66
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1. Tujuan dan fungsi Buku ini ditulis dengan tujuan antara lain: a. Mendapatkan pemahaman yang sama tentang konsep pendidikan moral melalui pendekatan perkembangan kognitif yang dilakukan dengan menggunakan diskusi dilema moral di lingkungan keluarga oleh orang tua dan di lingkungan sekolah oleh para guru. b. Untuk memperoleh pemahaman yang sama tentang konsep pembentukan kepribadian, khususnya yang berkaitan dengan cara-cara berpikir moral bagi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, sehingga dapat mengatasi personality problem atau masalah kepribadian yang banyak dihadapi orang dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. c. Menyamakan persepsi dan wawasan yang sama tentang cara-cara pendidikan moral yang dikembangkan berdasarkan pengembangan kognitif yang dilakukan dengan diskusi tentang dilema moral oleh orang tua di lingkungan rumah dan oleh guru di lingkungan sekolah. d. Untuk mencapai gerakan dan usaha yang sejalan dan berkesinambungan dalam pendidikan moral bagi anak yang dilakukan oleh orang tua di lingkungan rumah 1

Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

  • Upload
    mivy

  • View
    58

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Uas PKn

Citation preview

Page 1: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

1. Tujuan dan fungsi

Buku ini ditulis dengan tujuan antara lain:

a. Mendapatkan pemahaman yang sama tentang konsep pendidikan moral

melalui pendekatan perkembangan kognitif yang dilakukan dengan

menggunakan diskusi dilema moral di lingkungan keluarga oleh orang tua

dan di lingkungan sekolah oleh para guru.

b. Untuk memperoleh pemahaman yang sama tentang konsep pembentukan

kepribadian, khususnya yang berkaitan dengan cara-cara berpikir moral

bagi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, sehingga dapat

mengatasi personality problem atau masalah kepribadian yang banyak

dihadapi orang dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.

c. Menyamakan persepsi dan wawasan yang sama tentang cara-cara

pendidikan moral yang dikembangkan berdasarkan pengembangan

kognitif yang dilakukan dengan diskusi tentang dilema moral oleh orang

tua di lingkungan rumah dan oleh guru di lingkungan sekolah.

d. Untuk mencapai gerakan dan usaha yang sejalan dan berkesinambungan

dalam pendidikan moral bagi anak yang dilakukan oleh orang tua di

lingkungan rumah dan yang dilakukan guru di lingkungan sekolah demi

membentuk kepribadian yang baik, sehingga terwujud komunitas

masyarakat yang lebih tenteram dan damai.

2. Manfaat

Buku ini diharapkan memberikan manfaat kepada:

a. Para guru, sebagai panduan dalam usaha memahami konsep moral dan

pertimbangan moral, sebagai konsep pengukuran moral, pendidikan moral

yang berlandaskan pada perkembangan kognitif melalui diskusi dilema

moral, serta bagaimana cara-cara pengukurannya dalam rangka

pengembangan kepribadian yang baik bagi peserta didiknya.

1

Page 2: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

b. Para orang tua, sebagai panduan dalam usaha memahami konsep moral

dan pertimbangan moral, konsep pengukuran moral, dan sebagai

pendidikan moral yang berlandaskan pada perkembangan kognitif melalui

diskusi dilema moral, serta bagaimana cara-cara pengukurannya dalam

rangka pengembangan kepribadian yang baik bagi putera puterinya.

c. strategi pembelajaran serta usaha Sekolah, sebagai alternatif pilihan dalam

menetapkan atau menerapkan memahami konsep moral, serta pendekatan

alternatif dalam pengembangan pendiddikan moral yang berlandaskan

pada perkembangan moral kognitif melalui metode diskusi dilema moral,

serta bagaimana cara-cara pengukurannya dalam rangka melahirkan para

lulusan yang memiliki kepribadian lebih baik.

d. Lingkungan masyarakat dan negara, apabila digunakan pendekatan atau

strategi yang benar dalam pendidikan moral, maka akan lahir masyarakan

dan warga negara yang memiliki kpribadian moral lebih baik, sehingga

rasa menghormati terhadap orang lain akan lebih tinggi dan kehidupan

dalam masyarakat akan lebih baik dan lebih terasa aman serta nyaman.

B. Rasional

Lulusan program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), guru SD-MI dapat

dipandang dari dua segi, yaitu segi substansi dan segi tataran kompetensi. Dari

substansinya dapat dikelompokkan kedalam empat kompetensi yaitu:

1. Penguasaan Bidang Studi

Pada kompetensi ini mencakup 2 sisi yaitu; 1) penguasaan disiplin ilmu

dan 2) penguasaan kurikuler. Pada penguasaan disiplin ilmu berkaitan dengan

penguasaan guru terhadap substansi dari dasar keilmuan bidang studi (Bahasa

Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn) yang diajarkan diSD. Penguasaan

kurikuler, berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan dari materi

yang diajarkan. Pada kompetensi penguasaan bidang studi ini perlu

menghindari pembelajaran yang bersifat mekanistik (cookbook approach)

selain itu dalam hal ini hendaknya tidak menyediakan materi dan bahan ajar

yang bersifat kaku yang akan menimbulkan miskonsepsi sebagaimana sering

ditemukan dilapangan.

2

Page 3: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

2. Pemahaman tentang Peserta Didik

Kompetensi ini merujuk pada kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa.

Dalam hal ini guru harus memahami dengan baik kondisi siswa, hal ini

bertujuan untuk mencapai sasaran pendidikan di SD. Ada 3 hal yang

mencakup dalam pemahaman peserta didik yaitu; 1) pemahaman bahwa siswa

sebagai pribadi yang unuk dengan kelebihan, kekurangan dan kebutuhannya;

2) pemahaman tentang lingkungan keluarga sosial budaya masyarakat sebagai

tempat tumbuh kembang bagi siswa; 3) pemahaman tentang kemajemukan

masyarakat besar Indonesia dan dunia. Ketiga unsur ini membentuk

kompetensi utama bagi guru SD-MI.

3. Penguasaan Pembelajaran yang Mendidik

Pada kompetensi ini guru harus memiliki kemampuan pengelolaan

pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik dan kebutuhan belajar

siswa. Kemampuan ini tercermin dari kecermatan dan kejelian seorang guru

dalam memanfaatkan peluang yang berdampak pada pengiring pembelajaran

(nurturant effects). Apabila guru memiliki kompetensi ini dengan baik maka

kompetensi yang diinginkan pada siswa akan tercapai (capabilities building).

4. Pengembangan kepribadian dan Keprofesionalan

Kompetensi ini dapat dicerminkan dari kemampuan guru dalam

mengetahui, mengukur, dan mengembangkan kemampuannya secara mandiri.

Guru yang memiliki profesionalisme yang baik harus memiliki kepribadian

yang baik (terstandar) sebelum ia melaksanakan tugasnya untuk

membentuk kepribadian siswanya.

Ditinjau dari substansi kompetensi guru SD-MI mengenai penguasaan

pembelajaran yang mendidik, buku ini terkait dengan kepemilikan kemampuan

guru dalam pengelolaan pembelajaran bidang studi PKn. Dengan demikian,

penguasaan pembelajaran yang mendidik bagi guru PKn akan mencakup

tercapainya tujuan pembentukan kepribadian yang baik bagi para siswanya

menjadi suatu hal yang harus dikuasai oleh guru.

3

Page 4: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Sebagai seorang guru yang memegang amanat untuk mengembangklan

kepribadian anak bangsa, buku ini dapat membantu guru dalam pembentukan

kepribadian moral yang baik yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan pada

diri siswa. Sebagai guru yang mengemban tugas membentuk kepribadian, buku ini

diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam mengajarkan kepribadian pada

siswa sehingga, mampu melahirkan anak bangsa yang yang memiliki kepribadian

unggul dalam kehidupannya. Dalam pemberian materi pembelajaran kepribadian

dengan pertimbangan moral seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik

terlebih dahulu, dan kepribadian tersebut tercermin dalam pengelolaan

pembelajaran PKn.

Pembentukan kepribadian yang dilakukan guru PKn dapat dilakukan dengan

menerapkan beberapa metode, dan strategi yang sesuai dengan perkembangan

peserta dididik berdasarkan karakteristiknya. Diantara pendekatan yang dapat

digunakan adalah pendekatan perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral

Development) penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk mengubah cara

berpikir moral (moral thinking) siswa dalam menentukan perilakunya yang

didasarkan pada pertimbangan moral (moral judgment) yang dimilikinya.

Perubahan cara berpikir moral siswa ini akan tampak melalui tahapan-tahapan

pertimbangan moral yang ada padannya. Artinya, tinggi rendah tahapan ini akan

menentukan kualitas perilaku moralnya, yang dapat dilihat dari perilaku

keseharian siswa.

Kepribadian (personality) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang

membedakan orang lain, akan tetapi kepribadian bukan sesuatu yang statis sebab

kepribadian memiliki sifat kedinamisan yang disebut dinamika pribadi

(personality dynamics). Dinamika ini sangat berkembang pesat pada diri siswa SD

karena mereka pada dasarnya belum memiliki kepribadian yang matang, yaitu

masa pembentukan kepribadian. Sebagai sesuatu yang memiliki kedinamisan,

maka karakter kepribadian seseorang dapat berubah dan berkembang.

Perkembangan ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan dari pengalamn

hasil belajar. Berdasarkan sifat kepribadian yang dapat berkembang tersebut,

maka kepribadian adalah sesuatu yang dapat dibentuk sesuai dengan yang

4

Page 5: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

diinginkan dan hal ini bisa dilakukan dilingkungan rumah dengan orang tua yang

membentuk dan di lingkungan sekolah dilakukan oleh guru.

