Upload
elbert
View
241
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Cushing Syndrome
Citation preview
Sindrom Cushing dan Penatalaksanaan pada Pasien
Elbert Aldrin Harijanto
102013030
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma
berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat
gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan).1
Kasus
Seorang laki-laki 44 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering lemas sejak 1,5
bulan yang lalu. Pada malam hari terbangun 3-4x untuk buang air kecil.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam
keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa,
anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang penyakit
dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari
masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2 Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan
menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut.
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
1
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua
data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan
dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.
Pada anamnesis kasus, didapatkan bahwa pasien sering makan atau mudah lapar. Pasien
mempunyai riwayat keluarga diabetes mellitus dan riwayat penggunaan kortikosteroid yaitu obat
prednison 5 mg karena mempunyai riwayat asma sejak kecil.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang paling penting di dalam memperkuat penemuan-
penemuan yang kita dapatkan dari riwayat yang telah kita ambil dan menambah atau mengurangi
pilihan diagnosa. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba
(palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi), dan pemeriksaan dengar (auskultasi).3 Pada kasus,
inspeksi dapat dilihat bahwa pasien mempunyai fisik yang gemuk dan pendek dengan wajah
berbentuk moon face . Keadaan umum pasien baik dan kesadarannya juga baik.
Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan memeriksa tanda-tanda vital.
Tanda-tanda vital adalah nadi, pernapasan, suhu, dan tekanan darah. Semua harus diukur dalam
setiap pemerikaan yang lengkap dan dalam banyak pertemuan vital.4 Pada kasus, tekanan darah
laki-laki 44 tahun tersebut adalah 140/75 mmHg dengan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan
pada batas normal.
Selain tanda vital, pemeriksaan antropometri juga dapat menjadi salah satu acuan dalam
menegakkan diagnosis. Antropometri meliputi pemeriksaan tinggi badan, berat badan, indeks
2
massa tubuh, lingkar perut, dan lingkar pinggang.5 Tinggi badan pasien adalah 150 cm dan berat
badan pasien adalah 80 kg maka indeks massa tubuh pasien adalah 35,55 yang berada di atas
batas ideal. Lingkat perut pasien yaitu 110 cm lebih besar daripada lingkar pinggangnya yaitu 85
cm, maka pasien mempunyai obesitas central.
Pemeriksaan gula darah. Kadar gula darah normal berada pada angka antara 70-110
mg/dl setelah berpuasa selama 8 jam dan 2 jam setelah makan, kadar gula darah seharusnya di
bawah 200 mg/dl.6 Pada kasus, gula darah puasa pasien adalah 130 mg/dl dan gula darah post
prandial pasien adalah 230 mg/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa gula darah pasien di atas
batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa pada kasus adalah pemeriksaan
laboratorium, tes skrining kadar kortisol, CT-scan, dan tes supresi deksametason tengah
malam.1,7
• Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap, biasanya didapati hiperglikemia, kurva GTT
menyerupai DM, hipokalemia, hipernatremia, hipofosfatemia, hiperkloremik asidosis dan jumlah
eosinofil dan limfosit menurun dan pada pemeriksaan urin, didapati glukosuria, kadar 17-OH
kortikosteroid meningkat, dan kadar 17 ketosteroid meningkat. Pemeriksaan ini untuk
memastikan diagnosa Sindrom Cushing.1
• Tes skrining kadar kortisol
Tes skrining kadar kortisol dilakukan dengan pengukuran kortisol bebas urin 24 jam. Bila
kadar kortisol bebas urin lebih tinggi dari 275 nmol/dl (100µg/dl) adalah sugestif sindrom
Cushing.1
•CT scan
Untuk memeriksa adrenal dapat dilakukan dengan pencitraan tomografi komputer (CT
Scan) abdomen. CT Scan bernilai untuk menentukan lokalisasi tumor adrenal dan untuk
mendiagnosis hiperplasia bilateral. CT scan resolusi tinggi pada kelenjar hipofisis dapat
3
menunjukkan daerah-daerah dengan penurunan atau peningkatan densitas yang konsisten dengan
mikroadenoma pada sekitar 30% dari penderita-penderita ini. CT scan kelenjar adrenal biasanya
menunjukkan pembesaran adrenal pada pasien dengan sindrom Cushing dependen ACTH dan
massa adrenal pada pasien dengan adenoma atau karsinoma adrenal.1
• Tes Supresi Deksametason Tengah Malam.
