pertanian 279.7 284.5 287.8 287.8 289.5 288.9 292.2 292.2- Pertambangan & Penggalian 33.79 31.92 32.87 33.86 33.91 33.38 33.35 34.37- Industri Pengolahan 97.13 98.30 99.38 98.21 100.25 102.88 104.50 106.02- Listrik, Gas & Air Bersih 3.98 4.05 4.15 4.23 4.18 4.31 4.35 4.48- Bangunan 16.33 17.03 17.56 17.78 17.31 17.63 17.93 18.44- Perdagangan, Hotel & Restoran 241.55 246.61 259.41 265.32 268.65 280.00 288.35 297.33- Pengangkutan & Komunikasi 67.71 69.06 71.04 72.03 71.74 72.45 73.94 75.11- Keuangan, Persewaaan & Jasa 30.88 31.45 32.29 32.32 32.33 33.58 34.38 35.47- Jasa 65.95 68.28 70.02 71.22 69.61 72.37 74.32 76.66
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 7.3 7.3 6.3 5.8 6.02 6.37 5.58 6.50
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 0.17 0.09 0.11 0.18 0.19 0.18 0.15 0.20Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3.86 1.89 2.36 4.56 4.62 1.36 3.93 6.38Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0.0034 0.0058 0.0000 0.0009 0.0002 0.0020 0.0016 0.0008Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.0014 0.0037 0.0000 0.0013 0.0000 0.0043 0.0017 0.0010
TAHUN 2013TAHUN 2012INDIKATOR
B. Perbankan
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp milyar) 5072.350138 5266.306035 5,477.92 5,791.38 5,906.48 5,959.34 6262.19 6602.52DPK (Rp milyar) 4,313.00 4,352.70 4,461.72 4,424.58 4,792.54 4,743.51 4,923.28 4,830.80- Tabungan 2,021.02 2,253.16 2,351.96 2,737.29 2,513.83 2,598.37 2,786.21 3,170.73- Giro 1,521.24 1,341.48 1,323.81 865.03 1,390.55 1,282.53 1,290.50 779.16- Deposito 770.74 758.06 785.95 822.26 888.16 862.61 846.56 880.90
Kredit (Rp milyar) 3299.827979 3552.11225 3,708.30 3,864.23 4,025.03 4,375.88 4508.428 4,631.48- Modal Kerja 1119.042333 1356.446131 1,164.32 1,169.31 1,185.19 1,278.99 1278.4552 1,295.95- Konsumsi 300.2819155 330.1432419 2,196.47 2,334.80 2,469.36 2,623.35 479.14931 483.46- Investasi 1880.503731 1865.522877 347.51 360.13 370.48 473.54 2750.8235 2,852.07
LDR 76.51 81.61 83.1 87.3 84.0 92.2 91.57 95.87
Kredit UMKM (Rp milyar)Kredit Mikro (Rp milyar) 254.13 405.79 222.32 224.39 235.73 255.97 249.11 266.43- Modal Kerja 214.80 363.65 175.05 180.25 190.67 191.63 184.57 199.01
- Konsumsi - - - - - - - -- Investasi 39.33 42.15 47.27 44.14 45.06 64.34 64.54 67.42
Kredit Kecil (Rp milyar) 650.16 810.30 761.40 805.70 790.40 840.55 820.45 830.03- Modal Kerja 589.35 614.76 575.70 613.33 594.57 595.76 580.44 591.66
- Konsumsi 8.05 0.14 - - - - - -- Investasi 52.75 195.40 185.70 192.37 195.83 244.79 240.01 238.37
Kredit Menengah (Rp milyar) 242.57 299.90 273.13 260.39 282.47 335.78 347.74 355.90- Modal Kerja 204.20 242.16 217.98 191.21 211.85 248.75 256.98 262.53
- Konsumsi - - - - - - - -- Investasi 38.37 57.73 55.15 69.18 70.62 87.03 90.76 93.37
Total Kredit MKM (Rp milyar) 1,275.70 1,250.02 1,256.85 1,290.48 1,308.60 1,432.30 1,417.30 1452.35NPL MKM gross (%) 1.9 2.2 4.1 3.8 5.5 5.6 6.6 6.4Keterangan:Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
TAHUN 2013TAHUN 2012INDIKATOR
Ringkasan Eksekutif vii
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan
pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 940,11 milyar rupiah, tumbuh 6,5% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini berada diatas
pertumbuhan tahunan nasional yang tercatat sebesar 5,78% (yoy). Jika
dibandingkan triwulan III-2013 pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan
adalah 1,82% (qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil
membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total
nominal sebesar Rp. 3.65 triliun.
Laju kenaikan harga barang dan jasa Maluku Utara yang direpresentasikan oleh
Kota Ternate mengalami peningkatan selama triwulan IV-2013. Secara tahunan,
terlihat terjadi volatilitas yang cukup besar tingkat inflasi di kota ternate selama
tahun 2013 dengan posisi di penghujung tahun sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,29% (yoy).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya
digerakkan oleh seluruh aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor mengalami perlambatan
seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis di
penghujung tahun sebesar -0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh
pembentukan modal tetap bruto (-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (-
1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba
dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya
masing-masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq).
Ringkasan Eksekutif viii
INFLASI REGIONAL
Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan
IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga
terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua
(Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat
sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy).
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013
menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun
secara keuangan. Aset perbankan pada triwulan laporan tercatat
mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana
pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan tingkat
pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan
penghimpunan DPK sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR)
meningkat. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diiringi peningkatan rasio
Non Performing Loan’s (NPL) yang sedikit meningkat, namun demikian rasio
ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan,
terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu
bank umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS
dan satu kantor cabang BPR sedang dalam proses perizinan. Dengan
penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih
mudah mengakses layanan perbankan.
KEUANGAN DAERAH
Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target
pendapatan dalam APBD sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, target belanja di tahun
2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi
Ringkasan Eksekutif ix
defisit anggaran sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3%
(yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net
Outflow yang berarti uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas
keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke
khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran,
penukaran, kas keliling). Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat
1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau
turun 36,03% dibandingkan triwulan III 2013.
TENAGA KERJA
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013
menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan
Februari 2013. Hal ini tercermin dari adanya kenaikan jumlah penduduk
umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksi jumlah pengangguran yang
cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan
partisipasi kerja pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus
tahun sebelumnya.
.
PROSPEK EKONOMI REGIONAL
Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan
tumbuh pada level 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun
2014 diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yaitu sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor
industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan yang
digadangkan menjadi salah satu sektor utama di masa yang akan
datang diperkirakan akan mengalami pukulan keras dari
pemberlakuan UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat.
Ringkasan Eksekutif x
Tekanan inflasi Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara
diperkirakan akan meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan
dengan data historisnya yaitu dikisaran 9,7%±1 (yoy). Walaupun
demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan
masih mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong
pertumbuhan perbankan dikisaran 20% (yoy). Dana Pihak Ketiga
(DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan
dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5%.
1.1 Kondisi Umum
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada
triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian
diatas rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002
yang tercatat pada level 5,2%. Selain
tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonom
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 1,82% (qtq
membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi
3.65 triliun.
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh
aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor
mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mela
di penghujung tahun sebesar -
-
100,000.0
200,000.0
300,000.0
400,000.0
500,000.0
600,000.0
700,000.0
800,000.0
900,000.0
1,000,000.0
BAB I. PERKEMBANGAN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada
triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian
rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002
yang tercatat pada level 5,2%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di penghujung
tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 5,78% (
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan
qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil
rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp.
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh
aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor
mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mela
-0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
100,000.0
200,000.0
300,000.0
400,000.0
500,000.0
600,000.0
700,000.0
800,000.0
900,000.0
1,000,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB g_PDRB_yoy (aksis kanan)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.1Perkembangan PDRB Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada
triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara berada
rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 – triwulan III 2013)
itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di penghujung
onal yang tercatat sebesar 5,78% (yoy).
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan
). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil
sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp.
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh
aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor
mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis
) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
(-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (
lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemer
masing-masing sebesar 1,01% (
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (
perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)
berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian
mengganggu kestabilan sosial budaya
perekonomian yang tinggi di triwulan akhir 2013
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan
masih didominasi oleh konsumsi
memiliki peran yang cukup besar
pembentukan modal tetap bruto/inve
sebesar 24,2%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB
masing-masing memiliki pangsa sebesar 2
Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013
sebesar 10,05% (yoy) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang
PembentukanModal TetapBruto, 10.3
PerubahanStok &
DiskrepansiStatistik, (8.7)
Ekspor Barangdan Jasa, 24.2
Sumber : B
BAB II. PERKEMBANGAN
) serta ekspor barang dan jasa (-1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi
lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya
masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq).
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang melesat 12,06% (yoy) kemudian d
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (9,74%, yoy) dan industri pengolahan (7,95%,
Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)
berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian force m
mengganggu kestabilan sosial budaya di Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan
di triwulan akhir 2013.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan
masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 68,3%. Konsumsi pemerintah juga
cukup besar dengan pangsa sebesar 32,2%. Sementara itu
pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 10,3%. E
%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB
asing memiliki pangsa sebesar 26,2% dan 8,7%.
Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013
) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang
PengeluaranKonsumsi
RumahTangga, 67.5
PengeluaranKonsumsiLembagaSwasta
Nirlaba, 0.7
PengeluaranKonsumsi
Pemerintah, 32.2
PembentukanModal TetapBruto, 10.3
Perubahan
DiskrepansiStatistik, (8.7)
Ekspor Barangdan Jasa, 24.2
DikurangiImpor Barangdan Jasa, 26.2
Grafik 1.2Struktur PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
2
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
. Sementara itu, pengeluaran konsumsi
intah terakselerasi pertumbuhannya
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (yoy) ini dimotori oleh
) kemudian disusul oleh
) dan industri pengolahan (7,95%, yoy).
Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)
force major lainnya yang
Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan IV 2013
Konsumsi pemerintah juga
%. Sementara itu kegiatan
%. Ekspor memiliki pangsa
%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB
Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013
) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang
PengeluaranKonsumsi
Tangga, 67.5
PengeluaranKonsumsi
Nirlaba, 0.7
diberikan sangat terbatas yaitu sebesar
memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan
sebesar 6,37% (yoy). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara
dari sisi permintaan masih me
terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%
(yoy), lebih tinggi 0,78% (qtq
sebelumnya. Selain itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti
ketergantungan Maluku Utara terhadap barang
Kenaikan konsumsi ini juga ditandai oleh
karena digunakan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.
1.2.1 Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada
dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari
konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (
dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Be
konsumsi masyarakat adalah
sipil atau PNS), perayaan hari raya natal, liburan tahun baru serta
walaupun andil yang diberikan
masyarakat secara aggregat di triwulan laporan
Berdasarkan indeks tendensi konsumen
dapat diartikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat mening
konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka
Komponen
Konsumsi MasyarakatKonsumsi PemerintahPMTBEksporDikurangi ImporPDRB
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
diberikan sangat terbatas yaitu sebesar 0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang
memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan
. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara
dari sisi permintaan masih mengandalkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini
terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%
qtq) jika dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di triwulan
n itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti
ketergantungan Maluku Utara terhadap barang-barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya.
Kenaikan konsumsi ini juga ditandai oleh turunnya laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa
kan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada
dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari
konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (
dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan
adalah naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri
perayaan hari raya natal, liburan tahun baru serta pelaksanaan PILKADA Malut 2013
walaupun andil yang diberikan ketiga faktor terakhir kurang signifikan terhadap konsumsi
di triwulan laporan.
Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 110,83,
kondisi ekonomi masyarakat meningkat namun tingkat optimisme
konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka
KomponenPertumbuhan
(yoy )Kontribusi
(%)
Konsumsi Masyarakat 6.4 68.3Konsumsi Pemerintah 6.1 32.2
4.9 10.31.2 24.2
Dikurangi Impor 9.0 26.26.5 6.5
Tabel 1.1Struktur PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
3
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang
memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan
. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara
ngandalkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini
terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%
) jika dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di triwulan
n itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti semakin tinggi
barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya.
turunnya laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa
kan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada tingkat yang baik
dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari
konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (yoy), sama
berapa faktor yang memicu pertumbuhan
naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri
pelaksanaan PILKADA Malut 2013
kurang signifikan terhadap konsumsi
di triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 110,83,
kat namun tingkat optimisme
konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka
Kontribusi
113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks
penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini seb
Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang
disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
namun melambat jika dibandingkan dengan
sebesar 29,89% (yoy)..
Sementara itu, nilai tukar petani (NTP)
tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis
-
100,000.0
200,000.0
300,000.0
400,000.0
500,000.0
600,000.0
700,000.0
800,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Kons. Masyarakat g_Kons. Masyarakat_yoy (aksis kanan)
102.47
103.63
110.10
103.82
104.98
109.67
111.15
102.17
95.00
97.00
99.00
101.00
103.00
105.00
107.00
109.00
111.00
113.00
I II III IV I II III
2011 2012
Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Masyarakat
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.5Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks
penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini sebesar 111,04.
Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang
disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,31% (
namun melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
Sementara itu, nilai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara
tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
I II III IV I II III IV
2012 2013
g_Kons. Masyarakat_yoy (aksis kanan)
102.4
105.3
110.4
106.6107.18
108.6
111.7
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
I II III IV I II
2011 2012
102.17101.88
106.87
112.8111.04
IV I II III IV
2013
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2011 2012
Kredit Konsumsi g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Masyarakat
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi
4
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks
Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang
disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar 22,16%
yang tumbuh sebesar 21,31% (yoy)
periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara
tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis sebesar 0,9% (yoy)
111.7
107.8
102.5
107.2
113.2
110.8
III IV I II III IV
2012 2013
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
9 11 1 3 5 7 9 11
2013
g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat pada
lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan
maupun di pedesaan.
Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan
bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar
luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2011 2012
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.8Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
BAB II. PERKEMBANGAN
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat pada level 101,55. Dengan kata
lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan
Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan
bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari
luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).
-2.0%
-1.0%
0.0%
1.0%
2.0%
3.0%
4.0%
5.0%
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012 2013
NTP g_yoy (aksis kanan)
11 1 3 5 7 9 11
2013
0
100
200
300
400
500
600
700
1 3 5 7 9 11 1 3 5
2011 2012
Grafik 1.7Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
5
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
level 101,55. Dengan kata
lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan
Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan
komoditas yang dikirim dari
7 9 11 1 3 5 7 9 11
2012 2013
1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih
terjaga pada tingkat yang cukup tinggi
sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku
Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (
triwulan IV 2013 tumbuh melambat di angka 4,9% (
banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku
Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan
raya ataupun fasilitas pendukung transportasi
mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan.
pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan
0
200
400
600
800
1000
1200
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2011 2012
-3000
2000
7000
12000
17000
22000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2011 2012
Grafik 1.10Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.12Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
BAB II. PERKEMBANGAN
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih
terjaga pada tingkat yang cukup tinggi, walaupun mengalami perlambatan di setiap
sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku
Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (
triwulan IV 2013 tumbuh melambat di angka 4,9% (yoy). kegiatan investasi pada triwulan laporan
banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku
Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan
raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital
mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan.
pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan
11 1 3 5 7 9 11
2013
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 3 5 7 9 11 1 3 5
2011 2012
9 11 1 3 5 7 9 11
2012 2013
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 3 5 7 9 11 1 3
2011
Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.Volume Bongkar Bawang (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.12Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.Total Volume Bongkar (Ton/M
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
6
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih
, walaupun mengalami perlambatan di setiap triwulan
sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku
Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (yoy), maka pada
asi pada triwulan laporan
banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku
Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan
lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital
mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan. Beberapa kegiatan
pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan
7 9 11 1 3 5 7 9 11
2012 2013
5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2012 2013
Grafik 1.11Volume Bongkar Bawang (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.13Total Volume Bongkar (Ton/M3)
Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate
raya Sofifi – Tobelo, perpanjangan
pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan
lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.
Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit
investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar
atau naik signifikan sebesar 34,25% (
sebelumnya. Pada triwulan laporan,
17,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut
mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik
yang berupa fisik maupun non fisik.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2011 2012
Kredit Investasi g_yoy (aksis kanan)
Perkembangan Investasi di Maluku
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.15Perkembangan Kredit Investasi
BAB II. PERKEMBANGAN
angan run way bandara Baabullah, pembangunan dan pengoperasian
pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan
lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.
Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit
investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar
atau naik signifikan sebesar 34,25% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
Pada triwulan laporan, volume pengadaan semen di Maluku
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut
mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik
yang berupa fisik maupun non fisik.
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
PMTB g_yoy (aksis kanan)
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
1 3 5 7 9 11
2013
g_yoy (aksis kanan)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 3 5 7 9 11 1 3
2012
Konsumsi Semen
Grafik 1.14Perkembangan Investasi di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perkembangan Kredit InvestasiGrafik 1.16
Perkembangan Konsumsi Semen
Sumber : ASI
7
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
bandara Baabullah, pembangunan dan pengoperasian
pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan
Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit
investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar
) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
volume pengadaan semen di Maluku Utara naik sebesar
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut
mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik
-100.0%
0.0%
100.0%
200.0%
300.0%
400.0%
500.0%
3 5 7 9 11
2013
g_yoy (aksis kanan)
16Perkembangan Konsumsi Semen
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar
sebesar 1,95 poin jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (
3,83% (qtq), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2013 yan
Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah
baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga p
terjadi di triwulan laporan. Hal ini mendorong n
tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Peningkatan belanja pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro
pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV
2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar
dibandingkan triwulan sebelumnya atau 48,97% (
sama tahun sebelumnya. Semakin
pengeluaran belanja pemerintah daerah
lebih rendah dibandingkan tahun lalu
dibandingkan tahun sebelumnya.
1.2.4 Kegiata Ekspor – Impor
Kinerja ekspor dan impor di penghujung tahun 2013
walaupun hingga akhir tahun tercatat
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012
Kons. Pemerintah g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.17Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar 6,03% (
sebesar 1,95 poin jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,07% (
pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (
), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2013 yang berada pada posisi 1,95% (
Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah
baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga pembayaran cermin kedua kontraktor
terjadi di triwulan laporan. Hal ini mendorong naiknya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir
tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro
pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV
2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar
dibandingkan triwulan sebelumnya atau 48,97% (yoy) jika dibandingkan dengan period
Semakin rendah saldo giro yang dimiliki Pemda
pengeluaran belanja pemerintah daerah pada tahun berjalan sudah relatif baik
dibandingkan tahun lalu menunjukkan realisasi belanja pemerintah
dibandingkan tahun sebelumnya.
Impor
Kinerja ekspor dan impor di penghujung tahun 2013 terpantau mengalami pertumbuhan positif
walaupun hingga akhir tahun tercatat net import dimana nilai impor sedikit lebih tinggi
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
Q1 Q2 Q3 Q4
2013
g_yoy (aksis kanan)
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
I II III IV I II III
2011 2012
Giro Pemda g_yoy (aksis kanan)
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.Perkembangan Giro Pemda
8
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
6,03% (yoy), terakselerasi
4,07% (yoy). akselerasi
pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (qtq) yang tumbuh
g berada pada posisi 1,95% (qtq).
Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah
embayaran cermin kedua kontraktor
aiknya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir
pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro
pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV
2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar 21,15% (qtq)
) jika dibandingkan dengan periode yang
emda menandakan bahwa
sudah relatif baik. Jumlah saldo yang
pemerintah lebih baik
terpantau mengalami pertumbuhan positif
dimana nilai impor sedikit lebih tinggi
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
IV I II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.18Perkembangan Giro Pemda
dibandingkan nilai ekspor. Kondisi
Maluku Utara yang menurun terlihat sejak tahun
Perkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik
sebesar 1,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing
(yoy) dan 10% (yoy). Nilai ekspor Maluku Utara selama ta
kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.
100,000.0
200,000.0
300,000.0
400,000.0
500,000.0
600,000.0
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Berat g_berat_yoy (aksis kanan)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.20Perkembangan Volume Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
dibandingkan nilai ekspor. Kondisi net import ini terlihat sejak triwulan III 2012 namun tren ekspor
Maluku Utara yang menurun terlihat sejak tahun-tahun sebelumnya.
erkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik
) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini j
kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing
). Nilai ekspor Maluku Utara selama tahun 2013 mencapai 16,3 juta ton dimana
kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.