Apabila para orang tua dan guru PKn mampu meletakkan dasar-dasar cara

berpikir moral secara benar, maka kemungkinan adanya kontradiksi dalam

pengembangan moral anak dapat dihindari. Apabila persepsi antara orang tua dan

guru tidak sejalan, maka antara lingkungan satu dengan lingkungan lainnya akan

merusak perilaku moralitas anak. Kesamaan persepsi, dan pola pembinaan yang

serasi tentang upaya memperkenalkan dan menumbuh kembangkan cara berpikir

moral pada anak sedini mungkin akan dapat membantu mereka berpikir dan

berperilaku moral secara bertahap.

Pembinaan pendidikan moral melalui kebiasaan dinyatakan tidak lagi cukup

kuat dalam menghadapi pergeseran dan perubahan nilai-nilai pada era sekarang

ini yang merupakan dampak dariperkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Oleh sebab itu buku ini penting untuk dipahami bersama oleh

seluruh komponen terutama orang tua dan guru PKn, agar terbina anak bangsa

yang lebih beradap dalam mengembangkan dan melestarikan kehidupan di era

global ini.

5

Page 6: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB II

ISI

KEPRIBADIAN DAN PEMBENTUKANNYA

A. Konsep dan Tipe Kepribadian

Kepribadian menurut pengertiannya adalah suatu istilah yang mengacu

kepada gambaran-gambaran sosial tertentu yang di terima oleh individu dari

kelompoknya atau masyarakatnya. George Kelly (2005) menyatakan bahwa

kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-

pengalaman hidupnya. Menurut Gordon Allport (2005) bahwa kepribadian

merupakan suatu suatu organisasi ya ng dinamis dari sitem psikofisik individu

yang menentukan tingkah laku individu tersebut. Menurut Paul Gunadi (2005)

kepribadian di golongkan jadi lima yaitu:

1. Tipe Sanguin

Memiliki ciri-ciri gairah hidup tinggi, bersemangat dapat membuat lingkungan

gembira, kelemahannya sering bertindak sesuai keinginannya sendiri dan

mudah dipengaruhi oarng lain.

2. Tipe Flegmatik

Memiliki ciri-ciri pembawaan tenang tidak mudah emosi cenderung dapat

menguasai diri, kelemahan yang dimiliki tipe ini mereka cenderung kurang

mau berkorban untuk orang lain.

3. Tipe Melankolik

Memiliki ciri-ciri perasaan sangat sensitiv dan cenderung ingin sempurna

dalam segala hal, kelemahannya mudah dikuasai oleh perasaannya dan kurang

menggunakan logika.

4. Tipe Kolerik

Memiliki ciri-ciri disiplin kerja sangat tinggi dan bertanggung jawab terhadap

tugas yang di embannya, kelemahannya kurang mampu merasakan perasaan

dan penderitaan orang lain.

6

Page 7: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

5. Tipe Asertif

Memiliki ciri-ciri kritis, suka berpendapat, tetapi perasaannya halus sehingga

tidak suka menyakiti orang lain.

B. Faktor yang mempengaruhi Kepribadian

1. Faktor Internal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari diri orang itu sendiri. dan faktor

ini merupakan faktor genetis atau bawaan sejak lahir.

2. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar diri seseoarang dan merukalan pengaruh dari

lingkungan baik keluarga maupun masyarakat selain itu faktor ini bisa berasal

dari berbagai media.

Levine (2005) menyatakan bahwa orang tua yang merupakan penyumbang

dari dua faktor di atas memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian anak.

Pengaruh yan g terjadi di sebabkan cara mendidik anak tersebut di lingkungan

keluarga. Ada sembilan tipe orang tua dalam mendidik anak yaitu:

1. Penasihat moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis dan moral.

2. Penolong, terlalu mengutamakan kebutuhan anak dan mengabaikan akibat dari

tindakan si anak.

3. Pengatur, bekerja sama dengan anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan

memperbaikai keadaan.

4. Pemimpi, berupaya menghubungkan secara emosional dengan si anak dalam

tiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama.

5. Pengamat, selalau mencari sudut pandang yang menyeluruh, berupaya

mengutamakan perspektif dan abjektivitas.

6. Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental, selalu memiliki gambaran

buruk sampai mereka yakin anak benar-benar memahami situasi.

7. Penghibur, selalau menerapkan gaya yang lebih santai.

8. Pelindung, suka mengambil alih tanggung jawab selalu bersikap melindungi.

9. Pendamai, di pengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar dari

konflik.

7

Page 8: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Dari sembilan tipe orang tua dalam mendidik anak secara moralitas,

terdapat tiga tipe yang sejalan dengan pembentukan kepribadian melalui

peningkatan pertimbangan moral, yaitu: pengatur, pengamat, dan pencemas.

C. Struktur Kepribadian dan Tindakan Moral

Menurut Hogan dan Bush (1984) ada dua sudut pandang tentang moral,

yaitu pandangan psikologi perkembangan-kognitif dan teori tentang

pembelajaran-sosial modern. Kedua pandangan tersebut telah berjasa

mengembangkan teorinya berkenaan dengan berbagai aspek proses ke-moral-an

(moralitas). Perkembangan moral yang ada dapat dipahami dari sudut pandang

teori kepribadian yang dibagi dalam beberapa aspek yaitu:

1. Struktur Kepribadian

Kebutuhan manusia tentang pergaulan dan saling berhubungan secara

teratur memerlukan moralitas agar terbina keteraturan. Sebaba itu moralitas,

hendaknya dilihat dari dua segi, yaitu sudut pandangan sosial (moralitas

tampil sebagai suatu aturan yang memverifikasi hak dan kewajiban)dan dari

sudut pandangan individual, moralitas dirumuskan secara fenomenologis

(orientasi pribadi secara subjektif terhadap aturan dan nilai yang berlaku

dalam lingkup budayanya).

2. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian ini berlangsung melalui tiga fase, yaitu:

a. Mulai usia kelahiran sampai usia 5 tahun.

b. Masa kanak-kanak dan masa remaja.

c. Masa dimana manusia masuk dunia keja dan berkeluarga.

Pada fase pertama anak lebih peduli terhadap gambaran dirinya sendiri

sebagaimana diarahkan oleh orang tuanya (orang harus mengakui

kewibawaan), fase kedua anak mulai menyesuaikan dirinya dengan rekan

sebayanya (orang mengatur bagaimana ia harus bergaul dengan teman

sebayanya), sedang fase ketiga dimana mereka mulai merintis tujuan

hidupnya serta merencanakan strategi yang akan ditempuhnya dalam

mengejar tujuan hidup yang akan dipilihnya (orang harus memantapkan

gaya hidup tertentu yang hendak direalisasikannya).

8

Page 9: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

3. Perbedaan Individual, Kepribadian, dan Perilaku Moral

Berdasarkan kajian tentang tindakan moral dimana perkembangan moral

diletakkan dalam perkembangan pribadi sebagai suatu keseleruhan, maka

simpulannya sebagai berikut:

a. Cara seseorang bereaksi terhadap aturan yang berlaku.

b. Kepribadian seseorang mencerminkan setiap riwayat perkembangan

moral.

c. Kepribadian yang dimiliki orang satu dengan satunya memiliki perbedaan.

d. Setiap tipe kepribadian memiliki orientasi moralnya yang khas.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa peningkatan pertimbangan moral

pada diri seseorang yang dirancang secara sengaja baik melalui pendidikan di

sekolah maupun di rumah, dapat membantu kepribadian seseorang.

D. Etika, Moral, Norma, Nilai, Akhlak, dan Estetika dalam Budi Pekerti

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan nilai dan norma

yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Menurut Bertens (1999:6)

etika mempunyai tiga arti: Pertama, etika dalam arti nilai-nilai atau norma-norma

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam

mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai

moral. Ketiga, etika dalam arti ilmu tentang yang baik atau buruk.

Moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos, (adat-istiadat, kebiasaan, cara,

tingkah laku, kelakuan), mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara

hidup (Lorens Bagus, 1996:672). Moral adalah hal yang mendorong manusia

untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma”.

Moral dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya atau baik-

tidaknya tindakan manusia.

Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”,

tetapi kata moralitas mengandung makna “segala hal yang berkaitan dengan

moral”. Moralitas adalah seluruh kualitas perbuatan manusia yang dikaitkan

dengan nilai baik dan buruk. Etika dan moral mempuyai fungsi yang sama, yaitu

memberi orientasi bagaimana seseorang harus melangkah dalam hidup ini.

9

Page 10: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Norma berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, kaidah bagi

pertimbangan dan penilaian. Nilai yang menjadi milik bersama dalam satu

masyarakat dan telah tertanam secara emosional yang mendalam, sehingga

menjadi norma yang tersepakati bersama.

Nilai atau value (bahasa inggris) atau valere (bahasa latin) berarti berguna,

mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang

menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat

menjadi objek kepentingan. Menurut Steeman (dalam Darmaputra, 1999) nilai

adalah yang memberi warna kepada hidup, yang memberi kepada hidup ini titik-

tolak, isi, dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang

mempengaruhi tindakan seseorang. Nilai seseorang diukur melalui tindakan, oleh

sebab itu etika sering disangkutkan dengan nilai seseorang.

Akhlak adalah istilah yang berasal dari kata bahasa Arab yang memiliki

arti budi pekerti. Akhlak mengajarkan tentang hubungan seseorang dengan Tuhan

dan hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan Budi Pekerti berasal dari

bahasa sansekerta dan memiliki persamaan dengan “Tata Krama”. Estetika

(aesthetic) adalah hal yang berhubungan dengan keindahan, dan hal tersebut dapat

diwujudkan dalam niat, keindahan dalam proses dan keindahan dalam hasil.

