Upload
karlina-oktaviani
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PPT
Citation preview
OUTLINE PPT
SLIDE KE
1. Judul n nama kelompok2. DIET TETP dan DIET HIV 3. Bikin yang kalo di klik diet TETP yang kluar itu ini je
Diet Energi Tinggi Protein Tinggi adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal
Syarat Diet
Syarat - syarat Diet Energi Tinggi Protein Tinggi adalah :
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kal/kg BB
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
Makanan diberikan dalm bentuk mudah cernaKalo di klik Diet HIV yang kluar ini
Syarat Diet
Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah :
1. Energi tinggi. Penambahan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 10C.
2. Protein tinggi, yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel
tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien.
4. Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng,
dan selenium..
5. Serat cukup, gunakan serat yang mudah cerna.
6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien.
7. Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium,
kalium, dan klorida).
8. Bentuk makanan dimodifikasi sesuai keadaan pasien. Apabila terjadi penurunan
berta badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau
sonde sebagai makanan utama atau selingan.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik,
maupun kimia.
4. SIKLUS MENU TETP (hiperlink)
5. SIKLUS MENU HIV (hiperlink)
6. INTERPRETASI MENU TETP
Menu TETP disesuaikan dengan diet TETP I dengan energi 2600 kal, protein 100 g,
lemak 10-25% dari kebutuhan total, karbohidrat, vitamin, mineral, dan cairan cukup.
Disesuaikan dengan standar diet TETP I, maka setiap menu dengan tambahan
snack yang diberikan kurang lebih mengandung energi dan zat gizi makro masing-
masing sebesar 867 kal, protein 34 g, lemak 25 g, karbohidrat 127 g.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dibedakan menjadi 5 Cut off Points
menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu :
(1) Defisit tingkat berat<70% AKG
(2) Defisit tingkat sedang 70-79% AKG
(3) Defisit tingkat ringan 80-89% AKG
(4) Normal 90-119% AKG
(5) Kelebihan ≥120% AKG
7. TETP HARI 1 Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) didapatkan menu dan Snack pagi masing-masing sebesar E : 863,65 kal, P :
31,9 g, L : 29,66 g, KH : 118,2 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 945,65 kal, P
: 40,02 g, L : 37,92 g, KH : 112,3 g. Menu dan snack malam didapatkan E : 867,1 kal,
P : 29,26 g, L : 27,66 g, KH : 130,9 g.
Berdasarkan Cut Off Point diatas hanya zat gizi lemak yang berada pada
kategori lebih sedangkan yang lainya pada kategori normal. Lemak cenderung
berada pada kategori lebih karena proses pengolahan yang dominan digoreng dan
ditumis dimana cara pengolahan tersebut adalah cara pengolahan yang paling sering
dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pemberian menu pada pasien tidak hanya
memastikan keseuaian dengan standar diet akan tetapi juga kebiasaan pada
umumnya untuk memastikan menu dapat diterima dan dikonsumsi oleh pasien.
Lemak pada minyak kelapa sawit adalah lemak yang berantai panjang dan cukup
stabil pada pemanasan dimana minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati
merupakan fosfolipida, karotenoid, tokoferol, dan sterol tumbuh-tumbuhan (Almatsier,
2004).
8. TETP Hari II Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) didapatkan menu dan snack pagi masing-masing sebesar E : 889,6 kal, P :
25,7 g, L : 25,5 g, KH : 143,3 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 872,4 kal, P :
27,6 g, L : 26,5 g, KH : 134,4 g. Menu dan snack malam didapatkan E : 845,5 kal, P :
44,24 g, L : 25,6 g, KH: 109,1 g.
Berdasarkan Cut Off Point diatas zat gizi protein yang berada pada katagori defisit
tingkat ringan, defisit tingkat sedang, dan dalam katagori kelebihan yang berada
pada kategori lebih sedangkan zat gizi yang lainya berada pada kategori normal.
9. TETP III Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
didapatkan menu dan snack pagi masing-masing sebesar E : 918,06 kal, P : 30,05 g,
L : 25,75 g, KH : 143,1 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 853,1 kal, P : 29,94
g, L : 24,81 g, karbohidrat : 129,5 g. Menu dan snack malam didapatkan E : 853,1
kal, P : 29,94 g, L : 24,81 g, KH : 129,5 g.
Berdasarkan Cut Off Point diatas zat gizi menu sehari sudah dalam kategori normal.
Hal ini data disimpulkan menu sudah sesuai dengan standar ketentuan diet TKTP I.
10. TETP IV . Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) didapatkan menu dan snack pagi masing-masing sebesar E : 1019,8 kal, P :
38,3 g, L : 23,88 g, KH : 162,2 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 801,9 kal, P :
20,64 g, L : 20,97 g, karbohidrat : 136,8 g. Menu dan snack malam didapatkan E :
846,6 kal, P : 36,5 g, L : 27,4 g, KH : 114,2 g.
Berdasarkan Cut off Point diatas pada menu + Snack pagi zat gizi karbohidrat
berada dalam kategori lebih, sedangkan pada menu + Snack siang zat gizi protein
pada kategori defisit tingkat berat dan lemak pada kategori defisit tingkat ringan,
dikarenakan penggunaan bahan makanan yang kurang tepat.
