Upload
dinhkien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI DESA TOAPAYA UTARA
KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
ADE LIANI BISMAR ARIANTO
AFRIZAL
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG
2016
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang
disebut dibawah ini :
Nama : Ade Liani NIM : 100565201014 Jurusan/ Prodi : Ilmu Pemerintahan Alamat : Jl. Daeng Kamboja Blok M No. 7 Nomor Telp : 081277795517 Email : [email protected] Judul Naskah : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MENINGKATKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI DESA TOAPAYA UTARA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 8 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
BISMAR ARIANTO, M.Si NIDN. 1029058002
Dosen Pembimbing II
AFRIZAL, M.Si NIDN. 1003048302
3
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA DI DESA TOAPAYA UTARA KECAMATAN TOAPAYA
KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2014
ADE LIANI
BISMAR ARIANTO AFRIZAL
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat memiliki arti penting dalam sebuah proses perencanaan
pembangunan desa, artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari
bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh (aparat)
pemerintah sendiri, tetapi juga harus menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu-
hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung tingkat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perencanaan pembangunan desa di
Desa Toapaya Utara. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa kutipan kata-kata yang
bersumber dari naskah wawancara, catatan lapangan, dan foto-foto, untuk dibandingkan dengan
fenomena-fenomena yang terjadi. Dan teori yang penulis gunakan yaitu Bentuk partisipasi
masyarakat menurut Moch. Solekhan (2012:33) pada intinya ada 4 (empat) macam, yaitu:
Partisipasi dalam pembuatan keputusan (participation in decision making), Partisipasi dalam
pelaksanaan (participation in implementation), Partisipasi dalam menerima manfaat (participation
in benefits),dan Partisipasi dalam evaluasi (participation in evaluation).
Dalam penelitian ini dapat digambarkan tingkat partisipasi masyarakat Desa Toapaya
Utara yang diukur dari tingkat kehadiran, proses penyampaian pendapat, serta dalam pengambilan
keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan pada tahap evaluasi masih tergolong belum
berjalan sebagaimana mestinya disebabkan karena peran pemerintahan desa kurang optimal
sebagai tempat menyalurkan aspirasi mereka sehingga masyarakat tergolong masyarakat yang
pasif dalam membantu meningkatkan perencanaan pembangunan desa, serta faktor pekerjaan yang
menyulitkan masyarakat ikut serta dalam perencanaan pembangunan desa.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Perencanaan
3
ABSTRACT
Community participation has meaning in a process of development, that is through
participation given, its mean actually realize that development activities is in fact not just an
obligation that must be carried out by government themselves, but also should require community
involment to be repaired quality of life.
This research aims to determine the factors that hinder and support the level of
participations in enhancing rural development planning in The Village of Northern Toapaya. The
research used descriptive qualitative research, which the data was collected as quotation that was
sourced from interview, field note, and the documentation of the pictures, to compare that was
phenomenon was happened. And the theory that the authors use the from participation by Moch.
Solekhan (2012:33) in essence there are four kinds of participation in decision-making,
participation in the implementation, participation in the receiving benefits, and participation in
the evaluation.
In this research can be described that the level of community participation Toapaya
Village North as measured from the level of attendance, the process of delivering the opinion, as
well as in decision-making, implementation, utilization of the results and on the evaluation stage is
still relatively not run properly due to less than optimal role of village governance as a place
channel their aspirations so that people classified as a passive society in helping to improve the
planning of rural development, as well as factors that complicate the work of the community to
participate in rural development planning.
Keyword : Villagers Participation, Planning
4
A. PENDAHULUAN
Negara Republik Indonesia sebagai
Negara kesatuan menganut azas
desentralisasi dalam menyelenggarakan
pemerintahan dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Ini berdampak pada peluasan kewenangan
pemerintahan daerah dalam menye-
lenggarakan dan mengurus kegiatan rumah
tangganya sendiri sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Tentu saja dengan
adanya peluasan kewenangan tersebut, maka
tujuannya agar meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat ditangani secara cepat oleh
daerah.
Mengenai peluasan kewenangan
tersebut memudahkan untuk setiap daerah
lebih cepat dan sigap dalam menyelesaikan
permasalahan pemerintahan yang ada
dengan begitu bentuk kekuasaan menjadi
tidak terpusat. Penyelenggaraan
pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas
beberapa daerah/ wilayah provinsi dan setiap
daerah/ wilayah provinsi terdiri atas
beberapa daerah kabupaten/ kota.
Selanjutnya didalam tiap daerah kabupaten/
kota terdapat satuan pemerintahan terendah
yang disebut desa dan kelurahan. Dengan
demikian, desa dan kelurahan adalah satuan
pemerintahan terendah dibawah pemerintah
kabupaten/ kota. Desa adalah satuan
pemerintahan yang diberi hak otonomi adat
sehingga merupakan badan hukum
sedangkan kelurahan adalah satuan
pemerintahan administrasi yang hanya
merupakan kepanjangan tangan dari
pemerintah kabupaten/ kota. Jadi, kelurahan
hanya sebagai tempat beroperasi nya
pelayanan pemerintahan dari pemerintah
kabupaten/ kota di wilayah kelurahan
setempat.
Desa sendiri adalah wilayah dengan
batas-batas tertentu sebagai kesatuan
masyarakat hukum (adat) yang berhak
mengatur dan mengurus urusan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usulnya. Maka
kedudukan desa sangat penting baik sebagai
alat untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional ataupun sebagai lembaga yang
memperkuat struktur pemerintahan Negara
Indonesia. Dengan keadaan seperti itu, maka
keberadaan desa baik sebagai lembaga
pemerintahan maupun sebagai entitas
kesatuan masyarakat hukum adat menjadi
sangat penting dan strategis. Sebagai entitas
kesatuan masyarakat desa hukum, desa
merupakan basis sistem kemasyarakatan
bangsa Indonesia yang sangat kokoh
sehingga dapat menjadi landasan yang kuat
bagi pengembangan sistem politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan hankam yang stabil dan
dinamis.
Ketentuan yang telah lahir menetapkan
bahwa desa menjadi alat vital bagi
pengembangan pembangunan nasional
seperti yang disinggung pada pernyataan
diatas. Dengan begitu menjadikan desa yang
kokoh dan maju maka diperlukan
masyarakat yang berfikiran maju pula dalam
artian yang mampu menjadikan desanya
stabil baik dalam segi ekonomi maupun
sosial dan budaya. Untuk itu diperlukan
5
masyarakat yang aktif yang mampu ikut
serta dan berpartisipatif memajukan
desanya. Partisipasi sebagai suatu konsep
dalam pengembangan masyarakat digunakan
secara umum dan luas. Partisipasi adalah
sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari
pengembangan masyarakat, pembangunan
yang efektif membutuhkan keterlibatan
(partisipasi) awal dan nyata di semua pihak
pemangku kepentingan dalam penyusunan
rancangan kegiatan yang akan
mempengaruhi mereka. Sewaktu masyarakat
yang terlibat merasa bahwa partisipasi
mereka penting, mutu, efektifitas dan
efisiensi pembangunan akan meningkat.
Keberhasilan dalam mengembangkan
pedesaan memerlukan sumber daya manusia
atau masyarakat yang juga harus ikut
berperan aktif.
Jumlah penduduk merupakan salah
satu sumber kekuatan partisipasi masyarakat
di pedesaan, karena dari jumlah tersebut
dimungkinkan untuk dapat digerakkan atau
didorong untuk dapat berpartisipasi secara
aktif, baik dalam bentuk materi maupun
moril guna pelaksanaan kegiatan
pembangunan pedesaan. Masyarakat
merupakan aktor pembangunan yang
menentukan keberhasilan suatu usaha
perubahan kearah yang lebih baik.
Keberadaan dan keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan pembangunan
(pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan) merupakan suatu hal yang
sangat diperlukan dan sangat menentukan
bagi keberhasilan suatu kegiatan
pembangunan yang menuju kepada
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
masyarakat yang lebih baik.
Tujuan pembentukan desa adalah untuk
meningkatkan kemampuan penyelenggaraan
pemerintahan secara berdaya guna dan
berhasil guna dan peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan.