Keindahan ini merupakan hal yang menjadi bagian yang dari nilai yang perlu

dimiliki siswa. Sebab itu pendidikan budi pekerti semestinya juga memasukkan

nilai-nilai estetika sebagai bagian dari yang sepatutnya diajarkan.

E. Hubungan Kepribadian dengan Moral, Nilai, dalam Budi Pekerti.

Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap

akhlak, moral, budi pekerti, etika, dan estetika orang tersebut dalam berinteraksi

dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, etika,

moral, norma, nilai, dan estetika, yang dimiliki seseorang akan akan menjadi

landasan perilakunya dan membentuk menjadi budi pekerti sebagai wujud norma

moral yang terdapat pada sekelompok manusia.

Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral secara

mendasar mendukung untuk mewujudkan nilai positif dan menolak mewujudkan

nilai dan perilaku negatif yang ditunjukkan oleh pendidikan budi pekerti. Seperti

10

Page 11: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

moral budi pekerti memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian, kepribadian

yang baik dapat mengapresiasinilai-nilai yang terkandung dalam budi pekerti.

Dalam arti lain, penanaman nilai budi pekerti yang baik sejak dini akan membantu

membentuk kepribadian yang berbudi pekerti yang luhur.

11

Page 12: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB III

MORAL DAN PERTIMBANGAN MORAL

A. Konsep Moral dan Teori Pendidikan Moral

1. Konsep Moral

Menurut Harshorne dan May dalam (Kohlberg, 1971) bahwa pendidikan

moral di sekolah dikategorikan menjadi dua, yaitu:

a. Pendidikan watak atau karakter dan pengajaran agama di kelas, tidak

mempengaruhi perbaikan perilaku moral.

b. Pendidikan etika yang dilakukan dengan cara pengklarifikasian nilai yaitu

pengaturan tentang aturan-aturan berperilaku benar dan baik di sekolah

sedikit berpengaruh terhadap pembentukan moral sebagaimana yang

dikehendaki.

Dari penelitian yang dilakukan diinterprestasikan bahwa pendidikan

moral di sekolah tidak efektif, hal tersebut disebabkan oleh karakter moral

telah dibentuk lebih awal di rumah karena pengaruh orangtua. Pendidikan

moral bertujuan membina terbentuknya perilaku moral yang baik bagi setiap

orang. Artinya, pendidikan moral bukan sekedar memahami tentang aturan-

aturan benar dan salah atau mengetahui tentang ketentuan-ketentuan baik dan

buruk, tetapi harus benar-benar meningkatkan perilaku seseorang. Karena itu,

evaluasi keberhasilannya harus menggunakan perwujudan perilaku moral

sebagai ukurannya.perilaku moral. Untuk menemukan perilaku moral yang

sebenarnya hanya dapat ditelusuri melalui pertimbangannya. Artinya,

pengukuran moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang

tampak saja, melainkan harus melihat pertimbangan-pertimbangan moral yang

medasari keputusan perilaku moral itu, dengan demikian tinggi rendahnya

moral yang dimiliki seseorang dapat diukur.

Piaget (dalam Lee, 1971) menyatakan bahwa perkembangan tingkat

pertimbangan moral seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal dapat dipengaruhi dari orang tua dan teman sebaya, sedangkan

faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat intelektual. Kedua faktor tersebut

12

Page 13: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

tidak dapat dipisahkan karena pertumbuhan tingkat perkembangan moral

memerlukan keseiringan satu dengan lainnya.

Perilaku moral sebenarnya sesuatu yang tersembunyi dalam pikiran

seseorang, karena tersimpan dalam cara-cara berpikirnya. Artinya untuk

mengetahui keadaan moral seseorang yang sebenarnya, maka seseorang yang

mengamati mungkin bisa tersesat oleh fenomena yang ditunjukkan oleh

perilaku nyata seseorang. Sebab, perilaku moral tidak cukup bila hanya diukur

melalui tindakan moral secara objektif yang bisa diamati, tetapi juga harus

dilihat melalui pertimbangan moral yang bersumber dari pemikiran moralnya.

2. Teori Pendidikan Moral

Dewey (dalam Kohlberg, 1977) menyatakan bahwa pada dasarnya

tujuan pendididkan adalah mengembangkan kemampuan intelektual dan

moral. Shaver (1972) mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga

pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan

kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau

tidak bertindak. Kemampuan tersebut terkait dengan nilai-nilai, terutama nilai

yang bersifat humanis. Karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan

mempunyai beban dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan moral

dan membantu siswa mengembangkan cara-cara berpikirnya dalam

menetapkan keputusan moralitasnya.

Goods (1945) menegaskan bahwa negara yang mengakui agama dan

sekolah agama, maka pendidikan moral disekolah diajarkan melalui

pendidikan agama atau sekolah agama, sedangkan negara yang mengakui

agama, pendidikan moral diajarkan melalui pendidikan kewarganegaraan atau

civics. Dengan demikian negara Indonesia merupakan negara yang

memberikan perhatian dalam pembinaan moral. Sebab selain mengajarkan

agama sekolah juga memberikan pendidikan moral.

Ardhana (1985) menyatakan bahwa melalui pengajaran tentang moral di

sekolah merupakan usaha yang dilakukan dari pihak sekolah untuk

menanggulangi kebobrokan moral, baik secara preventif maupun represif agar

peserta didik tidak mengalami kebobrokan moral. Rosjidan (1990) dari

13

Page 14: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

penelitiannya yang menggunakan responden siswa,orang tua, dan guru,

mengungkapkan bahwa faktor penyebab adanya perilaku moral yang negatif

dari para siswa ialah karena kurang efektifnya pendidikan moral di sekolah.

Ryan (1985) menyatakan bahwa terdapat tiga teori tentang

pengembangan moral di sekolah yaitu: pertama teori perkembangan

kognitif, menurut teori ini moral manusia tumbuh dan berkembang sesuai

dengan urutan tahap-tahap perkembangan berdasarkan tingkat-tingkat

pertimbangan moral. Urutan tersebut tetap yaitu, dari tingkatan yang rendah

menuju kearah yang lebih tinggi. Teori kedua adalah teori belajar sosial

(social learning theory) teori ini memandang bahwa manusia seperti kertas

kosong yang siap ditulisi masyarakat dan membentuk pengalamannya.

Pengertian lain dari teori ini adalah bahwa perilaku moral seseorang

merupakan perilaku baik dan buruk yang ditetapkan oleh kelompok

masyarakat dan mereka juga menetapkan sanki-sanksi sosial, Maccoby (1980)

pada teori ini berbeda dengan teori perkembangan kognitif yang

mengutamakan taraf berpikir dan penalaran moral dari siswa. Teori ketiga

adalah teori psikoanalitik, menurut teori ini perilaku moral manusia

ditentukan oleh tiga faktor yang terdapat dalam diri seseorang yaitu: id, ego,

dan super-ego. Id merupakan sesuatu yang terdapat pada diri sesorang yang

mendorong individu untuk berperilaku mengikuti nafsu (animalistuc urges

and desire), ego merupakan penentu terbentuknya perilaku riil, sedangkan

super-ego merupakan pengembang elemen pendorong dan berfungsi sebagai

agen pengendali yang memberikan pertimbangan dan selaku kontrol kepada

individu apakah hal yang dilakukan tersebut baik atau buruk (Ryan,

1985:3408).

Dari beberapa teori yang dikemukakan maka pemerintah melalui

pendidikan formal berusaha mengembangkan pendidikan moral melalui

pelajaran PKn di tiap-tiap sekolah.

B. Tujuan pendidikan Moral

Frankena (1971) menyatakan, tugas program pendidikan moral

menyampaikan dan mempertahankan moral sosial, meningkatkan kemampuan

14

Page 15: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

berpikir moral secara maksimal. Pada tahun 1971, Kohlberg menggabungkan

tujuan pendidikan moral dengan tujuan pendidikan Civivs (Pendidikan

Kewarganegaraan). Tujuan pendidikan moral, dapat ditemukan dalam cakupan isi

dan tujuan yang dikehendaki oleh bidang studi PKn yang diajarkan di sekolah,

yaitu yang bersumber dari nilai-nilai sila kedua Kemanusiaan yang adil dan

Beradap. Strommen (1983) menyatakan, bahwa tujuan pendidikan moral di

sekolah mengefektifkan meningkatan dan mengembangkan pertimbangan-

pertimbangan siswa. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat dipahami

bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan moral di sekolah dapat membantu siswa

mempertinggi tingkat pemikiran, pertimbangan dan penalaran moralnya.

C. Moral dalam Pembelajaran

Setiap pembelajaran adalah masalah moral, disini seorang guru dapat

menetapkan suatu prinsip dasar bahwa tujuan dari pembelajaran yang berhasil

ialah penyesuaian moral secara konstruktif terhadap kehidupan siswa. Selam ini

kesalaha yang dilakukan para guru adalah melakukan jalan pintas untuk mencapai

tujuan pembelajaran tanpa memperhatikan implikasi moral dari proses

pembelajaran bagi siswa. Untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan

moral, guru harus berperan sebagai pembelajar sekaligus pendidik, dan

melaksanakan pembelajaran untuk mengubah cara siswa memandang dirinya

sendiri dan orang lain. Jika berhasil, maka pembelajaran akan mampu mengubah

cara berpikir moral siswa. Moral dalam pembelajaran akan dapat diwujudkan oleh

guru yang memiliki kompetensi, dan kompetensi yang harus dimiliki adalah;

kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi

intelektual, dan kompetensi spiritual. Dari kelima kompetensi yang ada dapat

dilihat dalam empat bentuk kompetensi yaitu; 1) Penguasaan bahan ajar, 2)

Pemahaman tentang peserta didik, 3) Penguasaan pembelajaran yang mendidik,

dan 4) Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.

