OSTEOARTHRITIS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    1/17

    OSTEOARTHRITIS

    Disusun Oleh :

    Talitha Badzlina Sayoeti, S.Ked 0918011081

    Tetra Arya Saputra, S.Ked 0918011082

    Pembimbing:

    dr. Diah Ambarwati, Sp.Rad., M.Sc

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDRAL A.YANI METRO

    2014

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    2/17

    OSTEOARTHRITIS

    I. PENDAHULUANOsteoarthritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti sendi dan itis

    yang berarti inflamasi atau peradangan.Osteoartritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi

    degeneratif atau artritis degeneratif atau artritis hipertrofi atau osteoartrosis (sekalipun

    terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerap kali

    menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Osteoartitis (OA) dapat didiagnosis secara

    berlebihan atau dianggap remeh; penyakit ini sering diobati secara berlebihan (overtreatment)

    atau kurang ditangani sebagaimana mestinya (undertreatment). Dampak fungsional OA

    terhadap kualitas hidup penderitanya, khususnya yang berusia lanjut, kerapkali tidak

    dipedulikan. Oleh karena alasan tersebut, maka mengetahui cara mendiagnosa osteoartritis

    adalah penting agar penderita dapat memperoleh penatalaksanaan yang tepat dan sesuai.

    Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang

    lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang

    berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan

    sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas,

    pembesaran sendi, dan hambatan gerak. Sering kali berhubungan dengan trauma atau

    mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, chronic inflammatory

    arthritis, malformasi kongenital,dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

    II. EPIDEMIOLOGIOA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak dijumpai terutama pada orang-

    orang di atas 40 tahun di seluruh penjuru dunia. Banyak orang tua tidak dapat berjalan sendiri

    dari tempat tidur ke kamar mandi karena OA.

    Di Amerika, OA menyerang 40 juta warga Amerika dan 30-60% berusia 65 tahun. Pada

    suatu survei radiografi pada wanita di bawah 40 tahun hanya 2% mempunyai OA; akan tetapi

    pada usia 45-60 tahun angka kejadiannya 30% sementara pada orang-orang di atas 61 tahun

    angka kejadiannya lebih dari 65%. Pada laki-laki nilai ini sedikit lebih rendah (grafik 1).

    OA jarang sekali dijumpai pada anak-anak.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    3/17

    Di bawah usia 55 tahun, distribusi sendi OA pada laki-laki dan perempuan sama. Pada yang

    berusia lebih tua, OA panggul lebih sering pada laki-laki, sedangkan OA sendi antarfalang

    dan pangkal jempol lebih sering pada perempuan. Demikian juga bukti radiografik OA lutut,

    terutama OA lutut simptomatik, tampaknya lebih sering pada perempuan daripada laki-laki.

    Prevalensi OA lumbal adalah sekitar 3-6% pada populasi Kaukasia dan tidak berubah dalam

    4 dekade terakhir ini. Sebaliknya, penelitian pada populasi Asia, kulit hitam, dan Indian timur

    memiliki prevalensi yang sangat rendah terkena OA lumbal.

    III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOEtiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Untuk penyakit dengan penyebab yang

    tidak jelas, istilah faktor resiko (faktor yang meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih

    tepat. Secara garis besar, faktor resiko untuk timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah

    ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan

    persentase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor resiko tersebut untuk

    masing-masing OA tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor resiko ini, maka

    sebenarnya semua OA adalah sekunder. Faktor-faktor resiko OA individu dapat dipandang

    sebagai faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata, faktor-faktor yang

    menyebabkan beban biomekanis tidak normal pada sendi-sendi tertentu, kegemukan, faktor

    genetic, usia, cedera sendi, penyakit metabolik, merokok, kelainan sendi dan tulang serta

    jenis kelamin adalah faktor resiko umum yang penting.

    IV. KLASIFIKASIOsteoartritis dibagi menjadi 2 berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya OA (tabel 1),

    yaitu :

    a. Osteoartritis PrimerOsteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi yang

    menahan berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah. OA primer

    sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan

    lumbal, serta ibu jari. Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan

    berat badan. OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim, penyakit tulang, dan

    gangguan fungsi hati.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    4/17

    b. Osteoartritis SekunderOsteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada sendi. OA

    sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder berhubungan dengan

    beberapa faktor, antara lain:2,10,16

    1. Trauma, termasuk trauma olah raga2. Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan3. Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang4. Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan oleh

    perkembangan yang tidak normal

    5. Kelainan metabolik dan endokrin

    V. PATOGENESISKartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi mekanis utama.

    Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus sehingga pada pergerakan sendi

    satu tulang menggelincir tanpa hambatan terhadap tulang yang lain (dengan cairan sinovium

    sebagai pelumas). Kedua, kartilago sendi merupakan penyerap beban (shock absorber) dan

    mencegah pengumpulan tekanan pada tulang sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi

    mendapat beban.

    Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%). Kondrosit berperan

    dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks ekstraseluler sebagian besar

    terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%), proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen

    tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan terdiri dari inti protein dengan cabang-cabang

    glikosaminoglikan, terutama krondoitin sulfat dan keratin sulfat. Proteoglikan membentuk

    kesatuan dengan asam hialuronat, dan keduanya berperan dalam menyokong stabilitas dan

    kekuatan kartilago. Selain itu, proteoglikan juga berperan dalam menahan beban tekanan

    (tensile strength), sedangkan kolagen berperan dalam menahan beban regangan dan beban

    gesekan (shear strength).

    OA dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu (1) sifat biomaterial kartilago sendi dan tulang

    subkondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendi sehingga jaringan rusak;

    atau (2) beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau tulang

    kurang baik. Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai OA, yaitu kerusakan

    fokal karti lago sendi yang progresifdan pembentukan tulang baru (osteofi t)pada dasar lesi

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    5/17

    kartilago dan tepi sendi. Perubahan mana yang lebih dahulu timbul, korelasi, dan

    patogenesisnya sampai sekarang belum dipahami dengan baik.

    Sampai saat ini, sebagian besar peneliti berpendapat bahwa perubahan awal pada OA dimulai

    dari kerusakan kartilago sendi. Di samping peranan faktor pemakaian (wear), terdapat bukti

    kuat akan adanya perubahan metabolisme. Pada keadaan normal, pada kartilago sendi

    terdapat keseimbangan antara enzim degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degradatif

    terdapat lisosomal protease (cathepsin), plasmin, dan matrix metalloproteinases / MMPs

    (stromelysin, collagenase, dan gelatinase) yang merusak makromolekul matriks kartilago

    (proteoglikan dan kolagen). Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim tissue

    inhibitor of metalloproteinases (TIMP)dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang

    disintesis oleh kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1

    (IGF-1), transforming growth factor- (TGF-), dan basic fibroblast growth factor yang

    berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.

    Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan sintesis dan

    sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1) atau faktor

    stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit mononuklear, sel sinovial, dan

    kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago dan menekan sintesi proteoglikan,

    sehingga ikut menghambat proses perbaikan matriks kartilago secara langsung. Hal ini

    menyebabkan terjadinya penurunan proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan

    berkurangnya kadar air kartilago, sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif.

    Akhir-akhir ini diduga adanya peranan nitric oxide (NO) dalam kerusakan kartilago sendi

    karena NO merangsang sintesis MMPs. Sintesis NO dirangsang oleh IL-1, tumor necrosis

    factor (TNF), dan beban gesekan pada jaringan. Pada hewan percobaan, pengobatan dengan

    inhibitor inducible NO synthetase (iNOS)dapat mengurangi derajat kerusakan kartilago sendi

    Berdasarkan penelitian, beban mekanik statik dan siklik yang berlangsung lama dapat

    menghambat sintesis proteoglikan dan protein, sedangkan beban yang relatif singkat dapat

    merangsang biosintesis matriks. Pandangan mengenai patogenesis OA semakin banyak

    berkembang pada waktu belakangan ini. Sekarang penyakit ini tidak dipandang lagi sebagai

    proses penuaan saja, tetapi merupakan suatu penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya

    perubahan-perubahan pada makromolekul tersebut, sifat-sifat biomekanis kartilago sendi

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    6/17

    akan berubah. Hal ini akan menyebabkan kartilago sendi rentan terhadap beban yang biasa.

    Permukaan kartilago sendi menjadi tidak homogen, terbelah pecah dengan robekan-robekan

    dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit, kartilago sendi dapat seluruhnya

    sehingga tulang di bawahnya menjadi terbuka.

    Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu perbaikan

    untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang

    progresif. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit

    mungkin dapat mempengaruhi perubahan-perubahan awal kartilago sendi pada OA, akan

    tetapi kaitan yang sebenanya antara osteofit dengan kerusakan kartilago sendi masih belum

    jelas, karena osteofit dapat timbul pada saat kartilago sendi masih tampak normal. Melihat

    adanya proses kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi, adalah lebih tepat kalau

    OA dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif. Sama seperti proses kegagalan organ

    yang lain (misalnya jantung dan ginjal), dalam proses OA juga terdapat usaha-usaha tertentu

    untuk mengatasinya sebelum kegagalan tak dapat diatasi.

    VI. MANIFESTASI KLINIKPada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama,

    tetapi berkembang secara perlahan-lahan.

    a. Nyeri sendiKeluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter

    (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri sendi

    pada OA sering dikeluhkan sebagai nyeri dalam, terlokalisasi di sendi yang terkena,

    biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa

    gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan

    yang lain.

    Nyeri malam hari, yang mengganggu tidur, sering timbul pada OA panggul lanjut dan

    mungkin melemahkan pasien. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat

    radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan

    stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan

    claudicatio intermitten. Tanda shrug yang positif (nyeri bila patella ditekan secara

    manual ke arah femur waktu kontraksi kuadriseps) mungkin merupakan tanda OA di

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    7/17

    sendi patellofemoralis. Karena kartilago tidak memiliki persarafan, nyeri sendi pada OA

    berasal dari struktur lain, yaitu :

    Tabel Penyebab nyeri sendi pada pasien OA2,22

    Sumber M ekanisme

    Sinovium Peradangan

    Tulang subkondral Hipertensi medularis,

    mikrofraktur

    Osteofit Peregangan ujung saraf

    periosteum

    Ligamentum Peregangan

    Kapsul Peradangan, distensi

    Otot Kejang

    Entesis Inflamasi

    b. Hambatan gerakan sendiGangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

    bertambahnya rasa nyeri.

    c. Kaku pagiPada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah imobilitas atau periode

    inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan

    setelah bangun tidur mungkin menonjol tetapi biasanya menetap kurang dari 20 menit.

    d. KrepitasiRasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. Muncul pada

    keadaan yang lebih lanjut dari OA.

    e. Pembesaran sendiPasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau

    tangan) secara pelan-pelan membesar. 4,5

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    8/17

    f. Perubahan gaya berjalanGejala ini juga merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA

    pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan

    berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk

    kemandirian pasien OA yang umumnya khas. 4,5

    g. Kelainan sistemikTidak seperti Rheumatoid arthritis (RA), pada OA tidak ditemukan kelainan sistemik

    atau kelainan ekstra artikular yang menyertai.

    VII. PEMERIKSAAN FISIKa. Krepitasi

    Gejala ini merupakan khas untuk OA, lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA

    lutut. Krepitus merupakan sensasi tulang bergesekan dengan tulang lain. Pada

    awalnya, hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh

    pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi

    dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan

    kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif

    dimanipulasi.

    b. Hambatan gerakPerubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara

    radologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai

    sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat

    konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).

    c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetriPembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya

    tidak banyak (< 100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat

    mengubah permukaan sendi.

    d. Tanda-tanda peradanganTanda-tanda adanya peradangan paa sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, adanya

    rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    9/17

    adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan,

    seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan

    kaki.

    e. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanenPerubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan

    permukaan sendi, berbagai kecadangan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang

    dan permukaan sendi.

    f. Perubahan gaya berjalanKeadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena karena menjadi

    tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang

    belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan, bahu, siku,

    dan pergelangan tangan, OA juga menimbulkan gangguan fungsi.

    VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA sudah cukup memberikan

    gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang lebih canggih.

    Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :

    a. Penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yangmenganggung beban)

    b. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondralc. Kista tulangd. Osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)e. Perubahan struktur anatomi sendi

    Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat digradasi

    menjadi ringan sampai berat menurut kriteria Kellgren & Lawrence (tabel -3). Harus diingat

    bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi masih tampak normal.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    10/17

    Tabel Kriteria perubahan radiologi menurut Kellgren & Lawrence17

    Kriteria Perubahan

    1 Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan ligamentum

    2 Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada sendi DIP dan

    PIP

    3 Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis tulang

    subkondral

    4 Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang subkondral

    5 Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput femoralis

    Berdasarkan kriteria radiologi di atas maka digunakan sistem grading, yaitu :

    a. Derajat 0 : Tidak ada Osteoartritisb. Derajat 1 : Osteoartritis Meragukanc. Derajat 2 : Osteoartritis Minimald. Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedange. Derajat 4 : Osteoartritis Berat