(1.0)
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
-
100,000.0
200,000.0
300,000.0
400,000.0
500,000.0
600,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Ekspor g_yoy (aksis kanan)
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
I II III IV
2013
g_berat_yoy (aksis kanan)
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
I II III IV I II III IV
2011 2012
Nilai g_nilai_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.19Perkembangan PDRB Sektor Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perkembangan Volume Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.21Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
9
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
ini terlihat sejak triwulan III 2012 namun tren ekspor
erkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik
) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (yoy)
Pertumbuhan ini juga terlihat dari
kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 40%
mencapai 16,3 juta ton dimana
kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
I II III IV
2013
g_nilai_yoy (aksis kanan)
21Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jika ditilik berdasarkan nilainya,
Melesatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak Septembe
dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor
komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal
dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan
nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menja
level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun
9,2% (qtq) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun 20,2% (
tahun 2012.
Semakin besar volume ekspor nikel yang di
nikel termasuk Indonesia, menyebabkan
nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada
produksi nikel pig iron sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya
produksi nikel pig iron sehingga harga nikel dunia ikut tertekan.
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
I II III IV I II III IV
2011 2012
Ekspor Kopra
g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.22Perkembangan Ekspor Kopra
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Jika ditilik berdasarkan nilainya, ekspor Maluku Utara masih didominasi oleh ekspor bijih nikel.
Melesatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak September 2012 yang merupakan respon
dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor
komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal
dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan
nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menjaga jumlah margin perusahaan paad
level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun
) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun 20,2% (yoy) jika dibandingkan akhir
ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara
menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan
nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada
sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya
sehingga harga nikel dunia ikut tertekan.
-400.0%
-200.0%
0.0%
200.0%
400.0%
600.0%
800.0%
1000.0%
I II III IV
2013
Ekspor Kopra
g_yoy (aksis kanan)
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
I II III IV I II III
2011 2012
Perkembangan Ekspor Kopra
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.Perkembangan Ekspor Nikel
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
10
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
ekspor Maluku Utara masih didominasi oleh ekspor bijih nikel.
r 2012 yang merupakan respon
dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor raw material (untuk
komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal
dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan
ga jumlah margin perusahaan paad
level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun
) jika dibandingkan akhir
oleh negara-negara penghasil
komoditas dimaksud dan menarik harga jual
nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada
sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya
-100.0%
-50.0%
0.0%
50.0%
100.0%
150.0%
200.0%
250.0%
300.0%
350.0%
III IV I II III IV
2012 2013
Ekspor Nikel
g_yoy (akasis kanan)
23Perkembangan Ekspor Nikel
BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan
laporan, tercatat volume muat barang sebesar
dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Disamping itu, perkembangan
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (
volume impor ini menunjukkan bahwa sisi suplai internal Maluku Utara m
0
5
10
15
20
25
30
Rib
u$
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Sumber : IMF
Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Sumber : Pelindo
BAB II. PERKEMBANGAN
perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan
tercatat volume muat barang sebesar 6.479 ton/m3 atau naik sebesar 11,9% (
dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
itu, perkembangan impor Maluku Utara juga mengalami koreksi sebesar 22,4%
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (
volume impor ini menunjukkan bahwa sisi suplai internal Maluku Utara mengalami pertumbuhan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012 2013
Nikel Emas (Aksis Kanan)
-100.0%
-50.0%
0.0%
50.0%
100.0%
150.0%
200.0%
250.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Volume Muat g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.24Perkembangan Harga Internasional
Sumber : IMF
Grafik 1.25Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Sumber : Pelindo
11
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan
atau naik sebesar 11,9% (yoy) jika
dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (qtq)
juga mengalami koreksi sebesar 22,4% (yoy)
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy). Penurunan
engalami pertumbuhan
Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi
pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian
masih menjadi penyumbang terbesar
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor
industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.
Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor p
penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.
50,000.0
100,000.0
150,000.0
200,000.0
250,000.0
300,000.0
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
I II III IV I II III IV
2011 2012
Berat
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,
Grafik 1.27Perkembangan Kegiatan Impor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi
pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Maluku Utara dengan pangsa 33,2%, kemudi
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor
industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.
Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor p
penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
-
50,000.0
100,000.0
150,000.0
200,000.0
250,000.0
300,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Impor g_yoy (aksis kanan)
-0.005
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
I II III IV
2013
Nilai (aksis kanan)
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2011 2012
Volume Bongkar
Grafik 1.26Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Perkembangan Kegiatan Impor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,
Grafik 1.Perkembangan Kegiatan Bongkar Barang
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi
Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian
PDRB Maluku Utara dengan pangsa 33,2%, kemudian disusul
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor
industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.
Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor pertambangan dan
penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
9 11 1 3 5 7 9 11
2013
g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.28Perkembangan Kegiatan Bongkar Barang
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun
2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang
terbesar pertumbuhan PDRB Maluku Utara yang yaitu sebesar 3,63% (
juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013
yaitu sebesar 12,06% (yoy). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan di posisi kedua yang tumbuh sebesar 9,74% (
sebagai sektor tertinggi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,95% (
Pengolahan, 1
Pengangkutan
Komunikasi, 7
Jasa
Pertambangan,
Sektoral
Pertambangan dan Penggalian
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Perdagangan, Hotel dan RestoranPengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
PDRB
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun
2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang
terbesar pertumbuhan PDRB Maluku Utara yang yaitu sebesar 3,63% (yoy
juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013
). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan di posisi kedua yang tumbuh sebesar 9,74% (yoy) dan sektor industri pengolahan
sebagai sektor tertinggi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,95% (yoy).
Pertanian, 33.2
PHR, 27.4
IndustriPengolahan, 1
2.4
Pengangkutandan
Komunikasi, 7.6
-jasa, 7.3
Pertambangan,4.4
Keuangan, 3.9 Bangunan, 3.3 LGA, 0.6
SektoralPertumbuhan
(yoy ) Pertumbuhan
Pertanian 1.55Pertambangan dan Penggalian 1.51
Industri Pengolahan 7.95Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.82
Bangunan 3.75Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.06
Pengangkutan dan Komunikasi 4.27Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.74
Jasa-jasa 7.63PDRB 6.50
Grafik 1.29Struktur PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.2Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
13
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun
2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang
yoy). Selain itu, sektor ini
juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013
). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
) dan sektor industri pengolahan
SumberPertumbuhan
0.510.060.880.030.083.630.350.360.626.50
1.3.1 Sektor Pertanian
Triwulan IV 2013 ini, sektor pertanian t
tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun
yang sama yaitu sebesar 1,52%
pertumbuhan tertinggi pada awal tahun sebesar 3,5% (
(yoy) hingga tahun 2013 berakhir
jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat
mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian.
tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun
waktu. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan
pertumbuhan terendah sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Ut
sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu
sebesar -4,1% (yoy). Salah satu alasan
semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni
yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti
menjadi pegawai pemerintah.
Subsektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar te
pertanian dengan pangsa sebesar 14,3%
disusul oleh subsektor tanaman bahan pangan dengan pangsa
2,7% (yoy), sedangkan subsektor perikanan tumbuh sebesar 1,7% (
sebesar 6,6%.
255.00
260.00
265.00
270.00
275.00
280.00
285.00
290.00
295.00
Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
ini, sektor pertanian tumbuh relatif stabil sebesar 1,55% (
berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun
% (yoy) dan 1,53% (yoy). Selama tahun 2013, s
pertumbuhan tertinggi pada awal tahun sebesar 3,5% (yoy) kemudian stagnan pada level 1,5%
) hingga tahun 2013 berakhir. Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh
jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat
mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian.
ama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun
. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan (triwulan I, II dan III) di
sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Ut
sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu
Salah satu alasan terjadinya tren penurunan pertumbuhan sektor ini karena
semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni sektor ini dan mulai beralih ke sektor lain
yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti halnya
Subsektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar terhadap perkembangan sektor
pertanian dengan pangsa sebesar 14,3% dan tingkat pertumbuhan sebesar 0,8% (
disusul oleh subsektor tanaman bahan pangan dengan pangsa sebesar 8,0% yang tumbuh sebesar
sedangkan subsektor perikanan tumbuh sebesar 1,7% (yoy) dan pangsa yang dimiliki
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
255.00
260.00
265.00
270.00
275.00
280.00
285.00
290.00
295.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Pertanian g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.30Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
14
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
% (yoy). Pertumbuhan ini
berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun
Selama tahun 2013, sektor ini mengalami
kemudian stagnan pada level 1,5%
Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh
jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat
mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian. Namun demikian,
ama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun dari waktu ke
(triwulan I, II dan III) di 2013 ini adalah
sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Utara
sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu
pertumbuhan sektor ini karena
lai beralih ke sektor lain
halnya sektor PHR atau
rhadap perkembangan sektor
tingkat pertumbuhan sebesar 0,8% (yoy). Kemudian
8,0% yang tumbuh sebesar
dan pangsa yang dimiliki
Berdasarkan angka ramalan (ARAM II)
dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya.
mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (
2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (
bertambahnya produksi tanaman padi sebesar 8,09% (
tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.
Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika
dibandingkan dengan angka tetap
luas panen sebesar -3,06% (
tanaman ini tercatat tumbuh sebesar 9,62% (
sebesar 6,28% (yoy). Kondisi cuaca yang cukup mendukung
serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan
kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap
produktivitas dan kapasitas produksi tanaman pangan yang satu ini.
kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen
tanaman kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% (
produksinya tumbuh negatif masing
asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus
melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang
tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut
termasuk produk-produk turunannya seperti tahu dan tempe
dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat di Maluku Utara
Subsektor peternakan dan hasil
dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
3,2% (yoy). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta
sisi produksi internal provinsi yang
sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh
karena itu, saat ini pemerintah daerah mulai mengembangkan klaster ay
mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan
tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih
terjangkau sehingga mampu menjaga tingkat kesejaht
BAB II. PERKEMBANGAN
Berdasarkan angka ramalan (ARAM II) tahun 2013, tanaman padi menunjukkan kinerja positif baik
dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya. Luas panen tanaman padi
mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (yoy) jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun
2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (
bertambahnya produksi tanaman padi sebesar 8,09% (yoy) atau sebanyak 71.002 ton hingga akhir
tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.
Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika
dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun 2012. Tanaman jagung mengalami pengurangan
3,06% (yoy) menjadi 10.735 hektar. Walaupun demikian, produktivitas
tumbuh sebesar 9,62% (yoy) dan mendorong pertumbuhan produksinya
si cuaca yang cukup mendukung pada saat jadwal tanam dan panen
serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan
kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap
kapasitas produksi tanaman pangan yang satu ini. Sementara itu, tanaman
kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen
tanaman kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% (yoy) namun produktivitas dan kapasitas
produksinya tumbuh negatif masing-masing sebesar -7,21% (yoy) dan -
asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus
melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang
tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut
produk turunannya seperti tahu dan tempe yang merupakan
masyarakat di Maluku Utara.
n hasil-hasilnya tercatat tumbuh sebesar 2,7% (
dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta
si produksi internal provinsi yang masih terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor
sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh
karena itu, saat ini pemerintah daerah mulai mengembangkan klaster ayam di Kota Ternate untuk
mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan
tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih
sehingga mampu menjaga tingkat kesejahteraan riil masyarakat.
15
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
tahun 2013, tanaman padi menunjukkan kinerja positif baik
Luas panen tanaman padi
) jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun
2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (yoy) mengakibatkan
) atau sebanyak 71.002 ton hingga akhir
tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.
Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika
(ATAP) tahun 2012. Tanaman jagung mengalami pengurangan
) menjadi 10.735 hektar. Walaupun demikian, produktivitas
) dan mendorong pertumbuhan produksinya
pada saat jadwal tanam dan panen
serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan
kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap
Sementara itu, tanaman
kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen
) namun produktivitas dan kapasitas
-3,22% (yoy). Dengan
asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus
melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang
tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut
yang merupakan komoditas yang
hasilnya tercatat tumbuh sebesar 2,7% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta
terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor
sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh
am di Kota Ternate untuk
mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan
tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih
Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar
2,3% (yoy) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan
berturut-turut (triwulan I, II, dan III) di sepanjan
sebesar -2,7% (yoy) pada triwulan I,
Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu
dari kepulauan Halmahera.
Setali tiga uang dengan sektor
triwulan laporan dengan mengalami pertumb
sebelumnya (triwulan II dan III
sebesar 0,4% (yoy) dan 0,9% (
produksi ikan tangkap di Kota Te
dengan triwulan sebelumnya. Namun secara aggregat Januari
tangkap di Kota Ternate tumbuh tipis sebesar 0,2% (
sama tahun sebelumnya. Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013
sebanyak 6.852 ton dari sebelumnya sebanyak 6.837 ton pada tahun 2012.
Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk
sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak
Rp. 62,19 miliar, tumbuh negatif sebesar
sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 6,8% (
sebelumnya.
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Kredit Sektor Pertanian g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.31Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
BAB II. PERKEMBANGAN
Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar
) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan
turut (triwulan I, II, dan III) di sepanjang tahun 2013 dengan koreksi masing
) pada triwulan I, -4,2% (yoy) pada triwulan II dan -3,6% (
Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu
Setali tiga uang dengan sektor kehutanan, sektor perikanan juga mencatat kinerja positif pada
triwulan laporan dengan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% (yoy) dimana pada dua triwulan
sebelumnya (triwulan II dan III 2013) sempat mencatat pertumbuhan negatif masing
) dan 0,9% (yoy). Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan
produksi ikan tangkap di Kota Ternate yang tumbuh tipis sebesar 4,7% (
triwulan sebelumnya. Namun secara aggregat Januari – Desember, total produksi ikan
tangkap di Kota Ternate tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang
Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013
sebanyak 6.852 ton dari sebelumnya sebanyak 6.837 ton pada tahun 2012.
sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk
sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak
Rp. 62,19 miliar, tumbuh negatif sebesar -58,6% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 6,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan
-100.0%-50.0%0.0%50.0%100.0%150.0%200.0%250.0%300.0%350.0%400.0%
I II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
-5,000
10,00015,00020,00025,00030,00035,00040,00045,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Cakalang kakap Merah
Perkembangan Kredit Sektor PertanianGrafik 1.
Perkembangan Produksi Ikan Tangkap
Sumber : PPN Kota Ternate
16
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar
) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan
g tahun 2013 dengan koreksi masing-masing
3,6% (yoy) pada triwulan III.
Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu
, sektor perikanan juga mencatat kinerja positif pada
) dimana pada dua triwulan
t pertumbuhan negatif masing-masing
). Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan
% (qtq) jika dibandingkan
Desember, total produksi ikan
) jika dibandingkan dengan periode yang
Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013
sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk
sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak
kan dengan periode yang
) jika dibandingkan dengan triwulan
Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
2013
kakap Merah Kerapu
Grafik 1.32Perkembangan Produksi Ikan Tangkap
Sumber : PPN Kota Ternate
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar
tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang
berada pada level 11,2% (yoy).
PDRB Maluku Utara triwulan IV 2013
triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong
oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang mem
andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013
berakhir.
Dilihat dari pertumbuhan tahunannya, subsektor
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,2% (
tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 11,3% (
hotel naik sebesar 8,0% (yoy) ya
sebelumnya yang berada di level
Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan subsektor
(yoy) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 1,9% (yoy). Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama
tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 12,1% (yoy) pada triwulan IV 2013. Lebih
tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang
). Sektor ini memberikan andil sebesar 27,3% terhadap pembentukan
PDRB Maluku Utara triwulan IV 2013 yang naik tipis dibandingkan andil yang diberikan pada
triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong
oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang memberikan andil sebesar 26,9%, sedangkan
andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013
Dilihat dari pertumbuhan tahunannya, subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,2% (yoy), lebih tinggi 0,9 poin dibandingkan pertumbuhan
tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 11,3% (yoy). Sementara itu, subsektor
) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang berada di level 5,2% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari rata
Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (
engan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan subsektor restoran
) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama
tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
PHR g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.33Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
17
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
) pada triwulan IV 2013. Lebih
tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang
7,3% terhadap pembentukan
yang naik tipis dibandingkan andil yang diberikan pada
triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong
berikan andil sebesar 26,9%, sedangkan
andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013
perdagangan besar dan eceran mengalami
), lebih tinggi 0,9 poin dibandingkan pertumbuhan
). Sementara itu, subsektor
ng jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
Hal ini terkonfirmasi dari rata-rata indeks Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (yoy) jika
engan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (qtq) jika
restoran tumbuh sebesar 1,2%
) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama
tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (yoy).
Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan
perbankan pada sektor ini yang tumbuh sebesar 41,91% (
sebesar Rp. 3,56 triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,84% (
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%
(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 5,2% (yoy). Industri non
andil sebesar 12,4% terhadap PBRD Maluku Utara
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Kredit Sektor PHR g_yoy (aksis kanan)
88.00
90.0092.00
94.00
96.0098.00
100.00
102.00
104.00106.00
108.00
Grafik 1.33Perkembangan Kredit
Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan
perbankan pada sektor ini yang tumbuh sebesar 41,91% (yoy) dengan total dana tersalurkan
triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,84% (yoy).
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
i pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%
), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
Industri non-migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini
dil sebesar 12,4% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan IV 2013.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
IV I II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I
2012
TPK g_yoy (aksis kanan)
(1.0)
-1.0
2.0
3.04.0
5.0
6.0
7.08.0
9.0
88.00
90.0092.00
94.00
96.0098.00
100.00
102.00
104.00106.00
108.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Industri Pengolahan g_yoy (aksis kanan)
33Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.Perkembangan TPK
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.35Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
18
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan
) dengan total dana tersalurkan
triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan
i pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%
), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu
migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini dengan
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
Grafik 1.34Perkembangan TPK
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil
tumbuh sebesar 21,15% (yoy
sebelumnya yang tercatat sebesar 25,55% (
dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
industri furnitur sebesar 32,91% (
tumbuh 27,41% (yoy), dan industri makanan yang tumbuh 16,9
yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah
tercatat sebesar -7,68% (yoy), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh
negatif sebesar -5,18% (yoy).
1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,5% (
tertinggi sektor ini sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 4,6% (
menunjukkan tren menurun hingga akhir tahun.
Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu danGabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
industri Percetakan dan Reproduksi Media RekamanIndustri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
Industri Barang Galian Bukan Logam
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDLIndustri Alat Angkutan Lainnya
IMK
Jenis Industri
Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil
yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 25,55% (yoy). Koreksi pertumbuhan terlihat jika
dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar -5,30% (qtq). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh
industri furnitur sebesar 32,91% (yoy), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang
), dan industri makanan yang tumbuh 16,93% (yoy). Sementara itu, industri
yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah industri minuman yang
), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh
1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,5% (yoy) pada triwulan laporan
inggi sektor ini sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 4,6% (yoy) pada triwulan II 2013 dan
menunjukkan tren menurun hingga akhir tahun.
qtqIndustri Makanan -6.55Industri Minuman -0.07
Industri Pakaian Jadi 2.76Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan
Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dariBambu, Rotan dan Sejenisnya
-4.14
industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 4.34Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
Industri Barang Galian Bukan Logam -8.03Industri Logam Dasar -9.43
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6.86Industri Peralatan Listrik -3.27
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDLIndustri Alat Angkutan Lainnya -8.49
Industri Furnitur 2.87Industri Pengolahan Lainnya
IMK -5.30
Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan IV 2013
Tabel 1.3Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
19
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil
), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan
). Koreksi pertumbuhan terlihat jika dibandingkan
). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh
), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang
). Sementara itu, industri
industri minuman yang
), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan
pada triwulan laporan. Pertumbuhan
) pada triwulan II 2013 dan
yoy16.93-7.6810.48
8.14
-5.18
27.4110.8417.7512.28
10.0032.91
21.15
Pertumbuhan Triwulan IV 2013
Grafik 1.36Perkembangan PDRB Riil SektorPertambangan dan Penggalian
Subsektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (
dengan pertumbuhan triwulan se
digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin
maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk
kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan
area untuk mengembangkan usaha mereka.
Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%
(yoy), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%
(yoy). Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiat
kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel
diproyeksikan akan mengalami penurunan
awal tahun depan oleh pemerintah pusat
menghentikan sementara kegiatan produksi
nikel sebelum dijual ke pasar internasional.
Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin
dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang
bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun
halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi
perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan
laporan sebesar -53,4% (yoy
triwulan sebelumnya sebesar
mengalami kontraksi pertumbuhan sejak t
30.0
30.5
31.0
31.5
32.0
32.5
33.0
33.5
34.0
34.5
35.0
I II III IV I II III IV
2011 2012
Pertambangan & Penggalian g_yoy (aksis kanan)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Perkembangan PDRB Riil SektorPenggalian
Grafik 1.37Perkembangan Kredit
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Subsektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,9% (yoy
digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin
maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk
reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan
area untuk mengembangkan usaha mereka.
Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%
), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%
Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiatan penambangan nikel yang tersebar di
kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel
diproyeksikan akan mengalami penurunan signifikan seiring diaplikasikannya UU Minerba sejak
oleh pemerintah pusat sehingga perusahaan yang belum memiliki
menghentikan sementara kegiatan produksinya hingga mereka memiliki cara untuk mengolah biji
nikel sebelum dijual ke pasar internasional.
Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin
dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang
bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi
halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi – Halmahera Selatan.
perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan
yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada
triwulan sebelumnya sebesar -26,5% (yoy). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat
mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan III 2013.
(1.0)
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
I II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
20
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
37Perkembangan Kredit
Sektor Pertambangan dan Penggalian
), lebih tinggi dibandingkan
yoy). Subsektor ini masih
digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin
maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk
reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan
Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%
), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%
an penambangan nikel yang tersebar di
kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel
seiring diaplikasikannya UU Minerba sejak
perusahaan yang belum memiliki smelter harus
hingga mereka memiliki cara untuk mengolah biji
Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin
dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang
di beberapa lokasi seperti
Halmahera Selatan. Disisi lain,
perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan
ntraksi yang terjadi pada
). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
IV I II III IV
2013
g_yoy (aksis kanan)
2.1 Kondisi Umum
Laju kenaikan harga barang dan jasa
Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang
dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)
yang masing-masing tercatat sebesar 8,38% (
Tekanan inflasi bulanan Kota Ternate menunjukkan tren
Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (
sempat mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar
harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan
deflasi di Kota Ternate sebesar
pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (
gejolak harga pada akhir periode pelaporan ini dimotori
volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan
segar karena faktor cuaca sehingga di
memberikan sumbangan terbesar yaitu
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan
dimotori oleh meningkatnya tekanan
(volatile foods). Sementara itu, k
mengalami pergerakan yang relatif stabil
BAB II. PERKEMBANGAN
Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh
peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih
bandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)
masing tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy).
Tekanan inflasi bulanan Kota Ternate menunjukkan tren yang berfluktuasi. Pada Oktober 2013,
e tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) setelah pada
sempat mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar -2,39% (mtm
harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan
deflasi di Kota Ternate sebesar -0,29% (mtm). Namun harga barang dan jasa kembali terakselerasi
pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (
gejolak harga pada akhir periode pelaporan ini dimotori oleh pergerakan komoditas dari kelompok
volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan
sehingga di akhir tahun 2013 kelompok bahan makanan
terbesar yaitu 0,77% terhadap inflasi umum Kota Ternate.
faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan
oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan kelompok
relatif stabil.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
21
di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh
peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy),
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi
bandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)
yang berfluktuasi. Pada Oktober 2013,
) setelah pada bulan September 2013
mtm). Kemudian tekanan
harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan terjadinya
). Namun harga barang dan jasa kembali terakselerasi
pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm) dimana
pergerakan komoditas dari kelompok
volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan
akhir tahun 2013 kelompok bahan makanan tercatat
7% terhadap inflasi umum Kota Ternate.
nflasi secara tahunan di Kota Ternate
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
) dan kelompok administered price
Grafik 2.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate,
Sulampua & Nasional
Tabel 2.1 Laju Inflasi Tahunan (
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate
2.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)
Pergerakan inflasi tahunan (yoy
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (
jika dibandingkan dengan data periode yang sama
Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan
Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing
tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (
Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan
tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,
Gas dan Air Bersih (3,35%)
Makanan (2,71%) dengan tingkat inflasi 9,32% (
Jasa Keuangan (2,00%) yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00yoy_Nasional
yoy_Sulampua
yoy_Malut
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi Umum Tahunan (yoy )
Kelompok Barang dan Jasa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
) Kota Ternate,Nasional
Tabel 2.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.2Laju Inflasi Triwulanan (
Sulampua & Nasional
2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate
yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (
jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (
Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan
Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing
dan 7.02% (yoy).
kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.
tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,
yang mengalami inflasi sebesar 12,47% (yoy
dengan tingkat inflasi 9,32% (yoy), dan kelompok Transpor, Komunikasi dan
yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan
8.38
9.78
7.02
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Nasional
Sulampua
Ternate
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Bahan Makanan 4.74 2.56 2.09 1.11 1.96Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 5.71 6.18 6.49 5.47 5.26
Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih 3.47 3.49 3.63 3.15 6.32Sandang 9.48 7.79 5.78 6.38 5.53
Kesehatan 5.12 5.29 5.05 4.55 1.92Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.16 4.08 4.17 4.35 3.15
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3.07 6.04 4.14 3.89 2.57
4.54 4.30 3.87 3.29 3.97
2012
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
22
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Barang dan Jasa (%)
Grafik 2.2Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate,
Sulampua & Nasional
) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi
tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (yoy).
Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan
Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing
oleh seluruh kelompok yang ada. Inflasi
tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,
yoy), kelompok Bahan
, dan kelompok Transpor, Komunikasi dan
yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan
Q2 Q3 Q4
-2.04 7.54 9.32
4.15 4.14 4.96
7.00 13.76 12.47
2.94 5.05 6.31
0.88 3.41 2.59
3.47 8.13 9.564.45 15.94 13.97
2.93 9.66 9.78
2013
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Tabel 2.2Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan
(yoy) Kota Ternate (%)
jasa sebesar 13,97% (yoy). Sementara
(0,09%) dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,59% (
jasa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi
variatif yaitu berkisar antara 4,96% hingga 9,56%
Apabila dilihat lebih lanjut, komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok
Listrik, Gas dan Air Bersih
subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)
dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah
dan Ikan Segar adalah penyumbang utama
Cakalang (0,49%) dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu
komoditas Angkutan Dalam Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).
2.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)
Berbeda dengan inflasi tahunan
triwulanan Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III
2013. Namun jika dibandingkan dengan
Komoditas Inflasi/Deflasi
Solar 22.22Kontrak Rumah 20.62
Angkutan Dalam Kota 42.73Tukang Bukan Mandor 48.60
Tarif Sewa Motor 74.26Sewa Rumah 11.90
Ikan Cakalang 15.36Jeruk 57.34
Ikan Malalugis 32.71
Ikan Tuna -7.53Ikan Kembung -2.63
Semen -1.39Pasir -7.15
Cakalang Asap -18.98Kacang Panjang -43.53Angkutan Udara -11.90
Ikan Tude -34.37Teri -75.60
DEFLASI
INFLASI
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan) Kota Ternate (%)
Grafik 2.3Inflasi & Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi
Tahunan (yoy) Kota Ternate (%)
Sementara itu, sumbangan terkecil berasal dari
(0,09%) dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,59% (yoy). Sedangkan kelompok barang dan
sa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi
yaitu berkisar antara 4,96% hingga 9,56%.
komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok
terhadap inflasi tahunan Kota Ternate utamanya
subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)
dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah
h penyumbang utama dengan komoditasnya yaitu
dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu
am Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).
2.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)
Berbeda dengan inflasi tahunannya yang terakselerasi tipis dipenghujung tahun 2013, inflasi
Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III
2013. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012, inflasi triwulanan
Inflasi/Deflasi Andil
1.281.210.940.900.900.520.490.430.40
-0.01-0.01-0.02-0.06-0.12-0.15-0.23-0.32-0.34
2.00
3.35
0.51
2.71
0.39
0.72
0.09
6.31
4.96
2.59
0.00 5.00
Transpor
LGA
Pendidikan
Bahan Makanan
Sandang
Makanan Jadi
Kesehatan
Inflasi Andil
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
23
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Grafik 2.3Inflasi & Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi
Tahunan (yoy) Kota Ternate (%)
berasal dari kelompok Kesehatan
Sedangkan kelompok barang dan
sa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi tahunan (yoy) yang
komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok Perumahan,
utamanya berasal dari
subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)
dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah-buahan
nya yaitu Jeruk (0,43%), Ikan
dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu dari
am Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).
yang terakselerasi tipis dipenghujung tahun 2013, inflasi
Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III
inflasi triwulanan Kota Ternate
13.97
12.47
9.56
9.32
6.31
10.00 15.00Andil
BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Tabel 2.3 Laju Inflasi Triwulanan (
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
membukukan peningkatan laju inflasi
menjadi 0,99% (qtq) pada triwulan IV 2013.
tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang
menyebabkan naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku U
distribusi serta kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile
foods memang seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara
tahunan, triwulanan maupun bulanan
Berdasarkan kelompoknya, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,73% (
segar dan padi-padian, umbi-umbian serta hasilnya yaitu masing
3,34% (qtq). Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV
2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya
harga baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara
hingga -1,07% (qtq).
2.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)
Laju inflasi bulanan (mtm) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif
dimana angkanya berada di bawah inflasi bulanan Nasional namun
inflasi bulanan Zona Sulampua (Grafik 2.3).
inflasi sebesar 0,44% (mtm), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga
QTQ
Bahan MakananMakanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih
KesehatanPendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi dan Jasa KeuanganInflasi Umum Tahunan (yoy )
Kelompok Barang dan Jasa
BAB II. PERKEMBANGAN
Tabel 2.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
peningkatan laju inflasi dari sebelumnya sebesar 0,88% (qtq) pada triwulan
menjadi 0,99% (qtq) pada triwulan IV 2013. Faktor penyebab terjadinya inflasi di penghujung
tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang
menyebabkan naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara dan
kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile
seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara
tahunan, triwulanan maupun bulanan.
peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
sebesar 3,84% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,73% (qtq) dimana inflasi tertinggi terjadi pada
umbian serta hasilnya yaitu masing-masing sebesar 25,28% (
Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV
2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya
harga baik di tingkat produsen maupun konsumen.
lami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara
) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif
dimana angkanya berada di bawah inflasi bulanan Nasional namun masih lebih tinggi
ampua (Grafik 2.3). Bulan Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami
), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1Bahan Makanan -0.35 0.29 -0.95 2.14 0.48
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.28 0.81 3.54 -0.24 1.09Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih 0.95 1.44 0.44 0.29 4.06
Sandang 0.92 0.53 3.38 1.43 0.11Kesehatan 2.61 0.35 0.86 0.66 0.03
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.47 -0.08 3.61 0.32 -0.67Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.05 3.65 -0.45 0.64 -1.23
0.52 1.15 0.71 0.88 1.18
2012
24
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
dari sebelumnya sebesar 0,88% (qtq) pada triwulan IV 2012
Faktor penyebab terjadinya inflasi di penghujung
tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang
dan mempengaruhi laju
kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile
seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara
peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
), lebih rendah dibandingkan dengan periode
inflasi tertinggi terjadi pada komoditas ikan
masing sebesar 25,28% (qtq) dan
Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV
2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya
lami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara -0,13% (qtq)
) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif
lebih tinggi dibandingkan
Bulan Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami
), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga
Q2 Q3 Q4-3.64 8.73 3.84-0.26 3.53 0.552.09 6.78 -0.85-1.93 5.49 2.65-0.68 3.39 -0.130.23 8.27 1.655.55 10.51 -1.070.14 7.28 0.99
2013
Grafik 2.4 Laju Inflasi Bulanan (
tercatat deflasi sebesar -0,29% (
dengan tingkat inflasi sebesar 0,84% (
dan liburan tahun baru serta pancaroba
Oktober 2013
Awal triwulan IV 2013, Kota Ternate
tercatat mengalami inflasi sebesar
(mtm) atau 11,07% (yoy) secara tahunan.
Laju inflasi ini terjadi setelah sebelumnya
Kota Ternate sempat mengalami koreksi
harga terdalam sepanjang tahun 2013
sebesar -2,39% (mtm) pada September
2013. Kelompok bahan makanan
merupakan kelompok dengan tingkat
inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,51% (
dimana komoditas yang memotorinya
berasal dari subkelompok ikan segar (0,78%
yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan
segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,
komoditas perikanan memiliki andil yang cukup besar terhad
sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate
secara signifikan. Selanjutnya
digerakkan oleh komoditas dari subkelompo
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Sumber : BPS
BAB II. PERKEMBANGAN
Grafik 2.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
0,29% (mtm). Namun harga kembali terdongkrak di penghujung tahun
engan tingkat inflasi sebesar 0,84% (mtm) sebagai dampak seasonal factor
dan liburan tahun baru serta pancaroba yang mempengaruhi suplai.
Kota Ternate
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44%
) secara tahunan.
Laju inflasi ini terjadi setelah sebelumnya
mengalami koreksi
harga terdalam sepanjang tahun 2013
pada September
elompok bahan makanan
merupakan kelompok dengan tingkat
sebesar 1,51% (mtm)
dimana komoditas yang memotorinya
ikan segar (0,78%, mtm) dan buah-buahan (0,17%
yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan
segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,
komoditas perikanan memiliki andil yang cukup besar terhadap inflasi umum Kota Ternate
sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate
kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar
digerakkan oleh komoditas dari subkelompok rekreasi (0,07%, mtm). Sedangkan kelompok
mtm_Nasiona (Des 2013 : 0,55%)
mtm_Sulampua (Des 2013 : 1,14%)
mtm_Malut (Des 2013 : 0,84%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.5Inflasi dan Andil Kota Ternate MenurutKelompok Barang & Jasa Oktober 2013
(0.20)
(0.00)(1.31)
(0.01)
(1.70) (1.20) (0.70) (0.20)
Transpor
Perumahan, LGA
Kesehatan
Sandang
Pendidikan
Makanan Jadi
Bahan Makanan
25
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
). Namun harga kembali terdongkrak di penghujung tahun
seasonal factor perayaan hari natal
buahan (0,17%, mtm). Faktor cuaca
yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan
segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,
ap inflasi umum Kota Ternate
sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate
mengalami inflasi sebesar 1,21% (mtm) dan
. Sedangkan kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Inflasi dan Andil Kota Ternate MenurutKelompok Barang & Jasa Oktober 2013
0.00
0.02
0.07
0.13
0.42
0.13
0.34
1.29
0.91
1.51
(0.20) 0.30 0.80 1.30 1.80
Inflasi Andil
makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (
subkelompok makanan jadi (0,06%,
November 2013
terhadap inflasi umum Kota Ternate.
komoditas dari subkelompok sandang wanita
Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok
pendidikan sebesar 0,35% (mtm
ini disumbangkan oleh subkelompok perlengkapan/peralatan pendidika
subkelompok sisanya bergerak relatif stabil
dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,24% (
makanan jadi (0,04%, mtm) sebagai motor tunggal p
menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (
Subkelompok ikan segar dari kelompok bahan makanan yang
mendongkrak inflasi Kota Ternate
subkelompok buah-buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.
Desember 2013
Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (
sebesar 9,78% (yoy) secara tahunan.
inflasi tertinggi sebesar 2,72% (
Desember 2013 yaitu 0,77% (
subkelompok ikan segar (0,55%,
(0.24)
(0.12)
(0.03)
(0.01)
(0.85)
(0.41)
(0.23)
(0.23)
(1.00) (0.50)
Perumahan, LGA
Bahan Makanan
Transpor
Kesehatan
Pendidikan
Makanan Jadi
Sandang
Grafik 2.6Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut
Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) didorong oleh komoditas dari
subkelompok makanan jadi (0,06%, mtm) dan minuman tidak beralkohol (0,06%,
Pertengahan triwulan IV 2013, koreksi
harga terjadi di Kota Ternate sehingga
tercatat deflasi sebesar
9,70% (yoy) secara tahunan.
disebabkan oleh 4 dari 7 kelompok barang
dan jasa mengalami deflasi. Sedangkan 3
kelompok sisanya mengalami inflasi
dibawah 1% dimana kali ini kelompok
sandang adalah kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,96%
(mtm) dengan andil sebesar 0,06%(
terhadap inflasi umum Kota Ternate. Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang ini dimotori oleh
komoditas dari subkelompok sandang wanita (0,08%, mtm) dan sandang laki
Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok
mtm) dimana pemilik andil tertinggi dari pergerakan harga di kelompok
ini disumbangkan oleh subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,01% (
subkelompok sisanya bergerak relatif stabil. Selain itu, kelompok makanan jadi
mengalami inflasi sebesar 0,24% (mtm) dengan komoditas dari subkelompok
) sebagai motor tunggal penggerak harga sedangkan komoditas yang
menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (
Subkelompok ikan segar dari kelompok bahan makanan yang pada
mendongkrak inflasi Kota Ternate mengalami perlambatan kenaikan harga. Sedangkan
buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.
Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (
) secara tahunan. Kelompok bahan makanan adalah kelompok yang mengalami
inflasi tertinggi sebesar 2,72% (mtm) serta pemilik andil terbesar atas inflasi bulanan
Desember 2013 yaitu 0,77% (mtm). Pergerakan harga kelompok ini dimotori oleh komoditas dari
an segar (0,55%, mtm), bumbu-bumbuan (0,41%, mtm), pad
(0.03)
(0.01)
0.02
0.03
0.06
0.35
0.24
0.96
- 0.50 1.00
Inflasi Andil
Grafik 2.6Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut
Kelompok Barang & Jasa November 2013
Sulawesi Utara , diolah
26
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
) didorong oleh komoditas dari
) dan minuman tidak beralkohol (0,06%, mtm).
Pertengahan triwulan IV 2013, koreksi
harga terjadi di Kota Ternate sehingga
tercatat deflasi sebesar -0,29% (mtm) atau
) secara tahunan. Deflasi ini
disebabkan oleh 4 dari 7 kelompok barang
dan jasa mengalami deflasi. Sedangkan 3
kelompok sisanya mengalami inflasi
dibawah 1% dimana kali ini kelompok
sandang adalah kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,96%
) dengan andil sebesar 0,06%(mtm)
Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang ini dimotori oleh
dan sandang laki-laki (0,03%, mtm).
Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok
dimana pemilik andil tertinggi dari pergerakan harga di kelompok
n sebesar 0,01% (mtm) dan
itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok
) dengan komoditas dari subkelompok
enggerak harga sedangkan komoditas yang
menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (-0,01, mtm).
pada bulan sebelumnya
n kenaikan harga. Sedangkan
buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.
Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (mtm) atau
Kelompok bahan makanan adalah kelompok yang mengalami
atas inflasi bulanan periode
). Pergerakan harga kelompok ini dimotori oleh komoditas dari
), padi, umbi-umbian dan
hasilnya (0,16%, mtm) dan sayur
yang mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 1,33% (
naiknya harga berbagai komoditas di bulan Desember 2013.
2.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh
gejolak harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (
kelompok inti (core inflation) dan kelompok
2.3.1 Faktor Fundamental
Tekanan inflasi inti (core inflation
perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00 Vol. Foods
Adm. Price
Core
Umum
Grafik 2.8Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
(0.08)
(0.00)
(0.00)
0.00
0.07
0.08
(0.59)
(0.03)
(0.00)
0.01
0.48
(1.00) (0.50) - 0.50
Makanan Jadi
Kesehatan
Pendidikan
Perumahan, LGA
Transpor
Sandang
Bahan Makanan
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.7Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut
Kelompok Barang & Jasa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
BAB II. PERKEMBANGAN
) dan sayur-sayuran (0,13%, mtm). Selanjutnya adalah kelompok sandang
yang mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 1,33% (mtm) dengan andil sebesar 0,08% (
Pergerakan harga dikelompok ini dimotori
oleh komoditas dari subkelompok sandang
wanita (0,03%, mtm
sandang lainnya (0,03%,
sandang laki-laki (0,01%,
Sedangkan kelompok transpor yang
mengalami inflasi sebesar 0,48% (
memiliki andil sebesar 0,07% (
terhadap inflasi umum bulanan Kota
Ternate. Faktor cuaca, per
dan liburan tahun baru merupakan alasan
naiknya harga berbagai komoditas di bulan Desember 2013.
Faktor Penggerak Inflasi
faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh
gejolak harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (volatile foods
) dan kelompok administered price terpantau relatif stabil.
core inflation) pada triwulan IV 2013 terpantau stabil
perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00Vol. Foods
Adm. Price
Core
Umum
Grafik 2.8Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
0.77
0.48
1.33
2.72
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Inflasi Andil
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.7Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut
Kelompok Barang & Jasa Desember 2013
Grafik 2.Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
27
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
. Selanjutnya adalah kelompok sandang
) dengan andil sebesar 0,08% (mtm).