Landasan pemikiran yang perlu
dikembangkan saat ini adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Tugas dari kepala desa adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan,
yang dimaksud dari urusan pemerintahan
yaitu antara lain pengaturan kehidupan
masyararakat sesuai kewenangan desa
seperti pembuatan peraturan desa dan
pembentukan lembaga kemasyarakatan.
Kemudian tugas kepala desa dalam hal
pembangunan yaitu antara lain
pemberdayaan masyarakat dalam
penyediaan sarana prasarana fasilitas umum.
Sedangkan tugas kemasyarakatan kepala
desa yaitu meliputi pemberdayaan
masyarakat melalui pembinaan kehidupan
sosial budaya masyarakat. Untuk
mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan,
dan kemandirian masyarakat perlu didukung
oleh pengelolaan pembangunan yang
partisipatif.
Desa Toapaya Utara merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan. Desa ini
letaknya sangat strategis karena berada pada
kawasan pemerintahan ibukota Kabupaten
Bintan yang baru yaitu Bandar Seri Bentan,
6
selain itu merupakan jalur utama yang
dilewati antara Tanjung Uban-
Tanjungpinang. Desa Toapaya Utara sebagai
salah satu desa yang berada di Kabupaten
Bintan yang mana dengan dikeluarkannya
Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan
Riau Nomor 08 Tahun 2005 Tanggal 12
Desember 2005 Tentang Pembentukan Desa
Toapaya Utara dan Desa Toapaya Selatan di
wilayah. Kecamatan Gunung Kijang. Desa
Toapaya Selatan dan Desa Toapaya utara di
Kecamatan Gunung kijang, yang selanjutnya
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bintan
Nomor 12 Tahun 2007 dimekarkan menjadi
Kecamatan Toapaya. Secara administratif
desa ini sekarang dibawah Kecamatan
Toapaya.
Desa Toapaya Utara merupakan salah
satu desa diwilayah kecamatan Toapaya
yang masih tertinggal dibandingkan dengan
desa-desa lain yang ada di kabupaten Bintan
diantaranya terbatasnya sumber daya
manusia, infrastruktur dan lain-lain. Hal
tersebut juga dapat memicu permasalahan-
permasalahan di masyarakat sehingga
Pemerintah Desa perlu selalu memberikan
bimbingan-bimbingan kepada aparat desa,
lembaga-lembaga desa dan elemen
masyarakat. Seperti yang terjadi di salah
satu jalan menuju SD 003 yang hingga saat
ini sering mengalami banjir pada saat hujan
lebat tiba namun tindakan penanggulangan
dari penduduk setempat atau aparatur desa
masih terkesan lamban.
Kurangnya partisipasi masyarakat
dalam keikutsertaan musyawarah dalam
merancang pembangunan desa masih belum
berjalan dengan baik, hal ini akan menjadi
penghambat dalam menunjang
pembangunan di desa. Padahal sesuai
dengan tradisi masyarakat desa yang
mengedepankan kegotong-royongan dan
kebersamaan, maka hal-hal yang menjadi
masalah disetiap lingkungan dapat teratasi
dengan musyawarah-musyawarah yang
melibatkan unsur yang ada di desa
diantaranya Pemerintahan Desa, tokoh
masyarakat, lembaga-lembaga di desa,
pemuda dan unsur masyarakat lainnya.
Melihat dari uraian masalah tersebut
sehingga dalam penelitian ini penelitian ini
peneliti merumuskan permasalahan
penelitian yang harus dijawab dalam
penelitian ini yaitu :
� Bagaimanakah Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam Meningkatkan
Perencanaan Pembangunan Desa di
Desa Toapaya Utara Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan tahun
2014?
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
� Untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat menghambat dan mendukung
tingkat partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan perencanaan pem-
bangunan desa di Desa Toapaya
Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan.
Hasil penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat untuk :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan yang
berharga bagi Pemerintah Desa
7
Toapaya Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan dalam rangka
melaksanakan pembangunan desa
yang lebih baik lagi.
2. Memberikan sumbangan pemikiran
bagi kemajuan dan pengembangan
ilmu pengetahuan secara umum,
bidang Ilmu Pemerintahan pada
khususnya serta sebagai sumber
informasi bagi penelitian lebih lanjut.
3. Memberikan sumbangan Akademik
yang mungkin dapat menemukan
atau memperkaya khasanah konsep
kompetensi bagi suatu organisasi.
B. KONSEP TEORITIS
Setelah dipaparkan mengenai hal-hal
yang melatar belakangi penelitian, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan dalam
penelitian, selanjutnya akan dikemukakan
tentang landasan-landasan teori yang
merupakan tuntutan bagi penulis dalam
melakukan pembahasan masalah lebih
lanjut, adapun penyajian terdiri dari
beberapa pengertian istilah penting dalam
pembahasan karya ilmiah ini dan konsep-
konsep tentang partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan pembangunan desa.
1. Desa
Desa merupakan satuan pemerintah
terkecil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang perlu dibina dan
ditingkatkan pelayanan administrasi
pemerintahannya kearah yang lebih
memadai kepada masyarakat desa.
Mengingat sebagian besar penduduk
Indonesia mutlak menjadi titik perhatian
pemerintah, karena dengan berhasilnya
pembangunan desa berarti sebagian besar
penduduk Indonesia turut ditingkatkan
kesejahteraannya.
Mengingat dalam perjalanan
ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa
telah berkembang dalam berbagai bentuk
sehingga sekarang telah lahir undang-
undang yang menciptakan landasan yang
kuat mengenai desa sehingga adapun
peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang desa yaitu Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 pasal 1 ayat 1 dimaksudkan desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Masyarakat
Mac Iver dan Page yang kutip oleh
Soerjono Soekanto (2006:22) memaparkan,
masyarakat adalah suatu sistem dari
kebiasaan, tata cara dari kewenangan dan
kerjasama antar berbagai kelompok,
penggolongan dan pengawasan tingkah laku
serta kebiasaan-kebiasaan manusia
masyarakat. Masyarakat yang merupakan
makhluk sosial hidup saling berinteraksi
dengan manusia lainnya dan memiliki
8
keterikatan oleh suatu rasa identitas yang
sama.
Masyarakat sebagai makhluk sosial
akan memiliki sikap saling kebergantungan
karena pada hakekatnya masyarakat tidak
akan dapat hidup sendiri, mereka akan pasti
saling berinteraksi dan saling membutuhkan
antara satu dan lainnya. Dalam setiap
individu, kelompok atau organisasi dalam
masyarakat membutuhkan suatu
kebersamaan untuk berbuat, bertindak dalam
mengatasi permasalahan dan hambatan yang
terjadi.
Masyarakat merupakan aktor
pembangunan yang menentukan
keberhasilan suatu usaha perubahan kearah
yang lebih baik. Mengikutsertakan
masyarakat dengan demikian merupakan
usaha membentuk kelompok yang memiliki
kemampuan mentransformasikan, suatu
kelompok yang dinamis yang menjadi motor
penggerak setiap perubahan.
3. Partisipasi Masyarakat
Pada umumnya masyarakat
mendambakan kondisi yang ideal yang
merupakan tatanan kehidupan yang
diinginkannya. Namun pada kenyataanya
bisa dikatakan sejak manusia hidup
bermasyarakat sampai kondisi kehidupan
terkini, selalu dijumpai adanya masalah
sosial. Untuk mencapai kehidupan yang
ideal itulah diperlukan partisipasi
masyarakat dan kontribusi aparatur
pemerintah setempat dalam memecahkan
masalah sosial yang terjadi.
Secara harfiah, partisipasi berasal dari
bahasa inggris participation yang berarti
peran serta. Pengertian yang lebih luas,
partisipasi dapat diartikan sebagai
keikutsertaan atau keterlibatan secara sadar
dan sukarela untuk berkontribusi secara fisik
maupun non fisik dalam suatu kegiatan
pengambilan keputusan mulai dari
perencanan, pelaksanaan, evaluasi dan
pemanfaatan hasil pembangunan. (Moch.
Solekhan, 2012:24).