    Derajat radiografi menurut Kellgren dan Lawrence sejauh ini merupakan prediktor terkuat

    untuk menilai progresifitas OA lumbal, terutama pada pasien dengan nyeri lumbal atau

    pinggang. Pada pasien dengan nyeri pinggang, radiologi merupakan penunjang yang

    memiliki nilai yang kuat dalam mengidentifikaasi resiko tinggi dari perkembangan OA

    lumbal. Pemeriksaan lebih lanjut (khususnya MRI) dan mielografi mungkin juga diperlukan

    pada pasien dengan OA tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan keluhan-

    keluhan kompresi radikular atau medula spinalis.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    11/17

    Gambaran sendi tungkai normal Gambaran adanya pembentukan

    osteofit dan penyempitan celah sendipada sendi tungkai

    Gambaran sendi panggul normal Adanya pembentukan osteofit pada

    sendi panggul

    Osteoartritis erosif (pada tahap lanjut) Deformitas tungkai

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    12/17

    Arthroscopy

    Arthroscopy merupakan metode langsung untuk melihat sinovium dan

    mengklasifikasikan tingkat keparahan berdasarkan gambaran kartilago (tabel 4).

    Tabel Arthroscopic classification of severity of OA30

    Grade Description

    1 Swelling and softening of cartilage. Edema and cellular infiltrate

    2 Superficial fibrillation

    3 Deeper and large cartilage fibrillation

    4 Visualisation of underlying subchondral bone

    VIII.DIAGNOSISMeskipun OA mungkin didiagnosis dengan sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi pada

    pasien-pasien dengan nyeri sendi menahun yang sudah memenuhi kriteria klinis tanpa

    pemeriksaan radiografi, pada umumnya diagnosis OA berdasarkan pada gabungan gejala

    klinis dan perubahan radiografi. Gejala klinis perlu diperhatikan, oleh karena tidak semua

    pasien dengan perubahan radiografi OA mempunyai keluhan sendi.

    Pembentukan sklerosis subkondral Osteofit pada sendi jari tangan (DIP 1)

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    13/17

    IX. DIAGNOSIS BANDINGBeberapa kelainan yang menyerupai osteoartritis, antara lain :

    a. Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang dapat menimbulkan gambaran radiografiOA (misalnya hiperparatirodisme, oochronosis, alkaptonuria, dll).

    b. Penyakit sendi lain yang cukup berat (tetapi jarang) : osteonekrosis, neuropati Charcot,sinovitis vilonodular, dan kondromatosis sinovial.

    c. Penyakit sendi peradangan atau kristal : gout, pseudogout, atritis bakterial atau RA. Halini terutama pada pasien-pasien dengan tanda-tanda peradangan yang nyata, meskipun

    terdapat gambaran radiografi untuk OA.

    d. Penyakit reumatik jaringan ikat (misalnya bursitis anserin, periartritis bahu,sindromcarpal tunnel, dan tenosinovitis). Penyakit-penyakit ini perlu dipertimbangkan meskipun

    gambaran klinis dan radiografi menyokong OA. Harus selalu dipertanyakan apakah nyeri

    sendi pada pasien timbul karena OA atau ada penyakit-penyakit tersebut.

    X. PENATALAKSANAANPada dasarnya terapi farmkologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

    a. Medikamentosa sistemik1. Analgesik

    Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 4 g/hari atau propoksifen HCl berguna

    sebagai analgetik sederhana. Kodein atau narkotik lain jarang dipakai atau dipakai

    hanya dalam waktu singkat. Asam salisilat juga merupakan analgetik yang efektif,

    meskipun harus diperhatikan efek samping pada saluran pencernaan dan ginjal.