Pergerakan harga dikelompok ini dimotori
oleh komoditas dari subkelompok sandang
mtm), barang pribadi dan
sandang lainnya (0,03%, mtm) serta
laki (0,01%, mtm).
Sedangkan kelompok transpor yang
mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm)
memiliki andil sebesar 0,07% (mtm)
terhadap inflasi umum bulanan Kota
Ternate. Faktor cuaca, perayaan hari natal
dan liburan tahun baru merupakan alasan
faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh
volatile foods). Sementara itu,
terpantau relatif stabil.
) pada triwulan IV 2013 terpantau stabil dan sedikit mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi
Grafik 2.9Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013
tercatat sebesar 8,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar 5,02% (
2013 tercatat inflasi inti sebesar 9,05% (
IV 2012 tercatat inflasi inti sebesar 5,22% (
Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya
harga komoditas global seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.
Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat
kestabilan rupiah terjaga dengan baik.
Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam
menjawab fluktuasi sisi permintaan. Hal tersebut
yang masih berada pada level moderat.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan
hari raya natal serta liburan tahun baru direspon dengan p
moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih
terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di
perairan Maluku Utara mempengaruhi
berkurang dan mempengaruhi lonjakan harga
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012
Rib
u$
Nikel
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.10Pergerakan Harga Nikel dan Emas Internasional
BAB II. PERKEMBANGAN
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013
dengan sumbangan sebesar 5,02% (yoy). Sedangkan pada triwulan III
2013 tercatat inflasi inti sebesar 9,05% (yoy) dengan andil sebesar 5,61% (
tercatat inflasi inti sebesar 5,22% (yoy) dengan andil sebesar 3,16% (
Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya
seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.
Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat
kestabilan rupiah terjaga dengan baik.
Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam
menjawab fluktuasi sisi permintaan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan kapasitas produksi
yang masih berada pada level moderat.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan
hari raya natal serta liburan tahun baru direspon dengan penggunaan kapasitas produksi di level
moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih
terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di
perairan Maluku Utara mempengaruhi kapasitas produksi ikan sehingga stok ikan di pasar
berkurang dan mempengaruhi lonjakan harga komoditas dimaksud di akhir triwulan laporan.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
1 3 5 7 9 11
2013
Nikel Emas (RHS)
0
20
40
60
80
100
120Ja
n-11
Mar
-11
May
-11
Jul-1
1
Sep-
11
Nov
-11
Jan-
12
Mar
-12
May
-12
Jul-1
2
Sep-
12
WTI g_price_yoy (aksis kanan)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , d
Harga Nikel dan Emas InternasionalGrafik 2.
Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate
28
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013
). Sedangkan pada triwulan III
) dengan andil sebesar 5,61% (yoy) dan pada triwulan
16% (yoy).
Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya
seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.
Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat
Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam
penggunaan kapasitas produksi
Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan
enggunaan kapasitas produksi di level
moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih
terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di
kapasitas produksi ikan sehingga stok ikan di pasar
di akhir triwulan laporan.
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Sep-
12
Nov
-12
Jan-
13
Mar
-13
May
-13
Jul-1
3
Sep-
13
Nov
-13
g_price_yoy (aksis kanan)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Grafik 2.11Crude Oil West Texas Intermediate
Eksternal
Sepanjang triwulan IV 2013, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
pada triwulan IV 2013. Secara
4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar
26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
Rp. 9.622 / USD. Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga
sehingga aliran dana investasi tetap
optimisnya investor terhadap perkembangan
berbagai komoditas impor.
Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (
Intermediate) mengalami fluktuasi se
demikian, tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah
sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (
maupun secara tahunan (yoy
turun sebesar 9,2% (qtq) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar
27,4% (yoy). Sedangkan untuk komoditas minyak mentah
triwulanan turun sebesar 7,9% (
11% (yoy).
Rp8,000
Rp8,500
Rp9,000
Rp9,500
Rp10,000
Rp10,500
Rp11,000
Rp11,500
Rp12,000
Rp12,500
Pergerakan
BAB II. PERKEMBANGAN
, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ditutup pada level Rp. 12.128 / USD
Secara point to point, tekanan terhadap nilai rupiah menguat
4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar
26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga
sehingga aliran dana investasi tetap mengalir dengan lancar. Hal ini mencerminkan masih
perkembangan ekonomi Nasional ditengah terjadinya kenaikan harga
Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (
) mengalami fluktuasi sepanjang triwulan IV 2013 (Grafik 2.10 dan 2.11)
tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah
sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (
yoy). Secara triwulanan, harga emas di pasar internasional terpantau
) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar
). Sedangkan untuk komoditas minyak mentah West Texas Intermediate
triwulanan turun sebesar 7,9% (qtq) namun secara tahunan terjadi peningkatan harga sebesar
Rp8,000
Rp8,500
Rp9,000
Rp9,500
Rp10,000
Rp10,500
Rp11,000
Rp11,500
Rp12,000
Rp12,500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012 2013
Grafik 2.12Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
29
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
pada level Rp. 12.128 / USD
, tekanan terhadap nilai rupiah menguat sebesar
4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar
26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terpantau pada level
Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga
ni mencerminkan masih
ditengah terjadinya kenaikan harga
Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (West Texas
(Grafik 2.10 dan 2.11). Walaupun
tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah harga triwulan
sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (qtq)
). Secara triwulanan, harga emas di pasar internasional terpantau
) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar
West Texas Intermediate (WTI), secara
) namun secara tahunan terjadi peningkatan harga sebesar
Sumber : PPN Kota Ternate, diolah
2.3.2 Non Fundamental
Volatile Foods
Berdasarkan data tahunannya, t
triwulan IV 2013 mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
maupun jika dibandingkan dengan data pada periode ya
Desember 2013, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 11,41% (
sebesar 2,78% (yoy) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat pada
(yoy). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012
dimana kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar
-0,07% (yoy).
Tekanan inflasi kelompok volatile foods
permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba ya
di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga
mempengaruhi harga komoditas
buahan, dan bumbu-bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubah
berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.
Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.
Pola kenaikan harga sejumlah komoditas
oleh Maluku Utara namun pada
besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2013
Cakalang kakap Merah
Grafik 2.13Pergerakan Harga Ikan di Maluku Utara
BAB II. PERKEMBANGAN
, diolah Sumber : PPN Kota Ternate
tahunannya, tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods
mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
maupun jika dibandingkan dengan data pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada
Desember 2013, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 11,41% (yoy
) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 8,99% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,15%
). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012
dimana kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar -0,29% (yoy) dengan sumbangan sebesar
volatile foods pada triwulan laporan dimotori oleh naiknya sisi
permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba ya
di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga
komoditas-komoditas impor seperti komoditas daging, telur, susu, buah
bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubah
berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.
Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.
Pola kenaikan harga sejumlah komoditas volatile foods yang terjadi secara nasional juga dialami
oleh Maluku Utara namun pada magnitude yang lebih besar. Hal ini merupakan dampak dari masih
besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2013
Cakalang Kerapu
Ags Sept Okt Nov Des
kakap Merah Kerapu
Ikan di Maluku UtaraGrafik 2.
Perkembangan Volume Produksi Ikan di Maluku Utara
30
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
PPN Kota Ternate, diolah
volatile foods pada akhir
mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
ng sama tahun sebelumnya. Pada
yoy) dengan sumbangan
) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
) dengan sumbangan sebesar 2,15%
). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012
) dengan sumbangan sebesar
pada triwulan laporan dimotori oleh naiknya sisi
permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba yang terjadi
di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga
komoditas impor seperti komoditas daging, telur, susu, buah-
bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubahan cuaca yang
berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.
Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.
yang terjadi secara nasional juga dialami
yang lebih besar. Hal ini merupakan dampak dari masih
besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
2013
Kerapu Kakap Merah (aksis kanan)
Grafik 2.14Perkembangan Volume Produksi Ikan di Maluku Utara
kebutuhannya. Disamping itu,
volatile foods menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di
Indonesia serta dengan tingkat rigiditas yang
yang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama
dibandingkan daerah lain dan
masyarakat yang terindikasi dari menurunnya
Administered Price
Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok
tercatat sebesar 14,03% (yoy) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%
(yoy). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelum
sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (
dengan andil sebesar 1,90 (yoy
0,20% (yoy) pada akhir tahun 2012.
Naiknya tekanan inflasi kelompok
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (4,70%,
(6,34%, yoy), dan transpor (21,17%,
BAB II. PERKEMBANGAN
kebutuhannya. Disamping itu, struktur pasar yang berbentuk oligopoli dalam tata niaga komoditas
menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di
Indonesia serta dengan tingkat rigiditas yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi
ang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama
dibandingkan daerah lain dan dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan riil
yang terindikasi dari menurunnya purchase ability mereka.
Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok administered price pada akhir triwulan IV 2014
) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%
). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun akhir tahun
sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (
yoy) dan tercatat inflasi sebesar 1,43% (yoy) dengan andil sebesar
) pada akhir tahun 2012.
Naiknya tekanan inflasi kelompok administered price disebabkan oleh inflasi pada komoditas dari
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (4,70%, yoy), bahan bakar, penerangan dan air
), dan transpor (21,17%, yoy).
31
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
struktur pasar yang berbentuk oligopoli dalam tata niaga komoditas
menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di
tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi
ang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama
akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan riil
pada akhir triwulan IV 2014
) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%
nya maupun akhir tahun
sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (yoy)
) dengan andil sebesar
inflasi pada komoditas dari
), bahan bakar, penerangan dan air
Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan komoditas
memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lain
indonesia yang sangat sensitif terhadap
demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga
tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pergerak
kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,
triwulanan maupun tahunan.
(4.00)
(3.00)
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2012
Inflasi (mtm) Andil Vol. Foods
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1
BOKS I. Perilaku Volatile Food
Pergerakan Inflasi dan Andil Kelompok Volatile Food
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan komoditas-komoditas volatile food
memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lain
indonesia yang sangat sensitif terhadap gejolak harga komoditas penyusun
demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga
tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pergerakan andil yang diberikan oleh komoditas
kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
Andil Vol. Foods
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012
Inflasi (qtq) Andil Vol. Food
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Inflasi (yoy) Andil Vol. Food
Volatile Food dan Inflasi Umum Kota Ternate
Grafik 1Pergerakan Inflasi dan Andil Kelompok Volatile Food
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
33
Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang
volatile foodnya. Kondisi ini
memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lainnya di seluruh
n volatile food. Namun
demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga volatile food
an andil yang diberikan oleh komoditas
kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
Andil Vol. Food
dan Inflasi Umum Kota Ternate
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang
membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia
dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Nega
Asia timur seperti Jepang, China dan Korea serta negara
Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan
masyarakat di Jepang yang terkenal sangat suka menab
pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu
menghindar dari bencana finansial global tersebut. Namun demiki
perbaikan kondisi perekonomian globa
Indonesia dengan tujuan negara
Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan
impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan
sisi suplai menjawab gejolak permintaan akan mencegah adanya kenaika
terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2012
Inflasi (mtm) Inflasi Vol. Food (mtm)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
1
Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang
membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia
dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Nega
Asia timur seperti Jepang, China dan Korea serta negara-negara besar di kawasan Amerika dan
Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan
masyarakat di Jepang yang terkenal sangat suka menabung sampai-sampai hutang terbesar
pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu
menghindar dari bencana finansial global tersebut. Namun demikian, saat ini sudah terlihat adanya
perbaikan kondisi perekonomian global yang ditandai dengan meningkatnya posisi ekspor dari
Indonesia dengan tujuan negara-negara tersebut diatas.
Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan
impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan
sisi suplai menjawab gejolak permintaan akan mencegah adanya kenaikan harga yang disebabkan
terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
Inflasi Vol. Food (mtm)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012
Inflasi (qtq) Inflasi Vol. Food (qtq)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Inflasi (yoy) Inflasi Vol. Food (yoy)
Grafik 2Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
34
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang
membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia
dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Negara-negara di -daerah
negara besar di kawasan Amerika dan
Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan
sampai hutang terbesar
pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu
, saat ini sudah terlihat adanya
l yang ditandai dengan meningkatnya posisi ekspor dari
Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan
impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan
n harga yang disebabkan
terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
Inflasi Vol. Food (qtq)
12
Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food
bergejolaknya harga komoditas penyusun
makanan adalah faktor cuaca. Selain mamp
pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang
barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut
sehingga kecepatan angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya
impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan
merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara
serta pihak terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen
bongkar-muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang
melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebab
menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai
gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun
foods dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap
kelompok ini terhadap inflasi umum Kota Ternate.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat inflasi
adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas
volatile food dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang
baiknya manajemen stok dapat diminimalisir.
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi Umum Tahunan (yoy )
Inflasi Umum Bulanan (mtm )
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi Umum Tahunan (yoy )
Inflasi Umum Bulanan (mtm )
Kelompok Barang dan Jasa Jan-13
Kelompok Barang dan Jasa Jan-12
Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
bergejolaknya harga komoditas penyusun volatile food yang sebagian besar terdiri dari bahan
makanan adalah faktor cuaca. Selain mampu mempengaruhi kapasitas produksi tanaman bahan
pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang
barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut
angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya
impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan
merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara
k terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen
muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang
melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebab
menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai
gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun
dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap
kelompok ini terhadap inflasi umum Kota Ternate.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah dan stabil
adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas
dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang
baiknya manajemen stok dapat diminimalisir.
0.96 -0.82 1.96 -0.36 0.57 -2.04 8.73 14.86
5.33 5.98 5.26 5.13 4.54 4.15 2.84 2.80
4.21 6.67 6.32 7.21 7.89 7.00 8.97 13.51
6.66 6.51 5.53 3.81 4.60 2.94 2.84 3.65
3.16 2.81 1.92 1.35 0.95 0.88 3.43 3.56
3.47 3.53 3.15 3.12 3.22 3.47 4.66 9.612.39 1.93 2.57 1.60 -0.41 4.45 12.17 12.87
3.23 3.34 3.97 3.23 3.37 2.93 7.68 11.10
-0.20 0.89 0.49 0.13 -0.21 0.22 6.04 3.66
5.16 7.55 4.74 5.38 2.16 2.56 4.37 3.86
5.61 5.52 5.71 5.84 6.04 6.18 8.16 8.17
3.78 3.20 3.47 3.67 3.79 3.49 3.49 3.41
8.48 8.89 9.48 9.08 7.90 7.79 7.02 5.00
3.94 3.78 5.12 4.93 5.27 5.29 4.73 4.51
4.10 4.12 4.16 4.30 4.27 4.08 3.91 3.89
3.61 2.82 3.07 3.83 6.02 6.04 4.82 6.85
4.71 5.14 4.54 4.89 4.25 4.30 4.87 4.87
-0.14 0.78 -0.11 0.85 -0.34 0.64 1.36 0.47
Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13
May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12
Jun-13 Jul-13 Aug-13May-13
Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12
Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
35
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
yang sebagian besar terdiri dari bahan
pengaruhi kapasitas produksi tanaman bahan
pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang-
barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut
angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya barang
impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan
merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara
k terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen
muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang
melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebabkan
menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai
gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun volatile
dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap tingginya bobot
yang rendah dan stabil
adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas
dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang
7.54 13.02 8.76 9.32
4.14 5.32 5.59 4.96
13.76 13.33 12.55 12.47
5.05 4.87 5.69 6.31
3.41 3.50 3.01 2.59
8.13 9.26 9.56 9.5615.94 14.19 13.93 13.97
9.66 11.07 9.70 10.23
-2.39 0.44 -0.29 0.51
2.09 1.12 3.38 1.11
6.49 5.69 5.51 5.47
3.63 3.71 3.25 3.15
5.78 7.40 5.92 6.38
5.05 5.15 5.45 4.55
4.17 4.43 4.50 4.35
4.14 4.03 4.81 3.89
3.87 3.61 4.15 3.29
-1.11 -0.84 0.95 0.77
Sep-12 Oct-12 Nov-12 Des-12
Des-13Sep-13 Okt-2013 Nov-13
Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
HALAMAN INI SNGAJA DIKOSONGKAN
36
BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE
37
BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah
3.1 Kondisi Umum
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan
perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan
pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan
tingkat pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK
sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. Peningkatan penyaluran
kredit ini juga diiringi peningkatan rasio Non Performing Loan’s (NPL) yang sedikit meningkat,
namun demikian rasio ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara
kelembagaan, terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu bank
umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS dan satu kantor cabang BPR
sedang dalam proses perizinan. Dengan penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan
masyarakat bisa lebih mudah mengakses layanan perbankan.
3.2 Perkembangan Aset Bank Umum
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat Rp 6,6 triliun
rupiah, meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 14,0% (yoy). Secara
triwulanan, pertumbuhan asset bank umum juga mengalami peningkatan sebesar 5,4% (qtq).
Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank swasta jauh lebih tinggi dibandingkan bank
pemerintah, namun secara nominal porsi aset bank pemerintah masih lebih tinggi jika
dibandingkan bank swasta. Pertumbuhan aset bank swasta secara tahunan mencapai 17,8%
(yoy), sedangkan pertumbuhan aset bank pemerintah sebesar 13,3% (yoy). Dengan
peningkatan ini, porsi aset bank swasta naik dari 15,6% pada triwulan IV-2012 menjadi 16,1%
pada triwulan IV-2013.
Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan juga terjadi pada aset perbankan syariah.
Peningkatan ini menunjukan pertumbuhan yang signifikan, bahkan lebih tinggi dari
pertumbuhan aset bank umum konvensional. Pertumbuhan aset perbankan konvensional
sebesar 13,4% (yoy), sedangkan aset perbankan syariah pertumbuhannya mencapai 26,9%
(yoy). Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
keseluruhan, namun selama setahun terakhir porsinya terus mengalami peningkatan dari 4,8%
pada triwulan IV-2012 menjadi 5,4% pada triwulan IV-2013.
Gambar 3.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
AKTIVA yoy
Sumber: LBU, diolah
3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan
IV-2013 mencapai Rp 4,83 triliun, meningkat 9,2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara triwulan, penghimpunan DPK bank umum turun 1,9% (qtq), hal ini wajar mengingat
realisasi anggaran banyak dilakukan pada akhir tahun.
Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan sebesar 65,6%, diikuti
oleh giro dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar 16,1% dan 18,2%. Dibandingkan
komponen DPK lainnya, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar
15,8% (yoy). Sementara, deposito tumbuh 7,1% (yoy), namun giro masih mengalami
penurunan 9,9% (yoy).
Gambar 3.2Perkembangan DPK (Milyar Rp)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
Giro Tabungan Deposito gDPK_yoy
Sumber: LBU diolah
39
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.4 Penyaluran Kredit
Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 mencapai
Rp 4,63 triliun, meningkat 19,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara triwulan, kredit juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,7% (qtq).
Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi
sebesar 61,6%, diikuti oleh kredit modal kerja sebanyak 28,0%, dan sisanya sebesar 10,4%
diberikan untuk kredit investasi. Jika dilihat pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit
investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 34,3% (yoy), diikuti oleh kredit
konsumsi yang tumbuh 22,2% (yoy), dan kredit modal kerja 10,9% (yoy). Secara triwulanan,
kredit konsumsi masih mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 3,7% (qtq), diikuti oleh
kredit modal kerja 1,4%(qtq), kemudian kredit investasi 0,9% (qtq). Pertumbuhan kredit
konsumsi terbesar digunakan oleh debitur perseorangan untuk keperluan multiguna.
Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp 1,45 triliun
atau sebesar 31,4% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara.
Selama setahun terakhir penyaluran kredit UMKM naik sebanyak 12,5% (yoy). Untuk
perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan IV-2013 mencapai Rp
181,21 miliar atau meningkat 4,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya.
Gambar 3.3Perkembangan Kredit di Maluku Utara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
Modal Kerja Investasi
Konsumsi gKredit_yoy
Sumber: LBU, diolah
Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, sektor perdagangan besar dan eceran adalah
lapangan usaha yang memperoleh porsi kredit terbesar hingga mencapai 26,4% atau senilai Rp
1,22 triliun. Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat
42,2% (yoy). Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi
dengan porsi kredit pada triwulan IV-2013 sebesar 4,8% atau sebesar Rp 223,25 milyar.
40
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sedangkan untuk sektor lainnya, relatif kecil hanya memperoleh porsi kredit kurang dari 3%.
Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang merupakan salah satu sektor unggulan di
Maluku Utara memperoleh porsi kredit sebanyak 0,2%, atau senilai Rp 10,38 milyar. Sementara
itu penyaluran kredit sektor perikanan meningkat 59,1% (yoy), dan secara triwulanan naik
sebesar 9,0% (qtq). Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor
unggulan di Provinsi Maluku Utara masih potensial untuk mengalami peningkatan dan
berkembang.
3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
Dibandingkan tahun sebelumnya, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat
LDR mengalami kenaikan dari 87,3% pada triwulan IV-2012 menjadi 95,9% pada triwulan IV-
2013. Peningkatan ini terjadi dikarenakan pada triwulan IV-2013 peningkatan kredit lebih tinggi
daripada peningkatan dana pihak ketiga.
Gambar 3.4Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
DPK (Milyar) Kredit (Milyar) LDR
Sumber: LBU, diolah
3.6 Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum
Jumlah kredit bermasalah pada triwulan IV-2013 masih cukup baik , atau berada dibawah batas
yang ditentukan yaitu 5%. Namun demikian nilai NPL’s pada triwulan laporan mengalami
kenaikan jika dibandingkan tahun sebelumnya dari 2,0% menjadi 2,8%. Jika dibandingkan
triwulan sebelumnya, NPL’s pada triwulan laporan mengalami penurunan, dimana nilai NPL
pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,2%.
Dari keseluruhan kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan penyumbang NPL’s terbesar
yaitu 1,5%. Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar 1,7%.
41
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Gambar 3.5Perkembangan NPL’s Perbankan
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
Kredit (Milyar) NPL's
Sumber: LBU, diolah
3.7 Perkembangan Bank Syariah
Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan perkembangan
positif, karena adanya penambahan dua jaringan kantor baru di Maluku Utara pada Triwulan III-
2013. Diharapkan pada tahun 2014 akan terus menunjukkan perkembangan positif, dimana
secara kelembagaan rencana akan dibuka kantor cabang PT. BNI Syariah di Ternate dan PT.BPRS
Bobato Lestari di Tidore Kepulauan.
Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 353,64
miliar, meningkat 26,88%(yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan mengalami
peningkatan 17,28% (qtq) dari posisi triwulan III-2013 yang sebesar Rp 301,53 miliar. Jika
dilihat porsinya terhadap Total Aset Bank Umum adalah sebesar 5,36%
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah di Provinsi Maluku Utara pada
triwulan IV-2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya sebesar 29,3% (yoy). Secara triwulanan, penghimpunan DPK pada
perbankan syariah juga mengalami kenaikan sebesar 22,2% (qtq). Pada triwulan laporan
tabungan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 23,6%(yoy), sedangkan secara triwulanan
mengalami peningkatan sebesar 20,2% (qtq). Deposito syariah mengalami pertumbuhan
sebesar 38,2% (yoy) dan secara triwulanan tumbuh 25,3% (qtq). Giro syariah meningkat
sebesar 85,6% (yoy), dan secara triwulanan turun sebesar 37,2% (qtq).
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat
sebesar Rp 193,72 miliar, mengalami kenaikan sebesar 32,3% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada
triwulan laporan juga mengalami kenaikan sebesar 12,3% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pembiayaan konsumsi masih memiliki porsi pembiayaan terbesar sebesar 66,5%
dan tumbuh sebesar 14,13% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
42
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
sebelumnya. Sementara itu pembiayaan modal kerja yang memiliki porsi sebesar 22,9%
mengalami pertumbuhan sebesar 90,1% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Pembiayaan investasi syariah yang mulai dilakukan sejak tahun 2012
memiliki porsi sebesar 10,6% dari total pembiayaan syariah di Provinsi Maluku Utara, tumbuh
secara signifikan sebesar 102,0%(yoy).
Peran intermediasi bank syariah yang digambarkan melalui angka FDR (financing to deposit
ratio) masih terjaga pada tingkatan yang baik, ditunjukkan dengan adanya peningkatan ratio
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Jika pada triwulan IV-2012 angka
FDR sebesar 65,9%, maka pada triwulan IV-2013 angka FDR naik ke level 67,4%. Hal yang
positif adalah bahwa peran intermediasi perbankan syariah masih memperhatikan kualitas
pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF’s) pada triwulan IV-
2013 berada pada level 1,9% sehingga masih berada dibawah batas yang ditentukan.
Gambar 3.6Perkembangan Bank Syariah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2011 2012 2013
Pembiayaan (Juta) DPK (Juta) FDR
Sumber: LBU, diolah
3.8 Perkembangan BPR dan BPRS
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku
Utara pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari
pertumbuhan aset, DPK, dan kredit/pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Dari sisi
kelembagaan juga menunjukkan perkembangan yang positif, karena adanya pembukaan
kantor cabang baru BPR di Sanana-Kab.Kepulauan Sula pada bulan Juli 2013 dan terdapat satu
BPRS di Kota Tidore Kepulauan dan kantor cabang BPR di Labuha-Kab. Halmahera Selatan yang
sedang dalam proses perizinan.
Aset BPR/S pada triwulan IV-2013 secara tahunan tumbuh sebesar 26,1% (yoy) dari Rp 26,63
milyar pada triwulan IV-2012 menjadi Rp 33,58 milyar pada triwulan IV-2013. Secara
triwulanan tumbuh 3,0% (qtq). DPK tumbuh sebesar 12,8% dari Rp 14,83 milyar pada triwulan
43
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
IV-2012 menjadi Rp 16,73 milyar pada triwulan IV-2013. Pertumbuhan kredit/pembiayaan pada
triwulan IV-2013 secara tahunan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar
23,6% (yoy) atau sebesar Rp 25,21 milyar dari sebesar Rp 20,40 milyar pada triwulan IV-2012.
Gambar 3.7Perkembangan BPR/S
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2011 2012 2013
Aset DPK Kredit
Sumber: LB BPR/BPRS, diolah
Financial Inclusion (FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap
institusi keuangan terutama perbankan
kondisi akses tersebt oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti
ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait
kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank
Indonesia melakukan pendekatan dengan membagi
dimensi akses (access dimension
Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat
di suatu daerah terhadap institusi keuangan (perbankan) secara fisik
jumlah kantor bank yang tersebar hingga ke pelosok daerah akan
lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan
layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah
besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pi
berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar
seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan
biaya lebih untuk membangun
yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus
ditempatkan di wilayah yang terpencil. Selain jauh dari
yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga
tingkat harga di wilayah tersebut diatas rata
resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang lebih untuk mempekerjakan mereka
berbagai kekurangan yang ada. Hal ini masih me
berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional
mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah
BOKS I. FINANCIAL INCLUSION
(FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap
institusi keuangan terutama perbankan. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui
oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti
ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait
kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank
Indonesia melakukan pendekatan dengan membagi financial inclusion menjadi dua dimensi yaitu
access dimension) dan dimensi penggunaan (usage dimension).
Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat
di suatu daerah terhadap institusi keuangan (perbankan) secara fisik. Artinya,
kantor bank yang tersebar hingga ke pelosok daerah akan memberikan kesempatan yang
lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan
layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah
besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pihak perbankan untuk membangun kantor di
berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar
seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan
biaya lebih untuk membangun sebuah kantor disana. Selain itu, tantangan sumber daya manusia
yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus
itempatkan di wilayah yang terpencil. Selain jauh dari home base, tingginya biaya hidup di daerah
yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga
tingkat harga di wilayah tersebut diatas rata-rata adalah alasan yang sering kali menjadi alasan
resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang lebih untuk mempekerjakan mereka sebagai wujud dispensasi dari
berbagai kekurangan yang ada. Hal ini masih menjadi cara yang paling sering diaplikasikan oleh
berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional
mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah
FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
45
(FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap
. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui
oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti world bank
ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait mapping
kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank
menjadi dua dimensi yaitu
dimension).
Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat
. Artinya, semakin banyak
memberikan kesempatan yang
lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan
layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah
hak perbankan untuk membangun kantor di
berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar
seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan
sebuah kantor disana. Selain itu, tantangan sumber daya manusia
yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus
, tingginya biaya hidup di daerah
yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga
n yang sering kali menjadi alasan
resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus
sebagai wujud dispensasi dari
njadi cara yang paling sering diaplikasikan oleh
berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional
mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah
sering kali belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan
tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,
membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk
mengembangkan usaha mereka di daerah Kota
Namun demikian, saat ini perbankan mulai berani untuk “
ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin
ketat dan daerah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan
dengan belum maksimalnya
dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang
fokus melayani kegiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.
Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang
mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan
(kredit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan
dengan pertumbuhan sektor usaha besar dan menengah.
Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati
hatian yang ditetapkan oleh
menyebabkan adanya pihak yang terkesan dianaktirikan
pinjaman dana dari perbankan sering kali bertepuk sebelah tangan
Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah
memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan
bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rak
yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang
disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun
masih jauh dibandingkan dengan kredit konsumsi dan
85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan
mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen
layanan jasa keuangan.
Dimensi akses ini dibagi lagi menjadi empat kategori
menggambarkan luasan service area
kantor bank di masing-masing daerah, jumlah
dengan jumlah penduduk dewasa dan luas wilayah (km
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
i standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan
tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,
membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk
ereka di daerah Kota-Kota besar dengan skala ekonomi yang besar pula
Namun demikian, saat ini perbankan mulai berani untuk “masuk hutan” dan melakukan
ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin
ah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan
dengan belum maksimalnya pemanfaatan sumber-sumber perekonomian di daerah
dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang
egiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.
Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang
mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan
redit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan
dengan pertumbuhan sektor usaha besar dan menengah.
Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati
hatian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia namun jika dilakukan dengan berlebihan maka akan
menyebabkan adanya pihak yang terkesan dianaktirikan karena usaha mereka untuk mendapatkan
pinjaman dana dari perbankan sering kali bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu,
Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah mendorong perbankan untuk
memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan
bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rak
yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang
disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun
masih jauh dibandingkan dengan kredit konsumsi dan kredit investasi yang menguasai lebih dari
85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan
mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen
dibagi lagi menjadi empat kategori dimana masing-masing kategori mencoba
service area perbankan dengan melakukan perhitungan terhadap jumlah
masing daerah, jumlah Automatic Teller Machine (ATM) kemudian dibagi
ngan jumlah penduduk dewasa dan luas wilayah (km2).
46
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
i standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan
tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,
membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk
dengan skala ekonomi yang besar pula.
hutan” dan melakukan
ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin
ah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan
sumber perekonomian di daerah. Hal ini
dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang
egiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.
Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang
mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan
redit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan
Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati-
namun jika dilakukan dengan berlebihan maka akan
karena usaha mereka untuk mendapatkan
Oleh karena itu, saat ini Bank
mendorong perbankan untuk
memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan
bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program
yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang
disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun walaupun
investasi yang menguasai lebih dari
85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan
mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen
masing kategori mencoba
perbankan dengan melakukan perhitungan terhadap jumlah
(ATM) kemudian dibagi
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa Maluku Utar
maupun provinsi lainnya di
inclusion. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
bekerja ekstra dari tahun-tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk
mampu menjembatani kondisi akses keuangan yan
Terkait hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru
yang disebut dengan branchless banking
minimnya akses layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.
Program ini telah berhasil diaplikasikan di beberapa negara di dunia
kesejahteraan masyarakat dengan pemberian kredit lunak.
digadangkan akan mampu menjawab permasalah lokasi ini
telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via
Peringkat Provinsi1 Papua Barat2 Papua3 Sulawesi Utara4 Nasional5 Sulawesi Selatan6 Sulampua7 Maluku Utara8 Sulawesi Tenggara9 Maluku
10 Sulawesi Tengah11 Gorontalo12 Sulawesi Barat
Peringkat Provinsi1 Papua Barat2 Nasional3 Sulawesi Utara4 Papua5 Sulawesi Selatan6 Sulampua7 Sulawesi Tengah8 Maluku9 Sulawesi Tenggara
10 Maluku Utara11 Gorontalo12 Sulawesi Barat
Dimensi Akses 1
Dimensi Akses 3
Tabel 1. Financial Inclusion
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa Maluku Utara masih berada dibawah level nasional
maupun provinsi lainnya di wilayah Sulampua dari ke-empat kategori dimensi akses
. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk
enjembatani kondisi akses keuangan yang masih dibawah rata-rata ini.
hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru
branchless banking yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan
s layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.
Program ini telah berhasil diaplikasikan di beberapa negara di dunia dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan pemberian kredit lunak. Selain itu, program baru
digadangkan akan mampu menjawab permasalah lokasi ini, bekerjasama dengan
telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via
Provinsi Nilai Peringkat ProvinsiPapua Barat 42.5 1 Sulawesi Utara
23.7 2 Sulawesi SelatanSulawesi Utara 23.4 3 Nasional
22.9 4 GorontaloSulawesi Selatan 22.6 5 Sulawesi Tenggara
22.0 6 Sulawesi BaratMaluku Utara 21.7 7 Sulawesi TengahSulawesi Tenggara 20.4 8 Sulampua
19.8 9 Maluku UtaraSulawesi Tengah 18.6 10 Maluku
18.4 11 Papua BaratSulawesi Barat 14.7 12 Papua
Provinsi Nilai Peringkat ProvinsiPapua Barat 57.6 1 Sulawesi Utara
42.7 2 Sulawesi SelatanSulawesi Utara 40.3 3 Nasional
38.8 4 GorontaloSulawesi Selatan 38.6 5 Sulawesi Tenggara
32.9 6 SulampuaSulawesi Tengah 24.2 7 Sulawesi Tengah
24.1 8 Sulawesi BaratSulawesi Tenggara 23.1 9 MalukuMaluku Utara 22.0 10 Maluku Utara
21.9 11 Papua BaratSulawesi Barat 13.8 12 Papua
Dimensi Akses 1 Dimensi Akses 2
Dimensi Akses 3 Dimensi Akses 4
Financial Inclusion Access Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional
47
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
a masih berada dibawah level nasional
empat kategori dimensi akses financial
. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk
rata ini.
hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru
yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan
s layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.
dan mampu meningkatkan
Selain itu, program baru yang
bekerjasama dengan tiga provider
telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via handphone
Nilai
24.3Sulawesi Selatan 23.1
17.99.9
Sulawesi Tenggara 6.65.5
Sulawesi Tengah 4.64.43.83.51.81.2
Nilai
41.9Sulawesi Selatan 39.5
33.411.7
Sulawesi Tenggara 7.46.5
Sulawesi Tengah 6.05.24.33.92.51.9
Dimensi Akses 2
Dimensi Akses 4
Sulampua dan Nasional
asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yan
provider tersebut memungkinkan masyarakat wilayah terpencil
program branchless banking walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.
Tantangan lain yang diharapkan mampu terjawab
besarnya investasi yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai
wilayah serta mengurangi biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan
biaya investasi yang cukup besar
menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan
masyarakat di agen-agen branchess banking
tersebut, diharapkan perbankan akan memi
perbaikan dan memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.
Dimensi kedua dan terakhir dari
dibagi menjadi enam kategori
adalah dimensi ini menekankan
masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan d
domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.
Peringkat Provinsi Nilai
1 Nasional 219.12 Sulawesi Utara 199.03 Sulawesi Selatan 195.34 Gorontalo 190.45 Sulawesi Tengah 177.66 Sulampua 169.27 Sulawesi Tenggara 165.08 Papua Barat 156.89 Sulawesi Barat 134.310 Maluku 129.711 Maluku Utara 114.012 Papua 107.1
Peringkat Provinsi Nilai
1 Maluku2 Maluku Utara3 Nasional4 Papua5 Sulawesi Selatan6 Sulawesi Utara7 Sulampua8 Gorontalo9 Sulawesi Tenggara10 Sulawesi Tengah11 Papua Barat12 Sulawesi Barat
Dimensi Usage 4
Dimensi Usage 1
Tabel 2. Financial Inclusion
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yan
provider tersebut memungkinkan masyarakat wilayah terpencil sekalipun akan mampu menikmati
walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.
Tantangan lain yang diharapkan mampu terjawab oleh terobosan baru in
yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai
biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan
biaya investasi yang cukup besar. Dengan mengaplikasikan sistem ini, perbankan akan mampu
menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan
branchess banking. Penghematan biaya investasi dan operasional
tersebut, diharapkan perbankan akan memiliki dana lebih dari biasanya dan dapat digunakan untuk
memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.
Dimensi kedua dan terakhir dari financial inclusion adalah dimensi penggunaan (
dibagi menjadi enam kategori. Perbedaan dimensi penggunaan (usage) dengan dimensi akses
adalah dimensi ini menekankan pada kuantitas penyaluran dan penarikan dana dari dan ke
masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan d
domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.
Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat
219.1 1 Papua Barat 1151.1 1 Maluku Utara199.0 2 Sulawesi Selatan 853.7 2 Gorontalo195.3 3 Sulawesi Utara 841.3 3 Maluku190.4 4 Nasional 814.7 4 Sulawesi Utara177.6 5 Papua 794.1 5 Sulawesi Selatan169.2 6 Sulampua 786.8 6 Sulampua165.0 7 Sulawesi Tenggara 769.7 7 Sulawesi Tengah156.8 8 Maluku 688.7 8 Sulawesi Tenggara134.3 9 Gorontalo 683.0 9 Nasional129.7 10 Maluku Utara 667.9 10 Sulawesi Barat114.0 11 Sulawesi Tengah 643.6 11 Papua107.1 12 Sulawesi Barat 611.2 12 Papua Barat
Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat
0.73 1 Gorontalo 0.19 1 Papua Barat0.65 2 Maluku Utara 0.19 2 Sulawesi Barat0.39 3 Maluku 0.16 3 Papua0.35 4 Sulawesi Selatan 0.13 4 Sulawesi Tengah0.34 5 Sulawesi Utara 0.12 5 Gorontalo0.34 6 Sulawesi Tengah 0.11 6 Sulawesi Tenggara0.32 7 Sulawesi Barat 0.11 7 Sulampua0.27 8 Sulampua 0.11 8 Maluku Utara0.27 9 Sulawesi Tenggara 0.10 9 Sulawesi Selatan0.21 10 Papua 0.07 10 Maluku0.20 11 Nasional 0.07 11 Sulawesi Utara0.19 12 Papua Barat 0.06 12 Nasional
Dimensi Usage 2 Dimensi
Dimensi Usage 5 Dimensi
Financial Inclusion Usage Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional
48
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yang dimiliki ketiga
akan mampu menikmati
walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.
oleh terobosan baru ini adalah mengurangi
yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai
biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan
perbankan akan mampu
menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan oleh
biaya investasi dan operasional
liki dana lebih dari biasanya dan dapat digunakan untuk
memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.
adalah dimensi penggunaan (usage) yang
) dengan dimensi akses
pada kuantitas penyaluran dan penarikan dana dari dan ke
masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan dan produk
domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.
Provinsi Nilai
Maluku Utara 0.63Gorontalo 0.60Maluku 0.56Sulawesi Utara 0.48Sulawesi Selatan 0.44Sulampua 0.36Sulawesi Tengah 0.34Sulawesi Tenggara 0.34Nasional 0.33Sulawesi Barat 0.29Papua 0.19Papua Barat 0.14
Provinsi Nilai
Papua Barat 0.43Sulawesi Barat 0.38Papua 0.37Sulawesi Tengah 0.33Gorontalo 0.32Sulawesi Tenggara 0.31Sulampua 0.31Maluku Utara 0.30Sulawesi Selatan 0.29Maluku 0.29Sulawesi Utara 0.26Nasional 0.20
Dimensi Usage 3
Dimensi Usage 6
Sulampua dan Nasional
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada
dibawah level nasional serta rata
Maluku Utara menduduki posisi pertama pada dimensi
Pada dimensi usage pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional
serta rata-rata provinsi lain di Sulampua
rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa
dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa
banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.
semakin besar hasil perhitungannya maka dapat dikatakan bahwa sem
dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki
rekening kredit. Dimensi usage
dewasa di suatu daerah yang sudah memiliki akses terhadap
berupa tabungan. Indeks dimensi
dimensi usage yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam
pengembangan kredit masih sangat tinggi atau potens
dikembangkan lebih jauh lagi oleh perbankan.
Saat ini, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap jenis
dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan
ditolak oleh bank. Hal ini
terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan
jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya
cepat dan mudah. Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke
masyarakat hingga ke pelosok daerah mengenai produk
mereka miliki dan syarat-syarat yang melekat pada masing
meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana
kredit oleh bank kepada masyarakat.
