32
Pemberian Imunisasi Rutin pada Anak Yenny Maria Angelina 102013131 / A9 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. 1 Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. 1 Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus 1

pbl blok 13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 13

Citation preview

Pemberian Imunisasi Rutin pada AnakYenny Maria Angelina102013131 / A9Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

PendahuluanImunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.1Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.1 Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes 2000). Imunitas pasif adalah tubuh tidak membentuk imun, tetapi menerima imun. Imunitas aktif adalah tubuh yang membentuk kekebalan sendiri.1

Rumusan masalahSeorang anak perempuan berumur 3 tahun melakukan check up rutin dan berkonsultasi mengenai imunisasi yang dapat diberikan.Tujuan1. Mengetahui apa saja definisi dan dasar-dasar imunisasi2. Mengetahui reaksi apa saja pada imunisasi3. Mengetahui apa saja jenis imunisasi4. Memahami cara penyuntikan dan prosedur pemberian imunisasi 5. Mengetahui kejadian ikutan pasca imunisasiPembahasanAnamnesisAnmnesis merupakan wawancara yang seksama terhadap pasien atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (simptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu dalam menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya. 1Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan, namun dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesi. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis. 1Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu. Riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaaan, obat-obatan dan ingkungan). 1Identitas anak meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua atau anggota keluarga terdekat sebagai penanggung jawab, alamat, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memeastikan bahwa pasien yang dimaksud dan sebagai data penelitian. 1 Beberapa hal penting yang penting ditanyakan dalam anamnesis untuk anak (bayi dan balita adalah sebagai berikut:2-4a. Anamnesis faktor pranatal dan perinatalMerupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Anamnesis harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk faktor risiko untuk bota, tuli, palsi serebralis, dll. Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga. 2-4b. Riwayat kelahiranHarus dibedakan antara bayi prematur (SMK = Sesuai Masa Kehamilan) dan bayi dimatur (KMK = Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi retradasi pertumbuhan intrauterin. Pada bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus diperhitungakn pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui tersebut.2 Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak. Pada kasus ini, anak tersebut lahir normal pervaginal, ANC (Ante Natal Care) teratur.c. Riwayat tumbuh kembangMerupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada saat kali datang. Anamnesis yang teliti tentang milestone perkembangan anak, dapat mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut. 2-4 Pada kasus ini, anak tersebut normal dan nutrisinya baik.d. Riwayat imunisasiDari anamnesis dapat diketahui bahwa balita tersebut sudah mendapat beberapa imunisasi antara lain : BCG 1 kali DPT 4 kali Polio 5 kali Campak 2 kali MMR 1 kali Hepatitis B 3 kali Rotavirus 1 kaliPemeriksaan FisikPemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengindentifikasi masalah pasien, menilai perubahan satatus pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.3 Pengukuran antropometri. Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan. 2,3,5Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :a. Pengukuran Berat BadanBerat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.2,3,5 Pada kasus ini didapati anak tersebut seberat 15kg.b. Pengukuran Tinggi Badan/Panjang BadanTinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. 2,3,5 Pada kasus ini anak tersebut tinggi badannya adalah 98cm.c. Pengukuran Lingkar KepalaPengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Interpretasi hasil nya adalah 2,3,5 Normal : bila lingkar kepala anak antara P2 P98 Tidak normal : Mikrosefalus bila LK < P2Makrosefalus bila LK > P98d. Pengukuran Lingkar Lengan AtasMerupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP (Kurang Energi Protein) pada balita. Namun kelemahannya adalah : 2,3,5 Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.

DiagnosisWorking DiagnosisSuatu kesimpulan berupa hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada (diderita oleh) pasien disebut diagnosis kerja (working diagnosis) atau diagnosis sementara (provisional diagnosis). WD untuk balita ini adalah well child.ImunisasiManfaat fungsi pemberian imunisasi bagi kesehatan anakadalah penting untuk diketahui oleh para orang tua yang tentunya menginginkan kesehatan serta pertumbuhan perkembangan buah hati anaknya berjalan dengan baik serta optimal. Penting juga untuk mengenal akanmanfaat vaksinasi imunisasiitu sendiri.Imunisasiitu sendiri adalah merupakan suatu cara serta upaya yang dilakukan dengan sengaja dengan memberikan kekebalan (imunisasi) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit-penyakit tertentu sesuai denganjenis macam imunisasiyang diberikannya tersebut.Jadwal pemberian imunisasi Gambar 1. Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 20146A. Jenis-jenis Vaksin