    Keracunan salisilat juga dapat menimbulkan gejala-gejala yang tidak khas pada

    orang tua, seperti kebingungan, gelisah, agitasi, hiperaktivitas, bicara ngelantur,

    atau kadang-kadang kejang

    2. Anti-inflamasi non steroid (OAINS)Jika nyeri sendi nyata atau tidak berkurang dengan analgesik atau jika terdapat

    tanda-tanda peradangan (panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS seperti

    fenoprofin, diklofenak, ketoprofen, naproksen, ibuprofen, piroksikam, dan lain-

    lainnya. Dosis untuk OA biasanya 1/2 1/3 dosis penuh untuk RA.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    14/17

    Banyak penelitian menunjukkan bahwa efek analgetik AINS pada pasien OA tanpa

    peradangan lebih baik dari obat analgesik sederhana. Beberapa AINS (misalnya

    indometasin) dalam jangka panjang dilaporkan dapat memperberat kerusakan

    tulang rawan sendi pada OA. Karena pemakaian obat-obat AINS pada OA (yang

    biasanya pasien tua) seringkali berlangsung lama, efek samping yang utama ialah

    gangguan mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan gangguan faal ginjal. Oleh

    karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama (penekanan produksi prostaglandin)

    maka efek sampingnya juga sama. Pemakaian kombinasi obat ini hanya akan

    menambah resiko efek sampingnya.

    Ibuprofen and naproxenadalah dua preparat yang sering dipakai. Kedua obat ini

    lebih efektif dalam mengurangi gejala dan memperbaiki pergerakan sendi dan

    kurang menimbulkan iritasi lambung daripada aspirin. Ibuprofen dan Naproksen

    dapat menimbulkan iritasi lambung biola digunakan dalam jangka waktu lama.

    Aspirin juga merupakan preparat NSAIDs yang sering digunakan. Penggunaan

    jangka lama dapat menyebabkan ulkus lambung. Cyclo-oxygenase (COX), enzim

    yang terlibat dalam konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, berada dalam

    dua isoform: (1) COX-1, terdapat terutama di lambung dan menghasilkan

    prostaglandin yang bersifat sitoprotektif, dan (2) COX-2, terlibat terutama dalam

    kaskade inflamasi dan berperan dalam manifestasi nyeri sendi, pembengkakan ,

    dan kekakuan. Dalam penelitian telah dikembangkan obat yang bekerja sebagai

    inhibitor spesifik dari COX-2 (COX-2 inhibitors), seperti rofecoxib, celecoxib.

    Meskipun data tentang obat-obat ini masih minimal, namun penelitian telah

    menunjukkan bahwa COX-2 inhibitors memiliki efektivitas yang sama dengan

    AINS dalam terapi osteoartritis, tapi dengan efek samping gastrointestinal yang

    minimal. Suatu studi meta-analisis terhadap rofecoxib menunjukkan resiko relatif

    0,51 terhadap terjadinya efek samping gastrointestinal yang serius bila

    dibandingkan dengan AINS konvensional. Keterbatasan obat golongan ini adalah

    harganya yang relatif mahal, sehingga pemakaian AINS dengan atau / tanpa obat

    sitoprotektif saluran cerna masih lebih banyak digunakan.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    15/17

    3. Obat-obat penghambat progresivitas penyakitBeberapa usaha sedang dilakukan untuk membuat bahan farmakologis yang dapat

    memperbaiki atau mencegah proses patologis pada OA :

    a. Arteparon (asam glycosaminoglycan polysulfinic ester) pada binatang percobaantelah terbukti mengurangi kerusakan histologis OA. Masih perlu penelitian klinis

    jangka panjang untuk melihat hasil yang sebenarnya.

    b. Rumalon (kompleks peptida glikosaminoglikan) yang diperoleh dari tulang rawansendi sapi dan ekstrak sumsum tulang. In vitro, obat ini dapat merangsang

    pembentukan proteoglikan.

    c. Artofen (sodium pentosan polysulfate) adalah suatu heparinoid yang menghambathialuronidase, elastase, dan enzim lain yang merusak proteoglikan.

    Perkembangan obat-obat di atas masih dalam taraf permulaan, tetapi menjanjikan

    suatu usaha tambahan yang positif. Pengobatan lain yang dikembangkan pada OA

    adalah SAMe (S-adenosyl methyonin) yang mrupakan senyawa endogen yang

    memberikan gugus metil pada berbagai senyawa yang meliputi neurotransmiter, asam

    lemak, asam nukleat, protein, dan fosfolipid membran. Sejak pertama kali ditemukan

    pada tahun 1950, obat ini telah digunakan untuk terapi depresi, OA, fibrisitis,

    alcoholic liver disease, dan migren. Dalam terapi OA, SAMe diduga memiliki efek

    analgesik dan antiinflamasi. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi diduga SAMe

    membantu produksi proteoglikan. Suatu studi multi center placebo control trial

    menunjukkan bahwa SAMe sama efektifnya dengan naproksen dan superior terhadap

    plasebo. Selain itu, SAMe lebih dapat ditoleransi dibandingkan AINS meskipun

    membutuhkan waktu terapi yang lebih lama dan biaya yang relatif mahal.

    b. Medikamentosa topicalTerapi topikal adalah alternatif pada pasien OA yang memiliki gejala rasa sakit yang

    refrakter terhadap terapi analgesik atau pasien tidak dapat mentoleransi efek dari terapi

    sistemik. Dua agen yang biasa diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin.

    Suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi

    AINS topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun jumlah penelitian

    dan sampel yang digunakan masih minimal, namun cukup beralasan untuk

    menyimpulkan bahwa terapi AINS topikal efektif dan aman pada pasien OA dalam 2

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    16/17

    minggu pertama pengobatan. Setelah 2 minggu, tidak diketahui efektivitas AINS lebih

    baik dari placebo.

    Capsaicin dapat mengurangi gejala dengan toksisitas yang rendah. Ini merupakan obat

    baru yang belum terlalu banyak dipasarkan.7 Capsaicin adalah senyawa alami yang

    mendeplesi deposit Substance P secara dari ujung saraf sensorik, sehingga mengurangni

    transmisi rangsang nyeri dari saraf tepi ke susunan saraf pusat. Suatu studi meta-analisis

    menunjukkan bahwa Capsaicin dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki efek yang

    signifikan bila dibandingkan dengan plasebo. Selain AINS dan capsaicin, agen yang

    juga digunakan sebagai obat topikal adalah Lidocaine topikal. Lidocaine relatif cukup

    efektif dalam mengurangi rasa nyeri.

    c. Medikamentosa intraartikular1. Kortikosteroid

    Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam pengobatan OA. Beberapa

    penelitian melaporkan steroid intra-artikular mungkin berguna untuk menghilangkan

    nyeri pada OA. Bagaimana pengaruh steroid pada kerusakan tulang rawan sendi pada

    OA masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian melaporkan steroid mengurangi

    kerusakan tulang rawan sendi, tetapi penelitian yang lain melaporkan sebaliknya.

    Suntikan kortikosteroid pada epidural dapat mengurangi gejala-gejala nyeri radicular.

    2. ViscosupplementationBeberapa preparat hialuronan tersedia dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya

    rasa nyeri diketahui berasal peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga

    pengobatan pada kondisi demikan disebut viscosupplementation. Hasil penelitian

    terakhir menyebutkan bahwa suntikan hialuronat tidak lebih baik dari AINS dalam

    mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan kekakuan.

  • 5/27/2018 OSTEOARTHRITIS.docx

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Osteoartritis. DalamKamus Kedokteran Dorland. Jakarta : Penerbit Buku KedokteranEGC. 1996 : 1317

    2. Brandt, Kenneth. Osteoarthritis. Dalam Harrisons Principles of Internal Medicine15thedition volume 2. USA : The McGrawHill Companies. 2005 :

    3. Brunerr and Suddarth. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedahedisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002 : 1807-9

    4. Tarigan, Pangarapan. Osteoartritis. DalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisiketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1996 :

    5. Mansjoer, Arif., dkk. Osteoartritis. Dalam Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisiketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 1999 : 535-6

    6. Hough, Rachel., Ul Haq, I. Osteoarthritis. Dalam Mosbys Crash Course InternalMedicine. British : Mosby. 2002 : 343-4

    7. Green, Gopa., et al. Osteoarthritis. Dalam The Washington Manual of MedicalTheurapeutics 31st edition. Washington : Lippincott Williams and Wilkins. 2004 :

    522-3

    8. Tokano, J., Wyman, J., Salisbury, S. Osteoarthritis. Dalam Clinical GerontologyNursing A guide to Advanced Practice 2nd edition. USA : W.B Saunders. 1999 :

    470-1

    9. Tierney, L., et al. Degenerative Joint Disease (Osteoarthritis). Dalam Current MedicalDiagnosis and Teratment 2002 41stedition. USA : McGraw Hill. 2002 : 834-6

    10. Osteoarthritis. Dalamwww.families.com.200511.Hoaglund, Franklin. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and Epidemiology.

    Dalam Journal of the American of Orthopaedic Surgeons Volume 9, Nomor 5,

    September/October 2001. 320-327

    http://www.families.com/http://www.families.com/