Perwujudan dari kinerja guru pada kegiatan pembelajaran adalah; 1)

keinginan untuk menampilkan tingkah laku yang sebaik-baiknya, 2) senantiasa

memelihara dan meningkatkan citra keguruannya, 3) senantiasa mengembangkan

diri, 4) mengejar kualitas profesi, 5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya.

15

Page 16: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Moral pembelajaran dapat diwujudkan bila guru memiliki kepribadian yang

menunjang dalam melaksanakan keprofesionalannya. Kepribadian guru tidak

hanya menjadi dasar baginya untuk bertingkah laku yang bermoral, tetapi juga

sekaligus menjadi model keteladanan bagi para siswanya untuk dicontoh dan

dikembangkan. Oleh karena itu, kepribadian guru perlu dibina dan dikembangkan

sesuai dengan nilai-nilai moral.

D. Menyikapi dan Melaksanakan Etika dan Moral dalam Pembelajaran

Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan

perlakuan terhadap objek yang disikapinya (Prayitno dan Erman, 1999). Unsur-

unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap etika dan moral pembelajaran

antara lain sebagai berikut:

1. Keyakinan bahwa siswa sebagai makhluk sosial yang sedang berkembang

sarat dengan masalah etika dan moral.

2. Pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar dari

berbagai macam sumber, termasuk guru yang penuh dengan muatan etika dan

moral.

3. Pemahaman bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru mampu

memberikan manfaat pada siswa karena didasarkan kepada etika dan moral

pembelajaran.

4. Pertimbangan dan pemikiran yang cermat, jernih, teliti, manusiawi, dan penuh

tanggung jawab dan dilandasi etika-moral akan mampu membelajarkan siswa

menuju pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Penyikapan-penyikapan secara afeksi tersebut secara lebih lanjut dapat

secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap siswa. bentuk-bentuk

perlakuan itu antara lain:

1. Membelajarkan siswa yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggung

jawab dan dilandasi etika dan moral pembelajaran.

2. Mengembangkan wawasan tentang etika dan moral pembelajaran secara rinci

dalam pola perilaku guru terhadap siswa.

3. Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk

mengatasi permasalahan siswa yang dilandasi etika dan moral pembelajaran.

16

Page 17: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

4. Mengkaji upaya pelaksanaan pembelajaran yang dilandasi etika dan moral,

melalui penelitian tindakan.

Acuan guru dalam menerapkan etika moral pada siswa dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1. Guru harus berusaha mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-

prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi hubungan dengan

siswa dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional

(pembelajaran), atau bahkan merugikan siswa.

2. Guru dalam membelajarkan siswa, harus tetap menjaga standar mutu layanan

atau profesinya, sehingga dapat dihindari kemungkinan penyimpangan tugas

yang tidak sesuai dengan etika dan moral pembelajaran.

3. Guru dalam membelajarkan siswa, harus memperlihatkan sifat-sifat

keserhanaan, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, sadar diri,

dan tidak boleh dogmatis, serta harus penuh dengan rasa tanggung jawab.

4. Guru harus bersifat terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan

kepadanya, dan harus mengusahakan mutu kinerja yang tinggi.

5. Guru harus menghormati harkat dan hak-hak pribadi, dan menempatkan para

siswanya di atas kepentingan pribadinya.

6. Guru dalam kegiatan pembelajaran, tidak membeda-bedakan siswa (dalam

memberikan layanan).

7. Dalam menjalankan tugasnya, guru harus dapat menerapkan prinsip-prinsip

etika dan moral pembelajaran.

8. Dalam pembelajaran mengutamakan penampilan prima secara fisik, mudah

tersenyum, dan secara psikis berkepribadian empatik, simpatik, dan tutur

bahasa yang jelas, baik, dan benar.

9. Sekolah dan guru harus dapat menciptakan iklim yang kondusif (bersih, indah,

asri, dan nyaman) dan suasana akademik yang menarik, dengan didukung oleh

fasilitas yang berfungsi mendukung proses pembelajaran yang beretika dan

bermoral dinamis dan terarah.

17

Page 18: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

E. Nilai-Nilai dan Profesi Guru

Ada empat nilai yang berkembang dalam masyarakat, yang harus

diperhatikan oleh guru, yaitu, nilai moral, nilai sosial, nilai undang-undang dan

nilai agama. Nilai moral adalah segala nilai yang berhubungan dengan konsep-

konsep baik dan buruk. Nilai-nilai moral juga sering muncul dalam nilai sosial.

Guru hendaknya memperhatikan derajat pentingnya suatu nilai

dibandingkan dengan nilai lainnya. Menghargai orang lain adalah nilai yang

tingkatannya lebih tinggi dibandingkan nilai-nilai yang lain. Apakah ada nilai-

nilai dasar yang harus di anut oleh guru? ada beberapa sifat kepribadian yang

harus dimiliki oleh guru, misalnya dapat menerima orang lain, berpikiran terbuka,

berpandangan luas, menghargai orang lain, obyektif, dan menyadari keadaan diri

sendiri. Sikap-sikap tersebut memiliki latar belakang dasar seperti sikap toleransi,

menghormati martabat orang lain, percaya terhadap diri sendiri, dapat dipercaya,

jujur, dan suka menolong orang lain dalam kesulitan. Nilai-nilai ini telah diterima

sebagai dasar untuk hidup bermasyarakat pada umumnya, termasuk dalam

cerminan sikap guru pada proses pembelajarn di kelas.

Seorang guru harus memiliki sikap jujur pada dirinya sendiri, tidak boleh

meninggalkan nilai-nilai sosial, nilai moral, dan nilai spiritual. Seorang guru juga

memiliki hak nilai mana yang akan dipakai dan nilai mana yang akan

ditinggalkan, tetapi seorang guru harus mengenal dirinya sendiri, memngenal

dirinya sendiri, mengenal nilai-nilai yang dimilikinya dan mengikuti nilai-nilai

tersebut dengan jujur. Tugas guru adalah membantu membelajarkan siswa

dengan berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang dimilikinya.

18

Page 19: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB IV

PERTIMBANGAN MORAL

A. Karakter Pertimbangan Moral

Tahap pertimbangan moral, ditetapkan pada dua hal yaitu; 1) apa yang

didapatkan seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu moral

dan bagaimana ia menetapkan nilai-nilai; 2) mengapa seseorang menetapkan

sesuatu itu sebagai hal yang berharga, dan alasan-alasan apa yang ia berikan

pada penilaian itu adalah merupakan penentu struktur tingkat pertimbangan

moral seseorang. Kedua hal tersebut menentukan eksistensi struktur tingkat

pertimbangan moral seseorang. Struktur tingkat perkembangan moral dari

seseorang itu menentukan keputusan moral atau perilaku moralitasnya.

B. Tingkat Pertimbangan Moral

Adapun tingkat pertimbangan moral berdasarkan kajian ini adalah

sebagai berikut;

1. Tingkat Pra-konvensional

Pada tahap ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan

terhadap ungkapan-ungkapan serta label baik atau buruk, dan benar atau

salah. Namun hal ini dilihat dari akibat fisik atau kenikmatan akibat

perbuatannya (hukuman atau kerugian, keuntungan atau ganjaran serta

pertukaran hadiah). Disamping itu, juga dipengaruhi oleh pengaruh

kekuatan fisik dari mereka yang menentukan aturan atau label itu. Pada

tahap ini dibagi menjadi dua bagian sebagai dua tingkat yang paling

berdekatan, yaitu;

a. Orientasi hukuman dan kepatuhan

Akibat-akibat fisik dari perbuatannya adalahmenentukan baik

buruknya perbuatan itu, entah apapun arti atau nilai akibat perbuatan

itu bagi kemanusiaan tidak dihiraukan. Menghindari hukuman dan

tunduk pada kekuasaan (tanpa mempersoalkannya) mempunyai nilai

19

Page 20: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

padanya. Artinya tidak atas dasar rasa hormat kepada aturan moral

yang mendasarinya yang didukung oleh hukuman dan otoritasnya.

b. Orientasi instrumental relatif

Perbuatan benar, merupakan cara atau alat untuk memuaskan

kebutuhannya sendiri dan terkadang juga kebutuhan dari orang lain.

Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan pasar. Unsur-

unsur sikap fair hubungannya bersifat timbal balik; kesamaan dalam

ambil bagian sudah ada, tetapi semuanya dimengerti secara fisik dan

pragmatis, dan ada elemen kewajaran. Tindakan timbal balik tejadi

seperti hal, “kamu garuk punggungku, nanti akan ku garuk

punggungmu!”. Artinya, menggaruk atau tidak menggaruk yang

diperbuat bukan karena loyalitas, rasa terima kasih, atau rasa

keadilan.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, seseorang semata-mata menuruti atau memenuhi

harapan keluarga, kelompoknya, atau bangsa tanpa mengindahkan akibat

langsung dan nyata. Sikapnya bukan saja mau menyesuaikan diri pada

harapan-harapan orang tertentu atau dengan ketertipan sosial, akan tetapi

sekaligus sikap ingin loyal dan sikap ingin menjaganya, sehingga ia

secara aktif mempertahankan , mendukung, membenarkan ketentuan,

serta mengidentifikasi dirinya dengan orang atau kelompok yang ada

didalamnya. Pada tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu;

a. Orientasi masuk kelompok “anak manis” atau “anak baik”

Perilaku baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang

lain serta mendapat persetujuan dari mereka. Banyak usaha

konformitas dengan gambaran-gambaran stereotipe yang ada pada

mayoritas, atau dengan perilaku yang dianggap lazim atau umum.

