11
A. BAB I Pendahuluan Pancasila sebagai suatu sostem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupan norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, menadasar, rasional, sistematis dan komprehensif(menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar. Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat bangsa maupun negara, maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Sopan atapun tidak sopan, asusila atau tidak asusila. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum d Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hukum nilai0nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal-mula materi nilai-nilai Pancasila.

Pancasila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

absduigagcbugegcjha

Citation preview

Page 1: Pancasila

A. BAB I Pendahuluan

Pancasila sebagai suatu sostem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupan norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, menadasar, rasional, sistematis dan komprehensif(menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat bangsa maupun negara, maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Sopan atapun tidak sopan, asusila atau tidak asusila. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum d Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hukum nilai0nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal-mula materi nilai-nilai Pancasila.

Jadi sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkab lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.

1. Pengertian EtikaFilsafat dibagi menjadi dua pokok bahasan yaitu; Filsafat teoritis dan Filsafat Praktis. Kelompok pertama mempertanyakan segala sesuatu yang ada, sedangkan kelompok kedua membahas tentang bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbgai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika Umum mempertanyakan prnsip-prinsip yang berlaku bagi setipa tindakan manusia, sedangkan

Page 2: Pancasila

Etika Khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno; 1987).Etika berkaitan dengan berbai nilai karena pada pokoknya etika membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai ‘susila’ dan ‘tidak susila’, ‘baik’ dan ‘buruk’. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Sebebnarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.

Page 3: Pancasila

B. BAB II Permasalahan

Page 4: Pancasila

C. BAB III Pembahasan

Etika Politik

Filsafat dibagi menjadi filsafat teoretis dan filsafat praksis. Filsafat teoretis membahas tentang makna hakiki segala sesuatu antara lain manusia, alam, benda fisik, pengetahuan bahkan hakikat yang transenden. Dalam hubungan ini filsafat teoretis pun pada akhirnya sebagai sumber pengembangan hal-hal bersifat praksis termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Filsafat praksis sebagai bidang kedua membahas dan mempertanyakan dan membahas tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam hubungannyadengan sesama manusia, masyaraka, bangsa dan negara, lingkungan alam setra terhadap Tuhannya (Suseno, 1987 ; 12).

Etika dikelompokan menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip prinsip dasar bagi segenap tindakan manusia. Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkup kehidupannya. Etika khusus dibedakan menjadi (1) etika individual yaitu membahas kewajiban individu terhadap dirinya sendiri dan terhadap Tuhannya. (2) etika Sosial yaitu membahas kewajiban yang harus dipatuhi dalam berhubungan dengan sesama manusia. Etika social memuat etika khusus mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia seperti: etika keluarga, etika profesi, etika pendidikan dan etka politik yang menyangkut dimensi politis manusia.

Secara substansif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa dan negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didsarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradap dan berbudaya.

1. Pengertian PolitikPengertian Politik berasal dari kata ‘Politics’ yang berarti bermacam-macam kegiatan dalam suatu sitem politik atau ‘negara’, yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan itu. ‘Pengambilan Keputusan’ mengenai pakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternative dan penyusunan skala priorotas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan public policies, yang menyangkut yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu di perlukan suatu kekuatan, dan kewenangan,yanga akan dipakai baik untuk membina kerjasama ataupun untuk menyelesaikan konflik yang timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai dapat berupa Persuasi ataupun Pemaksaan. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan masyarakat bukan tujuan pribadi. Secara Oprasional bidang Politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan denagn negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian, serta alokasi (Budiardjo, 1981 ; 89). Oleh karena itu dalam dengan hubungan etika politik pengertian

Page 5: Pancasila

politik tersebut harus dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara.

Page 6: Pancasila

D. BAB IV Kesimpulan

Page 7: Pancasila

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

BAB II Permasalahan

BAB III Pembahasan

BAB IV Kesimpulan

Daftar Pustaka

Page 8: Pancasila

Kata Pengantar

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa penulis telah menyelesaikan Makalah Pancasila yang membahas mengenai Pancasila Sebagai Etika Politik. Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ni tidak lain berkat bimbingan dari dosen Mata Kuliah Umum Pancasila.

Akhirnya kritik dan saran dari teman-teman serta dosen pembimbing sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 20 April 2013

Penulis

Page 9: Pancasila

Daftar Pustaka

Pendidikan Pancasila , Drs. H. Kaelan,MS. Edisi Reformasi 2004

Page 10: Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila

‘Pancasila Sebagai Etika Politik’

Disusun Oleh :

M. Ikhsanul FikriM. Ridho Fiardhy Pangestu

Sindy OktavianiSarah OvinitaDyah Astrid

Yolanda Mitha

Fakultas Kedokteran Universitas Riau

2013