2
 Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut : a. Penghancur an eritrosit. Pen gha ncuran eritrosit ini tid ak saja den gan peca hnya eritrosit yan g meng andu ng para sit, tetap i juga oleh fagos itosis erit ros it yang mengan dun g parasit dan yang tid ak men gan dun g parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dap at ter jad i hemogl obinuria (bla ckwater fev er dan dapat mengakibatkan gagal ginjal. b. Mediator endo toksi n-mak rofag . Pa da saat ski!ogoni, eirtosit ya ng mengandung parasi t memicu makr of ag ya ng sensit if endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. "ndotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (#$%. #$% adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. #$% dan sitokin lain yang ber hub ung an, menimbulkan demam, hip ogl imeia dan sin drom pen ya kit pernafasan pada orang dewasa (&'D ) adult respiratory distress syndrome dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. #$% dapat juga menghanc urk an plasmo diu m fal cip arum in vit ro dan dap at men ing kat kan perl ekat an eritrosi t yang dihi ng gapi parasit pada endotelium kapi ler . *onsentrasi #$% dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit. c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. "ritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs pada permukaannya. #onjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi den gan antibodi malaria dan berhub ung an den gan afi nit as eri trosit yang mengandu ng pla smo diu m fal cip arum ter hadap end oteliu m kap ile r dar ah dalam alat dalam, sehingga ski!ogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. "ritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge yang membendung kapiler dalam alam-alat dalam. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. &noks ia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.

Patofisiologi Malaria

  • Upload
    241989

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhaasdguash

Citation preview

Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Penghancuran eritrosit. Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag. Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alam-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.