Deksametason 2 mg di tengah malam biasanya menekan kadar kortisol plasma sebanyak
<200 nmol/18 jam kemudian. Jika tes ini menunjukan adanya kelebihan produksi kortisol, hal –
hal berikut bisa membantu menegakkan diagnosis pasti dan menentukan etiologinya, yaitu: (1)
Kadar ACTH tinggi pada sindrom Cushing yang tergantung pada hipofisis (penyakit Cushing)
atau produksi yang ektopik. Kadar ACTH rendah pada pasien dengan adenoma adrenal. (2)
Deksametason 2 mg tiap 6 jam selama 3 hari menekan kadar kortisol dalam urin pada sindrom
Cushing, namun tidak lesi adrenal yang biasanya autonom. (3) Pasien dengan penyakit Cushing
menunjukan peningkatan ACTH dan kortisol yang hebat sebagai respons terhadap corticotropin
releasing hormone (CRH), sedangkan pasien dengan sekresi ACTH ektopik atau adenoma
adrenal jarang memberikan respons.7
Working Diagnosis : Cushing Syndrome
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma
berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat
gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). 1
Harvey Cushing, seorang dokter bedah saraf pertama kali melaporkan seorang wanita
dengan sebuah sindrom yang ditandai oleh obesitas sentral, striae abdomen, hirsutisme,
amenore, hipertensi, kelemahan otot proksimal, penipisan rambut, dan purpura. Saat ini Cushing
Syndrome telah dikenal sebagai sindrom akibat pajanan sistemik berlebihan hormon
glucocorticoid. Pemakaian glukokortikoid yang berlebihan sebagai obat antiinflamasi dapat
menyebabkan sindrom Cushing. Sindrom Cushing juga dikarakteristikkan dengan penempatan
lemak yang tidak teratur di daerah wajah yang dikenal dengan moon face dan daerah bahu yang
dikenal dengan buffalo hump, diabetes mellitus, dan hipertensi.8,9
4
Differential Diagnosis :
1. Diabetes Mellitus tipe II
Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit menahun
yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu gula
darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl. Diagnosa khas DM pada umumnya adalah poliuria (banyak
buang air kecil) dan penurunan berat badan. Terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe I dan
DM tipe II. Pada DM tipe I, terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
pada DM tipe II, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan sel
kurang. Diabetes Mellitus tipe II mempunyai karakteristik sukar terjadi ketoasidosis,
penderita dapat mempunyai badan gemuk atau tidak gemuk, biasanya terjadi pada orang-
orang di atas usia 45 tahun, 30% penderita mempunyai riwayat diabetes pada
keluarganya.10
2. Cushing’s Disease
Cushing’s disease atau hiperadrenokortisme atau hiperkortisolisme adalah suatu kondisi
kelainan endokrin yang disebabkan oleh kandungan kortisol yang berlebihan pada darah.
Penyebab utamanya adalah akibat aktifitas kelenjar hipofisis yang berlebihan dan tumor
adrenokortikal. Gejala pada Cushing’s Disease adalah kebotakan, polidipsi, poliuria,
cepat lelah, dan potbellied abdomen atau bentuk abdomen seperti mengenakan ikat
pinggang, pembesaran pada bagian perut dan mengecil pada bagian pinggang.2,11
Etiologi
Sindrom Cushing disebabkan karena kortikosteroid yang berlebih dan penyebab paling
sering dari sindrom ini adalah pengobatan jangka lama dengan dosis kortikosteroid oral yang
relative besar. Sebagian besar analog sintesis kortison menimbulkan efek samping serupa namun
lebih tidak meningkatkan retensi natrium. Penyebab lain dari kelainan ini adalah hyperplasia
basofil atau adenoma kelenjar hipofisis dengan produksi kortikotropin yang berlebih (60%) yang
menyebabkan hyperplasia adrenal bilateral, tumor primer adrenal baik adenoma (20%) maupun
5
karsinoma (10%), sekunder akibat kanker pada tempat lain umumnya berupa kanker paru oat cell
yang menyebabkan sindrom ACTH ektopik.7
Epidemiologi
Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 tahun hingga 50
tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula darah
yang tidak terkontrol, akan meningkatkan resiko terserang sindrom ini. Sebagian besar kasus
sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian glukokortikoid eksogen, sedangkan kejadian
tahunan sindrom Cushing endogen telah diperkirakan sebesar 13 kasus per juta individu. Dari
kasus – kasus lain, sekitar 70% disebabkan hiperplasia adrenal bilateral oleh hipersekresi ACTH
hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non endokrin (pituitary ACTH-producing tumor), 15%
karena ACTH ektopik, dan 15% karena tumor adrenal primer. Insiden hiperplasia hipofisis
adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada laki – laki, kebanyakan muncul pada usia
dekade ketiga atau keempat. Insiden puncak dari sindrom Cushing, baik yang disebabkan oleh
adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi sekitar 25 – 40 tahun. Pada ACTH ektopik, insiden
lebih sering pada laki – laki dibanding wanita.1
Gejala Klinis
