18
Tinjauan Pustaka Pengaruh Struktur Mata Terhadap Mekanisme Penglihatan Krisna Lalwani 102011301/E9 17 April 2012 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021- 56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Tutor: dr. Ridwan Pendahuluan Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat. Jumlah mata manusia ada dua buah yang bekerja saling menunjang satu sama lain. Orang yang tidak memiliki mata disebut buta sehingga butuh bantuan tongkat, anjing pemandu, dll untuk kemudahan dalam mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk bergerak. Agar dapat melihat , mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai gambar/bayangan optis kamera nondigital menangkap bayangan pada film. Citra tersandi di retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan visual yang semakin rumit hingga akhirnya secara sadar dipersepsikan sebagai kemiripan visual dari bayangan asli. 1

PBL 8- Neuroscience

  • Upload
    kriss7z

  • View
    268

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 6

Citation preview

Page 1: PBL 8- Neuroscience

Tinjauan Pustaka

Pengaruh Struktur Mata Terhadap Mekanisme Penglihatan

Krisna Lalwani

102011301/E9

17 April 2012

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Tutor: dr. Ridwan

Pendahuluan

Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga, kulit dan lidah.

Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat. Jumlah mata manusia ada dua buah yang bekerja saling menunjang satu sama lain. Orang yang tidak memiliki mata disebut buta sehingga butuh bantuan tongkat, anjing pemandu, dll untuk kemudahan dalam mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk bergerak. Agar dapat melihat , mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai gambar/bayangan optis kamera nondigital menangkap bayangan pada film. Citra tersandi di retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan visual yang semakin rumit hingga akhirnya secara sadar dipersepsikan sebagai kemiripan visual dari bayangan asli.

Pada jenis pekerjaan tertentu ada kecenderungan penggunaan akomodasi mata yang berlebih (terus-menerus), terutama pada pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan jarak dekat atau menengah, sebagai contoh seorang operator kontrol, pekerja yang menggunakan komputer, penjahit, reparasi jam, dan lain-lain. Penggunaan alat indera mata yang secara berlebihan tanpa istirahat dapat mengurangi efektivitas mata dalam penangkapan cahaya dan pembentukan bayangan. Dengan itu, maka kinerja mata dapat berkurang dan mempengaruhi proses akomodasi maupun refraksinya. Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang struktur, mekanisme dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan mata. Selain itu, dalam makalah ini akan sedikit dibahas tentang visus dan gangguan penglihatan.

1

Page 2: PBL 8- Neuroscience

Pembahasan

STRUKTUR MATA

Mikro

Mata terdiri dari bola mata/bulbus okuli dan alat adneksa lainnya yang merupakan bagian di sekitar bola mata. Alat-alat adneksa tersebut terbagi menjadi beberapa komponen yaitu kelopak mata, kelenjar airmata, muskuli, jaringan ikat sekitarnya dan konjungtiva. Mata adalah suatu bola yang berisi cairan dengan diameter kira-kira 2,5 cm.

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alatmenutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataanair mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata.Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.

Gambar 1. Struktur mata (sumber: venasaphenamagna.blogspot.com)

Dinding bola mata terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam.

Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih. Berikut adalah bagian-bagian dari lapisan luar mata:

1. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik. Terdiri dari jaringan ikat padat kolagen, serat – seratnya berjalan ke segala arah, substansia dasar cukup banyak sedikit fibroblas dan serat elastin. Sebagian besar non vaskular. Di antara sklera dan koroid terdapat suatu lapisan tipis

2

Page 3: PBL 8- Neuroscience

yang disebut Area kribosa di bagian posterior dari sklera yang berlubang ditembus oleh N.optikus.1

2. Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya. Kornea secara histologis dibagi 5 lapisan :

a. Epitel kornea: epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk b. Membrana bowmani: membrana basalis yang menebal dan terdiri dari fibril

kolagen yang halus c. Stroma / substansia propia: lapisan paling tebal tidak ada pembuluh darah

serat kolagen tersusun rapi ada sel sel fibroblasd. Membrana descemeti terdiri dari serat kolagen yang tersusun seperti jala e. Endotel kornea: terdiri dari epitel selapis gepeng

Kornea tampak jernih sebab mengandung sedikit air, susunan serat kolagen teratur dan zat antar sel adalah asam kondroitin sulfat. Kornea bersifat non vaskular/avaskular dan memiliki banyak saraf sensoris. Mendapat makanan dari difusi Humor akues dan pembuluh darah di limbus kornea .

