4
OBAT ANTI-INSOMNIA Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine. Penggolongan : Nitrazepam, flurazepam,estazolam Non-benzodiazepin : Zolpidem Tabel. Sediaan obat Anti-Insomnia dan Dosis Anjuran No Nama generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran 1 Nitrazepam DUMOLID (Alphama) Tab 5 mg 5-10 mg/malam 2 Zolpidem STILNOX (sanofi- Aventis) ZOLMIA (Fahrenheit) Tab 10 mg Tab 10 mg 10-20 mg/malam 3 Estazolam ESILGAN (Takeda) Tab 1 mg Tab 2 mg 1-2 mg/malam 4 Flurazepam DALMADORIM (Valeant) Tab 15 mg 15-20 mg/malam Pengaturan Dosis - Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur. - Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat)

Obat Antiinsomnia(Tgs Kel Besar Nanda)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obat antiinsomnia

Citation preview

Page 1: Obat Antiinsomnia(Tgs Kel Besar Nanda)

OBAT ANTI-INSOMNIA

Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu benzodiazepine dan non-

benzodiazepine.

Penggolongan : Nitrazepam, flurazepam,estazolam

Non-benzodiazepin : Zolpidem

Tabel. Sediaan obat Anti-Insomnia dan Dosis Anjuran

No Nama generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran1 Nitrazepam DUMOLID

(Alphama)Tab 5 mg 5-10 mg/malam

2 Zolpidem STILNOX (sanofi-Aventis)ZOLMIA (Fahrenheit)

Tab 10 mgTab 10 mg

10-20 mg/malam

3 Estazolam ESILGAN (Takeda) Tab 1 mgTab 2 mg

1-2 mg/malam

4 Flurazepam DALMADORIM (Valeant)

Tab 15 mg 15-20 mg/malam

Pengaturan Dosis

- Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.

- Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2

minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound dan

toleransi obat)

Indikasi penggunaan:

Gejala sasaran (target syndrome) : Syndrom insomnia

Butir-butir diagnostic Sindrom Insomnia

Page 2: Obat Antiinsomnia(Tgs Kel Besar Nanda)

Membutuhkan waktu lebih dari ½ jam untuk tertidur (trouble in falling sleep) atau tidur kembali setelah terbangun (sleep continuity interruption) sehingga siklus tidur tidak utuh dan menimbulkan keluhan gangguan kesehatan.

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunana kemampuan bekerja,hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.

Lama tidur tidak bisa dijadikan acuanoleh karena bersifat sangat individual

-Long Sleeper : (7-8 jam/hari)

-Short Sleeper (3-4jam/hari)

Indikasi penggunaan obat insomnia terutama pada kasus ‘Transient and Shortterm Insomnia” sangat berhati-hati pada kasus dengan “longer insomnia”. Selalu diupayakan mencari penyebab dasar dari gangguan tidur dna pengobatan ditujukan pada penyebab dasar tersebut.

Kontraindikasi

a. Sleep Apneue Heart Failureb. Chronic Respiratory Dosease”

Mekanisme Kerja

Proses tidur adalah suatu siklus yang terdiri :

a. Stadium jaga (wake, gelombang beta)b. Stadium 1 (gelombang alfa,theta)c. Stadium 2 ( gelombang delta 20%)d. Stadium 3 ( gelombang delta 20-50%)e. Stadium 4 (gelombang delta >50%)= delta sleepf. TSadium REM (Rapid Eye Movement )= REM Sleep

Satu siklus berlangsung sekitar 90 menit, sehingga terjadi sekitar 4-5 siklus yang teratur pada tisdru yang normal.

Pada keadaan : tidur ringan = stadium 1 dan 2

Tidur dalam : stadium 3 dan 4 (Non RM Sleep)

Page 3: Obat Antiinsomnia(Tgs Kel Besar Nanda)

Tidur dangkal = stadium REM (terjadi mimpi)

Obat golongan benzodiazepine tidka menyebabkan “REM suppression & Rebound”

Pada kasus depresi terjadi penggunaan delta sleep (gel delta<20 %) sehingga tidak pulas tidurnya dna mudah terbangun. Pada awal depresi terjadi deficit “REM Sleep” (0-10 %, dimana apda orang normal 20 %) yang menyebabkan tidur sering terbangun akibat mimpi buruk (REM Sleep bertambha untuk mengatasi deficit), sehingga siklus tidur menjadi tidak teratur.

Obat anti-deperesi menekan dan menghilangkan “REM Sleep” dan mneungkatkan “delta Sleep” sehingga pasien tidur nyaman yidak terganggu mimpi buruk. Bila obat mendadak dihentikan terjadi “REM rebound “ dimana pasien akan mengalami mimpi-mimpi buruk lagi.

Efek Samping

Efek samping: supresi SSP (Susunan Saraf Pusat) pada saat tidur. Hati-hati pada pasien insufisiensi pernapasan , uremi dan gangguan fungsi hati oleh karna keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP dan dapat memudahkan timbulnya koma. Pada apsien usia lanjut dapat terjadi “oversedation” sehingga resiko jatuh dna trauma menjadi besar, yang sering terjadi adalah” hip fracture”

Hypnotic are unique among medication in that their clinical effects is also their major side effect-that is sleepiness)

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farnakokinetik obat anti-insomnia (waktu paruh)

a. Waktu paruh singkat gejala reboud lebih berat pada pagi harinya dan dapat samapi menjadi panic

b. Waktu paruh sedang gejala rebound lebih ringanc. Waktu paruh panjang menimbulkan gejala “ hang over” pagi harinya dan juga “intensifying

day time sleepness)

Penggunana masa obat anti-insomnia golongan benzodiazepin dapat terjadi “dishibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction” perilaku menyerang dan ganas.

Daftar Pustaka

1. Maslim Rusdi, dr.,Sp.KJ. Panduan Klinis. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisis ke III. Jakarta: PT. Nuh Jaya, 2007.

2. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis. (http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com Diakses tanggal 01 Maret 2013)

3. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC