Upload
ida-bagus-indrayana
View
256
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tivitis
Citation preview
Konjungtivitis Oculi Dextra
Akibat Kecelakaan kerja
Gari Kharisma
102010131
C6
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta Barat
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Dalam kehidupan di masyarakat, kita dapat menemukan berbagai macam keluhan
medis yang membuat sang pasien datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas.
Berbagai macam keluhan tersebut umumnya memiliki berbagai macam jenis dan sifat sakit
termasuk faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sakit. Penyakit yang diderita pasien
dapat berupa penyakit infeksi, penyakit keganasan (cth : kanker), penyakit autoimun, sampai
pada penyakit alergi. Dalam kasus didapatkan seorang wanita memiliki keluhan sakit mata
yang memberat. Keluhan sakit mata tersebut dari segi patofisiologi penyakitnya dapat berupa
reaksi alergi, trauma, ataupun kecelakaan.
Tujuan dari pembuatan makalah adalah agar mahasiswa mampu untuk menegakkan
diagnosis klinis (dalam kasus ini diagnosis klinis untuk keluhan sakit mata) tatalaksana kasus
terutama sesuai bidang okupasi, pencegahan, serta sistem manajemen terhadap penyakitnya.
Skenario 2
Seorang perempuan 23 tahun datang dengan keluhan penglihatan menurun.
Anamnesis
Identitas Pasien : nama: Nona S, usia : 23 Tahun, pekerjaan : cleaning service, agama: Islam.
Keluhan Utama : Penurunan penglihatan sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan : mata kanan merah, gatal,berair, silau.
1
RPS : Mata kanan tidak nyaman untuk melihat, penglihatan menurun dan merah. Ada cairan
lengket warna kuning. Terkena obat pel pada saat kerja lalu mata dicuci dan dikusap lalu jadi
merah.
RPD : (-)
Riwayat pengobatan : Sudah pakai obat tetes dan merasa lebih baik.
PF: TTV normal, IMT: 14,3, mata tidak buta, warna konjungtiva kanan ditemukan hiperemis,
lensa tidak keruh, kornea normal, sclera normal. TIO OD:19,3 , OS : 13,1. Visus OD 6/24 OS
6/6.
Penyakit Akibat Kerja
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit
akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari tempat kerja yaitu : 1
1. Faktor fisis :
a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja;
b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit
susunan darah dna kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat mengakibatkan
katarak (cataract) kepada lensa mata, sedangkan sinar ultra violet menjadi sebab
konjungtivitis fotoelektrika.
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas
(heat cramps) atau hiperpireksia. Sedangkan suhu terlalu rendah dapat
menyebabkan frostbite.
d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison.
e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indra
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Faktor kimiawi :
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis , di antaranya silikosis, abestosis dan
lainnya.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever),
dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap
formaldehida.
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya.
d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.
2
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya
yang menimbulkan keracunan.
3. Faktor Biologis :
Misalnya bibit penyakit antraks atau bbrusella (brucella) yang menyebabkan penyakit
akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.
4. Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan
yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuaannya
menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat
terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.
5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan
industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit
psikosomatis.
Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Diagnosis PAK Berkontribusi terhadap:
1. Pengendalian pajanan
2. Identifikasi pajanan baru secara dini
3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera
4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan
5. Perlindungan pekerja lain
6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja
7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit.1
Diagnosis (dokter perusahaan) berdasarkan:
1. Klinis
2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang
3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan
Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja (7 steps):
1. Tentukan diagnosis klinis
2. Tentukan pajanan yang dialami
3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?
4. Apa jumlah pajanan cukup besar
5. Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh
3
6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan
7. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja
Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja
membedakan:
Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit.
Pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab bermakna bersama dengan faktor
risiko lain.
Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya.
1. Diagnosis klinis
- lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku.
- bila perlu lakukan: pemeriksaan penunjang /tambahan & rujukan informasi ke spesialis lain.
2. Pajanan yang dialami
Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya.
Beberapa pajanan -> 1 penyakit atau sebaliknya.
Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif): deskripsi pekerjaan secara
kronologis, periode waktu kerja masing-masing, apa yang diproduksi, bahan yang digunakan
dan cara bekerja. 1
3. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit
- Lakukan identifikasi pajanan
- Evidence based: pajanan-penyakit
- Bila tidak ada: pengalaman -> penelitian awal
4. Jumlah pajanan cukup?
- Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis.
- Dapat dengan pengamatan kualitatif -> cara kerja, proses kerja, bagaimana lingkungan
kerja.
- Masa kerja.
- Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?
5. Faktor individu berperan
- Riwayat atopi/alergi.
6. Faktor lain di luar pekerjaan
Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit -> Bukan faktor pekerjaan cth : Rokok,
pajanan di rumah, hobi.
4
7. Menentukan diagnosis PAK
Langkah-langkah medis
1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakit.
b. Riwayat penyakit dahulu.
c. Riwayat pekerjaan: faktor di tempat kerja, riwayat penyakit dan gejala dan riwayat
pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil produksi, bahan yang
dipakai, dll). 1
Anamnesis pekerjaan
- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis, Waktu, Lamanya bekerja per hari dan masa
kerja, Apa yang diproduksi, Bahan apa yang digunakan, Jumlah pajanan (kuantitatif), Alat
pelindung diri yang digunakan, Hubungan gejala dengan waktu kerja, Pengaruh terhadap
pekerjaan lain, dan Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)
4. Pemeriksaan rontgen untuk paru-paru
5. Pemeriksaan tempat kerja : faktor penyebab & hasil pengukuran
6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial
7. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan pekerjaan/proses
kerja/lingkungan kerja
Penatalaksanaan PAK:
A. Terapi medikamentosa:
- Terhadap kasual (bila mungkin)
- Pada umumnya PAK/PAHK irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara
simptomatis saja
contoh: silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dada
Prinsip: lebih baik mencegah PAK/PAHK
B. Terapi okupasi:
- Pindah ke bagian yang tidak terpapar
- Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik. 1
Prinsip pencegahan
Pencegahan awal (primer) : penyuluhan, perilaku K3 yang baik, dan olahraga.
5
Pencegahan setempat (sekunder) : pengendalian melalui undang-undang, pengendalian
melalui administrasi/organisasi, dan pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi,
ventilasi, alat pelindung diri).
Pencegahan dini (tertier): pemeriksaan kesehatan berkala.
Penatalaksanaan kasus -> cepat dan tepat .
- Pengelolaan penyakit akibat kerja: deteksi dini PAK, pemeriksaan kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus.
- Pelayanan kesehatan: Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
- Penilaian potential hazard di tempat kerja.
- Pengendalian lingkungan kerja.
- Surveilans PAK.
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis oculi dextra
Mata merah atau konjungtivitis merupakan inflamasi pada lapisan terluar pada mata
(konjungtiva). Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau alergi. Penyakit ini
merupakan salah satu gangguan kondisi mata yang paling umum terjadi pada orang dewasa
maupun anak-anak.3,4 Gejala konjungtivitis:
Kemerahan pada sklera mata atau bagian dalam kelopak mata
Peningkatan keluarnya air mata
Keluarnya cairan kuning kental yang mengeras pada bulu mata, terutama saat bangun
tidur (pada konjungtivitis karena bakteri)
Gatal pada mata (terutama pada konjungtivitis karena alergi)
Rasa terbakar pada mata (terutama pada konjungtivitis karena bahan kimia dan iritan)
Pandangan kabur
Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya.4
Penyebab Konjungtivitis
Infeksi bakteri seperti infeksi Staphylococcus, Streptococcus.
Virus, misalnya infeksi Adenovirus.
6
Alergi (serbuk bunga, kosmetik, dan larutan pencuci lensa kontak).
Polusi udara atau iritan kimia.
Infeksi serviks (chlamydia, herpes genital, atau gonorrhea) pada wanita hamil dapat
mengakibatkan konjungtivitis yang menyebabkan kebutaan pada bayi.
Penyumbatan sebagian pada saluran air mata.4
Diagnosis Banding
1. Keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea, yaitu jaringan di bagian depan mata Anda
yang menutupi pupil dan iris. Keratitis dapat disebabkan oleh cedera yang relatif kecil,
seperti goresan kuku, atau pemakaian lensa kontak yang terlalu lama yang dapat menular.
Keratitis juga dapat disertai infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
Jika tidak diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat mengakibatkan
komplikasi serius yang secara permanen dapat merusak penglihatan Anda.3,4
Penyebab keratitis antara lain:
a. Cedera Jika goresan benda mengenai permukaan salah satu kornea mata atau
menembus kornea, keratitis tanpa infeksi bisa terjadi. Tetepi, jika bakteri atau jamur
dapat mengakses permukaan yang rusak tersebut, akan menyebabkan infeksi.
b. Terkontaminasi lensa kontak. Bakteri, jamur atau parasit, khususnya parasit
mikroskopis acanthamoeba kadang menghuni permukaan lensa kontak dan
mencemari kornea, sehingga menghasilkan keratitis menular.
c. Virus Virus seperti virus herpes dan virus yang menyebabkan klamidia dapat
menyebabkan keratitis.
d. Terkontaminasi air Bakteri dan jamur dalam air, terutama di lautan, sungai, danau dan
kolam air panas, bisa masuk ke mata ketika Anda sedang berenang atau mandi dan
akan mengakibatkan keratitis.4
Gejala-gejala keratitis antara lain:
Mata kemerahan
Sakit mata
Keluar air mata
Kesulitan membuka kelopak mata Anda karena sakit atau iritasi
Penglihatan kabur
Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
7
Perasaan terbakar atau gatal berpasir di mata
Pembengkakan di sekitar mata
Perasaan bahwa ada sesuatu yang di mata.4
2. Uveitis
Uveitis merupakan radang uvea yang terdiri atas iris koroid, dan badan siliar. Gejala
klinis meliputi: Visus menurun, sakit, mata merah, fotofobia. Floaters. 5
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Dekongestan mengkonstriksi pembuluh darah dan membantu menurunkan
kemerahan pada mata. Penggunaan berlebihan dari dekongestan topikal dapat
meningkatkan pembengkakan dan kemerahan (efek rebound).
Obat: antazoline, ketorolac, ketotifen, naphazoline, olopatadine, pheniramine,
tetrahydrozolne, zinc sulfate.4
b. Non medika mentosa
Irigasi mata segera dengan air bersih dalam jumlah banyak. Selain itu bagian
bawah kelopak mata atas dan bawah juga harus diirigasi untuk melepaskan partikel
solid, missal butiran kapur. Kompres menggunakan air hangat sesering mungkin
untuk mendilatasikan pembuluh darah.
Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, malainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penye-
babnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tin-
dakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor meka-
nis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua
adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan
sebab dari suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari su-
atu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah seba-
8
gai berikut: Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja yang dikarenakan oleh kejatuhan
benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan
itu, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada
segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini
penyebab kecelakaan adalah faktor manusia. 2
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan den-
gan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun
menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai
dan tertimpa banda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan (man-
ual), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira
sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat
yang tinggi, maupun di tempat datar.
Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan
kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa
bekerja, ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat
besar kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja,
gangguan kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau
sekedar merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun
ringan, gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga
kecelakaan terjadi. 2
Kecenderungan Untuk Celaka
Adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan
(accident prone). Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan. Frekuensi kece-
lakaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pent-
ingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan termasuk kece-
lakaan di tempat kerja. Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berprilaku asal-
asalan, berbuat semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, berlaku masa bodoh, suka mela-
mun, terlalu berani, selalu bergegas, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sifat
lainnya, sehingga orang itu berulang-kali ditimpa kecelakaan dan oleh karenanya ia diny-
atakan sebagai mempunyai kecenderungan untuk celaka. Pekerja yang terlalu lamban tentu
tidak sesuai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan kegesitan. Jika pekerja dipaksakan
9
untuk mengerjakan pekerjaan yang memerlukan kecekatan, dan hal itu tidak sesuai dengan
sifat yang dimilikinya, cepat atau lambat pada akhirnya kecelakaan akan terjadi kepadanya.
Demikian pula dengan pekerja yang kebiasaannya selalu tergesa-gesa, terburu-buru mengejar
waktu, pekerja demikian cenderung pula untuk mengalami kecelakaan; mungkin ia terjatuh
atau terpeleset atau tergelincir atau mungkin pula akan terlindas kendaraan bermotor di per-
jalanan. Kecenderungan untuk mengalami kecelakaan dapat pula bersumber pada keadaan
kesehatan pekerja. Kelambanan yang menjadi ciri pekerja mungkin didasari oleh kurang gizi
atau penyakit anemia, sedangkan ketergesaan seseorang dapat saja dikarenakan kelainan jiwa
yang impulsif.
Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor
manusia. Apabila berbicara tentang faktor manusia, sebagai konsekuensinya persoalannya
cukup rumit. Ambillah misal kecelakaan yang dikarenakan oleh keadaan emosi para pekerja,
seperti rasa ketidakadilan, persengketaan dengan sesama pekerja atau keributan di rumah
tangga dengan keluarga, atau peristiwa percintaan segitiga. Tanpa diduga dan benar-benar di
luar perkiraan seseorang dapat saja dengan sengaja mencelakakan diri sendiri atau
merekayasa terjadinya suatu kecelakaan, sehingga kata kecelakaan menjadi tidak tepat lagi.
Peristiwa seperti itu menjelma misalnya sebagai akibat luar biasanya kejemuan, pekatnya
kebencian, atau pun dalamnya keputusasaan. Mudah dipahami, bahwa dalam hal ini faktor
kejiwaan memainkan peranan besar. Memang benar bahwa ada orang yang mempunyai
dorongan kejiwaan untuk berbuat nekad dan melakukan apa saja menurut gejolak batinnya.
Sering pula bahwa kecelakaan disengaja guna memperoleh kompensasi terhadap cacat yang
diakibatkan kecelakaan yang disengajanya. Juga terdapat berbagai hal unik lainnya yang
berkaitan dengan faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan. 3
Gaya hidup untuk selamat dan tidak mengalami kecelakaan adalah satu aspek penting
dalam budaya kerja dari kehidupan modern. Pada masyarakat industry keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan diwujudkan melalui ketentuan perundang-undangan di samping
segala upaya lainnya ditingkatkan pelaksanaannya. Keselamatan kerja dan bebas dari kece-
lakaan kerja merupakan hak azasi manusia (HAM). Transformasi dari kehidupan agraris
kepada masyarakat industry maju antara lain mencakup perubahan cara hidup dari tidak men-
jadi pemerduli keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan sebagai gaya hidup yang terpa-
teri pada sikap dan perilaku sehari-hari. Sehubungan dengan itu, tidak ada lagi tempat bagi
10
siapa pun dengan dalih apa pun untuk mempunyai kecenderungan untuk mengalami kece-
lakaan.
Kecelakaan Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan macam kecelakaan. Ke-
celakaan di perusahaan perindustrian berlainan dengan kecelakaan di perkebunan, kehutanan,
pertambangan, atau perkapalan. Demikian pula macam kecelakaan pada berbagai kesatuan
operasi dalam suatu proses produksi. Serta seterusnya demikian pula pada berbagai pekerjaan
yang tergolong kepada suatu kesatuan operasi dari suatu proses produksi. Macam kecelakaan
kerja pertambangan antara lain ledakan, rubuh dinding dan atap tambang, terjatuh ketika
manaiki atau menuruni tangga, selipnya lori, atau lainnya. Contoh macam kecelakaan pada
industry maritime adalah tenggelam, diserang ikan, luka oleh terumbu karang atau terkena
bisa binatang laut, dan sebagainya. Macam kecelakaan yang terjadi di perkebunan atau ke-
hutanan antara lain tertimpa kayu gelomdongan, terjatuh, terjerambab, luka oleh gergaji
listrik atau perkakas tangan, dan lain-lain. Macam kecelakaan di dok kapal selain kecelakaan
biasa, juga bahaya terjatuh ke laut atau tenggelam. Kecelakaan di sektor pembangunan
gedung ialah terjatuh, tertimpa benda jatuh, luka oleh perkakas kerja, dan lain-lain. Pekerjaan
dengan menggunakan perkakas tangan biasanya menyebabkan luka di tangan. Selain lang-
sung melukai atau menyebabkan cedera, bagian mesin yang berputar dapat menimbulkan
gaya tarik yang sangat kuat, sehingga baju yang longgar atau rambut yang terurai tertarik
oleh bagian mesin yang bergerak tersebut dan seringkali mendatangkan musibah besar, misal-
nya lepasnya kulit kepala atau seringkali mendatangkan musibah besar, misalnya lepasnya
kulit kepala atau sering-sering merenggut maut. Kecelakaan dengan lepasnya kulit kepala
demikian telah beberapa kali terjadi pada industry pertekstilan. Mesin potong (punch ma-
chine), yaitu suatu mesin yang memotong atau membuat lobang tidak jarang menyebabkan
putusnya tangan atau jari. Atau gergaji listrik untuk memotong kayu atau lempeng aluminium
sering pula menyebabkan kecelakaan dari yang ringan luka di tangan sampai kepada yang fa-
tal. Pekerjaan yang berhubungan dengan arus listrik terutama yang tegangannya tinggi dapat
sangat berbahaya, terutama bagi orang-orang yang tidak tahu seluk-beluk masalah listrik.
Kawat yang beraliran listrik harus tertutup oleh isolasinya, bila tidak akan terjadi hubungan
arus pendek (kortsluiting), kebakaran, dan pekerja mungkin terkena sengatan arus listrik.
Arus listrik bertekanan tinggi hanya boleh diperiksa oleh orang-orang yang bener-bener ahli
dalam bidang tersebut. Lemari sakelar juga hanya boleh dimasuki oleh ahlinya dan harus se-
11
lalu tertutup dan terkunci. Perbaikan instalasi listrik hanya dikerjakan, apabila arusnya telah
dimatikan terlebih dahulu. Kecelakaan oleh arus listrik umumnya sangat tergantung dari lin-
tasan arus dalam tubuh; umumnya arus yang melalui jantung sangat berbahaya. Memberikan
pertolongan kepada korban hanya dilakukan sesudah arus listrik dimatikan atau menggu-
nakan alat bantu isolator yang diyakini sepenuhnya akan menjamin memberikan perlindun-
gan. Untuk beberapa perusahaan, petir dapat menimbulkan kebakaran, hal ini terjadi misalnya
pada perusahaan tekstil. Industri kimia yang menggunakan bahan baku yang mudah terbakar
menghadapi bahaya kebakaran dan juga peledakan. Untuk perusahaan apapun sebaiknya
tersedia alat atau instalasi pemadam kebakaran terutama untuk menyelamatkan perusahaan
dari bahaya api. Jarak pemadam kebakaran harus cukup dekat, oleh karena dalam peristiwa
terjadinya kebakaran, manusia dan api seolah-olah berlomba untuk menjadi yang paling
dahulu. Sebagai jalan keluar untuk maksud penyelamatan harus ada pintu-pintu darurat yang
cukup jumlahnya dan tepat penempatannya. 4
Pencegahan Kecelakaan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjaannya.
Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
1. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2. Melakukan deteksi dini terhadap gangguan kesehatan
3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja
seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.1,4
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan
terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
1. Pakailah APD secara benar dan teratur
2. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja
bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar
Penyakit Akibat Kerja, diantaranya:
12
1. Pencegahan Primer – Health Promotion
a. Perilaku Kesehatan
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi seimbang
2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
a. Pengendalian melalui perundang-undangan
b. Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
c. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
d. Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
3. Pencegahan Tersier
Early Diagnosis and Prompt Treatment
a. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Surveilans
d. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
f. Pengendalian segera di tempat kerja
Ketentuan Tentang Alat Pelindung Diri
Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh peraturan pelaksanaan UU No. 1
Th. 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesa-
han Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.05/M/BW/97 tentang Pen-
gawasan Alat Pelindung Diri; Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Peng-
gunaan Alat Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Instruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur ketentuan ten-
tang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri. Jenis APD menurut keten-
tuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaannya meliputi alat pelindung kepala,
alat pelindung telinga, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian
kerja, sarung tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain. 4
Faktor Bahaya Bagian tubuh yang perlu Alat pelindung diri
13
dilindungi
Cairan dan zat atau bahan
kimiawi
Kepala
Mata
Muka
Alat pernapasan
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Betis, tungkai
Mata kaki, kaki
Topi plastik/karet
Goggles
Pelindung muka dari plastic
Respirator khusus tahan zat
kimia
Sarung plastic/karet
Pakaian plastic/karet
Pelindung khusus dari plas-
tic/karet
Sepatu karet, plastic atau
kayu
Tabel 1. APD
Kesimpulan
Pada peristiwa terjadinya kecelakaan maka pertama-tama dan utama adalah menolong
korban agar jiwanya dapat diselamatkan dan selanjutnya pengobatan dan perawatan dapat
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya. Pertolongan kepada korban dipastikan secepat-
cepatnya dalam peride 1 (satu) jam tersebut sangat berperan. Untuk itu penting bagi pimpinan
regu atau kelompok pekerja dan juga para pekerjanya sendiri telah mendapat latihan PPPK.
Ketentuan PPPK diatur oleh peraturan khusus yang tetap berlaku sebagai peraturan pelak-
sanaan UU No. 1 Tahun 1970.
14
Daftar Pustaka
1. Barry S. Levy, David H. Wegman. Occupational Health : Recognizing and Preventing
Work Related Disease. Edisi ke-3,2006. hal18-24.
2. De Vuyst P, Gevenois PA : Occupational Disesase.Eds WB Saunders, London,2002.
hal. 16-9.
3. Direktorat Bina Kesehatan Kerja. Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja bagi
Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan, 2008. hal. 44-6.
4. Suma’mur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: Sagung Seto;
2009. hal. 57-62.
5. Sidarta I, et al. Ilmu Penyakit mata ed. 2. Jakarta: Sagung Seto; 2010. hal 93-105.
15