3. Limbus kornea secara histologis terdiri dari: a. Epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis gepeng dan dapat

berubah menjadi epitel berlapis kubis / silindris b. Jaringan ikat konjungtiva bulbi adalah campuran dari serat kolagen dan serat

elastin c. Stroma limbus merupakan jaringan ikat.d. Saluran Schlemm adalah lubang yang menampung humor akues.e. Jaringan trabekular terdapat diantara celah Fontana.

Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskulosa (uvea), dan tersusun dari koroid, badan siliaris, dan iris.

1. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat berpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.1 Secara histologis dibagi menjadi:

a. Lapisan suprakorioidea/fuska sklera terdiri dari serat kolagen dan elastin b. Lapisan vaskulosa: pembuluh darah menuju korpus siliaris c. Lapisan koriokapilaris: tempat berakhirnya cabang Arteri koroidea . Diantara

kapilar ada jalaserat kolagen dan serat elastin yang halus , sedikit fibroblas dan melanosit.

d. Lapisan elastika Bruch

2. Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik, tempat

3

Page 4: PBL 8- Neuroscience

perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata. Secara histologis dibagi menjadi:

a. Jaringan ikat vaskular b. Pars siliaris retina: 2 lapisan sel kubis c. Lapisan luar berpigmen d. Lapisan dalam tak berpigmen e. Epitel siliar: humor akuos f. Membentuk Blood aquous barrier ( dibagian apikal sel – sel yang berpigmen

terdapat tight junction yang merupakan dasar dari blood aquous barrier )

3. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk mengendalika diameter pupil. Secara histologis dibagi menjadi:

a. Endotel :epitel selapis gepeng b. Lapisan jaringan ikat jarang,fibroblas dan sel pigmen c. Lapisan jaringan ikat jarang dan pembuluh darah d. Pars iridika retina: 2 lapisan sel kubis berpigmen

Lapisan dalam bola mata adalah tunika nervosa yang terdiri dari pars seka retina dan optika retina . Pars seka retina terdiri dari pars iridika retina, pars siliaris retina. Pars optika retina. Pars optika retina dari dalam ke luar adalah:

1. Membran limitans dalam yang merupakan membran basal sel Muller. 2. Lapisan serat saraf N.Optikus adalah akson dari sel –sel ganglion.3. Lapisan sel – sel ganglioner : mengandung sel ganglion ,neuron ketiga dan

neuroglia .4. Lapisan plexiform dalam merupakan tempat hubungan neuron kedua dan

ketiga. Sinaps antara sel bipolar ,sel Amakrin dan sel ganglion5. Lapisan granular / inti dalam memiliki inti – inti dan badan sel dari sel bipolar

dan sel horizontal dan sel Amakrin. 6. Lapisan plexiform luar terdiri akson sel batang dan kerucut bersama dendrit ,

sel bipolar dan sel horizontal.disini hubungan antara neuron pertama dan kedua 7. Lapisan granular / inti luar adalah Inti - inti sel batang dan kerucut bersama

badan selnya 8. Lapisan limitans luar 9. Lapisan batang kerucut : suatu organ akhir saraf yang terletak paling luar dekat

epitel pigmen ,disini terdapat sel Muller berfungsi sebagai penyokong. 10. Lapisan epitel pigmen merupakan sel - sel berpigmen , melekat pada

koroid,menyerap cahaya,mencegah pemantulan .

Sepu luh lapi san in i yang merupakan lap is membran neurosensor is yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengis i rongga d i da lam bola mata dan bers i fa t ge la t in yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans.

4

Page 5: PBL 8- Neuroscience

Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekatsehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak didaerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Sel Batang dan KerucutSel batang ditemukan disemua retina kecuali pada fovea. Sel-sel batang ini berisi

rodopsin (penglihatan warna ungu), derivat vitamin A. Pigmen ini berwarna ungu pada keadaan gelap, tetapi pucat oleh cahaya yang dapat terlihat. Bila pucat impuls-impuls saraf ditansmisikan dari sel batang.2

Sel kerucut paling banyak ditemukan pada makula lutea meskipun mereka juga menyebar pada seluruh retina. Sel kerucut merupakan satu-satunya sel pada fovea, tempatnya berkumpul dengan rapat. Terdapat 120 juta sel batang dan 7 juta sel kerucut pada setiap mata.2

Gambar 2. Sel batang dan kerucut (sumber: budisma.web.id)

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bolamata terutama kornea.

Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensakontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.

2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

5

Page 6: PBL 8- Neuroscience

3. Konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Makro

Ada enam otot penggerak mata, empat diantaranya lurus, sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot ini terletak di sebelah dalam orbita, dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot lurus terdiri atas otot rektus mata superior, inferior,medial, dan lateral. Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luar bergantian.

Gambar 3. Otot mata (Sumber: britannica.com)

Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakkan mata ke atas dan juga ke sisi luar. Mata bergerak serentak, dalam arti kedua mata bergerak bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, dan seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervi motores okuli, yaitu saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam.

Biasanya, sumbu kedua mata mengarah secara serentak pada satu titik yang sama, tetapi akibat adanya paralisa pada sebuah atau beberapa otot, mata tidak dapat mengarah secara serentak lagi, maka timbullah apa yang dinamakan mata juling atau strabismus.3

Mm. Oblikus berinsersio di belakang ekuator bola mata sedangkan Mm. Rektus berinsersio di depan ekuator bola mata. Otot Oblik Inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi. Otot Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas foramenoptik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektussuperior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.

Otot Rektus Inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan

6

Page 7: PBL 8- Neuroscience

oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III berfungsi menggerakkan mata- depresi (gerak primer)- eksoklotorsi (gerak sekunder)- aduksi (gerak sekunder )Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.

Otot Rektus Lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi. Otot Rektus Medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritisretrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek yang menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).

Otot Rektus Superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior  beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral/ adduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral.

 Gerakan koordinatif bola mata dapat dibagi menjadi gerak vertikal, horizontal, dan transversal. Gerakan transversal kiri-kanan dapat mencapai 1000. Ke atas 400 sedangkan ke bawah 600. Saraf kranial yang mempersarafi mata ialah N. Optikus (N II).

Otot yang menyebabkan pupil membesar dan mengecil adalah otot sirkular atau konstriktor yang berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil. Konstriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial atau dilator berkontraksi maka ukuran pupil bertambah. Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya termaram agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak.

Otot yang berperan untuk elevasi kelopak mata adalah Otot seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Orbikularis  berfungsi menutup bolamata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra Terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kan kelopak  bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

7

Page 8: PBL 8- Neuroscience

MEKANISME PENGLIHATAN

Cahaya sinar yang melewati kornea aqueous humor dan lensa akan membelok, suatu proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari area yang luas difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas sinar paralel dibelokkan oleh lensa cembung menuju titik utama retina. Jika jarak obyek kurang dari tujuh meter, lengkungan lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan fokus pada retina. Hal ini disebut akomodasi. Pandangan jauh dapat diperoleh, jika lensa berada dalam posisi istirahat normal.4

Pemfokusan

Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Sebagian besar kekuatan berfokus mata adalah karena refraksi cahaya oleh kornea. Refraksi cahaya oleh lensa mata sangat penting; kurvatura lensa dapat berubah sehingga cahaya selalu berfokus pada retina.

Lensa adalah transparan dan berwarna kuning pucat. Lensa ini dipertahankan datar oleh tegangan normal dari bola mata, dan dipertahankan oleh ligamentum suspensorium. Bentuk lensa diubah-ubah oleh otot siliaris yang berada di korpus siliaris. Bila lensa berkontraksi, otot siliaris menarik korpus siliaris ke depan, mengendurkan tegangan pada lensa dan memungkinkannya menonjol. Cahaya dari objek dekat kemudian dapat difokuskan pada retina. Otot siliaris dipersarafi oleh serat-serat saraf parasimpatis dari saraf okulomotor.2

Refraksi Mata

Berkas-berkas yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan yang telah difokuskan pada retina. Bayangan itu menembus bayangan yang telah difokuskan pada retina. Bayangan itu menembus dan diubah oleh kornea, lensa, badan-badan akueus, dan vitreus. Kendati demikian, lensa merupakan alat utama yang membiaskan cahaya, lantas memfokuskan bayangan pada retina. Pada mata normal, berkas-berkas ini bersatu menangkap sebuah titik pada retina dan pada titik itulah bayangan difokuskan.

Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air dan kaca. Ketika masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat (yang sebaliknya juga berlaku). Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus. Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi (pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks melengkung keluar (cembung, seperti permukaan luar sebuah bola), sementara permukaan konkaf melengkung ke dalam (cekung, seperti gua). Permukaan konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain.

8

Page 9: PBL 8- Neuroscience

Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian ototmatis pada lensa untuk memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur lapisan koroid bagian anterior. Badan siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan humor aquosus. Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.

Gambar 4. Relaksasi dan Kontraksi (sumber: kliksehat.blogspot.com)

Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat karena elastisitas inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi bulat akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya berkontraksi.5

Alur Visual Cahaya dan Miosis

Pertama, cahaya masuk ke optik mata lalu kornea. Kornea akan meneruskan cahaya pada kamera optik anterior lalu ke bagian posterior atau di belakang iris. Terdapat humor aqueous, meneruskan ke arah yang terdapat nervus optikus (salah satu saraf besar dalam mata/ N II). Selanjutnya akan terjadi persilangan pada optic chiasma dan menuju ke nukleus lateral yang diteruskan ke bagian otak tengah yang merupakan asesoris okulomotoris atau dikenal sebagai nukleus Edinger-Wetsphal secara interneuron dengan N III dimana neuron bersinaps preganglion dengan postganglion dan pada akhirnya menyebabkan kontriksi pada otot mata dan menyebabkan pupil miosis (mengecil).

9

Page 10: PBL 8- Neuroscience

Gambar 5. Bidang Penglihatan (Sumber: kliksehat.blogspot.com)

PEMERIKSAAN VISUS

Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

Gambar 6. Optotype Snellen (Sumber: rhosa0802612.wordpress.com)

Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian.

Gangguan-gangguan Penglihatan

Macam-macam gangguan penglihatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mata presbiopi: Tidak dapat berakomodasi dalam jarak dekat maupun untuk penglihatan jauh. Oleh karena itu, kacamata bifokal dapat digunakan yaitu segmen atas untuk penglihatan jauh, segmen bawah untuk penglihatan dekat.

2. Mata hipermetropi: Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu di mana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai kaca mata positif.

10

Page 11: PBL 8- Neuroscience

3. Mata miopi: Pada mata miopia, kemampuan melihat jauh terganggu sehingga dianjurkan memakai kaca mata negatif.

4. Mata astigmatisma: Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kacamata silindris atau kaca mata toroidal.6

Gambar 7. Gangguan Penglihatan (Sumber: aianpramadhan.blogspot.com)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGLIHATAN

Faktor yang mempengaruhi penglihatan dapat dipengaruhi oleh usia, lingkungan seperti penerangan, dan pekerjaan. Selain itu, ada beberapa faktor lain seperti Sifat fisis mata, yang meliputi ada tidaknya aberasi (kegagalan sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di satu titik fokus setelah melewati suatu sistem optik), besarnya pupil, komposisi cahaya, fiksasi objek, dan mekanisme akomodasinya dengan elastisitas musculus ciliarisnya. Faktor stimulus, yang meliputi kontras (terbentuknya bayangan benda yang berwarna komplemennya), besar kecilnya stimulus, lamanya melihat, dan intensitas cahaya. Faktor Retina, yaitu makin kecil dan makin rapat conus, makin kecil minimum separable (jarak terkecil antara garis yang masih terpisah).

11

Page 12: PBL 8- Neuroscience

Kesimpulan

Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat.

Usia, lingkungan, dan pekerjaan berpengaruh terhadap mekanisme penglihatan. Oleh karena itu, berkurangnya penglihatan dipengaruhi oleh struktur mata dan mekanisme penglihatan. Dengan dilakukan pemeriksaan visus maka dapat membantu untuk dapat melihat normal kembali.

12

Page 13: PBL 8- Neuroscience

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;2003.h. 185-9.2. Pearce EC. Anatomi fisiologi sistem lokomotor dan penginderaan. Jakarta: EGC;

2004.h.50-3.3. Anderson PD. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama; 2009.381-7.4. Watson R. Anatomi & fisiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002.h.111-5.5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC; 2011.h.287-9.6. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.h.152-3.

13