Gejala Sindrom Cushing adalah depresi, mudah lelah, berat badan naik, nyeri pada
punggung, perubahan nafsu makan, penurunan konsentrasi, penurunan libido, penurunan daya
ingat terutama jangka pendek, insomnia, pertumbuhan yang terhambat dengan tanda-tanda
seperti mudah memar, kelemahan otot proksimal, striae, wajah tampak bulat atau disebut dengan
moon face, obesitas, kulit tipis, tubuh pendek, dan gangguan penyembuhan luka. Gejala penyerta
Sindrom Cushing adalah hipertensi, osteoporosis vertebral, diabetes tipe 2, hipokalemia, batu
ginjal, dan massa pada adrenal.12
Patofisiologi
Sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun, baik
kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun overproduksi kortisol endogen.
Overproduksi glukokortikoid endogen atau hiperkortisolisme yang independen ACTH biasanya
6
disebabkan oleh neoplasma yang mensekresi kortisol dalam korteks kelenjar adrenal (neoplasma
adrenocortical primer). Biasanya merupakan sebuah adenoma dan jarang karsinoma.13
Adenoma ini menyebabkan kadar kortisol dalam darah sangat tinggi, terjadinya umpan
balik negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi akan menyebabkan tingkat
ACTH sangat rendah.13
Pada kasus lain dengan dependen ACTH, sindrom Cushing hanya merujuk kepada
hiperkortisolisme sekunder akibat produksi berlebihan ACTH dari corticotrophic pituitary
adenoma. Hal ini menyebabkan kadar ACTH dalam darah meningkat bersamaan dengan kortisol
dari kelenjar adrenal. Kadar ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi
tidak responsif terhadap umpan balik negatif dari kadar kortisol yang tinggi. ACTH juga dapat
disekresi berlebihan pada pasien-pasien dengan neoplasma yang memiliki kapasitas untuk
menyintesis dan melepaskan peptida mirip ACTH baik secara kimia maupun fisiologik. ACTH
berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan yang berlebihan
terhadap sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH
hipofisis. Jadi, kadar ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma dan bukan
dari kelenjar hipofisisnya.13
Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma –
neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan – jaringan yang berasal dari lapisan
neuroektodermal selama perkembangan embrional. Karsinoma sel oat paru, karsinoid bronkus,
timoma dan tumor sel – sel pulau di pankreas, merupakan contoh – contoh yang paling sering
ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyekresi CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH
ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan terjadinya sekresi kortisol
secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom Cushing yang disebabkan oleh sekresi
ACTH yang berlebihan atau ektopik seringkali disertai hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi ini
disebabkan oleh sekresi peptida yang berhubungan dengan ACTH dan kerusakan bagian –
bagian ACTH yang memiliki aktifitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput
lendir.13
Hiperfungsi korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH seperti
pada tumor atau hiperplasia korteks adrenal nodular bilateral dengan kemampuannya untuk
7
menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks adrenal yang
akhirnya menjadi sindrom Cushing dapat jinak (adenoma) atau ganas (karsinoma). Adenoma
korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom Cushing berat, namun biasanya berkembang secara
lambat, dan gejala dapat timbul bertahun – tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya,
karsinoma adenokortikal berkembang secara cepat dan menyebabkan metastasis serta kematian.13
Komplikasi
Sindrom Cushing apabila tidak mendapatkan tata laksana yang baik akan memberikan
komplikasi serius, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pasien mungkin menderita dari salah
satu komplikasi hipertensi atau diabetes. Kerentanan terhadap infeksi meningkat. Kompresi
patah tulang belakang, osteoporosis dan nekrosis aseptik kepala femoral dapat menyebabkan
kecacatan. Setelah adrenalektomi bilateral, seorang dengan adenoma hipofisis dapat
memperbesar progresifitas, menyebabkan kerusakan lokal (misalnya, penurunan bidang visual)
dan hiperpigmentasi, komplikasi ini dikenal sebagai sindrom Nelson. Salah satu komplikasi dari
Sindrom Cushing adalah menurunnya beberapa aspek kemampuan kognitif seperti daya ingat,
atensi, dan kemampuan verbal yang disebut dengan steroid dementia syndrome. Komplikasi ini
akibat gangguan fisiologi dan struktural otak, yaitu penurunan volume kortikal dan
hippocampus.8,9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sindrom Cushing yaitu:14
• Terapi obat: metirapon (2-3 g / hari) untuk menghambat sintesis kortisol atau
ketokonazol (600-1200 mg / hari) untuk menghambat enzim sitokrom P450 yang dapat
menurunkan kadar kortisol untuk jangka pendek sebelum pembedahan atau jangka panjang
apabila pembedahan tidak mungkin dilakukan.