Gambar 2. Jenis-jenis imunisasi dasar6B. Prosedur Pemberian7a. Penyimpanan dan transportasi vaksinb. Persiapan alat dan bahan : untuk vaksinasi dan mengatasi gawat daruratc. Persiapan pemberian : anamnesis, umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya, riwayat KIPI, Indikasi kontra dan perhatian khusus Informed consent : manfaat, risiko KIPI pemeriksaan fisikd. Cara pemberiane. dosis, interval f. Lokasi, sudut, kedalamang. Pemantauan KIPI h. Sisa vaksin, pemusnahan alat suntiki. Pencatatan (dan pelaporan)

Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.a. BCG (Bacillus Calmette Guerin), suntikan intrakutan (dalam kulit) pada pangkal lengan atas kanan atau pangkal paha atasb. DPT (Difteri-Pertuasis-Tetanus), suntikan intramuscular pada otot pangkal lengan atas atau pangkal pahac. Polio Virus hidup yang dilemahkan (vaksin sabin), diberikan secara oral Virus mati (killed vaccine), disebut vaksin salk, diberikan parentald. Campak / Measles / Rubeola, suntikan subkutan di bawah kulit lengan kiri atase. Hepatitis B, suntikan intramuscular pada lenganf. TIPA, suntikan subkutang. MMR (Measles Mumps Rubella), suntikan subkutan h. HIB, suntikan subkutani. Varicela / cacar air, suntikan subkutan

C. Inform ConsentThe American Academy of Pediatrics(AAP) menganjurkan pemberian (berupa brosur) yang disusun dan disediakan oleh pemerintah bekerjasama dengan AAP dan produsen vaksin. Selain itu AAP menganjurkan agar setiap kali pemberian imunisasi orangtua menandatangani persetujuan tertulis, atau dicatat dalam catatan medik bahwa penjelasan telah dilakukan dan difahami oleh orangtua.6The Australian National Health and Medical Research Council (NHMRC)juga menganjurkan agar setiap kali sebelum imunisasi diberikan penjelasan tertulis di samping penjelasan lisan. Pada imunisasi perorangan orangtua diberi daftar isian (kuesioner) dan keterangan tertulis tentang perbandingan risiko imunisasi dan bahaya penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut untuk dibaca dan didiskusikan dengan dokter. Tidak ada keharusan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari orangtua, cukup dicatat di dalam catatan medik bahwa orangtua telah diberikan penjelasan. Namun beberapa klinik meminta persetujuan tertulis. Imunisasi masal (di sekolah) dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari orangtua. Namun jika orangtua hadir dibutuhkan persetujuan lisan dari orangtua. Namun jika orangtua hadir dibutuhkan persetujuan lisan dari orangtua walaupun telah ada persetujuan tertulis pada imunisasi sebelumnya.6 Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau pengasuh , dan akan hilang dalam 1-2 hari. Di tempat suntikan kadang-kadang timbul kemerahan, pembekakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres hangat dapat mengurangi keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umunya tidak perlu dilakukan tindakan apapun.6D. Pencatatan ImunisasiMintalah kartu imunisasi anak dan tentukan apakah semua imunisasi yang direkomendasikan sesuai umur anak telah diberikan. Catat setiap imunisasi yang masih diperlukan anak dan jelaskan kepada ibu, dan lanjutkan pemberiannya sebelum anak pulang dari rumah sakit serta catat di kartu. Gambar 3. KMS pencatatan imunisasi anak.8E. Cara Penyuntikan yang Benara. Pembersihan Kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.9b. Pemberian Suntikan Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal.9c. Teknik dan Ukuran Jarum Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila memakai botol multidosis (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka jarum suntik yang telah digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai lagi mengambil vaksin.9 Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam.9 Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :9 Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm. Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm. Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-27 dengan panjang 10 mm.

d. Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 45o sampai 60o ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 90o. pada suntikan dengan sudut jarum 45o sampai 60o akan mengalami hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot.9e. Tempat Suntikan yang Dianjurkan Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa. Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica (nervus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat suntikan didaerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid.9f. Posisi Anak dan Lokasi Suntikan9 Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang dikerjakan. Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah : Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal. Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di daerah gluteal. Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat suntikan yang menahun. Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.g. Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan9 Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. Jarum harus membuat sudut 45o-60o terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari di atas (ke arah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot. Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar. Lokasi suntikan pada vastus lateralis : Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang. Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut. Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan vaksin ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih jelas). Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas tersebut.

h. Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan9 Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid ialah duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya. Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh. Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan berhasil. Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan risiko penetrasi saraf.Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara akromnion dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 45o-60o mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.