Maka dijelaskan secara terperinci
partisipasi mengandung unsur keikut sertaan
atau keterlibatan dalam suatu kegiatan,
kesadaran secara sukarela bukan paksaan,
adanya sikap proaktif, adanya kontribusi
yang bisa diberikan baik secara fisik
maupun non-fisik, dan adanya kesepakatan-
kesepakatan hingga ikut merasakan hasil
dari kegiatan tersebut. Tentu saja yang akan
terlibat di dalam partisipasi tersebut adalah
masyarakatnya. Menjalankan partisipasi
dalam masyarakat ini membuktikan bahwa
di dalam desa-desa harus terdapat nilai-nilai
demokrasi yang berlaku, tumbuh, dan hidup
sebagai adat istiadat.
Meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat, pendekatan yang
dikembangkan adalah menempatkan
masyarakat sebagai subyek atau pelaku
utama dalam proses pengelolaan
pembangunan. Selain itu, mengefektifkan
pelaksanaan fungsi lembaga masyarakat
dalam menggerakkan partisipasi dan
kemandirian masyarakat dalam
pembangunan. Masyarakatlah yang berperan
aktif/ berpartisipasi dalam seluruh proses
pengelolaan pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
9
evaluasi pelaksanaan pembangunan, serta
dalam pemanfaatan dan pelestarian hasil
pembangunan. Untuk itu, pendekatan
pembangunan yang berpusat pada manusia
(people centered development) memberikan
peluang kepada masyarakat untuk
merencanakan kebutuhannya. (Hikmat
kusumaningrat, 2009:150).
Bentuk partisipasi masyarakat menurut
Moch. Solekhan (2012:33) pada intinya ada
4 (empat) macam, yaitu:
(1) Partisipasi dalam pembuatan
keputusan ( participation in decision
making )
(2) Partisipasi dalam pelaksanaan
(participation in implementation )
(3) Partisipasi dalam menerima manfaat
(participation in benefits )
(4) Partisipasi dalam evaluasi
(participation in evaluation )
Salah satu tujuan terpenting dari
partisipasi masyarakat yang tidak bisa
dilepaskan dalam setiap kegiatan, adalah
proses pengambilan keputusan. Bahwa
tujuan utama partisipasi adalah melibatkan
masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, memberikan hak suara
masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, mendorong dan melibatkan
masyarakat serta menyatukan tujuan.
Kemudian, untuk menjamin adanya
keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan tersebut, maka
pelaksanaannya harus didasarkan pada
konteks sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat.
Upaya menciptakan partisipasi
masyarakat, Azam Awang (2006:62)
mengemukakan bahwa partisipasi
masyarakat dapat tercipta apabila dapat
dihidupkan sifat saling percaya antara
perangkat pemerintah dengan lembaga-
lembaga atau anggota masyarakat. Dalam
konteks otonomi desa, semakin besar derajat
kebebasan desa, maka sifat saling percaya
dapat diciptakan, karena adanya saling
kontrol dan masyarakat desa sebagai pihak
yang memilih dan memberikan
kepercayaannya kepada Pemerintah Desa
(Kepala Desa) untuk menjalankan tugas
pemerintahan dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan asprasi dan kepentingan
masyarakat desa yang dipimpinnya.
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa
partisipasi masyarakat dapat terjadi jika
masyarakat berperan aktif menjalankan
fungsinya selaku subjek dari proses
perubahan yang akan terjadi. Sebuah
perubahan terjadi apabila masyarakat ikut
serta dari mulai proses pembuatan keputusan
ini dimulai dari diskusi yang terjadi antara
masyarakat dan aparatur desa yang
berwenang dalam membuat kesepakatan-
kesepakatan yang akan diambil untuk
membangun perubahan desa. Selanjutnya
partisipasi dalam pelaksanaan yang berarti
mulai dari proses pembuatan keputusan
hingga pelaksanaan masyarakat tetap ikut
berperan serta. Hingga sampai partisipasi
dalam menerima manfaat yaitu
masyarakatlah merasakan hasil dari proses
yang telah dilakukan bersama hingga pada
tahap terakhir adalah proses dalam evaluasi.
10
Pada proses evaluasi masyarakat tetap harus
mengawasi hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan bersama.
4. Pembangunan Desa
Aprillia Theresia, dkk (2014:6)
menegaskan Pembangunan adalah upaya
yang dilakukan secara sadar dan terencana,
dilaksanakan terus menerus oleh pemerintah
bersama-sama segenap warga
masyarakatnya atau dilaksanakan oleh
masyarakat dengan difasilitasi oleh
pemerintah, dengan menggunakan teknologi
yang terpilih untuk memenuhi segala
kebutuhan atau memecahkan masalah-
masalah yang sedang dan akan dihadapi,
demi tercapainya mutu-hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat dari
suatu bangsa yang merencanakan dan
melaksanakan pembangunan tersebut.
Maka dapat dikatakan terjadinya
pembangunan melibatkan “partisipasi
seluruh warga masyarakat”, Sejak
pengambilan keputusan tentang perencanaan
pembangunan, sampai pada pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan, serta pemanfaatan
hasil-hasilnya oleh masyarakat.
Pembangunan bukanlah kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah untuk
masyarakatnya, tetapi kegiatan yang
dilaksanakan pemerintah bersama-sama
seluruh warga masyarakatnya. Ini dapat
dikatakan bahwa pelaku dari pembangunan
adalah masyarakat dan aparat pemerintah
setempat.
Pengertian Pembangunan Desa sebagai
mana seperti yang dikutip oleh penulis
berdasarkan dari pernyataan Adisasmita
(2006:4) bahwa pembangunan desa adalah
seluruh kegiatan pembangunan yang
berlangsung di desa dan meliputi seluruh
aspek kehidupan masyarakat, serta
dilaksanakan secara terpadu dengan
mengembangkan swadaya gotong royong.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan
kemampuan dan potensi Sumber Daya Alam
(SDA) mereka melalui peningkatan kualitas
hidup, keterampilan dan prakarsa
masyarakat.
Pembangunan desa pada hakikatnya
adalah segala bentuk aktivitas manusia
(masyarakat dan pemerintah) di desa dalam
membangun diri, keluarga, masyarakat dan
lingkungan di wilayah desa baik yang
bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya,
politik, ketertiban, pertahanan dan
keamanan, agama dan pemerintahan yang
dilakukan secara terencana dan membawa
dampak positif terhadap kemajuan desa.
Dengan demikian, pembangunan desa
sesungguhnya merupakan upaya-upaya
sadar dari masyarakat dan pemerintah baik
dengan menggunakan sumber daya yang
bersumber dari desa, bantuan pemerintah
maupun bantuan organisasi-organisasi/
lembaga domestik maupun internasional
untuk menciptakan perubahan-perubahan ke
arah yang lebih baik.
Pembangunan perdesaan diupayakan
melalui peningkatan keberdayaan dan
kemandirian masyarakat dalam mewujudkan
kesejahteraan dalam seluruh aspek
kehidupan masyarakat meliputi bidang
ekonomi, sosial budaya, politik dan
11
lingkungan. Keberdayaan dan kemandirian
tercermin pada terpenuhinya sarana dan
prasarana sosial dan ekonomi perdesaan,
serta meningkatnya kegiatan ekonomi
produktif masyarakat dan berperannya
lembaga sosial ekonomi masyarakat dalam
penyediaan permodalan yang ditujukan
untuk mendukung peningkatan kegiatan
ekonomi masyarakat dan kelembagaan
sosial ekonomi masyarakat.
Mudrajad Kuncoro (2004: 63)
menjelaskan bahwa pembangunan itu
haruslah mencakup tiga inti nilai yaitu:
1. Ketahanan (Sustenance): kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok
(sandang, pangan, papan, kesehatan,
dan proteksi) untuk mempertahankan
hidup.
2. Harga diri (self esteem) :
pembangunan haruslah memanusia
kan orang. Dalam arti luas
pembangunan suatu daerah haruslah
meningkatkan kebanggaan sebagai
manusia yang berada di daerah itu.