• Adenoma hipofisis: adenomektomi trans-sfenoidalis menyebabkan relaps pada lebih
dari 70% kasus, radioterapi digunakan untuk kasus relaps yang tidak mungkin disembuhkan.
Adrenalektomi bilateral menyebabkan pembesaran tumor hipofisis dengan cepat dan
hiperpigmentasi sebagai akibat sekresi ACTH yang berlebihan (sindrom Nelson) kecuali apabila
diberika juga radioterapi pada hipofisis.
8
• Adenoma adrenal: dapat disembuhkan dengan adrenalektomi
• Karsinoma adrenal: tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan tetapi dengan terapi
obat miotan, sebuah obat adrenolitik.
•Sekresi ektopik: pengangkatan tumor dengan pembedahan bila memungkinkan. Bila
tidak, berikan terapi medis atau melakukan adrenalektomi.
Prognosis
Apabila tidak diobati, angka harapan hidup penderita Sindrom Cushing kurang dari 5
tahun dikarenakan penyakit kardiovaskular atau infeksi.15
Kesimpulan
Hipotesis diterima, pasien menderita Sindrom Cushing
Daftar Pustaka
1. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV FKUI.
2006.halm .1979-83, 2063-8.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h. 1,
30-1, 58-9, 98-9.
3. Delp & Manning. Major diagnosa klinik. EGC: Jakarta; 1996. h. 32.
4. Daldiyono. Menuju seni ilmu kedokteran bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Jakarta:
Gramedia; 2006. h. 217-20.
5. Bantas K, Yoseph HK, Moelyono B. Ukuran Lingkar Pinggang Optimal untuk
Identifikasi Sindrom Metabolik pada Populasi Perkotaan di Indonesia. Kesmas. Januari
2013/6(7)
6. Waluyo S. 100 questions and answers diabetes. Jakarta: Elex Media Kompetindo; 2009.
h. 14.
9
7. Rubenstein D, Wayne D, dan Bradley J. Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta: Erlangga;
2007. h. 171-3.
8. Prihartanto D. Steroid Dementia Syndrome sebagai salah satu komplikasi Cushing
Syndrome. CDK-224 2015;1(42): 65-7.
9. Damjanov I. Pathology secrets. Philladelphia: Mosby Elsevier; 2009. p.381.
10. Misnadiarly. Diabetes Mellitus: ulcer, gangren, infeksi. Jakarta: Pustaka popular obor;
2006. h. 9, 54-5.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi Ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 1881.
12. The Endocrine Society. The diagnosis of cushing syndrome: An endocrine society
clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metabolism 2008;93(5):1526-40.
13. Schteingart DE. Gangguan hipersekresi adrenal dalam patofisiologi konsep klinis proses
– proses penyakit. Vol 2. Ed.VI. Jakarta : EGC; 2005. h. 1240-42.
14. Baradero M, Dayrit MW, dan Siswadi Y. Klien gangguan endokrin seri asuhan
keperawatan. Jakarta: EGC; 2009. h. 67-8.
15. Davey P. At a glance: medicine. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 279.
10