Kondisi berbeda terlihat pada dimensi
Maluku Utara berada diatas rata
menduduki posisi puncak pada dimensi
keras perbankan Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan
indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada
dibawah level nasional serta rata-rata provinsi yang termasuk dalam wilayah Sulampua.
Maluku Utara menduduki posisi pertama pada dimensi usage ketiga.
pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional
rata provinsi lain di Sulampua. Dimensi usage yang pertama menghitung jumlah
rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa
dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa
banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.
hasil perhitungannya maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak penduduk
dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki
usage kedua, mencoba menggambarkan seberapa banyak penduduk
dewasa di suatu daerah yang sudah memiliki akses terhadap layanan fasilitas keuangan yang
Indeks dimensi usage pertama yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam
pengembangan kredit masih sangat tinggi atau potensi pasar kredit di Maluku Utara masih dapat
dikembangkan lebih jauh lagi oleh perbankan.
Saat ini, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap jenis-jenis produk layanan keuangan
dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan
memicu lahirnya pendapat bahwa pengajuan layanan keuangan
terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan
jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya
Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke
masyarakat hingga ke pelosok daerah mengenai produk-produk layanan j
syarat yang melekat pada masing-masing produk dengan harapa mampu
meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana
kredit oleh bank kepada masyarakat.
ada dimensi usage yang ketiga, keempat, dan kelima dimana
Maluku Utara berada diatas rata-rata nasional dan provinsi lain di Sulampua
menduduki posisi puncak pada dimensi usage ketiga. Pada dimensi usage ketiga, terlihat hasil kerja
Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan
indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai
49
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada
rata provinsi yang termasuk dalam wilayah Sulampua. Bahkan
pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional
yang pertama menghitung jumlah
rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa kemudian hasilnya
dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa
banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.
akin banyak penduduk
dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki
kedua, mencoba menggambarkan seberapa banyak penduduk
layanan fasilitas keuangan yang
pertama yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam
i pasar kredit di Maluku Utara masih dapat
jenis produk layanan keuangan
dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan dan permintaannya
pendapat bahwa pengajuan layanan keuangan
terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jasa-
jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya
Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke
produk layanan jasa keuangan yang
masing produk dengan harapa mampu
meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana
yang ketiga, keempat, dan kelima dimana
rata nasional dan provinsi lain di Sulampua bahkan
Pada dimensi usage ketiga, terlihat hasil kerja
Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan
indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai
nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai
potensi ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari
perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah.
yang sama juga terlihat pada dimensi
kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh
perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain
menyebabkan tingginya posisi Maluku Utara pada kedua dimensi ini (
keempat).
Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM
telah dieksplorasi oleh pihak perbankan
menduduki posisi tertinggi kedua setelah Gorontalo y
memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki
masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba
untuk mengetahui sejauh mana pangsa kredit U
bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional
merupakan kabar baik walaupun masih dibawah rata
Secara aggregat, kondisi financial inclusion
maupun rata-rata provinsi lain se
penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa
keuangan sehingga usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat
diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan
pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap
layanan keuangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha
untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan
yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,
kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai
i ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari
perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah.
yang sama juga terlihat pada dimensi usage keempat dimana Maluku Utara mendudu
kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh
perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain
menyebabkan tingginya posisi Maluku Utara pada kedua dimensi ini (dimensi
Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM
telah dieksplorasi oleh pihak perbankan. pada dimensi usage kelima, Maluku Utara
menduduki posisi tertinggi kedua setelah Gorontalo yang berarti usaha perbankan untuk
memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki
masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba
untuk mengetahui sejauh mana pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional
merupakan kabar baik walaupun masih dibawah rata-rata provinsi lain di wilayah Sulampua.
financial inclusion Maluku Utara masih di bawah level nasional
rata provinsi lain se-Sulampua. Data menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa
usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat
diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan
pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap
uangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha
untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan
yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,
kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.
50
BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA
nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai
i ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari
perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah. Kondisi
keempat dimana Maluku Utara menduduki posisi
kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh
perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain
dimensi usage ketiga dan
Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM
. pada dimensi usage kelima, Maluku Utara masih
ang berarti usaha perbankan untuk
memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki
masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba
MKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional
rata provinsi lain di wilayah Sulampua.
Maluku Utara masih di bawah level nasional
. Data menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa
usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat
diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan
pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap
uangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha
untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan
yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,
kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.
4.1 Kondisi Umum
Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD
sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (
target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran
sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (
sebelumnya.
Berdasarkan data realisasi sementara
mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp. 690.42
52,05% dari target yang ditetapkan diawal tahun
belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar
Rp. 1,4 triliun.
APBD 2012
APBD 2013
BAB IV. PERKEMBANGAN
Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA
Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD
meningkat 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,
target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran
Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun
si sementara hingga triwulan II 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara
mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp. 690.42 miliar atau realisasi yang tercapai sebesar
ang ditetapkan diawal tahun sebesar Rp. 1,3 triliun
belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar
(500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan Netto
Surplus/Defisit
Pendapatan BelanjaPembiayaan
Netto Surplus/Defisit
APBD 2012 1,125,083 1,170,033 97,500 (45,000)
APBD 2013 1,326,442 1,403,533 143,000 (77,091)
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.1Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
51
Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD
) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,
target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran
) jika dibandingkan dengan tahun
2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara
atau realisasi yang tercapai sebesar
sebesar Rp. 1,3 triliun. Sementara itu, pos
belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar
Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
4.2 Pendapatan Daerah
Pemerintah Provinsi Maluku Utara
triliun atau meningkat sebesar 17,9% (
utamanya dipicu oleh optimisme pemerintah daerah terhadap
ditargetkan meningkat sebesar 41,8% (
berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan
pendapatan asli daerah dengan
diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan
manajemen pengelolaan mo
menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan
pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada
pencapaian target PAD. Semua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara
690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir
tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mencatatka
mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.
76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.
Realisasi TW III 2013
APBD 2013
Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA
BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp. 1,3
triliun atau meningkat sebesar 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
utamanya dipicu oleh optimisme pemerintah daerah terhadap penerimaan asli daerah (PAD) yang
ningkat sebesar 41,8% (yoy). Namun demikian, share penerimaan terbesar tetap
berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan
dengan share masing-masing sebesar 17,9% dan 10%. Beberapa hal yang
diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan
manajemen pengelolaan modern dan audit kinerja objektif. Selain itu, pemerintah juga
menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan
pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada
mua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara hingga triwulan II 2013 mencapai Rp.
690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir
tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mencatatkan angka sebesar Rp. 386,29 miliar. Unsur pendapatn lainnya yang
mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.
76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.
(500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan Netto
Surplus/Defisit
Pendapatan Belanja PembiayaanNetto Surplus/Defisit
Realisasi TW III 2013 690,427 626,777 - 63,650
APBD 2013 1,326,442 1,403,533 143,000 (77,091)
Grafik 4.2Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
52
KEUANGAN DAERAH
memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp. 1,3
) dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
penerimaan asli daerah (PAD) yang
penerimaan terbesar tetap
berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan
masing sebesar 17,9% dan 10%. Beberapa hal yang
diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan
dern dan audit kinerja objektif. Selain itu, pemerintah juga
menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan
pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada
mua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).
hingga triwulan II 2013 mencapai Rp.
690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir
tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi
n angka sebesar Rp. 386,29 miliar. Unsur pendapatn lainnya yang
mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.
76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.
Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
4.3 Belanja Daerah
Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar
Rp. 1,4 triliun atau meningkat sebesar 20% (
Komponen belanja tidak langsung
10% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung
ditargetkan mencapai Rp. 911,74 miliar atau naik 26,1 (
PendapatanPAD
Pajak DaerahRetribusi DaerahLain-lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
DBHDAUDAK
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah
Pos Anggaran
PendapatanPAD
Pajak DaerahRetribusi DaerahLain-lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
DBHDAUDAK
Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah
Pos Anggaran
Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi
BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar
Rp. 1,4 triliun atau meningkat sebesar 20% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Komponen belanja tidak langsung ditargetkan sebesar Rp. 491,80 miliar atau meningkat sebesar
) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung
ditargetkan mencapai Rp. 911,74 miliar atau naik 26,1 (yoy) dari tahun sebelumnya.
2012 2013
1,125.030 1,326.4493.64 132.76
76.4514.78
Lain-lain PAD yang Sah 2.41820.57 956.83
79.55 114.55703.16 772.60
37.86
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 210.81 236.85210.81 236.85
Pos Anggaran
2013 Realisasi Tw II 2013
1,326.44 690.42132.76
96.0724.26
Lain-lain PAD yang Sah 12.41956.83 516.59
114.55772.60 386.30
69.69
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 236.85236.85
Pos Anggaran
Tabel 4.1Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Tabel 4.2Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
53
KEUANGAN DAERAH
Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar
) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
ditargetkan sebesar Rp. 491,80 miliar atau meningkat sebesar
) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung
) dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan
1,326.44 17.9%132.76 41.8%
96.07 25.7%24.26 64.1%12.41 414.9%
956.83 16.6%
114.55 44.0%772.60 9.9%
69.69 84.1%
236.85 12.4%236.85 12.4%
Realisasi Tw II 2013 Share690.42 52.1%
97.54 73.5%
59.48 61.9%8.21 33.8%
29.86 240.6%516.59 54.0%
77.80 67.9%386.30 50.0%
52.32 75.1%
76.30 32.2%76.30 32.2%
Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah tahun 2013 dengan
turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki
sebesar 21,9%. Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung
maupun tidak langsung terakselerasi sebesar 17,6% (
dan tercatat sebesar Rp. 301,86 miliar.
Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi M
tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782
orang untuk se-Provinsi Maluku Utara.
Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013
mencapai 60,1% atau meningkat sebesar 57,5% (
tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik
sebesar 25,4% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang
cukup besar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara tahun 2013.
Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan
struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:
1. Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan;
2. Pendidikan dan kesehatan;
3. Ketahanan pangan;
4. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;
5. Sumber daya energi, air dan mineral;
6. Bencana alam. Tata ruang dan lingkungan hidup;
7. Pariwisata dan kebudayaan;
8. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintaha
9. Wilayah perbatasan, terluar, terpencil,
BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
adap total belanja daerah tahun 2013 dengan
turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki
Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung
ak langsung terakselerasi sebesar 17,6% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dan tercatat sebesar Rp. 301,86 miliar. Kondisi ini sejalan dengan rencana penerimaan Calon
Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi M
tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782
Provinsi Maluku Utara.
Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013
ningkat sebesar 57,5% (yoy) jika dibandingkan dengan pos yang sama
tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik
) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang
sar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara tahun 2013.
Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan
struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:
Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan;
Pendidikan dan kesehatan;
Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;
Sumber daya energi, air dan mineral;
Bencana alam. Tata ruang dan lingkungan hidup;
Pariwisata dan kebudayaan;
Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan;
Wilayah perbatasan, terluar, terpencil, dan tertinggal.
54
KEUANGAN DAERAH
adap total belanja daerah tahun 2013 dengan share sebesar 21,5%,
turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki share
Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung
) dibandingkan dengan tahun sebelumnya
Kondisi ini sejalan dengan rencana penerimaan Calon
Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi Maluku Utara
tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782
Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013
) jika dibandingkan dengan pos yang sama
tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik
) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang
sar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan
struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:
Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;
Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013
tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada a
belanja terbesar terdapat pada pos belanja
yang telah terealisasi sebesar Rp
selama tahun 2013 yang tercatat
BelanjaBelanja Tidak Langsung
Belanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan Sosial
Belanja Tidak TerdugaBelanja Langsung
Belanja PegawaiBelanja Barang dan JasaBelanja Modal
Pos Anggaran
Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
BelanjaBelanja Tidak Langsung
Belanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan Sosial
Belanja Tidak TerdugaBelanja Langsung
Belanja Barang dan JasaBelanja Modal
Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
Pos Anggaran
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Anggaran dan Realisasi
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013
tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada a
belanja terbesar terdapat pada pos belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes
yang telah terealisasi sebesar Rp 31.05 miliar atau tercapai sebesar 110,5% dari total
selama tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp. 28.1%.
2012 2013
1,170.03 1,403.53447.22
206.47 233.55179.00 200.21
Belanja Bantuan Sosial 22.55
34.34
900.00 900.00
4,000.00 2,000.00722.81 911.74
50.30Belanja Barang dan Jasa 333.19 349.06
339.33 494.37
Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
2013 Realisasi Tw II 2013
1,403.53 626.78491.80 465.28
233.55 114.05200.21 179.24
Belanja Bantuan Sosial 27.05
28.10
900.00 382.55
2,000.00911.74 320.29
Belanja Barang dan Jasa 349.06 158.84494.37 161.45
Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes
Tabel 4.3Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Tabel 4.3dan Realisasi Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
55
KEUANGAN DAERAH
Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013
tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada angka 44,7%. Realisasi
bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes
% dari total target belanja
Pertumbuhan
1,403.53 20.0%492 10.0%
233.55 13.1%200.21 11.8%
27.05 20.0%
28.10 -18.2%
900.00 0.0%
2,000.00 -50.0%911.74 26.1%
68.32 35.8%349.06 4.8%494.37 45.7%
Realisasi Tw II 2013 Share626.78 44.7%465.28 94.6%
114.05 48.8%179.24 89.5%
12.78 47.2%
31.05 110.5%
382.5542.5%
- 0.0%320.29 35.1%
158.84 45.5%161.45 32.7%
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat
sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi
cukup tinggi adalah belanja pegawai (4
dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.
4.4 Defisit dan Pembiayaan
Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik
sebesar 71,3% (yoy) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup
defisit APBD yang ada.
Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara
sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.
Jumlah realisasi triwulan II lebih kecil dibandingkan
akhir tahun adalah terjadi defisit sebesar Rp. 77,1 miliar.
Defisit PembiayaanPembiayaan Netto
Penerimaan PembiayaanSiLPA TA Sebelumnya
Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal (Investasi) Daerah
Pos Anggaran
Defisit PembiayaanPembiayaan Netto
Penerimaan PembiayaanSiLPA TA Sebelumnya
Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal (Investasi) Daerah
Pos Anggaran
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam
Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara
BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat
sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi
cukup tinggi adalah belanja pegawai (48,8%), belanja bantuan sosial (47,2%), dan belanja barang
dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.
Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik
) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana
menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup
Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara
sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.
Jumlah realisasi triwulan II lebih kecil dibandingkan dengan triwulan I 2013 dikarenakan target di
akhir tahun adalah terjadi defisit sebesar Rp. 77,1 miliar.
2012 2013
45.00143.00145.00 100.00145.00 100.00
2.00Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.00
Pos Anggaran
2013 Realisasi Tw II 2013
77.1097.50
Penerimaan Pembiayaan 100.00SiLPA TA Sebelumnya 100.00
Pengeluaran Pembiayaan 2.50Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.50
Pos Anggaran
Tabel 4.4Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
PPAS Provinsi Maluku Utara 2013
Tabel 4.5Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam
PPAS Provinsi Maluku Utara
56
KEUANGAN DAERAH
Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat
sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi
8,8%), belanja bantuan sosial (47,2%), dan belanja barang
dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.
Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik
) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana
menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup
Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara masih tercatat surplus
sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.
dengan triwulan I 2013 dikarenakan target di
Pertumbuhan
77.10 71.3%97.50 -31.8%
100.00 -31.0%100.00 -31.0%
2.50 25.0%2.50 25.0%
Realisasi Tw II 2013
63.65-----
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)
5.1 Kondisi Umum
Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
(setoran, penukaran, kas keliling).
Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
dibandingkan triwulan III 2013.
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang
ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492
25% (qtq) jika dibandingkan triwulan III 2013.
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (
Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
(setoran, penukaran, kas keliling). Pada triwula
sebesar Rp. 164,6 miliar dan aliran uang keluar (
menghasilkan net outflow sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat
Maluku Utara akan uang tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.
BAB V. PERKEMBANGAN
Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
(setoran, penukaran, kas keliling).
n tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
an triwulan III 2013.
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang
ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik
) jika dibandingkan triwulan III 2013.
Transaksi Pembayaran Tunai
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
(setoran, penukaran, kas keliling). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (
Rp. 164,6 miliar dan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp. 673,6 miliar sehingga
sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat
ng tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
57
net Outflow yang berarti
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
n tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang
lembar atau turun 99% (yoy) namun naik
net Outflow yang berarti
uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan
jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
n laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat
) sebesar Rp. 673,6 miliar sehingga
sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat
ng tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.
Grafik 5.1Aliran Kas Uang Kartal
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (
tercatat mengalami peningkatan sebesar 78,9% (
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah
tercatat mengalami kenaikan sebesar 19% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan data
pergerakan positif yaitu naik 7,4% (
sebesar 29,2 % (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.
Secara seris bulanan, net outflow
2013 yang tercatat sebesar Rp. 336,7 miliar atau naik 7,9% (
periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor
naiknya jumlah net outflow dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran berasal dari
adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya
kebutuhan uang oleh masyarakat termasuk pemerintah.
Lebih besarnya jumlah outflow
ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak
menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya
jumlah outflow ini akan membawa konsekuensi b
tetap:
1. Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai
dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan,
-800,000
-600,000
-400,000
-200,000
0
200,000
400,000
600,000
800,000
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III
2011 2012
Inflow Outflow
BAB II. PERKEMBANGAN
Aliran Kas Uang Kartal diKantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Grafik 5.Perkembangan Aliran Kas Uang KartalKantor Perwakilan Bank Indonesia Prov
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (
tercatat mengalami peningkatan sebesar 78,9% (yoy) namun tercatat turun sebesar 49
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah
tercatat mengalami kenaikan sebesar 19% (yoy) namun turun sebesar 6,7% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan data net inflow/outflow
pergerakan positif yaitu naik 7,4% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik
) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.
net outflow tertinggi selama triwulan laporan terjadi
sebesar Rp. 336,7 miliar atau naik 7,9% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor
dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran berasal dari APBN maupun APBD tumbuh positif serta
adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya
kebutuhan uang oleh masyarakat termasuk pemerintah.
outflow bila dibandingkan dengan jumlah inflow di wilayah Kepulauan Riau
ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak
menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya
ini akan membawa konsekuensi bagi Bank Indonesia selaku bank sentral untuk
Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai
dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan,
Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2013
Outflow Net-300.0%
-200.0%
-100.0%
0.0%
100.0%
200.0%
300.0%
400.0%
Q I Q II Q III Q IV Q I
2011
g_inflow_yoy
58
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Grafik 5.2Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (inflow)
namun tercatat turun sebesar 49,9% (qtq)
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow)
) namun turun sebesar 6,7% (qtq) jika
net inflow/outflow menunjukkan
triwulan IV 2012 atau naik
pada bulan Desember
jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor
dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang
APBN maupun APBD tumbuh positif serta
adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya
di wilayah Kepulauan Riau
ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak
menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya
agi Bank Indonesia selaku bank sentral untuk
Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai
Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2012 2013
g_outflow_yoy g_net_yoy
Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
2. Meningkatkan efektivitas operasional perkasan dan senan
dengan mengikutsertakan peran perbankan serta instansi terkait.
5.2.2 Penyediaan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Dalam melaksanakan strategi
Maluku Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar
melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap
tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan
layak edar di masyarakat.
Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak eda
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
maupun luar kota. Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang
tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)
dengan kualitas prima sehingga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian
uang rupiah dengan lebih baik lagi.
0
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
40,000,000,000
45,000,000,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2011 2012
Nominal UTLE
Lembar UTLE (aksiskanan)
BAB II. PERKEMBANGAN
Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Meningkatkan efektivitas operasional perkasan dan senantiasa mengembangkan layanan kas
dengan mengikutsertakan peran perbankan serta instansi terkait.
5.2.2 Penyediaan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar
terhadap uang kartal yang sudah tidak layak
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap
tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangkan menjamin ketersediaan uang
Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak eda
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
dibandingkan triwulan III 2013. Hal ini
mencerminkan bahwa masyarakat sud
lebih memahami pentingnya menjaga
estetika uang rupiah sebagai alat tukar
resmi di wilayah
Republik Indonesia (I
merupakan buah sosialisasi yang
ini dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Mal
masyarakat baik di dalam Kota Ternate
Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang
tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)
gga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian
uang rupiah dengan lebih baik lagi.