3. Freedom from servitude: kebebasan
bagi setiap individu suatu Negara
untuk berfikir, berkembang,
berperilaku, dan berusaha untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
Tiga nilai yang harus ada dalam
pembangunan merupakan bentuk hal-hal
yang saling berkesinambungan untuk
kemajuan suatu wilayah. Ketersediaan
infrastruktur, khususnya yang tepat guna
(appropriate) dan berkualitas, merupakan
prasyarat untuk memecahkan permasalahan
pembangunan di perdesaaan. Ketersediaan
infrastruktur dapat mendukung aktifitas
sosial-ekonomi keseharian, meningkatkan
kualitas Sumber daya manusia (SDM) dan
mendorong pembangunan kawasan
pedesaan. Berputarnya aktifitas ekonomi dan
meningkatnya kualitas SDM akan
mendorong laju pembangunan ekonomi
desa. Sebaliknya keberhasilan pembangunan
pedesaan akan memberikan dampak balik
yang positif bagi peningkatan aktifitas
kehidupan dan kualitas SDM.
Berorientasi kepada komunitas sebuah
masyarakat bermakna bahwa pembangunan
pedesaan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan. Jadi manusia dan masyarakat
menjadi subyek dan tujuan dari
pembangunan pedesaan itu sendiri. Dengan
berbasiskan pada sumber daya masyarakat
berarti pembangunan ekonomi pedesaan
diarahkan pada upaya untuk mengelola dan
membangun sumber daya yang ada di
pedesaan.
5. Perencanaan Pembangunan Desa
Perencanaan merupakan suatu sajian
atau gambaran keadaan masa mendatang
mengenai wilayah secara efisien dan
berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan
dan sasaran pengelolaan wilayah dilandasi
dukungan aspek kelembagaan dan peraturan
pendukungnya, serta memuat uraian
mengenai langkah-langkah strategis,
manajemen aksi, pembiayaan, dan
penetapan wilayah (zoning). (Iwan Nugroho,
2012:7).
Perencanaan dapat diartikan sebagai
upaya menghubungkan pengetahuan atau
12
teknik yang dilandasi kaidah-kaidah ilmiah
ke dalam praktik-praktik yang dilandasi teori
dalam perspektif kepentingan orang banyak
atau publik. Adapun sasarannya adalah
tercapainya suatu kearifan hasil dari
pemikiran yang dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianut masyarakat tanpa meninggalkan
aturan-aturan yang telah dibuat
pemerintahan desa setempat.
Penyelenggaraan pemerintahan desa
merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
desa memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakatnya,
menurut HAW. Widjaja (2012:3).
Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak
terpisahkan dari penyelenggaraan otonomi
daerah dan pemerintahan desa merupakan
unit terdepan (ujung tombak) dalam
pelayanan kepada masyarakat menjadi
tonggak strategis untuk memperkuat desa
(pemerintah desa dan lembaga
kemasyarakatan) merupakan langkah
mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan desa
dilakukan oleh pemerintah desa dan Badan
Pemusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah
desa adalah organisasi pemerintahan desa
yang terdiri atas:
a. Unsur pimpinan, yaitu kepala desa;
b. Unsur pembantu kepala desa, yang
terdiri atas :
1. Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau
pelayanan yang diketahui oleh
sekretaris desa;
2. Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur
pembantu kepala desa yang
melaksanakan urusan teknis di
lapangan seperti urusan pengairan,
keagamaan, dan lain-lain;
3. Unsur kewilayahan, yaitu pembantu
kepala desa di wilayah kerjanya
seperti kepala dusun.
Hanif Nurcholis (2011:107-108)
menjelaskan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa disusun perencanaan
pembangunan desa sebagai satu kesatuan
dalam sistem perencanaan pembangunan
daerah kabupaten/kota. Perencanaan
pembangunan desa disusun secara
partisipatif, yaitu melibatkan semua unsur
masyarakat desa yang terdiri atas ketua RT/
RW. Tokoh masyarakat, pemangku adat,
ketua organisasi kemasyarakatan, ketua
organisasi perempuan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lain-lain.
Perencanaan pembangunan desa terdiri atas:
a. Rencana pembangunan jangka
menengah desa (RPJMDesa).
RPJMDesa adalah suatu dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun yang memuat arah kebijakan
pembangunan desa, arah kebijakan
keuangan desa, kebijakan umum, dan
program, dan program perangkat
desa, dan program prioritas
kewilayahan, disertai dengan rencana
kerja.
b. Rencana kerja pembangunan desa
(RKPDesa).
RKPDesa adalah dokumen
perencanaan untuk periode 1 (satu)
13
tahun, merupakan penjabaran RPJM-
Desa yang memuat rancangan
kerangka ekonomi desa, dengan
mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan,
program prioritas pembangunan desa,
rencana kerja dan pendanaan serta
prakiraan maju, baik yang
dilaksanakan langsung oleh
pemerintah desa maupun yang
ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dengan
mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.
RPJM Desa ditetapkan dengan
peraturan desa dan RKP-Desa dan
ditetapkan dalam keputusan desa
dengan berpedoman pada peraturan
daerah.
Maka dapat disimpulkan rencana
pembangunan desa dibuat setiap tahun yang
melibatkan semua unsur masyarakat desa
yang penyusunan perencanaan
pembangunan desa harus didasarkan pada
data informasi yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan. Perencanaan desa
disusun oleh kepala desa dan perangkatnya.
Setelah kepala desa membuat rancangan
pembangunan desa, rancangan ini dibawa
dalam forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbang Desa).
Dalam forum ini rencana pembangunan desa
dimatangkan sehingga menjadi Rencana
Pembangunan Desa.
Untuk menghindari adanya kesalahan
dalam penafsiran terhadap definisi yang
dikemukakan dalam penelitian ini, maka
diperlukan konsep Operasional sebagai
mana berikut ini yaitu :
Konsep operasional merupakan unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel. Fungsi
dari konsep operasional yakni sebagai alat
untuk mengidentifikasi fenomena yang
diamati dengan jelas, logika atau penalaran
yang digunakan oleh peneliti untuk
menerangkan fenomena yang diteliti atau
dikaji. Adapun konsep yang dioperasional
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bentuk partisipasi masyarakat menurut
Moch. Solekhan (2012:33) pada intinya ada
4 (empat) macam, yaitu:
a. Partisipasi dalam pembuatan
keputusan ( participation in decision
making)
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
(participation in implementation )
c. Partisipasi dalam menerima manfaat
(participation in benefits )
d. Partisipasi dalam evaluasi
(participation in evaluation )
Artinya dari simpulan landasan teori di
atas, bahwa tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat, memberikan indikasi
adanya pengakuan (aparat) pemerintah
bahwa masyarakat bukanlah obyek atau
penikmat hasil pembangunan, melainkan
subyek atau pelaku pembangunan yang
memiliki kemampuan dan kemauan yang
dapat diandalkan sejak perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan.
Mengukur tercapainya tujuan
pembangunan yang berbasis masyarakat
14
diukur dengan indikator-indikator partisipasi
masyarakat, yang meliputi keterlibatan,
kesukarelaan, dan lingkup kegiatan yang
dilakukan secara partisipasif.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, dimana
peneliti hanya menguraikan dan
menjelaskan penelitian sesuai dengan
kondisi sebenarnya tanpa menghubungkan
atau mengkaitkan terhadap unsur-unsur yang
lain dalam penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Desa
Toapaya Utara Kecamatan Topaya
Kabupaten Bintan. Peneliti memilih tempat
ini dengan pertimbangan bahwa Desa
Topaya Utara satu desa pemekaran yang
berbatasan langsung dengan kawasan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Bintan yaitu
Bandar Seri Bentan. Selain itu desa ini juga
mudah dijangkau sehingga dapat membuat
penelitian ini efektif dan efisien. Desa ini
memang tergolong baru terbentuk, bila
dilihat dari profil desa toapaya menyebutkan
penduduk asli desa toapaya utara memiliki
tingkat pendidikan kurang dari pendidikan
yang sederajat bahkan kebanyakan tidak
tamat SD.
Bila melihat keadaan seperti itu
bagaimana masyarakat bisa merancang
pembangunan desanya lebih baik dan
menggali potensi desa yang dimiliki.