Perilaku, sering dinilai menurut intensitasnya. “Dia bermaksud baik”

untuk pertama kalinya menjadi hal penting dan utama. Dia berusaha

untuk diterima oleh lingkungannya dengan bersikap manis.

20

Page 21: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

b. Orientasi hukum dan ketertiban

Adanya orientasi pada otoritas, peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan atau aturan yang telah pasti dengan berusaha memelihara

ketertiban sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan

kewajiban dan menunjukkan rasa hormat kepada otoritas, serta

memelihara ketertiban sosial yang ada, demi ketertiban itu sendiri.

3. Tingkat Pasca-konvensional, Otonom atau Berprinsip

Pada tahap ini terdapat usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-

nilai dan prinsip-prinsip moral yang sahih dan mampu menerapkannya,

terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-

prinsip itu serta terlepas juga dari apakah individu yang bersangkutan

termasuk kelompok atau tidak. Pada tahap ini juga dibagi menjadi dua

bagian, yaitu;

a. Orientasi kontrak sosial legalitas

Pada umumnya kelompok tahap ini menekankan pada unsur

yang berkenaan dengan kemanfaatan dan mementingkan kegunaan.

Perbuatan yang baik cenderung ditentukan dari segi hak-hak

individual yang umum dan dari segi patokan yang sudah dikaji

secara kritis dan disetujui oleh seluruh masyarakat. Ada kesadaran

yang jelas, bahwa nilai-nilai dan opini pribadi iturelatif dan

karenanya perlu adanya peraturan prosedural untuk mencapai

konsensus. Disamping apa yang telah disetujui secara konstitusional

dan secara demokratis, hak tak lain merupakan nilai-nilai dan opini

pribadi. Akibatnya, terdapat penekanan pada pandangan legalistis,

tetapi juga menekankan bahwa hukum dapat diubah atas dasar

rasional demi kemaslahatan masyarakat (tidak secara kaku atau

mempertahankannya, yaitu orientasi hukum dan ketertiban). Di luar

bidang hukum, persetujuan bebas dan kontrak merupakan unsur

pengikat kewajiban.

21

Page 22: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

b. Orientasi prinsip kewajiban

Pada tahap ini, yang baik diartikan sebagai yang cocok dengan

suara hati sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri

dengan berpedoman kepada pemahaman kekomprehensifan secara

logis, universalitas, disertai kekonsistenan yang ajeg. Pada dasarnya,

prinsip-prinsip itu bukan aturan-aturan konkret, tetapi abstrak dan

etis. Inti moralitas berupa prinsip-prinsip universal tentang keadilan,

pertukaran hak, dan persamaan hak asasi manusia yang mengacu

kepada usaha penghormatan martabat manusia sebagai person

individu (Kohlberg, 1977:130).

Struktur tingkat pertimbangan moral sebagaimana

dikemukakan di atas, selanjutnya dapat dipahami melalui interpretasi

sebagai berikut;

1) Motif moral terutama didasarkan pada usaha untuk

menghindarkan diri dari hukuman.

2) Motif moral terutama berupa usaha untuk memperoleh ganjaran

atau agar perbuatan baiknya memperoleh imbalan.

3) Kesadaran moral berfungsi sebagai upaya agar tidak disalahkan

atau agar tidak dibenci oleh kelompoknya atau oleh

kelompoknya secara mayoritas.

4) Kesadaran moral berfungsi sebagai upaya membebaskan diri dari

teguran pejabat yang memegang kekuasaan, disamping itu juga

untuk melestarikan aturan-aturan umum serta membebaskan diri

dari rasa bersalah yang merupakan akibatnya.

5) Motif moral terletak pada keinginan untuk mempertahankan

penghargaan ayau hormat pengamat yang tiada berpihak, ia

melakukannya sebagai usaha mempertahankan kesejahteraan

umum.

6) Konformitas terhadap prinsip moral berfungsi untuk

menghindarkan diri dari rasa bersalah yang timbul dari dalam

dirinya sendiri.

22

Page 23: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB V

PENERAPAN PENDEKATAN PERKEMBANGAN MORAL KOGNITIF

MELALUI PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH

A. Pendidikan Moral dalam PKn

Dinyatakan bahwa pendidikan budi pekerti terintegrasi dalam seluruh

mata pelajaran di sekolah, terutama dalam mata pelajaran PKn. Artinya,

pendidikan budi pekerti dimasukkan dalan mata pelajaran PKn dan nilai-

nilainya dipraktikkan atau ditanamkan oleh semua guru di sekolah melalui

seluruh tindak tanduknya, baik di dalam maupun di luar kelas, walaupun

demikian, mata pelajaran PKn diharapkan dapat menjalankan tugas

pendidikan budi pekerti itu. Karena itu, peningkatan pertimbangan moral

yang juga merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian

yang baik adalah dapat dilakukan melalui mata pelajaran PKn yang

diajarkan di sekolah, yaitu;

1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)

Pendekatan ini mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima

nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya melalui tahapan, mengenal pilihan, menilai pilihan,

menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Cara yang dapat digunakan pada pendekatan ini antara lain; keteladanan,

penguatan positif dan negatif, simulasi, serta bermain peran.

2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral

development approach)

Pendekatan ini menekankan pada tercapainya tingkat pertimbangan

moral yang tinggi sebagai hasil belajar. Guru dapat menjadi fasilitator

dalam menerapkan proses pemikiran moral melalui diskusi dilema

moral, sehingga anak tertantang untuk membuat keputusan tentang

moralitasnya. Mereka diharapkan mencapai tingkat pertimbangan moral

yang lebih tinggi sebagai hasil pemikiran moralnya. Cara yang dapat

digunakan dalam menerapkan pendekatan ini antara lain melakukan

23

Page 24: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

diskusi kelompok dengan topik dilema moral, baik yang faktual maupun

yang abstak.

3. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)

Pada pendekatan ini menekankan agar siswa dapat menggunakan

kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial

yang berhubungan dengan nilai tertentu. Selain itu, siswa dalam

menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dapat menghubung-

hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Cara

yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain; diskusi terarah

yang menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisis

terhadap kasus, debat, dan penelitian.

4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)

Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan

mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai

mereka sendiri dan nilai orang lain. Pendekatan ini juga dapat membantu

siswa untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka

tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain selain itu dapat

membantu siswa dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan

emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka

sendiri. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain;

bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri,

aktivitas yang bertujuan mengembangkan sensitivitas, kegiatan di luar

kelas, dan diskusi kelompok.

5. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)

Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

siswa seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai. Selain itu

pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong siswa untuk melihat

diri sendiri sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dalam

kehidupan masyarakat. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini

24

Page 25: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

adalah metode proyek atau kegiatan di sekolah, hubungan antar pribadi,

praktik hidup bermasyarakat, dan berorganisasi.

B. Bahan Ajar Dilema Moral dalam PKn

Bahan ajar pendidikan moral dengan menggunakan metode diskusi

dilema moral berdasarkan pendekatan perkembangan moral kognitif berupa

teks dilema moral. Teks dilema moral yang digunakan sebagai bahan ajar

dapat dibuat sendiri oleh para guru dengan mempertimbangkan tingkat

perkembangan peserta didik di sekolah. Untuk satu kali pertemuan, guru

dapat membahas satu dilema moral. Bahan ajar yang dikembangkan harus

memiliki tujuan untuk mengembangkan daya pikir moral kognitif para

peserta didik secara wajar, sehingga tingkat perkembangan moralnya dapat

meningkat sesuai pemikirannya sendiri. Artinya, tidak dibenarkan para guru

memberikan petunjuk bahwa “cara berpikir moral inilah yang benar” dan

“cara berpikir moral yang lain adalah salah”. Cara-cara seperti ini akan

menyebabkan peserta didik menerima secara terpaksa (tidak jujur dan

berpura-pura setuju). Jika hal tersebut terjadi maka pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan perkembangan moral kognitif menjadi gagal

karena dianggap mengandung unsur indoktrinasi maupun pemaksaan secara

halus. Bahan ajar pendidikan moral dengan menggunakan “teks dilema

moral” melalui metode diskusi dilema moral berdasarkan pendekatan

perkembangan moral kognitif tersebut dapat dilihat dari beberapa contoh

dilema moral yang disajikan.

C. Strategi Pembelajaran Peningkatan Pertimbangan Moral

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pendidikan moral yang diajar

dengan menggunakan metode diskusi dilema moral berdasarkan pendekatan

perkembangan moral kognitif adalah sebagai berikut;

1. Menyajikan Dilema

Guru menyiapkan/menetapkan teks dilema moral dan kemudian

mempresentasikan dilema moral itu untuk dipecahkan, langkah yang

dilakukan guru adalah;

25

Page 26: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

a. Teks dilema moral dibacakan dan kemudian dijelaskan makna

istilah-istilah yang dianggap sulit untuk membantu pemahaman para

siswa.

b. Mengelompokkan fakta-fakta yang tak dapat diubah sebagaimana

yang terdapat dalam teks dilema moral.

c. Menetapkan pernyataan dilema moral dalam bentuk pertanyaan atau

meminta siswa untuk memikirkannya sebagai bahan diskusi.