Kontraindikasi2Pada dasarnya, sedikit sekali kondisi yang me-nyebabkan imunisasi harus ditunda. Pilek, batuk, suhu sedikit meningkat, bukan halangan untuk imunisasi. Kondisi dimana imunisasi tidak dapat diberikan: Sakit berat dan akut Demam tinggi Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (polio oral, MMR, BCG, cacar air) Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenzaBeberapa kondisi di bawah ini bukan halangan untuk imunisasi: Gangguan saluran napas atas atau gangguan saluran cerna ringan Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga. Riwayat kejang dalam keluarga. Riwayat kejang demam Riwayat penyakit infeksi terdahulu Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi Kelainan saraf menetap seperti palsi serebral, sindrom Down Eksim dan kelainan lokal di kulit Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik) Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata) Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir Berat lahir rendah Ibu si anak sedang hamil Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)6 BCGOrangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus mengeluarkan cairan orangtua dapat mengkompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan bertambah banyak, koreng semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional (aksila), orangtua harus membawanya ke dokter.6 Hepatitis BKejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjdai berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.6 DPTReaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua / pengaruh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.6 DTReaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin . Biasanya tidak perlu tindakan khusus.6 Polio OralSangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu orangtua / pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.6 Campak dan MMRReaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5 12 hari setelah penyuntikan, yaitu demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus/tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam. Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang telinga dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.6Imunisasi Pada RemajaImunisasi pada remaja merupakan hal yang penting dalam upaya pemeliharaan kekebalan tubuh tehadap berbagai macam penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun parasit dalam kehidupan menuju dewasa. Imunisasi pada remaja ini diperlukan mengingat imunitas yang mereka peroleh sebelumnya dari pemberian imunisasi lengkap sewaktu masa bayi dan anak-anak tidak dapat bertahan seumur hidup (misalnya imunitas terhadap pertussis hanya bertahan selama 5-10 tahun setelah pemberian dosis imunisasi terakhir). Selain itu, banyak morbiditas penyakit serius yang dapat terjadi pada usia remaja (misalnya kanker serviks sehubungan dengan infeksi HPV yang meningkat pada remaja wanita).6Usia sekolah dan remaja merupakan kurun waktu dimana dapat terjadi paparan lingkungan yang luas dan beraneka ragam. Imunisasi pada usia ini pada umumnya adalah vaksinasi ulang atau booster untuk hampir semua jenis vaksinasi dasar pada usia lebih dini, diantaranya yaitu; hepatitis B, polio, varisela, hepatitis A, difteri dan tetanus (DT), influenza, pneumokokus, rubela, campak dan gondongan serta untuk pencegahan penyakit yang sering menyerang pada usia remaja, seperti HPV, Influenza.6Jenis Imunisasi pada remaja Tetanus and diphtheria toxoids vaccine (Td) dan vaksin Tetanus and diphtheriatoxoids acellular pertussis (Tdap). Diberikan pada usia 11 sampai 12 tahun untuk individu yang telah mendapat vaksinasi lengkap vaksin DTP / DTaP, serta belum menerima dosisboostertetanus dan diphtheria toxoid (Td). Pada Individu berusia 13 sampai 18 tahun yang belum menerima Tdap sebaiknya mendapat vaksinasi ini. Tdap sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal Td pada suatu sericatch-upatau sebagai booster pada usia 10 sampai 18 tahun; gunakan Td untuk dosis lainnya. Imunisasi dengan vaksin DTaP pada remaja lebih aman diberikan Tdap.6