Menurut penulis ini layak untuk diteliti,
sehingga harus diperhatikan pemerintah
setempat sehingga penulis tertarik untuk
menggali permasalahan yang muncul didesa
tersebut. Dasar penelitian ini adalah
pengamatan yang memfokuskan pada
Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan
Perencanaan Pembangunan Desa Di Desa
Toapaya Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan tahun 2014.
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
a. Data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian yang
mengenakan alat ukur atau alat
pengambilan data langsung pada
subjek sebagai sumber informasi
yang dicari yaitu studi lapangan.
Biasanya berupa pengumpulan
data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian dengan turun
ke lokasi penelitian untuk mencari
fakta yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Ataupun
data yang dikumpulkan melalui
hasil wawancara secara langsung
dengan pihak yang menjadi obyek
dalam penelitian dalam hal ini
adalah objek wawancara yaitu
Kepala Desa, Kepala Urusan
Pembangunan, Ketua BPD,
Tokoh Masyarakat dan
Masyarakat di Desa Toapaya
Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan.
b. Data sekunder adalah pengumpul
an data yang dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen-dokum
en yang relevan dengan
penelitian. Data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek
15
penelitiannya yaitu studi
kepustakaan. Biasanya berupa
teknik pengumpulan data atau
informasi yang menyangkut
masalah yang diteliti dengan
mempelajari dari menelaah buku,
majalah atau surat kabar dan
bentuk-bentuk tulisan lainnya
yang ada relevansinya dengan
masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini tidak mengguna
kan sampel melainkan Informan. Penentuan
Informan sebagai sumber data dilakukan
dengan teknik purposive. Sugiyono
(2009:216) menyebutkan purposive adalah
penentuan sumber data yang dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu.
Untuk memperoleh data, peneliti
menetapkan Informan yang berjumlah 18
orang yang terdiri dari Kepala Desa, Kepala
Urusan Pembangunan, Ketua BPD, Ketua
Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, Rukun
Warga, Rukun Tetangga dan Masyarakat (10
Orang) di Desa Toapaya Utara Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan.
Adapun yang menjadi pertimbangan
peneliti adalah orang yang dijadikan
Informan adalah orang-orang yang memiliki
pengalaman dan memahami Partisipasi
Masyarakat dalam Meningkatkan
Pembangunan Desa Di Desa Toapaya Utara
Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan
Tahun 2014, sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi subjek yang diteliti.
Peneliti melakukan pengamatan
langsung terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Meningkatkan Pembangunan Desa Di
Desa Toapaya Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan Than 2014, dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Maksudnya pengamatan dengan
menggunakan indera penglihatan yang
berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, akan tetapi kegiatan-kegiatan
apa saja yang akan diamati telah dituangkan
dalam kertas observasi.
Data yang diperoleh dari responden
dikumpulkan lalu dipisahkan menurut jenis
data, kelompok data, kemudian data tersebut
dianalisis secara Deskriptif kualitatif.
Analisis data penelitian ini dilakukan
melalui sebuah proses yang terdiri dari
beberapa tahap yang dimulai sejak
pengumpulan data, kemudian dikerjakan
secara intensif hingga penelitian selesai
untuk memperoleh kesimpulan.
D. PEMBAHASAN
Terbitnya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 yang telah diamandemen
menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 telah membuka ruang politik bagi
masyarakat untuk bisa berpartisipasi aktif
dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik
pada tingkat nasional, regional, daerah,
maupun pada tingkat pemerintahan desa.
Partisipasi masyarakat memiliki arti penting
dalam sebuah proses pembangunan untuk
mengembangkan sinergi dalam hubungan
antara pemerintah dan masyarakat maupun
sinergi dalam “jejaring komunitas“
(community network). Dalam kegiatan
pembangunan, partisipasi masyarakat
merupakan perwujudan dari kesadaran dan
16
kepedulian serta tanggung jawab masyarakat
terhadap pentingnya pembangunan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu-hidup
mereka. Artinya, melalui partisipasi yang
diberikan, berarti benar-benar menyadari
bahwa kegiatan pembangunan bukanlah
sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga
harus menuntut keterlibatan masyarakat
yang akan diperbaiki mutu-hidupnya.
Partisipasi itu sendiri akan efektif jika
tujuan partisipasi itu bisa tercapai, misalnya:
pengumpulan gagasan-gagasan, identifikasi
sikap, penyebaran informasi, penyelesaian
konflik-konflik dan sebagainya. Lebih
daripada itu, partisipasi masyarakat dapat
didorong oleh warga yang komit dan
inovatif yang menuntut agar suara mereka
dapat didengar, atau bisa diwujudkan oleh
instansi pemerintah sebagai cara untuk
membangun kembali kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah, khususnya
pada level pemerintahan desa. Oleh karna itu
peran pemerintah dan masyarakat berarti
harus saling melengkapi untuk membangun
atau menciptakan mekanisme pemerintahan
yang dapat mengemban misinya dalam
mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
1. Keterlibatan
a. Kehadiran
Slamet dalam (Aprillia Theresia dkk,
2014:207) menyatakan bahwa tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh
tiga unsur pokok, yaitu:
1. Adanya kesempatan yang diberikan
kepada masyarakat, untuk
berpartisipasi
2. Adanya kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi
3. Adanya kemampuan masyarakat
untuk berpartisipasi
Tentang hal ini, adanya kesempatan
yang diberikan, sering merupakan faktor
pendorong tumbuhnya kemauan, dan
kemauan akan sangat menentukan
kemampuannya. Dalam hal kesempatan
disini dapat kita lihat kesempatan yang
diberikan oleh pihak pemerintahan desa
yaitu pada saat melakukan kegiatan
musyawarah didesa yang membutuhkan
kontribusi dari masyarakat, disitu apakah
masyarakat mau hadir dan mau ikut
berpartisipasi menyampaikan ide-ide
gagasan yang mereka anggap penting untuk
dibahas. Tingkat kehadiran warga
merupakan point terpenting dalam melihat
apakah partisipasi masyarakat didesa
tergolong aktif atau pasif.
b. Penyampaian pendapat
Salah satu tujuan terpenting dari
partisipasi masyarakat yang tidak bisa
dilepaskan dalam setiap kegiatan, adalah
proses pembuatan keputusan, dimana akan
sangat membutuhkan gagasan-gagasan atau
masukan daripada masyarakat untuk
mengetahui permasalahan dan kekurangan
yang ada didesa tersebut.
Dalam hal ini untuk mengetahui
apakah masyarakat Desa Toapaya Utara ikut
menyampaikan pendapat dalam kegiatan
musyawarah pembangunan desa.
17
Desa Toapaya Utara sebagai salah satu
desa yang berada di Kabupaten Bintan dan
tergolong desa yang baru terbentuk sejak
dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Kepulauan Riau Nomor 08 tahun 2005
tentang pembentukan Desa Toapaya Utara
dan Desa Toapaya Selatan diwilayah
Kecamatan Gunung Kijang. Walaupun
tergolong desa yang masih muda maka
sudah banyak usulan-usulan yang
disumbangkan masyarakat Desa Toapaya
Utara untuk pembangunan desanya. Dari
data yang didapat sudah terdapat 59 (lima
puluh sembilan) jumlah kegiatan
pembangunan desa yang telah dibuat dalam
daftar usulan rencana kegiatan
pembangunan tahun 2014.
Maka dapat disimpulkan bahwa
Masyarakat Desa Toapaya Utara sudah mau
menyampaikan pendapatnya dalam forum
musyawarah rencana pembangunan desa
(Musrenbang desa) yang diadakan setiap
tahun, walaupun pendapat dari Ketua RW
terkadang masyarakat tidak tau mau
menyampaikan aspirasi mereka kemana, ini
berarti peran Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) di Desa Toapaya Utara belum
berjalan maksimal. Kendati demikian sudah
mulai timbulnya kesadaran dari masyarakat
untuk turut berpartisipasi dalam
menyampaikan pendapat membuktikan
bahwa mulai terbangunnya demokratisasi
pemerintahan desa yang transparan,
partisipatif dan akuntabel.
c. Kualitas pendapat
Adanya kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi akan melahirkan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam menyampaikan
pendapat, seperti yang telah dijelaskan
diatas, namun dari sekian banyak usulan
yang disampaikan masyarakat apakah semua
pendapat memiliki kualitas dalam artian
usulan pendapat tersebut apakah berkualitas
untuk diwujudkan
Sebagian masyarakat memang tidak tau
benar pengaruh mereka dalam
menyampaikan pendapat apakah tergolong
pendapat yang berguna yang menjadi
masukan untuk perencanaan pembangunan
desa karena hal yang penting menurut
mereka adalah hasilnya saja tapi tidak ingin
terlibat jauh dalam proses perencanaan
pembangunan desa.