2. Melakukan Pemilihan Tanggapan

Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah;

a. Memberi tanggapan sementara atas tanggapan yang disampaikan

oleh para siswa.

b. Memilih dan menetapkan tanggapan sementara dari siswa.

c. Memilih dan menetapkan alasan atau pertimbangan sementara atas

pilihan tindakan moral yang diajukan siswa.

d. Diakhiri dengan mengusulkan alternatif pilihan yang diajukan

Pada tahap ini guru mengarahkan siswa agar mau menetapkan

suatu keputusan moral yang bersifat sementara dalam menghadapi

dilema moral yang ada sesuai pemikiran masing-masing siswa.

3. Membentuk Diskusi Kelompok Kecil

Guru mengorganisasikan terselenggaranya diskusi kelompok kecil

antara 4-8orang siswa. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah;

a. Mencari alasan atau pertimbangan-pertimbangan moral atas

keputusan moral yang telah dipilih oleh siswa.

b. Menetapkan urutan pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh dan

memilih pertimbangan yang paling diyakini kebenarannya.

c. Menulis pertanyaan-pertanyaan yang dianggap perlu untuk

dipecahkan.

4. Memimpin Diskusi Kelas

Pada tahap ini, guru mengorganisasi terselenggaranya diskusi

kelas, yang meliputi kegiatan sebagai berikut;

26

Page 27: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

a. Mencari dan menyatakan akibat-akibat dari keputusan yang

ditetapkan.

b. Mengungkapkan dan menghubungkan dengan dilema-dilema moral

sebelumnya dan dilema-dilema moral yang serupa.

c. Memeriksa pertanyaan-pertanyaan antara lain dengan cara

mengklarifikasikan, mengangkat isu-isu tertentu, mengulas

pertanyaan, dan menganalisis akibat-akibat yang lebih bersifat

universal.

Dalam hal ini, guru memperhatikan penalaran para siswa dalam

memecahkan dilema moral. Memberi kesempatan siswa untuk

mengemukakan pendapat sebagai hasil penalarannya dan mendengarkan

penalaran temannya, sehingga terjadi diskusi diantara mereka. Dalam

kegiatan oembelajaran ini siswa akan memikirkan pertimbangan dan

penalaran moral yang berkembang dalam diskusi yang dilakukan.

5. Menutup Diskusi

Pada tahap ini, guru menutup diskusi kelas, meliputi kegiatan-

kegiatan berikut;

a. Di dalam kelas mengarahkan siswa agar mampu meringkas

pertimbangan-pertimbangan moral, memberikan tanggapan,

mengajukan pertanyaan, dan memilih satu pertimbangan moral yang

dianggap paling baik yang didapat dari pilihannya sendiri.

b. Di luar kelas, menghimbau para siswa untuk mencari dilema moral

yang lain dan ditulis beserta penyelesaiannya.

Siswa memikirkan kembali pertimbangan-pertimbangan yang

dikemukakan dan pertimbangan-pertimbangan yang diajukan oleh

teman-temannya. Guru mengarahkan diskusi agar siswa menemukan

pertimbangan moral yang dianggap baik menurut pemikirannya. Siswa

diminta meringkas pertimbangan moral yang muncul, kemudian memilih

salah satu pertimbangan moral tersebut yang dianggap paling menarik

baginya. Beberapa langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan di

atas merupakan pelaksanaan pendidikan moral yang berdasarkan

27

Page 28: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

pendekatan perkembangan kognitif melalui diskusi dilema moral pada

siswa sekolah dasar.

D. Contoh-contoh Dilema Moral

1. Contoh Dilema Moral 1

Sumun adalah seorang anak laki-laki berumur 13 tahun. Pada suatu

hari ia menyatakan pada ayahnya bahwa dia ingin mengikuti study tour

yang akan diadakan sekolahnya, pada akhir tahun pelajaran. Study tour

itu rencananya akan menghabiskan waktu 5 hari. Ayah Suman berjanji,

ia boleh mengikuti study tour itu, asal ia menabung uangnya sendiri

untuk seluruh biaya keperluan study tour tersebut.

Dengan demikian, Suman berusaha memanfaatkan sisa waktunya

setelah pulang dari sekolah untuk menjadi pengantar susu. Ia bekerja

keras, dan akhirnya ia berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp

300.000,- dan cukup untuk keperluan biaya study tour yang akan

diikutinya.

Akan tetapi, pada saat study tour itu akan dilaksanakan, ayah

Suman berubah pikiran. Beberapa teman ayahnya, mengajak ayah

Suman untuk menonton suatu karapan sapi, dan ayah Suman kekurangan

biaya untuk menonton karapan sapi tersebut. Karenanya, ia meminta

uang tabungan Suman sebagai hasil pengantar susu itu. Suman

bersitegang akan mengikuti Studi tour, dan karenanya ia menolak

permintaan ayahnya itu.

Seandainya kamu adalah Suman, apakah kamu akan menyerahkan

uang itu, atau menolak untuk menyerahkan uang itu? mengapa demikian,

jelaskan alasan pertimbangan kamu!

2. Tanggapan Terhadap Dilema Moral 1

Jika saya adalah Suman, maka saya………..

Alasan dan pertimbangan saya adalah……...

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan guru untuk memotivasi

pengembangan moral kognitif siswa dalam pembelajaran, antara lain

sebagai berikut;

28

Page 29: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

a. Bolehkah seseorang ingkar janji? Mengapa?

b. Bolehkah orang tua ingkar janji pada anaknya? Mengapa?

c. Tidakkah ayah Suman ingkar terhadap janjinya sendiri?

d. Bolehkah seseorang berbuat tidak adil? Mengapa?

e. Adilkah ayah Suman? Mengapa?

f. Apakah tidak sepatutnya ayah Suman memberi contoh berbuat jujur

kepada si Suman anaknya? Mengapa?

g. Bagaimanakah akibatnya, jika Suman meniru perilaku ayahnya yang

ingkar janji itu? Mengapa?

h. Bagaimanakah akibatnya, jika semua orang ingkar janji? Mengapa?

i. Apakah ayah Suman termasuk orang yang berbuat baik? Mengapa?

j. Apakah ayah Suman termasuk orang yang bersikap dan bertindak

adil terhadap sesama manusia? Mengapa?

k. Apakah ayah Suman termasuk orang yang mampu menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan? Mengapa?

l. Apakah ayah Suman yang ingkar janji itu termasuk seseorang yang

memiliki kepribadian yang baik? Mengapa demikian?

3. Contoh Dilema Moral 2

Pada suatu hari, Dinna bertemu dengan seorang temannya yang

amat miskin. Ternyata itumengeluh kepada Dinna, bahwa sejak kemarin

pagi sampai sore ini ia belum makan karena tidak ada makanan di

rumahnya. Kemudian, Dinna pergi ke toko roti yang ada di seberang

jalan, dan karena ia tidak mempunyai uang, maka dia menunggu sampai

penjual roti itu membelakanginya. Lalu ia mencuri sepotong roti tersebut

dan memberikannya kepada temannya itu.

Pada hari yang sama di tempat yang berbeda, Sumini seorang gadis

remaja masuk kesuatu toko. Dia melihat sebuah pita tali rambut kecil

yang bagus sekali di atas sebuah meja di toko itu. Dia membayangkan

betapa cantiknya jika rambutnya dihiasi dengan pita itu. Sebab itu,

ketika wanita penjaga toko itu berdiri membelakanginya, ia mencuri pita

itu lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

29

Page 30: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Menurut kamu, manakah yang lebih jelek antara Dinna yang

mencuri sepotong roti atau Sumini yang mencuri sepotong pita tali

rambut? Mengapa demikian, jelaskan alasan dan pertimbangan kamu!

4. Tanggapan Terhadap Dilema Moral 2

Menurut pendapat saya…………………

Dengan alasan dan pertimbangan……….

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan guru untuk memotivasi

pengembangan moral kognitif siswa dalam pembelajaran, antara lain

adalah sebagai berikut;

a. Samakah jeleknya, orang yang mencuri dalam mumlah yang banyak

dengan jumlah yang sedikit?Mengapa?

b. Samakah jeleknya, orang yang mencuri untuk kebutuhan makan

karena lapar dengan kebutuhan untuk keindahan?Mengapa?

c. Samakah jeleknya, mencuri untuk menolong orang yan g kelaparan

dengan menolong orang untuk keindahan? Mengapa?

d. Samakah jeleknya, mencuri untuk kepentingan diri sendiri dengan

mencuri untuk kepentingan kemanusiaan? Mengapa?

e. Manakah yang lebih jelek, orang yang membiarkan orang lain

kelaparan dengan orang yang berani mengambil resiko demi

keselamatan orang lain dengan cara mencuri? Mengapa?

f. Manakah yang lebih baik, teman yang mengatakan;

“Kamu lapar urusan kamu, saya tidak peduli”

“Biarlah kamu mati kelaparan, asal saya tidak dihukum”

“Biarlah saya dihukum, asal kamu tidak mati kelaparan”

“Saya rela dihukum, asal nyawa kamu terselamatkan”

“Saya rela dihukum, demi nilai-nilai kemanusiaan”

5. Contoh Dilema Moral 3

Ada dua orang pemuda mendapatkan kesulitan. Mereka secara

diam-diam mau meninggalkan kota dalam keadaan tergesa-gesa dan

membutuhkan uang. Marsus pemuda yang lebih tua mendobrak sebuah

toko dan mencuri uang sebanyak Rp 10.000,-.

30

Page 31: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Suman yang lebih muda mendatangi seseorang yang terkenal suka

memberi pertolongan kepada orang lain di kota iti. Suman berkata

kepada orang itu bahwa ia dalam keadaan sakit berat dan membutuhkan

uang sebanyak Rp 10.000,-. Sebenarnya, ia sama sekali tidak sakit, dan

bermaksud tidak akan membayar kembali uang yang dipinjamnya itu.

Meskipun orang tersebut tidak begitu mengenal Suman tetapi ia mau

meminjamkan uangnya kepada Suman.

Marsus dan Suman lari meninggalkan kota, masing-masing

membawa uang sebanyak Rp 10.000,-.

Menurut kamu, manakah yang lebih jelek, ,mencuri seperti Marsus

atau menipu seperti Suman? Mengapa demikian, jelaskan alasan dan

pertimbangan kamu!

6. Tanggapan Terhadap Dilema Moral 3

Menurut pendapat saya………………..

Alasan dan pertimbangan saya………...

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan guru untuk memotifasi

mengembangkan moral kognitif siswa dalam pembelajaran, antara lain

adalah, sebagai berikut;

a. manakah yang lebih bernilai menghormati hak orang lain antara

mencuri dan menipu? Mengapa?

b. Manakah yang lebih baik, mengambil milik orang dengan dengan

diketahui orang yang bersangkutan, dengan mengambil milik orang

tapi tidak diketahui sipemiliknya? Mengapa?

c. Manakah yang lebih membingungkan, diketahuinya orang yang

merugikan dengan tidak diketahui orang yang merugikan? Mengapa?

d. Manakah yang lebih buruk akibatnya terhadap ketenteraman

kehidupan bermasyarakat antara mencuri dan menipu? Mengapa?

e. Bagaimana akibatnya jika semua orang saling mencuri?

f. Dapatkah seseorang ditipu oleh semua orang?

31

Page 32: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

E. Contoh Pelaksanaan Ujian

1. Jawablah secara berurutan, dimulai dari tes dilema moral nomot 1

sampai dengan nomor 3!

2. Sebelum kamu menjawab, bacalah terlebih dahulu teks soal dilema

moral ini dengan teliti sehingga, kamu benar-benar memahami isi atau

maksud teks tersebut!

3. Setelah dimengerti, berikan tanggapanmu dengan memberikan

keputusan moral yang kamu anggap paling benar, paling baik, paling

cocok, dan paling sesuai dengan pikiranmu!

4. Berilah alasan atau pertimbangan yang jelas, mengapa keputusan moral

itu yang kamu pilih atau kamu tetapkan!

5. Alasan atau pertimbangan yang kamu berikan paling sedikit dua

alasan/pertimbangan!

6. Jika kamu tidak memahami tentang isi teks dilema moral, maka kamu

dapat menanyakan kepada guru!

7. Selama berlangsung tidak dibenarkam kamu bertanya atau menjawab

pertanyaan teman-temanmu!

Di bawah ini akan diberikan contoh tes dilema moral yang bisa

digunakan guru sebagai bahan diskusi tentang dilema moral

Contoh Tes Dilema Moral 1

Dadang berbohong pada ayahnya, dengan mengatakan bahwa ia

hanya memiliki uang tabungan hasil kerjanya sebanyak Rp 100.000,-.

Dikatakannya juga bahwa uang tersebut bahkan belum cukup bagi keperluan

biaya berkemah yang akan diikutinya. Kemudian, ia pergi berkemah dengan

membawa uang sebanyak Rp 250.000,- jumlah uang yang sebenarnya ia

miliki.

Dadang memiliki kakak bernama Amin. Sebelum berkemah

Dadang memberitahukan kepada Amin tentang jumlah uang yang dia miliki

sebenarnya. Dadang juga mengatakan kepada kakaknya bahwa ia telah

berbohong kepada ayahnya.

32

Page 33: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Seandainya kamu adalah Amin sebagai kakak Dadang, apakah

kamu akan memberitahukan hal tersebut kepada ayahmu, ataukah tidak?

Mengapa demikian, jelaskan alasan dan pertimbangan kamu!

Tanggapan Terhadap Tes Dilema Moral 1

Seandainya saya adalah Amin sebagai kakaknya Dadang, maka saya……….

Alasan dan pertimbangan saya………………………………………………..

Contoh teks dilema moral dan contoh tes dilema moral yang disajikan

guru dalam pembelajaran bersifat tentatif. Artinya, hal itu dapat

dikembangkan sendiri oleh guru yang disesuaikan dengan keadaan dan

kebutuhan nyata di lapangan.

33

Page 34: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

BAB VI

PENINGKATAN PERTIMBANGAN MORAL ANAK DI

RUMAH MENUJU TERBENTUKNYA KEPRIBADIAN ANAK

A. Kesiapan Orang tua

Memiliki kepribadian yang mantap dalam nuansa moralitas bagi orang

tua dalam suatu rumah, bukan merupakan hal yang mudah. Nilai-nilai yang

terkandung dalam moral tidak gampang diterapkan dalam cara berpikir dan

bertindak dalam suatu keluarga. Tidak jarang seorang ayah tidak mampu

melakukan hal tersebut kepada anak, dan seorang ibu juga tidak mampu

melakukan hal tersebut terhadap anak.

Adanya hal tersebut timbul bukan hanya karena memang secara fakta

mereka berbeda posisi, rasa tanggung jawab, fungsi, dan tugasnya yang

masing-masing berbeda. Tetapi juga karena secara empirik orang tua

memiliki cara berpikir moral sendiri yang relatif berbeda. Perbedaan tersebut

terjadi karena latar belakang pendidikan serta latar kelurga yang berbeda-

beda. Dengan demikian, penerapan moral yang menjadi dasar berpikir

moralitas menjadi sulit untuk diterapkan dalam kehidupan di rumah.

Dengan adanya hal tersebut, orang tua dalam lingkungan keluarga

harus memiliki kemauan dan tekad yang kuat untuk mewujudkannya.

Kurang pengertiannya orang tua sebagai sosok panutan di lingkungan rumah

menjadikan pembentukan kepribadian melalui pertimbangan moral bagi

anak-anak akan gagal.

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Moralitas

Adapun prinsip-prinsip penerapan moralitas pada anak dapat

dilaksanakan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan keluarga.

Adapun yang dapat diterapkan guru maupun orang tua antara lain;

1. Gunakan sebutan “Orang lain” selain dirinya

Sebenarnya, semua orang adalah orang lain. Tetapi dalam

kehidupan bermasyarakat, dikenal ada orang dekat dan orang jauh,

famili dekat atau famili jauh. Bahkan ada orang yang dianggap orang

34

Page 35: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

asing atau orang tak dikenal. Kenyataan ini menjadikan kaburnya nilai-

nilai kesamaan dalam prinsip ajaran moral. Untuk mengurangi

pembedaan sebagaimana disebutkan di atas, maka gunakan sejak dini

kata-kata “orang lain” pada diri anak, agar mereka mau dan mampu

memberi rasa hormat kepada semua orang siapapun orangnya.

Jika seorang guru melihal siswa memukul seorang temannya, dan orang

tua melihat anak memukul adiknya atau siapa saja, maka nyatakan

kepada si anak dengan pernyataan; “Tidak benar seseorang menyakiti

orang lain”, dalam hal ini baik guru maupun orang tua hendaknya

disarankan agar tidak menyebut nama atau identitas akan tetapi lebih

menekankan dengan kata “orang lain” .Hal tersebut bertujuan agar anak

dapat menghormati orang lain secara universal.

Jika guru dan orang tua menginginkan siswa dan anak memiliki

kepribadian yang benar, luhur, dan terpuji, maka jangan ajarkan pada

mereka untuk menegakkan prinsip persamaan dan rasa saling terima

dengan menggunakan kata orang lain bagi semua orang, karena hal ini

merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

2. Tegakkan kebenaran dan kejujuran

Banyak anak setelah menuju masa remaja tidak mau

mendengarkan kata-kata orang tuanya. Hal ini disebabakan anak kurang

menaruh kepercayaan terhadap orang tua yang disebabkan orang tua

baik sengaja maupun tidak sengaja terlalu sering berbuat sesuatu yang

mengarah kepada ketidakjujuran dan mengandung nilai kebohongan.

Seorang anak yang sudah mampu berkomunikasi dan berinteraksi

dengan sesama, maka mereka cenderung kurang mempercayai orang tua

yang bagi mereka kurang bisa dipercaya. Tetapi bagi orang tua yang

mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara jujur dan benar, maka

anak akan tetap lebih mempercayainya dari siapapun juga. Dengan

mempertahankan kebenaran dan kejujuran maka kondisi dalam

lingkungan rumah akan dapat meningkatkan cara berpikir moral anak

(moral kognitif) dengan lebih baik. Kondisi rumah seperti ini yang dapat

35

Page 36: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

melahirkan kepribadian yang benar, luhur, dan terpuji. Oleh sebab itu

apapun dan bagaimanapun tegakkan kebenaran dan kejujuran di dalam

kehidupan rumah, karena dengan demikian akan melahirkan kepribadian

yang tanguh dan terpercaya pada anak.

3. Ciptakan suasana terbuka untuk berdialog

Banyak model suasana dan lingkungan keluarga yang dipraktikkan

orang tua, yaitu diantaranya model terbuka, cukup terbuka, dan tertutup.

Ketiga model ini berimplikasi kepada bentuk-bentuk komunikasi dan

interaksi yang terdapat dalam suatu lingkungan keluarga. Apapun dan

bagaimanapun bentuk-bentuk komunikasi dan interaksi dalam suatu

rumah tangga itu tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing.

Dalam teori tingkat pertimbangan moral yang berlandaskan pada

pendekatan moral kognitif, menghendaki model keluarga yang terbuka

dimana seluruh anggotanya memiliki prinsip hidup demokratis yang

berprinsip pada nilai kemerdekaan, kesamaan, dan saling terima selain

itu dalam berpikir dan berbuat semua anggota keluarga dalam posisi

yang sama dan sederajat. Semua anggota keluarga, mengembangkan rasa

hormat kepada sesama manusia, tanpa merasa dan melihat lebih tua atau

lebih muda. Tidak ada dalam pikiran mereka “aku” yang berkuasa, atau

“aku” mengerti “aku” yang menentukan segala keputusan.