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
9 11 1 3 5 7 9 11
2012 2013
59
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
tiasa mengembangkan layanan kas
, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan
layak edar (UTLE). Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap
menjamin ketersediaan uang
Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar
) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%
dibandingkan triwulan III 2013. Hal ini
mencerminkan bahwa masyarakat sudah
lebih memahami pentingnya menjaga
estetika uang rupiah sebagai alat tukar
resmi di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (INKRI) dimana hal ini
merupakan buah sosialisasi yang selama
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara ke
masyarakat baik di dalam Kota Ternate
Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang
tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)
gga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian
Kegiatan Sosialisasi Ciri
Kegiatan
Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE,
Utara juga melakukan kegiatan
Maluku Utara. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di daerah
yang cukup sulit dapat mendapatkan
5.2.3 Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar,
ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik
25% jika dibandingkan triwulan III 2013.
Bulan
Oktober - Buli, Maba, Subaim dan Sekitarnya- Kabupaten Haltim (Weda dan Sekitarnya)- Kabupaten Halsel (Bacan, Obi dan sekitarnya)- Kabupaten Kepulauan Sula (Sanana)
November - Expo Perbankan- Buli Subaim- Tobelo
Desember - Morotai dan sekitarnya- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore)- Kabupaten Haltim
20
13
BulanOktober SMP Albina dan SMA Bintang Laut
SMA se Kota Tidore KepulauanSiswa/Siswi Pramuka di Kota TernateSMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei
November Sosialisasi di Expo Perbankan
Desember Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai
201
3BAB II. PERKEMBANGAN
Tabel 5.2Kegiatan Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Selama Tahun 2013
Tabel 5.1Kegiatan Kas Keliling Triwulan IV 2013
pemusanahan UTLE, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
kegiatan kas keliling secara rutin kekabupaten/kota di
bertujuan agar masyarakat di daerah dengan wilayah keterjangkauan
mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative
Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang
ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik
25% jika dibandingkan triwulan III 2013.
Lokasi- Buli, Maba, Subaim dan Sekitarnya (Luar Kota)- Kabupaten Haltim (Weda dan Sekitarnya) (Luar Kota)- Kabupaten Halsel (Bacan, Obi dan sekitarnya) (Luar Kota)- Kabupaten Kepulauan Sula (Sanana) (Luar Kota)
- Expo Perbankan (Dalam Kota)- Buli Subaim (Luar Kota)- Tobelo (Luar Kota)
- Morotai dan sekitarnya (Luar Kota)- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore)- Kabupaten Haltim (Luar Kota)
Peserta SosialisasiSMP Albina dan SMA Bintang Laut (Dalam Kota)SMA se Kota Tidore Kepulauan (Luar Kota)Siswa/Siswi Pramuka di Kota Ternate (Dalam Kota)SMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei
Sosialisasi di Expo Perbankan (Dalam Kota)
Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai
60
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Ciri Keaslian Uang Rupiah Selama Tahun 2013
Bank Indonesia Provinsi Maluku
kekabupaten/kota di wilayah Provinsi
dengan wilayah keterjangkauan
relative baru dan layak edar.
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
jumlah uang palsu yang
ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik
(Luar Kota)(Luar Kota)
(Luar Kota)(Luar Kota)
- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore) (Luar Kota)
SMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei (Luar Kota)
Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai (Luar Kota)
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov.
Untuk meningkatkan pemahaman
temuan uang palsu, Bank Indonesia juga
kepada masyarakat secara periodik.
pasar (baik modern maupun
kepada Pemerintah Daerah.
melakukan publikasi tentang ciri
elektronik.
5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran
non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara
Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan
(RTGS). Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan
menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara
merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan
menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan
5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Maluku Utara sebagai wilayah
mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp.
periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 18,1% (
0
100
200
300
400
500
600
Q1
BAB II. PERKEMBANGAN
Grafik 5.4Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov.
pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah
, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri
periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat
tradisional), pusat pendidikan seperti universitas
Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga
ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa
5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran
non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara
Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan Real Time Gross Settlement
. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan
menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya
merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan
menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time
5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Maluku Utara sebagai wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp. 334,3 miliar, naik 23,4% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 18,1% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan
0
5
10
15
20
25
30
35
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Pecahan 50.000
Pecahan 100.000 (aksis kanan)
Pecahan 20.000 (aksis kanan)
61
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
uang rupiah dan meminimalisir
ciri keaslian uang rupiah
pusat perbelanjaan seperti
universitas dan sekolah serta
langsung, Bank Indonesia juga
ang rupiah melalui media massa baik cetak maupun
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran
non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien.
Real Time Gross Settlement
. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan
itu RTGS pada dasarnya
merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan
real time (segera).
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
jika dibandingkan dengan
jika dibandingkan dengan triwulan
Tabel 5.3Perkembangan Cek/BG
sebelumnya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan
penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.
Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG
kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12
lembar dimana jumlah cek/BG yang diterima sebanyak 5611 lembar.
0,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adan
dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 7,4% (
triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran
roda ekonomi Maluku Utara pada
tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran
keluar (outflow) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.
Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjad
membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:
1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila
warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,
endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan
dengan specimen atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,
salah pengisian pada kolom
rekening tidak sesuai,
2011 Q1 3853 18 0.47%Q2 2312 10 0.43%Q3 2724 14 0.51%Q4 587 16 2.73%
2012 Q1 3354 37 1.10%Q2 4200 41 0.98%Q3 3375 40 1.19%Q4 4515 42 0.93%
2013 Q1 4406 32 0.73%Q2 4837 40 0.83%Q3 5222 37 0.71%Q4 5611 12 0.21%
PeriodeCek/BG
PenyerahanCek/BGKosong
BAB II. PERKEMBANGAN
Tabel 5.4Perkembangan Perputaran Kliring
nya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan
penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.
Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG
kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12
lembar dimana jumlah cek/BG yang diterima sebanyak 5611 lembar. Rasio tersebut turun sebesar
) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika melihat perkembangan cek/BG yang
ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adanya peningkatan sebesar 24,3% (
dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 7,4% (qtq) jika dibandingkan dengan
triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran
roda ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV 2013 mengalami percepatan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran
) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.
tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia
membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:
Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila
warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,
tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan
atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,
salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang
0.47%0.43%0.51%2.73%1.10%0.98%1.19%0.93%0.73%0.83%0.71%0.21%
RasioJumlah
(Lembar)Nominal (Rp.
Miliar)Jumlah
(Lembar)Nominal (Rp.
Miliar)
2011 Q1 3853 197.2 26Q2 2312 116.7 17Q3 2724 144.0 23Q4 587 31.5 24
2012 Q1 3354 179.2 57Q2 4200 237.7 52Q3 3375 251.4 61Q4 4515 270.9 57
2013 Q1 4406 263.1 60Q2 4837 297.1 64Q3 5222 283.1 49Q4 5611 334.3 62
Perputaran KliringPenyerahan
Perputaran KliringPenyerahan
Periode
62
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Perkembangan Perputaran Kliring
nya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan
penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.
Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG
kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12
Rasio tersebut turun sebesar
) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (qtq) jika
Jika melihat perkembangan cek/BG yang
ya peningkatan sebesar 24,3% (yoy) jika
) jika dibandingkan dengan
triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran
triwulan IV 2013 mengalami percepatan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran
) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.
i karena bank tertagih tidak bersedia
Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila
warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,
tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama
atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,
kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang
Nominal (Rp.Miliar)
Jumlah(Lembar)
Nominal (Rp.Miliar)
5.2 0.7% 2.7%2.1 0.7% 1.8%1.3 0.8% 0.9%1.3 4.1% 4.1%2.6 1.7% 1.4%5.0 1.2% 2.1%3.6 1.8% 1.4%4.0 1.3% 1.5%7.6 1.4% 2.9%5.9 1.3% 2.0%3.0 0.9% 1.1%3.0 1.1% 0.9%
Perputaran KliringPenyerahan
Rasio PengembalianTerhadap Penyerahan
Tabel 5.5Perkembangan
2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk
jumlah dalam huruf,
3. Terjadi pemblokiran oleh pihak
Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan
memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ket
memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka
nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank
permasalahan tersebut selesai menurut peraturan yang
5.3.2 Perkembangan Transaksi
Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume
perekonomiannya, penggunaan fasilitas BI
mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS
Rp. 1.897,01 miliar selama triwulan IV 2013 untuk transaksi RTGS inflow
(yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%
(qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
tercatat sebesar Rp. 1076, 79 miliar atau naik sebesar 14,12% (
periode yang sama tahun sebelumnya serta naik 24,07% (
sebelumnya.
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS
dengan nilai RTGS outflow dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian
Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).
2012 I 579.08II 648.33III 739.66IV 943.54
2013 I 710.74II 769.48III 867.91IV 1076.79
PeriodeRTGS Outflow
(From)RTGS Inflow
(To)
BAB II. PERKEMBANGAN
5Perkembangan RTGS
Grafik 5.5Perkembangan RTGS Kota Ternate
Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan
Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,
Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan
memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dengan
memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka
nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring sampai
permasalahan tersebut selesai menurut peraturan yang berlaku.
Transaksi Real Tome Gross Settlement (RTGS)
Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume
perekonomiannya, penggunaan fasilitas BI-RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran pun
mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS
selama triwulan IV 2013 untuk transaksi RTGS inflow atau turun sebesar 3,55%
) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%
) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan nilai transaksi RTGS
tercatat sebesar Rp. 1076, 79 miliar atau naik sebesar 14,12% (yoy) jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya serta naik 24,07% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS inflow selalu lebih besar dibandingkan
dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian
Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).
878.091390.181523.821967.781362.561534.621811.601897.97 211.92
RTGS Inflow(To)
RTGS(From-To)
156.63204.49187.97199.15197.63167.64232.98
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
900.00
Jan
uari
Feb
ruar
iM
aret
Ap
rilM
eiJu
ni
Juli
Agu
stus
Sep
tem
ber
Okt
ober
No
vem
ber
2012
RTGS Outflow(From)
63
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Grafik 5.5RTGS Kota Ternate
jumlah tidak sama dengan penulisan
Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan
entuan yang berlaku dan dengan
memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka
bank peserta kliring sampai
Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume
RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran pun
mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS sebesar
atau turun sebesar 3,55%
) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%
n nilai transaksi RTGS Outflow
) jika dibandingkan dengan
) jika dibandingkan dengan triwulan
selalu lebih besar dibandingkan
dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian
Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).
No
vem
ber
Des
emb
erJa
nua
riFe
bru
ari
Mar
etA
pril
Mei
Jun
iJu
liA
gust
usSe
pte
mb
erO
ktob
erN
ove
mbe
rD
esem
ber
2013
RTGS Inflow(To)
RTGS(From-To)
Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana
dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana
pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan d
organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai
transaksi RTGS inflow dibandingkan
BAB II. PERKEMBANGAN
Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana
dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana
pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan d
organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai
dibandingkan outflow.
64
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana
dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana
pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan dana dari
organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara
6.1 Kondisi Umum
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika
dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari 2013.
kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas
yang cukup signifikan. Disisi lain
pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan
yang positif pada Agustus 2013
diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran yang cukup signifikan
data per Agustus 2012 ataupun Februari 2013
ketenagakerjaan dan kesejahteraan
15 tahun keatas di Maluku Utara
pengangguran sebesar 19,31
menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingka
dengan data per Februari 2013 yang tercatat
26.586 orang menjadi 17.884 orang.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
669,578Angkatan Kerja 422,166
Bekerja 396,715Pengangguran 25,451
247,412Bukan Angkatan KerjaTPAK
Penduduk 15 Tahun Keatas
Indikator
TPT
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika
dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari 2013. Hal ini tercermin dari adanya
kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksi jumlah pe
yang cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja
pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.
Ketenagakerjaan
dan kesejahteraan di Maluku Utara menunjukkan perkembangan
gustus 2013. Bertambahnya jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang
diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan
Agustus 2012 ataupun Februari 2013 merupakan cerminan membaiknya situasi
dan kesejahteraan di Maluku Utara. Secara tahunan (yoy), jumlah
di Maluku Utara bertambah sebanyak 2,42% yang diikuti turunnya jumlah
31% dari sebelumnya sebanyak 22.164 orang
menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingka
dengan data per Februari 2013 yang tercatat mengalami penurunan sebesar 32,73% dari
26.586 orang menjadi 17.884 orang.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Feb Agst Feb Agst Feb Agst
669,578 672,360 679,860 687,284 694,784 702,529422,166 437,758 477,524 463,604 471,222 466,110396,715 411,361 450,688 437,870 446,213 443,946
25,451 26,397 26,836 25,734 25,009 22,164247,412 234,602 202,336 223,680 223,562 236,419
63.0% 65.1% 70.2% 67.5% 67.8% 66.3%6.0% 6.0% 5.6% 5.6% 5.3%
20112010 2012
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
65
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara
Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika
Hal ini tercermin dari adanya
koreksi jumlah pengangguran
jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja
pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.
di Maluku Utara menunjukkan perkembangan
Bertambahnya jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang
jika dibandingkan dengan
merupakan cerminan membaiknya situasi
. Secara tahunan (yoy), jumlah penduduk umur
bertambah sebanyak 2,42% yang diikuti turunnya jumlah
dari sebelumnya sebanyak 22.164 orang pada Agustus 2012
menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingkan
penurunan sebesar 32,73% dari awalnya
Agst Feb Agst
702,529 710,252 719,497466,110 482,266 463,243443,946 455,680 445,359
22,164 26,586 17,884236,419 227,986 256,254
66.3% 67.9% 64.4%4.8% 5.5% 3.9%
2013
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKAT
Grafik 6.1 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral diMaluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013
dibandingkan dengan Agustus 2012 (yoy) serta Februari 2013
penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243
danjika dibandingkan dengan Februari 2013
atau sebesar 3,94%. Selain itu, penurunan
Angkatan Kerja (TPAK) dimana pada Agustus 2013
sebesar 2% jika dibandingkan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari
2013.
Berdasarkan struktur sebarannya,sektor
tenaga kerja di Maluku Utara
menyerap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%
atau sebanyak 241.873 orang penduduk Maluku Utara
tertinggi terhadap PDRB Maluku Utara ini
jika dibandingkan dengan dat
sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan
Jasa Akomodasi yang berhasil menyerap sebanyak 18% dan 12,1% t
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok
klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat
pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika diba
Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.
Semakin tinggi prosentase tenaga kerja dengan tingkat pe
18.0%
12.1%
5.5%
3.6%
3.4%
2.1%
0.9%
0.2%
0.0% 20.0%
Pertanian
Jasa Kemasyarakatan
Perdagangan
Transportasi
Konstruksi
Pertambangan
Industri Pengolahan
Lembaga Keuangan
Listrik, Gas dan Air…
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja BerdasarkanTingkat Pendidikan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013
Agustus 2012 (yoy) serta Februari 2013. Secara tahunan (yoy), terjadi
penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243
ika dibandingkan dengan Februari 2013 tercatat terjadi penurunan sebanyak 19.023 orang
atau sebesar 3,94%. Selain itu, penurunan lain yang terjadi adalah pada Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dimana pada Agustus 2013 tercatat sebesar 64,4%
kan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari
Berdasarkan struktur sebarannya,sektor pertanian masih menjadi konsumen utama atas
tenaga kerja di Maluku Utara. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu
erap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%
atau sebanyak 241.873 orang penduduk Maluku Utara berkecimpungdi sektor
tertinggi terhadap PDRB Maluku Utara ini. Terjadi penurunan sebanyak 0,01%
jika dibandingkan dengan data per Agustus 2012. Sedangkanposisi kedua dan ketiga diisi oleh
sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan
yang berhasil menyerap sebanyak 18% dan 12,1% tenaga kerja yang tersedia.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok
klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat
pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika diba
Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.
Semakin tinggi prosentase tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA/SMK dan lulusan
54.3%
40.0% 60.0%
66
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sebaran Tenaga Kerja BerdasarkanTingkat Pendidikan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013 jika
. Secara tahunan (yoy), terjadi
penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243
tercatat terjadi penurunan sebanyak 19.023 orang
yang terjadi adalah pada Tingkat Partisipasi
64,4%. Terjadi penurunan
kan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari
masih menjadi konsumen utama atas
. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu
erap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%
sektor yang memiliki andil
. Terjadi penurunan sebanyak 0,01% atau 2.294 orang
a per Agustus 2012. Sedangkanposisi kedua dan ketiga diisi oleh
sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan
enaga kerja yang tersedia.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok
klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat
pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika dibandingkan dengan
Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.
ndidikan SMA/SMK dan lulusan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di
Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan tenaga kerja mereka melalui rekr
jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat
menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih
tinggi tenaga kerja yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan
yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya
tunjangan lainnya.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok
utama tenaga kerja terkait kegiatan ekonomi
informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh te
buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus
diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka
didapatkan sebanyak 29,8% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja f
sebanyak 70,2% sebagai pekerja informal.
6.3 Pengangguran
Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan
Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah
Berusaha SendiriBerusaha dibantu buruh tidak tetapBerusaha dibantu buruh tetapBuruh/KaryawanPekerja bebas di pertanianPekerja bebas di nonpertanianPekerja keluarga/tak dibayarTotal Angkatan Kerja
Berdasarkan Sakernas
Pekerja FormalPekerja Informal
Status Pekerjaan Utama
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di
Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan tenaga kerja mereka melalui rekrutmen internal provinsi. Selain dapat mengurangi
jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat
menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih
yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan
yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya
erdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok
terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan yaitu kegiatan formal dan
. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh te
buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus
diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka
% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja f
sebagai pekerja informal.
indikator utama dari bidang ketenagakerjaan
Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan
Februari Agustus Februari
93.3 94.3Berusaha dibantu buruh tidak tetap 92.5 90.7Berusaha dibantu buruh tetap 13.4 12.9
119.4 113.813.0 15.8
Pekerja bebas di nonpertanian 5.9 7.2Pekerja keluarga/tak dibayar 108.6 109.3
446.1 444.0
29.8% 28.5% 35.3%70.2% 71.5% 64.7%
2012Status Pekerjaan Utama
67
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di
Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar
utmen internal provinsi. Selain dapat mengurangi
jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat
menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih
yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan
yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya
erdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok
yaitu kegiatan formal dan
. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan
buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus
diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka
% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja formal dan sisanya
indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan.
mereka yang sedang mencari pekerjaan ditambah
Februari Agustus
93.6 105.695.2 76.812.4 12.7
148.5 119.910.4 23.49.5 -
86.1 107.0455.7 445.4
35.3% 29.8%64.7% 70.2%
2013
Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan
belum mulai bekerja, sertayang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jumlah penduduk yang bekerja dan yang sedang menganggur
penurunan per Agustus 2013
tabel 6.1). Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang
tidak masuk angkatan kerja, seperti menjadi i
jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, per
Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun
hingga menyentuh angka 3,9% pada Agustus 2013
hingga menyentuh angka 5,5% pada Februari 2013
Menurunnya jumlah pengangguran ini
Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
banyaknya jumlah bangunan Rumah Toko (Ruko) yang dibangun
oleh pihak swasta yang tersebar di seluruh Maluku Utara
tersebut digunakan sebagai
tenaga kerja. Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan
skala besar mampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan
menjadi faktor utama terkikisnya jumlah pengangguran
6.4 Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara kembali menembus angka
IV-2013. Selama tahun 2013,
triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas
kesejahteraan yaitu angka 100. Namun
15,000
17,000
19,000
21,000
23,000
25,000
27,000
29,000
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan
ayang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jumlah penduduk yang bekerja dan yang sedang menganggur sa
Agustus 2013 sehingga memicu turunnya jumlah angkatan kerja secara total
. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang
tidak masuk angkatan kerja, seperti menjadi ibu rumah tangga atau melanjutkan pendidikan ke
ng lebih tinggi. Selain itu, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku
Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun
3,9% pada Agustus 2013 setelah sebelumnya sempat terdongkrak
hingga menyentuh angka 5,5% pada Februari 2013.