2. Kesukarelaan
a. Spontan, Terinduksi, dan
Pemaksaan
Kata kunci dari pengertian partisipasi
masyarakat dalam pembangunan adalah
adanya kesukarelaan (anggota) masyarakat
untuk terlibat dan atau melibatkan diri
dalam kegiatan pembangunan. Berkaitan
dengan tingkat kesukarelaan masyarakat
untuk berpartisipasi, terbagi menjadi
partisipasi spontan, partisipasi terinduksi,
dan partisipasi pemaksaan.
1. Partisipasi Spontan yaitu peran serta
yang tumbuh karena motivasi
intrinsik berupa pemahaman,
penghayatan, dan keyakinannya
sendiri.
2. Partisipasi Terinduksi yaitu peran
serta yang tumbuh karena terinduksi
oleh adanya motivasi ekstrinsik
(berupa bujukan, pengaruh,
18
dorongan) dari luar meskipun yang
bersangkutan tetap memiliki
kebebasan penuh untuk berpartisipi.
3. Partisipasi pemaksaan yaitu peran
serta yang tumbuh karena adanya
tekanan yang dirasakan sebagaimana
layaknya warga masyarakat pada
umumnya, atau peran serta yang
dilakukan untuk mematuhi kebiasaan,
nilai-nilai, atau norma, yang dianut
oleh masyarakat setempat. Jika tidak
berperan serta khawatir akan tersisih
atau dikucilkan masyarakatnya.
Bentuk penyampaian partisipasi
masyarakat Desa Toapaya Utara yang
dikategorikan kedalam tiga hal diatas yaitu
partisipasi secara spontan, partisipasi
terinduksi dan partisipasi karena paksaan ini
dapat dilihat dari pengakuan para
masyarakat yang sudah saya wawancarai
dan sesuai dari pendapat salah seorang ibu
rumah tangga mengatakan bahwa
masyarakat di Desa Toapaya Utara
tergolong partisipasi yang spontan
khususnya kalangan ibu rumah tangga yang
berani menyuarakan usulan mereka
langsung kemuka umum.
Dari pendapat-pendapat yang
disampaikan warga masyarakat setelah saya
amati dengan seksama bahwa mayoritas
masyarakat mengatakan bahwa pendapat
yang mereka sampaikan secara spontan tidak
berdasarkan paksaan sama sekali. Namun
pendapat dari kepala desa sejauh ini
masyarakat dalam menyampaikan pendapat
pada saat rapat Musrenbang desa yang
dilakukan setiap tahun sekali dibalai desa
saja. Ini mengartikan bahwa belum ada kerja
sama yang baik dilakukan secara rutin antara
aparat pemerintah desa dalam hal
menampung aspirasi masyarakat atau
mengajak masyarakat lebih aktif
berpartisipasi menyampaikan pendapat
mereka sementara pada dasarnya masyarakat
sudah mulai memahami arti pentingnya
partisipasi dalam hal menyuarakan
pendapatnya hanya mungkin terkadang
mereka tidak tau tata cara untuk
menyampaikan atau tempat untuk
menyumbangkan suaranya secara benar.
3. Lingkup Kegiatan
a. Partisipasi dalam pembuatan
keputusan (participation in decision
making)
Pendidikan partisipasi masyarakat yang
aktif dan efektif akan dapat diwujudkan
apabila dimulai dengan tingkat partisipasi
yang tinggi dari masyarakat yang
diinterpretasikan dengan tingkat kehadiran.
Selanjutnya tingkat partisipasi akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, status
sosial, status ekonomi warga masyarakat
sehingga masing-masing individu akan
memberikan bentuk partisipasi yang
berbeda-beda. Kegiatan partisipasi yang
dilakukan adalah berbasis pada kegiatan
penyumbangan ide, gagasan, pendapat,
prakarsa, pengambilan keputusan, dan
penyelesaian masalah yang semua itu akan
efektif apabila masyarakat bisa aktif hadir
dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
Sebagaimana yang dikemukakan
Sanoff dalam (Wignyo Adiyoso, 2009:46)
bahwa tujuan utama partisipasi adalah
19
melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan, memberikan hak
suara masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, mendorong dan melibatkan
masyarakat serta menyatukan tujuan.
Kemudian, untuk menjamin adanya
keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan tersebut, maka
pelaksanaannya harus didasarkan pada
konteks sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat.
Bahwa tujuan partisipasi harus
melibatkan masyarakat mulai dari
perencanaan serta pada tahap pengambilan
keputusan pun masyarakat wajib
memberikan suaranya atau gagasan yang
mereka punya yang pelaksanaanya harus
sesuai dengan peraturan desa setempat.
Partisipasi yang dilakukan pada tahap awal
yaitu dimulai dari pengambilan keputusan
seperti yang dijelaskan diatas bahwa
pengambilan keputusan layaknya harus
melibatkan pada masyarakat sesuai
peraturan yang berlaku dalam masyarakat
setempat. Dalam hal ini proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh masyarakat
dalam memberikan hak suaranya sudah
tersedia sebuah wadah yang dikenal dengan
yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
BPD yang berfungsi menetapkan peraturan
Desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Namun masih terdapat masyarakat
yang sulit menyuarakan pendapat mereka
dengan alasan pekerjaan untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, sehingga terkadang
masyarakat tidak bisa terlibat dakam
perencanaan pembangunan desa. Sementara
syarat dalam menyelenggarakan
musyawarah rencana pembangunan desa
forum musyawarah tahunan yang harus
dilaksanakan secara partisipatif oleh para
pemangku kepentingan (stakeholders) pihak
berkepentingan untuk mengatasi
permasalahan desa dan pihak yang akan
terkena dampak hasil musyawarah.
Selain itu adanya perbedaan pendapat
antara warga masyarakat dan perwakilan
dari aparatur pemerintahan desa dalam hal
partisipasi masyarakat dalam proses
pembuatan keputusan menunjukkan kurang
kerja sama yang baik antara pihak
pemerintahan desa dengan masyarakat,
hanya sebagian masyarakat saja yang mau
ikut terlibat dalam pembuatan keputusan dan
sebagiannya lagi tidak mengerti atau paham
tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam pembuatan keputusan untuk
menunjang pembangunan desa. Disini sudah
jelas bahwa peran pemerintah desa dan BPD
harus bekerja lebih giat lagi dalam mengajak
masyarakat ikut terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
(participation in implementation )
Partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan diartikan sebagai pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga
kerja, uang-tunai dan atau beragam bentuk
korbanan lainnnya yang sepadan dengan
manfaat yang akan diterima oleh masing-
masing warga masyarakat yang
bersangkutan. Partisipasi dimaknai sebagai
keterlibatan orang secara sukarela tanpa
20
tekanan dan jauh dari perintah, bahwa
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan lebih menekankan kepada
kemauan sendiri secara sadar untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas
pembangunan melalui swadaya gotong
royong maupun sumbangan sukarela.
Dalam pelaksanaannya ternyata
masyarakat setempat pada umumnya sudah
mau ikut terlibat dalam memberikan bantuan
yang bisa mereka berikan seperti pendapat
informan diatas masyarakat mau
menyumbang dalam bentuk materi maupun
tenaga bila di desa mereka sedang
dilakukannya proses pembangunan
infrastruktur desa.
Dan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dalam hal pelaksanaan nya
sudah berjalan dengan sebagai mana
mestinya bahwa masyarakat menyadari
pentingnya kesadaran mereka dalam
keikutsertaan dalam pelaksanaan nya.