Manfaat Vaksin Tdap pada RemajaUntuk memberikan imunitas terhadap pertussis selama masa remaja karena imunitas pertussis yang didapat dari dosis lengkap vaksinasi selama anak-anak hanya bertahan selama 5-10 tahun setelah pemberian dosis terakhir. Untuk memberikan imunitas lanjutan terhadap tetanus dan difteria. Untuk mengurangi reservoir pertussis dimana remaja yang menderita pertussis dapat menularkan penyakitnya pada bayi atau anak-anak. Oleh karena itu, dengan menurunnya reservoir pertussis maka akan menurunkan insidensi peyakit ini. Untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit diphtheria, tetanus dan pertussis pada remaja.6Rekomendasi Pemberian Vaksin Tdap pada RemajaRemaja usia 1118 tahun sebaiknya mendapat dosis tunggal Tdap dibandingkan vaksin tetanus dan diphtheria (Td) untuk booster imunisasi melawan tetanus, diphtheria, dan pertussis jika mereka telah mendapat vaksin DPT / DTaP lengkap yang direkomendasikan semasa bayi dan anak-anak (5 dosis sebelum usia 7 tahun; jika dosis keempat diberikan saat usia 7 tahun atau lebih maka tidak diperlukan dosis kelima) dan belum mendapat vaksinasi Td atau Tdap. Usia vaksinasi Tdap yang direkomendasikan yaitu 11-12 tahun.6Remaja usia 1118 tahun yang mendapat Td, tapi belum mendapat Tdap, sebaiknya mendapat dosis tunggal Tdap untuk memberikan perlindungan terhadap pertussis jika mereka telah mendapat vaksinasi DTP / DTaP lengkap. Interval pemberian antara Td dan Tdap yaitu 5 tahun untuk mengurangi resiko reaksi lokal dan sistemik setelah vaksinasi Tdap. Walaupun demikian, dapat digunakan interval pemberian kurang dari 5 tahun. Penyedia vaksin sebaiknya memberikan vaksinasi Tdap dantetravalent meningococcal conjugatepada remaja usia 1118 pada waktu yang bersamaan bila vaksin tersebut tersedia dan diindikasikan.6Kontraindikasi Vaksin Tdap dan Td6Kontraindikasi vaksin Tdap dan Td pada remaja usia 11-18 tahun adalah sebagai berikut :a. Individu dengan riwayat reaksi alergi serius terhadap komponen vaksin (misalnya syok anafilaktik)b. Remaja dengan riwayat ensefalopati (koma atau kejang berkepanjangan) tidak boleh mendapat komponen vaksin pertussis sehingga mereka hanya mendapat vaksinasi Td saja dan bukan vaksinasi Tdap.