Dalam suasana keluarga yang terbuka dan demokratis, maka

banyak kesempatan untuk berdialog menanggapi persoalan hidup yang

dianggapnnya mengandung nilai konflik. Dialog-dialog yang dilakukan

dalam lingkunga rumah dengan topik-topik nilai kemanusiaan sangat

membantu peningkatan pertimbangan moral bagi anak. Untuk itu,

gunakanlah kesempatan yang cukup besar ini untuk membantu anak-

anak dalam meningkatkan pertimbangan moralnya, sehingga menjadikan

mereka memiliki kepribadian yang benar, luhur, serta terpuji.

36

Page 37: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

C. Arus Bawah Moral

Kewajiban kita semua adalah berusaha mengetahui moral anak-

anak kita. Tentu saja, ada anak-anak kita yang terjebak dalam arus bawah

moral dengan cepat. Sekarang ini masih ada diantara kita dan anak-anak kita

yang tampak jahat, anak-anak yang sudah tidak terlalu baik, yang terus

berbuat jahat, serta anak-anak yang terus menuruti dorongan nafsunya,

banyak menuntut dan tidak peka, terkungkung dalam dirinya sampai tak

mengerti orang lain.

Oleh sebab itu yang terbaik ketika kita mendekati masalah moral,

adalah apa yang ingin kita tawarkan pada anak, merupakan hal yang harus

kita pikirkan, selain itu kita juga harus pikirkan hal apa yang kita inginkan

pada si anak serta hal apa yang tidak kita inginkan pada si anak untuk

mereka miliki. Nilai moral man yang kita tolak dan kita anggap kurang baik

bagi anak dan nilai moral mana yang dianggap tepat untuk anak agar akhlak

dan kepribadiannya menjadi cemerlang.

Biasanya ciri dari orang yang tidak begitu baik adalah penyerangan

diri yang hebat dan merusak. Bahkan ketegangan antara harga diri yang

wajar dengan dengan kesibukan diri yang membuat kita terisolir akan

membuat kita kehilangan pandangan terhadap kewajiban kita pada orang

lain (kita tidak lagi mampu melihat orang lain). Beberapa diantara kita

celakanya jatuh menjadi korban arus bawah moral, kehilangan posisi, serta

hanyut dalam kehidupan yang menuruti hasrat dan suasana pikiran. Apabila

hal tersebut terjadi maka seseorang akan sedikit dalam perhatian terhadap

hak-hak orang lain sehingga cenderung egois pada lingkungan.

D. Contoh Beberapa Perilaku Guru yang Dianggap Kurang Bermoral

Berikut ini dicontohkan beberapa perilaku guru yang mungkin

dianggap kurang bermoral atau kurang memiliki etika.

1. Berbicara yang kurang sopan di depan siswa.

2. Merokok di depan siswa.

3. Ingkar janji.

4. Tidak mentaati peraturan sekolah.

37

Page 38: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Beberapa contoh di atas menggambarkan bahwa baik guru maupun

orang tua harus memberikan contoh moral yang baik bagi anak atau siswa,

karena guru serta orang tua menjadi panutan bagi anak-anak dalam segala

hal dan aspek kehidupan.

38

Page 39: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

Analisis Isi buku

Judul Buku : Pembentukan Kepribadian Melalui Peningkatan

Pertimbangan Moral

Pengarang : Dr. Sjarkawi, M.Pd

Tahun Terbit : 2006

Halaman : 151 Halaman

Penerbit : Departemen Pendidikan Nasional Direktoral Jenderal

Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Dari tujuan penulisan buku ini sangatlah tepat karena memiliki tujuan

ingin mencapai wawasan dan persepsi yang sama tentang cara pendidikan moral

pada anak yang dilakukan oleh guru di lingkungan sekolah dan orang tua di

lingkungan rumah, demi tujuan terbentuknya kepribadian yang baik yang

memiliki tujuan akhir mewujudkan masyarakat yang lebih tenteram dan damai.

Dilihat dari manfaat yang ingin ditujukan oleh penulis buku yaitu

diharapkan buku ini bermanfaat bagi para guru, orang tua, sekolah serta

masyarakat. Oleh sebab itu semua aspek perlu mempelajarai dan mengkaji buku

ini sebagai salah satu acuan membentuk kepribadian anak melalui pembelajaran

pertimbangan moral.

Pada tipe-tipe kepribadian yang ditunjukkan pada buku ini hendaknya

tidak hanya disebutkan pengertiannya saja akan tetapi beserta contoh-contih

nyata dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pemberian contoh nyata akan

memudahkan orang tua dan masyarakat yang memiliki latar belakang

pendidikan rendah lebih memahami tentang bentuk-bentuk atau tipe-tipe dari

kepribadian, karena orang tua dan masyarakat yang memiliki latar belakang

pendidikan rendah lebih memahami contoh-contoh langsung daripada

memahami konsep-konsep dari sebuah pengertian. Selain itu pengertian dari

etika, moral, norma, dan nilai hendaknya juga diberikan contoh nyata yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adanya hal tersebut akan memudahkan

39

Page 40: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

pembaca dalam mempelajari tentang apa itu etika, moral, norma, dan nilai.

Selain itu tidak ada kerancuan dalam mengartikan antara etika dan moral karena

sering sekali kita mengartikan tindakan seseorang dengan sebutan tak bermoral

sama dengan tak beretika padahal makna antara keduanya berbeda, oleh sebab

itu contoh dalam kehidupan sehari-hari sangat penting bagi pembaca buku ini

dalam mengkaji isi buku ini.

Pada buku ini terdapat keefektifan pendidikan moral di sekolah yang

diteliti oleh Harshorne dan May pada tahun 1928-1930 yang tertuang dalam

bukunya Kohlberg dengan pernyataan”pendidikan watak atau karakter dan

pengajaran agama di kelas, tidak mempengaruhi perbaikan moral dari seorang

anak” . Dari peryataan tersebut yang ditulis pada buku ini saya kurang

sependapat dengan pernyataan tersebut, karena apa? sedikit apapun pendidikan

karakter dan agama yang diberikan baik di lingkungan sekolah ataupun keluarga

bahkan pada lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perilaku moral

seorang anak. Adanya contoh sederhana dalam kehidupan kita yaitu seorang

anak yang sering berbuat anarkis di lingkungannya dapat diberikan pendidikan

agama dengan cara menyekolahkan anak tersebut kepesantren. Kehidupan

pesantren yang cenderung lebih mengutamakan pembelajaran tentang

pendidikan agama dan pendidikan karakter secara sedikit demi sedikit akan

mampu mengubah perilaku anak tersebut menuju kearah yang lebih baik.

Secara keseluruhan buku ini isinya sangat membantu bagi pembaca dalam

memahami tentang pembentukan kepribadian melalui peningkatan

pertimbangan moral. Akan tetapi merujuk dari tujuan dan manfaat yang ditulis

penulis dari buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang menurut saya

harus ditulis dalam buku ini. Adanpun kekurangan-kekurangan dari buku ini

adalah sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan rendah akan kesulitan

mempelajari serta mengkaji buku ini karena, pada pengertian-pengertian

sebuah hal tidak disertai dengan contoh-contoh yang biasa terjadi dalam

kehidupan sehari-hari karena dengan contoh yang ada maka akan

memudahkan pembaca dari kalangan awam.

40

Page 41: Pasca Sarjana Tugas Uas Pkn

2. Jika salah satu manfaat dari buku ini ditujukan pada orang tua maka

hendaknya penerapan pendekatan perkembanagan moral tidak dominan pada

pendidikan moral yang diajarkan di sekolah akan tetapi porsi dari

pendidikan moral tersebut juga harus mencakup pihak-pihak yang bisa

menjadikan manfaat buku ini yaitu guru, orang tua, masyarakat, sekolah,

dan negara.

3. Strategi pendidikan pengembangan pembelajaran moral dalam buku ini

hanya ditujukan pada pembelajaran di kelas saja padahal proposionalnya

pendidikan pengembangan moral juga ditujukan pada pelaksanaan di

lingkungan keluarga (rumah) serta masyarakat dan negara pada umumnya.

4. Contoh-contoh penyajian diskusi dengan dilema moral dan contoh dari tes

dilema moral dalam buku ini terlalu banyak menurut kami sebagai pembaca

cukup tiga sampai empat sudah cukup.

5. Pada sub bab contoh guru yang dianggap kurang bermoral, contoh yang

diberikan kebanyakan kurang tepat dan tidak sesuai dengan tujuan serta

manfaat dari buku ini. Seharusnya contoh yang diberikan bersifat

menyeluruh yaitu dari tindakan kurang bermoral yang ditunjukkan oleh guru

Anak Usia Dini, guru SD, guru SMP, SMU, serta Dosen.Selain itu

kekurangan yang ada pada buku ini adalah contoh-contoh real pada

kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, keluarga, serta

masyarakat tentang perilaku-perilaku yang berhubungan tentang moral

kurang dikemukakan. Seharusnya merujuk pada tujuan dan manfaat

penulisan buku ini contoh-contoh real yang terjadi dalam kehidupan di

anggkat sehingga memudahkan bagi siapa saja yang membacanya.

6. Semoga dengan membaca buku kini kita sebagai guru dan orang tua bisa

mengambil manfaat dan pelajaran tentang pertimbangan moral dan bisa

menjadikan kita semua dapat mendidik anak-anak bangsa menjadi generasi

yang bermoral dan didasari karakter yang kuat.

41