Dibawah ini juga terdapat data yang berhasil
penulis dapatkan yaitu bentuk kesadaran
ibu-ibu di desa Toapaya Utara ikut
menunjang pergerakkan pembangunan
perekonomian masyarakat desa Toapaya
Utara dengan membuat Kelompok Usaha
Bersama.
Keterlibatan ibu-ibu PKK masyarakat
desa Toapaya Utara ini menunjukkan bahwa
dalam setiap pelaksanaan program dan
kegiatan yang sudah dibuat dan disepakati
mereka bersama dapat terlaksana dengan
baik seperti yang dijelaskan diatas secara
rutin mereka mengadakan kumpul-kumpul
setiap bulan mengadakan kegiatan seperti
membuat keterampilan yang nanti akan
dipasarkan atau dijual bahkan mereka juga
sudah membuat Kelompok Usaha Bersama,
sehingga ini dapat membuktikan bahwa
partisipasi masyarakat ibu-ibu yang ada di
Desa Toapaya Utara ini dalam hal
pelaksanaan telah berjalan dan menunjang
untuk pembangunan desa dalam hal
pembangunan perekonomian mereka.
Jadi bila dilihat dari partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan di Desa
Toapaya Utara ini mulai dari Ibu-ibu dan
bapak-bapak, masyarakat secara sukarela
mau saling bekerja sama melaksanakan
pembangunan yang sedang terjadi desa
tersebut. Tidak hanya dari kalangan ibu-ibu
PKK dan kalangan bapak-bapak saja peneliti
juga telah mewawancarai seorang tokoh
pemuda karang taruna sebagai perwakilan
dari pemuda-pemudi di desa Toapaya Utara
ini untuk mengetahui keterwakilan dari
pemuda desa dalam pelaksanaan yang
ditujukan untuk pembangunan desa.
Dapat kita lihat bahwa dari semua
kalangan baik dari ibu-ibu atau bapak-bapak
bahkan pemuda-pemudi di desa ini mau
terlibat langsung untuk membangun desa
nya kearah lebih baik. Adanya tokoh di
lingkungan tempat tinggal warga juga harus
berperan sebagai penggerak sehingga
masyarakat juga mau tergerak secara
sukarela dan terjalin kerjasama yang baik
dalam pelaksanaan dilapangan. Dari
jawaban masyarakat tadi dapat disimpulkan
bahwa masyarakat di desa Toapaya Utara ini
dalam hal partisipasi dalam pelaksanaan
sudah mau terlibat bahkan ikut
21
menyumbangkan tenaga juga pikiran bahkan
hal lainnya, dan itu dilakukan secara
sukarela dari masyarakat tanpa paksaan dari
pihak manapun ini menunjukkan kesadaran
masyarakat sudah mulai ada dalam rangka
mewujudkan pembangunan desa.
c. Partisipasi dalam menerima manfaat
(participation in benefits).
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
pembangunan, merupakan unsur terpenting
yang kadang sering terlupakan. Sebab tujuan
pembangunan adalah untuk memperbaiki
mutu hidup masyarakat banyak sehingga
pemerataan hasil pembangunan merupakan
tujuan utama. Pemanfaatan hasil
pembangunan akan merangsang kemauan
dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu
berpartisipasi dalam setiap program
pembangunan yang akan datang. Semua
masyarakat desa hendaknya dapat
memanfaatkan hasil pembangunan dengan
baik, namun tidak hanya sebatas
memanfaatkannya, tetapi juga ikut
menjaga kelestariannya agar dapat
dimanfaatkan untuk generasi yang akan
datang.
Berdasarkan pembangunan yang sudah
terealisasikan dengan baik sehingga dalam
hal partisipasi dalam menerima manfaat
masyarakat sangat merasa diuntungkan
sekali karena pembangunan yang dilakukan
sangat bermanfaat bagi masyarakat desanya.
Itu akan membuat masyarakat kedepannnya
berpikir akan pentingnya partisipasi mereka
dalam setiap perencanaan, pelaksanaan
pembangunan karena hasil akhir tentu untuk
kepentingan masyarakat itu sendiri.
d. Partisipasi dalam evaluasi
(participation in evaluation)
Kegiatan pemantauan dan evaluasi
program dan proyek pembangunan sangat
diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat
dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga
diperlukan untuk memperoleh umpan balik
tentang masalah-masalah dan kendala yang
muncul dalam pelaksanaan pembangunan
yang bersangkutan. Dalam hal ini,
partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan
perkembangan kegiatan serta perilaku aparat
pembangunan sangat diperlukan.
Keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan tidak sebatas pada
perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasan saja, akan tetapi mereka
harus selalu bertanggung jawab akan
pekerjaan yang telah mereka lakukan.
kebanyakan orang yang ada di desa ini
bahwa dapat digambarkan sebagian
masyarakat kadang berfikir bahwa pada
tahap evaluasi ini yang berperan adalah
pemerintah desa tidak lagi masyarakat
padahal seharusnya pada tahap evaluasi
masyarakat harus tetap ikut terlibat agar
masyarakat tau hasil rencana pembangunan
desa berjalan sebagai mana mestinya.
bahwa pada tahap partisipasi dalam
evaluasi sebagian masyarakat tidak terlalu
ambil tau dan masyarakat yang lainnya juga
tau betul perannya dalam membantu
mengawasi dan mengevaluasi dari program
yang sudah dilaksanakan. Dengan demikian
dibutuhkan peran pemerintah desa dalam
membantu masyarakatnya untuk saling
22
bekerjasama berpartisipasi demi
pembangunan desa mengarah kepada
kemajuan desanya.
Berhubungan dengan meningkatkan
Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan
Perencanaan Pembangunan Desa di Desa
Toapaya Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan pada tahun 2014 tersebut,
ada beberapa hambatan-hambatan antara
lain yaitu :
a. Tingkat Pendidikan Sumber Daya
Manusia (SDM)
Salah satu yang hal yang dapat
menunjang kemajuan suatu desa dilihat dari
Sumber Daya Manusianya, dalam hal ini
dapat dilihat dari segi tingkat
pendidikannya. Untuk membangkitkan
partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
perencanaan pembangunan desa dibutuhkan
perangkat desa yang mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan dalam hal
yang mampu menganalisis aspirasi
masyarakat serta tempat menampung
aspirasi masyarakat adalah BPD. Pentingnya
tingkat pendidikan perangkat pemerintahan
desa itu menunjang agar pelaksanaan urusan
pemerintahan desa dapat berjalan dengan
baik.
Pentingnya jenjang pendidikan
menentukan kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki karena dengan pendidikan
tinggi yang disandang pada seseorang dapat
memberikan kontribusi ilmu yang banyak
bagi pemerintah desa sendiri. Dengan ilmu
yang dimiliki sudah pasti dapat
menyumbangkan pikiran yang dapat
menunjang kemajuan desa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh,
tingkat pendidikan perangkat pemerintahan
Desa Toapaya Utara ini masih tergolong
rendah, sebab untuk yang tamatan sarjana
hanya terdapat satu orang saja.
Selain itu, Pendidikan merupakan
faktor penunjang dalam pelaksanaan
mensejahterakan rakyat dan menmbangun
desa kearah kemajuan desanya. Dengan
tingginya derajat keilmuan yang dimiliki
seseorang maka akan semakin tinggi pula
analisis terhadap gejala-gejala sosial yang
terjadi dalam lingkup masyarakat. Namun di
Desa Toapaya Utara ini masih sangat
minimnya kesadaran akan tingkat
pendidikan bagi perangkat pemerintahannya
menjadi salah satu faktor penghambat dalam
mensosialisasi perencanaan pembangunan
maupun pada tahap menganalisis aspirasi
masyarakat.
b. Faktor Pekerjaan
Selain tingkat pendidikan sumber daya
manusia yang ada di dalam pemerintahan
Desa Toapaya Utara ini faktor yang
berpengaruh dalam perencanaan
pembangunan desa adalah faktor pekerjaan
masyarakat setempat. Sulitnya masyarakat
ikut menghadiri dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa dikarenakan
waktu mereka yang dihabiskan untuk
bekerja baik didalam maupun diluar desa.