Vaksin InfluenzaDiberikan setiap tahun pada anak usia 6 bulan sampai 18 tahun. pada semua individu tidak memandang ada tidaknya faktor risiko. Diberikan 1 x intra muskuler.6 Vaksin Human papillomavirus (HPV)Vaksin HPV yang telah beredar dibuat dengan teknologi rekombinan. Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan infeksi HPV genitalia. Terdapat 2 jenis vaksin HPV yaitu vaksin bivalen (tipe 16 dan 18, Cervarix) dan vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16 dan 18, Gardasil). Vaksin ini mempunyai efikasi 96-100% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16/18. Vaksin HPV telah disahkan olehFood and Drug Administration(FDA)dan Advisory Committee on Immunization Practices(ACIP) dan di Indonesia sudah diizinkan badan POM RI.6Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak perempuan dengan usia >10 tahun. Imunisasi diberikan dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular pada M.deltoideus, untuk vaksin HPV bivalen, imunisasi diberikan dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan. Sedangkan untuk vaksin HPV kuadrivalen, dengan jadwal 0, 2 dan 6.6 Imunisasi ulangAntibodi meningokok pada remaja dan orang dewasa dapat bertahan selama 10 tahun. Apabila sering terpapar yang terus menerus maka imunisasi ulang pada remaja perlu diberikan setelah 5 tahun.6 Pneumococcal polysaccharide vaccine(PPSV)Diberikan pada anak dengan kondisi medis tertentu yang mendasari, termasuk implant cochlear. Suatu vaksinasi ulang tunggal sebaiknya diberikan pada individu dengan asplenia fungsional atau anatomis maupun kondisiimmunocompromiselainnya setelah usia 5 tahun.6 Vaksin Hepatitis A (HepA)Imunisasi menyebabkan terbentuknya serum neutralizing antibodies. Imunisasi hepatitis A dapat diberikan mulai usia anak 2 tahun. Diberikan dua dosis vaksin dalam rentang waktu 6 bulan. Lama proteksi antibodi HVA diperkirakan menetap selama 20 tahun. Proteksi jangka panjang terjadi akibat antibody protektif yang menetap atau akibatinfeksi alamiah.6 Vaksin Hepatitis B (HepB)Vaksin VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinan. Pemberian dengan dosis yang sesuai rekomendasi akan membentuk respons protektif (anti HBs 10 mIU/mL) pada > 90% dewasa, bayi, anak, dan remaja. Diberikan secara intramuskular dalam. Pada remaja diberikan di regio deltoid. Vaksin hepatitis B diberikan minimal sebanyak 3 kali dengan interval yang direkomendasikan adalah 1-2 bulan, antara pemberian vaksin pertama dan kedua, serta 4-12 bulan, antara pemberian vaksin kedua dan ketiga (akan memberikan respons antibodi paling optimal).6Catch up immunizationmerupakan imunisasi yang belum pernah diimunisasi atau terlambat > 1 bulan dari jadwal seharusnya. Pada imunisasi catch up ini interval imunisasi minimal 4 minggu antara dosis pertama dan kedua, kemudian 8-16 minggu antara dosis kedua dan ketiga. Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90-95%. Memori sistem imun menetap minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi sehingga tidak dianjurkan untuk imunisasi booster.6 Inactivated poliovirus vaccine(IPV)Bagi anak yang telah mendapat vaksinasi IPV atau semua poliovirus oral (OPV), diperlukan dosis keempat jika dosis ketiga diberikan pada usia 4 tahun atau lebih. Jika OPV maupun IPV diberikan sebagai suatu serial, sebaiknya diberikan total 4 dosis, tanpa memperhitungkan usia anak saat ini.6 Measles, mumps, and rubella vaccine(MMR)Imunisasi campak pada remaja diberikan berupa vaksin MMR. Pemberian vaksin MMR penting untuk wanita usia subur karena komponen rubella yang ada di dalamnya dapat mencegah rubella congenital apabila wanita tersebut hamil. Vaksin ini diberikan 1 kali.6 Vaksin VaricellaPemberian imunisasi varicella pada remaja yang belum pernah mendapat imunisasi diberikan imunisasi 2 kali dengan jarak pemberian selama 1 bulan sebanyak 0,5 ml. Sedangkan bagi yang sebelumnya hanya mendapatkan 1 kali penyuntikan maka diperlukan pemberian kedua untuk meningkatkan imunitas. Jenis vaksin yang direkomendasikan untuk kelompok ini adalah golongan monovalen. Serokonversi didapat pada 97% individu yang divaksinasi dan sekitar 70% terlindungi apabila terpapar infeksi oleh anggota keluarga. Untuk individu berusia 7 sampai 18 tahun tanpa adanya bukti imunitas, diberikan 2 dosis jika belum pernah divaksinasi sebelumnya atau dosis kedua jika sebelumnya mereka hanya mendapat 1 dosis.6 Catch-up VaccinesCatch-up vaccines adalah vaksin yang diberikan pada remaja yang tidak mendapat imunisasi lengkap sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.6

KesimpulanImunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan utnuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibody. Antibody ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit yang timbul pada masa kanak-kanak yang serius. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhaap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai pengalaman untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibodi tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.

Daftar Pustaka1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam . Edisi ke-lima. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.25-76. 2. Schartz MW, editor. Pendoman klinis pediatri. Jakarta : EGC; 2004.h. 1-31.3. Miall L, Rudolf M, Levene M. Paediatrics at a glance. 2nd ed. Victoria: Blackwell Publishing Asia; 2007; p. 10-42.4. Houghton RA, Gray D, editor. Chamberlains gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Ed ke-13. Jakarta:PT Indeks; 2010.h.3-45, 459-985. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes Pediatrika. Ed ke-7. Jakarta: Erlangga; 2005.h.1-233 .6. Imunisasi anak dan remaja. Dikutip dari situs http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html, diunduh pada tanggal 21 Desember 20147. Sularyo Sunarwati Titi. Imunisasi, modul blok 13 FK Ukrida, Jakarta; 2014, h.215-188. Feni Wahyuningsih. Evaluasi program imunisasi dasar di puskesmas kelurahan grogol III. -2007; 2-23.9. Proverawati, Atikah.Imunisasi dan vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset; 2010

21