Menurunnya jumlah pengangguran ini diperkirakan sebagai dampak meningkatnya sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang ditunjukkan
banyaknya jumlah bangunan Rumah Toko (Ruko) yang dibangun baik oleh pemerintah maupun
tersebar di seluruh Maluku Utara dimana sebagian besar
toko/tempat perdagangan serta gudang yang mampu menyerap
Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan
ampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan
menjadi faktor utama terkikisnya jumlah pengangguran per Agustus 2013
Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara kembali menembus angka 100,59 pada a
, NTP Maluku Utara terlihat mengalami fluktuasi dimana
triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas
kesejahteraan yaitu angka 100. Namun kondisi ini kembali berputar haluan sejak awal
0.0%
1.0%
2.0%
3.0%
4.0%
5.0%
6.0%
7.0%
15,000
17,000
19,000
21,000
23,000
25,000
27,000
29,000
Feb Agts Feb Agts Feb Agts Feb Agts
2010 2011 2012 2013
TPT (Aksis Kanan) Pengangguran
68
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara
penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tapi
sama-sama mengalami
sehingga memicu turunnya jumlah angkatan kerja secara total (lihat
. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang
bu rumah tangga atau melanjutkan pendidikan ke
sentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku
Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun
setelah sebelumnya sempat terdongkrak
diperkirakan sebagai dampak meningkatnya sektor
yang ditunjukkan dengan semakin
baik oleh pemerintah maupun
dimana sebagian besar bangunan
toko/tempat perdagangan serta gudang yang mampu menyerap
Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan
ampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan
100,59 pada akhir triwulan
NTP Maluku Utara terlihat mengalami fluktuasi dimana pada dua
triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas bawah tingkat
tar haluan sejak awal triwulan III
Grafik 6.2 Perkembangan NTP
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
dan bertahan hingga bulan kedua triwulan IV
kisaran 98,80 hingga 99,98.Pada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus
level 100,59 pada Desember 2013
November 2013 yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
maupun untuk keperluan produksi pertanian.
Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara
beberapa subsektor (lihat tabel 6.3)
NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,72%
Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing
sebesar 0,71%dan 0,55%.
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat)
tertinggi. Dari 10 provinsi yang ada di wilayah Sulampua,
batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya
lain yaitu Papua Barat, Papua dan Sulawesi Utara
kesejahteraan pada Desember 2013
Maluku Utara masih berada di bawah NTP Nasional
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2011 2012
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Grafik 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Di WilayahSulampua
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
hingga bulan kedua triwulan IV dimana NTP Maluku Utara kembali
ada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus
pada Desember 2013. Terjadi peningkatan sebesar 0,61% dibandingkan bulan
yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
perluan produksi pertanian.
Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara pada Desember 2013 disebabkan oleh naiknya
(lihat tabel 6.3). NTP Subsektor Tanaman Perkebunan
ernakan naik sebesar 0,72%, dan NTP Subsektor Perikanan naik 1,24
Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing
bandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat),Maluku Utara berada pada posisi tengah yaitu urutan ke
ari 10 provinsi yang ada di wilayah Sulampua,7 provinsi sudah memiliki NTP diatas
batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya
lain yaitu Papua Barat, Papua dan Sulawesi Utara masih memiliki NTP dibawah batas bawah
pada Desember 2013. Sedangkan jika dibandingkan dengan Nasional, maka NTP
Maluku Utara masih berada di bawah NTP Nasional yang berada pada level 101,96
-2.0%
-1.0%
0.0%
1.0%
2.0%
3.0%
4.0%
5.0%
11 1 3 5 7 9 11
2013
NTP
g_yoy (aksis kanan)
1 Sulawesi Selatan2 Sulawesi Barat3 Sulawesi Tengah4 Sulawesi Tenggara5 Gorontalo6 Maluku Utara7 Maluku8 Papua Barat9 Papua
10 Sulawesi UtaraNasional
No Provinsi
69
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Di Wilayah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
NTP Maluku Utara kembali turun pada
ada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus
. Terjadi peningkatan sebesar 0,61% dibandingkan bulan
yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
Desember 2013 disebabkan oleh naiknya NTP
Rakyat sebesar 1,91%,
Subsektor Perikanan naik 1,24%.
Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing-masing
bandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku
,Maluku Utara berada pada posisi tengah yaitu urutan ke-6
ah memiliki NTP diatas
batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya. Sedangkan 3 provinsi
masih memiliki NTP dibawah batas bawah
ndingkan dengan Nasional, maka NTP
101,96.
November DesemberDeviasi
(%)
104.53 104.95 0.42101.96 102.45 0.49102.08 102.29 0.21101.21 101.89 0.68100.50 101.07 0.5799.98 100.59 0.61
100.18 100.57 0.3999.11 99.33 0.2298.76 98.57 -0.1997.79 98.21 0.42
101.81 101.96 0.15
2013
Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
1 Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
2 Holtikulturaa. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
3 Tanaman Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
4 Peternakana. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
5 Perikanana. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It)b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP)
5.1 Perikanan Tangkapa. Indeks yang Diterima Nelayan (It)b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
5.2 Perikanan Budidayaa. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It)b. Indeks yang DibayarPembudidaya Ikan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan (NTPi)
Gabungan Maluku Utara
a. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTP)
Subsektor
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
November
Indeks yang Diterima (It) 108.30Indeks yang Dibayar (Ib) 107.23Nilai Tukar Petani (NTPP) 101.00
Indeks yang Diterima (It) 112.92Indeks yang Dibayar (Ib) 107.04Nilai Tukar Petani (NTPH) 105.49
Tanaman Perkebunan RakyatIndeks yang Diterima (It) 100.48Indeks yang Dibayar (Ib) 107.09Nilai Tukar Petani (NTPR) 93.83
Indeks yang Diterima (It) 114.85Indeks yang Dibayar (Ib) 105.48Nilai Tukar Petani (NTPT) 108.89
Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 104.29Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 106.51Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 97.92
Indeks yang Diterima Nelayan (It) 103.00Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 106.46Nilai Tukar Nelayan (NTN) 96.75
Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 117.88Indeks yang DibayarPembudidaya Ikan (Ib) 107.05Nilai Tukar Nelayan (NTPi) 110.12
Indeks yang Diterima (It) 106.83Indeks yang Dibayar (Ib) 106.85Nilai Tukar Petani (NTP) 99.98
2013Subsektor
70
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(NTP) Maluku Utara Per Subsektor
November Desember
108.33 0.02108.01 0.73100.29 -0.71
113.08 0.15107.79 0.70104.91 -0.55
103.20 2.71107.93 0.7895.62 1.91
116.16 1.14105.91 0.41109.67 0.72
106.05 1.69106.97 0.4499.13 1.24
104.94 1.88106.93 0.4498.14 1.43
117.72 -0.14107.42 0.35109.59 -0.49
108.21 1.30107.58 0.68100.59 0.61
2013 Deviasi(%)
Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6.5 Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara
orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara
mengalami kenaikan sebesar 0,
orang menjadi 85,82 ribu orang pada September 2013
penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah
tingkat kerja masih untuk pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah.
Selama satu tahun terakhir (September 2012
daerah perkotaan bertambah sebanyak 26,54% atau
daerah pedesaan terjadi koreksi j
sebesar 6,02%. Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan
kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum
kesenjangan dan tingkat keparahan
Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan pera
komoditas non-makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
(Maret – September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskin
yaitu dari Rp 258.060 per kapita per bulan menjadi Rp
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non
Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh
`
Kota Desa Kota+Desa Kota
Maret 2008 9.03 96.02 105.05 3.27Maret 2009 8.72 89.27 98.00 3.10Maret 2010 7.64 83.44 91.07 2.66Maret 2011 8.09 89.22 97.31 2.80September 2011 8.55 98.53 107.08 2.95Maret 2012 7.56 84.23 91.79 2.55September 2012 8.74 79.56 88.30 2.92Maret 2013 9.19 74.25 83.44 2.99September 2013 11.06 74.77 85.82 3.56Keterangan :P1 = Indeks Kedalaman KemiskinanP2 = Indeks Keparahan Kemiskinan
PeriodePenduduk Miskin (000) Penduduk Miskin (%)
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara per September 2013 berkurang sebanyak 2,48 ribu
orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara
mengalami kenaikan sebesar 0,13% atau bertambah 2,38 ribu orang dari sebelumnya 83,44 ribu
menjadi 85,82 ribu orang pada September 2013 (lihat tabel 6.3).
penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah
untuk pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah.
Selama satu tahun terakhir (September 2012 – September 2013), jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan bertambah sebanyak 26,54% atau sebanyak 2,32 ribu orang sedangkan di
terjadi koreksi jumlah penduduk miskin sebanyak 4,79 ribu orang atau turun
Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan
kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum
kesenjangan dan tingkat keparahan kemiskinan pedesaan masih lebih besar daripada perkotaan.
Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah
. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Di Maluku Utara, Peranan
komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan pera
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskin
per kapita per bulan menjadi Rp 291.352. Kenaikan ini terjadi baik pada
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non
Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
3.27 14.67 11.28 213,505 176,757 187,671 0.40 2.183.10 13.42 10.36 226,732 190,838 201,500 0.07 2.022.66 12.28 9.42 238,533 202,185 212,982 0.06 2.072.80 11.58 9.182.95 12.61 10.00 251,429 215,409 225,242 0.15 1.502.55 10.69 8.47 268,729 232,109 242,112 0.28 1.822.92 9.98 8.06 276,117 240,447 250,184 0.08 1.142.99 9.22 7.50 284,374 248,026 258,060 0.31 0.953.56 9.20 7.64 317,176 281,482 291,352 0.27 1.13
Penduduk Miskin (%) Garis Kemiskinan (Rp) P1 (%)
71
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara
Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013.
per September 2013 berkurang sebanyak 2,48 ribu
orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara
13% atau bertambah 2,38 ribu orang dari sebelumnya 83,44 ribu
(lihat tabel 6.3).Dengan anomalinya
penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah
umlah penduduk miskin di
2,32 ribu orang sedangkan di
umlah penduduk miskin sebanyak 4,79 ribu orang atau turun
Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan
kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum
kemiskinan pedesaan masih lebih besar daripada perkotaan.
Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah
. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan
Di Maluku Utara, Peranan
komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Selama tahun 2013
September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskinan sebesar 12,90%
291.352. Kenaikan ini terjadi baik pada
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM).
Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh dari besarnya
Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1.65 0.06 0.53 0.391.44 0.00 0.51 0.361.47 0.00 0.46 0.33
1.13 0.01 0.28 0.211.40 0.09 0.46 0.360.85 0.00 0.20 0.140.78 0.05 0.18 0.140.89 0.04 0.21 0.16
P1 (%) P2 (%)
Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
tingkat biaya hidup di Kota Ternate yang berd
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota
dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura
Selain itu, selama tahun 2013 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata
miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin juga semakin besar. Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September
2012 – September 2013) dimana P1 dan P2 sama
4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai
di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini
mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandin
dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miski
pedesaan yang jauh diatas jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan.
Daerah/Tahun
PerkotaanMaret 2013September 2013PerdesaanMaret 2013September 2013Perkotaan+PerdesaanMaret 2013September 2013
Keterangan:GKM : Garis kemiskinan makananGKNM : Garis kemiskinan non makanan
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN
Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
di Kota Ternate yang berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota
dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura
13 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September
September 2013) dimana P1 dan P2 sama-sama mengalami kenaikan. P1 naik sebesar
4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai
di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini
mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandin
dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miski
pedesaan yang jauh diatas jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan.
Daerah/GKM GKNM GKM+GKNM
211,319 73,056234,818 82,358
198,858 49,168226,540 54,942
Perkotaan+Perdesaan202,298 55,762228,829 62,523
GKM : Garis kemiskinan makananGKNM : Garis kemiskinan non makanan
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
72
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara
asarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota
dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura.
13 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September
sama mengalami kenaikan. P1 naik sebesar
4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai P1 dan P2
di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini
mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miskin di daerah
GKM+GKNM
284,374317,176
248,026281,482
258,060291,352
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
7.1 Prospek Perekonomian Makro
Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang
menggembirakan yaitu sebesar
diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri
pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan
utama di masa yang akan datang diperkirakan
UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat
tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu
mengolah raw material (biji nikel) menjadi
pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di
wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk
membangun smelter memutuskan untuk memulangkan sement
selesai dibangun dan produksi perusahaan kembali pada titik normal.
Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang
terjadi diawal tahun 2014 dapat mena
tinggi lagi. Adanya bencana banjir dan cuaca buruk di daerah pusat
Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa
komoditas pokok seperti beras dan tanaman holtiku
mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas
tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa
golongan industri akan menahan laju per
Namun demikian, tingginya tingkat konsumsi masih diharapkan
perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya
disebabkan oleh proyek pembangunan
dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah
pusat melalui beberapa kementrian
BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAERAH
7.1 Prospek Perekonomian Makro
Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang
menggembirakan yaitu sebesar 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014
diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri
ementara itu, sektor pertambangan yang digadangkan menjadi salah satu sektor
utama di masa yang akan datang diperkirakan akan mengalami pukulan ke
oleh pemerintah pusat yang memaksa sebagian besar perusahaan
tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu
(biji nikel) menjadi produk turunannya. Hal ini dikonfirmasi dengan adanya
pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di
wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk
memutuskan untuk memulangkan sementara pekerjanya sampai
selesai dibangun dan produksi perusahaan kembali pada titik normal.
Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang
terjadi diawal tahun 2014 dapat menahan perkembangan ekonomi Malut
tinggi lagi. Adanya bencana banjir dan cuaca buruk di daerah pusat-pusat produksi seperti di Jawa,
Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa
komoditas pokok seperti beras dan tanaman holtikultura lainnya yang pada akhirnya akan
mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas
tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa
golongan industri akan menahan laju pertumbuhan kalangan industri pada level terbatas.
Namun demikian, tingginya tingkat konsumsi masih diharapkan dapat
perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya
disebabkan oleh proyek pembangunan (lanjutan proyek lama serta beberapa proyek baru)
dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah
at melalui beberapa kementrian dimana pendanaannya berasal dari APBD 2014 serta APBN
PROSPEK EKONOMI DAERAH
73
Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang
). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014
diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor ekonomi Malut
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri
yang digadangkan menjadi salah satu sektor
akan mengalami pukulan keras dari pemberlakuan
yang memaksa sebagian besar perusahaan
tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu
dikonfirmasi dengan adanya
pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di
wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk
ara pekerjanya sampai smelter
Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang
han perkembangan ekonomi Malut untuk tumbuh lebih
pusat produksi seperti di Jawa,
Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa
ltura lainnya yang pada akhirnya akan
mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas-komoditas
tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa
tumbuhan kalangan industri pada level terbatas.
dapat menjadi penopang
perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya
utan proyek lama serta beberapa proyek baru) yang
dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah
dimana pendanaannya berasal dari APBD 2014 serta APBN
2014. Tahun 2014, pemerintah Maluku Utara merencanakan untuk
pembangunan infrastruktur dasar seperti
kepulauan, pembangunan ban
pembangunan perkantoran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku
Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara
masuk dalam koridor 6 Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (
Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi
sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan
didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calo
untuk mengembangkan bisnisnya di
memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal
7.2 Prospek Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan
meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya
9,7%±1 (yoy). Dari sisi non-fundamental, kelompok
salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan
harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL)
beberapa golongan di tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga
komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang
terjadi di Kota Ternate biasanya berada pada
nasional. Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah
Produksi(Ton)
1 2008 4,6252 2009 5,0733 2010 5,1474 2011 6,7675 2012 6,8376 2013 6,852
No Tahun
Sumber : PPN Kota Ternate
BAB II. PERKEMBANGAN
intah Maluku Utara merencanakan untuk
pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik bersifat
ndar udara di Halmahera, pemasangan pipa air bersih dan berbagai
toran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku
Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara
Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (
Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi
sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan
didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calo
untuk mengembangkan bisnisnya di bumi Kie Raha seperti halnya di sektor perikanan yang
memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan
meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya
fundamental, kelompok administered price diperkirakan akan menjadi
salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan
harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL)
tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga
komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang
terjadi di Kota Ternate biasanya berada pada magnitude yang lebih besar dibandingkan
Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah
Produksi Nilai Produksi Produksi Rata2/Hari(Rp.(000)
4,625 43,047,546 9,3085,073 50,140,732 9,8845,147 47,215,738 9,1736,767 70,238,893 10,3806,837 85,476,083 12,5026,852 94,143,055 13,740
Harga Rata-Rata/Kg
Tabel7.1Perkembangan Produksi Ikan Tangkap
74
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
intah Maluku Utara merencanakan untuk masih fokus dalam
jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik bersifat
dar udara di Halmahera, pemasangan pipa air bersih dan berbagai
toran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku
Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara
Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi
sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan
didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calon investor
seperti halnya di sektor perikanan yang
Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan
meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya yaitu dikisaran
diperkirakan akan menjadi
salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan
harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) untuk
tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga
komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang
yang lebih besar dibandingkan dengan
Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah
Produksi Rata2/Hari(Ton)12.713.914.118.518.718.8
terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas
akhirnya sampai pada konsumen yaitu masyarakat. Oleh karena itu, adanya
produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer
sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan
berujung pada tingkat harga yang tinggi.
Sementara itu, pergerakan volatile foods
dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar
dikarenakan meredanya tinngi ombak
tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh
wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai
komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan
disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan
Sulawesi dipekirakan menjadi penyebab
perairan utara Indonesia termasuk Maluku Utara akan
terhadap rigiditas turunnya harga ikan di tingkat konsumen.
Maluku Utara akan bertahan pada level yang cukup tinggi
Indonesia Provinsi Maluku Utara
Dari sisi fundamental, pergerakan
didukungolehseluruhdeterminannya yang masihkondusif
serta kondisi soasial-politik Malut yang aman terkendali selama
PILKADAdiperkirakandapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka
naneksternaldiperkirakanterkendali
sehingga ekspor mulai tumbuh pada level yang menggembirakan
7.3 Prospek Perbankan
Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan
memberikan dorongan positif terhadap perbaikan kondisi
Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menai
suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan.
Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan
pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan
nasional. Walaupun demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih
BAB II. PERKEMBANGAN
terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas
akhirnya sampai pada konsumen yaitu masyarakat. Oleh karena itu, adanya
produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer
sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan
berujung pada tingkat harga yang tinggi.
volatile foods yang seharusnya mereda di triwulan I 2014 sejalan
dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar
dikarenakan meredanya tinngi ombak diperkirakan akan tetap bertahan pada level ya
tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh
wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai
komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan
disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan
Sulawesi dipekirakan menjadi penyebab pergerakan harga.Selain itu, terciptanya awan badai di
perairan utara Indonesia termasuk Maluku Utara akan memperpanjang dampak faktor cuaca
harga ikan di tingkat konsumen. Pada akhirnya, tingkat inflasi di
Maluku Utara akan bertahan pada level yang cukup tinggi sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara.
Dari sisi fundamental, pergerakan diperkirakanmasihdalam level
didukungolehseluruhdeterminannya yang masihkondusif. Kenaikanaktivitaskonsumsi
politik Malut yang aman terkendali selama
dapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka
terkendaliseiringdenganpertumbuhanekonomidunia yang
sehingga ekspor mulai tumbuh pada level yang menggembirakan.
k Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan
itif terhadap perbaikan kondisi Current Account Defisit
Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menai
suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan.
Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan
pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan
kian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih
75
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas-komoditas sebelum
kenaikan harga di level
produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer
sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan
yang seharusnya mereda di triwulan I 2014 sejalan
dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar inflasi Kota Ternate
diperkirakan akan tetap bertahan pada level yang cukup
tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh
wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai
komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan pada pasokan yang
disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan
erciptanya awan badai di
memperpanjang dampak faktor cuaca
Pada akhirnya, tingkat inflasi di
sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank
dalam level moderat,
. Kenaikanaktivitaskonsumsiyang tinggi
politik Malut yang aman terkendali selamapelaksanaan
dapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka
seiringdenganpertumbuhanekonomidunia yang mulai membaik
k Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan
Current Account Defisit (CAD) Indonesia.
Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menaikkan
Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan
pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan
kian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih
mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran
20% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (
dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan
suku bunga tabungan dan deposito mereka. Hal ini merupakan
untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.
Selain itu, masih kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
mempersiapkan wilayahnya serta didukung oleh investasi yang masuk
mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.
Sebagai kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi
perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.
BAB II. PERKEMBANGAN
mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran
). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (
nya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan
suku bunga tabungan dan deposito mereka. Hal ini merupakan magnet tersendiri bagi masyarakat
untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.
h kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
mempersiapkan wilayahnya serta didukung oleh investasi yang masuk dari pihak swasta akan
mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.
kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi
perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.
76
I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran
). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan
nya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan
tersendiri bagi masyarakat
untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.
h kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
dari pihak swasta akan
mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.
kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi
perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.