Faktor pekerjaan termasuk salah satu
hal yang menjadi hambatan dalam proses
kehadiran, dimana masyarakat juga sulit
untuk disuruh memilih kepentingan keluarga
mereka atau kepentingan umum yaitu perlu
nya suara mereka dalam menyampaikan
23
usulan rencana pembangunan desa dilain sisi
faktor mencari kebutuhan untuk keluarga
juga jauh lebih penting sehingga menjadi
kendala yang sulit dihadapi bagi masyarakat.
Karena Rendahnya tingkat
perekonomian masyarakat Desa Toapaya
Utara sehingga mengharuskan mereka untuk
bekerja untuk membiayai kehidupan sehari-
hari membuat mereka sulit untuk
berpartisipasi secara aktif dalam
merencanakan pembangunan desa.
Hambatan dari faktor pekerjaan inilah yang
mengartikan bahwa didesa ini masyarakat
sulit melakukan musyawarah perencanaan
pembangunan desa sehingga bersikap tidak
ambil tau masalah pembangunan desanya
sendiri. Hal seperti cukup memperhatinkan
karena pada akhirnya akan sulit menciptakan
partisipasi yang tinggi dalam perencanaan
pembangunan desa.
E. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan peneliti, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Partisipasi Masyarakat
dalam Meningkatkan Pembangunan Desa Di
Desa Toapaya Utara Kecamatan Toapaya
Kabupaten Bintan Tahun 2014 sebagai
berikut ini :
a. Tingkat kehadiran masyarakat dalam
pembuatan keputusan masyarakat
disini belum bisa dikategorikan
masyarakat yang aktif karena dari
data yang didapat tingkat kehadiran
pada saat Musyawarah rencana
pembangunan desa (Musrenbang
desa) hanya beberapa perwakilan
masyarakat saja yang ikut terlibat ini
dikarenakan masyarakat mengaku
surat undangan tidak sampai
kemereka.
b. Bentuk penyampaian aspirasi
masyarakat desa lebih kepada secara
spontan dan tanpa paksaan yang
mereka sampaikan kepada ketua RT
setempat yang mereka anggap
sebagai perwakilan mereka.
Sedangkan Kepala desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD),
merupakan lembaga yang telah
diamanatkan oleh UU No.32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagai lembaga yang
berfungsi untuk penyerapan dan
penyaluran aspirasi masyarakat,
tidak berjalan sebagai mana
mestinya ini terlihat, masyarakat
lebih dominan menyampaikan
aspirasinya kepada RT setempat.
Ini menggambarkan partisipasi
masyarakat Desa Toapaya Utara
lebih pada partisipasi tidak
langsung.
c. Pembuatan keputusan dilakukan pada
saat Musrenbang desa disitulah
tempat masyarakat menyampaikan
ide/ gagasan yang mereka hendak
sampaikan namun kebanyakan
masyarakat tidak bisa ikut
berkontribusi menyampaikan
pendapat dikarenakan waktu
pelaksanaan musyawarah tersebut
tidak tepat.
24
d. Tingkat pendidikan perangkat desa
dan anggota BPD yang tergolong
masih rendah yang membuat mereka
terkesan pasif dalam memberikan
sosialisasi atau arahan tentang arti
penting partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan desa
sehingga masyarakat yang orang
awam pun menjadi tidak ingin tau.
e. Kurang optimalnya penampungan
dan penyaluran aspirasi masyarakat
Desa Toapaya Utara, karena pada
saat berlangsungnya musyawarah
perencanaan pembangunan desa
banyak masyarakat yang tidak hadir
karena alasan kerja, sehingga aspirasi
itu kurang terakomodir serta
masyarakat kurang ikut mengawasi
atau mengevaluasi hasil
pembangunan yang telah
dirancangkan.
Berdasarkan penelitian yang
didapatkan peneliti di lapangan, maka
peneliti akan memberikan masukan atau
saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Desa Di Desa Toapaya Utara Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan Tahun 2014.
Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut:
a. Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)
beserta perangkat-perangkatnya
sebagai lembaga yang berfungsi
salah satunya sebagai tempat
masyarakat desa untuk menyalurkan
aspirasi harus berperan aktif dalam
mengoptimalkan penyerapan dan
penyaluran aspirasi masyarakat desa
nya,
b. Pihak pemerintahan desa untuk rutin
melakukan musyawarah dengan
masyarakat agar segala keluhan dari
masyarakat pihak pemerintahan desa
mengetahui serta secara tanggap
menyelesaikannya,
c. Perlunya sosialisasi yang baik kepada
masyarakat terhadap program-
program pemerintahan desa dan
sosialisasi yang lebih mendalam lagi
kepada masyarakat,
d. Melakukan pertemuan rutin dengan
warga pada hari libur dimana warga
bisa hadir menyempatkan diri untuk
ikut terlibat dalam musyawarah
bersama,
e. Dari latar belakang pendidikan
sumber daya manusia perangkat desa
yang masih tergolong rendah,
hendaknya mendapatkan pelatihan
khusus dan pembinaan yang dapat
dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan sehingga para
perangkat desa dapat bekerja dengan
baik merencanakan pembangunan
desanya kearah lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2006, Membangun
Desa Partisipatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu
Adiyoso, Wignyo, 2009, Menggugat
Perencanaan Partisipatif dalam
25
Pemberdayaan Masyarakat,
Surabaya: ITS Press
Awang, Azam, 2006, Otonomi Desa dan
Partisipasi Masyarakat,
Pekanbaru: Penerbit Alaf Riau
Bratakusumah, dkk, 2004, Otonomi
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Harun, Rochajat & Ardianto, Elvinaro,
2011, Komunikasi Pembangunan
dan Perubahan Sosial: Perspektif
Dominan, Kaji Ulang, dan Teori
Kritis, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan
Pembangunan daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan
Peluang, Jakarta: Penerbit
Erlangga
Kusumaningrat, Hikmat, 2009,
Memberdayakan Ekonomi Rakyat
Kecil, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nugroho, Iwan, 2012, Pembangunan
Wilayah: Perspektif Ekonomi,
Sosial, dan Lingkungan, Jakarta:
LP3ES Ikapi
Nurcholis, Hanif, 2011, Pertumbuhan dan
Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Jakarta: Penerbit Erlangga
Soekanto, Soerjono, 2006, Sosiologi Suatu
Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers
Soetomo, 2009, Pembangunan Masyarakat
Merangkai Sebuah Kerangka,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soetomo, 2010, Strategi-strategi
Pembangunan Masyarakat,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Solekhan, Moch, 2012, Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Malang:
Setara Press
Solihin, Wardan, Anang, 2009, Peduli
Kemiskinan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D,
Bandung: CV. Alfabeta
Theresia, Aprillia, dkk, 2014, Pembangunan
Berbasis Masyarakat, Bandung:
Penerbit Alfabeta
Trisantono, Bambang Soemantri, 2011,
Pedoman Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Bandung:
Penerbit Fokusmedia
Widjaja, HAW, 2003, Otonomi Desa
Merupakan Otonomi Yang Asli
Bulat Dan Utuh, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada
A. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005
Tentang Pemerintahan Desa
Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan
Riau Nomor 8 Tahun 2005 Tentang
Pembentukan Desa Kuala Sempang,
Kelurahan Teluk Lobam di Kecamatan
Gunung Kijang
26
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor
12 Tahun 2007 Tentang Pemekaran
Kecamatan Toapaya
Pedoman Teknik Penulisan Usulan
Penelitian dan Skripsi Serta Ujian Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang Tahun 2011
Profil Desa Toapaya Utara Tahun 2014
B. Internet
http://tanjungpinangpos.co.id/2013/11/8273
7/2014-pemkab-siapkan-lahan-sdn-003-
kangboi/, diakses 11 November 2014, pukul
17.00 Wib
Hanapiah, Ali, 2011, Fenomena
Pembangunan Desa, Institut Pemerintah
dalam negeri, Jatinangor
(http://www.jawabarat.ac.id. Diakses 9 Juli
2014 pukul 2:36 Wib)