11. TETP V Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
didapatkan menu dan snack pagi masing-masing sebesar E : 1007,9 kal, P : 34,7 g,
L : 25,86 g, KH : 163 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 758kal, P : 26 g, L :
30,63 g, karbohidrat : 94,8 g. Menu dan snack malam didapatkan E : 683.8 kal, P :
20,5 g, L : 107,6 g, KH : 95,4 g.
Pada menu pagi komposisi karbohidrat berlebih yaitu ≥120%. Pada menu siang
jumlah kalori dalam menu masuk dalam kategori defisit tingkat ringan, ini
dikarenakan pemilihan bahan makanan belum mengandung cukup kalori.
Sedangkan untuk protein dan karbohidrat juga masuk dalam kategori defisit tingkat
sedang. Pada menu malam komposisi energi, protein, dan karbohidrat masuk dalam
kategori defisit tingkat sedang dikarenakan pemilihan bahan makanan yang belum
mencukupi standar diet. Sedangkan untuk lemak, mengalami kelebihan dikarenakan
pengolahan lebih banyak digoreng dan ditumis. Menurut Damayanthi (1994),
penggorengan berbeda dengan pengolahan pangan lainnya, selain berfungsi
sebagai media penghantar panas minyak juga akan diserap oleh pangan.
12. INTERPRETASI MENU HIV
Menu HIV disesuaikan dengan diet HIV III dengan energi 2500 kal, protein 90 g,
lemak 10-25% kebutuhan total, karbohidrat, vitamin, mineral, dan cairan cukup.
Disesuaikan dengan standar diet HIV III maka setiap menu dengan tambahan Snack
yang diberikan kurang lebih mengandung energi dan zat gizi makro sebesar 834 kal,
protein 30 g, lemak 24 g, karbohidrat 166 g.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dibedakan menjadi 5 Cut off Points
menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu:
(1) Defisit tingkat berat<70% AKG
(2) Defisit tingkat sedang 70-79% AKG
(3) Defisit tingkat ringan 80-89% AKG
(4) Normal 90-119% AKG
(5) Kelebihan ≥120% AKG
13. Hari I . Hasil perhitungan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
didapatkan menu dan snack pagi masing-masing sebesar E : 875 kal, P : 36,6 g, L :
18,55 g, KH : 148,6 g. Menu dan snack siang didapatkan E : 1096,6 kal, P : 28,6 g,
L : 41,2 g, karbohidrat : 161,3 g. Menu dan snack malam didapatkan E : 573,9 kal,
P : 40,54 g, L : 22,2 g, KH : 71,5 g.
14. Berdasarkan Cut off Point diatas pada menu pagi protein pada kategori kelebihan
dan lemak pada kategori defisit kelebihan protein dari asupan amakanan dapat
disimpan pada cadangan tubuh dan dapat digunakan tubuh untuk memperbaiki sel
yang rusak karena infeksi pada HIV sedangkan pada menu siang energi dan lemak
pada kategori kelebihan dimana kelebihan energi pada menu siang hari tidak terlalu
berpengaruh terhadap keseimbangan metabolisme karena pada siang hari penderita
memiliki aktivitas yang lebih daripada malam hari yang menunya memiliki energi dan
karbohidrat yang ada pada kategori defisit (Almatsier, 2004).
15. Menu HIV II
16. HIV III
17. HIV IV
18. HIV V
19. TKBM (hiperlink)
20. TK BUMBU (hiperlink)
21. FOOD COST Biaya makan (Food cost) terkait dengan biaya pengeluaran bahan
makanan, baik bahan utama maupun penolong. Contoh : bahan makanan pokok,
lauk hewani-nabati, sayur, buah, sembako lain, bumbu, dan lain-lain. Pada
umumnya, food cost ini menjadi biaya rata-rata bahan makanan sehari pada periode
tertentu berdasarkan standar makanan yang telah direncanakan dan menurut jenis
pasien dan kelas pasien (Bakri, 2013). Oleh karena itu, biaya makan merupakan
pengeluaran yang paling dikontrol dan yang paling sering mengalami fluktuasi dalam
biaya penyelenggaraan makanan (West, et al, 1988).
Food cost berfungsi untuk mengetahui harga bahan makanan perwaktu makan perporsi
perhari, sebagai bahan evaluasi, sebagai alat kontrol dan pengendalian biaya (Bakri,
2013). Biaya makanan merupakan salah satu biaya yang cukup besar dirumah sakit,
dan 40% biaya makanan adalah pada biaya bahan makanan atau food cost (Bartono,
2005).
22. TABEL FOOD COST (hiperlink)
23. ANALISIS FOOD COST
Rata-rata biaya makan permenu diet TETP I adalah sebesar Rp 11.904,00 dan biaya
makan perhari adalah sebesar Rp 35.713,00, rata-rata biaya makan permenu diet
HIV/AIDS III Rp 11.668,00 dan biaya makan perhari adalah sebesar Rp 35.005,00.
Harga-harga tersebut tergolong lebih murah apabila dibandingkan dengan rata-rata
harga makanan lunak pada pasien kelas 3 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
dengan besar nominal Rp 20.269,22 (Haerani, 2014) dan harga makanan pasien
kelas 2 dan 3 di RSUP Sanglah Denpasar sebesar Rp 17.536,00 (Wirasamadi,
2015).